BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Lingkungan
kita mengandung berbagai macam-macam agen infeksi, seperti virus, jamur, dan
parasit dengan ukuran bentuk dan sifat berbedabeda. Banyak dari agen ini dapat
menyebabkan kerusakan patologis dan akhirnya membunuh hospes jika penyebaran
tidak dihambat. Pada invidu normal sebagian besar berlangsung dalam jangka
waktu terbatas dan menyebabkan sedikit sekali kerusakan permanan karena sistem
imun melawan agen infeksi dan mengendalikan dan melenyapkan sebelum mendapatkan
tempat berpijak.
Tubuh
manusia dilengkapi dengan sederetan mekanisme pertahanan yang bekerja sebagai
payung protekrif untuk menyegah masuk dan menyebarnya agen innfeksi. Mekanisme
pertahanan ini di bagi menjadi 2 kelompok fungsional yaitu mekanisme pertahanan
non spesifik meliputi kulit dan membrane mukosa, sel-sel fagosit, komplemen,
lizosim, interferon, dan berbagai faktor humoral lain. Semua mekanisme
pertahanan ini berperan sebaga garis pertahanan pertama dan menghambat
kebanyakan patogen potensial sebelum menjadi infeksi yang tampak.
Mekanisme
pertahan spesifik meliputi sistem produksi antibodi oleh sel B dan system
imunitas seluler oleh sel T. sistem pertahanan ini bersifa adaptif dan didapat
yaitu menghasilkan reaksi spesifik pada setiap agen infeksi yang dikenali karena terjadi
pemajanan terhadap mikroba atau determinan antigenetic tersebut sebelumnya.
Sehingga pertahanan ini sangat efektif dalam memberantas infeksi serta
mengingat agen infeksi tertenu sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit dikemudian
hari. Hal ini menjadi dasar imunisasi.
Dalam tubuh
pertahanan non spesifik dan spesifik bekerja sama untuk melenyapkan infeksi.
Respon imun ditengai oleh beberapa sel dan molekul larut yang sekresi oleh
sel-sel tersebut. Sel-sel utama yang terlibat dalam reaksi imun adalah limfosit
(sel B, sel T, sel NK), fagosit (neutrofil, eosinofil, monosit, dan makrofag),
sel asesori (basofil, sel mast, dan trobosit), sel-sel jaringan dan lain-lain.
Bahan larut yang disekresi dapat berupa antibody, komplemen, dan mediator
radang, dan sitokin. Walaupun bkan merupakan bagian utama dari respon imun,
sel-sel lain dalam jaringan juga dapat berperan serta dengan memberi isyaat
pada limosit atau berespons, terhadap sitokin yang dilepaskan oleh limfosit dan
makrofrg.
Meskipun
BCG merupakan vksin yang paling banyak di gunakan di dunia (85% banyi menerima
1 dosis BCG pada tahun 1993). Tetapi perkiraan derajat proteksinya sangat
bervariasi dan belum ada penanda proteksi imunologis terhadap tuberculosis yang
dapat dipercaya. Kemampuan klinis untuk mencegah tuberculosis paru berkisar
dari nol dari Amerika Serikat sebelah selatan dan selatan India Selatan.
Data lain
menunjukkan bahwa BCG mampu melindungi anak dari meningitis tuberklulosis
melier dengan derajat proteksi sekitar 86%. Data ini menimbulkan hipotesis
bahwa BCG melindungi terhadap penyebaran bakteri secara hematogen, tetapi tidak
mampu membatasi pertumbuhan fokus yang terlokaliasasi seperti pada tuberculosis
paru. BCG juga melindungi anak dari lepra dengan perkiraan kemampuan sampai 80%
di Uganda (fire 989).
(Samik, A, Prof. dr. system
imuun, dan penyakit imun. hal 53-54)
Sedangkan
anti bodi terhadap virus polio dapat ditransmisikan melalui plasenta. Meskipun
demikian pada noenatus yang mendapatkan satu dosis vaksin polio oral,
70-100%nya akan mengembangkan imunitas lokal pada usus dan 30% - 50%-nya akan
mengmbangkan antibody serum terhadap satu atau lebih tipe virus polio.
Kebanyakan bayi mengekskresikan virus selama 4 minggu pasca imunisasi sehingga
pemberian satu dosis vaksin polio oral pada saat lahir atau selambat-lambatnya
2 minggu sesudah lahir tidak akan mengganggu pemberian dosis imunisasi dasar
yang dianjurkan mulai diberikan pada umur 6 minggu. Pemberian polio oral
tambahan pada saat lahir meningkatkan angka sorokonversipada umur yang lebih
muda daripada bila hanya diberikan 3 dosis. Alasan lain memberikan vaksin folio
oral pada saat lahir dan menyelesaikan seri DPT/ polio lebih awal adalah karena
anak yang lebih tinggi. Paralysis yang diprovokasi oleh pemberian injeksi,
termasuk vaksin DPT, terjadi saaat anak masih berada dalam masa inkubasi virus
polio.
(Samik,A, Prof.Dr.dr.System
imun, imunisasi, dan penyakit imun. Hal 59-69)
1.2
TUJUAN PENULISAN
1.2.1
Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir secara
ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata mendapatkan pengetahuan
dalam memecahkan masalah khususnya pada Bayi “A” Usia 1 bulan dengan
imunisasi BCG di BPS Ny. Hanik Lutfiah Jalan Pandugo 25 Surabaya .
1.2.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mempu melakukan :
1.2.2.1 Pengkajian dan penganalisa data pada
klien.
1.2.2.2 Merumuskan diagnosa kebidanan dan
menentukan prioritas masalah pada klien.
1.2.2.3
Menyusun rencanan kebidanan
1.2.2.4
Melaksanakan tindakan kebidanan
1.2.2.5
Evaluasi ashan kebidanan.
1.3
METODE PENULISAN
Metode penulisan yang
digunakan dalam proses penyusunan laporan ini adalah :
1.3.1
Metode
pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya menggunakan peristiwa dan
gejala yang terjadi.
1.3.2
Teknik
pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik, study dokumen dan studi kepustakaan.
1.3.3
Sumber
data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan petugas kesehatan.
1.4
ALOKASI DAN WAKTU
1.4.1
Lokasi
Asuhan kebidanan ini disususn
saat penulis melaksanakan praktek lapangan di BPS Pondok Bersalin Sayang Ibu
Ny. Endang M Adji Amd. Keb.
1.4.2
Waktu
Penyusunan Kebidanan ini
dilakukan pada saat jam kerja di BPS Pondok Bersalin Sayang Ibu Ny. Endang M Adji Amd. Keb. yaitu pukul 1 di BPS Pondok Bersalin Sayang
Ibu Ny. Endang M Adji Amd. Keb. 10.00 s/d 10.10 WIB.
1.5 SITEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan
ini terdiri dari :
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFATAR ISI
BAB 1 Pendahuluan peliputi latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, lokasi dan waktu, serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori meliputi konsep dasar imunisasi BCG
BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian data,
diagnosa/ masalah, diagnosa potensial, tidakan segera, rencana tindakan dan
rasional, pelaksanaan rencana tindakan dan evaluasi.
BAB IV Penutuo meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTA
PUSTAKA
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN
Vaksin
berasal dari kata vaccinia atau vacca berarti sapi dalam bahasa
latin. Sebutan vaksin, diberikan oleh Louis Pasteur yang semula menggunakan
istilah variolation atau memberikan virus variola sapi atau cacar sapi dengan
tujuan memperoleh kekebalan terhadap cacar pada manusia. Karena vaksin
ditujukan untuk memperoleh kekebalan atau imunitas, maka disebut juga sebagai
imunisasi.
Vaksin adalah suatu
produk biologik yang terbuat dari kuman (bakteri maupun virus), komponen kuman,
atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan, atau tiruan kuman dan
berguna untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang.
Imunisasi adalah upaya memberikan
bahan untuk merangsang produksi daya tahan tubuh. Imunisasi adalah suatu usaha
untuk memberikan kekebalan tubuh kepada bayi dan anak serta ibu hamil terhadap
penyakit tertentu.
(Samik Wahab, A, Prof, Dr. dr, sistem
imun, imuniisasi dan penyakit umum. Hal: 38). Vaksin menyebabkan tubuh kita
memproduksi “antibody”, tetapi tidak menimbulkan penyakit bahkan anak menjadi
kebal. Setelah di vaksinasi, kadang-kadang terjadi panas, ini bukanlah penyakit
tetapi reaksi dari vaksinasi yang akan hilang dalam 1-2 hari, imunisasi dibagi
2 macam yaitu imunisasi program dan imunisasi non program
2.
TUJUAN IMUNISASI
Membentuk daya tahan tubuh sehingga bayi/ anak terhindar
dari penyakit tertentu dan kalu terkena penyakit tidak menyebabkan kecamatan
atau kematian.
(Samik Wahab, A, Prof, Dr. dr, sistem imun, imuniisasi
dan penyakit umum. Hal: 39)
3. IMUNISASI PROGRAM
3.1.
Imunisasi BCG
Vaksin BCG (Bacille
Calmeter-Guerin) melindungi anak terhadap penyakit Tubercollusis (TBC). Dibuat
dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh
Calmette-Guerin. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan proeksi BCG berkurang jika telah ada sensitisasi
dengan mikrobakteri lingkungan sebelumnya. Tetapi data ini tidak konsisten oleh
karena itu BCG dianjurkan diberikan selama dalam masa inkubasi (dari lahir
sampai umur 2-3 bulan) terlebih dahulu untuk mngetahui apakah anak telah
terinfeksi mikrobakterium atau belum. Derajat proteksi BCG tidak berkorelasi
dengan derajat uji sensitivitas tuberculin sesudah imunisasi atau dilakukan uji
tuberculin sesudah imunisasi atau ukuran perut BCG.
