BAB I
PENDAHULUAN.
1.1 Latar Belakang
Nilai-nilai ajaran agama islam sangatlah luas , Namun tidak banyak
masyarakat mengetahuimanfaat dan cara-cara menerapkan nilai-nilai ajaran agama
islam. Dalam hal ini nilai-nilai ajaran agama islam sebagi pedoman hidup,beribadah
dan bermasyarakat merupakan hal yang sangat pantas untuk di pelajari lebih
dalam.
Untuk itu kita menyusun makalah yang bertemakan nilai-nilai ajaran
agama islam sebagai pedoman hidup,beribadah dan bermaasyarakat agar penerapan
tentang nilai-nilai tersebut tidak salah arti.
1.2
Tujuan Penulisan.
Adapun tujuan dari pembentukan makalah ini
adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Al-Islam
2. Untuk di jadikan acuan dalam penilaian
3. Untuk menambah wawasan khususnya
mahasiswa dan umumnya para pembaca
4. Menumbuhkan motivasi bagi para pembaca
untuk terus mencari informasi tentang
Pengetahuan agama.
1.3
Metode Penulisan
Metode yang biasa digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah
pustaka dan browsing dan referensi dari orang-orang yang mempunyai wawasan
lebih tentang agama.
Metode Referensi atau
pustaka adalah metode penyusunan makalah dengan melihat dan mencari sumber dari
buku-buku. Metode browsing adalah metode dengan mencari data yang di perlukan
dengan menggunakan layanan internet.
1.4 Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami kemukakan dalam
makalah ini antara lain
1. bagaimana
cara agama islam dalam menjadikan islam sebagai pandangan hidup ?
2. bagaimana beribadah dalam
islam ?
3. apa saja nilai-nilai ajaran agama
islam dalam bermasyarakat ?
1.5
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika dari penulisan makalah
ini.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang penulisan
1.2 Tujuan penulisan
1.3 Metode penulisan
1.4 Rumusan masalah
1.5 Sistematika penulisan
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1Landasan Teori
2.1Landasan Teori
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 islam sebagai pedoman hidup
3.2beribadah dalam islam
3.3nilai-nilai ajaran islam dalam
bermasyarakat
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Pesan dan Kesan
BAB II
LANDASAN TEORI
I.
ISLAM SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
Islam memberikan konsepsi yang
lengkap dan sempurna tentang seluruh aspek kehidupan 9minhajul hayah) dengan
konsepsi yang benar.
1. Keyakinan ( al-i’tiqodi)
2. Akhlak (al-akhlaqi)
3. Tingkah laku (as-suluki)
4. Perasaan (asy-syu’uri)
5. Pendidikan (at-tarbawi)
6. Sosial (Al-ijtima’i)
7. Politik (as-siyasi)
8. Ekonomi (al-istishadi)
9. Militer (al-’askari)
10.Peradilan (al-jina-i)
Tujuan
Penciptaan Manusia
Seseorang yg ditugaskan di suatu pos, tentu ia harus mengetahui apa sebenarnya tujuan ia ditempatkan di pos tersebut. Demikian pula dengan manusia, sudah sewajibnya kita tahu apa tujuan Allah swt menciptakan kita...
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (menyembah) kepada-Ku". (QS. 51:56).
Seseorang yg ditugaskan di suatu pos, tentu ia harus mengetahui apa sebenarnya tujuan ia ditempatkan di pos tersebut. Demikian pula dengan manusia, sudah sewajibnya kita tahu apa tujuan Allah swt menciptakan kita...
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (menyembah) kepada-Ku". (QS. 51:56).
Makna Ibadah
Secara bahasa ibadah berarti tunduk dan taat. Sedangkan menurut istilah, ibadah berarti segala perkataan dan perbuatan yang dicintai serta diridhai Allah swt, baik yg bersifat lahir (nampak) maupun bathin (tersembunyi).
Secara bahasa ibadah berarti tunduk dan taat. Sedangkan menurut istilah, ibadah berarti segala perkataan dan perbuatan yang dicintai serta diridhai Allah swt, baik yg bersifat lahir (nampak) maupun bathin (tersembunyi).
Syarat Diterimanya Ibadah
Tiga syarat yg harus dipenuhi agar ibadah kita diterima Allah swt:
Tiga syarat yg harus dipenuhi agar ibadah kita diterima Allah swt:
- Lillah,
yaitu niat yg ikhlash, niat hanya karena Allah swt semata,
niat hanya untuk mencari keridhaan Allah swt.
- Billah,
yaitu pelaksanaannya seperti yg diperintahkan Allah dan yg
dicontohkan oleh Rasulullah (ittiba'). Misalnya, kita mecontoh
bagaimana Rasulullah shalat, puasa, bersillaturrahiim, bertetangga,
bertutur kata, memimpin umat dan sebagainya.
- Illallaah,
yaitu dengan tujuan hanya untuk mencari keridhaan Allah semata.
Firman Allah: Dan di antara manusia ada orang yg mengorbankan dirinya
karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hamba-Nya. (QS. 2:207)
III.
Nilai-nilai ajaran islam
dalam bermasyarakat
.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
Sebaik-baik manusia adalah yang paling berguna bagi manusia. (HR. Ath-Thabarani dan Ad-Daruquthni dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 3289)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 ISLAM SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
Islam memberikan konsepsi yang
lengkap dan sempurna tentang seluruh aspek kehidupan 9minhajul hayah) dengan
konsepsi yang benar.
1. Keyakinan ( al-i’tiqodi)
QS Al Baqoroh ayat 255 “Allah, tidak
ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya
apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah
tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang
mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang
dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa
berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” yakni
keyakinan tentang Tuhan, nama dan sifatnya; kekuasaan wewenang dan hak-hakNya;
pengawasan-Nya, pembalasan-Nya di dunia dan di akhirat; tentang nabi dan Rasul;
atentang alam ghaib, malaikat, jin, iblis, setan, kehidupan sesudah mati; alam
barzah; kebangkitan; hisab, surga, neraka dan hal-halghaib lainnya. semua
dijelaskan tuntas dalam aqidah Islamiyah
2. Akhlak (al-akhlaqi)
QS Al A’raaf ayat 96 “Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya”. dan QS Ar Ra’d ayat 28“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. Yakni sikap moral manusia terhadap
Allah, dirinya, sesama manusia dan alam semesta. Aqidah islamiyah akan
membentuk kesadaran untuk sealu berbuat yang terbaik dan menghindari yang
buruk”.
3. Tingkah laku (as-suluki)
QS Surat Al Baqoroh ayat 138 “Shibghah
Allah*). dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan Hanya
kepada-Nya-lah kami menyembah”.*) Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah:
celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan
kemusyrikan. Yakni tindakan psikomotorik yang bersumber dari aqidah dan
akhlak-Nya. Sistem Islam mengarahkan agar budaya perilaku manusia menjadi mulia
dan terhormat.
4. Perasaan (asy-syu’uri)
QS Ar Ruum ayat 30 “Maka hadapkanlah
wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”
fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai
naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara
pengaruh lingkungan. QS Asy Syu’araa’Surat 26 ayat 192 – 195 yaitu “192.
Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam,
193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),194. Ke dalam hatimu
(Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi
peringatan, 195. Dengan bahasa Arab yang jelas.” Yakni perilaku jiwa
dalam merespon segala sesuatu. Perasaan sangat dipengaruhi oleh aqidah dan
akhlak. Islam secara sempurna menyentuh aspek ini sehingga melahirkan generasi
yang lembut, sensitif, tegas dan welas asih sesuai konteks yang
melatarbelakangi.
5. Pendidikan (at-tarbawi)
QS Al Baqoroh surat ke 2 ayat 151 “
Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah
mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada
kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta
mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. QS Ali ‘Imran surat ke 3
ayat 164. “Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman
ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa)
mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya
sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang
nyata.” QS surat Al Jumu’ah ayat 2. “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang
buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah).
dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata:”
Islam sebagai pedoman hisup harus dipahami dengan baik dan diwariskan
pemahamannya kepada generasi penerus agar mereka tidak sesat, prosestersebut
hany berhasil melalui pendidikan yang Islami.
6. Sosial (Al-ijtima’i)
Surat An Nur surat ke 24 ayat 2-10
yaitu “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah
tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan
kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu
beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman
mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. 3. Laki-laki yang
berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang
musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki
yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas
oran-orang yang mukmin[1028] 4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang
baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi,
Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah
kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang
yang fasik. 5. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki
(dirinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 6. Dan
orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada
mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu
ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk
orang-orang yang benar. 7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la’nat Allah
atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta[1030]. 8. Istrinya itu
dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya
suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. 9. Dan (sumpah) yang
kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang
benar. 10. Dan Andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan
(andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan
mengalami kesulitan-kesulitan).”
[1028] maksud ayat Ini ialah: tidak
pantas orang yang beriman kawin dengan yang berzina, demikian pula sebaliknya.
[1029] yang dimaksud wanita-wanita
yang baik disini adalah wanita-wanita yang suci, akil balig dan muslimah.
[1030] maksud ayat 6 dan 7: orang
yang menuduh Istrinya berbuat zina dengan tidak mengajukan empat orang saksi,
haruslah bersumpah dengan nama Allah empat kali, bahwa dia adalah benar dalam
tuduhannya itu. Kemudian dia bersumpah sekali lagi bahwa dia akan kena laknat
Allah jika dia berdusta. Masalah Ini dalam fiqih dikenal dengan Li’an.
Interaksi sosial manusia tidak lepas
dari sentuhan Islam. Islam mengatur sedemikian sehingga tercipta hubungan
sosial yang harmonis, penuh kasih sayang dan bebas dari permusuhan.
7. Politik (as-siyasi)
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al
Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu
kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab
yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan
dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran
yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan
aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah
kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu
perselisihkan itu.” (Al-Maidah:48) Sebagai khalifah Allah di buim, kita tidak
akan lepas dari masalah politik, baik sebagai subyek maupun obyek. Dengan Islam
Allah mengatur bagaimana seharusnya politik dan berpolitikitu.
Tarbiyah siyasiah yang bermakna
pendidikan atau pembinaan politik adalah sangat urgent dipahami oleh setiap
muslim. Karena pemahaman politik yang sejatinya, tidak sama dengan pemahaman
selama ini dalam ilmu politik secara umum, yaitu berpolitik yang hanya
dimaksudkan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita
berpartisipasi dalam politik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan
memperjuangkan kepentingan masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan
memimpin untuk memperbaiki sistem yang tidak berpihak kepada nilai-nilai
kebaikan dan kebenaran.
Oleh karenanya, seluruh aktivitas
yang berkaitan dengan gerakan berpartai dan berpolitik, disebut dengan “Jihad
Siyasi” (Perjuangan Politik). Dalam bahasa Imam Hasan Al-Banna, perjuangan ini
dikatagorikan dalam marhalah “rukun amal” yang disebut “Ishlahul Hukumah”
(Perbaikan Pemerintahan).
Keberhasilan dan kesuksesan
berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact kepada dimensi kehidupan yang
lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan dakwah. Yang berujung kepada
pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada
dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan aset-aset
negara dan pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu
memelihara identitas atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi spirituil
dalam aspek sosial budaya.
Seruan dan anjuran kepada umat Islam
untuk kembali ke barak atau ke dunia dakwah saja dengan pemahaman yang sempit,
karena alasan bahwa dunia politik adalah dunia “rawan dan beranjau”, dunia yang
sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal
menjadi haram, haram menjadi halal, atau menyetujui demokrasi yang merupakan
produk Barat, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah seruan
ini seperti orang yang mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik No”. Sebuah adigium
yang dulu merupakan musuh bersama umat Islam dan da’i yang mengajak kembali
manusia kepada Islam secara kaffah atau komprehensif.
Dan bila ada sebagian kader yang
tergelincir dan terjerumus dalam permainan sistem yang destruktif negatif, maka
tugas umat, organisasi massa Islam atau organisasi politik Islam untuk
menyiapkan sarana dan prasarana agar setiap yang terjun ke dunia politik tetap
istiqamah dalam menjalankan amanah yang dibebankan kepadanya dan tetap
menjaga integritas diri.
Baina Ad-Dakwah
Was Siyasah
Apakah ada pertentangan antara
dakwah dan siyasah atau politik?. Jawaban pertanyaan ini akan menyelesaikan
kerisauan dan kegamangan kita dalam melakukan kerja-kerja dakwah selanjutnya
yang bersinggungan dengan dunia politik dan langkah meraih kemenangan “Jihad
Siyasi” dalam perhelatan pemilihan wakil-wakil rakyat dan pemimpin negeri ini.
Ayat di atas dan pengertian Islam
yang didefinisikan oleh Imam Hasan Al-Banna di bawah ini adalah dalil yang menunjukkan tentang titik temunya amal
da’awi dan amal siyasi dalam bingkai keislaman. Jadi tidak ada samasekali
pertentangan antara dunia Dakwah dengan dunia Politik. Coba kita renungkan
pernyataan Beliau dalam “Risalatut Ta’lim”:
“Islam adalah
nidzam (aturan) komprehensif yang memuat seluruh dimensi kehidupan. Ia adalah
daulah dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia adalah akhlak dan kekuatan
atau rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah (wawasan) dan qanun
(perundang-undangan) atau keilmuan dan peradilan, ia adalah materi dan
kesejahteraan atau profesi dan kekayaan. Ia adalah jihad dan dakwah atau
militer dan fikrah, sebagaimana ia adalah aqidah yang benar dan ibadah
yang shahih ( benar).”
Dakwah yang bertujuan menyeru
manusia untuk kembali kepada nilai-nilai Islam secara komprehensif bisa
dilakukan oleh kader di manapun ia berada dan apapun profesinya. Apakah ia
seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknokrat, birokrat, petani, buruh,
politikus (aleg) dan eksekutif (menetri) bahkan seorang presiden
sekalipun. Jadi dakwah bukan suatu yang antagonis dengan dunia politik,
akan tetapi dunia politik merupakan salah satu lahan dakwah
8. Ekonomi (al-istishadi)
Untuk menunaikan tugas-tugas dan
agar bisa bertahan hidup, manusia melakukan kegiatan ekonomi. Islam mengatur
agar kegiatan ekonomi itu bukan untuk memenuhi kesengangan sesaat, namun
menyiapkan kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat nanti.
9. Militer (al-’askari)
Manusia perlu menyiapkan kekuatan
untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensinya
10 Peradilan (al-jina-i)
Manusia diberi hak membuat aplikasi
hukum dan perundang-undangan, baik perdata maupun pidana
Pemahaman
seseorang tentang ibadah kadang terbatas pada aktivitas yg bersifat ritual saja
seperti shalat, puasa, zakat dsb... Apa makna & syarat diterimanya ibadah?
Dan bagaimana suatu pekerjaan atau perbuatan (hal yang halal atau mubah di luar
peribadatan) itu bisa bernilai ibadah di sisi Allah swt?
Tujuan Penciptaan Manusia
Seseorang yg ditugaskan di suatu pos, tentu ia harus mengetahui apa sebenarnya tujuan ia ditempatkan di pos tersebut. Demikian pula dengan manusia, sudah sewajibnya kita tahu apa tujuan Allah swt menciptakan kita...
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (menyembah) kepada-Ku". (QS. 51:56).
Kini jelaslah, bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin hanyalah untuk mengabdi & menyembah Allah, beribadah kepada Allah semata.
Makna Ibadah
Secara bahasa ibadah berarti tunduk dan taat. Sedangkan menurut istilah, ibadah berarti segala perkataan dan perbuatan yang dicintai serta diridhai Allah swt, baik yg bersifat lahir (nampak) maupun bathin (tersembunyi).
Namun ada sebagian orang yg kurang benar dalam memahami arti dari ibadah. Mereka menganggap ibadah hanyalah terbatas pada ibadah ritual yg tercantum dalam rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Padahal sebenarnya ibadah sendiri tidak mempunyai arti sesempit itu. Sebaliknya rukun Islam inilah yg seharusnya menjadi titik tolak bagi seorang muslim dalam merealisasikan ibadah dalam seluruh aspek kehidupannya.
Muhammad Quthb dalam sebuah bukunya menuliskan: "Perasaan seorang muslim dalam perjalanan mencari rizki, mencari ilmu, mengupayakan kemakmuran bumi dan setiap aktivitas fisik, akal dan jiwanya adalah (bisa bernilai) ibadah. (Nilai) Ibadah yg dilaksanakan dengan keikhlasan yg sama dengan keikhlasan untuk melaksanakan (ibadah) shalat." Ternyata menuntut ilmu, mendidik & membesarkan anak, bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga, bahkan menyingkirkan duri dari jalanan pun bisa mempunyai nilai ibadah. Tentunya ada syarat-syarat tertentu, hingga sesuatu yg kita kerjakan dinilai Allah sebagai ibadah.
Syarat Diterimanya Ibadah
Tiga syarat yg harus dipenuhi agar ibadah kita diterima Allah swt:
Tujuan Penciptaan Manusia
Seseorang yg ditugaskan di suatu pos, tentu ia harus mengetahui apa sebenarnya tujuan ia ditempatkan di pos tersebut. Demikian pula dengan manusia, sudah sewajibnya kita tahu apa tujuan Allah swt menciptakan kita...
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (menyembah) kepada-Ku". (QS. 51:56).
Kini jelaslah, bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin hanyalah untuk mengabdi & menyembah Allah, beribadah kepada Allah semata.
Makna Ibadah
Secara bahasa ibadah berarti tunduk dan taat. Sedangkan menurut istilah, ibadah berarti segala perkataan dan perbuatan yang dicintai serta diridhai Allah swt, baik yg bersifat lahir (nampak) maupun bathin (tersembunyi).
Namun ada sebagian orang yg kurang benar dalam memahami arti dari ibadah. Mereka menganggap ibadah hanyalah terbatas pada ibadah ritual yg tercantum dalam rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Padahal sebenarnya ibadah sendiri tidak mempunyai arti sesempit itu. Sebaliknya rukun Islam inilah yg seharusnya menjadi titik tolak bagi seorang muslim dalam merealisasikan ibadah dalam seluruh aspek kehidupannya.
Muhammad Quthb dalam sebuah bukunya menuliskan: "Perasaan seorang muslim dalam perjalanan mencari rizki, mencari ilmu, mengupayakan kemakmuran bumi dan setiap aktivitas fisik, akal dan jiwanya adalah (bisa bernilai) ibadah. (Nilai) Ibadah yg dilaksanakan dengan keikhlasan yg sama dengan keikhlasan untuk melaksanakan (ibadah) shalat." Ternyata menuntut ilmu, mendidik & membesarkan anak, bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga, bahkan menyingkirkan duri dari jalanan pun bisa mempunyai nilai ibadah. Tentunya ada syarat-syarat tertentu, hingga sesuatu yg kita kerjakan dinilai Allah sebagai ibadah.
Syarat Diterimanya Ibadah
Tiga syarat yg harus dipenuhi agar ibadah kita diterima Allah swt:
- Lillah,
yaitu niat yg ikhlash, niat hanya karena Allah swt semata,
niat hanya untuk mencari keridhaan Allah swt.
- Billah,
yaitu pelaksanaannya seperti yg diperintahkan Allah dan yg
dicontohkan oleh Rasulullah (ittiba'). Misalnya, kita mecontoh
bagaimana Rasulullah shalat, puasa, bersillaturrahiim, bertetangga,
bertutur kata, memimpin umat dan sebagainya.
- Illallaah,
yaitu dengan tujuan hanya untuk mencari keridhaan Allah semata.
Firman Allah: Dan di antara manusia ada orang yg mengorbankan dirinya
karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hamba-Nya. (QS. 2:207)
Jika
salah satu saja syarat di atas tidak terpenuhi dalam melaksanakan peribadatan
kepada Allah swt, maka ibadah
tersebut tertolak dan tidak bernilai ibadah di
sisi Allah swt.
Bekerja & Mengerjakan Hal yang Mubah Bisa Bernilai Ibadah di Sisi Allah SWT
Melaksanakan suatu aktivitas kebaikan (hal yang halal atau mubah) di luar peribadatan misalnya bekerja mencari nafkah, maka syarat minimal yg harus terpenuhi agar pekerjaan tersebut dapat bernilai ibadah di sisi Allah swt adalah memenuhi persyaratan ‘lillah’ yaitu niat yang ikhlash, niat untuk menafkahi keluarga, niat mencari rezeki yang baik & halal, ...niat untuk mencari keridhaan Allah swt.
Rasulullah saw bersabda: "Bahwasanya segala amal perbuatan itu tergantung pada niat..." (HR. Bukhari-Muslim).
Contoh, seseorang yg pergi bekerja dengan niat hanya untuk mencari dunia semata atau untuk menumpuk harta semata tanpa dibarengi niat yg lebih dari itu, yaitu niat ikhlash atau niat untuk menafkahi anak dan istri dengan rizki yg baik & halal, maka gugurlah nilai ibadah dari usaha kerja tersebut walaupun dia berhasil memperoleh apa yg dia inginkan atau niatkan yaitu uang atau harta.
Makan juga akan bernilai ibadah jika kita niatkan bahwa dengan makan maka kita akan menjadi sehat dan kuat sehingga kita akan selalu siap untuk beraktivitas, berfikir dan beribadah dengan baik.
Maka... Jangan sia-siakan segala bentuk aktifitas kebaikan kita sehari-hari walau hanya menyingkirkan duri dari jalanan, ber-niatlah-lah dengan ikhlash, maka insya allah semua aktivitas kita bisa bernilai ibadah & pahala di sisi Allah swt. Dan jangan lupa ucapkanlah basmallah atau do'a-do'a yang dicontohkan Rasulullah saw.
Taqwa adalah tujuan Ibadah.
"Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yg telah menciptakanmu dan orang-orang yg sebelummu, agar kamu bertaqwa". (QS. 2:21)
Ayat tersebut menerangkan bahwa tujuan dari ibadah adalah untuk membentuk insan yg bertakwa. Jika ibadah itu tidak menghasilkan takwa, maka perlu ditinjau kembali kebenaran niat & pelaksanaan ibadah tersebut. Apakah sudah benar ia berniat dengan ikhlash mencari ridho Allah, apakah cara pelaksanaannya sudah sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasulullah, dsb. Hasil dari takwa seorang muslim yg telah mampu mencapai derajat takwa akan diberi Allah beberapa hal, diantaranya:
Bekerja & Mengerjakan Hal yang Mubah Bisa Bernilai Ibadah di Sisi Allah SWT
Melaksanakan suatu aktivitas kebaikan (hal yang halal atau mubah) di luar peribadatan misalnya bekerja mencari nafkah, maka syarat minimal yg harus terpenuhi agar pekerjaan tersebut dapat bernilai ibadah di sisi Allah swt adalah memenuhi persyaratan ‘lillah’ yaitu niat yang ikhlash, niat untuk menafkahi keluarga, niat mencari rezeki yang baik & halal, ...niat untuk mencari keridhaan Allah swt.
Rasulullah saw bersabda: "Bahwasanya segala amal perbuatan itu tergantung pada niat..." (HR. Bukhari-Muslim).
Contoh, seseorang yg pergi bekerja dengan niat hanya untuk mencari dunia semata atau untuk menumpuk harta semata tanpa dibarengi niat yg lebih dari itu, yaitu niat ikhlash atau niat untuk menafkahi anak dan istri dengan rizki yg baik & halal, maka gugurlah nilai ibadah dari usaha kerja tersebut walaupun dia berhasil memperoleh apa yg dia inginkan atau niatkan yaitu uang atau harta.
Makan juga akan bernilai ibadah jika kita niatkan bahwa dengan makan maka kita akan menjadi sehat dan kuat sehingga kita akan selalu siap untuk beraktivitas, berfikir dan beribadah dengan baik.
Maka... Jangan sia-siakan segala bentuk aktifitas kebaikan kita sehari-hari walau hanya menyingkirkan duri dari jalanan, ber-niatlah-lah dengan ikhlash, maka insya allah semua aktivitas kita bisa bernilai ibadah & pahala di sisi Allah swt. Dan jangan lupa ucapkanlah basmallah atau do'a-do'a yang dicontohkan Rasulullah saw.
Taqwa adalah tujuan Ibadah.
"Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yg telah menciptakanmu dan orang-orang yg sebelummu, agar kamu bertaqwa". (QS. 2:21)
Ayat tersebut menerangkan bahwa tujuan dari ibadah adalah untuk membentuk insan yg bertakwa. Jika ibadah itu tidak menghasilkan takwa, maka perlu ditinjau kembali kebenaran niat & pelaksanaan ibadah tersebut. Apakah sudah benar ia berniat dengan ikhlash mencari ridho Allah, apakah cara pelaksanaannya sudah sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasulullah, dsb. Hasil dari takwa seorang muslim yg telah mampu mencapai derajat takwa akan diberi Allah beberapa hal, diantaranya:
- Furqan,
yaitu pembeda antara yg haq dan yg bathil. "Hai orang- orang
beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan
kepadamu furqaan ..." (QS. 8:29). Banyak orang yg kini melihat
sesuatu yg bathil itu seperti yg haq dan sebaliknya sesuatu yg haq itu
seperti yg bathil hingga terjadi percampuran antara haq & kebathilan.
Disinilah urgensi furqaan, yg dengannya kita dapat membedakan dan melihat
dengan jelas bahwa sesuatu yg haq itu haq dan yg bathil itu bathil.
- Jalan
keluar, rizki dan kemudahan. "...Barangsiapa yg bertaqwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya
rezki dari arah yg tidak disangka-sangkanya ... Dan barangsiapa yg
bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam
urusannya". (QS. 65:2,3,4). Misalnya sebuah keluarga berada dalam
kesulitan ekonomi. Tiba-tiba secara tidak disangka-sangka keluarga
tersebut mendapat hadiah yg dapat mereka gunakan untuk meringankan beban
ekonomi tersebut. Inilah rizki yg Allah janjikan bagi orang yg bertakwa.
- Berkah
atau kebaikan yg banyak. "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri
beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah
dari langit dan bumi, ..." (QS. 7:96). Sepiring makanan yg
mempunyai berkah akan dapat mengenygkan sekeluarga. Sebalik-nya, makanan
yg tidak mengandung berkah tidak akan dapat mengenygkan, walaupun hanya
satu orang.
- Ampunan
& Surga. Dan bersegera-lah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan
kepada surga yg luasnya seluas langit dan bumi yg disediakan untuk
orang-orang yg bertaqwa, (QS. 3:133) Selain itu masih banyak lagi
hasil dari takwa yg disebutkan dalam Al-Quran. Siapakah yg ingin mendapat
anugerah tersebut? Berusahalah menjadi manusia yg bertakwa dengan jalan
taat beribadah kepada-Nya.
Sedikit tentang Bid'ah (Harus disampaikan!)…
Bid'ah adalah hal-hal baru dalam perkara agama (ibadah) atau amalan-amalan yang disandarkan kepada Islam, padahal Islam sama-sekali tidak mengajarkan hal-hal tsb dan Rasulullah saw atau para sahabat Beliaupun tidak mencontohkannya.
“Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru (dalam hal ibadah), karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat”. [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi; hadits hasan shahih].
“Adapun hal-hal yang di luar perkara/amalan ibadah” selama tidak ada syari'at yang mengharamkannya adalah boleh-boleh saja atau halal-halal saja. Contohnya orang yang bepergian pakai mobil ataupun pesawat terbang silahkan saja. Jangan mengatakan bahwa, "Mobil adalah bid'ah karena dahulu zaman Rasulullah tidak ada mobil dan Beliau tidak naik mobil tapi naik unta". Pemahaman tersebut adalah keliru.
Dalil lainya…
Dari Ummul mukminin, Ummu ‘Abdillah, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, Ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak”. [Bukhari dan Muslim]
Dalam riwayat lain: “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”. [Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718]
Dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah SAW bersabda (dalam khutbah beliau), ”Amma ba’du, sesungguhnya perkataan yang paling baik adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah yang baru (dibuat-buat dalam agama) dan setiap bid’ah adalah sesat” [Muslim]
Al Islam telah sempurna...
Allah swt telah menyempurnakan agama Islam. Segala perkara telah diatur dan disyari'atkan oleh Allah. Jadi, tak sesuatu yang yang baik, kecuali telah dijelaskan oleh Islam dalam Al-Quran dan Sunnah. Demikian pula, tak ada sesuatu yang buruk, kecuali telah diterangkan dalam Islam. Inilah kesempurnaan Islam yang dinyatakan dalam firman-Nya, "Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu" [QS Al-Maidah: 3]
“Sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, satu golongan masuk syurga dan tujuh puluh dua golongan masuk (mampir dulu ke) neraka, lalu shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah satu golongan itu?” Beliau menjawab, ”Golongan yang mengikuti jejakku dan jejak shahabatku”” (HR Tirmidzi)
Islam adalah agama untuk seluruh manusia di muka bumi ini dan bukan agamanya orang Jawa atau agamanya orang Indonesia saja. Ada beberapa pertanyaan yang layak kita renungi:
• Apakah orang muslim di Indonesia “pasti lebih baik ke-islamannya” dibanding dengan orang muslim di luar Indonesia (Timur Tengah dll)?
• Al Quran diturunkan Allah swt dalam bahasa Arab, begitu juga Hadits-hadits Rasulullah SAW juga dalam bahasa Arab. Apakah "kebanyakan" orang muslim di Indonesia menguasai bahasa Arab dengan baik?
Penafsiran yang salah dari Ulama adalah Pewaris Nabi banyak melahirkan distorsi-distorsi dari kemurnian Islam dan melanggengkan praktek-praktek ke-bid'ah-an.
Usia agama Islam sejak diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW menjangkau lebih 1400 tahun. Kemandirian Islam beradaptasi dengan
perubahan zaman, masa dan pemikiran manusia tidak mencalarkan sifatnya malahan
ia menjadi agama yang unggul dan paling cocok dengan fitrah kemanusiaan
manusia.
Namun, di kalangan umat Islam mereka menjelaskan
intipati akidah melalui kehidupan yang berbeza. Ini adalah kerana Islam telah
meresapi semua kebudayaan bangsa sehingga proses asimilasi telah meruntuhkan
ketegaran budaya aslinya. Misalnya, masyarakat Islam di negara China tidak
mempraktiskan Islam seperti masyarakat Islam di Negara Arab. Begitu juga,
masyarakat Islam di Eropah mengamalkan Islam dalam kontek yang berbeza daripada
masyarakat Islam di asia khususnya Malaysia dan Indonesia. Momennya, berlaku
hubungkait di antara masyarakat ini ialah pendasaran pada sunnahtullah iaitu
al-Quran dan sunnah walau apapun kontek dan suasana masyarakatnya.
Kertas kerja ini mencirikan sifat-sifat umum
masyarakat Islam yang mengakari kemusliman mereka. Bahkan kehilangan
sifat-sifat ini akan mencacatkan radiasi keabsahan Islam pada seseorang
individu dan seluruh masyarakatnya.
1. Masyarakat
yang dibina atas akidah Tauhid
Allah SWT mengutuskan para rasul untuk membebaskan
manusia daripada syirik iaitu menyembah Tuhan selain Allah. Tauhid menjadi
intipati utama dakwah para rasul khususnya para rasul yang tergolong sebagai
Ulul Azmi. Misalnya, Nabi Ibrahim AS berdakwah kepada kaumnya (Raja Namrud),
begitu Nabi Nuh AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS sehinggalah Nabi Muhammad SAW.
