A. KONSEP PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
ENDOKRIN:
1) MORBUS BASEDOW
1. KONSEP
PENYAKIT MORBUS BASEDOW
a. Pengertian
Penyakit basedow atau lazim juga
disebut sebagai penyakit graves merupakan penyakit yang sering dijumpai pada
orang muda akibat daya peningkatan produksi tiroid yang ditandai dengan
peningkatan penyerapan yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid.
b. Etiologi
Diduga akibat peran antibodi terhadap
peningkatan produksi tiroid serta adanya adenoma tiroid setempat (suatu tumor)
yang tumbuh di dalam jaringan tiroid dan ensekresikan banyak sekali hormon
tiroid.
c. Patofisiologi
Hipothalamus Hormon pelepas (tirotropin)
Hipofisis anterior Hormon perangsang tiroid
(TSH)
Tiroid Hipertrofi Peningkatan sekresi Yodium
Tirotoksin Peningkatan metabolisme Antibodi imunoglobulin
Adenoma tiroid setempat
Hipertiroid
Peningkatan
kebutuhan kalori
Peningkatan
sirkulasi darah Resiko
penurunan curah jantung
Resiko perubahan nutrisi (-)
kebutuhan tubuh
Kelelahan otot
Resiko
kerusakan integritas jar. mata
Sumber:
Guyton and Hall (1997)
Pada kebanyakan penderita
hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari ukuran
normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan lipatan – lipatan sel –
sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel – sel ini lebih meningkat
berapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat.
Perubahan pada kelenjar tiroid ini
mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Pada beberapa penderita ditemukan
adaya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan TSH yang ada di dalam
darah. Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi imunoglobulin yang berikatan
dengan reseptor membran yang sama degan reseptor membran yang mengikat TSH.
Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi terus – menerus dari sistem cAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme.
d. Gambaran
Klinik
1) Berat
badan menurun 10)
Dispnea
2) Eksoftalmus. 11)
Berkeringat
3) Palpitasi,
takikardia. 12)
Diare
4) Nafsu
makan meningkat. 13)
Kelelahan otot
5) Tremor
(jari tangan dan kaki) 14)
Oligomenore/amenore
6) Telapak
tangan panas dan lembab
7) Takikardia,
denyut nadi kadang tidak teratur karena fibrilasi atrium, pulses seler
8) Gugup,
mudah terangsang, gelisah, emosi tidak stabil, insomnia.
9) Gondok
(mungkin disertai bunyi denyut dan getaran).
e. Penanggulangan
Terapi penyakit graves dtujukan kepada pengendalian
stadium tirotoksikosis dengan pemberian antitiroid seperti propiltiourasil
(PTU) atau karbimasol. Terapi definitif dapat dipilih antara pengobatan
antitiroid jangka panjang, ablasio dengan yodium radioaktif atau tiroidektomi
subtotal bilateral.
Indikasi tindakan bedah adalah:
1) perlu
mencapai hasil definitif cepat. 4)
Struma multinoduler dengan hipertiroidi
2) Keberatan
terhadap antitiroid 5)
Nodul toksik soliter.
3) Penanggulangan
dengan antitiroid tidak memuaskan
2. KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MORBUS BASEDOW
a. Pengkajian
Data dasar pada pengkajian pasien dengan morbus basedow
adalah:
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala:
insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat.
b) Tanda:
Atrofi otot.
2) Sirkulasi
a) Gejala:
palpitasi, nyeri dada (angina).
b) Tanda:
disritmia (Fibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah
dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps,
syok (krisis tirotoksikosis).
3) Eliminasi
a)
Gejala: urine dalam jumalh banyak,
perubahan dalam feses (diare).
4) Integritas
ego
a) Gejala:
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
b) Tanda:
Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
5) Makanan/cairan
a) Gejala:
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
b) Tanda:
Pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
6) Neurosensori
a)
Tanda: Bicaranya cepat dan parau,
gangguan status mental dan perilaku, seperti: bingung, disorientasi, gelisah,
peka rangsang, delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan,
tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon
dalam (RTD).
7) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala:
nyeri orbital, fotofobia.
8) Pernafasan
a)
Tanda: frekuensi pernafasan meningkat,
takipnea, dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
9) Keamanan
a) Gejala:
tidak toleransi teradap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium
(mungkin digunakan pada pemeriksaan).
b) Tanda:
suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan
emerahan, rambut tipis, mengkilat, lurus, eksoftalmus: retraksi, iritasi pada
konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial)
yang menjadi sangat parah.
10) Seksualitas
a) Tanda:
penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten.
11) Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala:
adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidisme,
terapi hormon toroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan
antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian
insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau pembedahan
jantung, penyakit yang baru terjadi (pneumonia), trauma, pemeriksaan rontgen
foto dengan kontras.
12) Pemeriksaan
diagnostik
a) Tes
ambilan RAI: meningkat.
b) T4
dan T3 serum: meningkat
c) T4
dan T3 bebas serum: meningkat
d) TSH:
tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)
e) Tiroglobulin:
meningkat
f) Stimulasi
TRH: dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai meningkat setelah
pemberian TRH
g) Ambilan
tiroid131: meningkat
h) Ikatan
proein iodium: meningkat
i) Gula
darah: meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal).Kortisol plasma:
turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
j) Fosfat
alkali dan kalsium serum: meningkat.
k) Pemeriksaan
fungsi hepar: abnormal
l) Elektrolit:
hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi dalam
terapi cairan pengganti, hipokalsemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan
melalui gastrointestinal dan diuresis.
m) Katekolamin
serum: menurun.
n) Kreatinin
urine: meningkat
o) EKG:
fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.
b. Diagnosa
Keperawatan
1) Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol,
keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; , perubahan dalam
arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan
konduksi jantung.
2) Kelelahan
b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari
saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Data
penunjang: mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan rutinitas
umum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang emosional, gugup, tegang,
perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
3) Resiko
tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan);
mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
4) Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme
perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
c. Perencanaan
1)
Resiko tinggi terhadap penurunan curah
jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan
beban kerja jantung; , perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler
sistemik; perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
Tujuan
asuhan keperawatan: mempertahankan curah jantung yang
adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh yang ditandai dengan tanda vital stabil,
denyut nadi perifer normal, pengisisan kapiler normal, stauts mental baik,
tidak ada disritmia.
Rencana
tindakan dan rasional:
1. Mandiri
a)
Pantau tekanan darah pada posisi
baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
·
Hipotensi umum atau ortostatik dapat
terjadi sebagai akibat vasodilatasi perifer yang berlebihan dan penurunan
volume sirkulasi. Besarnya tekanan nadi merupakan refleksi kompensasi dari
peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahanan sistem pembuluh darah.
b)
Pantau CVP jika pasien menggunakannya.
·
Memberikan ukuran volume sirkuasi yang
langsung dan lebih akurat dan mengukur fungsi jantung secara langsung.
c) Periksa/teliti
kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
·
Merupakan tanda adanya peningkatan
kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia.
d)
Kaji nadi atau denyut jantung saat
pasien tidur.
·
Memberikan hasil pengkajian yang lebih
akurat terhadap adanya takikardia.
e)
Auskultasi suara antung, perhatikan
adanya bunyi jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.
·
S1 dan murmur yang menonjol
berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan hipermetabolik, adanya
S3 sebagai tanda adanya kemungkinan gagal jantung.
f)
Pantau EKG, catat dan perhatikan
kecepatan atau irama jnatung dan adanya disritmia.
·
Takikardia merupakan cerminan langsung
stimulasi otot jantung oleh hormon tiroid, dsiritmia seringkali terjadi dan
dapt membahayakan fungsi antung atau curah jantung.
g)
Auskultasi suara nafas, perhatikan
adanya suara yang tidak normal.
·
Tanda awal terjadinya kongesti paru
yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung.
h)
Pantau suhu, berikan lingkungan yang
sejuk, batasi penggunaan linen/pakaian, kompres dengan air hangat.
·
Demam terjadi sebagai akibat kadar
hormon yang berlebihan dan dapat meningkatkan diuresis/dehidrasi dan
menyebabkan peningkatan vasodilatasi perifer, penumpukan vena dan hipotensi.
i)
Observasi tanda dan gejala haus yang
hebat, mukosa membran kering, nadi lemah, pengisisan kapiler lambat, penurunan
produksi urine dan hipotensi.
·
Dehidrasi yang cepat dapat terjadi
yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan curah jantung.
j)
Catat masukan dan keluaran, catat
berat jenis urine.
·
Kehilangan cairan yang banyak (melalui
muntah, dare, diuresis, diaforesis) dapat menimbulkan dehidrasi berat, urine
pekat dan berat badan menurun.
k)
Timbang berat badan setiap hari,
sarankan untuk tirah baring, batasi aktivitas yang tidak perlu.
·
Aktivitas akan meningkatkan kebutuhan
metabolik/sirkulasi yang berpotensi menimbulkan gagal jantung.
l)
Catat adanya riwayat
asma/bronkokontriksi, kehamilan, sinus bradikardia/blok jantung yang berlanjut
menjadi gagal jantung.
·
Kondisi ini mempengaruhi pilihan
terapi (misal penggunaan penyekat beta-adrenergik merupakan kontraindikasi).
m)
Observasi efek samping dari antagois
adrenergik, misalnya penurunan nadi dan tekanan darah yang drastis, tanda –
tanda adanya kongesti vaskular/CHF, atau henti jantung.
·
Satu indikasi untuk menurunkan atau
menghentikan terapi.
2. Kolaborasi
a) Berikan
cairan iv sesuai indikasi.
·
Pemberian cairan melalui iv dengan
cepat perlu untuk memperbaiki volume sirkulasi tetapi harus diimbangi dengan
perhatian terhadap tanda gagal jantung/kebutuhan terhadap pemberian zat
inotropik.
b) Berikan
O2 sesuai indikasi
·
Mungkin juga diperlukan untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan metabolisme/kebutuhan terhadap oksigen tersebut.
2)
Kelelahan b/d hipermetabolik dengan
peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan
gangguan kimia tubuh.
Data
penunjang: mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk mempertahankan
rutinitas umum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang emosional, gugup,
tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi.
Tujuan
asuhan keperawatan: Megungkapkan secara verbal tentang
peningkatan tingkat energi, menunjukkan perbaikan kemampuan untuk
berpartisipasi dalam melakukan aktifitas.
Rencana
tindakan/rasional:
Mandiri:
a)
Pantau tanda vital dan catat nadi baik
saat istirahat maupun saat melakukan aktifitas.
·
Nadi secara luas meningkat dan bahkan
saat istirahat, takikardia (di atas 160x/mnt) mungkin akan ditemukan.
b)
Catat berkembangnya takipnea, dispnea,
pucat dan sianosis.
·
Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan
ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang merupakan potensial akan terjadi
hipoksia saat melakukan aktivitas.
c)
Berikan/ciptakan lingkungan yang
tenang, ruangan yang dingin, turunkan stimulasi sesori, warna – warna yang
sejuk dan musik santai (tenang).
·
Menurunkan stimulasi yang kemungkinan
besar dapat menimbulkan agitasi , hiperaktif dan insomnia.
d)
Sarankan pasien untuk mengurangi
aktifitas dan meningkatkan istirahat di tempat tidur sebanyak – banyaknya jika
memungkinkan.
·
Membantu melawan pengaruh dari
peningkatan metabolisme.
e)
Berikan tindakan yang membuat pasien
nyaman, seperti: sentuhan/masase, bedak yang sejuk.
·
Dapat menurunkan energi dalam saraf
yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.
f)
Memberikan aktifitas pengganti yang
menyenangkan dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio dan menonton
televisi.
·
Memungkinkan unttk menggunakan energi
dengan cara konstruktif dan mungkin juga akan menurunkan ansietas.
g)
Hindari membicarakan topik yang
menjengkelkan atau yang mengancam pasien, diskusikan cara untuk berespons
terhadap perasaan tersebut.
·
Peningkatan kepekaan dari susunan
saraf pusat dapat menyebabkan pasien mudah untuk terangsang, agitasi dan emosi
yang berlebihan.
h)
Diskusikan dengan orang terdekat
keadaan lelah dan emosi yang tidak stabil ini.
·
Mengerti bahwa tingkah laku tersebut
secara fisik meningkatkan koping terhadap situasi sat itu dorongan dan saran
orang terdekat untuk berespons secara positif dan berikan dukungan pada pasien.
Kolaborasi:
i)
Berikan obat sesuai indikasi (sedatif,
mis: fenobarbital/luminal, transquilizer/klordiazepoksida/librium.
·
Untuk mengatasi keadaan (gugup),
hiperaktif dan insomnia.
3) Resiko
tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
metabolisme (peningkatan nafsu makan/peasukan dengan penurunan berat badan);
mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
Tujuan
asuhan keperawatan: Menunjukkan berat badan yang stabil
disertai dengan nilai laboratorium yang normal dan terbebas dari tanda – tanda
malnutrisi.
Rencana
tindakan/rasional:
Mandiri:
a) Auskultasi
bising usus.
·
Bising usus hiperaktif menerminkan
peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau mengubah fungsi absorpsi.
b) Catat
dan laporkan adanya anoreksia, kelelahan umum/nyeri, nyeri abdomen, munculnya
mual dan muntah.
·
Peningkatan aktivitas adrenergik dapat
menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi resisten yang mengakibatkan
hiperglikemia, polidipsia, poliuria, perubahan kecepatan dan kedalaman
pernafasan (tanda asidosis metabolik).
c) Pantau
masukan makanan setiap hari dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan
adanya penurunan berat badan.
·
Penurunan berat badan terus menerus
dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan indikasi kegagalan terhadap
terapi antitiroid.
d) Dorong
pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan
menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
·
Membantu menjaga pemasukan kalori
cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi pada penggunaan kalori yang
disebabkan oleh adanya hipermetabolik.
e) Hindari
pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (mis. Teh, kopi dan
makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (mis. Apel, jambu
dll).
·
Peningkatan motilitas saluran cerna
dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi nutrisi yang diperlukan.
Kolaborasi:
a) Konsultasikan
dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan
vitamin.
·
Mungkin memerlukan bantuan untuk
menjamin pemasukan zat – zat makanan yang adekuat dan mengidentifikasikan
makanan pengganti yang paling sesuai.
b) Berikan
obat sesuai indikasi:
(1) Glukosa,
vitamin B kompleks.
·
Diberikan untuk memenuhi kalori yang
diperlukan dan mencegah atau mnegobati hipoglikemia.
(2) Insulin
(dengan dosis kecil)
·
Dilakukan dalam mengendalikan glukosa
darah jika kemungkinan ada peningkatan.
4) Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme
perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan
asuhan keperawatan: Mampu mengidentifikasikan tindakan
untuk memberikan perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.
Rencana
tindakan/rasional:
Mandiri:
a) Observasi
edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, lapang pandang sempit, air
mata berlebihan. Catat adanya fotofobia, rasa adanya benda di luar mata dan
nyeri pada mata.
·
Manifestasi umum dari stimulasi
adrenergik yang berlebihan berhubungan dengan tirotoksikosis yang memerlukan
intervensi pendukung sampai resolusi krisis dapat menghilangkan simtomatologis.
b) Evaluasi
ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda
(diplopia).
·
Oftalmopati infiltratif (penyakit
graves) adalah akibat dari peningkatan jaringan retro-orbita, yang menciptakan
eksoftalmus dan infiltrasi limfosit dari otot ekstraokuler yang menyebabkan
kelelahan. Munculnya gangguan penglihatan dapat memperburuk atau memperbaiki
kemandirian terapi dan perjalanan klinis penyakit.
c) Anjurkan
pasien menggunakan kacamata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup
mata selama tidur sesuai kebutuhan.
·
Melindungi kerusakan kornea jika
pasien tidak dapat menutup mata dengan sempurna karena edema atau karena
fibrosis bantalan lemak.
d) Bagian
kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemakaian garam jika ada indikasi.
·
Menurunkan edema jaringan bila ada
komplikasi seperti GJK yang mana dapat memperberat eksoftalmus.
e) Instruksikan
agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan.
·
Memperbaiki sirkulasi dan
mempertahankan gerakan mata.
f) Berikan
kesempatan pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang perubahan gambaran atau bentuk ukuran tubuh
untuk meningkatkan gambaran diri.
·
Bola mata yang agak menonjol
menyebabkan seseorang tidak menarik, hal ini dapat dikurangi dengan menggunakan
tata rias, menggunakan kaca mata.
Kolaborasi:
a) Berikan
obat sesuai dengan indikasi:
(1) Obat
tetes mata metilselulosa.
·
Sebagai lubrikasi mata.
(2) ACTH,
prednison.
·
Diberikan untuk menurunkan radang yang
berkembang dengan cepat.
(3) Obat
antitiroid
·
Dapat menurunkan tanda/gejala atau
mencegah keadaan yang semakin memburuk.
(4) Diuretik
·
Dapat menurunkan edema pada keadaan
ringan.
DAFTAR PUSTAKA:
Arthur C.
Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Carolyn M.
Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis; Pedekatan Holistik
Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Donna D.
Igatavicius, Kathy A. Hausman ( 1995), Medical Surgical Nursing: Pocket
Companoin For 2 nd Edition, W. B. Saunders Company,
Philadelphia.
Lynda Juall
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktik Klinis edisi 6,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Marylin E.
Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
R.
Sjamsuhidajat, Wim de Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi,
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN
MEDIKAL-BEDAH
PADA PASIEN NY. HMD
DGN GGN SISTEM ENDOKRIN:
MORBUS BASEDOW,
DI RUANG BEDAH A,
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA TANGGAL 8 – 10 JANUARI 2002
A.
PENGKAJIAN
Pengkajian
dilaksanakan pada tanggal 8 Januari 2002 pada pukul 14.30 WIB yaitu pada hari I
post operasi. Klien didampingi oleh suami.
1. Identitas
Nama : Ny. Hmd Tgl MRS : 24 – 12 - 2001
Umur :
27 th Register : 10115399
Jenis kelamin : Perempuan Diagnose : Morbus Basedow
Suku Bangsa : Madura
Agama :
Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
Pendidikan : SMP
Alamat :
Banyu Sangka, Tanjung Bumi, Bangkalan, Madura, Jawa Timur.
Alasan di rawat : Timbul benjolan di leher bagian
depan.
Keluhan utama : Benjolan pada bagian depan leher.
sebelumnya :
Upaya yang telah dilakukan:
Berobat jalan di praktek dokter swasta dan di URJ
RSUD Dr.
Soetomo Surabaya.
Therapi/operasi
yang pernah dilakukan : pengobatan
antitiroid (PTU, propanolol), pernah dirawat
April 1999 dengan keluhan mata menonjol dan dada berdebar.
I. II Riwayat Keperawatan
2.1 Riwayat penyakit sebelumnya : Klien menderita pembesaran kelenjar tiroid
sejak 10 tahun yang lalu. Tetapi karena benjolan tersebut tidak menimbulkan
keluhan, klien tidak memeriksakan penyakitnya ke tenaga kesehatan. Setelah
melahirkan anak I pada tahun 1993, klien mulai merasakan keluhan badannya
terasa gemetar, mata kanan mebelalak, klien mengatakan sering kaget – kaget,
namun dengan keluhan tersebut pun klien belum juga berobat. Tahun 1999 setelah
melahirkan anak kedua, klien menderita hipertensi berat sehingga harus dirawat
lebih kurang 1 bulan di RSUD Dr. Soetomo. Keluhan lain yang dirasakan klien
adalah: kaki bengkak dan mata semakin dirasakan menonjol. Semenjak itu klien
mulai minum obat antitiroid yaitu PTU dan propanolol. Keluar dari RS, klien
kontrol ke praktek dr. Swasta hingga tekanan darahnya turun menjadi 120/80,
gemetar (-).
2.2 Riwayat penyakit sekarang : Klien mulai memeriksakan diri ke RSUD
Dr. Soetomo pada akhir tahun 2001 dengan keluhan: mata membelalak, badan
gemetar, nafsu makan meningkat, berat badan menurun, rambut rontok. Klien
disarankan untuk rawat inap dengan rencana operasi pengangkatan kelenjar
tiroid. Untuk persiapan operasi tersebut, klien diberikan terapi logolisasi
3x15 tetes selama 10 hari menjelang operasi, pemeriksaan BMR rutin setiap hari,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan rontgen. Tanggal 7 Januari klien
dilakukan operasi sub total tiroidektomi, usai operasi klien diobservasi
sementara di ruang ICU untuk mengobservasi adanya krisis tiroid. Kemudian pada
tanggal 8 januari, klien dipindahkan kembali ke Ruang Bedah A, dalam keadaan
sadar baik, terpasang infus Totofusin 20 tts/mnt, drain 2 buah pada luka
operasi, MSS, therapi: Clindamycin 3x300 mg, Gentamycin 2x80 mg, Antrain 3x1
ampul, Frisium tab 10 mg 0 – 0 – 1, dilakukan pemeriksaan darah lengkap
2.3 Riwayat
kesehatan keluarga :
dalam keluarga klien, tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit sama
dengan klien. Hanya Bapak menderita hipertesi.
Genogram:
Keterangan: = laki - laki = klien
= perempuan
=
anak perempuan klien meninggal
= bapak klien
menderita HT = tinggal dlm satu
rumah
2.4 Keadaan kesehatan lingkungan : Klien tinggal dlm lingkungan nelayan
(daerah pantai). Kedaan tempat tidur klien bersih dan rapi.
2.5 Riwayat kesehatan lainnya : taa
2.6 Alat bantu yang dipakai:
taa
III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : klien sadar CM, masih lemah sehabis operasi,
mengeluh pusing dan mual serta nyeri pada leher.
2. Tanda vital : TD:
120/80, N: 80 x/mnt, RR: 20 x/mnt, T: 37,8 0C
3. Body System
3.1 Pernafasan
Hidung : Tidak ada sekret, bentuk simetris.
Dada :
- Bentuk : simetris
- Gerakan : simetris, teratur.
Suara nafas dan lokasi : taa suara nafas tambahan
Batuk : taa
Sputum : taa
Cyanosis : taa
Frekwensi nafas : teratur
3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada : (-)
Pusing : ya
Kram kaki : (-)
Sakit kepala : (-)
Palpitasi : (-)
Clubing finger : (-)
Suara jantung : normal, SR
Edema :
(-)
3.3 Persarafan
Kesadaran : CM.
GCS :
456
Kepala dan wajah :
Mata :
esoftalmus
Sklera :
bersih
Konjunctiva : merah muda
Pupil :
isokor
Leher :
terdapat bekas luka post operasi yang terbalut da terpasang drain 2 buah
Reflek fisiologis : baik
Reflek patologis : (-)
Pendengaran : baik, simetris kiri dan kanan
Penciuman : baik
Pengecapan : baik
Penglihatan : baik
Perabaan : baik
3.4 Perkemihan –Eliminasi Urine
Produksi urine : lk. 800 cc, BAK: 5-6 x/hari
Warna urine : kuning jernih
Gangguan saat kencing : (-)
3.5 Pencernaan - Eliminasi Alvi
Mulut :
taa
Tenggorokan : terasa agak sakit jika menelan
Abdomen : Taa
Rectum : taa
Bab :
normal, 1 x/hari, konsistensi normal
Obat pencahar : (-)
Lavement : (-)
3.6 Tulang – Otot – Integumen
Kemampuan pergerakan sendi: bebas
Extremitas : taa, terpasang infus di lengan kiri.
Kulit:
- Warna kulit : sawo matang
- Akral :hangat
- Turgor : baik
3.7 Sistem Endokrin
Terapi hormon : Tyraxol 3x1 tablet, PTU 3x1 tab, logolisasi 3x15 tts.
Karakteristik seks sekunder: normal.
Riwayat
pertumbuhan dan perkembangan fisik: kekeringan kulit dan rambur (+),
eksoftalmus (+), goiter (+), hipoglikemia (+), tidak toleran thd panas dan
dingin (+), polidipsi (+), poliphagi (+), kelemahan (+).
3.8 Sistem Hematopoietik
Diagnosis penyakit hematopoietik yang
lalu: taa
Type darah:taa
3.9 Reproduksi
Perempuan: keadaan aat reproduksi dalam
batas normal, siklus haid teratur.
4.0 Psikososial
Konsep diri:
Citra diri:
-
Tanggapan tentang tubuh:
-
Bagian tubuh yang disukai: taa
-
Bagian tubuh yang tidak disukai:
keadaan mata dan leher yang membesar
-
Persepsi thd kehilangan bagian tubuh:
taa
Identitas:
-
Status klien dalam keluarga: sebagai
istri dan ibu
-
Kepuasan klien thd status dan posisi
dlm keluarga: puas
-
Kepuasan klie thd jenis kelamin: puas
Peran:
-
tanggapan klien thd perannya: senang
-
Kemampuan/kesanggupan klien
melaksanakan perannya:sanggup
-
Kepuasan klien melaksanakan
perannya:puas
Ideal diri/harapan:
-
harapan klien thd:
= Tubuh: taa
= Posisi (dlm pekerjaan): taa
= Status dlm keluarga: ingin menjadi istri dan ibu yang
lebih baik.
= Tugas/pekerjaan: taa
-
Harapan klien thd lingkungan: taa
-
Harapan klien thd penyakit yg
diderita: ingin cepat sembuh dan bisa segera pulang.
Harga diri:
-
Tanggapan klien thd harga dirinya:
tinggi
Sosial/interaksi:
-
Hubungan dengan klien: kenal
-
Dukungan keluarga: aktif
-
Dukungan kelompok/teman/masyarakat:
aktif
-
Reaksi saat interaksi: kooperatif
-
Konflik yang terjadi terhadap: taa
3.11 Spiritual:
-
Konsep tentang penguasa kehidupan:
Allah
-
Sumber kekuatan/harapan saat sakit:
Allah
-
Ritual agama yg berarti/diharapkan
saat ini: Sholat, membaca kitab suci.
-
Sarana/peralatan/orang yg diperlukan
dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan saat ini: ibadah
-
Upaya keseatan yang bertentangan dgn
keyakinan agama: taa
-
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan
menolong dlm menghadapi situasi sakit saat ini: ya
-
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit
dapat disembuhkan: ya
-
Persepsi thd penyebab penyakit: karena
pola hidup serta lingkungan tempat tinggal.