Karena
derajat proteksi BCG dari tuberculosis paru diragukan, tujuan utama program
pengendalian tuberculosis adalah penemuan kasus dan pengobatan. Namun,
imunisasi BCG pada saat lahir diharapka dapat mengurangi morbiditas dan
moralitas tuberculosis pada anak.
Iminisasi
BCG diberikan pada umur 2-3 bulan (dalam masa inkubasi) karena imunitas
seluler, sedangkan imunitas seluler tidak diturunkan melewati plasenta. Pada
daerah-daerah bukan endemis tuberculosis, BCG dapat diberikan pada umur yang
lebih tua. Pedoman departemen kesehatan RI agar imunisasi BCG diberikan pada
umur antara 0-12 bulan, tetap disetujui dengan alasan untuk mendapatkan cakupan
yang lebih luas.
Dosis untuk
bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak adalah 0,10 ml.
Imunisasi diberikan intrakutan didaerah insersi muskulus deltoideus kanan. BCG
ulangan tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.
(Samik,A, Prof. Dr.dr.sistem imun, imunisasi, dan penyakit imun. Hal 53-54)
3.2.
Vaksin Hepatitis
·
Hepatitis
A
Penyebabnya adalah virus yang
termasuk anggota Pocornaviridae. Virus ini dikenal tahan panas. Misalnya,
kerang-kerangan yang direbus, dimana bagian tengahnya tidak masak dan
seringkali mengandung virus. Hepatistis A sering disebut sakit kuning akibat
penyakit peradangan liver.
Cara penularannya bersifat fecal
oral yakni virus dibuang oleh penderita melalui tinja dan berada dilingkungan.
Setelah virus mengontaminasi makanan kemudian masuk kedalam usus. Tidak ada
obat spesifik untuk penyakit ini, kecuali istirahat yang diperkirakan boas
memperbaiki kemampuan liver untuk berfungsi, serta diberikan obat secara
simptomatik untuk mengurangi keluhan klinis dan food supplement untuk
meningkatkan kekebalan. Beberapa unit penelitian dan pengembangan produsen
vaksin ini sedang mengembangkan vaksin oral hepatitis A.
·
Hepatitis
B
Adalah penyakit infeksi yang
menyerang organ hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B dan bisa menyerang
semua kelompok umur. Namun demikian, penyakit ini juga merupakan penyakit yang
sangat serius, karena memiliki potensi bias menimbulkan kanker dan pengerasan
hati (sirosis).
Gejala klinik dari Hepatitis B
sangat beragam dari yang tidak bergejala (asymptomatik) sampai dengan berbagai
macam keluhan antara lain cepat lelah disusul dengan perut kembung, serta rasa
tidak enak di perut, tidak nafsu makan, mual, BB turun, kadang-kadang demam,
selaput mata dan kencing menjadi kuning. Stadium lebih lanjut akibatnya menjadi
pengerasan dan kanker hati yang dapat berakhir dengan kematian
3.3.
Vaksin Polio
Gejala awal dapat berupa anak rewel,
batuk-batuk dan demam seperti influenza, kemudian diikuti dengan leher kakum
sakit kepala, otot badan dan kaki terasa sakit setelah dua hari dan akhirnya
lumpuh. Kelumpuhan bisa menyerang kaki, tangan dan otot menelan. Polio sangat
menular. Penularan ini akan meluas dengan cepat pada daerah yang perumahannya
sangat rapat dan kesehatan lingkungan kotor. Vaksin untuk mencegah folio adalah
vaksin folio. Resiko terjadinya polio paralitik akibat vaksin setelah
penggunaan vaksin polio oral (sabin) pada anak yang imunokompeten adalah satu
kasus untuk setiap 750.000 anak yang divaksinasi. Resikonya berkurang 20 kali lipat pada pemberian
selanjutnya. Resiko terjadinya VAPP meningkat 3000 kali pada penderita gangguan
sistem kekebalan. Terutama pada penderita agammaglobulinemia atau
hipogammalobulinemia kontak rumah tangga atau komonitas anak yang baru diberi
vaksin polio oral dapat disekresi ditijauselama beberapa minggu.
(Samik,,Prof.Dr.dr.sistem imun, imunisasi, dan oenyakit imun. Hal 59-60)
3.4.
Vaksin Campak
Gejalanya : panas, pilek, batuk, mata
belekan merupakan tanda awal yang diikuti dengan bercak-bercaj merah di kulit.
Bercak merah biasanya mulai di dahi kemudian menyebar ke muka, badan, tangan,
dan kaki. Pada masa penyembuhan, bercak merah akan berubah kehitaman
(hiperpigmentasi) dan diikuti dengan pengelupasan kulit (dekswamasi).
Penyakit ini sangat menular dan menyerang
pada hampir semua anak. Akibat dari penyakit adalah radang telinga, radang
mata, diare, radang paru-paru dan radang otak. Penyakit ini sering menyerang
pada anak yang kurang gizi, kematian karena radang paru-paru. Vaksin untuk
mencegah penyakit campak adalah vaksin campak.
3.5.
Vaksin DPT (Difteri Pertusis dan Tetanus)
Terdiri dari Toxoid Difteri, bakteri
Pertusis dan Tetanus Toxoid. Kadang-kadang disebut “Triple” Vaksin.
·
Toxoid
Difteri
Vaksin ini merupakan bagian dari
vaksin DPT atau DT. Difteri disebabkan oleh bakteri yang memproduksi racun yang
dapat menyerang jantung. Gejalanya : leher membengkak, terbanetung selaput puth
keabuan di tenggorokan dan hidung mudah berdarah dan menymbat jalan nafas
sehingga harus dirawat di Rumah Sakit.
Jika menyerang syaraf, terjadi
kelumpuhan otot pernapasan dan anak akan meninggal. Vaksin untuk mencegah
penyakit difteri adalah DPT untuk bayi dan DT untuk anak sekolah.
·
Pentusis
Gejalanya : demam dan batuk selama 1
minggu, kemudian batuknya semakin sering. Batuknya panjang, diikuti dengan
tarikan nafas yang dalam sehingga menimbulkan bunyi “huup” kemudian muntah.
Akibat lanjut dari penyakit ini :
radang paru-paru, pendarahan selaput mata, tarun berok (hernia), kerusakan otak
yang dapat menyebabkan terjadinya kematian.
·
Tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari
DPT, DT atau sebagai TT. Penyakit tetanus pada anak-anak timbul melalui luka
kecil dan dalam (tertusuk paku, radang telinga). Gejalanya : mulut anak menjadi
kaku dan sukar dibuka. Selanjutnya punggung kaku dan melengkung mulai dari bahu
sampai pinggul, kejang-kejang pada seluruh tubuh yang timbul akibat adanya
rangsangan cahaya.
4. IMUNISASI NON PROGRAM
4.1
Vaksin Cacar (Varicella)
Gejalanya : demam, lemah, kemerahan
dikulit, kemudian timbul vesikel atau bentol-bentol berisi cairan yang apabila
tersentuh mudah pecah dan apabila mengering disebut crust. Biasanya ditempat
timbulnya akan terasa gatal.
Cara penularannya : melalui udara,
melalui percikan ludah atau sistem saluran nafas bagian atas atau kontak dengan
cairan vesikel cacar air.
4.2.
Vaksin Kolera
Merupakan penyakit menular akur yang
dapat menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan dalam waktu relatif cepat,
sehingga menimbulkan gangguan elerolit tubuh, dan akhirnya kematian.
Penyakit ini ditandai dengan sakit
perut dan muntah-muntah maupun diare yang terjadi secara spontan mengembus dan
tidak dapat dikendalikan, hingga yang bersangkutan menderita dehidrasi luar
biasa.
4.3.
Vaksin Diare Rotavirus
Gejalanya : diare yang tiba-tiba dan
spontan, disertai muntah, serta demam. Biasanya mula-mula tampak sakit biasa
saja, namun penyakit berkembangan dengan cepat. Satu dari 74 anak mengalami
dehidrasi dengan cepat dalam waktu 4-5 hari. Penyakit Diare Rotavirus ini, juga
sering dialami oleh binatang mamalia dan beberapa burung yang memiliki kesamaan
grup virus Rotavirus.
4.3.
Vaksin Diare Rotavirus
Gejalanya : diare yang tiba-tiba dan
spontan, disertai muntah, serta demam. Biasanya mula-mula tampak sakit biasa
saja, namun penyakit berkembang dengan cepat. Satu dari 75 anak mengalami
dehidrasi dengan cepat dalam waktu 4-5 hari. Penyakit Diare Rotavirus ini, juga
sering dialami oleh binatang dan beberapa burung yang memiliki kesamaan grup
virus Rotavirus.
Cara penularannya masih belum
diketahui dengan pasti, namun diperkirakan melalui kontak atau melalui udara.
4.4.
Vaksin Japanese Encephalitis
Merupakan penyakit radang otak yang
disebabkan oleh virus yang tergolong famili flaviviridae dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk culex tritaniorhynchus. Gejala : demam, sakit
perut dan muntah, gejala syaraf seperti kesulitan bicara, kejang. Kelainan
motorik dan koma. Apabila penderita bisa bertahan hidup, maka akan terdapat
kecacatan yang bersifat permanen.
4.5.
Vaksin Influenza
Gejala influenza cukup bervariasi
misalnya demam tinggi biasanya berkisar antara 38 hingga 40o C yang
bisa berlangsung 3 atau 5 hari. Gejala lain misalnya batuk tidak produktif,
running noise (hidung menjadi sangat produktif mengeluarkan cairan), disusul
rasa lelah dan lemah yang luar biasa, sakit otot dan menggigil, onoreksa, sakit
tenggorokan, diare, takut cahaya, dan sakit perut.
4.6.
Vaksin Rubella
Rubella disebut juga sebagai German
Measies karena mula-mula orang Jerman berpikir bahwa penyakit rubella
identikdengan measies atau penyakit campak.
Penularannya melalui udara dan masuk
melalui nasofaring daerah hidung dan tenggorokan. Masa inkubasi biasanya
terjadi antara 2-3 minggu. Awalnya dari penyakit ini mula-mula tanpa gejala,
disusul dengan peradangan pembengkakan kelenjar limfe, demam, malaise,
conjunctivitis, kemerahan pada mata serta timbul bercak-bercak kemerahan pada
daerah wajah dan leher, kemudian rasa tersebut menyebar disertai demam, pegal
otot dan sendi.
PEMBERIAN IMUNISASI
IMUNISASI PROGRAM
|
|
|
1. BCG
|
|
|
Umur
|
:
|
0 – 11 bulan
|
Dosis
|
:
|
0,05 cc
|
Cara
|
:
|
Suntikan intrakuran, tepatnya di insertion M. Delttoideus
kanan
|
Jumlah suntikan
|
:
|
Satu kali
|
Kontra indikasi
|
:
|
Sakit kulit (luka) ditempat suntikan
|
Pemeriksaan Scar BCG
|
:
|
Pada kunjungan berikutnya periksa pembekakan
luka atau scar yang terjadi ditempat suntikan, atau kelenjar limphe setempat.
Untuk menilai program imunisasi, scar BCG dipakai sebagai tanda bahwa si anak
telah mendapat BCG. Untuk hal ini maka pemberian BCG harus ditempat yang
sudah ditentukan dan harus tetap, yaitu lengan kanan atas.
|
2. HEPATITIS
|
|
|
Umur
|
:
|
Mulai 0 bulan untuk bayi yang dilahirkan di RS.
Dan mulai 2 bulan untuk bayi yang datang ke posyandu / puskesmas.
|
Dosis
|
:
|
0,5 cc / pemberian
|
Cara
|
:
|
Suntikan intra muskuler pada paha bagian luar
|
Jumlah suntikan
|
:
|
3 kali
|
Selang waktu
|
:
|
3 dosis, dengan jarak antar suntikan 1 bulan
|
Pemberian kontra indikasi
|
:
|
Umumnya tidak ada
|
3. POLIO
|
|
|
Umur
|
:
|
0 – 11 bulan
|
Dosis
|
:
|
2 tetes setiap kali pemberian (lihat petunjuk)
|
Cara
|
:
|
Meneteskan ke dalam mulut
|
Selang waktu pemberian
|
:
|
Berikan 4x,
dengan jarak minimla 4 minggu. Tunggu paling cepat 4 minggu jarak antara
pemberian I dan berikutnya. Kalau tidak, kekebalan yang dihasilkan kurang
baik. Tidak perlu mengulang dosis I, bila ada kelambatan pemeberian polio 2. Ada dua jenis vaksin polimyelitis yaitu
vaksin yang diberikan per oral dan yng diberikan secara suntikan. Vaksin
poliomielitis oral (sabin) mengandung tiga tipe. Virus polio hidup yang
dilemahkan (virus polio 1,2, dan 3) karena harganya yang murah, mudah
pemberiannya, dapat menginduksi imunitas intensial, dan berpotensi menginfeksi
secara sekunderpemberian vaksin polio oral trivalent sebagai vaksin pilihan
untuk pemberantasanpoliomielitis.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Umumnya tidak ada
|
|
|
|
Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin
tidak bekerja dengan baik karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus
diare berat. Vaksin akan tetap diberikan, kemudian dicoba mengulangi lagi 4
minggu setelah pemberian polio4.
|
||
|
|
|
4.DPT
|
|
|
Umur
|
:
|
2 – 11 bulan
|
Dosis
|
:
|
0,5 cc
|
Cara
|
:
|
Intra muskuler / sub kutan
|
Jumlah suntikan
|
:
|
3 kali
|
Selang waktu pemberian
|
:
|
Minimal 4 minggu (sama seperti pemberian polio).
Tunggu cepat 4 minggu antara dua suntikan. Kalau tidak, kekebalan yang
dihasilkan kurang baik. Tidak perlu mengulang DPT I, bila ada kelambatan
pemberian DPT 2.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Panas, rasa sakit di daerah suntikan, peradangan
dan kejang-kejang
|
|
|
|
5.
CAMPAK
|
|
|
Umur
|
:
|
9 bulan. Pada umunya vaksinasi pada bayi yang
berumur kurang dari 9 bulan tidak menghasilkan kekebalan yang baik karena
gangguan dari antibody yang dibawa sejak lahir diperoleh dari ibunya sewaktu
bayi dalam kandungan.
|
Dosis
|
:
|
0,5 cc
|
Cara
|
:
|
Suntikan secara sub kutan biasanya dilengan kiri
bagian atas.
|
Jumlah suntikan
|
:
|
1 kali. Dapat diberikan bersamaan dengan
pemberian vaksin yang lain, tapi tidak dicampur dalam satu semprit.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Panas dan kemerahan
|
|
|
|
Anak-anak mungkin panas selama 1-3 hari setelah
satu minggu penyuntikan, kadang-kadang disertai kemerahan seperti penderita
campak ringan. Hal ini harus diberitahukan kepada ibu agar jika 1 minggu
setelah penyuntikan panasnya tinggi supaya diberi ¼ tablet antipiretik dan
beri keyakinan bahwa bila anaknya kena penyakit campak akibatnya jauh lebih
berat bila dibandingkan efek samping vaksinasi campak.
|
5. KAPAN IMUNISASI TIDAK BOLEH DIBERIKAN
Keadaan-keadaan yang timbul setelah
iminisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti yang uraikan di bawah
ini :
a. BGC, tidak diberikan kepad bayi yang
sedang menderita kulit lama, sedangkan TBC dan panas tinggi.
b. DPT, tidak dinerikan bila bayi sedang
sakit parah, panas tinggi, dan kejang.
c. Polio tidak diberikan bila iare dan sakit
parah.
d. Campak, tidak diberikan bila banyi sakit
mendadak dan panas tinggi.
(Vrney, Helen, “Buku saku
bidan” hal 293)
6. KEADAAN YANG TIMBUL SETELAH IMUNISASI
Keadaan-keadaan yang timbul
setelah imunisasiberbeda pada masing-masing imunisasi, seperti yang diuraikan
dibawah ini.
a. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi
pembengkakan kecil dan merah.
b. DPT, umumnya bayi menderita panas sore
hari setelah mendapatkan imunisasi, tapiakan turun dalam 1-2 hari. Ditempat
suntikan merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan
akan sembuh sendiri.
c. Campak, panas dan umumnya diserati
kemerahan yang timbul 4-10 hari setelah setelah penyuntikan.
(Varney, Helen, “Buku saku
bidan” Hal 293)
7.
TEMPAT PELAYANAN
IMUNISASI
Pelayanan imunisasi dapat
diperoleh pada :
a.
Posyandu
b.
Puskesmas
c.
Bidan/ Dokter Praktek
d.
Rumah bersalin
e.
Rumah sakit
(Buku ilmu kesehatan bayi
dan balita hal : 37)
8. PERAWATAN YANG DIBERIKN SETELAH IMUNISASI
Perawatan yang dapat dilakukan
setelah diberikan imunisasi antara lain :
d. BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila
luka besar dan bengkak diketiak anjurkan ke puskesmas;
e. DPT, bila panas berikan obat penurun panas
yang diperoleh dari posyandu dan berikan kompres dingin.
f. Campak, bila timbul panas berikan obat
yang didapat dari posyandu.
(Sanik Wahab, A,Prof, Dr.dr, sistem imun, imunisasi dan peyakit umum.
Hal 103)
BAB III
TINJAU KASUS
3.1.1
LANGKAH-LANGKAH
(PENGUMPULAN DATA)
Tanggal : 26 November 2007 Pukul : 07.00 WIB Reg : 20280
3.1.2
DATA SUBYEKTIF
1.
Biodata
Nama bayi :
Bayi “A”
Umur :
1 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Cara lahir spontan : Spontan B
Anak Ke :
2 (dua)
2.
Boidata
Nama Istri : Ny.”L” Nama : Tn. ”A”
Umur : 27 Th Umur : 32 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Suku/ Bangsa: Jawa/ Indonesia Suku/ Bangsa : Jawa/ Indonesia
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Rasun Blok A Alamat : Rasun Blok A
3.
Alasan kunjungan
Ibu datang bersama banyinya
untuk mengimunisasikan bayinya.
4.
Riwayat kehamilan
a.
Prenatal
Ibu mengatakan waktu hamil
tidak pernah menderita Hipertensi, DM, Jantung, Hepatitis, asma, Rubella &
Torch.
Ibu rutin memeriksa
kehamilannya ke BPS Endang M. Adji, dan keadaan janinnya baik, gerakan janin
dirasakan ibu pertama kali pada usia kehamilan ± 5 bulan. Obat-obtan yang dikonsumsi
ibu selama hamil : Vitamin. Fe. Kalk.
b.
Riwayat Natal
Ibu mengatakan usia kehamilan
± 9 bulan. Persalinan ditolong oleh bidan, dengan persalianan spontan belakang
kepala, bayinya langsung menangis dan BB = 2700 gr, PB = 49 cm, LK = 34 cm.
tidak ada kelainan kongenital.
c.
Riwayat Post Natal
Keadaan
umum bayi baik, reflek menghisap baik, tomus otot aktif, warna kulit kemerahan,
tidak ada tanda-tanda infeksi dan pendarahan pada tali pusat.
Keadaan
umum ibu baik, TFU tidak teraba, UC baik. Lochea
sanginiolenta ± 20 cc.
5.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu Klien mengatakan, klien
dalam keadaan sehat dan tidak sedang dalam keadaan sakit panas, pilek dan
batuk.
6.
Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu Klien mengatakan Klien
pernah menderita sakit panas, pilek dan batuk dan tidak pernah menderita
penyakit Kronis (Hepatitis TB, Paru, Pneumonia)
7.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu Klien mengatakan keluarga
dari pihak Ibu pernah menderita sakit panas, pilek dan batuk dan tidak pernah
menderita penyakit menular, menahun dan keturunan seperti DM, Asma, TB, Paru,
Hepatitis.
8.
Latar Belakang Sosial Budaya
Dalam keluarga klien, tidak
ada kebiasaan merugikan kesehatan seperti memeberikan makanan tambahan saat
bayi usia 0 bulan, memberi ramuan pada tali pusat bayi.
Kebiasaan yang mendukung
kesehatan dalam keluarga antara lain : menyusui banyinya sampai usia 2 tahun
dan memberikan ASI saja tanpa PASI sampai usia 4 bulan pertama.
9.
Kebutuhan Dasar
a.
Pola Nutrisi
Ibu mengatakan selama ini
anaknya hanya menetek ASI dan tidak pernah diberikan makanan/ susu pendamping
(PASI) ibu meneteki sesuai keinginan bayi.
b.
Pola Eliminasi
Bayi BAB 1-2 x/hr, konsistensi
Lunak, BAK ± 5-6 hari. Warna kuning tidak ada kelainan.
c.
Pola Istirahat
Bayi tidur 18-20 jam/hari.
Tidak ada gangguan dalam istirahat tidur.
d.
Pola Aktivitas
Bayi menagis saat lapar, BAB,
BAK. Tomus otot baik.
e. Pola Personal Hygiene.
Bayi mandi 2 x/hr, dimandikan
oleh ibunya. Ganti pakaian setiap kali mandi, ganti popok setiap kali BAK &
BAB sebelumnya dibersikan dulu dengan lap basah.
A
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum : baik
b.
Kesadaran : Composmentris
c.
TTV : RR : 28 x/mnt
BB : 3 ½ kg
umur : 1 Bulan
Kepala : Rambut
hitam, bersih, tidak ada benjolan
Muka : Simetris,
sclera tidak ikterus, conjungtiva tidak anemis
Hidung : Simetris,
tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
Telinga : Simetris,
tidak ada kelainan, bersih
Mulut : Tidak
ada labiopatoskisis, bibir tidak kering, lidah bersih
Leher : Tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : tidak
ada retraksi intercostrae
Abdomen : tidak
kembung, tidak ada massa
Genetalia : tidak
ada pembesaran
Anus : ada
Ekstramitas
: Simetris,
tidak ada polidaktili / syndaktili
2.
Pemeriksaan tingkat perkembangan
a.
Adaptasi sosial : Bayi
dapat beradaptasi dengan orang tua dan orang lain
b.
Bahasa : Bayi mampu
mengucapkan dua suku kata misal : mama
c.
Motorik halus : Pasien
dapat menggegam, menggunakan tangan dan kaki
d.
Motorik kasar : Duduk,
merangkak, belajar berdiri dan berjalan
LANGKAH II IDENTIFIKASI
DIAGNOSA MASALAH
Dx : Bayi umur 1 bulan BB : 3 ½ kg dengan
imunisasi campak
Ds : Ibu datang dengan bayinya umur 1 bln
dan ingin imunisasi campak
Do : K/u
: Baik
BB
: 3 ½ kg
RR
: 28 x/mnt
Masalah : -
Kebutuhan : Perawatan bayi setelah pemberian imunisasi
Menjaga
personal hygiene bayi
LANGKAH III ANTISIPASI
MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
LANGKAH IV IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN SEGERA
Tidak ada
LANGKAH V INTERVENSI
Tanggal : 26
November 2007
Dx : Bayi
umur 1 Bulan BB : 3 ½ kg dengan imunisasi campak
Tujuan : Setelah
dilakukan asuhan kebidanan diharapkan bayi telah mendapatkan imunisasi campak
Kriteria : Imunisasi
campak telah masuk ke tubuh bayi
Intervensi
1.
Lakukan pendekatan pada bayi
dan keluarga
Rasional : Menjalin
hubungan yang baik dan menciptakan keprcayaan pada keluarga terhadap petugas
2.
Berikan penjelasan pada
keluarga bayi tentang vaksinasi BCG dan efek sampingnya
Rasional : Ibu
dapat mengerti tentang vaksinasi campak dan efek sampingnya
3.
Lakukan persiapan injeksi BCG
Rasional : Agar
proses injeksi berjalan dengan lancar
4.
Lakukan penjelasan tentang
tindakan injeksi vaksin BCG
Rasional : Penjelasan
petugas pada keluarga membantu kelancaran dalam melakukan tindakan
5.
Lakukan injeksi vaksinasi BCG
Rasional : Anak telah
mendapatkan vaksin BCG
6.
Anjurkan ibu agar tidak menekan
bekas suntikan
Rasional : Pencegahan
terjadinya kegagalan imunisasi
LANGKAH VI
IMPLEMENTASI
Tanggal : 26 November 2007
Dx : bayi umur 1 bulan BB : 3 ½ kg dengan imunisasi BCG
Jam 07.00
|
Melakukan pendekatan pada bayi dan keluarga dengan melakukan
anamnesa
|
Jam 07.10
|
Memberikan penjelasan pada keluarga tentang vaksinasi BCG dan efek
sampingnya bahwa vaksinasi BCG di suntikan pada 1/3 lengan luar bagian kanan (Imunisasi diberikan intrakutan didaerah
insersi muskulus deltoideus kanan)
|
Jam 08.00
|
Melakukan persiapan injeksi vaksin BCG
Alat : spuit 3 cc
Vaksin BCG dalam flacon
Kapas dan air DTT
|
Jam 08.10
|
Memberikan penjelasan tentang tindakan injeksi vaksin BCG bahwa vaksinasi
BCG di suntikan pada 1/3 lengan luar bagian kanan (Imunisasi diberikan intrakutan didaerah insersi
muskulus deltoideus kanan) dan meminta keluarga untuk
membantu memegang tangan dan tubuh bayi
|
Jam 08.15
|
Melakukan injeksi vaksin BCG 0,1 ml secara IC dengan mengoleskan
kapas DTT dahulu dengan arah dari atas ke bawah jarum secara IC dan kita tidak
perlu melakukan aspirasi, setelah itu kita masukkan vaksin secara perlahan –
lahan dan kita usap tidak perlu ditekan dengan kapas DTT setelah jarum
keluar, kita minta pada keluarga untuk tidak menekan bekas suntikan dan
segera menggendong bayinya
|
Jam 08.25
|
Menganjurkan pada keluarga untuk tidak menekan bekas suntikan
|
Jam 08.40
|
Menganjurkan keluarga / ibu kembali untuk pemberian imunisasi Combo
1dan polio 2
|
LANGKAH VII EVALUASI
Dx : bayi umur 1 bulan BB : 3 ½ Kg dengan imunisasi campak
S : Ibu mengatakan bahwa bayinya telah disuntik
imunisasi BCG
O : K/u bayi baik
Imunisasi BCG telah
dimasukkan ke dalam tubuh bayi jam 08.15
A : Tujuan berhasil
P :
- Anjurkan ibu untuk tidak enekan bagian suntikan
- Memberitahu komplikasi yang terjadi
- Jika terjadi sesuatu komplikasi
maka segera bawa ke R.S atau Puskesmas
terdekat
BAB IV
PENUTUP
A
KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan
pada By. “A” dengan imunisasi campak di
BPS Ny. Hanik Lutfiah Jalan Pandugo 25 Surabaya Dapat ditarik beberapa
kesimpulan :
1. Dalam melakukan pengkajian diperlukan adanya
ketelitian, kepekaan dan peranan dari ibu hamil sehingga diperoleh data yang
menunjang untuk mengangkat diagnosa kebidanan.
2. Dalam analisa data dan mengangkat diagnosa
kebidanan pada dasarnya merigacu pada tinjauan pustaka & adanya perubahan
serta keseimbangan dengan tinjauan pustaka tergantung pada kondisi ibu hamil.
3. Pada dasarnya perencanaan yang ada pada tinjauan
pustaka tidak semuanya dapat direncanakan pada tinjauan kasus nyata, karena
dalam perencanaan disesuaikan dengan masalah yang ada pada saat itu, sehingga
masalah yang ada pada tinjauan pustaka tidak akan direncanakan jika tidak ada
tinjauan kasus nyata
4. Setelah penulisan mengadakan evaluasi pada By. “A”
dengan imunisasi BCG maka sebagian dari semua masalah dapat diatasi
B
SARAN
1. Bagi petugas.
Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana
pelayanan kebidanan harus meningkatkan kemampuan & keterampilan yang
dimiliki serta harus memiliki kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan
yang lain, klien dan keluarga.
2. Bagi klien.
Klien harus dapat bekerja sama dengan baik dengan tenaga
kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah
klien dapat terpecah
ConversionConversion EmoticonEmoticon