PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan masyarakat
diarahkan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat yang dilakukan dengan
memprioritaskan pada upaya promotif dan preventif, kuratif serta rehabilitatif
yang bersifat menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan agar mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal maka sasaran yang utama adalah keluarga,
karena keluarga sebagai unit terkecil masyarakat. Bila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatan maka akan mempengaruhi keluarga yang lain.
Kurang
Energi Protein (KEP) adalah salah satu maslah gizi utama yang banyak dijumpai
pada Balita di Indonesia. Dalam repelita VI pemerintah dan masyarakat berupaya
menurunkan prevalensi KEP dari 40% menjadi 30% namun saat ini Indonesia sedang
dilanda krisis ekonomi yang berdampak pada status gizi balita.
Untuk
mengantisipasi masalah tersebut diperlukan kesiapan dan pemberdayaan tenaga
kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi KEP ringan sampai berat secara
terpadu di setiap jenjang administrasi termasuk kesiapan sarana pelayanan
kesehatan seperti di Rumah Sakit Umum, Puskesmas Perawatan, Puskesmas, Balai
Pengobatan (BP), Puskesmas Pembantu, Posyandu, atau PPG (Pusat Pelayanan Gizi)
(Depkes RI, 2000 : 1).
Masalah
kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks yang saling berkaitan
dengan masalah-masalah lain diluar kesehatan ibu sendiri. Demikian pula
pemecahan masalah kesehatan tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya sendiri
tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada pengaruhnya terhadap
masalah-masalah sehat sakit untuk itu diharapkan tenaga kesehatan khususnya
Bidan dapat membantu mendeteksi dini timbulnya masalah kesehatan dalam
keluarga.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Diharapkan mahasiswa Akademi
Kebidanan Griya Husada mendapat pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan
Kebidanan pada keluarga secara langsung, serta mampu bersikap etis, rasional
dan profesional dalam menambah dan mengembangkan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan.
1.2.2
Tujuan
Khusus
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu :
1.
Melaksanakan
pengkajian pada keluarga dengan KEP.
2.
Menganalisa
data pada keluarga dengan KEP.
3.
Merumuskan
masalah pada keluarga dengan KEP.
4.
Menentukan
diagnosa keperawatan pada tingkat keluarga.
5.
Menentukan
prioritas masalah.
6.
Melakukan
perencanaan atau intervensi pada keluarga dengan KEP.
7.
Melakukan
penilaian atau evaluasi pada keluarga dengan KEP.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat Asuhan Kebidanan
keluarga cukup kompleks tetapi karena waktu dan kemampuan yang terbatas, maka
penulis membatasi makalah ini pada Asuhan Kebidanan dengan salah satu anggota
keluarga menderita KEP di RW 03 Kelurahan
Dukuh Pakis, Kecamatan Dukuh Pakis Surabaya.
1.4 Metode Penulisan
1.4.1
Studi
Kepustakaan
Dalam penyusunan makalah ini
sebagai pedoman, penulis mempelajari literatur-literatur yang berhubungan
dengan keluarga, kurang energi protein, rumah sehat.
1.4.2
Praktek
langsung
Merupakan suatu pendekatan
yang dilakukan penulis secara langsung pada keluarga Tn ”W” untuk memperoleh
gambaran tentang identitas masing-masing anggota. Penyakit lain yang pernah
diderita, sosial, budaya dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk dapat
bersama-sama keluarga binaan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada. Adapun
pengumpulan data ini dilakukan melalui :
1.
Wawancara
2.
Observasi
/ pengamatan.
3.
Pemeriksaan
fisik.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
1.2
Tujuan
1.3
Batasan
Masalah
1.4
Metode
Penulisan
1.5
Sistematika
Penulisan
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Konsep
Dasar Keluarga
2.1.1
Definisi
2.1.2
Struktur
Keluarga
2.1.3
Ciri-ciri
Struktur Keluarga
2.1.4
Tipe
atau Bentuk Keluarga
2.1.5
Pemegang
Kekuasaan
2.1.6
Peranan
Keluarga
2.1.7
Fungsi
Keluarga
2.1.8
Tugas-tugas
Keluarga
2.1.9
Tipotologi
Masalah Kesehatan Keluarga
2.2
Kurang
Energi Protein (KEP)
2.2.1
Pengertian
2.2.2
Etiologi
2.2.3
Klasifikasi
KEP
2.2.4
Marasmus,
Kwasiokor, Marasmus dan Kwasiokor
2.2.5
Pencegahan
KEP
2.2.6
Cara Menentukan
Balita KEP
2.3
Konsep
Asuhan Kebidanan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1
Pengkajian
3.2
Identifikasi Masalah/Diagnosa
3.3
Rumusan Masalah
3.4
Susunan Prioritas Masalah
3.5
Proses Manajemen Kebidanan
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1
Simpulan
5.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Keluarga
2.1.1
Definisi
Keluarga
adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes RI, 1998).
2.1.2
Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari
bermacam-macam, diantaranya yaitu :
1.
Partilineal
Adalah keluarga sedarah yang
terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah.
2.
Martilineal
Adalah keluarga sedarah yang
terdiri dari sanak saudara sedarah, dalam beberapa generasi dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ibu.
3.
Matrilokal
Adalah sepasang suami istri
yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
4.
Patrilokal
Adalah sepasang suami istri
yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5.
Keluarga
kawinan
Adalah hubungan suami istri
sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi
bagian keluarga, karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.3
Ciri-ciri
Struktur Keluarga
1.
Terorganisasi
Saling berhubungan, saling
ketergantungan antara anggota keluarga.
2.
Adanya keterbatasan
Setiap anggota keluarga
memiliki keterbatasan tetapi meraka juga mempunyai keterbatasan dalam
menjalankan fungsinya dan tugasnya masing-masing.
3.
Ada perbedaan dan
kekhususan
Setiap anggota keluarga
mempunyai peran serta dan fungsinya masing-masing.
2.1.4
Tipe atau Bentuk Keluarga
1.
Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri ayah, ibu dan anak-anak.
2.
Keluarga besar (extended family)
Yaitu keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya : nenek, kakek, keponakan, saudara, sepupu,
paman, bibi, dan sebagainya.
3.
Keluarga berantai (serial family)
Keluarga yang terdiri dari
wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga
inti.
4.
Keluarga
duda/janda (single family)
Keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
5.
Keluarga
komposisi (composite)
Keluarga yang perkawinannya berpoligami
dan hidup secara bersamaan.
6.
Keluarga
kabitas (cahabitation)
Yaitu dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
2.1.5
Pemegang Kekuasaan Keluarga
1.
Patriakal
Yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ayah.
2.
Matriakal
Yang dominan dan memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah dipihak ibu.
3.
Equalitation
Yang memegang kekuasan dalam
keluarga adalah ayah dan ibu.
2.1.6
Peranan
Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan
seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan
individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat
didalam keluarga adalah sebagai berikut :
1.
Peranan
ayah
Ayah sebagai suami dari istri
dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi
rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2.
Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari
anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok
dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu ibu juga dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3.
Peranan anak
Melaksanakan peranan psiko
sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan
spiritual.
2.1.7
Fungsi
Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat
dijalankan sebagai berikut :
1.
Fungsi
Biologis
a.
Untuk
meneruskan keturunan.
b.
Memelihara
dan membesarkan anak.
c.
Memenuhi
kebutuhan gizi keluarga.
d.
Memelihara
dan merawat anggota keluarga.
2.
Fungsi psikologis
a.
Memberi
kasih sayang dan rasa aman.
b.
Memberi
perhatian diantara anggota keluarga.
c.
Membina
pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
d.
Memberikan
identitas keluarga.
3.
Fungsi sosialisasi
a.
Membina sosialisasi pada anak.
b.
Membentuk
norma-norma, tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
c.
Menerukan
nilai-nilai budaya keluarga.
4.
Fungsi Ekonomi
a.
Mencari sumber-sumber
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga.
b.
Pengaturan penggunaan
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
c.
Menabung untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa
yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
5.
Fungsi Pendidikan
a.
Menyekolahkan
anak untuk memberi pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai
bakat dan minat yang dimilikinya.
b.
Mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai
orang dewasa.
c.
Mendidik
anak sesuai dengan tingkat tumbuh kembangnya.
2.1.8
Tugas-tugas
Keluarga
1.
Pemeliharaan
fisik keluarga dan para anggotanya.
2.
Pemeliharaan
sumber-sumber daya yang ada didalam keluarga.
3.
Pembagian
tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya.
4.
Sosialisasi antar anggota
keluarga.
5.
Pengaturan jumlah anggota
keluarga.
6.
Pemeliharaan ketertiban anggota
keluarga.
7.
Penempatan
anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas.
8.
Membangkitkan
dorongan dan semangat para anggota keluarga.
2.1.9
Tipologi Masalah Kesehatan
Keluarga
Dalam tipologi masalah
kesehatan ada 3 kelompok masalah besar, yaitu :
1.
Ancaman
kesehatan adalah keadaan-keadaan yang dapat mencapai potensi kesehatan yang
termasuk dalam ancaman kesehatan :
a.
Penyakit
turunan, seperti asthma bronkiale, diabetes millitus, dan sebagainya.
b.
Keluarga/anggota
keluarga yang menderita penyakit menular seperti TBC, gonorhoe, hepatitis dan
sebagainya.
c.
Jumlah
anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber
daya keluarga seperti anak terlalu banyak sedang penghasilan keluarga kecil.
d.
Resiko
terjadi kecelakaan dalam keluarga, misalnya benda tajam diletakkan sembarangan,
tangga rumah terlalu curam.
e.
Kekurangan
atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga.
f.
Keadaan-keadaan
yang dapat menimbulkan stress antara lain :
-
Hubungan
keluarga yang kurang harmonis.
-
Hubungan
anak dan orang tua tegang.
-
Orang
tua yang tidak dewasa.
g.
Sanitasi
lingkungan yang buruk, diantaranya :
-
Ventilasi
dan penerangan rumah kurang baik.
-
Tempat
pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat.
-
Tempat
pembuangan tinja mencemari air minum.
-
Selokan
atau tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat.
-
Sumber
air minum yang tidak memenuhi syarat.
-
Kebisingan.
-
Polusi
udara.
h.
Kebiasaan-kebiasaan
yang merugikan kesehatan :
-
Merokok.
-
Minuman
keras.
-
Tidak
memakai alat kaki.
-
Makan
obat tanpa resep.
-
Kebiasaan
makan daging menta.
-
Hygiene
personal kurang.
i.
Sifat
kepribadian yang melekat, misalnya pemarah.
j.
Riwayat
persalinan sulit.
k.
Memainkan
peranana yang tidak sesuai, misalnya : anak wanita memainkan peran ibu karena
meninggal, anak laki-laki memainkan peranan ayah.
l.
Imunisasi
anak tidak lengkap.
2.
Kurang
atau tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan, yang termasuk
diantara adalah :
a.
Keadaan
sakit, apakah sesudah atau sebelum didiagnosa.
b.
Kegagalan
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan
normal.
3.
Situasi
krisis adalah saat-saat yang banyak menurut individu atau keluarga dalam
penyesuaian diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga yang termasuk
dalam situasi krisis adalah :
a.
Perkawinan.
b.
Kehamilan.
c.
Persalinan
d.
Masa nifas
e.
Menjadi
orang tua
f.
Penambahan
anggota keluarga, misalnya bayi baru lahir.
g.
Abortus.
h.
Anak
masuk sekolah.
i.
Anak
remaja.
j.
Kehilangan
pekerjaan.
k.
Kematian
anggota keluarga.
l.
Pindah
rumah.
(Nasrul Effendi, 1998 : 32-50)
2.2 Kurang Energi Protein (KEP)
2.2.1
Pengertian
Kurang Energi Protein (KEP) adalah keadaan
kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam
makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG) (Markum,
1991).
2.2.2
Etiologi
1.
Masukan yang tidak adekuat
dihubungkan dengan ketidakmampuan atau penyakit yang menyebabkan anorexia.
2.
Kebutuhan
energi yang meningkat karena infeksi, demam, trauma, neoplasma, hypertiroid,
dan distress pada jantung dan pernafasan.
3.
Meningkatkan
energi yang terbuang dapat disebabkan muntah, diare, dan sindroma malabsorbsi,
juga menurunkan retensi energi.
2.2.3
Klasifikasi
1.
KEP
ringan yang hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak garis putih
2.
KEP
sedang yaitu jika hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak Dibawah Garis
Merah (BGM).
3.
KEP
berat / gizi buruk yaitu bila hasil penimbangan berat badan < 60%, baku
median pada KMS tidak ada garis pemisah KKP berat atau gizi buruk digunakan
tabel.
Adapun
tabel BB yang digunakan untuk menentukan tingkatan KEP :
Kurang Kalori Protein
|
Baik atau Normal
|
Lebih
|
||
Berat
|
Sedang
|
Ringan
|
||
BB < 60%
|
BB 60-70%
|
BB 70-80%
|
80-110%
|
BB > 110%
|
Dengan perhitungan :
Adapun
sindroma marasmus, kwasiokor dan marasmus yang merupakan KEP itu tidaklah
sering ditemukan pada KEP ringan, sedang hal ini berkaitan dengan kenyataan
bahwa jenis dan kebiasaan makan berlainan antara satu dengan daerah lainnya,
iklim, keadaan lingkungan, sanitasi-hygiene yang buruk serta infeksi yang
berulang yang ditimbulkan.
2.2.4
Marasmus,
Kwasiokor, Marasmus dan Kwasiokor
1.
Marasmus
Kwasiokor
Adalah makanan tidak adekuat,
melalui absorbsi dan penyakit hati dengan tanda dan gejala seperti sebagai
berikut :
a.
Keadaan
umum apatis
b.
Berat
badan sangat menurun.
c.
Gangguan
pertumbuhan dan kelainan kulit.
Apabila masukan energi kurang
dan cadangan lemak terpakai, bayi atau anak akan jatuh menjadi marasmus,
sebaliknya bila cadangan protein dipakai untuk energi maka gejala kwasiokor
akan menyertai.
2.
Marasmus
Adalah suatu penyakit
kekurangan pada makanan yang menyebabkan cadangan protein tubuh terpakai dengan
tanda atau gejala wajah seperti orang tua, badan kurus, tidak ada lapisan
lemak, kelihatan sangat lapar, mata cekung, kadang-kadang disertai mencret
menahun dan anak biasanya lebih aktif atau tidak apatis.
Marasmus sering terjadi pada
bayi di bawah 12 bulan.
Tanda dan gejala marasmus antara
lain :
a.
Kurangnya
(bahkan tidak ada) jaringan lemak dibawah kulit, sehingga tampak seperti bayi
yang memakai pakaian yang terlalu berat untuk ukurannya.
b.
Wajah
tampak menua (old man / monkey fase).
c.
Atropi
jaringa, otot lemah terasa kendor atau ini dapat dilihat pada paha dan pantat
bayi yang seharusnya kuat, kenyal dan tebal.
d.
Biasanya
kelaparan dan cengeng.
Pada marasmus tingkat berat,
terjadi retradasi pertumbuhan, berat badan dibanding usianya sampai kurang 60%
standar berat normal, sedikitnya jaringan adiposa pada marasmus berat tidak
menghalangi homeostatis, oksidasi lemak tetap utuh namun menghabiskan cadangan
lemak tubuh.
3.
Kwashiorkor
Adalah suatu penyakit gangguan
keseimbangan protein dengan tanda muka bulan, rambut merah seperti jagung,
menipis, mudah rontok dan mudah dicabut, kulit tampak pucat, BB kurang, anak
tampak apatis dan kadang terdapat ruam seperti cat tua mengelupas pada
lengannya, kasus kwasiokor biasanya terjadi pada anak usia 1-3 tahun,
pertumbuhan terhambat, jaringan otot lunak dan kendor, namun jaringan lemak di
bawah kulit masih ada. Pada kwasiokor pengaruh terhadap sistem neurologi dijumpai
adanya tremor seperti parkinson yang berpengaruh terhadap jaringan (cadangan)
syaraf tunggal maupun syaraf kelompok pada otot.
2.2.5
Pencegahan
KEP
Kurang energi protein
disebabkan oleh multi faktor yang saling terkait sinergis secara klinis maupun
lingkungan (masyarakat). Pencegahan hendaknya meliputi seluruh faktor secara
simultan dan konsisten. Meskipun KKP tidak sepenuhnya dapat diberantas, tanpa
harus menunggu dapat segera dilaksanakan beberapa tindakan untuk mengatasi
keadaan :
1.
Mengendalikan
penyakit-penyakit infeksi diare.
2.
Deteksi
dini dan manajemen KEP awal atau ringan.
3.
Memelihara
status gizi anak.
4.
Memperkecil
dampak penyakit-penyakit infeksi terutama diare di wilayah yang sanitasi
lingkungan kurang baik.
2.2.6
Cara
Menentukan Balita KEP
Penemuan kasus balita KEP
dapat dimulai dari :
1.
Keluarga
/ Posyandu / Pusat Pemilihan Gizi
Pada
penimbangan bulanan dapat diketahui apakah termasuk kategori KEP ringan, sedang
atau berat. Bila balita termasuk KEP ringan, sedang perawatan dapat dilakukan
di rumah, tetapi bila anak dikategorikan dalam KEP sedang, berat/BGM harus
dirujuk ke Puskesmas.
2.
Puskesmas
Semua balita yang datang ke
Puskesmas harus ditentukan status gizinya. Apabila ditentukan balita KEP
sedang-berat segera lakukan pemeriksaan ulang dan kaji secara teliti, apabila
balita tersebut termasuk dalam kategori KEP sedang atau KEP berat. Bila KEP
sedang tanpa penyakit penyerta berat dapat dilakukan rawat jalan di Puskesmas.
Bila KEP berat (tanda klinik positif) harus dilakukan rawat inap di Puskesmas
atau dirujuk ke Rumah Sakit Umum terdekat.
(Depkes RI, 1999)
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan Keluarga
2.3.1
Definisi
Asuhan
kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisir pikiran serta tindakan berdasarkan teori yang
ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan untuk mengambil
keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 1997).
2.3.2
Tujuan Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan pada balita
gizi buruk dalam konteks keluarga bertujuan untuk :
1.
Mempertahankan
kesehatan balita dengan gizi buruk.
2.
Mencegah
komplikasi yang lebih parah pada balita gizi buruk.
3.
Mendapatkan
balita yang sehat.
2.3.3
Sasaran Asuhan Kebidanan
Sasaran Asuhan Kebidanan adalah balita gizi buruk dan
seluruh anggota keluarga, terutama anggota keluarga yang tinggal serumah karena
keluarga mempunyai peran yang sangat besar terhadap kesehatan balita.
2.3.4
Metode Asuhan Kebidanan
Dalam melakukan Asuhan
Kebidanan pada balita gizi kurang digunakan manajemen kebidanan menurut Helen Varney.
2.3.5
Proses
Manajemen Menurut Helen Varney
1.
Melakukan
pengkajian (pengumpulan data).
2.
Mengidentifikasi
masalah / diagnosa.
3.
Menentukan
antisipasi masalah potensial.
4.
Mengidentifikasi
kebutuhan segera.
5.
Menentukan
rencana Asuhan Kebidanan.
6.
Mengimplementasi
Asuhan Kebidanan.
7.
Mengevaluasi
Asuhan Kebidanan.
1.
Pengumpulan
Data
Pada pengumpulan data ini
dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu :
a.
Data
umum
1)
Alamat
Meliputi antara lain lokasi
tempat tinggal keluarga, kecamatan, RT, RW, alamat untuk mengetahui dimana
tempat tinggal keluarga untuk dijadikan petunjuk saat kunjungan rumah (Nasrul Effendy,
1995 : 257).
2)
Identitas
keluarga
-
Nama
kepala keluarga : untuk dapat mengenal kepala keluarga dan mencegah kekeliruan
bila ada kesamaan nama.
-
Umur
: untuk menentukan kematangan sebuah keluarga, perkawinan yang sehat dilakukan
pada usia diatas 20 tahun bagi wanita dan diatas 25 tahun bagi pria.
-
Agama
: dinyatakan untuk mengetahui kepercayaan yang dianut oleh keluarga.
-
Pendidikan
: digunakan untuk menentukan bahasa yang digunakan dalam penyampaian informasi.
-
Pekerjaan
: untuk menentukan taraf hidup dan sosial ekonomi keluarga tersebut.
-
Perkawinan
: untuk menentukan keadaan alat reproduksi ayah dan ibu.
3)
Susunan
anggota keluarga
Dinyatakan untuk mengetahui
jumlah keluarga dalam satu rumah, status keluarga, hubungan dalam keluarga, dan
pengambil keputusan dalam keluarga.
4)
Genogram
keluarga
Ditanyakan untuk mengetahui
silsilah keluarga dari keluarga istri dan keluarga suami, serta keluarga yang
tidak dibina.
b.
Data
khusus
1)
Imunisasi
Untuk mengetahui kelengkapan
imunisasi setiap anggota keluarga.
2)
Pemanfaatan
fasilitas kesehatan
Untuk menilai keterjangkauan
keluarga terhadap sarana kesehatan dan apabila dalam keluarga ada salah satu
anggota keluarga yang sakit dan kepercayaan keluarga pada tenaga kesehatan.
3)
Jenis
penyakit yang sering diderita
Untuk menilai tingkat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, penanganan apa saja yang sudah
diterima dan hasil yang didapat, apakah
penyakit yang diderita dapat disembuhkan dengan tuntas atau belum.
4)
Pemeriksaan
kehamilan
Untuk memantau kehamilannya
oleh petugas kesehatan, berapa kali periksa kehamilan, apakah sudah pernah
mendapatkan imunisasi TT, apakah sudah mendapatkan tablet tambah darah minimal
90 tablet dan Vit. B complek serta yodium, penyuluhan tentang bahaya kehamilan,
gizi ibu hamil.
5)
Pertolongan
persalinan
Ditanyakan pada ibu siapa
penolong persalinan yang lalu, apakah pada persalinan yang lalu ada penyulit
seperti pendarahan, sectio caesaria, solutio placenta.
6)
Kebiasaan
menyapih
Ditanyakan untuk menilai
nutrisi pada anak khususnya dalam pemberian ASI pada bayi.
7)
Pemberian
makanan tambahan
Ditanyakan untuk mengetahui
apakah ibu melaksanakan program ASI eksklusif pada saat anaknya masih bayi
yaitu pemberian ASI sampai bayi berusia 6 bulan dan setelah itu diberikan
makanan tambahan.
8)
Tanggapan
terhadap KB
Ditanyakan untuk menilai
apakah ibu melaksanakan program KB serta menilai pengetahuan ibu terhadap KB
yang telah dipilih dan digunakan tentang manfaat dan efek samping dari KB.
9)
Pola
hidup
a)
Pola
tidur : Tidur sangat penting untuk menentukan kondisi setiap anggota keluarga.
b)
Pola
makan : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pada keluarga dan untuk mengetahui
bahan makanan apakah yang dikonsumsi oleh keluarga.
c)
Pola
kebersihan diri : Menjaga kebersihan diri tubuh dapat membantu mencegah
infeksi, diusahakan mandi dengan air bersih dan ganti pakaian setiap kali
kotor.
d)
Pola
eleminasi : Untuk mengetahui pola buang air besar dan pola buang air kecil
anggota keluarga, selain itu juga untuk mengetahui fungsi alat pencernaan.
10)
Adat
kebiasaan
Pada adat kebiasaan digunakan
untuk mengetahui diadakannya selamatan atau ritual-ritual khusus.
11)
Penggunaan
waktu senggang
Penggunaan waktu senggang
keluarga menggunakan waktu untuk berkumpul bersama anggota keluarga, nonton TV
dan berbincang-bincang dengan tetangga.
c.
Data
subyektif
Dilakukan pemeriksaan antara
lain :
1)
Tanda-tanda
vital
-
Suhu
normal 360-370C jika > 380C kemungkinan
terjadi infeksi.
-
Nadi
normal 90-120x/menit.
-
Pernafasan
normal 30-40x/menit.
-
BB
apakah sesuai dengan umur anak, umur anak 1,6 tahun BB normal : 12500 gram.
-
TB
apakah sesuai dengan umur anak, umur anak 1,6 tahun TB normal :
2)
Pemeriksaan
fisik dilakukan pada balita
Kepala : Kulit kepala bersih atau kotor, ada benjolan
atau tidak.
Muka : Kesimetrisan, tidak ada tanda conjungtivitis,
sklera mata kuning atau tidak, selaput lendir mata pucat atau tidak.
Hidung : Tidak ada polip, keluar cairan atau tidak.
Telinga : Simetris atau tidak, keluar serumen atau
tidak.
Mulut : Simetris atau tidak, bibir pucat atau tidak,
gigi caries atau tidak.
Leher : Bila mengalami pembesaran kelenjar thyroid
kemugkinan balita tersebut kekurangan yodium, bila ada pembesaran vena jugularis
menunjukkan adanya penyakit jantung.
Tangan : Simetris atau tidak, pergerakan aktif atau
tidak.
Ketiak : Ada pembesaran kelenjar lymfe atau tidak.
Dada : Pernafasan normal atau tidak.
Perut : Ada pembesaran hepar atau tidak, ada
pembesaran lien atau tidak.
Kaki : Simetris atau tidak, jari-jari lengkap atau
tidak.