Pemeriksaan
penunjang:
- tanggal 27/12-2001
DL:
glukosa darah: 109 mg/dl; HB: 13,6 gr/dl; HCT: 41,2 %; PLT: 290 x 10 cg/l; SC:
0,48 mg/dl
- Tanggal 28/12-2001
Test
Elisa: T3: 1,46 ug/ml; T4: 14,20 ug/ml
- tanggal 4/1 – 2002
Test
Elisa: TSH: 0,006 uIu/ml; T3: 1,26 ug/ml; T4: 10,60 ug/ml
- Tanggal 8/1-2002
DL:
HB: 11,3 gr/dl; HCT: 34%; PLT: 285 x 10 cg/l; LED: 38 mm/jam
- Tanggal 27/12-2001
Foto
thoraks AP dan leher AP/L, hasil:
-
cor: besar, bentuk (n)
-
pulmo: tdk terdapat infiltrat dan
kelainan
-
kedua sinus phrenicocostalis tajam,
tdk tampak soft tissue mass parasteral
-
tidak tampak soft tissue mass daerah
cervikal
-
Tidak tampak pendorongan dan
penyempitan trachea, airway baik
-
Alignment tulang baik, subchondral
bone layer dan trabekulasi (n), corpus, pedicle dan spatium intervertebralis
(n)
- tanggal 26/12-2001
Konsul
anestesi, hasil: tyrazol 3x1 tab, Frisium 10 mg 0-0-1, Vitamin 1x1 tab
- tanggal 27/12-2001
Konsul
kardiologi: ECG: (n)
Terapi: pada tgl
8/1-2002: Clyndamycin 3x300 mg; Gentamycin 2x80 mg,
Antrain 3x1 tab, Frisium tab 10 mg 0-0-1, PTU 3x1 tab, logol 3x15 tts, IVFD
Tutofusin 20 tts/mnt, observasi drain.
B. Analisa data
Data
|
Etiologi
|
Patofisiologi
|
Masalah
|
S: Klien mengeluh mual, kepala pusing, badan menggigil.
O: Klien
menggigil, klien post op hr I, diet MSS, TD: 120/80, N: 80x/mnt, S:37,80C
|
Immobilisasi.
|
Immobilisasi à
metabolisme menurun à
kompensasi tubuh thd sekresi keringat (-) à suhu tubuh
meningkat.
|
Peningkatan suhu
tubuh.
|
S: Klien mengeluh nyeri pada leher post operasi.
O: Klien banyak berbaring, mobilisasi (-), skala nyeri
5-6.
|
Manipulasi bedah
thd jaringan.
|
Manipulasi bedah
thd jaringan tubuh à
pemutusan ujung syaraf à
merangsang respon nosiseptor à
melewati nilai ambang nyeri à
nyeri.
|
Nyeri post
operasi.
|
S: Klien banyak bertanya tentang penyakitnya.
O: -
|
Kurang informasi
|
Kurang informasi à
tidak tahu dan tidak mampu mengenal masalah penyakit dan perawatan à
defisit knowledge.
|
Defisit knowledge
|
Rumusan Masalah:
- Nyeri post operasi b/d manipulasi bedah thd jaringan tubuh.
- Peningkatan suhu tubuh b/d immobilisasi.
- Defisit knowledge b/d kurang informasi.
Diagnosa
Keperawatan Berdasarkan prioritas:
- Nyeri post operasi b/d manipulasi bedah thd jaringan tubuh.
Data penunjang: S: Klien mengeluh nyeri pada leher
post operasi, O: Klien banyak berbaring, mobilisasi (-), skala nyeri 5-6.
- Peningkatan suhu tubuh b/d immobilisasi.
Data penunjang: S: Klien mengeluh mual, kepala pusing,
badan menggigil. O: Klien menggigil, klien post op hr I, diet MSS, TD: 120/80,
N: 80x/mnt, S:37,80C
- Defisit knowledge b/d kurang informasi.
Data penunjang: S: Klien banyak bertanya tentang
penyakitnya.
Rencana Tindakan
Keperawatan:
1.
Nyeri post operasi b/d manipulasi
bedah thd jaringan tubuh.
Data penunjang: S: Klien
mengeluh nyeri pada leher post operasi, O: Klien banyak berbaring, mobilisasi
(-), skala nyeri 5-6.
Tujuan jangka pendek: klien dapat mengontrol
nyeri.
Tujuan jangka panjang: setelah diberikan asuhan
keperawatan selama 2 hari, nyeri hilang.
Kriteria hasil: Klien mengatakan nyeri
berkurang/hilang, mobilisasi klien aktif, klien dapat memenuhi kebutuhan ADL
secara mandiri.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Mandiri:
Kaji tanda adanya nyeri,
baik verbal maupun nonverbal, catat lokasi, intensitas (skala nyeri 1-10),
lamanya.
Letakkan pasien dlm posisi
semifowler dan sokong kepala dengan bantal.
Pertahnakan leher/kepala
dlm posisi netral dan sokong selama ada perubahan posisi. Instruksikan pasien
untuk menggunakan tangan apabila akan berubah posisi.
Pertahankan meja pasien
dalam jarak yang mudah terjangkau oleh apsien.
Berikan minum dingin serta
makanan lunak.
Anjurkan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri.
Kolaborasi:
Berikan obat/analgetik
sesuai instruksi medis.
|
Bermanfaat dlm
mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan efektifitas
terapi.
Mencegah hiperekstensi
leher dan melindungi integritas garis jahitan.
Mencegah stres pada garis
jahitan dan menurunkan ketegangan otot.
Membatasi ketegangan,
nyeri otot pada aderah operasi.
Menurunkan nyeri tenggorok
tetapi makanan lunak ditoleransi jika pasien mengalami kesulitan menelan.
Membantu untuk mefokuskan
kembali perhatian dan membantu pasien untuk mengatasi nyeri secara lebih
efektif.
Menurunkan nyeri dan rasa
tidak nyaman, meningkatkan istirahat.
|
2.
Peningkatan suhu tubuh b/d
immobilisasi.
Data penunjang: S: Klien mengeluh
mual, kepala pusing, badan menggigil. O: Klien menggigil, klien post op hr I,
diet MSS, TD: 120/80, N: 80x/mnt, S:37,80C
Tujuan jangka pendek: klien dapat
mengontrol suhu tubuh yang kompeten.
Tujuan jangka panjang: Setelah
diberikan asuhan keperaatan selama 1 hari, suhu tubuh klien normal.
Kriteria hasil: S: 36 – 37 0C,
Mual (-), pusing (-), klien melaporkan adanya suhu tubuh yang nyaman, tidak
menggigil, istirahat cukup.
3. No |
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
|
Mandiri:
Catat
vital sign.
Awasi
keluaran urine.
Observasi
drainase pada luka operasi.
Ubah
posisi klien sesering mungkin sesuai kenyamanan klien.
Anjurkan
utnuk mobilisasi secara mandiri.
Ciptakan
lingkungan yag nyaman bagi klien mis, sediakan selimut ekstra bila klien
menggigil, atur kecepatan pengatur suhu ruangan.
Beri
kompres hangat.
Atur
tetesan infus sesuai kebutuhan tubuh akan cairan : 2500 cc / hari.
Berikan
parasetamol bila panas > 39 0C.
|
Mengawasi
adanya peningkatan tanda vital ksususnya suhu tubuh.
Urine
erupakan salah satu kontrol pengeluaran caiaran tubuh sehingga dapat
ditentukan jumlah cairan yang harus masuk dalam tubuh klien.
Memberikan
informasi tentang status perdarahan.
Meningkatkan
sirkulasi darah sehingga kebutuhan tubuh akan panas dan energi lebih merata.
Mobilisasi
meningkatkan proses metabolisme sehingga panas tubuh dapat lebih terkontrol.
Kenyamanan
lingkungan akan membantu meningkatkan suasana psikologis yang nyaman bagi
klien. Selimut dapat membantu mengurangi gejala menggigil.
Kompres
hangat membantu hipotalamus bekerja lebih efisien dalam mengontrol respon
penurun panas tubuh.
Kebutuhan tubuh akan cairan yang tidak
memadai dapat menjadi penyebab peningaktan suhu tubuh akibat dehidrasi post
operasi.
Parasetamol
merangsang penurunan paas ynag lebih cepat dan efektif.
|
3.
Defisit knowledge b/d kurang
informasi.
Data penunjang: S: Klien
banyak bertanya tentang penyakitnya.
Tujuan jangka pendek: Kebutuhan informasi klien
terpenuhi.
Tujuan jangka panjang: Setelah diberikan HE
selama 2 x 10 menit, klien dapat mengatakan pengertiannya tentang perawatan
penyakitnya.
Kriteria hasil: Klien mengatakan
pengertiannya tentang perawatan penyakitnya, klien dapat berpartisipasi dalam
program perawatan yang direncanakan.
No
|
Intervensi
|
Rasional
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Mandiri:
Diskusikan kebutuhan diet
yang seimbang, diet bergizi dan bila tepat mencakup garam beryodium.
Sarankan untuk menghindari
makanan – makanan yang bersifat goitrogenik, misalnya makanan laut yang
berlebihan, kacang kedelai, lobak.
Identifikasi makanan
tinggi kalsium (mis.kuning telur, hati).
Tinjau ulang latihan pasca
operasi yang dilakukan setelah penyembuhan luka (mis. Fleksi, ekstensi,
rotasi dan pergerakan lateral dari kepala dan leher).
Nilai kembali kebutuhan
akan istirahat dan relaksasi, menghindari keadaan yang penuh stres dan emosi
yang berlebihan.
Instruksikna untuk
melakukan perawatan pada daerah insisi (mis. Membersihkan dan membalutnya).
Tinaju ulang terapi obat kebutuhan melanjutkannya
bila keadaan dirasakan lebih baik.
Identifikasi tanda/gejala
yang membutuhkan evaluasi medis (mis. Demam, menggigil, luka purulen atau
tidak sembuh, eritema, berat badan turun terus, tidak toleransi terhadap
panas, mual/muntah, diare, insomnia, berat badan meningkat, kelelahan, tidak
toleransi thd dingin, konstipasi, mengantuk berat.
|
Meningkatkan proses
penyembuhan dan membantu klien mempertahankan berat badan yang sesuai.
Penggunaan garam beryodium sering kali cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan yodium.
Merupakan kontraindikasi
setelah tiroidektomi parsial karena makanan ini menghambat aktivitas tiroid.
Memaksimalkan suplai dan
absorbsi kalsium jika fungsi kelenjar paratiroid terganggu.
Latihan rentang gerak dan
sendi yang teratur meningkatkan kekuatan oto leher, meningkatkan sirkulasi
dan proses penyembuhan.
Pengaruh hipertiroidisme
biasanya mereda secara lengkap, namun membutuhkan waktu lama bagi tubuh untuk
penyembuhannya.
Memberikan kesemapatna
klien untuk memberikan perawatan diri secara mandiri dan kompeten.
Jika penggantian tiroid
diperlukan karena pengangkatan kelenjar tiroid, klien perlu memahami alasan
terapi pengganti tersebut serta dampak kegagalan pada pemakaian yang tidak
teratur.
Mengetahui secara awal
adanya komplikasi seperti infeksi, hipertiroidisme, atau hipotiroidisme,
dapat mencegah perkembangan ke arah situasi yang mengancam hidup.
|
Implementasi:
Tgl/jam
|
No Dx.Kep.
|
Implemetasi
|
Evaluasi
|
8-1-2002
14.30 WIB
16.30 WIB
18.00 WIB
19.00 WIB
9-1-2002
09.00 WIB
10.00 WIB
10-1-2002
09.00 WIB
10.00 WIB
11.00 WIB
|
1,2
2
1,2
2
2
1
1,3
1
2
2
1,2
3
2
2
1,2
3
3
3
|
Mengukur vital sign.
Memberi kompres hangat.
Mengatur posisi tidur semifowler.
Memberikan selimut ekstra
Mengatur tetesan infus 35tts/mnt.
Menagjarkan teknik relaksasi nafas panjang.
Mengajarkan klien dan keluarga teknik mobilisasi aman bagi
klien.
Memberikan minuman dingin pada klien.
Mencatat keluaran urine.
Mencatat jumlah keluaran drainase.
Mengukur vital sign.
Memberikan HE pada klien dan keluarga tentang:
-
Makanan yang harus dikurangi seperti: ikan lauk,
kacang kedelai,lobak.
-
Makanan yang harus ditambah mis. Kuning telur dan
hati.
-
Obat yang harus diminum secara teratur dan dampak
bila putus obat.
-
Mobilisasi efektif.
-
Perawatan luka operasi.
-
Tanda dan gejala bila terjadi peningaktan atau
penurunan produksi kelenjar tiroid.
Membuka drainase. Observasi perdarahan.
Memotivasi klien untuk mobilisasi secara aktif.
Mengingatkan klien dengan diskusi pantangna dan anjuran
tentang makanan yang telah diberikan.
Memberi kesempatan klien untuk bertanya dan berdiskusi.
Melatih cara perawatan luka post operasi.
|
S; 37,80C, TD: 120/80 mmHg, N; 80 x/mnt, RR:
20x/mnt.
Klien tidur dlm posisi semifowler.Klien mengatakan nyaman
dengan posisi yang diberikan.
Menggigil berkurang.
Infus netes lancar 35 tts/mnt.
Klien dapat mencoba berlatih dengan baik.
Keluarga dapat membantu mobilisasi klien dengan baik.
Nyeri menelan diarsakan berkurang.
Urine keluar: 200 cc
Drainase: 50 cc
S: 36,60C, TD: 120/80, N: 76
x/mnt.
Klien dan keluarga mengatakan memahami
penyuluhan yang diberikan .
Perdarahan (-)
Klien mulai berjalan keluar kamar
didampingi oleh suami.
Klien mampu menyebutkan pantangan dan
anjuran makanan yang diberiathukan.
Klien dan keluarga banyak bertanya tentang
perawatan luka post operasi.
Klien dibantu suami dapat melakukan
perawatan luka dengan baik.
|
Evaluasi/catatan perkembangan:
TGL/Jam
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Evaluasi
|
10-1-2002
13.00 WIB
|
1. Nyeri
post operasi b/d manipulasi bedah thd jaringan tubuh.
Data penunjang: S: Klien
mengeluh nyeri pada leher post operasi, O: Klien banyak berbaring, mobilisasi
(-), skala nyeri 5-6.
|
S: Klien
mengatakan nyeri menelan dan nyeri pada leher berkurang.
O: Klien
dapat duduk dari posisi berbaring secara mandiri.
Klien berjalan – jalan keluar
kamar dibantu suami.
Skala nyeri : 2
Pusing (-), mual (-).
A: Masalah teratasi.
P: pertahankan status umum klien.
|
8-1-2002
19.30 WIB
|
2.
Peningkatan suhu tubuh b/d
immobilisasi.
Data penunjang: S: Klien mengeluh mual, kepala pusing, badan
menggigil. O: Klien menggigil, klien post op hr I, diet MSS, TD: 120/80, N:
80x/mnt, S:37,80C
|
S: Klien
mengatakan terasa lebih enak, badan tidak menggigil.
O: S: 36,60C, TD: 120/80, N: 76 x/mnt.
Menggigil (-), mual (-), pusing
(-).
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan status keadaan umum klien.
|
10-1-2002
12.00 WIB
|
3.
Defisit knowledge b/d kurang
informasi.
Data penunjang: S: Klien banyak
bertanya tentang penyakitnya.
|
S: Klien
mengatakan memahami penjelasan yang diberikan dan berjanji akan melaksanakan
denagn baik.
O: Klien tenang, kegelisahan ber (-).
A: masalah teratasi
P: --
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon