Salam Sehat dan Harmonis

-----

Kolelitiasis (batu empedu)


A.     KONSEP DASAR

1.       Pengertian
Kolelitiasis (batu empedu) adalah adanya batu (kaskuli) dalam kandung empedu berupa batu kolesterol akibat gangguan hati yang mengekresikan kolesterol (Arief Mansjoer, 2001).

2.       Etiologi
Beberapa faktor resiko  terjadinya batu empedu antara lain:
·         Jenis kelamin (pada umumnya wanita).
·         Umur (berusia diatas 40 tahun).
·         Hormon wanita.
·         Infeksi (kokesistesis).
·         Peritas.
·         Faktor genetik.

3.       Patofisiologi
Ada tiga tipe batu empedu yaitu:
a.       Tipe Batu Pigmen
Terjadi akibat proses hemolitik atau infeksi Escherichia coli atau Ascaris lumbricoides ke dalam empedu yang dapat mengubah bilirubin di glukuronida menjadi bilirubin bebas yang mungkin dapat menjadi kristal kalsium bilirubin.
b.       Tipe Batu Kolesterol
Terjadi akibat gangguan hati yang mengeksresikan kolesterol berlebihan hingga kadarnya diatas nilai kritis kelarutan kolesterol/dalam empedu.
c.       Tipe Campuran
Merupakan tipe campuran antara batu pigmen dan batu kolesterol.












 


























4.       Manifestasi Klinik
Kelainan ini frekuensinya meningkat sesuai bertambahnya umur. Mungkin tanpa gejala mungkin pula terdapat gejala-gejala seperti perasaan penuh di epigastrium, nyeri perut kanan atas atau dapat juga kolik belien demam dan ikterus.
Mungkin terjadi demam dan teraba masa pada abdomen kolik bilien dengan nyeri abdomen kanan atas, menjalar ke punggung atau bahu kanan, mual dan muntah-muntah beberapa jam setelah makan banyak.



5.       Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan pendukung dan diit
Kurang lebih 80% pasien sembuh dengan istirahat, pemberian cairan infus, pengasapan monogastrik, analgesik, dan antibiotik.
Diit dibatasi pada makanan cairan rendah lemak, penatalaksanaan diit merupakan bentuk terapi utama pada pasien yang mengalami intoleransi terhadap makanan berlemak dan mengeluhkan gangguan gastrointestinal ringan.
b.       Farmakoterapi
1.       Obat-obat antikosinengik-antispasmodik.
2.       Analgesik.
3.       Antibiotik bila disertai kolesistitis
4.       Asam empedu (asam kemodeoksikolat).
c.       Litotripsi
1.       Litotripsi syok gelombang extra konporeal: kejutan gelombang berulang yang diarahkan pada batu empedu yang terletak di dalam kandung empedu untuk memecahkan batu empedu.
2.       Litotripsi syok gelombang intrakonporeal: batu dapat dipecahkan dengan ultra sound, tembakan laser atau intotripsi hiokolik yang dipasang melalui endoskopi yang diarahkan pada empedu.
d.      Penatalaksanaan Pembedahan
1.       Kolesistektomi
Merupakan salah satu prosedur bedah yang sering dilakukan. Kandungan empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus diligari.
2.       Minikolesistektomi
Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandungan empedu lewat luka insisi selebar 4 cm. Jika dipertukaran batu kandung empedu yang berukuran lebih besar.
3.       Kolesitektomi Lapanoskopi
Dilakukan melalui insisi kecil atau fungsi yang berat melalui dinding abdomen dalam umbilikus.

6.       Komplikasi
a.       Kolesistitis akut dan kronik.
b.       Koledokolitiasis.
c.       Pankabatitis.
d.      Kolangitis.
e.       Abses harti.
f.        Sirosin bilien.
g.       Empiema.
h.       Ikterus obstruktif.

B.     KONSEP KEPERAWATAN
Proses perawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan asuhan keperawatan yang mempunyai 4 tahapan yaitu: pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (A.Aziz Alimul, 2001).
I.        Pengkajian
I.1.  Pengumpukan Data
1.       Identitas klien/pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, pendidikan, agama, suku, alamat, tanggal Masuk Rumah Sakit, nomor register dan ruangan, serta orang yang bertanggung jawab.
2.       Keluhan Utama
Pada pasien kolelitiasis biasanya akan megalami nyeri perut kanan atas atau dapat juga kolik bilien disertai dengan demam dan ikterus.
3.       Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien kolelitiasis biasanya akan terdapat gejala seperti perasaan penuh pada epigastrium kadang-kadang mual dan muntah.
4.       Riwayat Penyakit Dahulu
Umumnya pasien kolelitiasis mempunyai riwayat nyeri perut kanan atas dalam jangka waktu yang lama.
5.       Riwayat Penyakit Keluarga
Pada pasien kolelitiasis tidak terpengaruh pada riwayat penyakit keluarga, karena kolelitiasis bukan merupakan penyakit turunan atau kelainan bawaan atau kongenital.
6.       Pola-pola Fungsi Kesehatan
a.       Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada umumnya pasien kolelitiasis dapat memenuhi sebagian besar dari tata laksana kesehatannya karena kolelitiasis tidak mengganggu persepsi dan tata laksana hidup sehat.
b.       Pola nutrisi dan metabolisme
Terdapatnya gangguan dan penurunan absorbsi lemak menyebabkan pasien kolelitiasis mengalami gangguan gastrointestinal ringan seperti perasaan mual, kadang-kadang disertai muntah.
c.       Pola eliminasi
Pada umumnya pasien kolelitiasis tidak mengalami gangguan eliminasi, tetapi warna alvi dan urin berubah warna (alvi menjadi warna pucat urin menjadi warna gelap).
d.      Pola istirahat dan tidur
Akibat dari nyeri perut kanan atas yang tiba-tiba muncul dapat mengganggu pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.
e.       Pola aktivitas dan latihan
Akibat dari nyeri, mual, muntah, demam, perasaan penuh di daerah epigastrium dapat mengganggu aktifitas dan latihan pasien, karena pasien butuh istirahat.
f.        Pola persepsi dan konsep diri
Pada umumnya akan terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya baik oleh pasien itu sendiri maupun keluarga pasien.
g.       Pola hubungan peran
Pada umum peran pasien terhadap keluarga ataupun respon keluarga terhadap keadaan penyakitnya pasien tidak ada gangguan.
h.       Pola reproduksi seksual
Pada umumnya pola reproduksi seksual berpengaruh karena keadaan penyakit pasien.
i.         Pola penanggulangan stress
Pada umumnya pasien kolelitiasis cemas terhadap penyakitnya keadaan penyakitnya.
j.         Pola sensori dan kognitif
Pada umumnya pasien dengan batu empedu tidak terdapat gangguan pada sensori dan kognitifnya.
k.       Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan tentang agama dan kepercayaan yang dianut pasien tentang norma dan aturan yang di jalankan.
7.       Pemeriksaan Fisik
1)      Keadaan Umum
Didapatkan saat klien waktu pengkajian k/u lemah, suhu tubuh tinggi (jika ada infeksi), mual, muntah, nyeri perut kanan atas, ikterus, distensi abdomen.
2)      Pemeriksaan tanda-tanda Vital
·         Suhu tubuh
·         Denyut nadi
·         Tingkat kesadaran
·         Tekanan darah
3)      Pemeriksaan Penunjang
a.       Pemeriksaan sinar X abdomen
b.       Ultrasonografi (USG)
c.       Kolesistografi
d.      Endoskopi Retrograde Cholongropan Creatografi (ERCP)
e.       Perkeitaneus Transhepatik Kolongiografi (PTK)

II.     Diagnoasa Keperawatan

1.       Nyeri dan gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi.
2.       Resiko tinggi terhadap perubahan kebutuhan nutrisi berhubungna dengan gangguan metabolisme lemak.
3.       Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan.
4.       resiko tinggi terhadap kurangnya volume cairan berhubungan dengan kehilangan melalui penghisapan gaser berlebihan, muntah, distensi dan hiper motilitas gaster.

III.  Perencanaan

Dx I     : Nyeri dan gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan obstruksi / spasmeduktus, proses inflamasi.
Tujuan : Nyeri berkurang setelah dikalukan tindakan dalam waktu 3 x 24 jam.
KH      : - Pasien mengatakan nyeri berkurang
  - Pasien lebih tenang dan merasa nyaman
  - Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana Tindakan:
1.       Lakukan pendekatan kepada klien dan keluarga.
Rasional: Dengan komunikasi yang baik diharapkan klien dan keluarganya akan lebih kooperatif dalam tindakan perawatan.
2.       Jelaskan pada klien tentang sebab akibat terjadinya nyeri dan cara mengatasi nyeri.
Rasional: Diharakan klien mengerti tentang nyeri yang dialamiya dan bagaimana mengatasinya.
3.       Observasi dan catat lokasi nyeri dan karakter nyeri.
Rasional: Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas akan dapat mempermudah dalam melakukan tindakan selanjutnya.
4.       Tingkatkan mobilisasi biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman.
Rasional: Mobilisasi pada posisi fowler rendah menurunkanntekanan intra Abdomen pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alamiah
5.       Berikan kompres hangat didaerah nyeri.
Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri
6.       Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi.
Rasional: Diharapkan dapat menghindari kesalahan dalam pemberian terapi obat/infus.
Dx II    : Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan pengobatan
Tujuan  : setelah dilakukan tindalkan perawatan/pemberian penjelasan pasien paham dan cara pengobatannya.
KH      : - Pasien mengatakan pemahamnnya setelah diberi penjelasan.
  - kliewn tidak lagi
  - Berat badan pasien normal
            Rencana Tindakan:
1.       Jelaskan pada klien dampak dari nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan dan memotivasi klien untuk makan.
2.       Jelaskan pada klien faktor-faktor yang dapat mengatasi mual.
Rasional: Meningkatkan motivasi klien untuk melakukan tindakan mengetahuai mual.
3.       Anjurkan pada klien untuk makan makanan selagi hangat.
Rasional: Untuk menambah nafsu makan pasien.
4.       Anjurkan pada posisi semi fowler saat makan.
Rasional: Untuk mencegah mual dan asperasi.
5.       Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat dan kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional: Untuk mengatasi kata mual dan meningkatkan proses penyembuhan pasien.
Dx III  : Cemas sehubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakitnya ditandai dengan tingkat pendidikan terakhir pasien rendah dan pasien selalu bertanya tentang penyakitnya pada dokter dan perawat.
Tujuan : Klien mengerti tentang penyakitnya
              Cemas pasien berkurang
KH      : - Ekspresi wajah pasien lebih tenang (rileks)
              - Pasien menyetujui dilakukannya tindakan pengobatan
Rencana Tindakan:
1.       Jelaskan pada pasien mengenai prosedur awal dan persiapan yang dilakukan.
Rasional: Informasi menurunkan cemas
2.       Anjurkan klien untuk menghindari makanan dan minuman tinggi lemak.
Rasional: Mencegah/membatasi kambuhnya serangan kandung empedu.
3.       Bantu pasien untuk menetapkan masalahnya secara jelas.
Rasional: Keterbukaan dan pengertian tentang persepsi diri adalah syarat untuk berubah.
4.       Tingkatkan harga diri pasien dan berikan support
Rasional: Dengan memberikan support diharapkan harga diri pasien akan merasa hidupnya berguna dan dengan meningkatkan harga diri mempunyai semangat untuk berobat sampai penyakitnya sembuh.

IV.  Pelaksanaan

Adalah perwujudan dari rencana yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan untuk mengatasi masalah klien secara optimal (Nasrul Effendi, 1995).


V.     Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan semua tenaga kesehatan (Nasrul Effendi, 1995).


DAFTAR PUSTAKA



Arief Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.,

Effendi  Nasrul, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC: Jakarta.

Evelyn C. Pearce, 2002, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT. Gramedia: Jakarta.

Lismidar, H, 1993, Proses Perawatan, UI: Jakarta.

Marilynn E. Doengoes dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi tiga, Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, 2003.


























LEMBAR PENGESAHAN



Telah diperiksa dan disetujui untuk disahkan sebagai laporan praktek klinik keperawatan medikal bedah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS KOLELITIASIS DI RUANG RAWAT INAP BEDAH A RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA”. Diajukan untuk memenuhi tugas praktek pada tanggal 19 Februari – 4 Maret 2005.


Surabaya, 4 Maret 2005
Mahasiswa


(UCIEK HERNANDI)

Mengetahui,

Kepala Ruangan Inap Bedah A



(                                     )






Pembimbing Ruangan Inap Bedah A



(                                       )

Pembimbing Pendidikan
AKPER UNMUH Surabaya



(                                             )






LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA MEDIS KOLELITIASIS DI RUANG
BEDAH A RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
Dr. SOETOMO SURABAYA





 















OLEH

UCIEK HERNANDI

02. 110. 071







AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2005
Previous
Next Post »

1 komentar:

Click here for komentar
Unknown
admin
9 June 2015 at 09:40 ×

Terimakasih untuk artikelnya, informasi yang bermanfaat.

http://obattraditional.com/obat-tradisional-batu-empedu/

Congrats bro Unknown you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar

Translate