Anus : Ada haemorroid atau tidak.
Genetalia : Testis sudah turun ke dalam kantong scrotum
atau belum pada lak-laki, dan labio mayora sudah menutup labia minora atau
belum pada anak perempuan.
3)
Auskultasi
Untuk mendengar bising usus
balita sehingga dapat diketahui kondisi alat pencernaan berfungsi dengan baik
atau ada gangguan.
2.
Analisa
Data
Di dalam analisa data ada 3
norma yang perlu diperhatikan dalam melihat perkembangan kesehatan keluarga
yaitu :
a.
Keadaan
kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga meliputi :
-
Keadaan
kesehatan fisik, mental, sosial anggota keluarga.
-
Keadaan
gizi anggota keluarga.
-
Status
imunisasi anggota keluarga.
-
Kehamilan
dan keluarga berencana.
b.
Keadaan
rumah dan sanitasi lingkungan
-
Rumah
: ventilasi, penerangan, kebersihan, konstruksi, luas rumah dibandingkan dengan
jumlah anggota keluarga dan sebagainya.
-
Sumber
air minum.
-
Jamban
keluarga.
-
Tempat
pembuangan air limbah.
-
Pemanfaatan
pekarangan yang ada dan sebagainya.
c.
Karakteristik
keluarga
-
Sifat-sifat
keluarga.
-
Komunikasi
dalam keluarga.
-
Interaksi
antar anggota keluarga.
-
Kesanggupan
keluarga dalam membawa perkembangan anggota keluarga.
-
Kebiasaan
dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarga.
3.
Perumusan
Masalah
Perumusan masalah kesehatan
dan keperawatan keluarga yang diambil didasarkan kepada penganalisaan praktek
lapangan yang didasarkan kepada analisa konsep, prinsip, teori dan standar yang
dapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang
masalah kesehatan dan keperawatan keluarga.
Dalam tripologi masalah
kesehatan keluarga ada 3 kelompok masalah besar, yaitu :
a.
Ancaman
kesehatan : keadaan-keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya penyakit,
kecelakaan dan kegawatan dalam mencapai potensi kesehatan yang termasuk dalam
ancaman kesehatan :
1)
Penyakit
keturunan, seperti asthma bronkiale, diabetes millitus, dan sebagainya.
2)
Keluarga
atau anggota keluarga yang menderita penyakit menular seperti TBC, gonore,
hepatitis dan sebagainya.
3)
Jumlah
anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan sumber
daya keluarga seperti anak terlalu banyak sedang penghasilan keluarga kecil.
4)
Resiko
terjadi kecelakaan dalam keluarga, misalnya benda tajam diletakkan sembarangan,
tangga rumah terlalu curam.
5)
Kekurangan
atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga.
6)
Keadaan-keadaan
yang dapat menimbulkan stress antara lain :
-
Hubungan
keluarga yang kurang harmonis.
-
Hubungan
anak dan orang tua tegang.
-
Orang
tua yang tidak dewasa.
7)
Sanitasi
lingkungan yang buruk, diantaranya :
-
Ventilasi
dan penerangan rumah kurang baik.
-
Tempat
pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat.
-
Tempat
pembuangan tinja mencemari sumber air minum.
-
Selokan
atau tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat.
-
Sumber
air minum yang tidak memenuhi syarat.
-
Kebisingan.
-
Polusi
udara.
8)
Kebiasaan-kebiasaan
yang merugikan kesehatan :
-
Merokok.
-
Minuman
keras.
-
Tidak
memakai alat kaki.
-
Makan
obat tanpa resep.
-
Kebiasaan
makan daging mentah.
-
Hygiene
personal kurang.
9)
Sifat
kepribadian yang melekat.
10)
Riwayat
persalinan sulit.
11)
Memainkan
peranana yang tidak sesuai.
12)
Imunisasi
anak tidak lengkap.
b.
Kurang
atau tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan, yang termasuk didalamnya
adalah :
1)
Keadaan
sakit, apakah sesudah atau sebelum didiagnosa.
2)
Kegagalan
dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan
normal.
c.
Situasi
krisis adalah saat-saat yang banyak menurut individu atau keluarga dalam
penyesuaian diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga yang termasuk
dalam situasi krisis adalah :
1)
Perkawinan.
2)
Kehamilan.
3)
Persalinan
4)
Masa
nifas
5)
Menjadi
orang tua
6)
Penambahan
anggota keluarga, misalnya bayi baru lahir.
7)
Abortus.
8)
Anak
masuk sekolah.
9)
Anak
remaja.
10)
Kehilangan
pekerjaan.
11)
Kematian
anggota keluarga.
12)
Pindah
rumah.
4.
Diagnosa
Keperawatan pada Tingkat Keluarga
Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan tentang faktor-faktor yang mempertahankan respons / tanggapan yang
tidak sehat dan menghalangi perubahan yang diharapkan.
Diagnosa yang didapatkan pada
tingkat keluarga ini adalah :
a.
Kurangnya
tanggapan keluarga mengenai imunisasi.
b.
Kurangnya
tanggapan keluarga tentang KB.
Dalam menetapkan diagnosa
perawatan keluarga, ditetapkan berdasarkan faktor resiko dan faktor potensial
terjadinya penyakit atau masalah kesehatan keluarga, serta mempertimbangkan
kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya seperti yang telah
diterapkan di atas. Diagnosa keperawatan ditegakkan dengan menggunakan
formulasi PES (Problem, Etiologi dan Sign).
5.
Prioritas
Masalah
Setelah menentukan diagnosa
atau masalah keperawatan, langkah selanjutnya adalah menentukan prioritas
kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai berikut :
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
Bobot
|
1
|
Sifat masalah
Skala :
Ancaman kesehatan
Tidak/kurang sehat
Krisis
|
2
3
1
|
1
|
2
|
Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala :
Dengan masalah
Hanya sebagian
Tidak dapat
|
2
1
0
|
2
|
3
|
Potensial masalah dapat diubah
Skala :
Tinggi
Cukup
Rendah
|
3
2
1
|
1
|
No
|
Kriteria
|
Nilai
|
Bobot
|
4
|
Menonjol masalah
Skala
Masalah berat harus ditangani
Masalah yang tidak perlu segera ditangani
Masalah tidak dirasakan
|
2
1
0
|
1
|
Skoring :
a.
Tentukan
skor untuk setiap kriteria.
b.
Skor
dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan bobot
c.
Jumlahnya
skor untuk semua kriteria
d.
