Salam Sehat dan Harmonis

-----

MAKALAH ISLAM SEBAGAI PEDOMAN HIDUP


BAB I
PENDAHULUAN.


1.1  Latar Belakang
Nilai-nilai ajaran agama islam sangatlah luas , Namun tidak banyak masyarakat mengetahuimanfaat dan cara-cara menerapkan nilai-nilai ajaran agama islam. Dalam hal ini nilai-nilai ajaran agama islam sebagi pedoman hidup,beribadah dan bermasyarakat merupakan hal yang sangat pantas untuk di pelajari lebih dalam.

Untuk itu kita menyusun makalah yang bertemakan nilai-nilai ajaran agama islam sebagai pedoman hidup,beribadah dan bermaasyarakat agar penerapan tentang nilai-nilai tersebut tidak salah arti.

1.2 Tujuan Penulisan.
Adapun tujuan dari pembentukan makalah ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Al-Islam
2. Untuk di jadikan acuan dalam penilaian
3. Untuk menambah wawasan khususnya mahasiswa dan umumnya para pembaca
4. Menumbuhkan motivasi bagi para pembaca untuk terus mencari informasi tentang
Pengetahuan agama.

1.3 Metode Penulisan
Metode yang biasa digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah pustaka dan browsing dan referensi dari orang-orang yang mempunyai wawasan lebih tentang agama.
Metode Referensi atau pustaka adalah metode penyusunan makalah dengan melihat dan mencari sumber dari buku-buku. Metode browsing adalah metode dengan mencari data yang di perlukan dengan menggunakan layanan internet.
1.4  Rumusan Masalah
Permasalahan yang kami kemukakan dalam makalah ini antara lain
1. bagaimana cara agama islam dalam menjadikan islam sebagai pandangan hidup ?
2. bagaimana beribadah dalam islam ?
3. apa saja nilai-nilai ajaran agama islam dalam bermasyarakat ?

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dari penulisan makalah ini.

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang penulisan
1.2 Tujuan penulisan
1.3 Metode penulisan
1.4 Rumusan masalah
1.5 Sistematika penulisan
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1Landasan Teori
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 islam sebagai pedoman hidup
3.2beribadah dalam islam
3.3nilai-nilai ajaran islam dalam bermasyarakat

BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Pesan dan Kesan




































BAB II
LANDASAN TEORI


I.                   ISLAM SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
Islam memberikan konsepsi yang lengkap dan sempurna tentang seluruh aspek kehidupan 9minhajul hayah) dengan konsepsi yang benar.
1. Keyakinan ( al-i’tiqodi)
2. Akhlak (al-akhlaqi)
3. Tingkah laku (as-suluki)
4. Perasaan (asy-syu’uri)
5. Pendidikan (at-tarbawi)
6. Sosial (Al-ijtima’i)
7. Politik (as-siyasi)
8. Ekonomi (al-istishadi)
9. Militer (al-’askari)
10.Peradilan (al-jina-i)




II.                Ibadah dalam Islam
Tujuan Penciptaan Manusia
Seseorang yg ditugaskan di suatu pos, tentu ia harus mengetahui apa sebenarnya tujuan ia ditempatkan di pos tersebut. Demikian pula dengan manusia, sudah sewajibnya kita tahu apa tujuan Allah swt menciptakan kita...

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (menyembah) kepada-Ku". (QS. 51:56).


Makna Ibadah
Secara bahasa ibadah berarti tunduk dan taat. Sedangkan menurut istilah, ibadah berarti segala perkataan dan perbuatan yang dicintai serta diridhai Allah swt, baik yg bersifat lahir (nampak) maupun bathin (tersembunyi).

Syarat Diterimanya Ibadah
Tiga syarat yg harus dipenuhi agar ibadah kita diterima Allah swt:
  1. Lillah, yaitu niat yg ikhlash, niat hanya karena Allah swt semata, niat hanya untuk mencari keridhaan Allah swt.
  2. Billah, yaitu pelaksanaannya seperti yg diperintahkan Allah dan yg dicontohkan oleh Rasulullah (ittiba'). Misalnya, kita mecontoh bagaimana Rasulullah shalat, puasa, bersillaturrahiim, bertetangga, bertutur kata, memimpin umat dan sebagainya.
  3. Illallaah, yaitu dengan tujuan hanya untuk mencari keridhaan Allah semata. Firman Allah: Dan di antara manusia ada orang yg mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. 2:207)


III.             Nilai-nilai ajaran islam dalam bermasyarakat

. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling berguna bagi manusia. (HR. Ath-Thabarani dan Ad-Daruquthni dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 3289)



















BAB III
PEMBAHASAN

3.1    ISLAM SEBAGAI PEDOMAN HIDUP
Islam memberikan konsepsi yang lengkap dan sempurna tentang seluruh aspek kehidupan 9minhajul hayah) dengan konsepsi yang benar.
1. Keyakinan ( al-i’tiqodi)
QS Al Baqoroh ayat 255 “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha besar.” yakni keyakinan tentang Tuhan, nama dan sifatnya; kekuasaan wewenang dan hak-hakNya; pengawasan-Nya, pembalasan-Nya di dunia dan di akhirat; tentang nabi dan Rasul; atentang alam ghaib, malaikat, jin, iblis, setan, kehidupan sesudah mati; alam barzah; kebangkitan; hisab, surga, neraka dan hal-halghaib lainnya. semua dijelaskan tuntas dalam aqidah Islamiyah
2. Akhlak (al-akhlaqi)
QS Al A’raaf ayat 96 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”. dan QS Ar Ra’d ayat 28“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. Yakni sikap moral manusia terhadap Allah, dirinya, sesama manusia dan alam semesta. Aqidah islamiyah akan membentuk kesadaran untuk sealu berbuat yang terbaik dan menghindari yang buruk”.
3. Tingkah laku (as-suluki)
QS Surat Al Baqoroh ayat 138 “Shibghah Allah*). dan siapakah yang lebih baik shibghahnya dari pada Allah? dan Hanya kepada-Nya-lah kami menyembah”.*) Shibghah artinya celupan. Shibghah Allah: celupan Allah yang berarti iman kepada Allah yang tidak disertai dengan kemusyrikan. Yakni tindakan psikomotorik yang bersumber dari aqidah dan akhlak-Nya. Sistem Islam mengarahkan agar budaya perilaku manusia menjadi mulia dan terhormat.
4. Perasaan (asy-syu’uri)
QS Ar Ruum ayat 30 “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” fitrah Allah: maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. QS Asy Syu’araa’Surat 26  ayat 192 – 195 yaitu “192. Dan Sesungguhnya Al Quran Ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta Alam, 193. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),194. Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, 195. Dengan bahasa Arab yang jelas.”  Yakni perilaku jiwa dalam merespon segala sesuatu. Perasaan sangat dipengaruhi oleh aqidah dan akhlak. Islam secara sempurna menyentuh aspek ini sehingga melahirkan generasi yang lembut, sensitif, tegas dan welas asih sesuai konteks yang melatarbelakangi.
5. Pendidikan (at-tarbawi)
QS Al Baqoroh surat ke 2 ayat 151 “ Sebagaimana (Kami Telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami Telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. QS Ali ‘Imran surat ke 3 ayat 164. “Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” QS surat Al Jumu’ah ayat 2. “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan hikmah (As Sunnah). dan Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata:” Islam sebagai pedoman hisup harus dipahami dengan baik dan diwariskan pemahamannya kepada generasi penerus agar mereka tidak sesat, prosestersebut hany berhasil melalui pendidikan yang Islami.

6. Sosial (Al-ijtima’i)
Surat An Nur surat ke 24 ayat 2-10 yaitu “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. 3. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin[1028] 4. Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik[1029] (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah orang-orang yang fasik. 5. Kecuali orang-orang yang bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 6. Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak ada mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, Maka persaksian orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, Sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar. 7. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa la’nat Allah atasnya, jika dia termasuk orang-orang yang berdusta[1030]. 8. Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali atas nama Allah Sesungguhnya suaminya itu benar-benar termasuk orang-orang yang dusta. 9. Dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orang-orang yang benar. 10. Dan Andaikata tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya atas dirimu dan (andaikata) Allah bukan Penerima Taubat lagi Maha Bijaksana, (niscaya kamu akan mengalami kesulitan-kesulitan).”
[1028] maksud ayat Ini ialah: tidak pantas orang yang beriman kawin dengan yang berzina, demikian pula sebaliknya.
[1029] yang dimaksud wanita-wanita yang baik disini adalah wanita-wanita yang suci, akil balig dan muslimah.
[1030] maksud ayat 6 dan 7: orang yang menuduh Istrinya berbuat zina dengan tidak mengajukan empat orang saksi, haruslah bersumpah dengan nama Allah empat kali, bahwa dia adalah benar dalam tuduhannya itu. Kemudian dia bersumpah sekali lagi bahwa dia akan kena laknat Allah jika dia berdusta. Masalah Ini dalam fiqih dikenal dengan Li’an.
Interaksi sosial manusia tidak lepas dari sentuhan Islam. Islam mengatur sedemikian sehingga tercipta hubungan sosial yang harmonis, penuh kasih sayang dan bebas dari permusuhan.
7. Politik (as-siyasi)
Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu, kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu.” (Al-Maidah:48) Sebagai khalifah Allah di buim, kita tidak akan lepas dari masalah politik, baik sebagai subyek maupun obyek. Dengan Islam Allah mengatur bagaimana seharusnya politik dan berpolitikitu.
Tarbiyah siyasiah yang bermakna pendidikan atau pembinaan politik adalah sangat urgent dipahami oleh setiap muslim. Karena pemahaman politik yang sejatinya, tidak sama dengan pemahaman selama ini dalam ilmu politik secara umum, yaitu berpolitik yang hanya dimaksudkan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Akan tetapi kita berpartisipasi dalam politik untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran ilahiah dan memperjuangkan kepentingan masyarakat. Berkuasa untuk melayani umat, dan memimpin untuk memperbaiki sistem yang tidak berpihak kepada nilai-nilai kebaikan dan kebenaran.
Oleh karenanya, seluruh aktivitas yang berkaitan dengan gerakan berpartai dan berpolitik, disebut dengan “Jihad Siyasi” (Perjuangan Politik). Dalam bahasa Imam Hasan Al-Banna, perjuangan ini dikatagorikan dalam marhalah “rukun amal” yang disebut “Ishlahul Hukumah” (Perbaikan Pemerintahan).
Keberhasilan dan kesuksesan berpolitik atau jihad siyasi harus berimpact kepada dimensi kehidupan yang lain. Harus berimpact kepada dunia pendidikan dan dakwah. Yang berujung kepada pencerdasan anak bangsa dan pencetakan generasi rabbani. Harus berimpact kepada dunia ekonomi dan sosial budaya. Yang berakhir kepada pemeliharaan aset-aset negara dan pendayagunaan kepada masyarakat yang lebih luas. Begitu juga mampu memelihara identitas atau jati diri bangsa yang bertumpu pada pondasi spirituil dalam aspek sosial budaya.
Seruan dan anjuran kepada umat Islam untuk kembali ke barak atau ke dunia dakwah saja dengan pemahaman yang sempit, karena alasan bahwa dunia politik adalah dunia “rawan dan beranjau”, dunia yang sarat dengan kebohongan, ketidak jujuran, khianat, gunjing-menggunjing, halal menjadi haram, haram menjadi halal, atau menyetujui demokrasi yang merupakan produk Barat, adalah sebuah seruan kemunduran dalam berdakwah. Bukankah seruan ini seperti orang yang mengatakan dulu: “Islam Yes, Politik No”. Sebuah adigium yang dulu merupakan musuh bersama umat Islam dan da’i yang mengajak kembali manusia kepada Islam secara kaffah atau komprehensif.
Dan bila ada sebagian kader yang tergelincir dan terjerumus dalam permainan sistem yang destruktif negatif, maka tugas umat, organisasi massa Islam atau organisasi politik Islam untuk menyiapkan sarana dan prasarana agar setiap yang terjun ke dunia politik tetap istiqamah dalam menjalankan amanah yang dibebankan kepadanya dan  tetap menjaga integritas diri.
Baina Ad-Dakwah Was Siyasah
Apakah ada pertentangan antara dakwah dan siyasah atau politik?. Jawaban pertanyaan ini akan menyelesaikan kerisauan dan kegamangan kita dalam melakukan kerja-kerja dakwah selanjutnya yang bersinggungan dengan dunia politik dan langkah meraih kemenangan “Jihad Siyasi” dalam perhelatan pemilihan wakil-wakil rakyat dan pemimpin negeri ini.
Ayat di atas dan pengertian Islam yang didefinisikan oleh Imam Hasan Al-Banna di bawah ini adalah dalil yang menunjukkan tentang titik temunya amal da’awi dan amal siyasi dalam bingkai keislaman. Jadi tidak ada samasekali pertentangan antara dunia Dakwah dengan dunia Politik. Coba kita renungkan pernyataan Beliau dalam “Risalatut Ta’lim”:
“Islam adalah nidzam (aturan) komprehensif yang memuat seluruh dimensi kehidupan. Ia adalah daulah dan tanah air atau pemerintahan dan ummat, ia adalah akhlak dan kekuatan atau rahmat dan keadilan. Ia adalah tsaqafah (wawasan) dan qanun (perundang-undangan) atau keilmuan dan peradilan, ia adalah materi dan kesejahteraan atau profesi dan kekayaan. Ia adalah jihad dan dakwah atau militer dan fikrah, sebagaimana ia adalah aqidah yang benar  dan ibadah yang shahih ( benar).”
Dakwah yang bertujuan menyeru manusia untuk kembali kepada nilai-nilai Islam secara komprehensif bisa dilakukan oleh kader di manapun ia berada dan apapun profesinya. Apakah ia seorang ekonom, pengusaha, pendidik, teknokrat, birokrat, petani, buruh,  politikus (aleg) dan eksekutif (menetri) bahkan seorang presiden sekalipun.  Jadi dakwah bukan suatu yang antagonis dengan dunia politik, akan tetapi dunia politik merupakan salah satu lahan dakwah
8. Ekonomi (al-istishadi)
Untuk menunaikan tugas-tugas dan agar bisa bertahan hidup, manusia melakukan kegiatan ekonomi. Islam mengatur agar kegiatan ekonomi itu bukan untuk memenuhi kesengangan sesaat, namun menyiapkan kebahagiaan sejati di dunia dan di akhirat nanti.
9. Militer (al-’askari)
Manusia perlu menyiapkan kekuatan untuk memperoleh dan mempertahankan eksistensinya
10 Peradilan (al-jina-i)
Manusia diberi hak membuat aplikasi hukum dan perundang-undangan, baik perdata maupun pidana








3.2      Ibadah dalam Islam
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCzXEHS05oT8eFcU3xLMh3RUfL20cfj-RQDMGQBigj55_u8Hb-XfJ8dloN-iuwmtPkSBDIX5g2ljoebCqCafty5lKCT5m7y2ozO0eIxIW4hY-qIlntmf38YS5VaQNx2XS6cwBdaGcc0mA/s400/makna_ibadah.jpgPemahaman seseorang tentang ibadah kadang terbatas pada aktivitas yg bersifat ritual saja seperti shalat, puasa, zakat dsb... Apa makna & syarat diterimanya ibadah? Dan bagaimana suatu pekerjaan atau perbuatan (hal yang halal atau mubah di luar peribadatan) itu bisa bernilai ibadah di sisi Allah swt?

Tujuan Penciptaan Manusia
Seseorang yg ditugaskan di suatu pos, tentu ia harus mengetahui apa sebenarnya tujuan ia ditempatkan di pos tersebut. Demikian pula dengan manusia, sudah sewajibnya kita tahu apa tujuan Allah swt menciptakan kita...

"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi (menyembah) kepada-Ku". (QS. 51:56).

Kini jelaslah, bahwa tujuan penciptaan manusia dan jin hanyalah untuk mengabdi & menyembah Allah,
beribadah kepada Allah semata.

Makna Ibadah
Secara bahasa ibadah berarti tunduk dan taat. Sedangkan menurut istilah, ibadah berarti segala perkataan dan perbuatan yang dicintai serta diridhai Allah swt, baik yg bersifat lahir (nampak) maupun bathin (tersembunyi).

Namun ada sebagian orang yg kurang benar dalam memahami arti dari ibadah. Mereka menganggap ibadah hanyalah terbatas pada ibadah ritual yg tercantum dalam rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji. Padahal sebenarnya ibadah sendiri tidak mempunyai arti sesempit itu. Sebaliknya rukun Islam inilah yg seharusnya menjadi titik tolak bagi seorang muslim dalam merealisasikan ibadah dalam seluruh aspek kehidupannya.

Muhammad Quthb dalam sebuah bukunya menuliskan: "Perasaan seorang muslim dalam perjalanan mencari rizki, mencari ilmu, mengupayakan kemakmuran bumi dan setiap aktivitas fisik, akal dan jiwanya adalah (bisa bernilai) ibadah. (Nilai) Ibadah yg dilaksanakan dengan keikhlasan yg sama dengan keikhlasan untuk melaksanakan (ibadah) shalat." Ternyata menuntut ilmu, mendidik & membesarkan anak, bekerja keras mencari nafkah untuk keluarga, bahkan menyingkirkan duri dari jalanan pun bisa mempunyai nilai ibadah. Tentunya ada syarat-syarat tertentu, hingga sesuatu yg kita kerjakan dinilai Allah sebagai ibadah.

Syarat Diterimanya Ibadah
Tiga syarat yg harus dipenuhi agar ibadah kita diterima Allah swt:
  1. Lillah, yaitu niat yg ikhlash, niat hanya karena Allah swt semata, niat hanya untuk mencari keridhaan Allah swt.
  2. Billah, yaitu pelaksanaannya seperti yg diperintahkan Allah dan yg dicontohkan oleh Rasulullah (ittiba'). Misalnya, kita mecontoh bagaimana Rasulullah shalat, puasa, bersillaturrahiim, bertetangga, bertutur kata, memimpin umat dan sebagainya.
  3. Illallaah, yaitu dengan tujuan hanya untuk mencari keridhaan Allah semata. Firman Allah: Dan di antara manusia ada orang yg mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (QS. 2:207)
Jika salah satu saja syarat di atas tidak terpenuhi dalam melaksanakan peribadatan kepada Allah swt, maka ibadah tersebut tertolak dan tidak bernilai ibadah di sisi Allah swt.

Bekerja & Mengerjakan Hal yang Mubah Bisa Bernilai Ibadah di Sisi Allah SWT
Melaksanakan suatu aktivitas kebaikan (hal yang halal atau mubah) di luar peribadatan misalnya bekerja mencari nafkah, maka syarat minimal yg harus terpenuhi agar pekerjaan tersebut dapat bernilai ibadah di sisi Allah swt adalah memenuhi persyaratan ‘lillah’ yaitu
niat yang ikhlash, niat untuk menafkahi keluarga, niat mencari rezeki yang baik & halal, ...niat untuk mencari keridhaan Allah swt.

Rasulullah saw bersabda: "Bahwasanya segala amal perbuatan itu tergantung pada niat..." (HR. Bukhari-Muslim).

Contoh, seseorang yg pergi bekerja dengan niat hanya untuk mencari dunia semata atau untuk menumpuk harta semata tanpa dibarengi niat yg lebih dari itu, yaitu niat ikhlash atau niat untuk menafkahi anak dan istri dengan rizki yg baik & halal, maka gugurlah nilai ibadah dari usaha kerja tersebut walaupun dia berhasil memperoleh apa yg dia inginkan atau niatkan yaitu uang atau harta.

Makan juga akan bernilai ibadah jika kita niatkan bahwa dengan makan maka kita akan menjadi sehat dan kuat sehingga kita akan selalu siap untuk beraktivitas, berfikir dan beribadah dengan baik.

Maka... Jangan sia-siakan segala bentuk aktifitas kebaikan kita sehari-hari walau hanya menyingkirkan duri dari jalanan, ber-niatlah-lah dengan ikhlash, maka insya allah semua aktivitas kita bisa bernilai ibadah & pahala di sisi Allah swt. Dan jangan lupa ucapkanlah basmallah atau do'a-do'a yang dicontohkan Rasulullah saw.

Taqwa adalah tujuan Ibadah.
"Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yg telah menciptakanmu dan orang-orang yg sebelummu, agar kamu bertaqwa". (QS. 2:21)

Ayat tersebut menerangkan bahwa tujuan dari ibadah adalah untuk membentuk insan yg bertakwa. Jika ibadah itu tidak menghasilkan takwa, maka perlu ditinjau kembali kebenaran niat & pelaksanaan ibadah tersebut. Apakah sudah benar ia berniat dengan ikhlash mencari ridho Allah, apakah cara pelaksanaannya sudah sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasulullah, dsb. Hasil dari takwa seorang muslim yg telah mampu mencapai derajat takwa akan diberi Allah beberapa hal, diantaranya:
  1. Furqan, yaitu pembeda antara yg haq dan yg bathil. "Hai orang- orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan ..." (QS. 8:29). Banyak orang yg kini melihat sesuatu yg bathil itu seperti yg haq dan sebaliknya sesuatu yg haq itu seperti yg bathil hingga terjadi percampuran antara haq & kebathilan. Disinilah urgensi furqaan, yg dengannya kita dapat membedakan dan melihat dengan jelas bahwa sesuatu yg haq itu haq dan yg bathil itu bathil.
  2. Jalan keluar, rizki dan kemudahan. "...Barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yg tidak disangka-sangkanya ... Dan barangsiapa yg bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya". (QS. 65:2,3,4). Misalnya sebuah keluarga berada dalam kesulitan ekonomi. Tiba-tiba secara tidak disangka-sangka keluarga tersebut mendapat hadiah yg dapat mereka gunakan untuk meringankan beban ekonomi tersebut. Inilah rizki yg Allah janjikan bagi orang yg bertakwa.
  3. Berkah atau kebaikan yg banyak. "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, ..." (QS. 7:96). Sepiring makanan yg mempunyai berkah akan dapat mengenygkan sekeluarga. Sebalik-nya, makanan yg tidak mengandung berkah tidak akan dapat mengenygkan, walaupun hanya satu orang.
  4. Ampunan & Surga. Dan bersegera-lah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan kepada surga yg luasnya seluas langit dan bumi yg disediakan untuk orang-orang yg bertaqwa, (QS. 3:133) Selain itu masih banyak lagi hasil dari takwa yg disebutkan dalam Al-Quran. Siapakah yg ingin mendapat anugerah tersebut? Berusahalah menjadi manusia yg bertakwa dengan jalan taat beribadah kepada-Nya.

    Sedikit tentang Bid'ah (Harus disampaikan!)…
    Bid'ah adalah hal-hal baru dalam perkara agama (ibadah) atau amalan-amalan yang disandarkan kepada Islam, padahal Islam sama-sekali tidak mengajarkan hal-hal tsb dan Rasulullah saw atau para sahabat Beliaupun tidak mencontohkannya.

    Janganlah kamu sekalian mengada-adakan urusan-urusan yang baru (dalam hal ibadah), karena sesungguhnya mengadakan hal yang baru ialah bid’ah, dan setiap bid’ah ialah sesat”. [Hadits Riwayat Abdu Daud, dan At-Tirmidzi; hadits hasan shahih].

    Adapun hal-hal yang di luar perkara/amalan ibadah” selama tidak ada syari'at yang mengharamkannya adalah boleh-boleh saja atau halal-halal saja. Contohnya orang yang bepergian pakai mobil ataupun pesawat terbang silahkan saja. Jangan mengatakan bahwa, "Mobil adalah bid'ah karena dahulu zaman Rasulullah tidak ada mobil dan Beliau tidak naik mobil tapi naik unta". Pemahaman tersebut adalah keliru.

    Dalil lainya…
    Dari Ummul mukminin, Ummu ‘Abdillah, ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, Ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Barangsiapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan agama kami ini yang bukan dari kami, maka dia tertolak”. [Bukhari dan Muslim]

    Dalam riwayat lain: “Barangsiapa melakukan suatu amal yang tidak sesuai urusan kami, maka dia tertolak”. [Bukhari no. 2697, Muslim no. 1718]

    Dari Jabir bin Abdullah, bahwa Rasulullah SAW bersabda (dalam khutbah beliau), ”Amma ba’du, sesungguhnya perkataan yang paling baik adalah kitab Allah, sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah yang baru (dibuat-buat dalam agama) dan setiap bid’ah adalah sesat” [Muslim]

    Al Islam telah sempurna...
    Allah swt telah menyempurnakan agama Islam. Segala perkara telah diatur dan disyari'atkan oleh Allah. Jadi, tak sesuatu yang yang baik, kecuali telah dijelaskan oleh Islam dalam Al-Quran dan Sunnah. Demikian pula, tak ada sesuatu yang buruk, kecuali telah diterangkan dalam Islam. Inilah kesempurnaan Islam yang dinyatakan dalam firman-Nya, "Pada hari Ini Telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan Telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan Telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu" [QS Al-Maidah: 3]


    Sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, satu golongan masuk syurga dan tujuh puluh dua golongan masuk (mampir dulu ke) neraka, lalu shahabat bertanya, “Ya Rasulullah, siapakah satu golongan itu?” Beliau menjawab, ”Golongan yang mengikuti jejakku dan jejak shahabatku”” (HR Tirmidzi)

    Islam adalah agama untuk seluruh manusia di muka bumi ini dan bukan agamanya orang Jawa atau agamanya orang Indonesia saja. Ada beberapa pertanyaan yang layak kita renungi:

    • Apakah orang muslim di Indonesia “pasti lebih baik ke-islamannya” dibanding dengan orang muslim di luar Indonesia (Timur Tengah dll)?
    • Al Quran diturunkan Allah swt dalam bahasa Arab, begitu juga Hadits-hadits Rasulullah SAW juga dalam bahasa Arab. Apakah "kebanyakan" orang muslim di Indonesia menguasai bahasa Arab dengan baik?

    Penafsiran yang salah dari Ulama adalah Pewaris Nabi banyak melahirkan distorsi-distorsi dari kemurnian Islam dan melanggengkan praktek-praktek ke-bid'ah-an.






3.3 Nilai-nilai ajaran agama islam dalam bermasyarakat

 Usia agama Islam sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW menjangkau lebih 1400 tahun. Kemandirian Islam beradaptasi dengan perubahan zaman, masa dan pemikiran manusia tidak mencalarkan sifatnya malahan ia menjadi agama yang unggul dan paling cocok dengan fitrah kemanusiaan manusia.
 Namun, di kalangan umat Islam mereka menjelaskan intipati akidah melalui kehidupan yang berbeza. Ini adalah kerana Islam telah meresapi semua kebudayaan bangsa sehingga proses asimilasi telah meruntuhkan ketegaran budaya aslinya. Misalnya, masyarakat Islam di negara China tidak mempraktiskan Islam seperti masyarakat Islam di Negara Arab. Begitu juga, masyarakat Islam di Eropah mengamalkan Islam dalam kontek yang berbeza daripada masyarakat Islam di asia khususnya Malaysia dan Indonesia. Momennya, berlaku hubungkait di antara masyarakat ini ialah pendasaran pada sunnahtullah iaitu al-Quran dan sunnah walau apapun kontek dan suasana masyarakatnya. 
 Kertas kerja ini mencirikan sifat-sifat umum masyarakat Islam yang mengakari kemusliman mereka. Bahkan kehilangan sifat-sifat ini akan mencacatkan radiasi keabsahan Islam pada seseorang individu dan seluruh masyarakatnya.
1. Masyarakat yang dibina atas akidah Tauhid
Allah SWT mengutuskan para rasul untuk membebaskan manusia daripada syirik iaitu menyembah Tuhan selain Allah. Tauhid menjadi intipati utama dakwah para rasul khususnya para rasul yang tergolong sebagai Ulul Azmi. Misalnya, Nabi Ibrahim AS berdakwah kepada kaumnya (Raja Namrud), begitu Nabi Nuh AS, Nabi Musa AS, Nabi Isa AS sehinggalah Nabi Muhammad SAW.
Misi Rasulullah SAW di Mekah selama 13 tahun adalah membebaskan masyarakat Arab Jahiliah daripada perbuatan syirik. Ayat-ayat Makiyyah menyeru kepada mengesakan Allah. Dalam Surah al-Kafirun misalnya menegaskan bahawa orang-orang yang beriman amat berbeza dengan orang kafir. Sifat utama orang beriman adalah beriman kepada Allah, para malaikat, kitab, para rasul, hari kiamat, qodho’ dan qodar. Mereka membuang segala perbuatan yang menyerupai orang-orang kafir. Percaya dan yakin bahawa peranan mereka adalah sebagai hamba dan khalifah Allah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan rasul.
Tauhid juga bermaksud orang-orang beriman meletakkan Allah dan Rasulullah SAW sebagai matlamat utama melebihi perkara lain. Seperti sifat Abu Bakar As-Siddiq kala dipukul kafir Quraisy tetapi masih bertanyakan Rasulullah SAW apabila tersedar daripada pengsan. Ini menunjukkan kasih dan cintanya kepada Rasulullah SAW melebihi dirinya sendiri.
Masyarakat Islam juga adalah masyarakat yang teguh serta sanggup menggadaikan nyawa demi keyakinan terhadap Allah dan rasul seperti keluarga Yasir dan Sumayyah yang meningga dunia di tangan musuh serta keteguhan Bilal bin Rabah mempertahankan akidahnya walaupun disiksa oleh Abu Jahal.
Masyarakat Islam berteraskan akidah telah dimodelkan oleh para sahabat baginda SAW yang mula – mula memeluk Islam. Mereka sanggup dimusuhi saudara kerana memilih Islam, mereka memilih untuk hidup melarat dan miskin serta berjuang harta dan nyawa demi Islam, pasukan Muhajirin sanggup meninggalkan kampung halaman serta keluarga yang dicintai termasuk Zainab, Puteri sulung Rasulullah SAW. Beliau  tinggalkan suaminya Abu Al- Ash yang masih musyrik kerana menyahut seruan Allah membuka tapak baru di Madinah.
Masyarakat berteraskan akidah yang benar hanya akan menggunakan al-Quran dan sunnah sebagai panduan hidup. Selain keduanya, mereka akan menolak. Bahkan prinsip akidah Islam yang tegas tidak akan membenarkan umatnya bertoleransi dengan agama lain apatah lagi merayakan hari-hari kebesaran mereka. Kisah-kisah pejuang Islam sepanjang zaman yang teguh mempertahankan akidah boleh menjadi tauladan kepada umat Islam sekarang seperti perjuangan Badiuzzaman Sa’id Nursi, Hassan al-Banna, Syed Qutb, Tok Kenali dan lain-lain.

1.2 Masyarakat Yang Benar
Kesan daripada akidah Tauhid yang mendokongi iman adalah ibadah, amal, akhlak dan sikap yang ikhlas dan benar. Dr Wahbah az-Zuhaili dalam bukunya Akhlak Muslim  menjelaskan bahawa sifat benar hanya terdapat pada orang mukmin. Firman Allah Taala bermaksud;
 ‘Wahai orang-orang yang beriman  bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kamu bersama orang-orang yang benar’  Surah at-Taubah;119
Allah juga menyebut dalam surah al-Ahzab ayat 35 tentang sifat orang beriman bermaksud; ‘ Lelaki-lelaki yang benar dan perempuan-perempuan yang benar.’
Sebaliknya, mereka yang beriman tetapi tidak berkelakuan as-Siddiq atau benar, Allah menyifatkan mereka sebagai al-mukazzibin (penipu). Sifat penipu atau tidak amanah termasuk sebagai sifat munafik. Dalam surah as-Soff menyebutkan; Wahai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengata sesuatu yang tidak kamu laksanakan? Perbuatan tidak amanah sangat besar dosanya di sisi Allah.
Daripada diri mukmin yang benar dan bersih, akan melahirkan keluarga dan ahli masyarakat yang baik. Tauladan ini boleh diambil daripada kisah-kisah para solihin yang telah melahirkan generasi gemilang kerana mengamalkan Islam (bersih) dalam kehidupan. Contohnya, Maryam, ibu Nabi Isa AS. Seorang wanita yang suci dan bersih dan mengabdikan diri kepada Allah SWT. Keturunan seorang soleh bernama Imron, anak saudara Zakaria dan Yahya AS. Daripada generasi anbiyai ini lahirlah Nabi Isa AS. Kisah para ulama masa kini, ibubapa mereka adalah orang-orang yang benar dan bersih. Contoh lain, kisah Badiuzzaman Sa’id Nursi, bapanya seorang yang warak dan hanya memberi makanan yang halal kepada anak-anak termasuk binatang ternakannya juga dipastikan makan rumput yang halal. Manakala Ibu Sa’id Nursi hanya menyusukan anak-anaknya dalam keadaan bersih dan berwudhuk . Begitu juga para imam seperti Imam Syafie, Imam Ibnu Taimiyah dan Imam Ghazali, semuanya lahir daripada kehidupan yang mengamalkan kebenaran Islam.
Masyarakat Islam juga benar dalam tindakan, percakapan dan pemikiran. Hanya bercakap perkara-perkara yang baik dan benar. Tidak berlaku zalim seperti mengamalkan rasuah, memakan harta anak yatim, mengabaikan tanggungjawab dan 1001 perkara yang bertentangan dengan kebenaran.
Hadis Rasulullah SAW bermaksud; Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi daripadanya. Justeru, masyarakat Islam yang mengambil siri tauladan Islam bermakna menjadikan kebenaran sebagai rujukan kehidupannya. Manakala selainnya adalah kesesatan.
1.3 Masyarakat yang dikukuhkan dengan persaudaran (ukhwah)
Allah SWT menciptakan manusia daripada tubuh yang satu iaitu Nabi Adam AS. Justeru, percaturan fitrah manusia seperti bentuk fizikal, naluri dan perasaan, kecenderungan adalah sama sahaja. Malah, Allah telah berfirman yang bermaksud Allah tidak menilai seseorang itu berdasarkan keturunan, bangsa, warna kulit tetapi hanya sifat taqwa. Justeru, kebersamaan itulah yang mengikat manusia untuk tunduk kepada Allah SWT sebagai Pencipta dan Tuhan sekalian alam.
Sesiapa yang beriman kepada Allah SWT maka ia telah disatukan dalam persaudaraan Islam. Malah baginda SAW pernah mengatakan bahawa orang-orang beriman itu ibarat satu tubuh, jika salah satu anggotanya sakit maka sakitlah seluruh tubuh. Tauladan dipetik daripada peristiwa hijrah yang telah menyatukan kaum Muhajirin dan Ansar di Madinah. Umat Islam di zaman Rasulullah SAW bersatu mempertahankan akidah. Berkongsi pemilikan harta bahkan jiwa demi memuliakan anjuran ukhwah.
Misalnya, kisah di Medan Uhud menyaksikan tentera Islam berkorban untuk sahabat-sahabat mereka minuman. Masing-masing menolak kerana mendahulukan sahabat. Akhirnya, semua mereka mati syahid. Ini bertepatan dengan sabda Rasulullah SAW yang bermaksud;  Tidak masuk syurga seseorang yang membiarkan saudaranya lapar walaupun dia seorang ahli ibadah.
.
Punca kekuatan Islam boleh tersebar ke pelusuk dunia timur dan barat adalah kesatuan diri dan akidah. Umat Islam sujud pada kiblat yang sama, menikmati al-Quran dan Sunnah (panduan hidup) yang sama serta rasa cinta kepada Allah dan rasul yang sama Apabila kesatuan itu pecah, maka hancurlah kekuatan Islam, ini boleh diiktibari daripada sejarah khalifah Islam.  Tatkala umat Islam berpecah kepada firqoh (kumpulan) fahaman seperti Syiah, Ahl Sunnah, Khawarij dan Muktazilah, musuh terutama orang munafik dan Yahudi senang melaga-lagakan sehingga tercetusnya peperangan yang mengorbankan ramai pemimpin Islam seperti Saidina Ali RA, Saidina Uthman RA, Saidina Hussien RA dan ramai lagi. Begitu juga apa yang berlaku saat keruntuhan Khalifah Uthmaniyyah di Turki. Sultan Abdul Hamid II telah diselewengkan oleh orang-orang kanannya mengakibatkan sistem khalifah Islam hancur digantikan sistem sekular yang mengharamkan agama.
Kini, apabila kuasa barat Eropah menakluk sebahagian dunia, mereka telah memisahkan negara-negara Islam kepada negara dan bangsa melalui dasar pecah dan perintah. Oleh itu, wujudlah jurang perbezaan berdasarkan geografi, bahasa, warna kulit walaupun masing-masing adalah Muslim. Malang lagi, semua mereka disatukan dengan penonjolan budaya barat (hegemoni) yang jauh bertentangan dengan Islam. Oleh itu, umat Islam tidak lagi berasa sensitive kepada keadaan yang berlaku di negara Islam lain kerana sikap taksub terhadap bangsa dan negara sendiri.
Jelaslah bahwa, apabila rasa ukhwah hilang dari jiwa umat Islam, maka mereka menjadi umat yang lemah, mundur, kecewa dan pesimis terhadap saudaranya sendiri.
1.4 Masyarakat Yang mementingkan ilmu pengetahuan
Ilmu adalah perkara pertama yang diajarkan Allah SWT kepada Nabi Adam AS.  Firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah:31 bermaksud: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama benda seluruhnya. Daripada ayat yang berikutnya, Nabi Adam AS telah mengajarkan pula kepada malaikat (al-Baqarah: 33). Ini membuktikan Allah SWT menaikkan taraf manusia berbanding para makluk lain termasuk malaikat hanya dengan akal fikiran yakni ilmu pengetahuan. Bahkan ketika Rasulullah SAW diangkat menjadi nabi, wahyu pertama yang diberikan kepada baginda SAW adalah Iqra iaitu membaca. Malaikat Jibril AS sendiri yang menjadi guru kepada Rasulullah SAW.
Manusia, secara umumnya menjadi kuat apabila menguasai ilmu pengetahuan. Tamadun-tamadun awal manusia iaitu Yunani, Rom, Parsi, Cina dan India masyhur kerana penguasaan ilmu pengetahuan meliputi falsafah, teknologi dan kemahiran. Bangsa Rom menjadi hebat kerana pengetahuan mereka terhadap ilmu binaan, bangsa Parsi terkenal dengan kecerdikan mereka di medan peperangan, bangsa Cina agung dengan budaya perniagaan, perubatan dan teknologi (kertas), bangsa Yunani dan India pula terkenal dengan falsafah. Justeru, kala Allah SWT memunculkan Islam, maka seiring itu jugalah Dia membentangkan ilmu pengetahuan yang berlunaskan syariat yang semuanya terkandung dalam al-Quran dan Sunnah.
Peradaban Islam pasca negara Islam Madinah menyaksikan umat Islam paling unggul apatah lagi ketika itu, bangsa Eropah mengalami zaman gelap. Ketika itu lahirlah tokoh-tokoh pemikir dan ilmuan Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, Ibnu Baitutah, Ibnu Kathir dan ramai lagi termasuk empat imam fikah iaitu Imam Malik, Imam Syafie, Imam Abu Hanifah dan Imam Hanbali. Bahkan, ilmu-ilmu Islam sentiasa berkoleborasi dengan zaman sehingga ia tidak pernah berhenti memartabatkan manusia.
Justeru, umat Islam adalah umat yang paling unggul sekiranya mereka memahami martabat ilmu. Sebaliknya, jika mereka tidak menguasi ilmu, mereka menjadi umat yang mundur, lemah, dan menjadi mangsa keadaan. Ia sangat bertentangan dengan apa yang dialami oleh umat Islam di era Rasulullah SAW, para sahabat dan tabiin.
Contoh-contoh keruntuhan umat Islam akibat tidak menguasai ilmu pengetahuan boleh dilihat pada masa kini. Umat Islam lebih banyak menjadi pengguna daripada pengeluar, lebih ramai menjadi hamba daripada tuan, lebih rela menjadi pengikut dan pelaksana daripada ketua dan pengusaha. Jika keadaan ini berterusan, adalah mustahil masyarakat Islam boleh bangkit menegakkan kemasyuran tamadun Islam sebelumnya.
Perbezaan di antara orang yang berilmu dengan orang jahil itu amat ketara. Ini telah disebutkan di dalam al-Quran.Firman Allah Taala bermaksud;
Adakah sama orang-orang yang mengetahui-ilmu- dan orang-orang yang tidak mengetahui-jahil’- Surah az-Zumar; 39

1.5 Masyarakat Islam adalah masyarakat yang bertoleransi
Salah satu ciri Islam adalah memudahkan umatnya. Sabda Rasulullah SAW: bermaksud; Sesungguhnya agama itu mudah.
Mudah yang dimaksudkan ialah Islam melorongkan hak yang boleh memenuhi fitrah kemanusiaan manusia. Contohnya, Islam membenarkan perkahwinan di antara lelaki dan wanita dengat syarat yang mudah, Islam membenarkan umatnya menjadi kaya dengan jalan usaha yang benar. Islam memudahkan umatnya yang bermusafir bahkan seluruh hukum Islam (yang tidak berkait dengan akidah) boleh disesuaikan mengikut keadaan zaman dan persekitaran.
Hari ini, apabila negara-negara Islam diserapi pengaruh penjajahan terutama Barat (Eropah) dan berlangsung lebih daripada 500 tahun, Islam masih kukuh dan meresapi jiwa penganutnya sehingga di abad 21, Islam menjadi satu tamadun yang paling ampuh melawan tamadun Barat yang mulai dihakis kerosakan. Malahan, umat barat mulai takut dengan budaya Islam yang mula menyerapi warga Eropah hingga menyingkirkan  budaya sekular yang menjadi pegangan barat. Misalnya, di Belanda, filem Fitna yang dihasilkan bagi tujuan memburukkan Islam dengan mengaitkan keganasan kepada Islam adalah interpretasi daripada kebimbangan mereka terhadap asakan pengaruh Islam. 
Justeru, umat Islam tidak boleh lagi bersikap statik dengan hanya selesa pada kebudayaan yang ada. Sebaliknya, cuba memahami Islam dalam sudut yang luas dan syumul. Hafiz Firdaus, seorang intelektual Islam di Malaysia menggagaskan supaya umat Islam melihat Islam seperti menaiki sebuah kapal terbang. Di tempat yang tinggi, kita dapat melihat bucu-bucu Islam dari pelbagai sisi.
Keadaan umat Islam di negara Eropah tidak sama dengan keadaan umat Islam di Timur Tengah atau Asia dan Eropah. Perbezaan budaya dan cara berfikir di kalangan umat Islam yang dipisahkan dalam kala geografi ini tidak menjadikan Islam itu berpecah-pecah tetapi lebih uniknya, ia bertoleransi dan melambangkan keistimewaan Islam yang meraikan semua budaya dan bangsa. 
2. SIFAT2 ORANG MUKMIN DALAM SURAH AL-MUKMINUN 
Allah SWT telah menyebut dengan khusus keistimewaan sifat orang Mukmin yang meletakkan mereka di martabat yang mulia dan beruntung dalam surah al-Mukminun ayat 1- 10  iaitu;
1. Orang yang khusyuk dalam solat
2. Orang yang menjauhkan diri daripada perbuatan yang tidak berguna (maksiat dan lagho)
3. Orang yang menunaikan zakat
4. Orang yang menjaga kemaluannya kecuali kepada isteri
5. Orang yang memelihara amanah, janji dan tanggungjawabnya
6. Orang yang menjaga sembahyang





















BAB IV
PENUTUP


4.1 Kesimpulan

Pada makalah ini kami simpulkan beberapa inti pokok dari pembahasan makalah
  1. Nilai-nilai agama islam sebagai pedoman hidup,beribadah dan bermasyarakat memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda.
  2. Bahwasannya agama islam memiliki fungsi tersendiri dan memiliki struktur yang  dapat membuat hidp manusia lebih terkonsep dan tertata rapi.
4.2 Pesan dan Kesan

Pesan : Sebaiknya guru/dosen dalam memberikan tugas pembuatan makalah alangkah baiknya di sertai dengan penjelasan terlebih dahulu.

Kesan : Terimakasih kepada dosen/guru selama pembuatan makalah ini, dosen/guru dapat menyempatkan waktu untuk bersosialisasi tentang makalah kami.



Previous
Next Post »

Translate