ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK “R”
DENGAN
KWASHIORKOR DI RUANG ANAK
RSUD Dr. SOETOMO
SURABAYA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Di negara – negara miskin seperti
negara Afrika, Asia, Amerika Latin, termasuk Indonesia banyak terjadi kasus
kekurangan gizi terutama terjadi pada masa anak-anak. Hal ini disebabkan karena
negara miskin memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Tingkat pengetahuan
keluarga tentang nutrisi kurang, perawatan anak yang belum memadai, sifat
tahayul terhadap bahan makanan dan kesehatan lingkungan yang buruk.
United Nation Children Fund (UNICEF)
mengkategorikan kekurangan gizi sebagai kegawatdaruratan yang tidak kentara
“Silent Emergency” (Laily Savitri, 2000).
Pada tahun – tahun terakhir ini bangsa
Indonesia sedang mengalami masa-masa sulit, yaitu terjadinya krisis moneter
yang menghantarkan perekomian Indonesia ke titik yang paling rendah.
Harga-harga barang naik, rupiah mengalami keterpurukan dan banyaknya pegawai
yang di PHK.
Keadaan yang demikian berdampak besar
terhadap pola konsumsi makan masyarakat Indonesia akibatnya terjadi penurunan
status gizi anak yang salah satu diantaranya di tandai dengan penyakit
Kwashiorkor.
Kwashiorkor adalah gangguan gizi yang
disebabkan oleh kekurangan protein. (Ratna Indrawati, 1994).
Di tinjau dari golongan umur,
Kwashiorkor sering terjadi pada anak balita. Angka kejadian tertinggi pada umur
1,5 – 2 tahun yaitu saat setelah terjadinya penyapihan sedangkan anak belum
mengenal jenis makanan lain.
Mempelajari data medik dari Lab/UPF
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan September tahun 2001
seperti pada tabel berikut.
Tabel 1.1. 10
penyakit terbesar di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya bulan September tahun
2001.
No
|
Nama
Penyakit
|
Jumlah
|
Keterangan
|
|
N
|
%
|
|||
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
|
Diare Akut
Demam
Berdarah Dengue
Dengue
Fever
Bronchiolitis
Bronko
pnemonia
Feringitis
Akut
A.l.l.
Asma
Bronkiale
Kejang
Demam
Demam
Tyroid
|
1015
300
252
195
177
172
109
101
98
89
|
40,47%
11,96%
10,05%
7,78%
7,05%
6,85%
4,34%
4,04%
3,91%
3,55%
|
|
|
|
2508
|
100%
|
|
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Lab. UPF Ilmu Keehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya dapat data angka kejadian
Kwashiorkor tahun 2000 sebanyak 6 anak dengan angka kematian 0% dan pada tahun
2001 sebanyak 4 anak dengan angka kematian 0%. Angka tersebut memang tergolong
kecil di banding angka kejadian penyakit lain, tetapi bila menginginkan
generasi muda penerus bangsa dengan ber kualitas baik fisik maupun psikologi
maka angka tersebut seharusnya dapat ditekan atau bahkan dihilangkan.
Kekurangan protein atau Kwashiorkor
pada masa anak-anak bukanlah masalah main-main karena bukan saja menyebabkan
kematian tetapi juga mengganggu sistem kekebalan tubuh, bahkan dalam skala yang
berat dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan.
Diagnosa dini serta penatalaksanaan
yang dapat sangat diperlukan untuk menghindari akibat yang lebih parah. Untuk
itu tenaga bidan atau perawat dituntut memiliki kemampuan dan ketrampilan lebh
dalam melakukan asuhan keperawatan kepada klien dan keluarga yang meliputi
aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, secara terpadu dan
berkesinambungan serta memandang klien sebagai satu kesatuan yang utuh secara
bio – psiko – sosial – spiritual.
Masalah yang sering terjadi berdasarkan
prioritas asuhan keperawatan pada Kwashiorkor adalah gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi, potensial terjadinya kekurangan volume cairan sampai dengan
diare, muntah, tidak adekuatnya masukan makanan cairan. Gangguan integritas
kulit sehubungan dengan gangguan nutrisi, odema, potensial terjadinya
kimplikasi sehubungan dengan daya tahan tubuh rendah dan kurangnya pengetahuan
tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan nutrisi. Berdasarkan hal-hal tersebut
diatas, penulis tertarik membuat karya tulis dengan judul “Asuhan Keperawatan
pada Anak “R” dengan Kwashiorkor di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya”
1.2
Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu yang
penulis miliki maka penulis membatasi masalah asuhan keperawatan pada satu
pasien yaitu dengan kwashiorkor di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Mampu menerapkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan
asuhan keperawatan pada anak dengan kwashiorkor melalui pendekatan pemecahan
masalah serta mendapatkan pengalaman secara nyata dilapangan.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.3.2.1. Mampu melakukan pengkajian data pada
anak dengan kwashiorkor.
1.3.2.2. Mampu menganalisa dan merumuskan
diagnosa keperawatan, masalah serta kebutuhan pasien dengan kwashiorkor.
1.3.2.3. Mampu menyusun rencana tindakan
keperawatan pada anak dengan kwashiorkor.
1.3.2.4. Mampu melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai prioritas yang telah ditentukan pada anak dengan
kwashiorkor.
1.3.2.5. Mampu melaksanakan evaluasi hasil
asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada anak dengan kwashiorkor.
1.3.2.6. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan pada anak dengan kwashiorkor dalam bentuk karya tulis
sesuai pedoman yang ditentukan.
1.4
Manfaat Penulisan
1.4.1. Bagi Penulis
1.4.1.1. Dapat menterapkan ilmu yang telah
didapatkan selama dibangku kuliah.
1.4.1.2. Dapat memperoleh pengalaman dalam
melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung kepada anak dengan kwashiorkor,
sehingga dapat digunakan sebagai bekal penulis di dalam melaksanakan tugas
sebagai bidan.
1.4.2. Bagi Institusi
1.4.2.1. Bagi Ruang Anak
Sebagai bahan masukan di dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada anak dengan kwashiorkor yang perlu mendapat perhatian khusus agar tidak
terjadi komplikasi.
1.4.2.2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai masukan di dalam pelaksanaan
penelitian/penyusunan karya tulis ilmiah di tahun-tahun mendatang.
1.5
Metode Penulisan
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
digunakan metode pendekatan studi kasus. Adapun teknik pengumpulan dan
pengolahan data dengan cara Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi
kepustakaan. Sedangkan sumber data yang digunakan primer dan sekunder. Data
primer ialah data yang diperoleh langsung dari pasien walaupun pasien tidak
dapat berkomunikasi secara lisan. Dan data sekunder ialah data yang diperoleh
dari keluarga pasien, dan informasi dari petugas kesehatan yang lain, antara
lain dalam berkas dokumen medis pasien, hasil pemeriksaan, rontgen, dll (Depkes
RI, 1993).
1.6
Lokasi dan Waktu Penulisan
1.6.1. Lokasi
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis melakukan
askep pada anak dengan kwashiorkor dari Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
1.6.2. Waktu
Penulisan studi kasus ini dibuat dari mulai tanggal 7
September 2001 s.d tanggal 30 September 2001.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan
dalam penulisan karya tulis ini adalah terdiri dari 5 bab, yaitu:
BAB 1 :
Pendahuluan
Menguraikan tentang aspek latar belakang, rumusan
masalah, tujuan, manfaat, metode penulisan, lokasi dan waktu, serta sistematika
penulisan.
BAB 2 : Tinjauan
Pustaka
Menguraikan tentang konsep dasar dan teori kwashiorkor,
konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan kwashiorkor meliputi
pengkajian data, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
BAB 3 : Tinjauan
Kasus
Menguraikan tentang kasus anak dengan diagnosa medik
kwasiorkor di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo, dimulai dengan pengkajian data,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan evaluasi dan catatan perkembangan selama
dilakukan observasi.
BAB 4 : Pembahasan
Masalah
Menguraikan pembahasan tentang data senjang atau
kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori kwashiorkor dan teori asuhan
keperawatan pada anak yang kwashiorkor di Ruang Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
BAB 5
:Simpulan dan Saran
Berisi tentang kesimpulan kasus dan saran-saran yang baik
kepada pasien, keluarga/orang tua pasien, masyarakat. Maupun petugas kesehatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Batasan / pengertian
Batasan / pengertian dari karya tulis dengan judul
“Asuhan Keperawatan pada anak “R” dengan Kwashiorkor meliputi:
2.1.1. Asuhan adalah bantuan yang diberikan
bidan / perawat kepada individu, pasien atau kliennya. ( Santosa. NI, 1995)
2.1.2. Keperawatan adalah suatu pelayanan bio
– psiko – sosial – spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik yang sakit maupun yang sehat. (Pusdiknakes,
1989).
2.1.3. Asuhan Keperawatan adalah penerapan
metode pemecahan masalah ilmiah kepada masalah – masalah kesehatan atau
keperawatan passien. Merencanakan dan melaksanakan pelayanan keperawatan secara
sistematis serta menilai hasilnya. (Pusdiknakes, 1989).
2.1.4. Kwashiorkor adalah gangguan yang
disebabkan oleh kekurangan protein. (Ratna Indrawati, 1994).
2.2
Konsep Dasar Kwashiorkor
2.2.1
Batasan
Kwashiorkor ialah gangguan yang
disebabkan oleh kekurangan protein ( Ratna Indrawati, 1994)
Kwashiorkor ialah defisiensi protein
yang disertai defisiensi nutrien lainnya yang biasa dijumpai pada bayi masa
disapih dan anak prasekolah (balita). (Ngastiyah, 1995)
2.2.2
Etiologi
Selain oleh pengaruh negatif faktor
sosio-ekonomi-budaya yang berperan terhadap kejadian malnutrisi umumnya,
keseimbangan nitrogen yang negatif dapat pula disebabkan oleh diare kronik,
malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui air kemih (sindrom nefrotik),
infeksi menahun, luka bakar, penyakit hati.
2.2.3
Patofisiologi
Pada defisiensi protein murni tidak
terjadi katabolisme jaringan yang sangat berlebihan karena persediaan energi
dapat dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang mencolok adalah
gangguan metabolik dan perubahan sel yang disebabkan edema dan perlemakan hati.
Karena kekurangan protein dalam diet akan terjadi kekurangan berbagai asam
amino dalam serum yang jumlahnya yang sudah kurang tersebut akan disalurkan ke
jaringan otot, makin kurangnya asam amino dalam serum ini akan menyebabkan
kurangnya produksi albumin oleh hepar yang kemudian berakibat timbulnya odema.
Perlemakan hati terjadi karena gangguan pembentukan beta liprotein, sehingga
transport lemak dari hati ke depot terganggu dengan akibat terjadinya
penimbunan lemak dalam hati.
2.2.4
Gejala Klinis
2.2.4.1. Pertumbuhan terganggu (merupakan
gejala terpenting). Selain berat badan badan juga tinggi badan kurang di
banding anak sehat.
2.2.4.2. Perubahan mental, biasanya pasien
cengeng atau apatis.
2.2.4.3. Ditemukan odema ringan maupun berat.
2.2.4.4. terjadi gangguan gastrointestinal.
Anorexia yang hebat hingga cara pemberian makannya harus personde, diare dan
muntah karena terjadinya intoleransi makanan.
2.2.4.5. Perubahan rambut, tampak kusam,
kering, halus, jarang dan berubah warna.
2.2.4.6. Kulit mengalami perubahan yaitu
hiperplementasi, bersisik, menunjukkan garis kulit yang dalam dan lebar,
kelainan khas pada Kwashiorkor ini di sebut “Crazzy Payment Dermatosis”.
2.2.4.7. Pembesaran hati karena adanya
perlemakan hati.
2.2.4.8. Anemia juga selalu ditemukan.
2.2.4.9. Kelainan kimia darah: Kadar albumin
serum rendah, kadar globulin normal atau sedikit lebih tinggi, kadar kolesterol
serum rendah.
2.2.4.10. Hampir semua organ mengalami perubahan
seperti: degenerasi otot jantung, osteoporosis tulang, dan sebagainya.
2.2.5
Penatalaksanaan
2.2.5.1
Prinsip
pengobatan kwashiorkor adalah:
1. Memberikan makanan yang mengandung
banyak protein bernilai biologi tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin
dan mineral.
2. Makanan harus mudah dicerna dan
diserap.
3. Makanan diberikan secara bertahap,
karena toleransi terhadap makanan sangat rendah.
4. Penanganan terhadap penyakit penyerta.
5. Tindak lanjut berupa pemantauan
kesehatan penderita dan penyuluhan gizi terhadap keluarga. (A.H. Markum, 1991)
2.2.5.2 Pemberian terapi
1. Bila ada dehidrasi, atasi dahulu.
2. Perbaiki diit:
Formula harus mudah dicerna, murah, pekat kalori/protein:
Modisco I, II, dan III memenuhi syarat-syarat tertentu.
Bila ada intoleransi, mulailah dengan susu skim yang
diencerkan (2,5-5-7,5) + glukosa 5%, disusul dengan modisco ½. I, II, III.
3. Vitamin A 100.000-200.000 IU IM 1 kali.
Vitamin B komplek, C, A, D tetes per oral.
4.
Bila
perlu beri transfusi sel darah merah padat (‘PRC’) atau plasma.
5.
Pengobatan
penyakit penyerta/penyebab. Bila lemah, ada hipotermi, hipertensi dan
gangguan pembekuan darah ada kemungkinan
infeksi kuman gram negatif serta endotoksemia. Resiko meningkat bila disertai
kekurangan vitamin A.
6.
Terapi
gentamicin 6-7,5 mg/kg perhari dibagi 2 kali Amikin 15 mg/kg/hari dibagi 2
kali.
7.
Penyuluhan
pada ibu disertai demonstrasi cara membuat modisco.
8.
Kontrol
di poliklinik anak.
(Ratna Indrawati, dkk, 1994).
2.2.6
Prognosa
Dengan pengobatan adekuat, diperlukan waktu 2-3 bulan
untuk tercapainya berat badan yang idel. Pertumbuhan fisis hanya terpaut
sedikit dengan anak sebayanya. Namun perkembangan intelektualnya akan mengalami
keterlambatan yang menetap, khususnya kelainan mental dan defisiensi persepsi.
2.3
Konsep Asuhan Keperawatan Pada Anak “R” Dengan Kwashiorkor
Langkah-langkah dalam proses keperawatan pada anak dengan
kwasiorkor meliputi:
2.3.1
Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sitemik
untuk mengumpulkan data dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan
pasien tersebut (pusdiknakes, 1989 hal 151). Langkah-langkah dalam pengkajian
meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa
keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah kesehatan
dan keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan lingkungan
pasien, sumber data diperoleh dari pasien, keluarga, teman, team kesehatan
lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Metode pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan
cara inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi) wawancara ( yaitu berupa
percakapan guna memperoleh data yang diperlukan), catatan (berupa catatan
klinik, dokumen yang baru maupun yang lama), literatur ( mencakup semua materi,
buku-buku, majalah dan surat kabar).
2.3.1.1
Anamnese
1.
Identitas
pasien, meliputi: nama, umur, jenis
kelamin, berat badan, tinggi badan saat pengkajian, nama orang tua, pekerjaan
orang tua, pendidikan orang tua, umur orang tua, agama, jumlah saudara kandung,
jumlah anggota keluarga, alamat rumah (Depkes, 1989).
2.
Riwayat
penyakit sekarang,: kapan anak mulaimenampakan tanda-tanda penyakit kwashiorkor
ini, seperti mulai kapan kulit anak mengelupas, rambut berubah warna, tampak
adema seluruh tubuh, diare, dan bagaimana nafsu makan anak.
3.
Riwayat
kesehatan, meliputi: riwayat pre natal selama masa hamil, riwayat natal, keadan
saat persalinan, dengan menolong persalinan, berat badan, dan panjang badan
saat lahir, keadaan setelah lahir, riwayat neonatal, riwayat imunisasi, dan
riwayat tumbang.
4.
Riwayat
penyakit dahulu, apakah anak menderita penyakit sampai diopname, penyakit apa
dan berapa lama dirawat serta bagaimana pengobatannya.
5.
Riwayat
keluarga, apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien, atau menderita penyakit seperti asma, TBC, jantung, DM.
6.
Pola-pola
fungsi kesehatan meliputi;
Pola
nutrisi : Bagaimana
pola makan sehari-hari anak, jenis makanan yang dikonsumsi, dan bagaimana nafsu
makan.
Pola
Eliminasi : Bagaimana
aktivitas eliminasi alvi dan miksi sehari-hari, apakah ada keluhan, adakah
diare, berapa lama.
Pola
aktivitas : Kebiasaan
aktivitas kegiatan yang dilakukan sehari-hari, apakah ada gangguan aktivitas
setelah sakit.
Pola
istirahat dan tidur: berapa lama anak
biasa tidur, apakah ada gangguan atau tidak.
2.3.1.2 Pengkajian fisik
1.
Keadaan
umum yang meliputi: kesadaran Composmentis, lemah, rewel, kebersihan kurang,
berat badan, tinggi badan, nadi, suhu, dan pernapasan.
2. Kepala : lingkar kepala, warna rambut, UUB sudah menutup atau
belum
3.
Muka : sembab karena odema, tampak
moonface
Mata :
apakah ada ikterus, anemi ataupun infeksi pada mata
Telinga : apakah ada tanda-tanda infeksi
Hidung : apakah ada sekret, bagaimana
pernapasannya,
terpasang sonde
Mulut :
Stomatitis, lesi, mukosa bibir, gigi tumbuh
4. Tenggorokan : apakah ada tanda
pembesaran tonsil, tanda-tanda peradangan.
5.
Leher : apakah ada pembesaran kelenjar tyroid, kaku kuduk, pembesaran
kelenjar limfe.
6.
Torax : apakah ada lingkar dada, adakah tarikan dinding dada, wheezing,
ronchi.
7.
Abdomen : apakah
ada meteorismus, acites, bising usus, apakah ada pembesaran hepar.
8.
Extremitas : Atas : Linkar lengan atas, akral hangat, odema
Bawah : Odema,
9.
Kulit : adakah Crazy pavement
dermatosis, keadaan turgor kulit, odema
2.3.1.3 Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah meliputi albumin, globulin,
protein total, elektrolit serum, biakan darah.
2. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap dan kulture
urine
3. Uji faal hati
4. EKG
5. X foto paru
6. Konsul THT : adanya otitis media
(Ratna Indrawti, 1994).
Setelah dilakukan pengkajian, kemudian data dikelompokan
yang meliputi data subyektif dan obyektif. Selanjutnya data dianalisa dengan
mengkaitkan, menghubungkan data yang diperoleh dengan konsep, teori, prinsip
yang relevan untuk mengetahui masalah kesehatan pasien. Selanjutnya
diidentifikasi sesuai dengan prioritas masalah-masalah yang mengancam jiwa,
merusak sistem jaringan maupun merusak fungsi organ.
2.3.2
Analisa dan Sintesa Data
Analisa data merupakan proses
intelektual dengan meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi, mengklasifikasi,
mengelompokan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola
data, membanding-kan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat
kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau
dengan disebut sebagai diagnosa keperawatan.
Tabel
2.3.2. Analisa dan Sintesa Data
No
|
Pengelompokan
Data
|
Kemungkinan
Penyebab
|
Masalah
|
||
1.
|
· Adanya tanda-tanda kwashiorkor:
-
Odema sampai anasarka.
-
Pertumbuhan BB dan PB terhambat.
-
Moonface.
-
Diare.
-
Muntah.
-
Crazy pavement dematosis.
·
Keadaan anak lemah.
·
Keadaan anak lemah.
-
Albumin, globulin dan protein total. Lebih rendah dari normal.
-
Anemia biasanya ditemukan
|
Kekurangan
protein.
¯
Gangguan
Gastrointestinal
¯
anorexia
¯
Gangguan
pemenuhan nutrisi
|
Gangguan
pemenuhan nutrisi.
|
||
2.
|
·
Terjadi muntah saat anak diberi makanan.
·
Terjadi diare.
·
Tampak tanda-tanda dehidrasi : UUB Cekung turgor kulit kurang, bibir
kering.
·
Anak tampak lemah.
·
Anak sudah tidak mau makan beberapa hari
·
sebelum MRS.
·
Adanya odema .
|
Kekurangan
protein.
¯
Gangguan
¯
Intoleransi
terhadap makanan dan susu.
¯
Muntah dan
diare.
|
Potensial
terjadinya kekurangan volume cairan.
|
||
3.
|
·
Adanya keluhan lain selain keluhan penyakit utama.
·
Sesak, batuk
·
Adanya stomatitis
|
Kekurangan
protein.
¯
Daya tahan
tubuh turun.
¯
Komplikasi.
|
Potensial
terjadinya Komplikasi.
|
||
4.
|
·
Terdapat crazy pavement dermatosis.
·
Kulit mengelupas.
·
Odema
|
Kekurangan
protein.
¯
Asam amino
esensial berkurang.
¯
Berkurangnya
pembentukan albumin oleh hepar.
¯
Odema extremitas
sampai anasarka.
¯
Crazy
pavement dermatosis
¯
Integritas
kulit terganggu.
|
Gangguan
integritas kulit s.d odema.
|
||
5.
|
·
Keluarga sering bertanya tentang penyakit anaknya, dan perawatannya.
|
Keterbatasan
pengetahuan orang tua.
¯
Sering
bertanya.
|
Kurangnya
pengetahuan orang tua tentang penyakit anak.
|
(Ngastiyah, 1997 ).
2.3.3
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas,
singkat dan pasti tentang masalah pasien/klien serta penyebabnya yang dapat
dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan. (Pusdiknakes. 1989)
Diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan
Kwashiorkor:
1.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi. (Ngastiyah, 1997 ).
2.
Resiko
terjadinya kekurangan volume cairan s/d diare, muntah, tidak adekuatnya masukan
makanan dan cairan. (Marilan E. Doenges, 1999)
3.
Resiko
terjadinya komplikasi s/d daya tahan tubuh rendah. (Ngastiyah, 1997)
4.
Gangguan
integritas kulit s/d gangguan nutrisi, dan odema. (Marilan E Doenges, 1999)
5.
Kurangnya
pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan nutrisi. (Marilan E
Doenges, 1999)
2.3.4
Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan : penentuan apa yang akan
dilakukan untuk membantu klien memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mengatasi
masalah keperawatan yang telah ditentukan.(Pusdiknakes,1985).
Rencana ini disusun dengan melibatkan
klien secara maksimal dan dengan petugas lain yang melayani pasien/klien. Unsur
tahap pelayanan ada 4, yaitu: memprioritaskan masalah, perumusan tujuan,
penentuan tindakan keperawatan dan penentuan kriteria evaluasi.
Adapun perencanaan tindakan sesuai
diagnosa keperawatan yang sering timbul pada pasien dengan kwashiorkor adalah
sebagai berikut:
2.2.4.1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi. terpenuhi
Kriteria hasil:
-
Berat
badan sesuai dengan umur.
-
Nafsu
makan kembali normal.
-
Tanda-tanda
kwashiorkor berkurang/hilang.
Rencana:
1.
Kaji
faktor penyebab gangguan kebutuhan gizi.
Rasional : Menentukan penatalaksanaan
dari penyakit.
2.
Berikan
makanan bertahap dan formula mudahdicerna, pekat protein.
Rasioanl : Karena intoleransi terhadap
makanan dan susu maka harus diberikan secara bertahap.
3.
Berikan
Modisco ½, 1, atau 2, atau 3 sesuai kebutuhan
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan
akan kalori, protein, lemak dan karbohidrat.
4.
Observasi
berat badan setiap hari.
Rasional : Deteksi pertumbuhan dan
perkembangan anak.
5.
Berikan
vitamin A 1x 100.000 IU IM dan vitamin BC + C 3x1 tablet oral.
Rasional : Vitamin tersebut diperlukan
untuk berbagai enzim yang dibutuhkan untuk pencernaan makanan dan membantu
penyerapan makanan.
2.2.4.2. Resiko terjadinya kekurangan volume
cairan s/d diare, muntah, tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan.
Tujuan :
Mempertahankan keseimbangan elektrolit dan volume cairan.
Kriteria hasil:
-
Pasien
tidak diare.
-
Muntah
teratasi.
-
Tanda-tanda
dehidrasi tidak nampak.
-
Turgor
kulit baik.
Rencana :
1.
Observasi
tanda-tanda vital.
Rasional : Deteksi dini adanya tanda-tanda kelainan.
2.
Kaji
status hidrasi (turgor kulit).
Rasional
: Untuk
mengetahui dehidrasi dilihat dari
buruknya turgor dan kekeringan kulit.
3.
Observasi
jumlah dan tipe masukan cairan.
Rasional
: Mengetahui asupan cairan yang
masuk dan keluar sehingga dehidrasi
teratasi.
4.
Observasi
diare.
Rasional
: Bila diare masih terus
berlangsung dapat diberikan obat untuk diare.
5.
Atur
pola diit untuk mengatasi muntah dengan cara makan sedikit-sedikit tapi sering,
bila masih muntah, pasang sonde.
Rasional :
Pada anak terjadi toleransi terhadap makanan yang rendah maka pemberian
makananya harus bertahap.
2.2.4.3. Resiko terjadinya komplikasi s/d daya
tahan tubuh turun
Tujuan :
Tidak terjadi komplikasi.
Kriteria Hasil :
-
Kebutuhan
nutrisi anak terpenuhi sehingga meningkatkan daya tahan tubuh.
-
Anak
dalam keadaan baik.
Rencana :
1.
Ajarkan
pada keluarga cara menjaga kebersihan mulut dan kulit.
Rasional : Mencegah terjadinya noma
dan decubitus.
2.
Awasi
pemberian diit bila perlu pasang sonde.
Rasional : Kecukupan kalori dan
protein terpenuhi dan meningkatkan daya tahan tubuh.
3.
Observasi
tanda-tanda vital.
Rasional : Deteksi dini adanya kelainan.
2.2.4.4. Gangguan integritas kulit s/d gangguan
nutrisi, odema, dehidrasi.
Tujuan:
Integritas kulit kembali normal.
Kriteria hasil:
-
Gatal
hilang/berkurang.
-
Kulit
kembali halus, kenyal dan utuh.
Rencana:
1.
Anjurkan
pada keluarga tentang pentingnya merubah posisi sesering mungkin.
Rasional : Mencegah ulcus decubitus.
2.
Anjurkan
keluarga lebih sering mengganti pakaian anak bila basah atau kotor dan kulit
anak tetap kering.
Rasional : Mencegah iritasi kulit dan
mengurangi gatal.
3.
Kolaborasi
dengan dokter kulit untuk pengobatan lebih lanjut.
Rasional : Tindakan interdependent
bidan/perawat dengan dokter.
2.2.4.5. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
prognosi dan kebutuhan nutrisi.
Tujuan:
Pengetahuan keluarga bertambah.
Kriteria hasil:
-
Keluarga
mengerti dan memahami isi penyuluhan.
-
Dapat
mengulangi isi penyuluhan.
-
Mampu
menerapkan isi penyuluhan di rumah sakit dan nanti sampai di rumah.
Rencana:
1.
Tentukan
tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan dan
kebenaran informasi yang di dapat dan kesiapan untuk belajar.
2.
Jelaskan
tentang:
-
Nama
penyakit anak.
-
Penyebab
penyakit.
-
Akibat
yang ditimbulkan.
-
Pengobatan
yang dilakukan.
Rasional : Keluarga mengerti dan memahami penyakit
anak dan menambah pengetahuan keluarga.
3.
Jelaskan
tentang:
-
Pengertian
nutrisi dan pentingnya.
-
Pola
makan yang betul untuk anak sesuai umurnya.
-
Bahan
makanan yang banyak mengandung vitamin terutama banyak mengandung protein.
Rasional : Keluarga mengerti dan memahami serta menambah
pengetahuan tentang nutrisi.
4.
Beri
kesempatan keluarga untuk mengulangi isi penyuluhan.
Rasional :Mengetahui sejauh mana isi penyuluhan
dipahami oleh keluarga.
5.
Anjurkan
keluarga untuk membawa anak kontrol di poli gizi setelah pulang dari rumah
sakit.
Rasional : Pemantauan tumbuh kembang
anak selanjutnya
2.3.5
Pelaksanaan Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan merupakan
kegiatan atau tindakan yang diberikan kepada pasien/klien, yang meliputi
pelaksanaan rencana pelayanan keperawatan. (Pusdiknakes, 1985).
Pada kasus kwashiorkor ini pelaksanaan keperawatan
dilaksanakan sesuai rencana.
2.3.6
Evaluasi.
Tahap evaluasi dalam proses
keperawatan menyangkut pengumpulan data obyektif dan subyektif yang akan
menunjukan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum,
masalah apa yang sudah dipecahkan dan apa yang perlu dikaji, direncanakan,
dilaksanakan dan dinilai kembali. Evaluasi yang diharapkan dari kasus ini
adalah:
2.3.6.1
Kebutuhan
nutrisi terpenuhi.
2.3.6.2
Diare
dan muntah teratasi serta adekuatnya masukan makanan dan cairan sehingga tidak
terjadi kekurangan volume cairan tubuh.
2.3.6.3
Kulit
kembali halus dan utuh serta terbebas dari kerusakan integrasi kulit.
2.3.6.4
Pengetahuan
keluarga bertambah tentang kebutuhan nutrisi
2.3.6.5
Tubuh
tidak terjadi komplikasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ester Monica dkk, 1999, Rencana
Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 3, Jakarta EGC
Kariasa I
Made dkk, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi Ke 3, Jakarta,
EGC.
Depkes RI, 1993, Asuhan
Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Jakarta , Depkes RI.
FKUI., 1995, Ilmu
Kesehatan Anak Edisi I, Jakarta, Info Media.
Markum AH
1991, Ilmu Kesehatan Anak Jilid I, Jakarta, FKUI.
Matondang Corry, S, 2000, Diagnosis
Fisik Pada Anak Edisi Ke II, Jakarta PT. Sagung Seto.
Ngastiyah,
1997, Perawatan Anak Sakit, Jakarta, EGC.
Pudiknakes,
1989, Dasar-Dasar Keperawatan Edisi I, Jakarta Pusdiknakes.
RSUD Dr.
Soetomo, 1994, Pedoman Diagnosis Dan Terapi, Lab. / UPF Ilmu
kesehatan anak Surabaya FK Unair.
Soetjiningsih,
1995, Tumbuh Kembang Anak, Jakarta, EGC.
ConversionConversion EmoticonEmoticon