LAPORAN PENDAHULUAN
DERMATITIS KONTAK
A. KONSEP DASAR
I. Definisi
Dermatitis kontak (DK) adalah
dermatitis yang disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan dan luar yang
bersifat iritan atau alergen.
II. Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis jenis
ini ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak
pelumas, asam, akali dan serbuk kayu, kelainan kulit yang terjadi selain
ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, vetikulum, serta suhu
bahan iritan tersebut juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang di maksud
yaitu : lama kontak, kekerapan (terus menerus atau berselang) adanya oklusi
menyebabkan kulit lebih permeabel suhu dan kelembaban lingkungan juga ikut
berperan.
Faktor individu juga berperan pada
dematitis kontak iritan, misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat
menyebabkan perbedaan permeabilitas : usia (anak dibawah 8 tahun lebih mudah
teriritasi), ras : (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih). Jenis
kelamin (insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada wanita) : penyakit
kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan
turun) misalnya dermatitis atopik.
a.
Zat fisik
-
Bahan kimiawi : asam, basa,
penisilin.
-
Bahan giologis : baju kulit
wol, nilon sutra, perwarna pakaian, lipstik, sandal keset, parfum.
-
Accupational dermatitis :
dermatitis akibat kerja.
-
Industrial dermatitis : bila
zat-zat dari pabrik menjadi penyebab.
-
Dermatitis perioralis :
disebabkan oleh geta buah, tapal gigi, obat kumur, dll
III. Patofisiologi
|
IV. Gejala Klinis
Kelainan yang terjadi dapat berupa
dermatitis akut, sub akut dan kronik, lesi yang akut, berupa lesi yang polimorf
yaitu tampak makula yang eritematus, batas tidak jelas dan diatas makula yang
eritematus terdapat paput, vesikel, bula yang bila pecah menjadi lesi yang
eksudatif.
Bentuk yang kronik gambarannya
lebih sederhana berupa makula hiperpigmentasi disertai likhenifitasi dan
ekskoriasi.
V. Diagnosa Banding
1.
Dermatitis atopik.
2.
Dermatitis seboroika
3.
Dermatofitosis
VI. Pemeriksaan Penunjang
Bila penyakit sudah sembuh dapat
diadakan ujian tempel (porth test) pada daerah fleksor lengan bawah atau
intraskapular di oleskan alergan yang tersangka kemudian tutup dengan kain kasa
dan selofan impermeabel. Sesudah 24-48 jam dibaca, apakah terdapat reaksi atau
tidak. Reaksi diniali sebagai
1.
+ ® eritema
2.
+ ® eritema, odema, papul
3.
+ ® eritema, odema, papul, vesikol
4.
+ ® sama dengan 3+ tetapi disertai vesikel yang berkonflaensi
5.
+ ® sama dengan 4+ tetapi keadaan
VII. Penatalaksanaan
Penanganan dermatitis konyak yang
tersering adalah menghindari bahan yang menjadi penyebab
Pengobatan medikamentosa terdiri dari :
A.
Pengobatan sistemik
1.
Kartikosteroid, hanya untuk
kasus yang berat dan digunakan dalam waktu singkat.
-
Prednison
D 5-10mg / dosis 2-3 hari / 24 jam A : 1 mg / kg BB /
hari.
-
Deksomatason
D 0,5-1mg / dosis 2-3 hari / 24 jam A : 0,1 mg / kg BB /
hari.
-
Triamsinolan
D 4-8 mg / dosis 2-3 hari / 24 jam A : 1 mg / kg BB /
hari.
2.
Anti histamin
-
Klorfeneramin maleal
D 3-4 mg / dosis 2-3 kali / 24 jam
A 0,09 mg / kg / dosis 3 kali / 24 jam
-
Defenhidramin
D 10-20 mg / dosis i.m 2-3 kali / 24 jam
A 0,09 mg / kg / dosis 1-2 kali / 24 jam
-
Loratadin
D 1 tablet / hari
B.
Pengobatan
Upaya pengobatan dermatitis kontak
iritan yang terpenting adalah menyingkirkan pajanan bahan iritan, baik yang
bersifat mekanik, fisik maupun kimiawi, bila hal ini dapat dilaksanakan dengan
sempurna, dan tidak terjadi komplikasi maka dermatitis iritan tersebut akan
sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan topikal, mungkin cuku dengan pelembab
untuk memperbaiki kulit yang kering.
Apabila diperlukan, untuk mengatasi
perdangan dapat diberikan kortikosteroid topikal, misalnya hidrokortison, atau
untuk kelainan yang kronis bisa diawali dengan kortikosteroid yang lebih kuat.
Pemakaian alat pelindung yang
adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan iritan untuk mencegah
kontak dengan bahan tersebut.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien
agar dapat mengidentifikasi mengenai masalah kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik fisik mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Effendi,
1995)
A.
Pengumpulan Data
1.
Identitas klien
Nama, umur (banyak terjadi pada umur 50-70 tahun), jenis
kelamin (lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan 10 : 1) agama
status perkawinan, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, bahasa, alamat,
diagnosis medis tanggal dan jam masuk rumah sakit.
2.
Riwayat penyakit sekarang
Bila mana serangan itu timbul, lokasi, kualitas dan
faktor yang mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga di bawa ke RS.
3.
Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji apakah klien pernag menderita penyakit yang
sedang dialami seperti penyakit saat ini atau penyakit lain yang pernah
diderita klien sebelumnya.
4.
Riwayat penyakit keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan apah dari
anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular dan keturunan.
5.
Riwayat penyakit lingkungan
Mengkaji terhadap penatalaksanaan dan pemeliharaan
kesehatan dan diri sendiri serta kesehatan dan kebersihan lingkungan sekitar
tempat tinggal pasien.
B.
Pola Fungsi Kesehatan
1.
Pola persepsi dan tata laksana
hidup sehat.
Biasanya pada pasien mempunyai
alergi pada bahan pelarut, deterjen, asam, alkali dll.
2.
Pola nutrisi dan metabolisme.
Pola nutisi dan metabolisme
dikaji apakah makan kesukaan pasien, berapa kali makan satu hari komposisi
makan, minum 1 hari berapa gelas, apakah ada alergi pada suatu minuman dan
makanan.
3.
Pola eliminasi.
Px BAK dan BAB masih normal
4.
Pola aktifitas dan latihan.
Pada pasien dermatitis terjadi gangguan pola aktivitas
dan latihan karena adanya rasa nyeri
5.
Pola tidur dan istirahat.
Pada pasien dermatitis terjadi gangguan pola tidur dan
istirahat karena adanya rasa nyeri.
6.
Pola persepsi dan konsep diri.
Pada pasien dermatitis mengalami
gambaran diri dan isolasi diri karena malu dengan keadaannya.
7.
Pola sensori dan kognitif.
Pada pola sensori rasa nyeri, pada pola kognitif perlu
di kaji apakah pasien mengerti tentang penyakitnya.
8.
Pola reproduksi sexual.
Tidak terjadi gangguan pada pola
ini.
9.
Pola hubungan peran.
Tidak terjadi gangguan pada pola
ini.
10.
Pola penanggulangan stress.
Bagaimana pasien mengalami masalah yang ada.
11.
Pola tata nilai dan
kepercayaan.
Tidak terjadi gangguan pada pola
ini.
PEMERIKSAAN FISIK
1.
Keadaan umum
Meliputi tekanan darah kesadaran, pernafasan berapa
frekuensinya, reguler apa iriguler, suhu tubuh, nadi, frekuensi reguler atau
ireguler.
2.
Kepala
Inspeksi, simetris apa tidak, adakah nyeri kepala,
adakah taruma pada kepala.
3.
Pemeriksaan integument / kulit
meliputi warna kulit.
4.
Pemeriksaan payu dara bentuk
payu dara mengalami pembesaran kelenjar limfe
5.
Pemeriksaan dada terdapat
benjolan apa tidak, ada nyeri tekan atau refraksi di daerah dada atau tidak.
6.
Pemeriksaan abdomen, tidak
terdapat nyeri tekan pada abdomen dan epigastrium.
7.
Pemeriksaan penunjang
a.
Anamnesa
Bercak mati rasa, kesemutan, luka, lumpuh.
b.
Uji klinis untuk mengetahui
adanya makula anastesi, gangguan rasa suhu, gangguan rasa nyeri, gangguan rasa
raba.
c.
Uji bakteriologis : bentuk
kuman, struktur kuman, kepadatan kuman, daya tular.
d.
Pemeriksaan serologis.
e.
Pemeriksaan hispatologis.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan kerusakan kulit.
2.
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit.
3.
Ansietas berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
4.
Gangguan gambaran diri
berhubungan dengan keadaan penyakitnya.
5.
Isolasi diri berhubungan dengan
perubahan penampilan fisik.
PERENCANAAN
Diagnosa 1 : Gangguan rasa nyaman
(nyeri) berhubungan dengan kerusakan kulit.
Tujuan : Nyeri berkurang atau dapat
terkontrol dalam waktu 24 jam.
Kriteria hasil : - Nyeri berkurang
atau dapat terkontrol
- Px tampak tenang
- Nyeri skala 2 - 3
- TTV dalam batas
normal
T = 120 / 80
mmHg S = 36 6 oC N = 80 x /mnt
RR= 18 x / mnt
Rencana Tindakan :
1.
Jelaskan pada pasien penyebab
rasa nyeri
R/ Px akan mengerti penyebab nyeri dan mengurangi ansietas.
2.
Ajarkan tehnik relaksasi dan
dekstraki untuk mengurangi nyeri
R/ Dengan tehnik relaksasi dan
dekstraki dapat mengurangi nyeri.
3.
Anjurkan pasien dengan panas
panjang
R/ Dengan panas panjang dapat
mengurangi nyeri.
4.
Berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang
R/ Memberikan rasa nyaman pada pasien.
5.
Berikan posisi yang nyaman
R/ Memberikan segala sesuatu yang dikeluhkan.
6.
Dengarkan segala sesuatu yang
dikeluhkan
R/ Pengungkapan emosi dapat mengikatkan mekanisme
koping.
7.
Lakukan tindakan kenyamanan
dasar seperti pijatan pada area yang tidak sakit
R/ Meningkatan relaksasi menurunkan ketegangan otot dan
kelelahan umum.
8.
Observasi tanda-tanda vital
R/ Mengetahui perkembangan penyakitnya.
9.
Kaji skala nyeri
R/ Untuk mengetahui derajat nyeri dan mengidentifikasi
adanya komplikasi.
10.
Kolaboasi dengan tim medis
untuk pemberian analgetik
R/ Untuk menghilangkan nyeri.
Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
tentang penyakitnya.
Tujuan : Cemas berkurang dalam waktu 24 jam
Kriteria Hasil : - Klien tampak tenang
- Klien tidak gelisah
- Klien dapat mengungkapkan apa yang dirasakan
- TTV dalam batas normal
Rencana Tindakan :
1.
Jelaskan pada pasien tentang
penyebab penyakitnya
R/ Px akan mengerti penyebab penyakitnya dan mengurangi
ansietas.
2.
Dengarkan semua yang iungkapkan
Px
R/ Px akan merasa diperhatikan dan mengurangi ansietas.
3.
Berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang
R/Memberikan rasa nyaman dan tenang.
4.
Berikan dukungan mental
R/ Meningkatkan rasa percaya diri pasien.
5.
Anjurkan pasien untuk lebih
banyak berdoa
R/ Lebih mendekatkan diri pada Tuhan akan memberikan
rasa tenang.
6.
Observasi tanda-tanda vital
R/ Mengetahui perkembangan penyakit
IMPLEMENTASI
Pelaksanaan asuhan keperawatan
adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang direncanakan oleh
perawat, melaksanakananjuran dokter dan menjalankan ketentuan dari rumah sakit.
EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah akhir
dalam proses keerawatan ada tiga alternatif dalam evaluasi yaitu :
*
Masalah teratasi
*
Masalah teratasi sebagian
*
Masalah tidak teratasi
DAFTAR PUSTAKA
1.
Lab / UPF Ilmu Penyakit Kulit
dan Kelamin, Pedoman Diagnosa dan Terapi RSUD. Dr Soetomo, Surabaya 2004.
2.
FKUI Kapita Selekta Kedokteran,
Jilid I Edisi IIIMedia Aesculaplies, Jakarta 1999.
3.
Marlyn E. Doengos, Rencana
Asuhan Keperawatan, Edisi Tiga, Buku Kedokteran, ECG, Jakarta.
4.
Ach. Syaifuddin, 1987, Anatomi
Fisiologi, Editor Silvana ECG, Jakarta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon