Salam Sehat dan Harmonis

-----

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS STRIKTUR URETRA


ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. S DENGAN KASUS STRIKTUR URETRA DI RUAMG PAVILIUN MINA RS. SITI KHODIJAH SEPANJANG




 








Disusun Oleh
LISDIANA HERAWATI
NIM. 20013I





AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2004/2005

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur atas terselesainya penyusunan makalah asuhan keperawatan yang bertemakan “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. S DENGAN KASUS INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG PAVILIUN MINA RS. SITI KHODIJAH SEPANJANG”ngan diberikannya tugas diharapkan dapat membuka cakrawala pada mahasiswa tentang memberikan tindakan / asuhan keperawatan pada pasien gastritis akut dan melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dimasyarakat.
Dalam penyusunan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada Direktur Akper Unmuh Surabaya, Direktur Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang, pembimbing baik dari Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang atau dari akademi dan rekan-rekanku sekalian yang telah mendukung dalam penyusunan ASKEP.


Surabaya,      Januari 2004

Penyusun


LEMBAR PENGESAHAN

Permasalahan ini kami ambil dari ruang Paviliun Mina di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Surabaya saat mengikuti praktek keperawatan AKPER Universitas Muhammadiyah Surabaya, mualai tanggal 05 Januari sampai dengan 18 Januari 2004.
Mahasiswa Praktek



LISDIANA HERAWATI
NIM. 200131

Mengetahui,
Kepala Ruangan Paviliun Mina,
RS. Siti Khodijah Sepanjang
Pembimbing Ruangan Paviliun Mina,
Siti Khodijah Sepanjang
NUR HAIDAH
NIP.
DIANA FITRIYA, AMK
NIP.

Pembimbing  pendidikan
AKPER UNMUH




SUPATMI, Skep
NIP.

LEMBAR PENGESAHAN

Permasalahan ini kami ambil dari paviliun mina di Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Surabaya saat mengikuti praktek keperawatan AKPER Universitas Muhammadiyah Surabaya, mualai tanggal 05 Januari sampai dengan 18 Januari 2004.

Mahasiswa Praktek



Yuli Mawarningsih
NIM. 2001

Mengetahui,
Kepala Ruangan Paviliun Mina,
RS. Siti Khodijah Sepanjang Surabaya
Pembimbing Ruangan Paviliun Mina,
Siti Khodijah Sepanjang Surabaya
NUR HAIDA


NIP.
DIANA FITRIYAH.AMK


NIP.

Pembimbing  pendidikan.


SUPATMI S.kep
                                                        NIP.