Skor
tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot.
Kriteria prioritas masalah :
a.
Sifat
masalah, dikelompokkan menjadi
1)
Ancaman
kesehatan
2)
Keadaan
sakit atau kurang sehat.
3)
Situasi
krisis.
b.
Kemungkinan
masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah
atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
c.
Potensi
masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan
dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan
d.
Masalah
yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam nol
beratnya dan mendesaknya untuk diatasi melalui intervensi keperawatan dan
kesehatan.
6.
Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga
adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaksanakan, dalam
memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi.
Diagnosa : Balita dengan KEP sedang
Tujuan : - Jangka pendek
Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan selama
± 1 jam diharapkan ibu balita mengerti tentang penjelasan yang diberikan
petugas, dengan kriteria :
·
Ibu
balita mengerti dan mampu menjelaskan kembali
·
Ibu
mencoba merubah makanan sesuai dengan penjelasan petugas
- Jangka panjang
Setelah
dilakukan Asuhan Kebidanan selama ± 1 minggu dalam 2 kali kunjungan keluarga
mampu mengenal masalah kesehatan kurang energi protein, dengan kriteria :
·
Anak
mau makan
·
Berat
badan anak naik ½ kg dalam 1 minggu.
Intervensi dan rasional
1)
Lakukan
pendekatan therapeutik antara balita dan keluarga
R/ Dengan
melakukan hubungan therapeutik akan menciptakan pendekatan dan kerja sama yang
baik antara keluarga dan petugas
2)
Jelaskan
pada keluarga tentang :
a.
Pengertian,
penyebab dan akibat anak yang KEP
R/ Ibu lebih waspada dalam
memberikan makanan pada anak.
b.
Pentingnya
gizi pada balita
R/ Menambah pengetahuan ibu,
keluarga tentang gizi bagi balita KEP
c.
Jenis
makanan yang bergizi yaitu makanan yang mengandung karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral
R/ Menambah
pengetahuan ibu tentang makanan yang bergizi
3)
Anjurkan
pada ibu memilih sayuran yang baik dan segar
R/ Menu yang
seimbang dapat meningkatkan tumbuh kembang anak dan meningkatkan selera makan
anak
4)
Jelaskan
cara pemberian makanan pada balita secara teratur
R/ Menambah
BB balita secara teratur akan naik
5)
Motivasi
keluarga untuk menimbangkan BB anak melalui Posyandu
R/ Mengetahui
perkembangan anak
6)
Anjurkan
ibu untuk mengambil PMT
R/ Memberi
tambahan asupan gizi bagi balita
7.
Penilaian
/ Evaluasi
Penilaian adalah tahap yang
menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan,
apabila dalam penilaian tujuan tidak tercapai maka perlu dicari penyebabnya.
a.
Hal
ini dapat terjadi karena
-
Tujuan
tidak realistis
-
Tindakan
keperawatan yang tidak tepat.
-
Ada
faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi.
b.
Metode
penelitian
-
Observasi
langsung
Mengamati secara langsung
perubahan yang terjadi dalam keluarga.
-
Wawancara
Mewawancarai keluarga yang
berkaitan dengan perubahan sikap apakah telah menjalankan anjuran yang
diberikan petugas.
-
Memeriksa
laporan
Dapat dilihat dari rencana
asuhan keperawatan yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan sesuai
rencana.
-
Latihan
stimulasi
Latihan stimulasi berguna
dalam menentukan perkembangan kesanggupan melaksanakan Asuhan keperawatan.
(Effendi, Nasrul, 1998)
BAB 3
TINJAUAN KASUS
Pengkajian
Tanggal 15-02-2008 Jam : 10.30 WIB
Data
Subyektif
Data umum
Kecamatan
: Dukuh
Pakis
Kelurahan
: Dukuh
Pakis
RT/RW : 04/03
Alamat
: Dukuh Pakis 6A/1-F
Kepala
keluarga
Nama
: Tn.”W”
Umur
: 28 tahun
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Penghasilan
: -
Suku/Bangsa
: Jawa/Indonesia
Susunan Anggota Keluarga
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Umur
|
Hubungan dengan KK
|
Pekerjaan atau
Pendidikan
|
Keadaan Kesehatan Waktu Kunjungan Pertama atau
Imunisasi yang didapat
|
Tn.Wiranto
|
L
|
28 thn
|
Kep. Keluarga
|
Swasta/SMA
|
Sehat
|
Ny.Susilawati
|
P
|
26 thn
|
Istri
|
IRT/D3
|
Sehat
|
An.Sabrina
|
P
|
16 Bln
|
Anak ke-I
|
-
|
Sehat/imunisasi lengkap
|
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
:
Perempuan
: Tinggal Serumah
:
Garis keturunan
: Garis perkawinan
:
Klien
Keadaan Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga
yang lalu dan sekarang
1.
Bapak
”W” anak ke-2 dari 2 bersaudara sebagai kepala keluarga, tidak pernah menderita
penyakit ginjal, jantung, asthma, kencing manis, hipertensi, hepatitis,
kalaupun sakit cuma batuk, pilek biasa dan berobat ke Dokter.
2.
Ibu
”S” anak ke-2 dari 3 bersaudara sebagai istri, tidak pernah menderita penyakit
ginjal, jantung, asthma, kencing manis, hipertensi, hepatitis, kalaupun sakit
cuma batuk, pilek biasa dan berobat ke dokter.
3.
Anak
”S” anak tunggal sebagai anak, dalam keluarga tersebut selama dalam masa
kandungan ibu tidak pernah mengalami gangguan sampai lahir. Umur kehamilan 9
bulan, keadaan waktu lahir baik, lahir spontan, letak belakang kepala, segera
menangis, tidak cacat, berat badan lahir 3000 gram, panjang badan 50 cm, lahir
ditolong oleh Bidan tahun 2003. Bila anak sakit upaya yang dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah dengan membawa anak tersebut berobat ke dokter atau
bidan, imunisasi sudah lengkap. Saat dikunjungi keadaan anak ”S” tampak kurus,
BB : 8000 gram, TB : 75 cm, lingkar lengan : 12 cm, lingkar kepala 45 cm,
perkembangan motorik anak ”S” sudah dapat berjalan sendiri, makan sendiri.
Pemeriksaan Khusus
Rambut : Hitam ikal, pertumbuhan merata, perabaan
halus, fontanel mayor sudah menutup.
Mata : Simetris, selaput lendir mata tidak pucat,
sklera mata tidak ikterus, tidak ada conjungtivitis, tidak ada bintik bitot.
Hidung : Simetris, tidak pernah mimisan, kebersihan
cukup.
Telinga : Simetris, kebersihan cukup, tidak ada serumen.
Mulut : Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis, tanda
rhagaden tidak ada, gigi sudah tumbuh lengkap.
Leher : Pembesaran kelenjar limfe tidak ada,
pembesaran kelenjar thyroid tidak ada, tidak ada bendungan vena jugularis.
Ketiak : Pembesaran kelenjar limfe tidak ada, tidak ada
assesoriasis mammae, kebersihan cukup.
Tangan : Simetris, tidak ada polydactili maupun
syndactili, tidak oedema.
Dada : Simetris, tidak ada kelainan, pernafasan
normal.
Perut : Tidak buncit, tidak ada pembesaran hepar,
tidak ada pembesaran lien, tidak kembung.
Pelipatan paha : Pembesaran kelenar limfe tidak
ada, tanda hernia inguinalis tidak ada.
Punggung : Simetris, tidak ada kelainan, tidak ada spina
bifida.
Kaki : Simetris, tibia baik, jari-jari lengkap.
Anus : Tidak ada haemorroid, kebersihan cukup
Pola Kebiasaan Sehari-hari
1.
Tn
”W”
Nutrisi : Makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk.
Minum ± 6-7 gelas air putih/hari
Istirahat
: Siang
tidak pernah tidur siang
Malam : ± 8 jam, pukul
21.00-05.00 WIB
Personal hygiene : Mandi 2x sehari dengan menggunakan
sabun, gosok gigi 2x sehari dengan pasta gigi dan ganti baju tiap hari
Eliminasi
: BAB
lancar
BAK lancar
2.
Ny.”S”
Nutrisi : Makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk.
Minum ± 7-8 gelas air putih/hari
Istirahat
: Siang
: ± 2 jam, pukul 12.00-14.00 WIB
Malam : ± 8 jam, pukul
20.30-04.30 WIB
Personal hygiene : Mandi 2x sehari dengan
menggunakan sabun, gosok gigi 2x sehari dengan pasta gigi dan ganti baju tiap
hari
Eliminasi
: BAB
lancar
BAK lancar
3.
An.”S”
Nutrisi : Makan 2x sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk. Minum
susu dan air putih ± 8 botol 60 ml sehari, anak sulit makan
Istirahat
: Siang
: ± 2 jam, pukul 12.00-14.00 WIB
Malam : ± 9 jam, pukul
20.30-05.30 WIB
Personal hygiene : Mandi 2x sehari dengan
menggunakan sabun, gosok gigi 2x sehari dengan menggunakan pasta gigi dan ganti
baju tiap hari
Eliminasi
: BAB
lancar
BAK lancar
Pengetahuan Pengolahan
Memilih : Ibu selalu memilih sayuran yang segar untuk
dimasak
Mencuci : Setelah dipotong sayuran dicuci sebelum dimasak
Mengolah : Ibu memasak sayuran sampai matang
Menyajikan : Ibu biasa menyajikan makanan dalam keadaan
hangat atau dingin.
Tanggapan tentang Keluarga Berencana
Setelah melahirkan ibu belum
pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik maupun pil, ibu menggunakan alat
kontrasepsi sederhana yaitu kondom.
Keadaan Sosial Budaya, Ekonomi dan
Spiritual
1.
Keadaan
sosial budaya
Keluarga selalu mengikuti
kebiasaan adat Jawa yang berupa selamatan, baik tiga bulanan, tujuh bulanan,
khitanan maupun peringatan hari orang meninggal, hubungan keluarga dengan
tetangga baik dan saling tolong menolong.
2.
Keadaan
ekonomi keluarga
Tn.”W” bekerja di sebuah
perusahaan swasta, sedangkan ibu sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan Tn.”W”
digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, keluarga masih bisa menabung
sedikit-sedikit.
3.
Keadaan
spiritual
Bapak dan ibu selalu
melaksanakan sholat 5 waktu.
Data
Obyektif
Rumah
Luas
: 16 m x 10 m
Jenis
rumah : Permanen,
rumah orang tua
Letak
: Jauh dari sarang vektor
Dinding : Tembok
Atap : Genteng
Lantai : Tegel
Cahaya : Cukup
Jalan
angin : Cukup
Jendela
: 3
Air minum
Asal
: Air PDAM
Nilai
air : Bersih
Konsumsi air : Untuk mencuci baju, mandi, mencuci piring,
untuk minum dan masak digunakan air galon
Pembuangan sampah
-
Jenis
jamban leher angsa
-
Kebersihan
cukup.
-
Kamar
mandi dekat dengan jamban
Pekarangan dan Selokan
-
Pengaturan
teratur.
-
Kebersihan
: bersih
-
Air
limbah teratur
-
Rumah
: tidak ada pekarangan
Denah Rumah
Keterangan :
: Pintu sebanyak 6
: Jendela, sebanyak 3
Interpretasi Data Dasar
Tanggal
|
Diagnosa/Masalah
|
Data Dasar
|
15-02-2008
Jam
10.30 WIB
|
Balita dengan KEP sedang
Masalah :
Anak sulit makan
Kebutuhan :
-
Memberikan
penyuluhan pada ibu dan keluarga
-
Memberikan
PMT
|
DS :
-
Ibu
mengatakan anak ”S” sulit makan, anak hanya mau minum susu.
DO :
-
Anak
”S” sehat, agak kurus
-
Berat
badan : 8000 gram
-
Panjang
badan : 75 kg
-
Lila
: 12 cm
-
Lingkar
kepala : 45 cm
-
Umur :
16 bulan
|
Perumusan Masalah
Dari data-data di atas dan
hasil analisa yang sederhana maka banyak pemasalahan yang timbul dalam keluarga
Tn. Wiranto yang disebabkan oleh faktor kurangnya pengetahuan keluarga dalam
menjalankan tugas keluarga dalam bidang kesehatan sehingga timbullah
masalah-masalah keluarga sebagai berikut :
-
Balitanya
menderita KEP sedang
Susunan Prioritas Masalah
Untuk mengatasi masalah
keluarga Tn. Wiranto secara keseluruhan tidak mungkin oleh karena itu diperlukan
masalah kesehatan, dimana masalah dan keperawatan yang mengancam kehidupan dan
kesehatan itulah yang menjadi prioritas utama. Agar dapat melaksanakan
prioritas keluarga secara tepat maka dilakukan pembobotan masalah dengan
kriteria sebagai berikut :
-
Balita
menderita KEP sedang
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1
|
Sifat masalah
|
2/3 x 1
|
2/3
|
Ancaman kesehatan
|
2
|
Kemungkinan masalah untuk diubah
|
2/2 x 2
|
1
|
Masalah mudah diubah karena keluarga dapat menjangkau
|
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
3
|
Potensial masalah untuk dirubah
|
3/3 x 1
|
1
|
Kekurangan energi protein dapat dirubah atau diatasi dengan asupan
nutrisi yang cukup
|
4
|
Menonjolnya masalah
|
½ x 1
|
½
|
Keluarga menyadari masalah tetapi belum segera diatasi
|
Total skor
|
3 1/6
|
|
|
|
|||
|
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
|
Diagnosa
|
Catatan Perkembangan
|
22-02-2008
Jam
10.30 WIB
|
Balita dengan KEP
|
DS :
-
Ibu
mengatakan sudah memberikan PMT kepada anaknya dan mau makan
DO :
-
Keadaan
umum baik
-
Ibu
mampu menjelaskan kembali tentang pentingnya makan-makanan bergizi
-
Anak
mau makan menu yang disediakan ibunya
-
BB
anak naik 500 ons
A :
Balita dengan KEP sudah mau makan dan BB anak naik dalam waktu 1 minggu
P :
-
Anjurkan
pada ibu untuk memilih sayuran yang segar, cara mencuci sayuran, cara
mengolah masalah yang baik, dan cara menyajikan masalah
-
Jelaskan
cara pemberian makanan pada balita secara teratur
-
Motivasi
keluarga untuk menimbang BB anak melalui Posyandu atau Puskesmas
|
BAB 4
PEMBAHASAN
KEP sedang adalah bila dari
hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak pada pita warna merah. Penyebab
dari KEP sedang salah satunya adalah kurangnya intake makanan sehari-hari, sehingga
tidak memenuhi kecukupan gizi yang disebabkan karena kurang ketelatenan ibu
dalam memberi makan anaknya. Penghasilan keluarga cukup untuk kebutuhan
sehari-hari bahkan keluarga terkadang dapat menabung sedikit-sedikit.
Dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan
komunitas dengan KEP sedang pada Anak ”S” keluarga bapak ”W” yang berhubungan
dengan ketidakmampuan ibu dalam memberi asupan nutrisi yang adekuat pada
balitanya. Asuhan Kebidanan ini dilaksanakan tanggal 15 Februari 2008 dengan
mengacu pada prosedur yang ada dan rencana Asuhan Kebidanan komunitas selalu
disebutkan dengan teori yang ada, sehingga masalah-masalah yang akhirnya
terealisasi sesuai dengan kriteria hasil dari tujuan, jangka panjang yaitu :
-
Anak
mau makan sesuai kebutuhan anak.
-
Berat
badan anak naik.
-
Ibu
atau keluarga mampu memberikan makanan menu seimbang.
-
Ibu
atau keluarga telaten dalam memberikan makanan.
-
Ibu
atau keluarga membawa anaknya ke Posyandu.
Evaluasi dilakukan pada waktu
di rumah yang dilaksanakan pada tanggal 22 Februari 2008, berat badan anak naik
500 gram yaitu dari 8 kg menjadi 8,5 kg. Kenaikan berat badan anak tersebut
ditunjang dengan pemberian PMT.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Setelah
melakukan Asuhan Kebidanan komunitas pada keluarga Tn.”W” di RW 03 Kelurahan
Dukuh Pakis selama ± 3 minggu dapat disimpulkan :
5.1.1
Pengkajian
Data yang diperoleh
berdasarkan identitas klien dan status klien, dari data yang diperoleh tidak
ada kesenjangan. Karena klien kooperatif terhadap tindakan yang dilakukan.
5.1.2
Identifikasi
Diagnosa / Masalah
Dari identifikasi masalah
didapatkan diagnosa : KEP sedang pada An.”S” keluarga bapak ”W” yang
berhubungan dengan kurang ketelatenan ibu dalam memberi makan anak balitanya :
-
KIE
tentang nutrisi atau makanan menu seimbang.
-
Telaten
dalam memberikan makanan.
-
Telaten
pergi ke Posyandu untuk menimbang berat badan anak.
5.1.3
Antisipasi
Masalah / Diagnosa Potensial
Dalam Asuhan Kebidanan ini
didapatkan masalah potensial yaitu potensial terjadi KEP berat.
5.1.4
Identifikasi
Kebutuhan Segera
-
KIE
gizi seimbang pada keluarga.
-
Pemanfaatan
fasilitas yang ada (Posyandu).
5.1.5
Pengembangan
Rencana (Intervensi)
Intervensi dilakukan
berdasarkan diagnosa / masalah yang telah didapatkan.
5.1.6
Implementasi
Implementasi dilaksanakan
berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun.
5.1.7
Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan
tujuan, dari evaluasi diketahui bahwa Asuhan Kebidanan yang dilakukan telah
berhasil sesuai dengan tujuan yang ada, yaitu ibu dan keluarga mampu memberikan
menu seimbang pada balitanya, keluarga mampu dan telaten dalam memberikan
makanan, keluarga mampu menimbangkan berat badan balitanya di Posyandu.
5.2 Saran
5.2.1
Bagi Petugas
Kesehatan
1.
Diharapkan
agar para tenaga kesehatan dapat lebih meningkatkan ketrampilan dan
pengetahuan.
2.
Diharapkan
agar para tenaga kesehatan dapat memberikan Asuhan Kebidanan secara optimal dan
komprehensif pada semua keluarga.
5.2.2
Bagi
Orang Tua dan Keluarga
1.
Memotivasi
keluarga untuk menjaga kondisi kesehatannya dengan melakukan PHBS (Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat).
2.
Memotivasi
keluarga terutama ibu untuk memberikan makanan sehat seimbang dan mengolah
makanan yang benar.
3.
Menganjurkan
pada keluarga untuk memanfaatkan sarana kesehatan yang ada.
|
Depkes RI, 1999. Buku Pedoman Tatalaksana Kurang Energi
Protein pada Anak di Puskesmas dan Rumah Tangga. Jakarta : Depkes RI.
Effendy, Nasrul. 1998. Perawatan Kesehatan Masyarakat Cetakan 2. Jakarta : EGC.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit, Cetakan I. Jakarta
: EGC.
Pudjiadi, Solihin, 2000.Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : EGC.
ConversionConversion EmoticonEmoticon