Misi Rasulullah SAW di Mekah selama 13 tahun adalah
membebaskan masyarakat Arab Jahiliah daripada perbuatan syirik. Ayat-ayat
Makiyyah menyeru kepada mengesakan Allah. Dalam Surah al-Kafirun misalnya
menegaskan bahawa orang-orang yang beriman amat berbeza dengan orang kafir.
Sifat utama orang beriman adalah beriman kepada Allah, para malaikat, kitab,
para rasul, hari kiamat, qodho’ dan qodar. Mereka membuang segala perbuatan
yang menyerupai orang-orang kafir. Percaya dan yakin bahawa peranan mereka
adalah sebagai hamba dan khalifah Allah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada
Allah dan rasul.
Tauhid juga bermaksud orang-orang beriman meletakkan
Allah dan Rasulullah SAW sebagai matlamat utama melebihi perkara lain. Seperti
sifat Abu Bakar As-Siddiq kala dipukul kafir Quraisy tetapi masih bertanyakan
Rasulullah SAW apabila tersedar daripada pengsan. Ini menunjukkan kasih dan
cintanya kepada Rasulullah SAW melebihi dirinya sendiri.
Masyarakat Islam juga adalah masyarakat yang teguh serta
sanggup menggadaikan nyawa demi keyakinan terhadap Allah dan rasul seperti
keluarga Yasir dan Sumayyah yang meningga dunia di tangan musuh serta keteguhan
Bilal bin Rabah mempertahankan akidahnya walaupun disiksa oleh Abu Jahal.
Masyarakat Islam berteraskan akidah telah dimodelkan oleh
para sahabat baginda SAW yang mula – mula memeluk Islam. Mereka sanggup
dimusuhi saudara kerana memilih Islam, mereka memilih untuk hidup melarat dan
miskin serta berjuang harta dan nyawa demi Islam, pasukan Muhajirin sanggup
meninggalkan kampung halaman serta keluarga yang dicintai termasuk Zainab,
Puteri sulung Rasulullah SAW. Beliau tinggalkan suaminya Abu Al- Ash yang
masih musyrik kerana menyahut seruan Allah membuka tapak baru di Madinah.
Masyarakat
berteraskan akidah yang benar hanya akan menggunakan al-Quran dan sunnah
sebagai panduan hidup. Selain keduanya, mereka akan menolak. Bahkan prinsip
akidah Islam yang tegas tidak akan membenarkan umatnya bertoleransi dengan
agama lain apatah lagi merayakan hari-hari kebesaran mereka. Kisah-kisah
pejuang Islam sepanjang zaman yang teguh mempertahankan akidah boleh menjadi
tauladan kepada umat Islam sekarang seperti perjuangan Badiuzzaman Sa’id Nursi,
Hassan al-Banna, Syed Qutb, Tok Kenali dan lain-lain.
1.2 Masyarakat
Yang Benar
Kesan
daripada akidah Tauhid yang mendokongi iman adalah ibadah, amal, akhlak dan
sikap yang ikhlas dan benar. Dr Wahbah az-Zuhaili dalam bukunya Akhlak
Muslim menjelaskan bahawa sifat benar hanya terdapat pada orang mukmin.
Firman Allah Taala bermaksud;
‘Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang-orang yang benar’ Surah at-Taubah;119
Allah juga menyebut dalam surah al-Ahzab ayat 35 tentang sifat orang beriman bermaksud; ‘ Lelaki-lelaki yang benar dan perempuan-perempuan yang benar.’
‘Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang-orang yang benar’ Surah at-Taubah;119
Allah juga menyebut dalam surah al-Ahzab ayat 35 tentang sifat orang beriman bermaksud; ‘ Lelaki-lelaki yang benar dan perempuan-perempuan yang benar.’
Sebaliknya, mereka yang beriman tetapi tidak berkelakuan
as-Siddiq atau benar, Allah menyifatkan mereka sebagai al-mukazzibin (penipu).
Sifat penipu atau tidak amanah termasuk sebagai sifat munafik. Dalam surah
as-Soff menyebutkan; Wahai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengata
sesuatu yang tidak kamu laksanakan? Perbuatan tidak amanah sangat besar dosanya
di sisi Allah.
Daripada diri mukmin yang benar dan bersih, akan
melahirkan keluarga dan ahli masyarakat yang baik. Tauladan ini boleh diambil
daripada kisah-kisah para solihin yang telah melahirkan generasi gemilang
kerana mengamalkan Islam (bersih) dalam kehidupan. Contohnya, Maryam, ibu Nabi
Isa AS. Seorang wanita yang suci dan bersih dan mengabdikan diri kepada Allah
SWT. Keturunan seorang soleh bernama Imron, anak saudara Zakaria dan Yahya AS.
Daripada generasi anbiyai ini lahirlah Nabi Isa AS. Kisah para ulama masa kini,
ibubapa mereka adalah orang-orang yang benar dan bersih. Contoh lain, kisah
Badiuzzaman Sa’id Nursi, bapanya seorang yang warak dan hanya memberi makanan
yang halal kepada anak-anak termasuk binatang ternakannya juga dipastikan makan
rumput yang halal. Manakala Ibu Sa’id Nursi hanya menyusukan anak-anaknya dalam
keadaan bersih dan berwudhuk . Begitu juga para imam seperti Imam Syafie, Imam
Ibnu Taimiyah dan Imam Ghazali, semuanya lahir daripada kehidupan yang
mengamalkan kebenaran Islam.
Masyarakat Islam juga benar dalam tindakan, percakapan
dan pemikiran. Hanya bercakap perkara-perkara yang baik dan benar. Tidak
berlaku zalim seperti mengamalkan rasuah, memakan harta anak yatim, mengabaikan
tanggungjawab dan 1001 perkara yang bertentangan dengan kebenaran.
Hadis Rasulullah SAW bermaksud; Islam itu tinggi dan
tidak ada yang lebih tinggi daripadanya. Justeru, masyarakat Islam yang
mengambil siri tauladan Islam bermakna menjadikan kebenaran sebagai rujukan
kehidupannya. Manakala selainnya adalah kesesatan.
1.3 Masyarakat yang dikukuhkan dengan persaudaran (ukhwah)
1.3 Masyarakat yang dikukuhkan dengan persaudaran (ukhwah)
Allah SWT menciptakan manusia daripada tubuh yang satu
iaitu Nabi Adam AS. Justeru, percaturan fitrah manusia seperti bentuk fizikal,
naluri dan perasaan, kecenderungan adalah sama sahaja. Malah, Allah telah
berfirman yang bermaksud Allah tidak menilai seseorang itu berdasarkan
keturunan, bangsa, warna kulit tetapi hanya sifat taqwa. Justeru, kebersamaan
itulah yang mengikat manusia untuk tunduk kepada Allah SWT sebagai Pencipta dan
Tuhan sekalian alam.
Sesiapa yang beriman kepada Allah SWT maka ia telah
disatukan dalam persaudaraan Islam. Malah baginda SAW pernah mengatakan bahawa
orang-orang beriman itu ibarat satu tubuh, jika salah satu anggotanya sakit
maka sakitlah seluruh tubuh. Tauladan dipetik daripada peristiwa hijrah yang
telah menyatukan kaum Muhajirin dan Ansar di Madinah. Umat Islam di zaman
Rasulullah SAW bersatu mempertahankan akidah. Berkongsi pemilikan harta bahkan
jiwa demi memuliakan anjuran ukhwah.
Misalnya, kisah di Medan Uhud menyaksikan tentera Islam
berkorban untuk sahabat-sahabat mereka minuman. Masing-masing menolak kerana
mendahulukan sahabat. Akhirnya, semua mereka mati syahid. Ini bertepatan dengan
sabda Rasulullah SAW yang bermaksud; Tidak masuk syurga seseorang yang
membiarkan saudaranya lapar walaupun dia seorang ahli ibadah.
.
Punca kekuatan Islam boleh tersebar ke pelusuk dunia timur dan barat adalah kesatuan diri dan akidah. Umat Islam sujud pada kiblat yang sama, menikmati al-Quran dan Sunnah (panduan hidup) yang sama serta rasa cinta kepada Allah dan rasul yang sama Apabila kesatuan itu pecah, maka hancurlah kekuatan Islam, ini boleh diiktibari daripada sejarah khalifah Islam. Tatkala umat Islam berpecah kepada firqoh (kumpulan) fahaman seperti Syiah, Ahl Sunnah, Khawarij dan Muktazilah, musuh terutama orang munafik dan Yahudi senang melaga-lagakan sehingga tercetusnya peperangan yang mengorbankan ramai pemimpin Islam seperti Saidina Ali RA, Saidina Uthman RA, Saidina Hussien RA dan ramai lagi. Begitu juga apa yang berlaku saat keruntuhan Khalifah Uthmaniyyah di Turki. Sultan Abdul Hamid II telah diselewengkan oleh orang-orang kanannya mengakibatkan sistem khalifah Islam hancur digantikan sistem sekular yang mengharamkan agama.
Punca kekuatan Islam boleh tersebar ke pelusuk dunia timur dan barat adalah kesatuan diri dan akidah. Umat Islam sujud pada kiblat yang sama, menikmati al-Quran dan Sunnah (panduan hidup) yang sama serta rasa cinta kepada Allah dan rasul yang sama Apabila kesatuan itu pecah, maka hancurlah kekuatan Islam, ini boleh diiktibari daripada sejarah khalifah Islam. Tatkala umat Islam berpecah kepada firqoh (kumpulan) fahaman seperti Syiah, Ahl Sunnah, Khawarij dan Muktazilah, musuh terutama orang munafik dan Yahudi senang melaga-lagakan sehingga tercetusnya peperangan yang mengorbankan ramai pemimpin Islam seperti Saidina Ali RA, Saidina Uthman RA, Saidina Hussien RA dan ramai lagi. Begitu juga apa yang berlaku saat keruntuhan Khalifah Uthmaniyyah di Turki. Sultan Abdul Hamid II telah diselewengkan oleh orang-orang kanannya mengakibatkan sistem khalifah Islam hancur digantikan sistem sekular yang mengharamkan agama.
Kini, apabila kuasa barat Eropah menakluk sebahagian
dunia, mereka telah memisahkan negara-negara Islam kepada negara dan bangsa
melalui dasar pecah dan perintah. Oleh itu, wujudlah jurang perbezaan
berdasarkan geografi, bahasa, warna kulit walaupun masing-masing adalah Muslim.
Malang lagi, semua mereka disatukan dengan penonjolan budaya barat (hegemoni)
yang jauh bertentangan dengan Islam. Oleh itu, umat Islam tidak lagi berasa
sensitive kepada keadaan yang berlaku di negara Islam lain kerana sikap taksub
terhadap bangsa dan negara sendiri.
Jelaslah bahwa, apabila rasa ukhwah hilang dari jiwa umat
Islam, maka mereka menjadi umat yang lemah, mundur, kecewa dan pesimis terhadap
saudaranya sendiri.
1.4 Masyarakat Yang mementingkan ilmu pengetahuan
1.4 Masyarakat Yang mementingkan ilmu pengetahuan
Ilmu adalah perkara pertama yang diajarkan Allah SWT
kepada Nabi Adam AS. Firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah:31
bermaksud: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya. Daripada
ayat yang berikutnya, Nabi Adam AS telah mengajarkan pula kepada malaikat
(al-Baqarah: 33). Ini membuktikan Allah SWT menaikkan taraf manusia berbanding
para makluk lain termasuk malaikat hanya dengan akal fikiran yakni ilmu
pengetahuan. Bahkan ketika Rasulullah SAW diangkat menjadi nabi, wahyu pertama
yang diberikan kepada baginda SAW adalah Iqra iaitu membaca. Malaikat Jibril AS
sendiri yang menjadi guru kepada Rasulullah SAW.
Manusia, secara umumnya menjadi kuat apabila menguasai
ilmu pengetahuan. Tamadun-tamadun awal manusia iaitu Yunani, Rom, Parsi, Cina
dan India masyhur kerana penguasaan ilmu pengetahuan meliputi falsafah,
teknologi dan kemahiran. Bangsa Rom menjadi hebat kerana pengetahuan mereka terhadap
ilmu binaan, bangsa Parsi terkenal dengan kecerdikan mereka di medan
peperangan, bangsa Cina agung dengan budaya perniagaan, perubatan dan teknologi
(kertas), bangsa Yunani dan India pula terkenal dengan falsafah. Justeru, kala
Allah SWT memunculkan Islam, maka seiring itu jugalah Dia membentangkan ilmu
pengetahuan yang berlunaskan syariat yang semuanya terkandung dalam al-Quran
dan Sunnah.
Peradaban Islam pasca negara Islam Madinah menyaksikan
umat Islam paling unggul apatah lagi ketika itu, bangsa Eropah mengalami zaman
gelap. Ketika itu lahirlah tokoh-tokoh pemikir dan ilmuan Islam seperti Ibnu
Sina, Ibnu Khaldun, Ibnu Baitutah, Ibnu Kathir dan ramai lagi termasuk empat
imam fikah iaitu Imam Malik, Imam Syafie, Imam Abu Hanifah dan Imam Hanbali. Bahkan,
ilmu-ilmu Islam sentiasa berkoleborasi dengan zaman sehingga ia tidak pernah
berhenti memartabatkan manusia.
Justeru, umat Islam adalah umat yang paling unggul
sekiranya mereka memahami martabat ilmu. Sebaliknya, jika mereka tidak menguasi
ilmu, mereka menjadi umat yang mundur, lemah, dan menjadi mangsa keadaan. Ia
sangat bertentangan dengan apa yang dialami oleh umat Islam di era Rasulullah
SAW, para sahabat dan tabiin.
Contoh-contoh keruntuhan umat Islam akibat tidak
menguasai ilmu pengetahuan boleh dilihat pada masa kini. Umat Islam lebih
banyak menjadi pengguna daripada pengeluar, lebih ramai menjadi hamba daripada
tuan, lebih rela menjadi pengikut dan pelaksana daripada ketua dan pengusaha.
Jika keadaan ini berterusan, adalah mustahil masyarakat Islam boleh bangkit
menegakkan kemasyuran tamadun Islam sebelumnya.
Perbezaan di antara orang yang berilmu dengan orang jahil
itu amat ketara. Ini telah disebutkan di dalam al-Quran.Firman Allah Taala
bermaksud;
Adakah sama orang-orang yang mengetahui-ilmu- dan orang-orang yang tidak mengetahui-jahil’- Surah az-Zumar; 39
1.5 Masyarakat Islam adalah masyarakat yang bertoleransi
Adakah sama orang-orang yang mengetahui-ilmu- dan orang-orang yang tidak mengetahui-jahil’- Surah az-Zumar; 39
1.5 Masyarakat Islam adalah masyarakat yang bertoleransi
Salah satu ciri Islam adalah memudahkan umatnya. Sabda
Rasulullah SAW: bermaksud; Sesungguhnya agama itu mudah.
Mudah yang dimaksudkan ialah Islam melorongkan hak yang
boleh memenuhi fitrah kemanusiaan manusia. Contohnya, Islam membenarkan
perkahwinan di antara lelaki dan wanita dengat syarat yang mudah, Islam
membenarkan umatnya menjadi kaya dengan jalan usaha yang benar. Islam
memudahkan umatnya yang bermusafir bahkan seluruh hukum Islam (yang tidak
berkait dengan akidah) boleh disesuaikan mengikut keadaan zaman dan
persekitaran.
Hari ini, apabila negara-negara Islam diserapi pengaruh
penjajahan terutama Barat (Eropah) dan berlangsung lebih daripada 500 tahun,
Islam masih kukuh dan meresapi jiwa penganutnya sehingga di abad 21, Islam
menjadi satu tamadun yang paling ampuh melawan tamadun Barat yang mulai dihakis
kerosakan. Malahan, umat barat mulai takut dengan budaya Islam yang mula
menyerapi warga Eropah hingga menyingkirkan budaya sekular yang menjadi
pegangan barat. Misalnya, di Belanda, filem Fitna yang dihasilkan bagi tujuan
memburukkan Islam dengan mengaitkan keganasan kepada Islam adalah interpretasi
daripada kebimbangan mereka terhadap asakan pengaruh Islam.
Justeru, umat Islam tidak boleh lagi bersikap statik
dengan hanya selesa pada kebudayaan yang ada. Sebaliknya, cuba memahami Islam
dalam sudut yang luas dan syumul. Hafiz Firdaus, seorang intelektual Islam di
Malaysia menggagaskan supaya umat Islam melihat Islam seperti menaiki sebuah
kapal terbang. Di tempat yang tinggi, kita dapat melihat bucu-bucu Islam dari
pelbagai sisi.
Keadaan umat Islam di negara Eropah tidak sama dengan
keadaan umat Islam di Timur Tengah atau Asia dan Eropah. Perbezaan budaya dan
cara berfikir di kalangan umat Islam yang dipisahkan dalam kala geografi ini
tidak menjadikan Islam itu berpecah-pecah tetapi lebih uniknya, ia bertoleransi
dan melambangkan keistimewaan Islam yang meraikan semua budaya dan
bangsa.
2.
SIFAT2 ORANG MUKMIN DALAM SURAH AL-MUKMINUN
Allah SWT telah menyebut dengan khusus keistimewaan sifat
orang Mukmin yang meletakkan mereka di martabat yang mulia dan beruntung dalam
surah al-Mukminun ayat 1- 10 iaitu;
1. Orang yang khusyuk dalam solat
2. Orang yang menjauhkan diri daripada perbuatan yang tidak berguna (maksiat dan lagho)
3. Orang yang menunaikan zakat
4. Orang yang menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri
5. Orang yang memelihara amanah, janji dan tanggungjawabnya
6. Orang yang menjaga sembahyang
1. Orang yang khusyuk dalam solat
2. Orang yang menjauhkan diri daripada perbuatan yang tidak berguna (maksiat dan lagho)
3. Orang yang menunaikan zakat
4. Orang yang menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri
5. Orang yang memelihara amanah, janji dan tanggungjawabnya
6. Orang yang menjaga sembahyang
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Pada
makalah ini kami simpulkan beberapa inti pokok dari pembahasan makalah
- Nilai-nilai agama islam sebagai pedoman
hidup,beribadah dan bermasyarakat memiliki pengertian dan fungsi yang
berbeda.
- Bahwasannya agama islam memiliki fungsi
tersendiri dan memiliki struktur yang
dapat membuat hidp manusia lebih terkonsep dan tertata rapi.
4.2 Pesan
dan Kesan
Pesan :
Sebaiknya guru/dosen dalam memberikan tugas pembuatan makalah alangkah baiknya
di sertai dengan penjelasan terlebih dahulu.
Kesan :
Terimakasih kepada dosen/guru selama pembuatan makalah ini, dosen/guru dapat
menyempatkan waktu untuk bersosialisasi tentang makalah kami.
ConversionConversion EmoticonEmoticon