BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kelangsungan sebuah bangsa
bergantung pada generasi penerusnya, jika generasi penerus itu baik maka baik
juga sebuah bangsa, tapi jika generasi penerusnya tidak baik maka kehancuran
yang akan didapat sebuah bangsa. Generasi penerus bangsa yang baik tidak
terlepas dari peran serta seorang ibu yang menentukan pertumbuhan dan
perkembangan anak sejak dalam janin. Maka kesejahteraan dan kesehatan ibu hamil
sangatlah penting.
Ibu hamil harus mendapatkan cukup
nutrisi dan selalu dalam keadaan yang sehat agar bisa menghasilkan keturunan
yang baik. Namun jika ibu sampai terkena penyakit maka akan sangat berbahaya
bagi perkembangan janin sehingga generasi yang dihasilkan menjadi tidak baik.
Salah satunya ibu harus terhindar dari TORCH, yaitu infeksi yang terdiri dari
toksoplasmosis, ruberlla, CMV, dan Herpes. Dan yang akan dibahas kali ini
adalah mengenai Herpes, terutama herpes genital.
Herpes genital termasuk penyakit
menular seksual yang ditakuti oleh setiap orang. Angka kejadian penyakit ini
termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya
adalah seseorang dengan perilaku yang tidak sehat. Ibu hamil mempunyai resiko
yang besar jika sampai terkena penyakit menular seksual, tidak hanya pada
dirinya tapi jula pada janinnya.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang didapat
dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa
definisi dari Herpes Genetalis ?
2. Apa
saja etiologi dari Herpes Genitalis ?
3. Bagaimana
patofisiologi dari Herepes genetalis ?
4. Apa
saja tanda dan gejala Herpes Genetalis
5. Apa
saja komplikasi yang disertai dari Herpes Genetalis ?
6. Apa
saja efek samping pada kehamilan, persalinan, dan penyakitnya yang disertai
dengan Herpes Genetalis ?
7. Bagaimana
penatalaksanaan dan pengobatan dari Herpes Genitalis ?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui definisi dari Herpes genetalis.
2. Untuk
mengetahui etiologi dari Herpes genetalis.
3. Untuk
mengetahui patofisiologi dari Herpes Genetalis.
4. Untuk
mengetahui tanda dan gejala dari Herpes Genetalis.
5. Untuk
mengetahui komplikasi dari Herpes Genetalis.
6. Untuk
mengetahui efek samping pada kehamilan, persalinan, dan penyakit yang disertai
Herpes Genitalis.
7. Untuk
mengetahui penatalaksanaan dan pengobatan dari Herpes Genitalis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. DEFINISI
Herpes genitalis adalah infeksi yang
menyerang vagina dan labia ( bibir kemaluan ). Herpes ini paling sering
ditularkan selama aktivitas seksual seseorang yang mempunyai luka herpes aktif.
Tidak ada pengobatan herpes, karena itu penyakit ini menjadi penyakit kambuhan
infeksi pertama kali muncul disebut infeksi primer.
Herpes genitalis merupakan infeksi pada
genital dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem
bersifat rekuren. Herpes genitalis terjadi pada alat genital dan sekitarnya (bokong,
daerah anal dan paha).
Ada dua macam tipe HSV yaitu : HSV-1 dan
HSV-2 dan keduanya dapat menyebabkan herpes genital. Infeksi HSV-2 sering
ditularkan melalui hubungan seks dan dapat menyebabkan rekurensi dan ulserasi
genital yang nyeri. Tipe 1 biasanya mengenai mulut dan tipe 2 mengenai daerah
genital.
2.2. ETIOLOGI
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV
atau herpes virus hominis (HVH), yang merupakan anggota dari famili
herpesviridae. Adapun tipe-tipe dari HSV :
1. Herpes
simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka pada sekitar
wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
2. Herpes
simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya
(bokong, daerah anal dan paha).
Sebagian
besar kasus herpes genitalis disebabkan oleh HSV-2, namun tidak menutup
kemungkinan HSV-1 menyebabkan kelainan yang sama.
Pada umumnya disebabkan oleh HSV-2 yang
penularannya secara utama melalui vaginal atau anal seks. Beberapa tahun ini,
HSV-1 telah lebih sering juga menyebabkan herpes genital. HSV-1 genital
menyebar lewat oral seks yang memiliki cold sore pada mulut atau bibir, tetapi
beberapa kasus dihasilkan dari vaginal atau anal seks.
2.3. PATOFISIOLOGI
HSV-1 dan HSV-2 adalah termasuk dalam
famili herphesviridae, sebuah grup virus DNA rantai ganda lipid-enveloped yang
berperanan secara luas pada infeksi manusia. Kedua serotipe HSV dan virus
varicella zoster mempunyai hubungan dekat sebagai subfamili virus
alpha-herpesviridae.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada
orofaring, virus menyebar melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak
langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya ditularkan secara
seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan
DNA hospes dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit.
Waktu itu pada hospes itu sendiri belum
ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada
daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar
melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana
serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di
ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten
di ganglion sakral.
Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus
(trigger factor), virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali
sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada
antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak
seberat pada waktu infeksi primer.
Faktor pencetus tersebut antara lain
adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau emosi, sinar UV, gangguan
pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus tidak diketahui
dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul baik
genito genital, ano genital maupun oro genital.
Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten
tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran
penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa
(orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam
sel epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.
2.4. TANDA DAN GEJALA
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37%
HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode
berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari
setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun
pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial
episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih
berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah
luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari
herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar
4-7 hari setelah infeksi.
Gejala dari herpes disebut
juga outbreaks, muncul dalam dua minggu setelah orang terinfeksi
dan dapat saja berlangsung untuk beberapa minggu. Adapun gejalanya sebagai
berikut :
·
Nyeri dan disuria
·
Uretral dan vaginal
discharge
·
Gejala sistemik
(malaise, demam, mialgia, sakit kepala)
·
Limfadenopati yang
nyeri pada daerah inguinal
·
Nyeri pada rektum,
tenesmus
Tanda (sign) :
·
Eritem, vesikel,
pustul, ulserasi multipel, erosi, lesi dengan krusta tergantung pada tingkat
infeksi.
·
Limfadenopati inguinal
·
Faringitis
·
Cervisitis
2.5. KOMPLIKASI
HERPES GENETALIS
Infeksi herpes genital biasanya
tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang dewasa. Pada sejumlah
orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi outbreaks
herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang lama. Orang
dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada mata yang
disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1 namun
terkadang dapat juga disebabkan HSV-2. Herpes dapat menyebabkan penyakit mata
yang serius termasuk kebutaan.
Wanita hamil yang menderita herpes
dapat menginfeksi bayinya. Bayi yang lahir dengan herpes dapat meninggal atau
mengalami gangguan pada otak, kulit atau mata. Bila pada kehamilan timbul
herpes genital, hal ini perlu mendapat perhatian serius karena virus dapat
melalui plasenta sampai ke sirkulasi fetal serta dapat menimbulkan kerusakan
atau kematian pada janin. Infeksi neonatal mempunyai angka mortalitas 60%,
separuh dari yang hidup menderita cacat neurologis atau kelainan pada mata.
2.6. EFEK
SAMPING PADA KEHAMILAN, PERSALINAN DAN PENYAKITNYA.
2.6.1. Efek
Samping Pada Kehamilan
Virus dapat sampai ke sirkulasi
fetal melalui plasenta dan dapat menyebabkan kerusakan dan kematian janin.
Infeksi neonatal ( 0-20 hari) angka
mortalitasnya 60%, jika dapat bertahan hidup setengahnya mempunyai kemungkinan
cacat neurologis yang nantinya juga berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
serta menyebabkan kelainan mata.
Dapat menyebabkan kelainan
ensefalitis, mikro/hidrosephalus, koriodorenitis, keratokonjungtivitis. Dapat
menyebabkan abortus dan prematuritas.
2.6.2. Efek
Samping Pada Persalinan
HSV ibu hamil dapat
ditularkan ke bayinya pada saat bayi masih berada di dalam kandungan, pada saat
persalinan, dan setelah persalinan. Rute infeksi yang paling sering terjadi
adalah pada waktu persalinan karena kontak langsung antara bayi dengan lesi
herpes di saluran genital atau virus herpes yang terdapat di cairan genital
ibu. Diperkirakan diseluruh dunia satu dari 3.000—7.000 bayi terinfeksi HSV
pada waktu persalinan per tahunnya.
2.6.3. Efek
Samping Pada Penyakit
Infeksi herpes genital biasanya
tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada orang dewasa. Pada
sejumlah orang dengan sistem imunitasnya tidak bekerja baik, bisa terjadi
outbreaks herpes genital yang bisa saja berlangsung parah dalam waktu yang
lama. Orang dengan sistem imun yang normal bisa terjadi infeksi herpes pada
mata yang disebut herpes okuler. Herpes okuler biasanya disebabkan oleh HSV-1
namun terkadang dapat juga disebabkan HSV.
2.7. PENATALAKSANAAN
DAN PENGOBATAN HERPES GENETALIS
Pada penderita penyakit cacar hal
yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak pecah agar tidak
meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder),
antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit.
Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak
mandi, karena bisa menimbulkan shock.
Penyediaan layanan kesehatan akan
meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah
terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada
partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah :
Ø
Asiklovir (Zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir
intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari
saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol)
dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat
penyembuhan.
Ø
Valasiklovir (Valtres)
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang
secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan
meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral
1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan
asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5
kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.
Ø
Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida
yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir,
pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi
monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh
intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga
memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari. Absorbsi peroral 70% dan
dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan
baik.
2.8. PENCEGAHAN
Apabila ibu hamil terinfeksi virus
ini, agar bayi tidak terinfeksi sebaiknya dilakukan operasi sesar, pencegahan
lainnya dengan cara menjaga kebersihan perseorangan dan pendidikan kesehatan
terutama kontak dengan bahan infeksius, menggunakan kondom dalam aktifitas
seksual, dan penggunaan sarung tangan dalam menangani lesi infeksius.
Untuk mencegah transmisi dari ibu
ke janin, yaitu meliputi :
1) Pengobatan
supresi pada serangan satu dalam kehamilan.
2) Rutin
pemberian antivirus pada kehamilandengan riwayat infeksi HSV.
3) Pemeriksaan
serologi (darah) pada yang berisiko terkena infeksi HSV.
4) Pakaian
bekas pakai ibu yang terinfeksi virus ini harus dicuci secara Desinfeksi
Tingkat Tinggi (DTT) dengan direndam klorin kemudian di rendam air mendidih
agar virus mati.
2.9. ASUHAN
KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN TERINFEKSI VIRUS HERPES
I. Data
Subyektif
Pada tanggal 20-03-2012 pukul 10.00 WIB
·
Identitas
Nama
Istri : Ny “ Y ” Nama Suami : Tn.
“A”
Umur : 25 Tahun Umur :
30 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :
Wiraswasta
Alamat : Jl. Budi Santoso Alamat :
Jl. Budi Santoso
No.107 Kota
Metro No.107 Kota Metro
·
Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak kedua, usia kehamilan saat
ini 8 bulan. Ibu mengeluh badannya terasa panas, pada kemaluannya timbul
gelembung binti – bintik kecil berisi cairan kemerahan terasa sakit.
·
HPHT :
12 Juni 2011
II. Data Obyektif
a. Keadaan
umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Keadaan
emosional : kooperatif
d. Tanda-tanda
vital
TD : 110/80 mmHg ( berbaring )
RR : 23 ×/menit ( teratur )
Suhu :
38,3ºC ( aksila )
Nadi :
88 ×/menit ( teratur )
f. Usia
Kehamilan : 32 minggu
a. Wajah :
Simestris, Bersih, tidak ada oedema dan tidak ada
cloasma Gravidarum
b. Rambut : Bersih, keriting, warna hitam dan
tidak ada ketombe
c. Mata : Sklera putih, kanan dan kiri simetris,
konjungtiva merah Muda
d. Mulut
& gigi : Bersih, tidak ada caries, ada gigi yang
berlubang
e. Telinga :
Bersih, tidak ada serumen
f. Hidung :
Bersih, tidak ada polip, tidak ada secret.
g. Leher :
Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan vena jugularis
h. Dada :
Simestris, nafas teratur dan tidak ada benjolan yang Abnormal.
i. Mamae :
Simetris, hiperpigmentasi aerola mamae, tidak ada benjolan yang
abnormal, colostrum sudah keluar.
j. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi.
§ Leopold
I : TFU
pertengahan pusat-proc-xypoideus Fundus uteri teraba satu bagian kurang bundar,
lunak dan kurang melenting (bokong).
§ Leopold
II : Kanan
à
teraba satu bagian memanjang ada
tahanan seperti papan (punggung), Kiri à
teraba bagian ekstermitas
§ Leopold
III : Teraba
satu bagian bundar, keras, melenting
(kepala).
§ Leopold
IV : Kepala belum masuk PAP (konvergen 5/5)
§ MC.
Donald :
27 cm
§ TBJ/EFW : 2325 gram
§ DJJ : 140 x/menit reguler
k. Genetalia :
Terlihat bintik – bintik merah berisi cairan saat
dipalpasi ibu merasa sakit
l. Ekstermitas
Atas : Simetris,
keadaannya bersih, tidak ada cacat dan
reflex (+/+)
Bawah : Simetris,
keadaannya bersih, tidak terdapat oedema dan reflex patella (+/+).
-
Pemeriksaan ELISA
melalui serum.
-
Pemeriksaan kultur
darah untuk mendeteksi HSV
-
Pemeriksaan tes tzank.
III. Assesment
1. Identifikasi
Diagnosa, Masalah dan Kebutuhan
a.
Diagnosa : Hamil GII P1 A0, UK 32 minggu, ATH,
jalan lahir normal dengan Herpes
b. Masalah :
-
Gangguan rasa nyaman
-
Gangguan konsep diri
c. Kebutuhan :
-
Memberikan rasa nyaman
-
Memberikan dukungan
emosional kepada ibu.
è Bayi
terkena infeksi HSV ( kelainan ensefalitis, mikro/hidrosephalus,
koriodorenitis, keratokonjungtivitis, kecacatan janin, prematuritas, dan
abortus.)
3. Identifikasi
kebutuhan akan tindakan segera / kolaborasi / rujukan.
è Pemberian
Asiklovir oral 200 mg (5 X/hari selama 10-14 hari)
IV. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan
hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa secara umum keadaan ibu saat
ini baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110 / 80 mmHg, nadi 88 x/menit,
respirasi 23 x/menit, suhu 37,7 ºC, hasil pemeriksaan anogenital inspeksi
terlihat binti – bintik merah berisi cairan saat dipalpasi ibu merasa sakit
yang kemungkinan akan menginfeksi kepada janin yang dikandungnya, pemeriksaan
lab tes tzank dan darah, dan ibu harus mempersiapkan untuk nantinya akan
dilakukan rujukan, karena kemungkinan ibu harus dilakukan pertolongan
persalinan dengan tindakan operasi sectio secaria.
2. Menganjurkan
ibu untuk menghindari stres dan banyak istirahat, Ibu mengerti dan akan
melakukannya.
3. Memberitahukan
kepada ibu untuk memperhatikan kebersihan diri khususnya kebersihan alat
kewanitaannya dengan cara membasuh vagina dari depan sampai ke belakang setelah
melakukan BAB dan BAK, Ibu sudah mengerti dan akan melalukannya.
4. Memberitahukan
kepada ibu tanda – tanda gejala penyakit herpes yaitu luka yang terasa nyeri
atau benjolan berisi cairan disekitar bulu kemaluan, vagina, vulva dan anus,
bisa juga terasa nyeri saat buang air kecil, Ibu sudah tahu tanda – tanda
penyakit herpes dan mengerti.
5. Melakukan
kolaborasi dengan dokter kandungan instruksi yang diberikan : Berikan ibu
terapi obat – obatan farmakologis dengan Acyclovir (400 mg 3x1 (7-14 hari)),
Valacyclovir (100 mg 2x1 (7-14 hari)), Facyclovir (250 mg 3x1 (7-14 hari)), Ibu
mengerti dan mengetahui obat – oabatan apa saja yang harus diminum.
6. Mendokumentasikan
hasil pemeriksaan dan asuhan yang diberikan, hasil pemeriksaan telah di
dokumentasikan.
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Herpes genitalis adalah infeksi yang
menyerang vagina dan labia ( bibir kemaluan ). Herpes ini paling sering
ditularkan selama aktivitas seksual seseorang yang mempunyai luka herpes aktif.
Tidak ada pengobatan herpes, karena itu penyakit ini menjadi penyakit kambuhan
infeksi pertama kali muncul disebut infeksi primer.
Herpes genitalis disebabkan oleh HSV
atau herpes virus hominis (HVH), yang merupakan anggota dari famili herpesviridae.
Adapun tipe-tipe dari HSV :
1. Herpes
simplex virus tipe I : pada umunya menyebabkan lesi atau luka pada sekitar
wajah, bibir, mukosa mulut, dan leher.
2. Herpes
simplex virus tipe II : umumnya menyebabkan lesi pada genital dan sekitarnya
(bokong, daerah anal dan paha).
Virus dapat sampai ke sirkulasi fetal
melalui plasenta dan dapat menyebabkan kerusakan dan kematian janin. HSV ibu hamil dapat ditularkan ke bayinya pada saat bayi
masih berada di dalam kandungan, pada saat persalinan, dan setelah persalinan. Infeksi
herpes genital biasanya tidak menyebabkan masalah kesehatan yang serius pada
orang dewasa.
Apabila ibu hamil terinfeksi virus
ini, agar bayi tidak terinfeksi sebaiknya dilakukan operasi sesar, pencegahan
lainnya dengan cara menjaga kebersihan perseorangan dan pendidikan kesehatan
terutama kontak dengan bahan infeksius, menggunakan kondom dalam aktifitas
seksual, dan penggunaan sarung tangan dalam menangani lesi infeksius.
3.2. SARAN
Infeksi herpes simpleks genitalis
memberi dampak cukup luas khususnya pada wanita, karena virus ini berhubungan
dengan penyebaran kanker serviks dan menyebabkan abortus ataupun penularan
kepada bayi apabila menyerang ibu hamil. Oleh karena itu, perlu penanganan
secara koprehensif. Masalah yang ditemukan tidak hanya terbatas pada cara diagnostik tetapi juga pada
penanganan kasus dan komplikasi yang ditimbulkan.
Untuk mengontrol penyebaran infeksinya
pun juga harus ada kerjasama yang baik antara pasien dengan perawat ataupun
dokternya.
DAFTAR PUSTAKA
Fadlun, Feryanto Achmad. 2011. Asuhan Kebidanan
Patologis. Salemba Medika ; Jakarta.
Ai Yeyeh Rukiyah, Lia Yulianti 2010. Asuhan
Kebidanan IV (patologi kebidanan). Penerbit buku kesehatan’ Jakarta.
MAKALAH ASKEB IV
INFEKSI YANG MENYERTAI
KEHAMILAN DAN PERSALINAN
“HERPES”
![FIK](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 8 :
Indah Purnamasari ( 2010.0661.068 )
Lelya Sabbaha ( 2010.0661.073 )
Nurina Septiani ( 2010.0661.083)
Eva Auriyanti ( 2010.0661.062 )
PRODI D-III KEBIDANAN
SEMESTER IV B
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2012
![]() |
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah mengenai Infeksi Yang Menyertai Kehamilan
dan Persalinan dengan judul “HERPES” untuk memenuhi tugas mata kuliah Askeb IV
yang dibimbing oleh Ibu Rachmawati Ika S.SST., M.Kes. dapat kami selesaikan
dengan tepat waktu.
Makalah
ini berisi tentang hal-hal yang berhubungan dengan asuhan kebidanan IV mengenai
infeksi herpes yang menyertai kehamilan. Setelah mempelajari dan membaca
laporan ini penulis berharap agar pembaca dan penggunanya mendapat pengetahuan
yang lebih baik, sebagaimana yang tertera dalam tujuan belajar. Hal tersebut
karena laporan ini dapat diaplikasikan untuk mengembangkan kompetensi pembaca.
Mengingat
proses penulisan laporan ini kami rasakan masih jauh dari sempurna, maka
penulis selalu membuka diri untuk menerima bebagai masukan dan kritik sehingga
makalah ini kelak menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.
Surabaya, 05 Maret 2012
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar
Belakang............................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 3
2.1
Definisi......................................................................................... 3
2.2
Etiologi......................................................................................... 3
2.3
Patofisiologi.................................................................................. 4
2.4
Tanda dan Gejala.......................................................................... 5
2.5
Komplikasi.................................................................................... 6
2.6
Efek Samping............................................................................... 6
2.7
Penatalaksanaan Dan Pengobatan................................................ 7
2.8
Pencegahan................................................................................... 8
2.9
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Herpes................... 9
BAB III PENUTUP..................................................................................... 14
3.1
Kesimpulan................................................................................. 14
3.3
Saran........................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 16
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon