BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian bayi dalam kandungan
(Intra Uterine Fetal Death) dapat
dikarenakan berbagai hal seperti terkena lilitan tali pusat, pendarahan serta
akibat tekanan darah tinggi ibu yang
mengandung. Kematian janin dalam kandungan dapat dicegah dengan cara
memeriksakan kandungan secara teratur ke dokter. Kalaupun terjadi kelainan pada
masa kehamilan, bisa ditanggulangi sedini mungkin.
Bayi yang ada dalam kandungan selalu bergerak dan
sebagian besar kasus bayi mati dalam kandungan karena kesalahan aktivitas yang
dilakukan seperti berolahraga dengan gerakan-gerakan yang cukup
giat/berlebihan. Karena itu dianjurkan selama masa kehamilan sebaiknya
mengurangi aktivitas yang membahayakan janin dalam kandungan. Hal ini untuk
mengantisipasi bayi yang dililit lehernya.Ibu hamil hendaknya selalu
berhati-hati jika beraktivitas dan berkonsultasi dengan dokter secara teratur.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang ada berikut rumusan masalah yang diperoleh
1.
Apa yang dimaksud dengan IUFD ?
2.
Apa etiologi dari IUFD ?
3.
Bagaimana penatalaksanaan IUFD pada
kehamilan ?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka berikut tujuan yang ingin
dicapai
1.
Untuk
mengetahui pengertian dari IUFD.
2.
Untuk
mengetahui etiologi dari IUFD.
3.
Untuk
mengetahui penanganan IUFD pada kehamilan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Intra Uterin Fetal
Death (IUFD) adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses
persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari 1000
gram. ( Kamus istilah kebidanan).
Kematian janin dalam
kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam
kandungan. KJDK / IUFD sering dijumpai baik pada kehamilan dibawah 20 minggu /
sesudah 20 minggu. (Rustam Muchtar : 1998)
IUFD adalah kematian
janin dalam intrauteri dengan BB janin 500 gram atau lebih / janin pada umur
kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu. (Teddy : 1994)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi
sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya
kehamilan. (Sarwono :
2005)
Kematian janin dalam
kandungan / IUFD adalah kehamilan yang terjadi saat usia kehamilan lebih dari
20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran 500 gram atau lebih. (dr.
Nasdaldy, Sp.OG)
Kehamilan janin dalam
rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20 minggu kehamilan tetapi sebelum
permulaan persalinan. (Hacker :
2001)
IUFD adalah keadaan tidak adanya
tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan
(KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD), sering dijumpai baik pada
kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu
-
Sebelum
20 minggu :
Kematian janin dapat terjadi dan biasanya
berakhir dengan abortus.bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan
dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion.
-
Sesudah
20 minggu
Biasanya
ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan seterusnya.
Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian
dalam rahim.
2.2 Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam
kandungan (IUFD)
karena beberapa factor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan,hal
tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak
mencukupi kebutuhan janin. Sehingga pertumbuhan janin terhambat dan dapat
mengakibatkan kematian. Begitu pula dengan anemia, karena anemia adalah
kejadian kekurangan FE maka jika ibu kekurangan Fe dampak pada janin adalah
irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan
pertumbuh janin ( IUGR).
2.3 Etiologi
Penyebab
dari kematian janin intra uterine yang tidak dapat diketahui sekitar 25-60%,
insiden meningkat seiring dengan peningkatan usia kehamilan. Pada beberapa
kasus yang penyebabnya teridentifikasi dengan jelas, dapat dibedakan
berdasarkan penyebab dari faktor janin, maternal dan patologi dari plasenta
(Kliman, 2000).
a. Faktor Ibu (High
Risk Mothers)
- Status social ekonomi yang rendah
- Tingkat pendidikan ibu yang rendah
- Umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari
20 tahun
- Paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
- Tinggi dan BB ibu tidak proporsional
- Kehamilan di luar perkawinan
- Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
- Ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
- Ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan
sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati
- Riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
b. Faktor Janin (High Risk Infants)
- Bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan
congenital
- Bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth
Retardation)
- Postmatur
- Prematur
- Perdarahan otak
c. Faktor
yang berhubungan dengan kehamilan
- Plasenta previa
- Preeklamsi / eklamsi
- Polihidramnion dan
oligohidramnion
- Inkompatibilitas golongan darah atau Inkompatability
rhesus
- Kehamilan lama
- Kehamilan ganda
- Infeksi
- Diabetes
- Genitourinaria
- AIDS
- Perdarahan
post partum
- Shipilis
- Nefritis
kronis
- Penyakit
jantung
- Penyakit
paru atau TBC
- Abrupsio plasenta
d. Faktor Tali Pusat
1.
Prolapsus tali pusat
2.
Lilitan tali pusat
3.
Vassa praevia
4.
Tali pusat pendek
Menurut
dr.
Botefilia SpOG, Spesialis Kebidanan dan Kandungan Rumah Sakit Persahabatan,
Jakarta, ada beberapa faktor yang menyebabkan kematian janin dalam kandungan,
antara lain:
1. Hipertensi atau tekanan darah tinggi
2. Preeklampsia dan eklampsia
3. Perdarahan
Waspada
jika ibu mengalami perdarahan hebat akibat plasenta previa (plasenta yang
menutupi jalan lahir) atau solusio plasenta (terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya di dalam uterus sebelum bayi dilahirkan). Otomatis Hb janin turun
dan bisa picu kematian janin.
4.Kelainan kongenital bayi
Yang
bisa mengakibatkan kematian janin adalah hidrops fetalis, yakni akumulasi
cairan dalam tubuh janin. Jika akumulasi cairan terjadi dalam rongga dada bisa
menyebabkan hambatan nafas bayi. Kerja jantung menjadi sangat berat akibat dari
banyaknya cairan dalam jantung sehingga tubuh bayi mengalami pembengkakan atau
terjadi kelainan pada paru-parunya.
5. Ketidakcocokan golongan darah ibu dan janin
Terutama
pada golongan darah A, B, O. Kerap terjadi golongan darah anak A atau B,
sedangkan Moms bergolongan O atau sebaliknya. Pasalnya, saat masih dalam
kandungan darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah
janin tidak cocok dengan darah ibunya,maka
ibu akan membentuk zat antibody.
6. Janin yang hiperaktif
Gerakan janin yang
berlebihan, apalagi hanya pada satu arah saja, bisa mengakibatkan tali
pusat yang menghubungkan ibu dengan janin terpelintir. Akibatnya, pembuluh
darah yang mengalirkan suplai oksigen maupun nutrisi melalui plasenta ke janin akan
tersumbat. Tak hanya itu, tidak menutup kemungkinan tali pusat tersebut bisa
membentuk tali simpul yang mengakibatkan janin menjadi sulit bergerak. Hingga
saat ini kondisi tali pusat terpelintir atau tersimpul tidak bisa terdeteksi.
Sehingga, perlu diwaspadai bilamana ada gejala yang tidak biasa saat hamil.
7. Gawat janin
Bila
air ketuban habis otomatis tali pusat terkompresi antara badan janin dengan
ibunya. Kondisi ini bisa mengakibatkan janin ‘tercekik’ karena suplai oksigen
dari Moms ke janin terhenti. Gejalanya dapat diketahui melalui cardiotopografi
(CTG). Mula-mula detak jantung janin kencang, lama-kelamaan malah menurun
hingga di bawah rata-rata.
8.Postterm
Kehamilan
lebih dari 42 minggu.Jika kehamilan telah lewat waktu, plasenta akan mengalami
penuaan sehingga fungsinya akan berkurang. Janin akan kekurangan asupan nutrisi
dan oksigen. Cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental dan hijau,
akibatnya cairan dapat terhisap masuk ke dalam paru-paru janin. Hal ini bisa dievaluasi
melalui USG dengan color doppler sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis
jantung ke janin. Jika demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan
cara diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal kehamilan dan
akhir kehamilan melalui USG.
9. Infeksi saat hamil
Saat hamil sebaiknya
menjaga kondisi tubuh dengan baik guna menghindari berbagai infeksi bakteri
atau virus. Bahkan, demam tinggi pada ibu bisa mengakibatkan janin tidak tahan akan panas tubuh ibunya.
10.Kelainan kromosom
Kelainan
kromosom termasuk penyakit bawaan. Kematian janin akibat kelainan genetik
biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, melalui otopsi bayi.
Jarang dilakukan pemeriksaan kromosom saat janin masih dalam kandungan. Selain
biayanya mahal, juga sangat berisiko. Karena harus mengambil air ketuban dari
plasenta janin sehingga berisiko besar janin terinfeksi, bahkan lahir prematur.
2.4.
Gejala Klinis
Untuk menentukan stillbirth dapat ditentukan melalui :
1.
Tidak
merasakan gerakan janin selama 3 hari.
2. Tidak ada pembesaran perut, ukuran uterus mengecil
dibandingkan dengan ukuran seharusnya.
3. Bagian
– bagian janin teraba
4. Tanda
– tanda kehamilan berhenti
5. Berat
badan ibu menurun.
6. Pemeriksaan HCG urine menjadi negative
7. USG : tidak terlihat DJJ dan nafas janin, badan dann
tungkai janin tidak terlihat bergerak, terlihat kerangka yang bertumpuk. Tidak
terlihat struktur janin, terlihat penumpukan tulanh tengkorak, dan reduksi
cairan yang abnormal.
2.5
Dampak IUFD
Kematian
janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah
lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia)
akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap
minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya
adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar
atau fibrinogen.
Dampak
lainnya yaitu, Trauma emosional yang berat menjadi bila
antara kematian janin dan persalinan
cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati
bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
2.6 Jenis Kematian Janin
di
bagi menjadi 4 golongan:
a. Golongan
l : Kematian sebelum masa hamil mencapai 20 minggu penuh.
b. Golongan
ll : Kematian sesudah ibu hamil 20 minggu hingga 28 minggu.
c. Golongan
lll :Kematian sesudah kehamilan lebih dari 28 minggu (Late Fetal Death).
d. Golongan
lV : Kematian yang tidak dapat di golongkan pada kertiga golongan diatas.
2.7
Jenis – jenis Pertolongan Persalinan untuk Janin Mati
1. Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi
1. Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi
Perforasi kronioklasi
merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal di dalam
kandunagan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya
menarik kepala janin ( dengan kranioklasi) tindakan ini dapat dilakukan pada
letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala.Dngan
kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang lebih
baik , maka tindakan proferasi dan
Kraioklasi
sudah jarang dilakukan. Bahaya tindakan proferasi dan
kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang paling berat
ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
2. Pertolongan persalinan dengn dekapitasi
Letak
lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal
pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian
janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio
sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan
panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan
memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan,
3. Pertolongan persalinan dengan eviserasi
Eviserasi
adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru
(dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.
Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.
4. Pertolongan persalinan dengan kleidotomi
Kleidotomi
adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu
mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada
anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak
yang besar.
2.8 Penatalaksanaan
2.9 Asuhan
Kebidanan pada Ibu Hamil dengan IUFD
Tanggal : 4 Maret 2012 jam
: 08.00 WIB
A. SUBJEKTIF
1. Anamnesa :
Nama istri : Ny.Y nama suami : Tn. X
Umur : 25 tahun umur : 26 tahun
Agama : islam agama : islam
Suku bangsa : jawa/indonesia suku bangsa : jawa/indonesia
Pendidikan : SMA pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta pekerjaan : swasta
Penghasilan : - penghasilan : -
Alamat : Ds. Dander
A. SUBJEKTIF
1. Anamnesa :
Nama istri : Ny.Y nama suami : Tn. X
Umur : 25 tahun umur : 26 tahun
Agama : islam agama : islam
Suku bangsa : jawa/indonesia suku bangsa : jawa/indonesia
Pendidikan : SMA pendidikan : SMA
Pekerjaan : swasta pekerjaan : swasta
Penghasilan : - penghasilan : -
Alamat : Ds. Dander
2. Keluhan utama :
Ibu hamil 8 bulan, ibu tidak merasakan gerakan pada janinnya sejak 3 hari yang lalu.
3. Riwayat kesehatan yang lalu :
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular, keturunan maupun penyakit kronis.
HPHT : 24 agustus 2011
Ibu hamil 8 bulan, ibu tidak merasakan gerakan pada janinnya sejak 3 hari yang lalu.
3. Riwayat kesehatan yang lalu :
Ibu tidak pernah menderita penyakit menular, keturunan maupun penyakit kronis.
HPHT : 24 agustus 2011
B.
OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik TTV :
kesadaran : compos mentis TD : 140/90 mmHg
BB periksa yang lalu : 67 kg Nadi : 82 x / menit
BB sekarang : 65 kg Suhu : 374 0C
TB :160 cm Respirasi : 24 x /menit
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik TTV :
kesadaran : compos mentis TD : 140/90 mmHg
BB periksa yang lalu : 67 kg Nadi : 82 x / menit
BB sekarang : 65 kg Suhu : 374 0C
TB :160 cm Respirasi : 24 x /menit
HPL : 31 mei 2012
2. Pemeriksaan Fisik
·
Kepala : kulit kepala bersih
·
Rambut :
hitam bersih, tidak ada ketombe, tidak rontok
·
Muka :
tidak ada kloasma gravidarum
·
Mata : konjungtiva
tidak anemis, sclera putih
·
Telinga : bersih, tidak ada
serumen
·
Hidung : bersih, tidak ada
polip
·
Mulut :
bersih, tidak ada lubang dan tidak ada karies gigi
·
Leher :
tidak ada pembesaan kelenjar tyroid
·
Dada
:
simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada ronchi dan wheezing
·
Payudara :
mammae membesar, terdapat hiperpigmentasi pada areola mammae, putting susu
menonjol. payudara tidak ada benjolan.
·
Abdoment
:
pembesaran
perut memanjang, tidak ada bekas luka.
Ø Leopold I : TFU 2 jari diatas pusat, teraba lunak dan kurang bulat (bokong)
Ø Leopold II : perut bagian kiri teraba keras seperti papan (punggung), perut kanan teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas).
Ø Leopold III : teraba keras dan bulat (kepala).
Ø Leopold IV : kepala belum masuk panggul.
Ø Mc. Donald : TFU 23 cm
Ø Leopold I : TFU 2 jari diatas pusat, teraba lunak dan kurang bulat (bokong)
Ø Leopold II : perut bagian kiri teraba keras seperti papan (punggung), perut kanan teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas).
Ø Leopold III : teraba keras dan bulat (kepala).
Ø Leopold IV : kepala belum masuk panggul.
Ø Mc. Donald : TFU 23 cm
ØDJJ
: Tidak ditemukan dan
tidak terdengar DJJ
·
Genetalia : vulva tidak oedem, tidak ada lesi
·
Anus : tidak ada hemoroid
·
Ekstremitas Atas : tidak ada oedem,
tidak ada varises,
tidak ada gangguan pergerakan
Ekstremitas Bawah : tidak ada varises, tidak ada oedem, tidak ada gangguan pergerakan
Ekstremitas Bawah : tidak ada varises, tidak ada oedem, tidak ada gangguan pergerakan
3.Pemeriksaan Penunjang
·
Darah Hb :
11,9 g%
·
HCG
Urine : Negatif
·
USG :
Tidak ada gerakan janin
·
Dopler :
Tidak terdengar DJJ
C.
ASSESMENT
Diagnosa :
GIPooooo 32 minggu dengan IUFD
Masalah : Ibu dan
keluarga belum mengatahui bahwa janinnya telah
meninggal.
Kebutuhan : - Memberikan
penjelasan secara hati-hati pada ibu dan keluarga agar tidak shock atas keadaan
ibu dan janin.
-Merujuk ibu agar segera melahirkan janin
yang telah meninggal
Diagnosa/ Masalah Potensial : IUFD
Tindakan segera :
Kolaborasi dengan dr.Obgyn
D.PENATALAKSANAAN
Intervensi
No.
|
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Jelaskan
pada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan
Beritahu keluarga bahwa janin harus segera
dilahirkan.
Beri dukungan mental pada ibu dan keluarga.
Kolaborasi
dengan Dr.Obgyn
Anjurkan pada ibu untuk menjaga kesehatan pasca
tindakan melahirkan bayi dengan induksi.
|
agar
ibu dapat mengetahui mengenai keadaannya saat ini
agar
tidak menjadi toksin ditubuh ibu
agar ibu dan keluarga dapat bersabar dan dapat
menerima kenyataan.
Agar ibu
mendapatkan penanganan yang tepat.
agar kehamilan selanjutnya dapat berjalan normal.
|
IMPLEMENTASI
1. Menjelaskan
pada ibu dan keluarga mengenai hasil pemeriksaan, supaya ibu dan keluarga mengetahui akan keadaannya, yaitu bahwa janin
dalam kandungan ibu telah meninggal yang ditandai dengan :
- tidak
adanya gerakan janin yang dirasakan oleh
ibu.
- tidak
tedengarnya DJJ saat pemeriksaan
berlangsung.
- TFU tidak sesuai dengan UK
2. Memberitahu pada ibu dan keluarga
agar segera mengambil keputusan untuk segera
melahirkan
janin agar nantinya tidak mengganggu kondisi kesehatan ibu dan tidak menjadikan
racun / toksin ditubuh ibu.
3. Memberi
dukungan mental kepada ibu dan keluarga agar ibu dan keluarga sabar dan dapat
menerima keadaan yang terjadi.
4. Memberitahu
ibu dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan agar janin sesegera
mungkin dilahirkan yaitu bidan berkolaborasi dengan Dr. obgyn yang nantinya ibu akan dilakukan
pemberian misoprostol 200 mg per oral / 12 jam (tindakan induksi persalinan).
5. Menganjurkan
pada ibu dan suami untuk memikirkan tentang pemeriksaan kesehatan secara
keseluruhan guna mempersiapkan kehamilan yang berikutnya agar penyebab kematian
bayinya dapat diketahui dan kejadian yang sama tidak akan terulang kembali
EVALUASI
Tanggal : 4 maret 2012 jam : 09.00 WIB
Tanggal : 4 maret 2012 jam : 09.00 WIB
S : Ibu
sudah mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan
O :
Ibu
dapat mengulang semua penjelasan yang dijelaskan bidan sebelumnya.
A :
Ibu
G1P0A0 UK 32 minggu dengan
IUFD,
P :Ibu dirujuk oleh bidan
yang berkolaborasi dengan dr. Obgyn untuk segera dilakukan persalinan dengan
diberi induksi misoprostol 200 mg per oral / 12 jam.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang da, maka berikut kesimpulan yang
dapat diambil, Intra Uterin Fetal Death (IUFD) adalah
kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia
kehamilan 28 minggu ke atas atau BB janin lebih dari 1000 gram ( Kamus istilah kebidanan). Etiologi IUFD yaitu faktor ibu (High
Risk Mothers),faktor janin (High Risk Infants), faktor
yang berhubungan dengan kehamilan, faktor tali pusat. Penatalaksanaan IUFD yaitu terdiri dari manajemen saat IUFD terjadi dan menejemen setelah persalinan.
3.2 Saran
Sebagai petugas kesehatan kita
hendaknya meningkatkan peran bidan pada fungsi sebagai
pelaksana kebidanan, lebih meningkatkan kemampuan serta keterampilan yang
dimiliki agar dengan
mudah dan tepat dalam mendiagnosa serta menentukan tatalaksana dalam pananganan IUFD.
ConversionConversion EmoticonEmoticon