ASKEP
TUMOR PARU (KARSINOMA BRONKOGENIK)
1. Definisi
Karsinoma Bronkogenik adalah tumor
ganas paru primer yang berasal dari saluran nafas.
Di dalam
kepustakaan selalu di laporkan peningkatan insiden kanker paru secara
progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur rata-rata manusia
serta kemampuan diagnostik yang lebih baik namun oleh karena memang karsinoma
bronkogenik lebih sering terjadi (Pengatar Ilmu Penyakit paru).
2. Etiopatogenesis
Seperti kanker pada umumnya,
etiologi yang pasti dari karsinoma bronkogenik masih belum diketahui, namun
diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan karsinogenik merupakan
faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan peranan predisposisi hubungan
keluarga ataupun suku bangsa/ras serta status immunologis. Bahan inhalasi
karsinogenik yang banyak disorot adalah rokok.
Pengaruh rokok:
Bahan-bahan karsinogenik dalam
asap rokok adalah antara lain : polomium 210 dan 3,4 benzypyrene. Penggunaan
filter dikatakan dapat menurunkan resiko terkenanya karsinoma bronkogenik,
namun masih tetap lebih tinggi dibanding dengan bukan perokok.
Didalam jangka panjang yaitu, 10-20
tahun, merokok:
1-10 batang / hari
meningkatkan resiko 15 kali
20-30 batang / hari
meningkatkan resiko 40-50 kali
40-50 batang /hari meningkatkan
resiko 70-80 kali.
Pengaruh Industri
Yang paling banyak dihubungkan
dengan karsinogenik adalah asbestos, yang dinyatakan meningkatkan resiko kanker
6-10 kali. Menyusul kemudian industri bahan-bahan radioaktif, penambang uramium
mempunyai resiko 4 kali populasi pada umumnya. Paparan industri ini baru nampak
pengaruhnya setalah 15-20 tahun.
Pengaruh Penyakit Lain
Tuberkulosi paru banyak dikaitkan
sebagai faktor predisposisi karsinoma brinkogenik, melalui mekanisme hyperplasi
– metaplasi - karsinoma insitu-karsinoma - bronkogenik sebagai akibat adanya
jaringan parut tuberkulosis.
Pengaruh Genetik dan Status imunologis
Pada tahun 1954, Tokuhotu dapat
membuktikan adanya pengaruh keturunan yang terlepas daripada faktor paparan
lingkungan, hal ini membuka pendapat bahwa karsinoma bronkogenik dapat
diturunkan. Penelitian akhir-akhir ini condong bahwa faktor yang terlibat
dengan enzim Aryl Hidrokarbon Hidroksilase (AHH). Status immonologis penderita
yang dipantau dari cellular mediated menunjukan adanya korelasi antara derajat
deferensiasi sel, stadia penyakit, tanggapan terhadap pengobatan serta
prognosis. Penderita yang energi umumnya tidak memberikan tanggapan terhadap
pengobatan dan lebih cepat meninggal.
Klasifikasi berdasarkan histopatologi dengan menggunakan mikroskop cahaya biasa (WHO, 1977).
1. Karsinoma epidermois (Karsinoma
Sel Skuamos).
2. Adeno Karsinoma
3. Small cell
undiferentiated carcinoma (oat cell)
4. Large cell
undeferentiated carcinoma.
3. Patofisiologi
Bronchus
(percabangan segmen atau subsegmen)
Trauma
oleh arus udara ( Tar Rokok,paparan industri)
Bahan
karsinogenik mengendap
Perubahan
epitel silia dan mukosa/ulserasi Bronchus
![]() |
|||
![]() |
|||



Hyperplasi,
metaplasi.

Cell Kanker
Manifestasi Klinis
![]() |





Sumbatan parsial Bronkiektasis/Aktelektasis


Sesak nafas

Pola Nafas tidak efektif
Intratorasik Ekstrapulmoner
![]() |
Mediastinum
![]() |









Diafragma Ch.vocalis Horner VC. Superior Atelektasis efusi Pkd.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |


Gg. Pola nafas
Ektratorasik Non Metastatik
![]() |
Neuromuskuler Endokrin Metabolik Jaringan ikat & Tulang Vaskuler&Hematologi
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |



Gg. Body Image
Ekstratorasik Metastatik
![]() |

Hampir semua organ, t/u
Otak, hati dan tulang

Ansietas Ancaman Kematian
4. Radiologis
a.Massa Radiopaque di paru
b.Obstruksi jalan nafas
dengan akibat atelektasis
c.Pneumonia
d.Pembesaran Kelenjar Hilar
e.Kavitasi
f.Tumor
Pancoast.Ca. Bronchogenik yang terdapat disuperior pulmonary sulcus, pada apek
lobus superior.
g.Kelainan pada
pleura
h.Kelainan tulang
5. Bronkografi
Adapun
gambaran bronkografi yang dianggap patognomonik adalah obstruksi stenosis
irreguler, stenosis ekor tikus dan indentasi cap jempol.
6 Sitologi
Dahak
yang representatif dapat diperoleh melalui batuk spontan, dengan bantuan
aerosol ( 20% propylene glycol dalam larutan 10% NaCl. Dihangatkan sampai
kurang lebih 45-50 C.)atau melalui bilasan/sikatan aspirasi
bronkial.Tatalaksana pada Lung Cancer Detection Program di New York adalah sbb.
Saliva dan post nasal discharge dikeluarkan dahulu, lalu penderita disuruh
batuk dalam , dahak yang dihasilkan segera difiksasi, kesemuanya ini dilakukan
pada 3 hari berturut-turut, sebaiknya pada pagi hari.
7. Endoskopi
Meliputi
pemeriksaan laringoskopi dan bronkoskopi serta bilasan bronkial,
kerokan/sikatan serta biopsi. Tujuan pemeriksaan bronkoskopi ( serat optik )
adalah :
a.
Mengetahui perubahan pada bronkus akibat kanker paru.
b.
Mengambil bahan untuk pemeriksaan sitologis.
c.
Memperhatikan perubahan pada permukaan tumor/mukosa
untuk memperkirakan jenis keganasan.
d.
Menilai keberhasilan terapi.
e.
Menentukan operbilitas kanker paru.
8. Biopsi
Bahan
biopsi dapat diperoleh melalui cara biopsi perkutaneus transbronkial ataupun
open biopsi. Sedangkan bahannya dapat berupa jaringan kelenjar regional
jaringan pleura ataupun jaringan paru.
9. Imunologi
Adanya korelasi yang negatif antara kanker dan reaksi imnunologi
telah umum diketahui. Gangguan imunulogik terutama tampak pada Cell mediated
immunity yang dapat ditunjukan melalui delayed hypersensitivity reaction yang
jelak, toleransi terhadap skin graft, jumlah circulatory T cell yang renadh,
serta transformasi limfosit invitro yang rendah. Pada saat ini pemeriksaan
imunulogik lebih banyak berperan sebagai faktor prognosis daripada faktor
diagnostik. Kesimpulan korelasi uji kulit dan tanggapan terhadap sitostatika :
a. Kurang dari 1,0
cm. : prognosa jelek, penyakit luas.
b.
Kurang dari 2,5 m.
; prognosa lebih baik, penyakit terbatas, tanggap terhadap khemoterapi
baik
11, Klasifikasi Pentahapan Klinik ( clinical Staging )
Berdasarkan TNM.
T= Tumor : N. : Nodul, yaitu
kelenjar limfe M. : Metastase
1. T : T-0 : Tidak
tampak tumor primer
T-1 : Diameter tumor kurang
dari 3 cm. Tanpa invasi ke Bronkus
T-2 : Diameter
tumor lebih dari 3 cm. Dapat disertai atelektasis atau pneumonitis , namun
berjarak lebih dari 2 Cm. Dari Karina, serta belum adaefusi pleura.
T-3 : Tumor
ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar ( dinding toraks , diafragma atau
mediatinum )atau sudah berada dekat karina disertai efusi pleura.
N : N-0 : Tidak didapatkan
penjalaran ke kelenjar limfe regional.
N-1 : Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus
ipsilateral.
N-2 :
Terdapat penjalaran ke kelenjar limfemediastinum atau kontralateral
N-3 :
Terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal.
M. M-0 : Tidak terdapat metastase jauh.
M-1 : Sudah terdapat metastae jauh ke organ-organ
lain.
Berdasarkan TNM. Disusun pentahapan klinik sbb.
a. Karsinoma insitu : T-0, N-0, M-0 , namun sitologi sputum positif untuk sel ganas.
a. Karsinoma insitu : T-0, N-0, M-0 , namun sitologi sputum positif untuk sel ganas.
c. Tahap I. T-1, N-0, M-0, atau T-2, N-0, M-0
d. Tahap II. T-2,
N-1,,M-0.
e. Tahap III: bila
sudah terdapat T-3, N-2, atau M-1.
12. Pengkajian :
a.
Aktivitas/istirahat.: Kelemahan, ketidakmampuan,
mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya
tahap lanjut.
b.
Sirkulasi Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung:
gesekan perikordial ( menujukan efusi ) tachicardia?disritmia, jari tabuh.
c.
Integritas Ego. : Ansietas, takut akan kematian,
menolak kondisi yang berat, gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.
d.
Eliminasi ; Diare yang hilang timbul (
ketidakseimbngan hormonal,)Peningkatan frekuesnsi/jumlah urine (
Ketidakseimbngan Hormonal ).
e.
Makanan/cairan : Penurunan Berat badan, nafsu makan
buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan
cairan
Kurus, kerempeng,
atau penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, Edema wajah, periorbital ( ketidakseimbangan
hormonal ), Glukosa dalam urine .
f.
Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana
tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.Nyeri bahu/tangan, nyeri
tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon
pertumbuhan.Nyeri abdomen hilang/timbul
g.
Pernafasan : Batuk ringan atau perubahan pola batuk
dari biasanya , peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar
bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe,
meni gfkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada
inspirasi atau ekspirasi ( ganguan aliran udara ). Krekels/mengi yang menetap
penyimpangan trakeal( area yang mengalami lesi ) Hemoptisis.
h. Keamanan :
Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan,
kulit pucat.
i.
Seksualitas : Ginekomastia, amenorea, atau impoten.
j.
Penyuluhan/pembelajaran : Faktor resiko keluarga, :
adanya riwayat kanker paru, TBC. Kegagalan untuk membaik.
13. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan umum yang muncul adalah :
a. Bersihan jalan
nafas tidak efektif, b/d peningkatan jumlah/perubahan mukus /viskositas sekret,
keterbatasan gerakan dada, /nyeri, kelemahan,kelelahan.
b. Nyeri akut b/d
invasi kanker ke pleura, dinding dada.
c. Pola pernafasan
tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkialoleh sekret, perdarahan aktif,
penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.
d. Kerusakan
pertukaran gas b/d gangguan aliran udara ke alveoli atau ke bagian utama paru, perubahan membran
alveoli ( atelektasis , edema paru , efusi, sekeresi berlebihan,/perdarahan
aktif.
e. Ansietas b/d
ketakutan /ancaman akan kematian , tindakan diagnostik, penyakit kronis.
f. Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b/d intake
inadekuat, peningkatan metabolisme, proses keganasan.
g. Gangguan body
image b/d perubahan struktur tubuh.
14. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa |
Tujuan-Kriteria
|
Intervensi |
Rasional |
Bersihan Jalan nafas tidak efektif b/d peninjkatan jumlah/viskositas
sekret, keterbatasan gerakan dada/nyeri, kelemahan/kelelahan.
|
Bersihan jalan nafas efektif.
Kriteria ;
a.
Menunjukan potensi jalan nafas.
b.
Cairan sekret mudah dikeluarkan/dibatukan.
c.
Bunyi nafas jelas.
d.
Whezing(-)/berkurang
|
1.
Auskultasi bunyi dada, untuk karakter bunyi nafas
dan adanya sekret.
2.
Bantu untuk nafas dalam efektif anjurkan batuk
dengan posisi duduk.
3.
Observasi jumlah dan karakter sputum/aspirasi
sekret.
4.
Lakukan penghisapan dengan menggunakan suction.
Bila klien tidak dapat batuk.
5.
Dorong masukan cairan/oral sedikitnya 2500 CC/hari
dalam toleransi jantung.
6.
Kolaborasi : Berikan/bantu dengan IPBB ,
spirometri, meniup botol
7.
Gunakan oksigen humidifikasi/nebulizer ultrasonik
. Berikan cairan tambahan melalui IV sesuai indikasi.
8.
Berikan bronkodilator, ekspektoran, atau analgetik
sesuai indikasi.
|
Pernafasan bising, ronki, mengi menunjukan tertahannya
sekret/obstruksi jalan nafas
Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru maksinal, upaya batuk untuk
membuang sekret..
Perubahan sekret menunjukan progresifitas penyakit.
Penghisapan dapat merangsang batuk efektif.
Hidrasio adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/peningkatan
pengeluaran.
Memudahkan pembuangan sekret.
Memberikan hidrasi maksimal/pengenceran sekret untuk meningkatkan
pengeluaran
Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara.
Ekspektoiran meningkatkan produksi mu.kus untuk mengencerkan sekret.
|
Kerusakan pertukaran gas b/d gg. Aliran udata ke alveoli, perubahan
membran alveolar kapiler ( atelektasis, oedema paru, efusi, sekresi
berlebihan, perdarahan aktif )
|
Pertukaran gas efektif.
Kriteria :
GDA dalam batas normal,. Mebubjukan ventilasi adekuat
Menunjukan oksigenasi adekuat.
Menunjukan perbaikan distress pernafasan.
|
Catat frekluensi dan kedalaman pernafasan , penggunaan otot bantu dan
nafas bibir.
Auskultasi paru untuk penurunan bunyi nafas dan adanya bunyi tambahan
krekels.
Observasi ferfusi daerah akral
dan sianosis ( daun telinga, bibir, lidah dan membran lidah )
Lakukan tindakan untuk memperbaiki jalan nafas.
Tinggikan kepala/tempat tidur sesuai dengan kebutuhan.
Awasi tanda vital
Kaji tingkat kesadaran
Kaji toleransi aktivitas.
Kolaborasi:
Awasi seri GDA.
Berikan oksigen dengan metoda yang tepat.
|
Takhi[pnoe dan dispnoe menyertai obstruksi paru.
Area yang tak terventilasi dapat diidentifikasikan dengan tak adanya bunyi nafas.
Menunjukan hipoksemia sistemik.
Jalan nafas lengket/kolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi
Secara negatif mempengaruhi pertukaran gas.
Meningkatkan ekspansi dada maksimal, membuat mudah bernafas
meningkatkan kenyamanan.
Tahkikardi/takhipnoe, dan perubahan pada TD. Terjadi seirng dengan
perubahan asidosis.
Hipoksemia sistemik dapat ditunjukan pertamakali oleh gelisah dan
rangsang disertai penurunan kesadaran.
Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
tanpa dispnoea berat, takikardia dan disritmia.
Hipoksemia ada pada berbagai derajattergantung pada jumlah obstruksi
jalan nafas.
Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran gas .
|
Pola nafas tidak efektif b/d obstruksi trakeobronkial oleh bekuan darah, sekret banyak
,peradarahan aktif, penurunan ekspansi paru, proses inflamsi.
|
Pola nafas efektif.
Kriteria :
Frekuensi nafas dalam rentang normal
Suara paru jelas dan bersih.
Berpartisipasi dalam aktivitas.
|
Kaji frekuensi , kedalaman pernafasan dan ekspansi dada., catat upaya
pernafasan ( penggunaan otot bantu pernafasan )
Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas.
Observasi pola batuk dan karakter sekret
Dorong dalam nafas dalam.dan latihan batuk.
Kolaborasi:
Berikan oksigen tambahan.
Berikan humidifikasi tambahan.
Bantu fisioterapi dada.
Siapkan/bantu bronkoskopi
|
Kedalamam pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas.,
ekspansi pada terbatas terjadi pada atelektasis.
Perubahan bunyi nafas menunjukan obstruksi sekunder.
Kongesti alveolar mengakibatkan batuk kering/iritatif
Meningktkan banyaknya sputum.
Memaksimalkan pernafasan dan menurunkan kerja nafas.
Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran
sekret.
Memudahkan upaya pernafasan dalam. Meningktkan drainase sekret.
Kadang=kadang berguna untuk membuang bekuan darah, sekret serta
membersihkan jalan nafas.
|
Nyeri b/d. invasi kanker ke pleura, atau dinding dada.
|
Nyeri hilang/ berkurang
Kriteria
:Klien nampak rileks.
Kliuen dapat tidur.
Berpartisi dalam aktivitas.
|
Tanyakan pasien tentang nyeri, Tentukan karaktersitik nyeri
Kaji pernyataan verbal dan non
verbal nyeri pasien.
Evaluasi keefektifan pemberian obat
Berikan tindakan kenyamanan, ubah posisi, pijatan punggung dll.
Berikan lingkungan tenang.
Kolaborasi: Berikan analgesik rutin s/d indikasi..
|
Membantu dalam evaluasi gejala nyeri kanker yang dapat melibatkan
visera, saraf atau jaringan tulang
Ketidaksesuaian antara verbal dan non verbal menunjukan.derajat nyeri
Memberikan obat berdasarkan aturan.
Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian..
Penurunan stress, menghemat energi
Mempertahankan kadar obat, menghindari puncak periode nyeri..
|
Ansietas b/d ancaman kematian, proses keganasan,
|
Ansietas hilang/ berkurang
Kriteria
Klien tampak rileks
Klien dapat beristirahat.
Dapat bekerjasama dalam terapi.:
|
Evaluasi tingkat pemahaman pasien/orang terdekat tentang diagnosa.
Akui rasa takut, masalah
pasien, dan dorong mengekspresikan perasaan.
Kolaborasi :
Libatkan pasien/orang terdekat dalam perencanaan keperawatan
|
Pemahaman persepsi melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi.
Memberi waktu untuk mengidentifikasi perasaan.
Dapat memperbaiki perasaan kontrol.
|
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang, peningkatan
metabolisme, proses keganasan.
|
Nutrisi terpenuhi.
Kriteria :
Menunjukan perubahan beratbadan.
Menunjukan perubahan pola makan.
Hb. Albumin dalam rentang normal.
|
Catat ststus nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit,
berat badan dan derajat kekurangan berat badan
Pastikan pola diet pasien yang disukai/tidak disukai
Awasi pemasukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik
Selidiki mual, muntah, anoreksia dan catat kemungkinan hubungannya
dengan obat
Berikan periode istirahat sering.
Berikan perawatan mulut, sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
Berikan Diet TKTP.
Kolaborasi :
Rujuk ke ahli diet
Awasi pemeriksaan lab. ( BUN, protein serum, albumin Hb.)
Bila perlu berikan nutrisi parenteral. .
|
Berguna dalam mengidentifikasi derajat kurang nutrisi dan menentukan
pilihan intervensi.
Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
Mengukur kefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
Mencari pemecahan masalah, untuk meningkatkan pemasukan nutrien.
Membantu menghemat energi., khususnya bila kebutuhan metabolik
meningkat
Menurunkan perasaan tak enak, bekas sputum, obatmerangsang pusat
muntah..
Memaksimalkan masukan nutrisi..
Nilai rendah menunjukan malnutrisi
Meningkatkan masukan nutrisi adekuat.
|
Daftar Kepustakaan
Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, Balai Penerbit FKUI.,
Jakarta.
Syaifuddin, 1992
Anatomi Fisiologi, untuk Perawat. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges M. 1999,
Rencana Asuhan keperawatan, Penerbit Buku kedokteran EGC. Jakarta.
Lynda Juall
Carpenito 1999, Rencana Asuhan& Dokumentasi Keperawatan., Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Klien : Tn Ir.
Ruang : Paru Laki.
Diagnosa |
Tujuan--Kriteria |
Intervensi |
Rasional |
|
Pola nafas tidak efektif b/d penyempitan trakhea ( proses metastase )
|
Pola nafas efektif.
Kriteria :
Frekuensi nafas dalam rentang normal 12-16X/menity
Suara paru jelas dan bersih.
Berpartisipasi dalam aktivitas
Retraksi otot-otot bantu
pernafasan berkuranmg/hilang. .
|
Kaji frekuensi , kedalaman pernafasan dan ekspansi dada., catat upaya
pernafasan ( penggunaan otot bantu pernafasan )
Auskultasi bunyi nafas, dan catat adanya bunyi nafas.
Observasi pola batuk dan karakter sekret
Berikan posisi duduk dan berikan periode istirahat saat merubah
posisi.
Dorong dalam nafas dalam.dan latihan batuk.
Kolaborasi:
Berikan oksigen 3l/menit.
Berikan obat Xefotaksim injectie 1 gr IV
Dexa 3X1 ampul
Furosemid 1 ampul
Siapkan klien untuk tindakan radioterapi ke
|
Kedalamam pernafasan
bervariasi tergantung derajat gagal nafas., ekspansi pada terbatas terjadi
pada atelektasis.
Perubahan bunyi nafas
menunjukan obstruksi sekunder.
Kongesti alveolar
mengakibatkan batuk kering/iritatif
Meningktkan banyaknya
sputum.
Memaksimalkan pernafasan
dan menurunkan kerja nafas.
Memberikan atibiotika dan
steroid untuk mengatasi infeksi
Mengurangi tekanan sidroma
vena kava superior
Mengatasi /mengobati
kanker paru.
|
|
Gangguan pola tidur b/d
Sesak nafas
|
Kebutuhan tidur terpenuhi
Kriteria :
Klien mengatakan dapat tidur.
Klien terlihat tidur nyenyak
.
|
Berikan kesempatan untuk beristirahat,
Atur periode/jadwal kegiatan perawatan
Katakan pada pasien bahwa saat tertentu waktu untuk tidur
Berikan susu hangat agak kental 15 menit sebel;um saat-saat klien
tidur
.
|
Aktivitas yang terprogram tanpa stimulasi yang berlebihan dapat
meningkatkan waktu tidur.
Penguatan bahwa pasien perlu tidur dan mempertahankan kestabilan
lingkungan
Dengan memberikan tinggi protein memudahkan klien untuk tidur.
|
|
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake kurang,
peningkatan metabolisme, proses keganasan & efek radioterapi.
|
Nutrisi kurang tidak terjadi
Kriteria :
Menunjukan perubahan berat badan.
Menunjukan perubahan pola makan.
Hb. Albumin dalam rentang normal.
|
Catat ststus nutrisi pasien pada penerimaan, catat turgor kulit,
berat badan dan derajat kekurangan berat badan
Pastikan pola diet pasien yang disukai/tidak disukai
Berikan porsi kecil tapi sering.
Awasi pemasukan/pengeluaran dan berat badan secara periodik
Selidiki mual, muntah, anoreksia dan catat kemungkinan hubungannya
dengan obat
Berikan periode istirahat sering.
Berikan sari buah/juice buah
Berikan perawatan mulut, sebelum dan sesudah tindakan pernafasan.
Berikan Diet TKTP.
Kolaborasi :
Awasi pemeriksaan lab. ( BUN, protein serum, albumin Hb.)
Bila perlu berikan nutrisi parenteral. .
|
Berguna dalam mengidentifikasi derajat kurang nutrisi dan menentukan
pilihan intervensi.
Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.
Mengukur kefektifan nutrisi dan dukungan cairan.
Mencari pemecahan masalah, untuk meningkatkan pemasukan nutrien.
Membantu menghemat energi., khususnya bila kebutuhan metabolik
meningkat
Menurunkan perasaan tak enak, bekas sputum, obatmerangsang pusat
muntah..
Memaksimalkan masukan nutrisi..
Nilai rendah menunjukan malnutrisi
Meningkatkan masukan nutrisi adekuat.
|
|
Resiko terjadi gangguan integritas kulit pada daerah sternum b/d efek
radioterapi
|
Gangguan integritas kulit tidak
terjadi.
Kriteria :
Jaringan kulit tetap utuh
|
Kaji kulit dengan sering thd. Efek samping terapi radiasi.
Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Anjurkan klien untuk tidak menggaruk atau menepuk kulit yang kering.
Anjurkan klien untuk menghindari penggunaan krim, salep dan bedak.
Jangan menghilangkan tanda area radiasi
Berikan tepung kanji pada area sesuai dengan kebutuhan 2X/hari setelah
radiasi selesai.
|
Efek kemerahan dan deskuamasi dapat terjadi pada tindakan
radioterapi.
Mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit.
Membantu mencegah friksi/trauma kulit.
Meningktakn iritasi/reaksi secara nyata
Sebagai identifikasi tanda area radiasi.
Membantu mengontrol kelembaban.
|
Tindakan Keperawatan
Nama Klien : Tn. Ir.
Ruang : Paru Laki
Hari, tanggal, jam
|
DX. Keperawatan dan Tindakan Keperawatan |
Nama Perawat |
Senin,
11-02-2002
1030
11.30
12.30
13.30
|
1.
Mengkaji keadaan klien
2.
Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda vital
3.
Mempertahankan kepatenan IV line, dengan tetesan
14 tetes/menit
4.
Memberikan /memperbaiki posisi pasien dengan
posisi duduk
5.
Mengatur posisi bantal agar leher tidak tertekuk.
DX. no. 2
Memberi kesempatan kepada pasien untuk tidur
Dx. No. 3
1.Membantu pasien memenuhi kebutuhan makan, klien disuapi istrinya.
2.Memberikan motivasi untuk menghabiskan diet yang disediakan( klien
hanya sanggup ½ porsi )
3.Mengklarifikasi apakah kurangnya nafsu makan karena efek
radiasi.Menganjurkan agar makan buah segar ( pisang, jeruk atau apel )
4, Menganjurkan agar makan dalam jumlah porsi kecil, dan sering.
Dx. No. 4
1.Melakukan pengkajian kulit, area radiasi.
2.
Menganjurkan kepada keluarga saat melap gunakan
air hangat dan sabun halus.
3.
Beritahu klien agar tidak menggaruk kulit daerah
radiasi.
Anjurkan klien jangan menghilangkan tanda area radiasi.
|
Rini Hendari |
Selasa,
12-02-2002
14.00
16.00
16.30
20.00
17.30
15.00
|
DX. No. 1
1.
Merapikan tempat tidur klien, sekaligus
membetulkan posisi klien, duduk dengan sandaran bantal.
2.
Mengisi tabung humidifier dengan aqua.
3.
Melakukan pengecekan oksigen, apakah sampai pada hidung klien.
4.
Observasi vital sign ( RR. TD, Nadi dan suhu )
5.
Menyuntikan obat xefotaksim injeksi IV 1 gr. Dan
Dexa 1 ampul.
DX. No. 2.
1.
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk tidur,
anjurkan minum susu hangat.
2.
Memberi dorongan agar klien berusaha untuk tidur,
walaupun dalam posisi duduk, menganjurkan agar klien selalu berdoa,
DX. No. 3
1.Menganjurkan untuk berkumur-kumur terlebih dahulu sebelum makan.
2.Membantu klien memenuhi kebutuhan makan dengan menyuapi klien
DX. No. 4
1. .Membantu menyiapkan personal hygiene lap air hangat.
2
Menganjurkan jangan menggunakan talk pada area
radiasi.anjurkan gunakan tepung kanji..( 2X/hari )
|
Rini Hendari
|
Rabu,
13-02-2002
07.30
09.00
12.00
08.30
|
DX. No. 1.
1.
Mengganti alat tenun , sekaligus merapikan posisi
duduk.
2.
Mengisi tabung humdifier dengan air aqua ,
sekaligus mengecek kelancaran oksigen.
3.
Melakukan
pemeriksaan tanda-tanda vital ( TD, Nadi, RR, suhu )
4.
Memberikan injeksi Furosemid `ampul IV.
Dx. No. 2
1.
Menganjurkan kepada klien untuk beristirahat (
pulang dari radiasi yang ke 4 )
DX. No. 3
1.Menimbang brrat badan klien( 40 KG.)
2.Membantu klien memenuhi kebutuhan makan .
3.Menganjurkan klien untuk minum air putih yang cukup.
|
Rini Hendari
|
Kamis,
14-02-2002
08.00
09.00
09.30
10.00
10.30
|
1.
Merapikan tempat tidur klien, sekaligus mengatur
posisi tidur ( duduk dengan sandaran bantal )Mengecek oksigen dan humidifier.
2.
Melakukan observasi vital sign, TD 80/60 mmHg.
Nadi kecil, cepat, 120X/menit, suhu 36.C., RR, cepat 40X/menitdaerah akral
dingin ( tangan dan kaki ).lansung lapor dokter yang merawat ( dr. Heti. )
3.
Dicoba pasang infus tidak bisa, keadaan pasien
semakin payah, TD. 80/50 mmHg.,terlihat klien semakin sianotik.
4.
Melakukan observasi vital sign intensif, terlihat
nafas pasien tidak teratur ( satu-satu ), TD. 70 /palpasi.nadi tak teraba,
sangat halus.
5.
Keadaan umum terus memburuk, lapor dokter .
6.
Menganjurkan kepada keluarga ( istri ) untuk
berdoa, dan membimbing doa pada ke dua telinga klien, akhirnya penderita
meninggal tepat pada jam
11.05.disaksikan kelurga,
perawat dan dokter.
|
|
Evaluasi
Nama Klien : Tn. Ir.
Ruang : Paru Laki
Hari, tanggal, jam
|
Diagnosa Keperaatan dan
Evaluasi
|
Nama Perawat
|
Kamis
14=02-2002
08.00
|
DX. No. 1
S. Mengatakan sesaknya makin bertambah, klien menulis surat agar
istrinya menghubungi anaknya.
O.: RR. 40X/menit,TD. 80/60 mmHg., nadi 120X.menit, klien sianotik,
akral dingin.
A. Gangguan Pola
nafas, masih merupakan prioritas.
P. Intervensi diintensifkan, lapor dokter yang merawat.
DX. No. 2.
S. :Klien mengatakan sejak hari selasa malam, mulai bisa tidur.namun
kalau siang tidak bisa.
O. Pagi dan siang klien tidur sebentar ( 30 menit )
A. Perubahan pola tidur, masih harus diperhatikan.
P. Intervensi dilanjutkan.
DX. No. 3
S. Klien mengatakan mau makan,
O. Klien disuapi perawat makannya habis.
A. Resiko gangguan
nutrisi, sevbbagian berhasil, tapi berat badan 40 Kg. TB. 165Cm.
P. Intervensi dilanjutkan.
DX. No. 4.
S. Klien mengatakan kalau diberi tepung kanji daerah dadanya dingin
O. Gangguan integritas kulit tidak terjadi
A.Perhatikan terusd resiko kerusakan integritas kulit.
P.; Intervensi dilanjutkan
sampai program, radiasi, selesai.
|
Rini Hendari
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon