ASUHAN KEPERAWATAN PADA
Sdr. S DENGAN KASUS STRIKTUR URETRA DI RUAMG PAVILIUN MINA RS. SITI KHODIJAH
SEPANJANG
Disusun Oleh
LISDIANA
HERAWATI
NIM.
20013I
AKADEMI
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2004/2005
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur atas terselesainya penyusunan
makalah asuhan keperawatan yang bertemakan “ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr.
S DENGAN KASUS INFARK MIOKARD AKUT DI RUANG PAVILIUN MINA RS. SITI KHODIJAH
SEPANJANG”ngan diberikannya tugas diharapkan dapat membuka cakrawala pada
mahasiswa tentang memberikan tindakan / asuhan keperawatan pada pasien gastritis akut
dan melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dimasyarakat.
Dalam penyusunan makalah ini kami ucapkan terima kasih kepada Direktur
Akper Unmuh Surabaya, Direktur Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang, pembimbing
baik dari Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang atau dari akademi dan
rekan-rekanku sekalian yang telah mendukung dalam penyusunan ASKEP.
Surabaya, Januari
2004
Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
Permasalahan ini kami ambil dari ruang Paviliun Mina di
Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Surabaya
saat mengikuti praktek keperawatan AKPER Universitas Muhammadiyah Surabaya,
mualai tanggal 05 Januari sampai dengan 18 Januari 2004.
Mahasiswa Praktek
LISDIANA HERAWATI
NIM. 200131
Mengetahui,
Kepala Ruangan Paviliun Mina,
RS. Siti Khodijah Sepanjang
|
Pembimbing Ruangan Paviliun Mina,
Siti
Khodijah Sepanjang
|
NUR HAIDAH
NIP.
|
DIANA FITRIYA, AMK
NIP.
|
Pembimbing
pendidikan
AKPER UNMUH
SUPATMI, Skep
NIP.
LEMBAR PENGESAHAN
Permasalahan ini kami ambil dari paviliun mina di
Rumah Sakit Siti Khodijah Sepanjang Surabaya
saat mengikuti praktek keperawatan AKPER Universitas Muhammadiyah Surabaya,
mualai tanggal 05 Januari sampai dengan 18 Januari 2004.
Mahasiswa Praktek
Yuli Mawarningsih
NIM. 2001
Mengetahui,
Kepala Ruangan Paviliun Mina,
RS. Siti Khodijah Sepanjang Surabaya
|
Pembimbing Ruangan Paviliun Mina,
Siti
Khodijah Sepanjang Surabaya
|
NUR HAIDA
NIP.
|
DIANA FITRIYAH.AMK
NIP.
|
Pembimbing
pendidikan.
SUPATMI S.kep
NIP.
PENDAHULUAN
A. Konsep Dasar
1.
Pengertian
Gangguan Peredaran Darah Otak (GPDO) atau
dikenal CVA (Cerebro Vaskuler Assident) atau juga disebut stroke merupakan
gangguan aliran darah dalam otak yang disebabkan oleh adanya gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak atau cepat berupa perdarahan
intra cerebral atau perdarahan sub aracnoid (Hariono Neorologik Klinik, 1996).
Peredaran intra verebral adalah suatu
disfungsi, neurologi fokal yang akut akut disebabkan oleh perdarahan primer
dalam substansia otak bukan karena pembuluh darah balik arteri, vena kopiler.
Perdarahan sub arachnoid adalah keadaan akut
dimana terjadi perdarahan otak ke dalam ruang sub aracnoid (Lab/UPF, Ilmu
Penyakit Saraf : 36).
2.
Etiologi
Etiologi tergantung dari bagian otak
yang terkena, adapun gejala-gejalanya yaitu sebagai berikut :
1)
Perdarahan intra cerebral
-
Gejala awal biasanya pada waktu
melakukan aktivitas.
-
Sakit kepala kadang-kadang
hebat.
-
Perubahan yang hebat dari
defisit neurologi termasuk penurunan kesadaran sampai koma.
-
Biasanya terdapat hipertensi
dapat sedang dan berat.
-
Cairan liquor Cerebro Spimalis
berdarah (80 – 90%).
-
CT Scan tampak jelas acral
perdarahan.
2)
Perdarahan sub aracnoid
-
Nyeri kepala akut dapat disertai
mual dan muntah kadang-kadang dapat disusul dengan gangguan kesadaran dan
kejang (26%).
-
ditandai dengan rangsangan
selaput otak dan adanya perdarahan pada mata <10 %.
-
Bila dilakukan LP selalu
didapatkan cairan yang berdarah.
3.
Anatomi Fisiologi
Otak adalah organ tubuh yang kecil
tapi memegang peranan penting sehingga alat ini perlu dilindungi dengan kokoh
dan disimpan dalam tempurung kepala yang keras.
Sekitar 18% dari seluruh volume
darah beredar dalam sirkulasi darah otak, selain itu otak juga menggunakan
sekitar 20% dari O2 yang dihirup melalui paru dan mengkonsumsi
sejumlah glukosa sebagai sumber energi, otak. Otak merupakan jaringan yang
paling banyak memakai energi dalam seluruh tubuh manusia.
Otak terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu cerebrum, cerebrum dan batang otak. Darah mengalir ke otak melalui
2 pasang pembuluh darah, yaitu sepasang arteri karotis kanan/kiri serta
sepasang arteri vertebralis membentuk sirkulasi willisi. Dengan adanya sistem
kolateral semacam ini bila terjadi gangguan aliran darah pada salah satu
pembuluh darah maka pembuluh darah yang lain akan berusaha menolak darah
melalui hubungan kolateral.
4.
Patofisiologis
Serangan stroke perdarahan
(hemorogik) sering kali berlangsung sangat mendadak pada saat penderita sedang
melakukan aktivitas (bekerja) biasanya disertai nyeri kepala hebat, mual,
muntah bahkan kejang sampai pingsan, gejala kelumpuhan separuh badan / gangguan
otak fokal lainnya. Bila perdarahan dalam otak sangat luas penderita dapat
meninggal dunia dalam waktu tidak terlalu lama setelah terjadi serangan.
Perdarahan intra serebral dapat
terjadi karena pecahnya pembuluh darah otak (terutama karena hipertensi)
mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak sekitarnya. Peningkatan intra
kranial yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian mendadak karena
hipertensi sering dijumpai didaerah puntamer, talamus sub kaortikal dan
lain-lain. Perdarahan intra cerebral dapat pula disebabkan kelainan pembuluh
darah otak (anurema, AVM) kelainan darah dan pemakaian obat (anti koagulan,
ajetamin, kokain).
Perdarahan sub arachnoid terjadi
karena pecahnya pembuluh darah terutama karena anureisme / AVM. Pecahnya arteri
dan keluarga darah ke ruang sub arachnoid mengakibatkan terjadinya peningkatan
TIK yang mendadak, merenggangnya struktur peka nyeri sehingga timbul nyeri
kepala hebat dan menurunkan kesadaran. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan
tanda-tanda selaput otak lainnya.
5.
Faktor resiko
Studi epidemiologi tentang stroke
yang dilakukan selama lebih dari 40 tahun telah menghasilkan satu konsep
penting mengenai faktor resiko stroke. Dengan mengetahui faktor resiko stroke,
kita dapat memperkirakan penyebab atau sesuatu hal yang dapat mempermudah
terjadinya stroke. Konsep ini sangat bermanfaat dalam upaya prevensi (untuk
mengurangi morbiditas) dan terapi (untuk mengurangi kecacatan dan mortalitas).
Faktor resiko stroke meliputi faktor
genetik (umur, jiwa, kelamin). Faktor lingkungan (suhu, infeksi), gaya hidup
(pola makan, merokok, minum alkohol) serta campuran antara faktor lingkungan
dan keluarga (Hipertensi, diabetes militus obesitas).
Terdapat perbedaan antara faktor
resiko stroke iskemik dan perdarahan sehingga masing-masing perlu dianalisis
secara terpisah. Tapi keseluruhan WHO telah menyusun sederetan faktor-faktor
resiko stroke (likemik maupun perdarahan) berdasarkan kesepakatan dari berbagai
penjuru dunia yaitu : hipertensi, Diabetes Mellitus, penyakit jantung, TIA
(Transient Iskemik Attack) atau pernah mengalami stroke, obesitas, alkolisme,
merokok, hiperlipidemia (kolesterol dan trigliserilida). Hiperurikemia,
infeksi, faktor genetik atau keluarga dan faktor-faktor lain misalnya migren,
suhu dingin pil kontrasepsi dengan hitrogen tinggi serta meningkatnya kadar
fibrinogen darah.
6.
Dampak masalah
a.
Biologis
1)
Klien tidak dapat memenuhi ADL
akibat kelumpuhan yang dialami.
2)
Timbul gangguan disfagia, mual,
muntah akibat terjadinya gangguan pada darah vertetrobililaris.
3)
Terjadi inkontinensia urin,
akibat adanya gangguan pada arterina cerebri anterior.
4)
Gangguan tidur, akibat dari
rasa nyeri yang timbul setelah onset serangan
5)
Terjadi gangguan persepsi
sensorik, akibat kerusakan paa daerah arteri cerebri anterior.
6)
Terjadi konstipus, akibat dari
immobilisasi yang terlalu lama.
b.
Psikologis
1)
Keluarga merasa terbebani
dengan biaya klien yang relatif banyak.
2)
Kecemasan keluarga akibat
penyakit yang dialami klien.
c.
Sosial
Terjadi gangguan interaksi sosial verbal akibat
kerusakan pada nerves XII (hipoglosus).
7.
Penatalaksanaan
Terapi pada CVA meliputi terapi
umum yang bertujuan untuk mempercepat kesembuhan, serta mencagah komplikasi
yang dapat mengakibatkan kematian dan menghambat kesembuhan dan terapi spesifik
yang sesuai dengan jenis CVA yang diderita klien.
Terapi umum yang biasa digunakan
adalah dengan pedoman 6B (Breathing, Blood, Brain, Bladder, Bowel dan Bone).
·
Breathing artinya jalan nafas
harus diperhatikan karena otak sangat membutuhkan oksigen.
·
Blood berarti darah, pada fase
akut CVA trombolik, tekanan darah yang tinggi tidak boleh diturunkan. Penurunan
tekanan darah mungkin perlu dipertimbangkan pada klien dengan left ventricuker
failure yang akut dan berat angina pectoris yang hebat, serta ensilofati
hipertensife.
·
Brain berarti otak, bila
terjadi kejang sebaiknya diberikan suntukan difenilhidonoir intravena secara
perlahan odema otak diatasi dengan pemberian manitol 20% 100 ml tiap 4 jam.
·
Bladder artinya kandung kemih,
gula terjadi retensi urine harus dipasang kateter.
·
Bowel berarti pengeluaran,
nutrisi dan defekasi, klien harus diperhatikan usaha jangan sampai terjadi
obstipasi
·
Bone dalam hal ini kulit, otot
dan tulang harus juga diperhatikan, jangan sampai terjadi kontraktur sendi.
Terapi spesifik
Berikut ini beberapa macam obat yang
sering digunakan pada klien CVA infark :
1)
Obat untuk odema otak (manitol)
2)
Obat anti agregasi trombosit (sintrom)
3)
Obat anti kuagulasi (heparin)
dosis 5000 – 7000 IU dengan drip automatic injection.
8.
Pemeriksaan
1)
Anamnesis yang menjurus untuk
mencari penyebab dan sistem pembuluh darah otak yang terganggu.
2)
Pemeriksaan neurologi
3)
Pemeriksaan tambahan
diantaranya :
i.
ECO kardiografi
Harus
sedapat mungkin dilakukan dengan eko – kardiografi 2 demensi untuk melihat
masih ada tidaknya embolis atau mural trombol dijantung bila diperlukan
monitoring eko.
ii.
CT Scan dilakukan 3 kali
Pertama
kali segera setelah serangan untuk membedakan perdarahan atau infark, kedua
kali dilakukan pada hari ketiga untuk melihat letak bentuk maupun luasnya
infark. Ketiga kali dilakukan pada hari ke 14 untuk melihat adanya perubahan
komplikasi hemoragik infark, kecuali bila penderita dengan klinis yang membaik
dan penderita yang tidak mampu.
B. Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan pemikiran dasar
dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi, atau data
tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah kebutuhan
kesehatan dan keperawatan klien baik fisik, mental, sosial dan lingkungan
(Nasrul Effendi, 1995).
a.
Pengumpulan data
Adalah kegiatan dalam menghimpun
informasi dari klien dan sumber-sumber lain secara terus menerus selama proses
perawatan berlangsung. Data yang dikumpulkan meliputi :
1)
Identitas klien
Meliputi
nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, tanggal masuk
Rumah Sakit, nomer Register dan diagnosa medis.
2)
Keluhan utama
Pada
klien dengan CVA infark, kesadaran kadang menurun, kadang tidak, kelemahan
anggota gerak, hemipares dan nyeri kepala kadang ditemukan dankadang tidak.
3)
Riwayat penyakit dahulu
Umumnya
pada klioen dengan CVA infark, klien mempunyai riwayat penyakit hipertensi,
atau penyakit lain yang pernah diderita oleh klien seperti DM, penyakit jantung
dan hiperlipedemia.
4)
Riwayat penyakit sekarang
Biasanya didahului dengan nyeri kepala akut pada saat
istirahat. Kelemahan separuh badan, mati rasa terjadi gangguan pembicaraan dan
pendengaran tergantung letak lesinya.
5)
Riwayat penyakit keluarga
Umumnya
keluarga turut berpengaruh karena adanya penyakit keturunan yang pernah dialami
oleh keluarga seperti DM, hipertensi dan penyakit jantung
6)
Riwayat psikososial
Penyakit
CVA biasanya dikarenakan kebiasaan hidup yang buruk seperti merokok dan minum
alkohol.
7)
Pola-pola fungsi kesehatan
a)
Terhadap klien
(1)
Pola persepsi dan tatalaksana
hidup sehat
Klien tidak dapat memenuhi sebagian besar dari tata
laksana kesehatannya, diakibatkan adanya kelumpuhan tubuh sesisi (hemiplegia)
(2)
Pola nutrisi dan metabolisme
Terdapatnya gangguan pada pembuluh darah pada vertebro
basilaris akan menimbulkan gejala disfagia, mual dan muntah, sehingga akan
timbul gangguan pemenuhan nutrisi yang kurang dari kebutuhan.
(3)
Pola eliminasi
Akibat dari adanya gangguan pada arteria cerebri
anterior maka dapat terjadi enkontinemia atau ngumpul, serta klien juga dapat
mengalami abstipasi akibat dari immonilisasi yang lama.
(4)
Pola aktivitas dan latihan
Akibat dari adanya gangguan pada arteri cerebri media
menimbulkan gejala hemiplegia / hemiparese sehingga timbul keterbatasan atau
gerak.
(5)
Pola perawatan diri
Biasanya klien dengan CVA infark terjadi perubahan
kesadaran dari ringan sampai berat, dan juga terkadang terjadi hemiplegia
sehingga klien mengalami gangguan perawatan diri.
(6)
Pola persepsi dan konsep diri
Akibat dari kelumpuhan dan apabila
yang dialami maka klien akan mengalami gangguan konsep diri.
(7)
Pola sensori dan kognitif
Klian akan mengalami gangguan persepsi sensorik dan
kognitif bila kerusakan terjadi pada arteri serebri anterior, dimana klien bisa
jatuh dalam keadaan tidak sabar.
(8)
Pola tidur dan istirahat
Pola sebagian besar klien akan mengalami nyeri kepala
berberapa hari setelah onset (serangan) sehingga dapat menggangu pemenuhan
istirahat dan tidur.
(9)
Pola hubungan dan peran
Akibat gangguan yang terjadi pada arteri serebri media,
maka klien mengalami aphasia, sehingga klien sulit berkomunikasi, secara verbal
dengan keluarga atau orang lain.
(10)
Pola sexualitas
Kelemahan fisik yang dirasakan klien dengan CVA akan
mempengaruhi nafsu sex, atau mungkin dapat menimbulkan gangguan sexual.
(11)
Pola tata nilai dan kepercayaan
Klien merasa tidak dapat melakukan ibadah dengan
semestinya karena kelumpuhan yang dirasakan.
b)
Terhadap keluarga
(1)
Keluarga akan menanggung biaya
perawatan yang cukup besar selama klien dirawat.
(2)
Dapat terjadi kecemasan pada
keluarga karena klien yang tidak sadar serta keadaan penyakitnya yang dirasakan
berat.
(3)
Pada sebagian klien yang harus
pulang dengan gejala sisa, merupakan bebas lagi bagi keluarganya karena harus
melakukan perawatan mandiri.
8)
Pemeriksaan fisik
a)
Breath (pernafasan)
Bentuk dada biasanya normal, pada pernafasan kadang-kadang
didapatkan dispnea, suara nafas terdengar ronchi, pernafasan tidak teratur.
b)
Blood (sirkulasi darah)
Pada klien CVA infark didapatkan tekanan darah yang menurun atau
meningkat, suhu biasanya dalam batas normal, denyut nadi bervariasi, pernafasan
tidak teratur.
c)
Brain (otak)
Pada klien CVA infark kesadaran kadang menurun, kadang tidak. Bila
terjadi gangguan sensori (penglihatan, pembicaraan, pendengaran) tergantung
pada letak lesinya, tanda-tanda rangsangan meningen tidak ditemukan.
d)
Bladder (sistem perkemihan)
Didapatkan inkontinensia urin atau anuria atau kadang bladder penuh.
e)
Bowel (sistem pencernaan)
Didapatkan perut kembung, pengeraan feses tapi kadang tidak,
penurunan perintaltik usus.
f)
Bone (sistem muskuluskeletal)
Didapatkan kelemahan otot, kadang juga didapatkan kontraktur sendi.
9)
Pemeriksaan penunjang
a)
Pada pemeriksaan darah biasanya
masih dalam batas normal pada LP, akan terjadi peningkatan kurosit yang sangat
tinggi bila disertai dengan meningitis.
b)
Hasil CT Scan pada CVA infark
biasanya lesi / daerah yang infark terdapat pada area capsula eksterna, hingga
melewati corona radiata juga pada daerah hipodens
10)
Analisa data
Data yang
terkumpul selanjutnya dikelompokkan kedalam data subyektif dan data obyektif
sehigga dapat mengidentifikasi masalah yang terjadi. Data yang telah
dikelompokkan kemudian ditentukan masalah keperawatannya, penyebabnya dan
selanjutnya dirumuskan diagnosa keperawatan (Lismidar, 1993).
11)
Diagnosa keperawatan
Adalah
suatu pernyataan masalah klien yang nyata ataupun potensial dan membutuhkan
tindakan keperawatan, sehingga masalah dapat ditanggulangi atau dikurangi
(Lismidar, 1993).
Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul menurut Lynda Juall Carpenito, 1992 pada klien
CVA adalah :
a)
Ketidak efektifan bersihan
jalan nafas sehubungan dengan penumpukan sekresi dan imobilisasi lama.
b)
Gangguan eliminasi urine
(inkontinonsia) berhubungan dengan hilangnya kontrol spingter.
c)
Konstipasi berhubungan dengan
immobilisasi yang lama, intake cairan yang tidak adekuat.
d)
Gangguan mobilitas fisik
sehubungan dengan kurangnya kemampuan klien untuk melakukan aktivitas fisik
akibat penurunan fungsi neuromoskuler, kelmahan dan ketegangan otot.
e)
Potensial gangguan integritas
kulit berhubungan dengan immobilisasi, inkoterenia, menurunnya peregerakan dan
sensori.
f)
Gangguan komunikasi verbal
berhubungan dengan adanya gangguan sirkulasi otot yang mengenai nerves XIII.
g)
Gangguan perfusi jaringan
berhubungan dengan gangguan aliran darah ke otak.
h)
Gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi berhubungan dengan disfagia.
2.
Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap kedua
dalam menyusun rencana keperawatan yang dilaksanakan setelah mengumpulkan data,
menganalisa data dan menetapkan diagnosa keperawatan dan menentukan pendekatan,
apakah yang dilakukan untuk memecahkan masalah penderita atau mengurangi
masalahnya (Lismidar, 1993).
Adapun prioritas masalah dari
diagnosa keperawatan pasien dengan CVA infark berdasarkan prioritas masalah
yang mengancam jiwa, menggangu fungsi organ, menggangu keutuhan organ dan
menggangu kesehatan, adalah sebagai berikut :
Diagnosa keperawatan
Potensial nafas tidak efektif
sehubungan dengan penurunan kesadaran ditandai dengan klien sulit untuk
bernafas, ada tanda cianosis, nafas mengorok, RR : 40 x/menit
Tujuan : Jalan
nafas efektif
Kriteria hasil : - Respirasi normal
-
Tanda-tanda sianosis (-)
-
Nafas tidak ngorok
Rencana tindakan
1)
Lakukan pendekatan dengan klien
dan keluarga secara terapeutik
R / Agar mudah dalam memberikan tindakan.
2)
Observasi TTV pada klien
khususnya pernafasan
R/ Mengetahui irama, jenis dan frekuensi
pernafasan pada klien.
3)
Kaji refleksi batuk dan
karakteristik sekresi
R/ Untuk mengetahui fungsi otot pernafasan
4)
Atur posisi kepala extensi,
longgarkan pakaian yang ketat
R/ Agar klien lebih mudah dan nyaman untuk
bernafas.
5)
Kolaborasi dengan tim medis
R/ Agar tepat dalam pemberian terapi
3.
Pelaksanaan
Adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Dalam
operasionalnya, perawat merupakan tetap satu tim yang bekerja sama secara
berkesinambungan dengan berbagai tim lain, seluruh kegiatan keperawatan dalam
tahap ini ditulis secara rinci sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan pada
pelaksanaan tindakan keperawatan atau catatan keperawatan (Nasrul Effendi,
1995).
Adapun pelaksanaannya sebagai berikut
:
1)
Melakukan pendekatan dengan
klien dan keluarga klien secara terapeutik.
2)
Mengobservasi TTV pada klien.
3)
Mengkaji reflek batuk dan
karakteristik sekresi.
4)
Mengatur posisi kepala exteris,
longgarkan pekaian yang ketat.
5)
Berkolaborasi dengan tim medis.
4.
Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari
suatu proses perawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan (Nasrul
Efendi)
Evaluasi juga bertujuan untuk
menentukan kemampuan klien dalam mencapai tujuan keperawatan dan menilai
efektivitas dari prosedur yang telah dilaksanakan pada tahap sebelumnya. Adapun
alternatif hasil yang dapat dicapai pada tahap evaluasi meliputi : tujuan
tercapai seluruhnya, tujuan tercapai sebagian, tujuan tidak tercapai dan muncul
masalah baru (Lismidar, 1993).
Berdasarkan prioritas masalah dari diagnosa
keperawatan diatas maka evaluasinya adalah sebagai berikut :
S : Klien
mengatakan sudah tidak sesak lagi
O : - RR : 20 x/menit
-
Tanda-tanda sianosis (-)
-
Nafas normal
A : Tujuan
tercapai
P : Rencana
tindakan dihentikan
DAFTAR PUSTAKA
Efendi, Nasrul, 1995., Pengantar Proses
Keperawatan. EGC, Jakarta
Hendarwanto, 1996., Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. FKUI, Jakarta.
Lismidar H, 1993., Proses Perawatan.
UI, Jakarta.
Mansjoer Arif, 1999., Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ke 3 Jilid II. Media Aesculapius FKUI, Jakarta,
Lynda Jual Carpenito, Asuhan
Keperawatan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon