Salam Sehat dan Harmonis

-----

PROPOSAL PENGAMBILAN DATA


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi dan tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Kematian yang terjadi berkaitan dan disekitar masa kehamilan-persalinan. Angka kematian ibu tercatat sebesar 303 per 100.000 (SDKI, 2002/2003) kelahiran hidup. Penyebab langsung angka kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklampsia (13%), aborsi (11%) dan sepsis (10%). Sedangkan penyebab tidak langsung berupa anemia pada ibu hamil (15%) dan anemia pada ibu nifas (45%), Kekurangan Energi Kronik (KEK) pada wanita subur (17,6%) tiga terlambat (3T) yaitu terlambat mengambil keputusan, terlambat ke fasilitas kesehatan dan terlambat mendapatkan pertolongan.
Abortus merupakan perdarahan pada kehamilan kurang dari 22 minggu (Saifuddin, 2002 : M-9). Kemungkinan abortus pada wanita usia reproduksi yang mengalami terlambat haid (terlambat haid dengan jangka waktu lebih dari satu bulan sejak waktu haid terakhirnya) dan mempunyai satu atau lebih tanda berikut ini, perdarahan, kaku perut, pengeluaran sebagaian produk konsepsi, serviks yang dilatasi atau uterus yang lebih kecil dari seharunya (Saifuddin, 2002 : M-10).
Laporan Sadik (UNEPA, 1997 dan WHO, 1998) menyebutkan dari 180-200 juta kehamilan yang terjadi di dunia terdapat sekitar 75 juta kehamilan yang tidak diinginkan dan 50 juta diantaranya dilakukan aborsi yang disengaja dan 20 juta mendapat perlakuan aborsi yang tidak aman (unsafe abortion).
Di Amerika Serikat (1981) tambahnya melaporkan angka kejadian abortus spontan sekitar 10-15%, sedangkan Cunningham dkk (1997) memperlihatkan angka kejadian abortus spontan tersebut 25% dengan 80% terjadi pada 12 minggu pertama dari kehamilan.
Berdasarkan laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 memperlihatkan penyebab kematian ibu di Indonesia ( yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan) 11,1% akibat komplikasi abortus.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan gugur kandung dikemukakan sebagai berikut : 1) faktor telur (ovum) yang kurang baik,         2) faktor spermatozoa yang kurang sempurna, 3) ketidaksuburan lapisan dalam rahim (endometrium) yang disebabkan oleh kekurangan gizi, kehamilan dengan jarak pendek, terdapat penyakit rahim, 4) faktor penyakit sistematik  pada ibu. Menurut James R. Sort et all (2002 : 107) dan Manuaba (1998 : 215) menambahkan kelainan-kelainan kromosom dapat menyebabkan abortus.
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan abortus adalah kekurangan gizi, menurut Neil (1998 : 66) kekurangan vitamin dan mineral dapat menimbulkan cacat atau kematian janin. Kelompok berisiko tinggi terkena anemia di Indonesia adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak. Akibat anemia pada ibu hamil pun cukup faal karena bayi bisa lahir cacat atau abortus, persalinan lama, perdarahan, shock, dan payah jantung. Sedangkan pada janin bisa menyebabkan kematian, cacat bawaan, prematur dan cadangan zat besi kurang (Anonimous, 2006).
Menurut Syaifuddin (2001 : 281) anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar Hb 10,5 gr% pada trimester II.
Anemia mengurangi daya tahan tubuh ibu dalam menghadapi infeksi, mengurangi prestasi kerja, meninggikan frekuensi infeksi pada kehamilan dan persalinan, meninggikan risiko kematian maternal, angka prematuritas, kematian perinatal, serta perdarahan anterpartum dan postpartum. Menurut Wiknjosastro (1999 : 450) salah satu pengaruh anemia dalam kehamilan adalah abortus.
Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1995) menyebabkan prevalensi anemia pada ibu hamil adalah 50,9%, ibu nifas 45,1%, remaja putri usia (10-17 tahun0 dan WUS usia (15-45 tahun) adalah 39,5% (Depkes, 2003).

1.2  Identifikai Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasi bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian abortus antara lain :
1.2.1        Faktor Telur (Ovum) yang Kurang Baik
Pemeriksaan janin dengan ultrasonografi dan selanjutnya pemeriksaan histologik menunjukkan bahwa pada kasus 70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal berkembang dengan baik atau mengalami malformasi. Pada 40% dari kasus ini, kelainan kromosom mendasari terjadinya aborsi. Pada 20% abortus, trofoblast gagal mengadakan implantasi secara adekuat (Jones, 2001 : 96).



1.2.2        Faktro Spermatozoa yang Kurang Sempurna
Menurut guerrero dan Rojas (1975) makin tinggi usia spermatozoa makin besar risiko untuk terjadinya abortus. Faktor usia tersebut terjadi akibat kurangnya aktivitas spermatozoa (Affandi, Biran. 2002 : 2-3).

1.2.3        Ketidaksuburan Lapisan Dalam Rahim (Endometrium)
Keadaan tersebut dapat disebabkan oleh kekurangan gizi, kehamilan dengan jarak pendek, terdapat penyakit dalam rahim (Manuaba, 1999 : 102).
1.2.3.1  Kekurangan Gizi
Anemia kehamilan adalah anemia kekurangan zat besi (Manuaba, 1999 : 29). Wanita yang sedang hamil rata-rata energi basal menjadi 4% lebih tinggi dari pada waktu tidak hamil (Kusharto et all, 1999 : 9). Pada wanita hamil atau menyusui perlu adanya tambahan kebutuhan nitrogen (protein) terutama untuk memenuhi kebutuhan janin/bayi (Kusharto et all, 1999 : 9). Kelompok berisiko tinggi dan anak-anak. Akibat anemia pada ibu hamil pun cukup fatal yaitu abortus, persalinan lama, perdarahan, shock dan payah jantung. Sedangkan pada janin bisa menyebabkan kematian, cacat bawaan, prematur dan cadangan zat besi kurang (Anonimous, 2006).
1.2.3.2  Kehamilan Jarak Pendek
Kehamilan dengan jarak terlalu pendek, keadaan ini dapat menyebabkan endometrium belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi sehingga menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi terganggu (Manuaba, 2002 : 215).

1.2.3.3  Penyakit Dalam Rahim
Kelainan pada rahim ini ada dua kategori. Kategori pertama yaitu kelainan yang diperoleh di kemudian hari seperti mioma dan sinekia. Mioma yang terbanyak menyebabkan keguguran ialah mioma sub mukosa. Kategori kedua yaitu kelainan yang diperoleh sejak lahir misalnya uterus bikornis (Chalik, 1999 : 10).

1.2.4        Faktor Penyakit Sistemik yang Kronik
Beberapa penyakit sistemik, tidak berkaitan secara langsung dengan abortus spontan. Penyakit tersebut umumnya menyebabkan kordin yang kurang optimal untuk kehamilan sehingga embrio mengalami gangguan proses biologis normal terutama nutrisi yang dapat menyebabkan anemia. Beberapa penyakit sistematik tersebut diantaranya adalah :
1)      Tuberkolusis paru
2)      Obesitas diabetes mellitus.
3)      Penyakit ginjal (nefritis, nefrosis atau gagal ginjal).
4)      Anoreksia nervosa.
5)      Malaria.
6)      Penyakit hati yang berat dan kronis.
7)      Tifus abdominalis.
(Affandi, Biran. 2002 : 2-4)





1.2.5        Kelainan-kelainan Kromosom
Terdapat pada 60% kehamilan trimester pertama, turun menjadi 75% pada minggu ke-24, frekuensi insiden menurun.
1.2.5.1  Trisomi autosom (paling sering 16,21,22)
Monosomi x ( 45 xo- karidip tunggal yang paling sering), triploidi, tetraploidi, translokasi, mosaik.
1.2.5.2  Hampir selalu kanotip orang tua normal
1.2.5.3  Balanced translocation jarang (James R. Sott et all, 2002 : 107)
Gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk kromosom seks (Manuaba, 2002 : 216)

1.3  Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya faktor yang mempengaruhi kejadian abortus dan keterbatasan waktu, dana serta kemampuan, maka pada penelitian ini dilakukan pembatasan pada faktor anemia kehamilan pada ibu hamil trimester I terhadap kejadian abortus.

1.4  Rumusan Masalah
1.4.1        Bagaimana gambaran kejadian anemia pada kehamilan trimester I ?
1.4.2        Bagaimana gambaran kejadian abortus ?
1.4.3        Adakah hubungan antara anemia pada ibu hamil trimester I dengan kejadian abortus ?



BAB 2
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN


2.1      Tujuan Penelitian
Untuk mempermudah pemahaman dalam melaksanakan penulisan tugas akhir ini, penulis merasa perlu untuk memberi arah dan tujuan suatu pembatasan terhadap permasalahan yang diambil.
2.1.1        Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara anemia dalam kehamilan trimester I dengan kejadian abortus di RS dr. Mochammad Soewandhie Kota Surabaya.

2.1.2        Tujuan Khusus
2.1.2.1  Mengidentifikasi terjadinya anemia dalam kehamilan pada ibu hamil trimester I di RS dr. Mochammad Soewandhie Kota Surabaya.
2.1.2.2  Mengidentifikasi frekuensi terjadinya kejadian abortus di RS dr. Mochammad Soewandhie Kota Surabaya.
2.1.2.3  Menganalisis hubungan antara anemia dan kehamilan trimester I dengan kejadian abortus di RS dr. Mochammad Soewandhie Kota Surabaya.

2.2      Manfaat
2.2.1        Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman tentang hubungan anemia pada kehamilan trimester I dengan kejadian abortus.
2.2.2        Bagi Institusi Pelayanan
Hasi penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi tempat pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan khususnya di RS                   dr. Mochammad Soewandhie Kota Surabaya.

2.2.3        Bagi Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk pengkajian dan penelitian lebih lanjut tentang anemia kehamilan trimester I dengan kejadian abortus.

2.2.4        Bagi Masyarakat Khususnya pada Ibu Hamil / WUS
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi kepada masyarakat untuk lebih memperhatikan nutrisi ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia, yang khususnya pada ibu hamil trimester I.













Previous
Next Post »

Translate