PENDAHULUAN


A.    Konsep Dasar

1.      Pengertian
Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau dikenal CVA (Cerebro Vaskuler Assident) atau juga disebut stroke merupakan gangguan aliran darah dalam otak yang disebabkan oleh adanya gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak atau cepat berupa perdarahan intra cerebral atau perdarahan sub aracnoid (Hariono Neorologik Klinik, 1996).
Peredaran intra verebral adalah suatu disfungsi, neurologi fokal yang akut akut disebabkan oleh perdarahan primer dalam substansia otak bukan karena pembuluh darah balik arteri, vena kopiler.
Perdarahan sub arachnoid adalah keadaan akut dimana terjadi perdarahan otak ke dalam ruang sub aracnoid (Lab/UPF, Ilmu Penyakit Saraf : 36).
2.      Etiologi
Etiologi tergantung dari bagian otak yang terkena, adapun gejala-gejalanya yaitu sebagai berikut :
1)      Perdarahan intra cerebral
-          Gejala awal biasanya pada waktu melakukan aktivitas.
-          Sakit kepala kadang-kadang hebat.
-          Perubahan yang hebat dari defisit neurologi termasuk penurunan kesadaran sampai koma.
-          Biasanya terdapat hipertensi dapat sedang dan berat.
-          Cairan liquor Cerebro Spimalis berdarah (80 – 90%).
-          CT Scan tampak jelas acral perdarahan.
2)      Perdarahan sub aracnoid
-          Nyeri kepala akut dapat disertai mual dan muntah kadang-kadang dapat disusul dengan gangguan kesadaran dan kejang (26%).
-          ditandai dengan rangsangan selaput otak dan adanya perdarahan pada mata <10 %.
-          Bila dilakukan LP selalu didapatkan cairan yang berdarah.
3.      Anatomi Fisiologi
Otak adalah organ tubuh yang kecil tapi memegang peranan penting sehingga alat ini perlu dilindungi dengan kokoh dan disimpan dalam tempurung kepala yang keras.
Sekitar 18% dari seluruh volume darah beredar dalam sirkulasi darah otak, selain itu otak juga menggunakan sekitar 20% dari O2 yang dihirup melalui paru dan mengkonsumsi sejumlah glukosa sebagai sumber energi, otak. Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia.
Otak terbagi menjadi beberapa bagian yaitu cerebrum, cerebrum dan batang otak. Darah mengalir ke otak melalui 2 pasang pembuluh darah, yaitu sepasang arteri karotis kanan/kiri serta sepasang arteri vertebralis membentuk sirkulasi willisi. Dengan adanya sistem kolateral semacam ini bila terjadi gangguan aliran darah pada salah satu pembuluh darah maka pembuluh darah yang lain akan berusaha menolak darah melalui hubungan kolateral.
4.      Patofisiologis
Serangan stroke perdarahan (hemorogik) sering kali berlangsung sangat mendadak pada saat penderita sedang melakukan aktivitas (bekerja) biasanya disertai nyeri kepala hebat, mual, muntah bahkan kejang sampai pingsan, gejala kelumpuhan separuh badan / gangguan otak fokal lainnya. Bila perdarahan dalam otak sangat luas penderita dapat meninggal dunia dalam waktu tidak terlalu lama setelah terjadi serangan.
Perdarahan intra serebral dapat terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak (terutama karena hipertensi) mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak sekitarnya. Peningkatan intra kranial yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian mendadak karena hipertensi sering dijumpai didaerah puntamer, talamus sub kaortikal dan lain-lain. Perdarahan intra cerebral dapat pula disebabkan kelainan pembuluh darah otak (anurema, AVM) kelainan darah dan pemakaian obat (anti koagulan, ajetamin, kokain).
Perdarahan sub arachnoid terjadi karena pecahnya pembuluh darah terutama karena anureisme / AVM. Pecahnya arteri dan keluarga darah ke ruang sub arachnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan TIK yang mendadak, merenggangnya struktur peka nyeri sehingga timbul nyeri kepala hebat dan menurunkan kesadaran. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda selaput otak lainnya.
5.      Faktor resiko
Studi epidemiologi tentang stroke yang dilakukan selama lebih dari 40 tahun telah menghasilkan satu konsep penting mengenai faktor resiko stroke. Dengan mengetahui faktor resiko stroke, kita dapat memperkirakan penyebab atau sesuatu hal yang dapat mempermudah terjadinya stroke. Konsep ini sangat bermanfaat dalam upaya prevensi (untuk mengurangi morbiditas) dan terapi (untuk mengurangi kecacatan dan mortalitas).
Faktor resiko stroke meliputi faktor genetik (umur, jiwa, kelamin). Faktor lingkungan (suhu, infeksi), gaya hidup (pola makan, merokok, minum alkohol) serta campuran antara faktor lingkungan dan keluarga (Hipertensi, diabetes militus obesitas).
Terdapat perbedaan antara faktor resiko stroke iskemik dan perdarahan sehingga masing-masing perlu dianalisis secara terpisah. Tapi keseluruhan WHO telah menyusun sederetan faktor-faktor resiko stroke (likemik maupun perdarahan) berdasarkan kesepakatan dari berbagai penjuru dunia yaitu : hipertensi, Diabetes Mellitus, penyakit jantung, TIA (Transient Iskemik Attack) atau pernah mengalami stroke, obesitas, alkolisme, merokok, hiperlipidemia (kolesterol dan trigliserilida). Hiperurikemia, infeksi, faktor genetik atau keluarga dan faktor-faktor lain misalnya migren, suhu dingin pil kontrasepsi dengan hitrogen tinggi serta meningkatnya kadar fibrinogen darah.
6.      Dampak masalah
a.       Biologis
1)      Klien tidak dapat memenuhi ADL akibat kelumpuhan yang dialami.
2)      Timbul gangguan disfagia, mual, muntah akibat terjadinya gangguan pada darah vertetrobililaris.
3)      Terjadi inkontinensia urin, akibat adanya gangguan pada arterina cerebri anterior.
4)      Gangguan tidur, akibat dari rasa nyeri yang timbul setelah onset serangan
5)      Terjadi gangguan persepsi sensorik, akibat kerusakan paa daerah arteri cerebri anterior.
6)      Terjadi konstipus, akibat dari immobilisasi yang terlalu lama.
b.      Psikologis
1)      Keluarga merasa terbebani dengan biaya klien yang relatif banyak.
2)      Kecemasan keluarga akibat penyakit yang dialami klien.
c.       Sosial
Terjadi gangguan interaksi sosial verbal akibat kerusakan pada nerves XII (hipoglosus).
7.      Penatalaksanaan
Terapi pada CVA meliputi terapi umum yang bertujuan untuk mempercepat kesembuhan, serta mencagah komplikasi yang dapat mengakibatkan kematian dan menghambat kesembuhan dan terapi spesifik yang sesuai dengan jenis CVA yang diderita klien.
Terapi umum yang biasa digunakan adalah dengan pedoman 6B (Breathing, Blood, Brain, Bladder, Bowel dan Bone).
·         Breathing artinya jalan nafas harus diperhatikan karena otak sangat membutuhkan oksigen.
·         Blood berarti darah, pada fase akut CVA trombolik, tekanan darah yang tinggi tidak boleh diturunkan. Penurunan tekanan darah mungkin perlu dipertimbangkan pada klien dengan left ventricuker failure yang akut dan berat angina pectoris yang hebat, serta ensilofati hipertensife.
·         Brain berarti otak, bila terjadi kejang sebaiknya diberikan suntukan difenilhidonoir intravena secara perlahan odema otak diatasi dengan pemberian manitol 20% 100 ml tiap 4 jam.
·         Bladder artinya kandung kemih, gula terjadi retensi urine harus dipasang kateter.
·         Bowel berarti pengeluaran, nutrisi dan defekasi, klien harus diperhatikan usaha jangan sampai terjadi obstipasi
·         Bone dalam hal ini kulit, otot dan tulang harus juga diperhatikan, jangan sampai terjadi kontraktur sendi.
Terapi spesifik
Berikut ini beberapa macam obat yang sering digunakan pada klien CVA infark :
1)      Obat untuk odema otak (manitol)
2)      Obat  anti agregasi trombosit (sintrom)
3)      Obat anti kuagulasi (heparin) dosis 5000 – 7000 IU dengan drip automatic injection.
8.      Pemeriksaan
1)      Anamnesis yang menjurus untuk mencari penyebab dan sistem pembuluh darah otak yang terganggu.
2)      Pemeriksaan neurologi
3)      Pemeriksaan tambahan diantaranya :
i.        ECO kardiografi
Harus sedapat mungkin dilakukan dengan eko – kardiografi 2 demensi untuk melihat masih ada tidaknya embolis atau mural trombol dijantung bila diperlukan monitoring eko.
ii.      CT Scan dilakukan 3 kali
Pertama kali segera setelah serangan untuk membedakan perdarahan atau infark, kedua kali dilakukan pada hari ketiga untuk melihat letak bentuk maupun luasnya infark. Ketiga kali dilakukan pada hari ke 14 untuk melihat adanya perubahan komplikasi hemoragik infark, kecuali bila penderita dengan klinis yang membaik dan penderita yang tidak mampu.


B.     Asuhan Keperawatan

1.      Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi, atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Nasrul Effendi, 1995).
a.       Pengumpulan data
Adalah kegiatan dalam menghimpun informasi dari klien dan sumber-sumber lain secara terus menerus selama proses perawatan berlangsung. Data yang dikumpulkan meliputi :
1)      Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk Rumah Sakit, nomer Register dan diagnosa medis.
2)      Keluhan utama
Pada klien dengan CVA infark, kesadaran kadang menurun, kadang tidak, kelemahan anggota gerak, hemipares dan nyeri kepala kadang ditemukan dankadang tidak.
3)      Riwayat penyakit dahulu
Umumnya pada klioen dengan CVA infark, klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi, atau penyakit lain yang pernah diderita oleh klien seperti DM, penyakit jantung dan hiperlipedemia.
4)      Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului dengan nyeri kepala akut pada saat istirahat. Kelemahan separuh badan, mati rasa terjadi gangguan pembicaraan dan pendengaran tergantung letak lesinya.
5)      Riwayat penyakit keluarga
Umumnya keluarga turut berpengaruh karena adanya penyakit keturunan yang pernah dialami oleh keluarga seperti DM, hipertensi dan penyakit jantung

6)      Riwayat psikososial
Penyakit CVA biasanya dikarenakan kebiasaan hidup yang buruk seperti merokok dan minum alkohol.
7)      Pola-pola fungsi kesehatan
a)      Terhadap klien
(1)   Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Klien tidak dapat memenuhi sebagian besar dari tata laksana kesehatannya, diakibatkan adanya kelumpuhan tubuh sesisi (hemiplegia)
(2)   Pola nutrisi dan metabolisme
Terdapatnya gangguan pada pembuluh darah pada vertebro basilaris akan menimbulkan gejala disfagia, mual dan muntah, sehingga akan timbul gangguan pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan.
(3)   Pola eliminasi
Akibat dari adanya gangguan pada arteria cerebri anterior maka dapat terjadi enkontinemia atau ngumpul, serta klien juga dapat mengalami abstipasi akibat dari immonilisasi yang lama.
(4)   Pola aktivitas dan latihan
Akibat dari adanya gangguan pada arteri cerebri media menimbulkan gejala hemiplegia / hemiparese sehingga timbul keterbatasan atau gerak.
(5)   Pola perawatan diri
Biasanya klien dengan CVA infark terjadi perubahan kesadaran dari ringan sampai berat, dan juga terkadang terjadi hemiplegia sehingga klien mengalami gangguan perawatan diri.
(6)   Pola persepsi dan konsep diri
Akibat dari kelumpuhan dan apabila yang dialami maka klien akan mengalami gangguan konsep diri.

(7)   Pola sensori dan kognitif
Klian akan mengalami gangguan persepsi sensorik dan kognitif bila kerusakan terjadi pada arteri serebri anterior, dimana klien bisa jatuh dalam keadaan tidak sabar.
(8)   Pola tidur dan istirahat
Pola sebagian besar klien akan mengalami nyeri kepala berberapa hari setelah onset (serangan) sehingga dapat menggangu pemenuhan istirahat dan tidur.
(9)   Pola hubungan dan peran
Akibat gangguan yang terjadi pada arteri serebri media, maka klien mengalami aphasia, sehingga klien sulit berkomunikasi, secara verbal dengan keluarga atau orang lain.
(10) Pola sexualitas
Kelemahan fisik yang dirasakan klien dengan CVA akan mempengaruhi nafsu sex, atau mungkin dapat menimbulkan gangguan sexual.
(11) Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien merasa tidak dapat melakukan ibadah dengan semestinya karena kelumpuhan yang dirasakan.
b)      Terhadap keluarga
(1)   Keluarga akan menanggung biaya perawatan yang cukup besar selama klien dirawat.
(2)   Dapat terjadi kecemasan pada keluarga karena klien yang tidak sadar serta keadaan penyakitnya yang dirasakan berat.
(3)   Pada sebagian klien yang harus pulang dengan gejala sisa, merupakan bebas lagi bagi keluarganya karena harus melakukan perawatan mandiri.
8)      Pemeriksaan fisik
a)      Breath (pernafasan)
Bentuk dada biasanya normal, pada pernafasan kadang-kadang didapatkan dispnea, suara nafas terdengar ronchi, pernafasan tidak teratur.
b)      Blood (sirkulasi darah)
Pada klien CVA infark didapatkan tekanan darah yang menurun atau meningkat, suhu biasanya dalam batas normal, denyut nadi bervariasi, pernafasan tidak teratur.
c)      Brain (otak)
Pada klien CVA infark kesadaran kadang menurun, kadang tidak. Bila terjadi gangguan sensori (penglihatan, pembicaraan, pendengaran) tergantung pada letak lesinya, tanda-tanda rangsangan meningen tidak ditemukan.
d)     Bladder (sistem perkemihan)
Didapatkan inkontinensia urin atau anuria atau kadang bladder penuh.
e)      Bowel (sistem pencernaan)
Didapatkan perut kembung, pengeraan feses tapi kadang tidak, penurunan perintaltik usus.
f)       Bone (sistem muskuluskeletal)
Didapatkan kelemahan otot, kadang juga didapatkan kontraktur sendi.
9)      Pemeriksaan penunjang
a)      Pada pemeriksaan darah biasanya masih dalam batas normal pada LP, akan terjadi peningkatan kurosit yang sangat tinggi bila disertai dengan meningitis.
b)      Hasil CT Scan pada CVA infark biasanya lesi / daerah yang infark terdapat pada area capsula eksterna, hingga melewati corona radiata juga pada daerah hipodens
10)  Analisa data
Data yang terkumpul selanjutnya dikelompokkan kedalam data subyektif dan data obyektif sehigga dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi. Data yang telah dikelompokkan kemudian ditentukan masalah keperawatannya, penyebabnya dan selanjutnya dirumuskan diagnosa keperawatan (Lismidar, 1993).

11)  Diagnosa keperawatan
Adalah suatu pernyataan masalah klien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan tindakan keperawatan, sehingga masalah dapat ditanggulangi atau dikurangi (Lismidar, 1993).
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul menurut Lynda Juall Carpenito, 1992 pada klien CVA adalah :
a)      Ketidak efektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan penumpukan sekresi dan imobilisasi lama.
b)      Gangguan eliminasi urine (inkontinonsia) berhubungan dengan hilangnya kontrol spingter.
c)      Konstipasi berhubungan dengan immobilisasi yang lama, intake cairan yang tidak adekuat.
d)     Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan kurangnya kemampuan klien untuk melakukan aktivitas fisik akibat penurunan fungsi neuromoskuler, kelmahan dan ketegangan otot.
e)      Potensial gangguan integritas kulit berhubungan dengan immobilisasi, inkoterenia, menurunnya peregerakan dan sensori.
f)       Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan adanya gangguan sirkulasi otot yang mengenai nerves XIII.
g)      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah ke otak.
h)      Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan disfagia.
2.      Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap kedua dalam menyusun rencana keperawatan yang dilaksanakan setelah mengumpulkan data, menganalisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan dan menentukan pendekatan, apakah yang dilakukan untuk memecahkan masalah penderita atau mengurangi masalahnya (Lismidar, 1993).
Adapun prioritas masalah dari diagnosa keperawatan pasien dengan CVA infark berdasarkan prioritas masalah yang mengancam jiwa, menggangu fungsi organ, menggangu keutuhan organ dan menggangu kesehatan, adalah sebagai berikut :

Diagnosa keperawatan

Potensial nafas tidak efektif sehubungan dengan penurunan kesadaran ditandai dengan klien sulit untuk bernafas, ada tanda cianosis, nafas mengorok, RR : 40 x/menit
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria  hasil  : -     Respirasi normal
-          Tanda-tanda sianosis (-)
-          Nafas tidak ngorok
Rencana tindakan
1)      Lakukan pendekatan dengan klien dan keluarga secara terapeutik
R / Agar mudah dalam memberikan tindakan.
2)      Observasi TTV pada klien khususnya pernafasan
R/  Mengetahui irama, jenis dan frekuensi pernafasan pada klien.
3)      Kaji refleksi batuk dan karakteristik sekresi
R/  Untuk mengetahui fungsi otot pernafasan
4)      Atur posisi kepala extensi, longgarkan pakaian yang ketat
R/  Agar klien lebih mudah dan nyaman untuk bernafas.
5)      Kolaborasi dengan tim medis
R/  Agar tepat dalam pemberian terapi
3.      Pelaksanaan
Adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam operasionalnya, perawat merupakan tetap satu tim yang bekerja sama secara berkesinambungan dengan berbagai tim lain, seluruh kegiatan keperawatan dalam tahap ini ditulis secara rinci sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan pada pelaksanaan tindakan keperawatan atau catatan keperawatan (Nasrul Effendi, 1995).

Adapun pelaksanaannya sebagai berikut :
1)      Melakukan pendekatan dengan klien dan keluarga klien secara terapeutik.
2)      Mengobservasi TTV pada klien.
3)      Mengkaji reflek batuk dan karakteristik sekresi.
4)      Mengatur posisi kepala exteris, longgarkan pekaian yang ketat.
5)      Berkolaborasi dengan tim medis.
4.      Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari suatu proses perawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul Efendi)
Evaluasi juga bertujuan untuk menentukan kemampuan klien dalam mencapai tujuan keperawatan dan menilai efektivitas dari prosedur yang telah dilaksanakan pada tahap sebelumnya. Adapun alternatif hasil yang dapat dicapai pada tahap evaluasi meliputi : tujuan tercapai seluruhnya, tujuan tercapai sebagian, tujuan tidak tercapai dan muncul masalah baru (Lismidar, 1993).
Berdasarkan prioritas masalah dari diagnosa keperawatan diatas maka evaluasinya adalah sebagai berikut :
S    :  Klien mengatakan sudah tidak sesak lagi
O   :  -     RR : 20 x/menit
-          Tanda-tanda sianosis (-)
-          Nafas normal
A   : Tujuan tercapai
P    : Rencana tindakan dihentikan

DAFTAR PUSTAKA


Efendi, Nasrul, 1995., Pengantar Proses Keperawatan. EGC, Jakarta

Hendarwanto, 1996., Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. FKUI, Jakarta.

Lismidar H, 1993., Proses Perawatan. UI, Jakarta.

Mansjoer Arif, 1999., Kapita Selekta Kedokteran Edisi ke 3 Jilid II. Media Aesculapius FKUI, Jakarta,

Lynda Jual Carpenito, Asuhan Keperawatan.

Previous
Next Post »

Translate