BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Lingkungan
kita mengandung berbagai macam-macam agen infeksi, seperti virus, jamur, dan
parasit dengan ukuran bentuk dan sifat berbedabeda. Banyak dari agen ini dapat
menyebabkan kerusakan patologis dan akhirnya membunuh hospes jika penyebaran
tidak dihambat. Pada invidu normal sebagian besar berlangsung dalam jangka
waktu terbatas dan menyebabkan sedikit sekali kerusakan permanan karena sistem
imun melawan agen infeksi dan mengendalikan dan melenyapkan sebelum mendapatkan
tempat berpijak.
Tubuh
manusia dilengkapi dengan sederetan mekanisme pertahanan yang bekerja sebagai
payung protekrif untuk menyegah masuk dan menyebarnya agen innfeksi. Mekanisme
pertahanan ini di bagi menjadi 2 kelompok fungsional yaitu mekanisme pertahanan
non spesifik meliputi kulit dan membrane mukosa, sel-sel fagosit, komplemen,
lizosim, interferon, dan berbagai faktor humoral lain. Semua mekanisme
pertahanan ini berperan sebaga garis pertahanan pertama dan menghambat
kebanyakan patogen potensial sebelum menjadi infeksi yang tampak.
Mekanisme
pertahan spesifik meliputi sistem produksi antibodi oleh sel B dan system
imunitas seluler oleh sel T. sistem pertahanan ini bersifa adaptif dan didapat
yaitu menghasilkan reaksi spesifik pada setiap agen infeksi yang dikenali karena terjadi
pemajanan terhadap mikroba atau determinan antigenetic tersebut sebelumnya.
Sehingga pertahanan ini sangat efektif dalam memberantas infeksi serta
mengingat agen infeksi tertenu sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit dikemudian
hari. Hal ini menjadi dasar imunisasi.
Dalam tubuh
pertahanan non spesifik dan spesifik bekerja sama untuk melenyapkan infeksi.
Respon imun ditengai oleh beberapa sel dan molekul larut yang sekresi oleh
sel-sel tersebut. Sel-sel utama yang terlibat dalam reaksi imun adalah limfosit
(sel B, sel T, sel NK), fagosit (neutrofil, eosinofil, monosit, dan makrofag),
sel asesori (basofil, sel mast, dan trobosit), sel-sel jaringan dan lain-lain.
Bahan larut yang disekresi dapat berupa antibody, komplemen, dan mediator
radang, dan sitokin. Walaupun bkan merupakan bagian utama dari respon imun,
sel-sel lain dalam jaringan juga dapat berperan serta dengan memberi isyaat
pada limosit atau berespons, terhadap sitokin yang dilepaskan oleh limfosit dan
makrofrg.
Imunisasi (vaksinasi) merupakan
aplikasi prinsip – prinsip imunologi yang paling terkenal dan paling berhasil
terhdap kesehatan manusia.(manuaba,1998) Karena vaksinasi bergantung pada
respon imun spesifik, keberhasilan vaksinasi sangat bergantung pada dihasilkannya
preparat antigerik pathogen yang :
1.
Aman untuk diberikan
2.
Merangsang jenis imunitas yang
tepat
3.
Dengan harga yang dapat
dijangkau oleh populasi yang menjadi tujuan vaksinasi
Pemberian imunisasi memang sangat
penting sekali terutama pada bayi, karena sangat penting untuk membangun
pertahanan tubuh bayi. Pertahanan tubuh bayi dan balita belum sempurna. Itulah
sebabnya pemberian imunisasi baik wajib maupun anjuran, dianggap penting bagi
mereka untuk membangun pertahanan tubuh. Dengan imunisasi, diharapkan anak
terhindar dari berbagai penyakit yang membahayakan jiwanya
1.2
TUJUAN PENULISAN
1.2.1
Tujuan Umum
Penulis dapat menerapkan dan mengembangkan pola pikir
secara ilmiah dalam memberikan asuhan kebidanan secara nyata mendapatkan
pengetahuan dalam memecahkan masalah khususnya pada Bayi “G” Usia 9
bulan dengan imunisasi Campak di BPS Ny. Hanik Lutfiah Jalan Pandugo 25 Surabaya .
1.2.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mempu melakukan :
1.2.2.1 Pengkajian dan penganalisa data pada
klien.
1.2.2.2 Merumuskan diagnosa kebidanan dan
menentukan prioritas masalah pada klien.
1.2.2.3
Menyusun rencanan kebidanan
1.2.2.4
Melaksanakan tindakan kebidanan
1.2.2.5
Evaluasi asuhan kebidanan.
1.3
METODE PENULISAN
Metode penulisan yang
digunakan dalam proses penyusunan laporan ini adalah :
1.3.1
Metode
pendekatan deskriptif yaitu metode yang sifatnya menggunakan peristiwa dan
gejala yang terjadi.
1.3.2
Teknik
pengumpulan data dan pengidentifikasian data melalui observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik, study dokumen dan studi kepustakaan.
1.3.3
Sumber
data primer dari klien dan data sekunder dari keluarga dan petugas kesehatan.
1.4
ALOKASI DAN WAKTU
1.4.1
Lokasi
Asuhan kebidanan ini disususn
saat penulis melaksanakan praktek lapangan di BPS Ny. Hanik Lutfiah Jalan
Pandugo 25 Surabaya.
1.4.2
Waktu
Penyusunan Kebidanan ini
dilakukan pada saat jam kerja di BPS Ny. Hanik Lutfiah Jalan Pandugo 25
Surabaya. yaitu pukul 07.00 s/d 10.00 WIB.
1.5 SITEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan laporan
ini terdiri dari :
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFATAR ISI
BAB 1 Pendahuluan peliputi latar belakang, tujuan
penulisan, metode penulisan, lokasi dan waktu, serta sistematika penulisan.
BAB II Landasan teori meliputi konsep dasar imunisasi
BAB III Tinjauan kasus meliputi pengkajian data,
diagnosa/ masalah, diagnosa potensial, tidakan segera, rencana tindakan dan
rasional, pelaksanaan rencana tindakan dan evaluasi.
BAB IV Penutuo meliputi kesimpulan dan saran.
DAFTA
PUSTAKA
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
1. PENGERTIAN
Vaksin
berasal dari kata vaccinia atau vacca berarti sapi dalam bahasa
latin. Sebutan vaksin, diberikan oleh Louis Pasteur yang semula menggunakan
istilah variolation atau memberikan virus variola sapi atau cacar sapi dengan
tujuan memperoleh kekebalan terhadap cacar pada manusia. Karena vaksin
ditujukan untuk memperoleh kekebalan atau imunitas, maka disebut juga sebagai
imunisasi.
Vaksin adalah suatu
produk biologik yang terbuat dari kuman (bakteri maupun virus), komponen kuman,
atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan, atau tiruan kuman dan
berguna untuk merangsang pembentukan kekebalan tubuh seseorang.
Imunisasi adalah upaya memberikan
bahan untuk merangsang produksi daya tahan tubuh. Imunisasi adalah suatu usaha
untuk memberikan kekebalan tubuh kepada bayi dan anak serta ibu hamil terhadap
penyakit tertentu.
(Samik Wahab, A, Prof, Dr. dr, sistem
imun, imuniisasi dan penyakit umum. Hal: 38). Vaksin menyebabkan tubuh kita
memproduksi “antibody”, tetapi tidak menimbulkan penyakit bahkan anak menjadi
kebal. Setelah di vaksinasi, kadang-kadang terjadi panas, ini bukanlah penyakit
tetapi reaksi dari vaksinasi yang akan hilang dalam 1-2 hari, imunisasi dibagi
2 macam yaitu imunisasi program dan imunisasi non program
2.
TUJUAN IMUNISASI
Membentuk daya tahan tubuh sehingga bayi/ anak terhindar
dari penyakit tertentu dan kalu terkena penyakit tidak menyebabkan kecamatan
atau kematian.
(Samik Wahab, A, Prof, Dr. dr, sistem imun, imuniisasi
dan penyakit umum. Hal: 39)
3. IMUNISASI PROGRAM
3.1.
Imunisasi BCG
Vaksin BCG (Bacille
Calmeter-Guerin) melindungi anak terhadap penyakit Tubercollusis (TBC). Dibuat
dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh
Calmette-Guerin. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kemampuan proeksi BCG berkurang jika telah ada sensitisasi
dengan mikrobakteri lingkungan sebelumnya. Tetapi data ini tidak konsisten oleh
karena itu BCG dianjurkan diberikan selama dalam masa inkubasi (dari lahir
sampai umur 2-3 bulan) terlebih dahulu untuk mngetahui apakah anak telah
terinfeksi mikrobakterium atau belum. Derajat proteksi BCG tidak berkorelasi
dengan derajat uji sensitivitas tuberculin sesudah imunisasi atau dilakukan uji
tuberculin sesudah imunisasi atau ukuran perut BCG.
Karena
derajat proteksi BCG dari tuberculosis paru diragukan, tujuan utama program
pengendalian tuberculosis adalah penemuan kasus dan pengobatan. Namun,
imunisasi BCG pada saat lahir diharapka dapat mengurangi morbiditas dan
moralitas tuberculosis pada anak.
Iminisasi
BCG diberikan pada umur 2-3 bulan (dalam masa inkubasi) karena imunitas
seluler, sedangkan imunitas seluler tidak diturunkan melewati plasenta. Pada
daerah-daerah bukan endemis tuberculosis, BCG dapat diberikan pada umur yang
lebih tua. Pedoman departemen kesehatan RI agar imunisasi BCG diberikan pada
umur antara 0-12 bulan, tetap disetujui dengan alasan untuk mendapatkan cakupan
yang lebih luas.
Dosis untuk
bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak adalah 0,10 ml.
Imunisasi diberikan intrakutan didaerah insersi muskulus deltoideus kanan. BCG
ulangan tidak dianjurkan karena manfaatnya diragukan.
(Samik,A, Prof. Dr.dr.sistem imun, imunisasi, dan penyakit imun. Hal 53-54)
3.2.
Vaksin Hepatitis
·
Hepatitis
A
Penyebabnya adalah virus yang
termasuk anggota Pocornaviridae. Virus ini dikenal tahan panas. Misalnya,
kerang-kerangan yang direbus, dimana bagian tengahnya tidak masak dan
seringkali mengandung virus. Hepatistis A sering disebut sakit kuning akibat
penyakit peradangan liver.
Cara penularannya bersifat fecal
oral yakni virus dibuang oleh penderita melalui tinja dan berada dilingkungan.
Setelah virus mengontaminasi makanan kemudian masuk kedalam usus. Tidak ada
obat spesifik untuk penyakit ini, kecuali istirahat yang diperkirakan boas
memperbaiki kemampuan liver untuk berfungsi, serta diberikan obat secara
simptomatik untuk mengurangi keluhan klinis dan food supplement untuk
meningkatkan kekebalan. Beberapa unit penelitian dan pengembangan produsen
vaksin ini sedang mengembangkan vaksin oral hepatitis A.
·
Hepatitis
B
Adalah penyakit infeksi yang
menyerang organ hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B dan bisa menyerang
semua kelompok umur. Namun demikian, penyakit ini juga merupakan penyakit yang
sangat serius, karena memiliki potensi bias menimbulkan kanker dan pengerasan
hati (sirosis).
Gejala klinik dari Hepatitis B
sangat beragam dari yang tidak bergejala (asymptomatik) sampai dengan berbagai
macam keluhan antara lain cepat lelah disusul dengan perut kembung, serta rasa
tidak enak di perut, tidak nafsu makan, mual, BB turun, kadang-kadang demam,
selaput mata dan kencing menjadi kuning. Stadium lebih lanjut akibatnya menjadi
pengerasan dan kanker hati yang dapat berakhir dengan kematian
3.3.
Vaksin Polio
Gejala awal dapat berupa anak rewel,
batuk-batuk dan demam seperti influenza, kemudian diikuti dengan leher kakum
sakit kepala, otot badan dan kaki terasa sakit setelah dua hari dan akhirnya
lumpuh. Kelumpuhan bisa menyerang kaki, tangan dan otot menelan. Polio sangat
menular. Penularan ini akan meluas dengan cepat pada daerah yang perumahannya
sangat rapat dan kesehatan lingkungan kotor. Vaksin untuk mencegah folio adalah
vaksin folio. Resiko terjadinya polio paralitik akibat vaksin setelah
penggunaan vaksin polio oral (sabin) pada anak yang imunokompeten adalah satu
kasus untuk setiap 750.000 anak yang divaksinasi. Resikonya berkurang 20 kali lipat pada pemberian selanjutnya.
Resiko terjadinya VAPP meningkat 3000 kali pada penderita gangguan sistem
kekebalan. Terutama pada penderita agammaglobulinemia atau hipogammalobulinemia
kontak rumah tangga atau komonitas anak yang baru diberi vaksin polio oral
dapat disekresi ditijauselama beberapa minggu.
(Samik,,Prof.Dr.dr.sistem imun, imunisasi, dan oenyakit imun. Hal 59-60)
3.4.
Vaksin Campak
Gejalanya : panas, pilek, batuk, mata
belekan merupakan tanda awal yang diikuti dengan bercak-bercaj merah di kulit.
Bercak merah biasanya mulai di dahi kemudian menyebar ke muka, badan, tangan,
dan kaki. Pada masa penyembuhan, bercak merah akan berubah kehitaman
(hiperpigmentasi) dan diikuti dengan pengelupasan kulit (dekswamasi).
Penyakit ini sangat menular dan menyerang
pada hampir semua anak. Akibat dari penyakit adalah radang telinga, radang
mata, diare, radang paru-paru dan radang otak. Penyakit ini sering menyerang
pada anak yang kurang gizi, kematian karena radang paru-paru. Vaksin untuk
mencegah penyakit campak adalah vaksin campak.
3.5.
Vaksin DPT (Difteri Pertusis dan Tetanus)
Terdiri dari Toxoid Difteri, bakteri
Pertusis dan Tetanus Toxoid. Kadang-kadang disebut “Triple” Vaksin.
·
Toxoid
Difteri
Vaksin ini merupakan bagian dari
vaksin DPT atau DT. Difteri disebabkan oleh bakteri yang memproduksi racun yang
dapat menyerang jantung. Gejalanya : leher membengkak, terbanetung selaput puth
keabuan di tenggorokan dan hidung mudah berdarah dan menymbat jalan nafas
sehingga harus dirawat di Rumah Sakit.
Jika menyerang syaraf, terjadi
kelumpuhan otot pernapasan dan anak akan meninggal. Vaksin untuk mencegah
penyakit difteri adalah DPT untuk bayi dan DT untuk anak sekolah.
·
Pentusis
Gejalanya : demam dan batuk selama 1
minggu, kemudian batuknya semakin sering. Batuknya panjang, diikuti dengan
tarikan nafas yang dalam sehingga menimbulkan bunyi “huup” kemudian muntah.
Akibat lanjut dari penyakit ini :
radang paru-paru, pendarahan selaput mata, tarun berok (hernia), kerusakan otak
yang dapat menyebabkan terjadinya kematian.
·
Tetanus
Vaksin ini merupakan bagian dari
DPT, DT atau sebagai TT. Penyakit tetanus pada anak-anak timbul melalui luka
kecil dan dalam (tertusuk paku, radang telinga). Gejalanya : mulut anak menjadi
kaku dan sukar dibuka. Selanjutnya punggung kaku dan melengkung mulai dari bahu
sampai pinggul, kejang-kejang pada seluruh tubuh yang timbul akibat adanya
rangsangan cahaya.
4. IMUNISASI NON PROGRAM
4.1
Vaksin Cacar (Varicella)
Gejalanya : demam, lemah, kemerahan
dikulit, kemudian timbul vesikel atau bentol-bentol berisi cairan yang apabila
tersentuh mudah pecah dan apabila mengering disebut crust. Biasanya ditempat
timbulnya akan terasa gatal.
Cara penularannya : melalui udara,
melalui percikan ludah atau sistem saluran nafas bagian atas atau kontak dengan
cairan vesikel cacar air.
4.2.
Vaksin Kolera
Merupakan penyakit menular akur yang
dapat menyebabkan dehidrasi atau kekurangan cairan dalam waktu relatif cepat,
sehingga menimbulkan gangguan elerolit tubuh, dan akhirnya kematian.
Penyakit ini ditandai dengan sakit
perut dan muntah-muntah maupun diare yang terjadi secara spontan mengembus dan
tidak dapat dikendalikan, hingga yang bersangkutan menderita dehidrasi luar
biasa.
4.3.
Vaksin Diare Rotavirus
Gejalanya : diare yang tiba-tiba dan
spontan, disertai muntah, serta demam. Biasanya mula-mula tampak sakit biasa
saja, namun penyakit berkembangan dengan cepat. Satu dari 74 anak mengalami
dehidrasi dengan cepat dalam waktu 4-5 hari. Penyakit Diare Rotavirus ini, juga
sering dialami oleh binatang mamalia dan beberapa burung yang memiliki kesamaan
grup virus Rotavirus.
4.3.
Vaksin Diare Rotavirus
Gejalanya : diare yang tiba-tiba dan
spontan, disertai muntah, serta demam. Biasanya mula-mula tampak sakit biasa
saja, namun penyakit berkembang dengan cepat. Satu dari 75 anak mengalami
dehidrasi dengan cepat dalam waktu 4-5 hari. Penyakit Diare Rotavirus ini, juga
sering dialami oleh binatang dan beberapa burung yang memiliki kesamaan grup
virus Rotavirus.
Cara penularannya masih belum
diketahui dengan pasti, namun diperkirakan melalui kontak atau melalui udara.
4.4.
Vaksin Japanese Encephalitis
Merupakan penyakit radang otak yang
disebabkan oleh virus yang tergolong famili flaviviridae dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk culex tritaniorhynchus. Gejala : demam, sakit
perut dan muntah, gejala syaraf seperti kesulitan bicara, kejang. Kelainan
motorik dan koma. Apabila penderita bisa bertahan hidup, maka akan terdapat
kecacatan yang bersifat permanen.
4.5.
Vaksin Influenza
Gejala influenza cukup bervariasi
misalnya demam tinggi biasanya berkisar antara 38 hingga 40o C yang
bisa berlangsung 3 atau 5 hari. Gejala lain misalnya batuk tidak produktif,
running noise (hidung menjadi sangat produktif mengeluarkan cairan), disusul
rasa lelah dan lemah yang luar biasa, sakit otot dan menggigil, onoreksa, sakit
tenggorokan, diare, takut cahaya, dan sakit perut.
4.6.
Vaksin Rubella
Rubella disebut juga sebagai German
Measies karena mula-mula orang Jerman berpikir bahwa penyakit rubella
identikdengan measies atau penyakit campak.
Penularannya melalui udara dan masuk
melalui nasofaring daerah hidung dan tenggorokan. Masa inkubasi biasanya
terjadi antara 2-3 minggu. Awalnya dari penyakit ini mula-mula tanpa gejala,
disusul dengan peradangan pembengkakan kelenjar limfe, demam, malaise,
conjunctivitis, kemerahan pada mata serta timbul bercak-bercak kemerahan pada
daerah wajah dan leher, kemudian rasa tersebut menyebar disertai demam, pegal
otot dan sendi.
PEMBERIAN IMUNISASI
IMUNISASI PROGRAM
|
|
|
1. BCG
|
|
|
Umur
|
:
|
0 – 11 bulan
|
Dosis
|
:
|
0,05 cc
|
Cara
|
:
|
Suntikan intrakuran, tepatnya di insertion M.
Delttoideus kanan
|
Jumlah suntikan
|
:
|
Satu kali
|
Kontra indikasi
|
:
|
Sakit kulit (luka) ditempat suntikan
|
Pemeriksaan Scar BCG
|
:
|
Pada kunjungan berikutnya periksa pembekakan
luka atau scar yang terjadi ditempat suntikan, atau kelenjar limphe setempat.
Untuk menilai program imunisasi, scar BCG dipakai sebagai tanda bahwa si anak
telah mendapat BCG. Untuk hal ini maka pemberian BCG harus ditempat yang
sudah ditentukan dan harus tetap, yaitu lengan kanan atas.
|
2. HEPATITIS
|
|
|
Umur
|
:
|
Mulai 0 bulan untuk bayi yang dilahirkan di RS.
Dan mulai 2 bulan untuk bayi yang datang ke posyandu / puskesmas.
|
Dosis
|
:
|
0,5 cc / pemberian
|
Cara
|
:
|
Suntikan intra muskuler pada paha bagian luar
|
Jumlah suntikan
|
:
|
3 kali
|
Selang waktu
|
:
|
3 dosis, dengan jarak antar suntikan 1 bulan
|
Pemberian kontra indikasi
|
:
|
Umumnya tidak ada
|
3. POLIO
|
|
|
Umur
|
:
|
0 – 11 bulan
|
Dosis
|
:
|
2 tetes setiap kali pemberian (lihat petunjuk)
|
Cara
|
:
|
Meneteskan ke dalam mulut
|
Selang waktu pemberian
|
:
|
Berikan 4x,
dengan jarak minimla 4 minggu. Tunggu paling cepat 4 minggu jarak antara
pemberian I dan berikutnya. Kalau tidak, kekebalan yang dihasilkan kurang
baik. Tidak perlu mengulang dosis I, bila ada kelambatan pemeberian polio 2. Ada dua jenis vaksin polimyelitis yaitu
vaksin yang diberikan per oral dan yng diberikan secara suntikan. Vaksin
poliomielitis oral (sabin) mengandung tiga tipe. Virus polio hidup yang
dilemahkan (virus polio 1,2, dan 3) karena harganya yang murah, mudah pemberiannya,
dapat menginduksi imunitas intensial, dan berpotensi menginfeksi secara
sekunderpemberian vaksin polio oral trivalent sebagai vaksin pilihan untuk
pemberantasanpoliomielitis.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Umumnya tidak ada
|
|
|
|
Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin
tidak bekerja dengan baik karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus
diare berat. Vaksin akan tetap diberikan, kemudian dicoba mengulangi lagi 4
minggu setelah pemberian polio4.
|
||
|
|
|
4.DPT
|
|
|
Umur
|
:
|
2 – 11 bulan
|
Dosis
|
:
|
0,5 cc
|
Cara
|
:
|
Intra muskuler / sub kutan
|
Jumlah suntikan
|
:
|
3 kali
|
Selang waktu pemberian
|
:
|
Minimal 4 minggu (sama seperti pemberian polio).
Tunggu cepat 4 minggu antara dua suntikan. Kalau tidak, kekebalan yang
dihasilkan kurang baik. Tidak perlu mengulang DPT I, bila ada kelambatan
pemberian DPT 2.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Panas, rasa sakit di daerah suntikan, peradangan
dan kejang-kejang
|
|
|
|
5. CAMPAK
|
|
|
Umur
|
:
|
9 bulan. Pada umunya vaksinasi pada bayi yang
berumur kurang dari 9 bulan tidak menghasilkan kekebalan yang baik karena
gangguan dari antibody yang dibawa sejak lahir diperoleh dari ibunya sewaktu
bayi dalam kandungan.
|
Dosis
|
:
|
0,5 cc
|
Cara
|
:
|
Suntikan secara sub kutan biasanya dilengan kiri
bagian atas.
|
Jumlah suntikan
|
:
|
1 kali. Dapat diberikan bersamaan dengan pemberian
vaksin yang lain, tapi tidak dicampur dalam satu semprit.
|
Kontra indikasi
|
:
|
Panas dan kemerahan
|
|
|
|
Anak-anak mungkin panas selama 1-3 hari setelah
satu minggu penyuntikan, kadang-kadang disertai kemerahan seperti penderita
campak ringan. Hal ini harus diberitahukan kepada ibu agar jika 1 minggu
setelah penyuntikan panasnya tinggi supaya diberi ¼ tablet antipiretik dan
beri keyakinan bahwa bila anaknya kena penyakit campak akibatnya jauh lebih
berat bila dibandingkan efek samping vaksinasi campak.
|
5. KAPAN IMUNISASI TIDAK BOLEH DIBERIKAN
Keadaan-keadaan yang timbul
setelah iminisasi berbeda pada masing-masing imunisasi, seperti yang uraikan di
bawah ini :
a. BGC, tidak diberikan kepad bayi yang
sedang menderita kulit lama, sedangkan TBC dan panas tinggi.
b. DPT, tidak dinerikan bila bayi sedang
sakit parah, panas tinggi, dan kejang.
c. Polio tidak diberikan bila iare dan sakit
parah.
d. Campak, tidak diberikan bila banyi sakit
mendadak dan panas tinggi.
(Vrney, Helen, “Buku saku
bidan” hal 293)
6. KEADAAN YANG TIMBUL SETELAH IMUNISASI
Keadaan-keadaan yang timbul
setelah imunisasiberbeda pada masing-masing imunisasi, seperti yang diuraikan
dibawah ini.
a. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi
pembengkakan kecil dan merah.
b. DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari
setelah mendapatkan imunisasi, tapiakan turun dalam 1-2 hari. Ditempat suntikan
merah dan bengkak serta sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan
sembuh sendiri.
c. Campak, panas dan umumnya diserati
kemerahan yang timbul 4-10 hari setelah setelah penyuntikan.
(Varney, Helen, “Buku saku
bidan” Hal 293)
7.
TEMPAT
PELAYANAN IMUNISASI
Pelayanan imunisasi dapat
diperoleh pada :
a.
Posyandu
b.
Puskesmas
c.
Bidan/ Dokter Praktek
d.
Rumah bersalin
e.
Rumah sakit
(Buku ilmu kesehatan bayi
dan balita hal : 37)
8. PERAWATAN YANG DIBERIKN SETELAH IMUNISASI
Perawatan yang dapat dilakukan
setelah diberikan imunisasi antara lain :
d. BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila
luka besar dan bengkak diketiak anjurkan ke puskesmas;
e. DPT, bila panas berikan obat penurun panas
yang diperoleh dari posyandu dan berikan kompres dingin.
f. Campak, bila timbul panas berikan obat
yang didapat dari posyandu.
(Sanik Wahab, A,Prof, Dr.dr, sistem imun, imunisasi dan peyakit umum.
Hal 103)
BAB III
TINJAUAN KASUS
LANGKAH I PENGKAJIAN REG
: 20118
Tanggal : 26 November 2007
Tempat : BPS Ny. Hanik Lutfiah
A
Data Subyektif
1.
Biodata
Nama : Bayi Galang
Tanggal lahir : 17
Februari 2007
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 9 Bulan
Diagnosa medik : Imunisasi
Campak
Nama : Ny “ L “ Nama
Suami : Tn “ H “
Umur : 25 tahun Umur : 27 Tahun
Agama : Islam Agama
: Islam
Suku/ bangsa : Indonesia/Jawa Suku/
bangsa : Indonesia/Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan
: Swasta.
Alamat : Raya Pandugo 150 Alamat rumah : Raya Pandugo 150
2.
Alasan kunjungan
Ibu datang dengan bayinya yang berumur 9 bulan ingin di
imunisasi campak
3.
Riwayat kehamilan dan kelahiran
a.
Prenatal
Keluhan saat hamil : T I
mula muntah, nafsu makan menurun
T II dan TIII tidak ada keluhan
Periksa hamil + 6 kali di puskesmas dan
mendapatkan imunisasi TT 2 kali
Selama hamil ibu tidak mempunyai kebiasaan buruk seperti
: merokok, minuman alkohol dan minum jamu
b.
Natal
Bayi lahir spontan baik ♂, lahir tanggal 17 Februari
2007, BB : 2800 kg PB : 49 cm LK : 33 cm, bayi ditolong oleh bidan
c.
Post natal
Bayi lahir sehat, minum ASI (Air susu Ibu) ditambah
MPASI (Makanan pendamping air susu ibu) sampai sekarang
4.
Riwayat kesehatan keluarga
Dalam keluarga bayi (ayah maupiun ibu) tidak ada yang
mempunyai penyakit menurun, menahun, menular (seperti DM, HT, jantung, Asma,
TBC, hepatitis, dan lain – lain )
5.
Riwayat Imunisasi
BCG, DPT 3, Polio 4, dan Hb 4
6.
Kebutuhan dasar
a.
Makan : bayi minum ASI +
MPASI sampai sekarang
b.
Pola tidur : bayi
tidur + 15 jam / hari dan bangun menangis jika lapar, kencing, BAB
c.
Mandi : 2 x sehari
d.
Eliminasi : BAK
+ 7 x/hari, BAB + 2 x/hari
e.
Kebersihan : ganti
selama jika basah, BAK dan BAB ganti baju
2 x/hari (setelah mandi) dan bila terkena kotoran
7.
Kedaaan kesehatan saat ini
a.
Diagnosa : imunisasi
campak
b.
Bayi dalam keadaan sehat
c.
Status nutrisi : Nutrisi,
kebutuhan bayi yang dikonsumsi sesuai dengan jumlah kebutuhannya, ASI + MPASI
B
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum : baik
b.
Kesadaran : Composmentris
c.
TTV : RR : 28 x/mnt
BB : 7 ½ kg
umur : 9 Bulan
Kepala : Rambut
hitam, bersih, tidak ada benjolan
Muka : Simetris,
sclera tidak ikterus, conjungtiva tidak anemis
Hidung : Simetris,
tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung
Telinga : Simetris,
tidak ada kelainan, bersih
Mulut : Tidak
ada labiopatoskisis, bibir tidak kering, lidah bersih
Leher : Tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
Dada : tidak
ada retraksi intercostrae
Abdomen : tidak
kembung, tidak ada massa
Genetalia : tidak
ada pembesaran
Anus : ada
Ekstramitas
: Simetris,
tidak ada polidaktili / syndaktili
2.
Pemeriksaan tingkat perkembangan
a.
Adaptasi sosial : Bayi
dapat beradaptasi dengan orang tua dan orang lain
b.
Bahasa : Bayi mampu
mengucapkan dua suku kata misal : mama
c.
Motorik halus : Pasien
dapat menggegam, menggunakan tangan dan kaki
d.
Motorik kasar : Duduk,
merangkak, belajar berdiri dan berjalan
LANGKAH II IDENTIFIKASI
DIAGNOSA MASALAH
Dx : Bayi umur 9 bulan BB : 7 ½ kg dengan
imunisasi campak
Ds : Ibu datang dengan bayinya umur 9 bln
dan ingin imunisasi campak
Do : K/u
: Baik
BB
: 7 ½ kg
RR
: 28 x/mnt
Masalah : Setelah di
berikan imunisasi bayi akan sedikit demam
Kebutuhan : Perawatan bayi setelah pemberian imunisasi
Menjaga
personal hygiene bayi
Pemberian
obat penurun panas
LANGKAH III ANTISIPASI
MASALAH POTENSIAL
Tidak ada
LANGKAH IV IDENTIFIKASI
KEBUTUHAN SEGERA
Tidak ada
LANGKAH V INTERVENSI
Tanggal : 26 November
2007
Dx : Bayi
umur 9 Bulan BB : 7 ½ kg dengan imunisasi campak
Tujuan : Setelah
dilakukan asuhan kebidanan diharapkan bayi telah mendapatkan imunisasi campak
Kriteria : Imunisasi
campak telah masuk ke tubuh bayi
Intervensi
1.
Lakukan pendekatan pada bayi
dan keluarga
Rasional : Menjalin
hubungan yang baik dan menciptakan keprcayaan pada keluarga terhadap petugas
2.
Berikan penjelasan pada
keluarga bayi tentang vaksinasi campak dan efek sampingnya
Rasional : Ibu
dapat mengerti tentang vaksinasi campak dan efek sampingnya
3.
Lakukan persiapan injeksi
campak
Rasional : Agar
proses injeksi berjalan dengan lancar
4.
Lakukan penjelasan tentang
tindakan injeksi vaksin campak
Rasional : Penjelasan
petugas pada keluarga membantu kelancaran dalam melakukan tindakan
5.
Lakukan injeksi vaksinasi
campak
Rasional : Anak
telah mendapatkan vaksin campak
6.
Anjurkan ibu untuk mengkompres
bagian yang disuntik dengan air hangat setelah sampai dirumah
Rasional : Pencegahan
terjadinya pembekakan
LANGKAH VI
IMPLEMENTASI
Tanggal : 26 November 2007
Dx : bayi umur 9 bulan BB : 7 ½ kg dengan imunisasi campak
Jam 08.30
|
Melakukan pendekatan pada bayi dan keluarga dengan melakukan
anamnesa
|
Jam 08.40
|
Memberikan penjelasan pada keluarga tentang vaksinasi campak dan
efek sampingnya bahwa vaksinasi campak di suntikan pada 1/3 paha luar bagian
kiri dan mungkin biasanya menimbulkan panas dan bengkak pada bagian yang
disuntik, tetapi jarang terjadi
|
Jam 09.00
|
Melakukan persiapan injeksi vaksin campak
Alat : spuit 3 cc
Vaksin campak dalam flacon
Kapas dan air DTT
|
Jam 09.10
|
Memberikan penjelasan tentang tindakan injeksi vaksin campak bahwa
akan disuntik di paha luar 1/3 bagian dan meminta keluarga untuk membantu
memegang tangan dan tubuh bayi
|
Jam 09.15
|
Melakukan injeksi vaksin campak 0,5 ml secara IM dengan
mengoleskan kapas DTT dahulu dengan arah dari atas ke bawah jarum secara IM
dan kita lakukan aspirasi untuk memastikan apakah jarum masuk secara IM / tidak
setelah itu kita masukkan vaksin secara perlahan – lahan dan kita tekan
dengan kapas DTT setelah jarum keluar, kita minta pada keluarga untuk menahan
posisi kapas selama + 1 menit dan segera menggendong bayinya
|
Jam 09.25
|
Menganjurkan pada keluarga / ibu untuk mengkompres paha luar
bagian kiri dengan air hangat setelah sampai di rumah
|
Jam 09.40
|
Menganjurkan keluarga / ibu kembali untuk pemberian imunisasi DPT
boster untuk bayinya
|
LANGKAH VII EVALUASI
Dx : bayi umur 9 bulan BB : 7 ½ Kg dengan imunisasi campak
S : Ibu mengatakan bahwa bayinya telah disuntik
imunisasi campak
O : K/u bayi baik
Imunisasi campak
telah dimasukkan ke dalam tubuh bayi jam 09.15
A : Tujuan berhasil
P :
- Anjurkan ibu untuk mengkompres bagian yang disuntik dengan
air hangat
setelah sampai dirumah
- Memberitahu komplikasi yang terjadi
seperti panas
- Memberikan obat
penurun panas
- Jika terjadi sesuatu
komplikasi maka segera bawa ke R.S atau Puskesmas
terdekat
BAB IV
PENUTUP
A
KESIMPULAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan
pada By. “G” dengan imunisasi campak di BPS
Ny. Hanik Lutfiah Jalan Pandugo 25 Surabaya Dapat ditarik beberapa kesimpulan :
1. Dalam melakukan pengkajian diperlukan adanya ketelitian,
kepekaan dan peranan dari ibu hamil sehingga diperoleh data yang menunjang
untuk mengangkat diagnosa kebidanan.
2. Dalam analisa data dan mengangkat diagnosa
kebidanan pada dasarnya merigacu pada tinjauan pustaka & adanya perubahan
serta keseimbangan dengan tinjauan pustaka tergantung pada kondisi ibu hamil.
3. Pada dasarnya perencanaan yang ada pada tinjauan
pustaka tidak semuanya dapat direncanakan pada tinjauan kasus nyata, karena
dalam perencanaan disesuaikan dengan masalah yang ada pada saat itu, sehingga
masalah yang ada pada tinjauan pustaka tidak akan direncanakan jika tidak ada
tinjauan kasus nyata
4. Setelah penulisan mengadakan evaluasi pada By. “G”
dengan imunisasi campak maka sebagian dari semua masalah dapat diatasi
B
SARAN
1. Bagi petugas.
Bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana
pelayanan kebidanan harus meningkatkan kemampuan & keterampilan yang
dimiliki serta harus memiliki kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan
yang lain, klien dan keluarga.
2. Bagi klien.
Klien harus dapat bekerja sama dengan baik
dengan tenaga kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai
serta semua masalah klien dapat terpecahkan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon