ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY. “S” P20002 DENGAN INFEKSI BEKAS
LUKA OPERASI
DI RUANG PERAWATAN LANTAI 3
RS BHAKTI RAHAYU SURABAYA
TANGGAL 12 DESEMBER 2009
DISUSUN
OLEH :
DIANA NI’MATUL JANNAH
NIM P 27824307047
DEPARTEMEN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN DEPKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM
STUDI KEBIDANAN BANGKALAN
2009
LANDASAN TEORI
A. PENGERTIAN NIFAS
Nifas adalah masa sesudah persalinan yang
diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.
Nifas
adalah masa mulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira – kira 6
minggu.
Nifas
adalah masa pulih setelah partus selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti sebelum hamil lamanya 6-8 minggu.
Nifas
adalah dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil.
B. PERIODE NIFAS
1. Puerperium Dini
Yaitu
kepulihan dimana ibu telah di perbolehkan berdiri dan berjalan – jalan dan
boleh bekerja 40 hari.
2. Puerperium Intermedial
Yaitu
kepulihan menyeluruh alat – alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote Puerperium
Yaitu
waktu yang di perlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama
hamil / waktu persalinan mempunyai komplikasi.Waktu sehat sempurna bila berminggu
– minggu,bulanan atau tahunan.
C. PERUBAHAN – PERUBAHAN DARI ALAT – ALAT BADAN
a. Involusio uterus secara berangsur – angsur
menjadi kecil sampai kembali seperti sebelum hamil
Involusi
|
Tinggi Fundus Uteri
|
Berat Uterus
|
Bayi
Lahir
Uri Lahir
1 Minggu
2 Minggu
6 minggu
8 Minggu
|
Setinggi pusat
2 Jari bawah pusat
Pertengahan pusat sympisis
Tidak teraba di atas sympisis
Bertambah kecil
Sebesar Normal
|
1000 Gram
750 Gram
500 Gram
350 Gram
50 Gram
30 Gram
|
b. Involusi tempat placenta
Setelah persalinan, tempat placenta
merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira – kira sebesar
telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke – 2 hanya
sebesar 3 – 4 cm, pada akhir nifas 1 – 2 cm.
Pada permulaan nifas, bekas placenta
mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya
luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut. Hal ini disebabkan karena luka
ini sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium
baru di bawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga
dari sisa – sisa kelenjar pada dasar luka.
c. Luka – luka jalan lahir akan sembuh
setelah + 6 – 7 hari bila
tidak disertai infeksi
d. Lochea adalah cairan sekret yang berasal
dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
-
Lochea
Rubra
Berisi darah segar dan sisa –
sisa selaput ketuban, desidua, vernik caseosa, lanugo dan meconium selama 2 hari post partum.
-
Sanguinolenta
Berwarna merah kekuningan, cairan tidak berdarah
lagi pada hari ke - 3 post partum
-
Lochea
Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi pada hari ke 7 - 14
-
Lochea
Alba
Cairan putih setelah 2 minggu
-
Lochea
Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah yang berbau busuk.
-
Lochea stasis
Lochea yang tidak lancar
keluarnya.
e. Rasa sakit / after pain ( mules- mules )
adalah disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 2 - 4 hari pasca persalinan.
f. Servik dan Vagina
Setelah partus bentuk servik
agak mengganggu seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang terdapat perlukaan – perlukaan
kecil.Setelah bayi,tangan masih bisa masuk rongga rahim setelah 2 jam dapat
dilalui 2 – 3 jari dan setelah 7 hari terbuka 1 jari. Vagina yang sangat regang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran –
ukuran yang normal, pada minggu ke 3 post partum rugae mulai
tampak kembali.
g. Ligamen – Ligamen
Pada saat partus ligamen
meregang,setelah lahir berangsur – angsur dan akan pulih kembali, tidak jarang uterus jatuh ke belakang karena ligamentum rotundum menjadi
kendor apabila setelah melahirkan wanita berturut, karena tekanan intra abdomen bertambah tinggi sehingga wanita tersebut dapat mengeluh kandungannya turun atau terbalik.
h. Saluran Kencing
Dinding kandung kencing
memperlihatkan oedema dan hiperemia, kandung kencing dalam
puerperium sensihu dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung kencing penuh /
sesudah kencing masih tertinggal urine residual.
i. Laktasi
Keadaan mamae pada 2 hari
pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini payudara belum
mengandung ASI namun terdapat colostrum (cairan kuning dengan BD 1030 – 1035
dan reaksinya alkalis). Pada kira – kira hari ketiga pospartum, mammae menjadi
besar dan nyeri, hal ini menandakan permulaan sekresi ASI dan bila areola
mammae dipijat maka keluarlah cairan dari puting susu.
j. Perubahan sistem pencernaan
Defekasi normal berlangsung lambat,
hal ini disebabkan penurunan dari motilitas usus, kehilangan cairan. Defekasi
kembali normal pada akhir minggu pertama sehubungan dengan pulihnya selera
makan itu dan peningkatan cairan.
k. Perubahan muskuloskeletal
Otot – otot pada dinding abdomen yang
mengalami perubahan selama kehamilan secara bertahap akan kembali pada akhir
periode pasca persalinan kembali, striae gravidarum. Senam nifas akan membantu
otot – otot pada keadaan semula.
D. TANDA – TANDA BAHAYA NIFAS
Ibu postpartum harus segera
memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan atau puskesmas, jika dalam masa
nifasnya terdapat tanda – tanda bahaya nifas antara lain:
- Perdarahan lewat jalan lahir.
- Keluar cairan berbau dari jalan lahir.
- Demam tinggi lebih dari 2 hari, suhu badan
melebihi 38 oC.
- Bnegkak di muka, tangan atau kaki, mungkin juga
disertai dengan sakit kepala dan kejang – kejang.
- Payudara bengkak kemerahan disertai rasa sakit.
- Mengalami gangguan jiwa (Post Partum Blues).
E. MASALAH – MASALAH YANG TIMBUL
DALAM MASA NIFAS.
Masalah – masalah yang bisa
terjadi pada masa nifas adalah :
- Nyeri :
sebagian besar wanita mengalami rasa nyeri pada masa nifas, meskipun
persalinannya normal. Dalam 3 – 4 hari pertama setelah persalinan. Rasa nyeri
terutama disebabkan oleh kontraksi uterus, nyeri perineum, disuria, nyeri
leher, hemoroid dan nyeri payudara.
- Infeksi :
setelah bahaya pertama postpartum yaitu haemorogia telah lewat, bahaya kedua
adalah infeksi. Sumber infeksi terbesar bagi ibu postpartum adalah syok
terutama luka bekas persalinan baik operasi atau persalinan pervaginam.
- Cemas :
pasien keletihan karena persalinan dan mereka mengalami nyeri perineum,
pembengkakan payudara dan after pain. Mereka merasa tertekan dan mungkin
menangis untuk hal – hal yang mereka tidak pahami. Hal ini dikenal dengan post
partum blues.
- Masalah Potensial :
masalah potensial yang terjadi pada masa nifas antara lain gangguan perkemihan,
diaporesis, gangguan BAB.
F. PERAWATAN POST PARTUM DENGAN POST SC
a.
Istirahat
Setelah
menjalani SC, istirahat ibu tidak maksimal karena nyeri pada luka operasi. Hal
ini terjadi kurang lebih 3 hari post SC
b.
Gizi
Makanan harus
bermutu dan bergizi, cukup kalori, protein, banyak cairan, sayuran dan buah – buahan. Yang
harus dipenuhi saat ibu
menyusui adalah mengkonsumsi makanan
tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya 3
liter tiap hari, pil zat besi untuk menambah zat gizi (selama 40 hari), minum
kapsul vitamin A 200.000 unit.
c.
Miksi
Pada ibu yang menjalani
SC sejak persiapan operasi sampai 24 post SC terpasang dower cateter.
d.
Defekasi
BAB harus ada
3 – 4 hari post partum, bila belum BAB dan terjadi obstipasi apabila berak
keras adalah:
- Berikan obat laksan peroral atau pareotal
- Bila BAB lakukan klisma.
e.
Perawatan
Payudara
1. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu.
2. Menggunakan BH yang menyokong.
3. Bila puting susu lecet oleskan colostrum / ASI
yang keluar pada sekitar puting susu tiap kali selesai menyusui.
4. Bila sangat lecet dapat di istirahatkan selama 24
jam, ASI dikeluarkan dan di minumkan dengan menggunakan sendok.
5. Untuk menghilangkan nyeri,ibu dapat minum
parasetamol1 tablet selama 4 – 6 jam.
6. Bila payudara bengkak akibat pembendungan ASI
lakukan :
- Pengompresan payudara.
- Urut payudara dari pangkal menuju puting
susu / gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah Z menuju puting.
- Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara
sehingga puting susu menjadi lebih lunak.
- Susukan bayi setiap 2 – 3 jam,apabila
tidak dapat menghisapseluruh ASI maka dileluarkan dengan tangan.
- Letakkan kain dingin pada payudara selama
menyusui
f.
Perawatan
Luka
1. Kasa perut harus dilihat 1 hari pasca
bedah, bila basah dan berdarah harus dibuka dan diganti. Lakukan perawatan luka
ini setiap hari
2. jahitan yang perlu dibuka dapat dilakukan
pada 5 haru pasca bedah.
g.
Mobilisasi
atau Latihan
- Sarankan ibu untuk memulai kegiatan –
kegiatan rumah tangga secara perlahan – lahan.
- Jelaskan pentingnya alat perut dan panggul kembali normal,Ibu akan merasa lebih kuat
dan ini menyebabkan alat perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit
pada punggung.
h.
Kebersihan
Diri
- Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
- Menganjurkan ibu untuk membersihkan vulva tiap
selesai BAB dan BAK.
- Mengajarkan pada ibu bagaimana cara membersihkan
alat kelamin dengan sabun dan air.
- Berilah saran pada ibu untuk mengganti pembalut
minimal 2 kali sehari.
- Jika ibu mempunyai luka episiotomi /
laserasi, sarankan untuk menghindari menyentuh
daerah luka.
i.
KB
- Idealnya ibu yang telah mengalami operasi SC harus
menunggu sekurang – kurangnya 2 tahun.
- Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi
sebelum ia mendapatkan lagi haidnya) sebelum meneteki sehingga metode amenore
laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk mencegah kehamilan.
- Jenis – jenis kontrasepsi yang bisa digunakan
untuk ibu nifas yaitu :
1)
Tanpa alat
- Senggama terputus (coitus interuptus).
- Metode laktasi.
- Pantang berkala.
2)
Dengan alat
atau obat.
- Kondom.
- Cream, jelly atau tablet.
- Intra vagina (tisu KB).
3)
Metode
efektif
- Pil KB.
- AKDR.
- Suntikan KB
- Susuk KB
4)
Metode mantap
- MOW (tubektomi).
- MOP (vasektomi).
G. PSIKOLOGI MASA NIFAS
a. Fase Dependen (Taking in).
-
1 sampai
dengan 2 hari.
-
Ibu lebih
fokus pada dirinya sendiri.
-
Ibu masih
tergantung pada orang lain.
-
Ibu
menceritakan pengalamannya.
b. Fase Independen (Taking hold).
-
Terjadi
perluasan fokus perhatian pada ibu.
-
Tertarik
melakukan perawatan bayi.
-
Mudah diberi
motivasi tentang perawatan bayi dan dirinya.
c. Fase Interdependen (Letting go).
-
Kemandirian
meningkat.
-
Mengenal bayi
secara terpisah.
-
Penyesuaian
hubungan keluarga.
SECTIO CESAREA
I. PENGERTIAN
Sectio sesarea adalah
pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding uterus.
( Phantom,
Fakultas Kedokteran Surabaya )
Sectio sesarea adalah suatu tindakan untuk
melahirkan bayi dengan berat diatas 500gr, melalui sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh (intact).
(Pelayanan
Kesehaan Maternal dan Neonatal, 2001:536)
II. PEMBAGIAN SECTIO SESAREA
1.
section caesaria klasik atau
korporal
Insisi memanjang pada segmen
atas uterus
2. Sectio
caesaria transperitoneus profunda
Insisi pada segmen bawah rahim, teknik ini paling
sering dilakukan. Ada 2 macam : a.
Melintang (secara kerr)
b.
Memanjang (secara kronig)
3. Sectio sesarea extra peritnealis
Rongga peritoneum tidak dibuka, dulu
dilakukan pada penderita infeksi intra uterin yang berat, tetapi sekarang
jarang dilakukan.
4. Caesaria section hysterectomy
atonia
uteri
placenta
acreta
myoma uteri
infeksi
intra uterin yang berat
III. INDIKASI
1.
Placenta
previa terutama placenta previa totalis dan subtotalis
2.
Panggul
sempit
·
pada
anak hidup dilakukan SC kalau conjunggata vera kurang
dari 8,5 cm
·
pada anak mati dipaksa
dilakukan SC kalau conjugata vera kurang dari 6 cm
·
Kalau
CV antara 8,5 dan 10 cm dilakukan persalinan percobaan dan kalau persalinan
percobaan (SC sekunder).
·
Indikasi lainnya :
·
SC III
·
Letak sungsang
·
Tumor yang menghalangi jalan
lahir
·
Pada kehamilan setelah operasi
vaginal, misalnya fistel vesiko vaginalis atau man chester operation.
·
Disfungsi uterus
·
Distosia jaringan lunak
·
Janin besar
·
Gawat janin
·
Keadaan-keadaan dimana usaha
untuk melahirkan anak pervaginam gagal
IV. KONTRA INDIKASI
SECTIO SESAREA
Infeksi dari isi rahim (tidak absolute) untuk
premedikasi pada SC biasanya penderita diberi morphin karena morphin ini
menyebabkan asfiksia pada anak. Cukup diberi sulfas atrophi
V. KOMPLIKASI-KOMPLIKASI YANG BISA
TIMBUL
1.
Infeksi puerperal
Komplikasi ini bias bersifat
ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas. Atau
bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis, dsb. Infeksi postoperative terjadi
apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala infeksi intrapartum. Atau ada
factor-faktor yang merupakan factor predisposisi terhadap kelainan itu (partus
lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya)
Bahaya Infeksi sangat
diperkecil dengan pemberian antibiotika, akan tetapi tidak dapat dihilangkan
sama sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya dari pada SC
transperitonalis profunda.
2. Perdarahan
Perdarahan banyak bias timbul
dalam pembedahan jika cabang-cabang uteri ikut terbuka, atau karena atonia
uteri.
3. Komplikasi-komplikasi lain,
seperti luka kandung kencing, emboli paru-paru, dan sebagainya sangat jarang
terjadi.
4. Suatu komplikasi yang baru
kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut pada dinding perut, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture uteri. Kemungkinan peristiwa ini
lebih banyak ditemukan sesudah SC klasik.
5. Ruptura uteri pada
kehamilan yang berikutnya, supaya luka dinding rahim ada kesempatan menjadi
lebih kuat kembali, dinasehatkan supaya penderita jangan hamil lagi selama 3
tahun.
VI.TEKNIK SECSIO SESARIA TRANSPERITONEALIS
PROFUNDA
1.Ibu berbaring dengan letak trendelenburg ringan dan dipasang dower
cateter.
2.Desinfeksi lapangan operasi dengan yodium alcohol.
3.Lapangan operasi dipersempit dengan duk
steril.
4.Dilakukan insisi pada dinding perut pada garis
tengah dari sympisis sampai beberapa centimeter dibawah pusat.
5.Setelah peritoneum dibuka, dipasang
speculum perut, dan lapangan operasi dipisahkan dari rongga perut dan satu kain
kasa panjang atau lebih.
6.Peritoneum pada dinding uterus depan dan
bawah dipegang dengan pincet, plisa vesico uteria dibuka dan insisi ini
diteruskan melintang jauh ke lateral, kemudian kandung kemih dengan peritoneum
didepan uterus didorong kebawah dengan jari.
7.Pada segmen bawah uterus, yang sudah tidak
ditutup lagi oleh peritoneum serta kandung kencing dan yang biasanya sudah
menipis, diadakan insisi melebar 10 cm dengan ujung kanan dan kiri agak
melengkung ke atas untuk menghindari cabang-cabang arteri uterine.
8.Sebelum dibuat insisi, posisi uterus
diperiksa dulu untuk memperhatikan ligament rotunda kanan-kiri (karena uterus
dalam kehamilan tidak jarang memutar kekanan.
9.Ditengah-tengah, insisi diteruskan sampai
dinding uterus terbuka dan tampak ketuban.
10. Luka yang terakhir ini dilebarkan dan
dengan gunting berujung tumpul mengikuti sayatan yang sudah dibuat lebih
dahulu.
11. Ketuban dipecahkan dan air ketuban yang
keluar dihisap.
12. Spekulum perut diangkat dan tangan
dimasukkan kedalam uterus dibelakang kepala janin dan memegang kepala dari
belakang dengan jari tangan penolong, diusahakan lahirnya kepala melalui lubang
insisi.
13. Jika dialami kesulitan untuk melahirkan
kepala janin dengan tangan dapat dipasang coenam boerma.
14. Sesudah kepala janin lahir, badan terus
dilahirkan, muka dan mulut dibersihkan tali pusat dipotong, dan bayi diserahkan
kepada orang lain untuk dirawat.
15. Pada letak sungsang atau lintang kaki
janin dicari dan bayi dilahirkan dengan tarikan pada kaki.
16. Berikan suntikan oksitosin 10 unit
intramural (bila perlu ditambah methergin intravena).
17.
Placenta serta selaput ketuba
dikeluarkan secara manual.
18.
Segmen bawah rahim dijahit
dalam 2 lapisan dengan catgut (bila perlu untuk sementara dapat dimasukkan
tampon kedalam rongga uterus guna mempermudah jahitan luka pada dinding uterus,
tampon ini diangkat sebelum luka pada uterus ditutup sama sekali).
19. Dilakukan peritonealisasi dari luka uterus
dengan peritoneumuicerela kandung kemih dengan catgut jelujur.
20. Perdarahan diperiksa dan dirawat,
perhatikan kontraksi uterus
21. Dinding perut ditutup lapis demi lapis.
VII. TEKNIK SC KORPORAL
a.
Setelah
dinding perut dan peritoneum parietale terbuka pada garis tengah dipasang
beberapa kain kasa panjang antara
dinding perut dan dinding uterus untuk mencegah
masuknya air ketuban dan darah ke rongga perut.
b.
Diadakan insisi pada bagian
tengah corpus uteri sepanjang 10-12 cm dengan ujung bawah diatas batas plika
vesiko uterina.
c.
Diadakan lubang kecil pada
kantong ketuban untuk menghisap air ketuban sebanyak mungkin, lubang ini
kemudian dilebarkan dan janin dilahirkan dengan tarikan pada kakinya.
d.
Setelah anak lahir , corpus
uteri dapat dikeluarkan dari rongga perut untuk memudahkan tindakan-tindakan
selanjutnya.
e. Berikan suntikan oksitosin 10 unit dalam
dinding uterus atau intravena, dan placenta serta selaput ketuban keluar secara
manual.
f. Dinding uterus ditutup dengan jahitan
catgutyang kuat dalam 2 lapisan. lapisan pertama terdiri atas jahitan simpul
dan lapisan kedua jahitan menerus.
g. Selanjutnya diadakan jahitan menerus
dengan catgut yang lebih tipis, yang mengikutsertakan peritoneum serta bagian
luar miometrium dan yang menutup jahitan yang terlebih dahulu dengan rapi,
akhirnya dinding perut ditutup secara rapi.
INFEKSI
- Definisi
Infeksi adalah masuknya mikroorganisme patogen atau kuman ke dalam tubuh dan jaringan yang terjadi pada individu. Infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam setelah operasi. Organisme yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus, organisme ;gram positif. Stapilokokus mengakibatkan pernanahan. Untuk menghindari infeksi luka yang pali penting adalah perawatan luka dengan mempertahankan aseptik dan antiseptik. - Penyebab Infeksi
a. Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati didalam luka
b. Luka terbuka dan kotor
c. Gizi Buruk
d. Daya tahan tubuh yang lemah
e. Mobilisasi terbatas atau kurang gerak
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala infeksi meliputi:
a.Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas
b.Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka
c.Ada kemerahan pada kulit daerah luka
d.Terjadinya bengkak pada area luka
e.Gangguan fungsi gerak pada daerah luka
f.Luka berbau tidak sedap
g. Terdapat cairan berupa nanah pada luka
Tanda dan gejala infeksi meliputi:
a.Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas
b.Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka
c.Ada kemerahan pada kulit daerah luka
d.Terjadinya bengkak pada area luka
e.Gangguan fungsi gerak pada daerah luka
f.Luka berbau tidak sedap
g. Terdapat cairan berupa nanah pada luka
4. Cara Pencegahan Infeksi
a. Mandi 2 kali sehari
Daerah yang terbalut luka jangan sampai terkena air atau basah karena dapat meningkatkan kelembaban pada kulit yang terbungkus sehingga dapat menjadi tempat berkembangbiak kuman
b. Makanan yang dibutuhkan
Makanan yang mengandung protein atau tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
Makanan yang banyak mengandung protein misalnya: susu, telur, madu, roti, ikan laut, kacang-kacangan
c. Ganti balutan minimal 1 kali sehari
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti balutan
- Alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengganti balutan harus dalam keadaan steril atau bersih
- Minum obat sesuai anjuran misalnya obat antibiotik untuk mencegah infeksi
a. Mandi 2 kali sehari
Daerah yang terbalut luka jangan sampai terkena air atau basah karena dapat meningkatkan kelembaban pada kulit yang terbungkus sehingga dapat menjadi tempat berkembangbiak kuman
b. Makanan yang dibutuhkan
Makanan yang mengandung protein atau tinggi kalori tinggi protein (TKTP).
Makanan yang banyak mengandung protein misalnya: susu, telur, madu, roti, ikan laut, kacang-kacangan
c. Ganti balutan minimal 1 kali sehari
- Mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti balutan
- Alat dan bahan yang akan digunakan untuk mengganti balutan harus dalam keadaan steril atau bersih
- Minum obat sesuai anjuran misalnya obat antibiotik untuk mencegah infeksi
4). Proses
Penyembuhan Luka
a). Fase pertama (Inflamasi)
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak/rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
b). Fase kedua (Proliferatif)
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
c). Fase ketiga (Maturasi)
Sekitar 2 sampai 10 minggu kolagen terus menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
d). Fase keempat (fase terakhir)
Pada fase penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.
g. Intervensi untuk Meningkatkan Penyembuhan
1). Meningkatkan intake makanan tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP)
2). Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid
a). Fase pertama (Inflamasi)
Berlangsung sampai hari ke 3. Batang lekosit banyak yang rusak/rapuh. Sel-sel darah baru berkembang menjadi penyembuh dimana serabut-serabut bening digunakan sebagai kerangka.
b). Fase kedua (Proliferatif)
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
c). Fase ketiga (Maturasi)
Sekitar 2 sampai 10 minggu kolagen terus menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan otot dapat digunakan kembali.
d). Fase keempat (fase terakhir)
Pada fase penyembuhan akan menyusut dan mengkerut.
g. Intervensi untuk Meningkatkan Penyembuhan
1). Meningkatkan intake makanan tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP)
2). Menghindari obat-obat anti radang seperti steroid
ASKEB TEORI
I.
PENGKAJIAN
- DATA SUBYEKTIF
1.
Biodata
v Keadaan sosial ekonomi rendah menimbulkan kurangnya pemenuhan gizi
ibu nifas sehingga kurang mengkonsumsi makanan yang tinggi protein sebagai
pemulihan luka operasi
2.
Keluhan utama
-
Ibu merasakan gejala seperti :
a.Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas
b.Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka
c.Ada kemerahan pada kulit daerah luka
d.Terjadinya bengkak pada area luka
e.Gangguan fungsi gerak pada daerah luka
f.Luka berbau tidak sedap
g. Terdapat cairan berupa nanah pada luka
b.Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka
c.Ada kemerahan pada kulit daerah luka
d.Terjadinya bengkak pada area luka
e.Gangguan fungsi gerak pada daerah luka
f.Luka berbau tidak sedap
g. Terdapat cairan berupa nanah pada luka
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas yang lalu
Ditanyakan untuk mengetahui
apakah persalinan yang lalu dilakukan
secara normal atau SC dengan penyulit apa yang berkaitan dengan keadaan ibu
sekarang.
4. Riwayat persalinan sekarang
1. Ketuban pecah / Tidak
Pengeluaran dari vulva sebagai tanda persalinan telah mulai
sudah ada sejak permulaan kadang – kadang di keluarkan bila persalinan sudah
lebih jelas.
2. Penyulit pada ibu / bayi
Untuk mengetahui hal – hal yang membuat tidak nyaman dan di
lakukan tindakan segera bila hasil pengawasan itu ternyata ada kelainan.
( Ibrahim,Christina 1987
: 88 )
1. Jenis persalinan : Spontan / buatan / anjuran
2. Penolong :
Bidan / dokter
3. Riwayat kelahiran anak
Riwayat anak yang dilahirkan mencakup :
o
Berat
bayi sewaktu lahir
o
Kelainan
bawaan bayi
o
Jenis
kelamin bayi
o
Status
bayi yang dilahirkan ( hidup / mati ) bila bayi masih hidup bagaimana keadaan
sekarang dan bila meninggal apa penyebab kematiannya.
Untuk mengetahui apakah
placenta lengkap ( Tidak ada kelainan – kelainan bentuk,ukuran – ukuran,warna )
a. TFU
Masa nifas ibu dengan SC biasanya fundus uteri terletak
setinggi pusat
5. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui apakah dari keluarga ibu / orang yang tinggal
bersama ibu mempunyai penyakit menular seperti AIDS,Penyakit kronis,keturunan
dan adanya kehamilan kembar.
6. Riwayat penyakit lalu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah dialami ibu karena
penyakit yang pernah dialami ibu bisa timbul kembali karena keadaan ibu pada
waktu kehamilan dan setelah melahirkan.
7. Riwayat KB
Jenis dan lama pengguna KB ibu
hamil untuk mengetahui jarak kehamilan
8. Riwayat perkawinan
Ditanyakan kepada ibu berapa
lama dan berapa kali kawin untuk membantumenentukan bagaimana keadaan alat
kelamin dalam ibu.
9. Riwayat psikososial
o
Ibu
senang dengan kelahiran bayinya
o
Keluarga
sangat mendukung dan menyambut kelahiran bayinya
- Pola
aktifitas
- Istirahat : istirahat
ibu nifas dengan SC biasanya kurang dari ibu nifas dengan spontan karena rasa
nyeri yang ada
- Aktifitas : ibu
nifas dengan SC biasanya kurang gerak dan lebih lambat untuk memulai mobilisasi
dini karena masih harus beradaptasi dengan keadaan dirinya
- Personal Higine : Untuk
mengetahui kebersihan alat reproduksi ibu dan apakah ibu sudah benar dalam
merawat alat reproduksinya terutama luka bekas operasi
- Nutrisi :
Untuk mengetahui asupan gizi nifas ,supaya ibu siap dalam menyusui dan untuk
perbaiakn kondisi ibu
- Eliminasi : Untuk
mengetahui pola BAK dan BAB ibu,jika ibu jarang BAK akan mempengaruhi kondisi ibu.
B. DATA OBYEKTIF
1.
Keadaan Umum:pada ibu nifas dengan infeksi keadaan umum lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV
·
Tekanan
darah : Tekanan darah normal
·
Denyut
Nadi : Denyut nadi meningkat
·
Temperatur : Suhu tubuh meningkat karena adanya
infeksi
4.Pemeriksaan fisik
A. Inspeksi
a. Muka : muka ibu terlihat lemas dan
meringis menahan nyeri luka
b. Mata : ibu tidak anemis, sklera tidak
ikterus
d. Mamae : Keadaan buah dada diawasi setiap
ibu akan menyusui anak dan pada waktu mengadakan perawatan buah dada secara
khusus dalam perawatan buah dada di temukan yang perlu diperhatikan keadaan
puting susu, pembengkakan buah dada dan pengeluaran ASI.
e. Abdomen : bagaimana keadaan luka bekas operasi
apakah masih bagus atau mengeluarkan pus
B. Palpasi
- Perut
TFU : pada hari ke-14 biasanya TFU sudah tidak
teraba
UC : Dalam pengawasan ini hendaknya
diperhatikan apakah uterus bundar dan keras, maka menandakan kontraksi uterus
baik
VU : Kandung kemih yang penuh terjadi
pengawasan proses persalinan kurang baik. Pada kandung yang penuh akan mendesak
fundus uteri. Lebih ke atas dan mempengaruhi kontraksi uterus kurang baik dan
mengakibatkan nadanya perdarahan.
Mamae : tidak terdapat massa abnormal,
payudara teraba keras karena tidak menyusui bayinya
Auskultasi
: Bising parut : Normal / Tidak
Bising jantung : Normal / Tidak
Perkusi : Metorismos atau tidak
Pemeriksaan
Laboratorium :
leukosit
meningkat, trombosit normal, hematokrit normal
II.
INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa : Nifas dengan infeksi luka operasi
DS : Ibu mengatakan : merasa panas dan
nyeri pada daerah luka, kemerahan pada kulit, bengkak pada daerah luka, luka
berbau tidak sedap
DO : k/u lemah
TTV : TD : normal
N : 100
– 120 x/menit
Rr :
16 – 20 x/menit
S :
lebih dari 37,5 C
TFU : pada hari ke-14 TFU tidak teraba
UC : Baik / tidak
VU : Penuh / Kosong
Mamae : Bendungan ASI / Tidak
Lochea : Rubra / sangoilenta / Serosa / Alba /
Purulenta / Lachioatosis
Masalah :
·
Kecemasan : Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya,
seperti nyeri luka dan keadaan lukanya
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH
POTENSIAL
v Nekrosis jaringan
Ditandai : pada tempat luka
yang mengalami infeksi keluar pus terus menerus dan keadaan luka terbuka
Antisipasi : perawatan luka
yang steril 2 kali sehari
v Bendungan payudara
Ditandai : Payudara mengeras dan membesar
dikeduanya, bengkak dan terasa berat
Antisipasi : Kompres hangat pada payudara, susui
bayi untuk mengosongkan payudara, jika masih belum penuh, perah dengan tangan (
manual ) pijat payudara mulai dari luar kearah puting susu “ Z “ pada daerah
yang mengeras. Gunakan BH, lalu kompres dingin, Bila nyeri minum parasetamil 1
tablet setiap 4 – 6 jam.
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter OBGIN
untuk tindakan lebih lanjut sesuai keadaan klien
V.
INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan
keluarga
Rasional : agar memudahkan proses komunikasi tentang
hasil pemeriksaan pada ibu diperlukan agar ibu mengetahui keadaan / sesuatu
yang terjadi padanya
2. Jelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri
luka
Rasional : Agar ibu tidak cemas lagi
3. Jelaskan pada ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang tinggi protein
R : agar mempercepat
kesembuhan luka operasi
4. Perbaiki posisi ibu dan ajari ibu teknik
mobilisasi yang benar
Rasional : Agar luka cepat sembuh dan keadaan ibu
kembali pulih
5. Kolaborasi dengan dokter SPOG
Rasional : Untuk mendapat advice selanjutnya.
6. Lakukan observasi TTV dan k/u pasien
Rasional : Dengan observasi keadaan ibu dapat di
pantau, sehingga dapat mengetahui perkembangan kemajuan kesehatan ibu
7. Lakukan rawat luka 2 kali sehari
Rasional : Merawat higiene luka dan meminimalkan
resiko infeksi.
IV.
IMPLEMENTASI
Sesuai dengan Intervensi dan
kondisi ibu
V.
EVALUASI
Sesuai dengan tujuan kriteria
hasil, mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah di berikan.
TINJAUAN KASUS
I.
PENGKAJIAN
Tanggal : 8 Desember
2009
DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama ibu : Ny “S” Nama Suami :
Tn “A”
Umur : 33 Tahun Umur : 33 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat : Hayam
wuruk baru II/49 Alamat : Hayam wuruk baru II/49
2. Keluhan Utama
v Ibu mengatakan jahitan luka operasi
terbuka sejak tanggal 3-12-2009
v Ibu mengatakan keluar nanah dari luka
operasi yang terbuka
v Ibu mengatakan nyeri pada luka tersebut
3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu
NO
|
Suami
|
Kehamilan
|
Persalinan
|
Nifas
|
KET
|
|||||
Kehamilan
|
UK
|
Penolong
|
jenis
|
JK
|
BB/TB
|
Menyusui
|
Cacat/Tidak
|
|||
|
1
|
1
2
|
9 bln
9 bln
|
Dokter
dokter
|
SC
SC
|
P
|
3000 gr
|
|
|
7 th
2 mg
|
4. Riwayat persalinan sekarang
Ibu mengatakan telah
melahirkan anak kedua pada tanggal 24 November di RS Bhakti Rahayu Surabaya secara SC atas indikasi
bekas SC. Bayi berjenis kelamin laki-laki.
5. Riwayat penyakit ibu
ü Ibu tidak pernah menderita penyakit akut /
kronis seperti : TBC, Hipertensi, Jantung
ü Ibu tidak pernah menderita penyakit
menular seperti : HIV / AIDS, Hepatitis.
ü Ibu tidak pernah menderita penyakit
keturunan seperti : DM, Asma
6. Riwayat penyakit keluarga
ü Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit
akut / kronis seperti : TBC, Hipertensi, Jantung
ü Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit
menular seperti : HIV / AIDS, Hepatitis
ü Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit
keturunan seperti DM, Asma.
7. Riwayat perkawinan
ü Status :
Kawin
ü Lama :
10 Tahun
ü Usia saat kawin : 23 Tahun
8. Riwayat KB
Jenis : suntik
Lama : 6 th
Keluhan : tidak ada
9. Riwayat Psikososial
ü Ibu, suami dan keluarga cemas akan keadaan yang dihadapi ibu saat ini
ü Ibu berharap semoga dapat segera sembuh dan segera
bertemu bayinya
ü Pengambil keputusan adalah suami
10. Pola kebiasaan sehari – hari
|
Sebelum di Rumah Sakit
|
Selama di Rumah Sakit
|
Nutrisi
Eliminasi
Istirahat
Personal Hygine
Aktivitas
|
- Makan 3x/Hari dengan porsi sedangterdiri dari
nasi, lauk pauk, sayur dan minum ± 7 – 8 gelas / hari.
- BAK : ± 6 – 7 x/hari, warna jernih dan tidak
ada ketuban, BAB 1x/hari konsisten lunak
- Ibu tidur siang ± 7 – 8 jam/ hari dan malam
- Ibu mandi 2x/ hari, ganti celana dalam tiap
mandi
- Melakukan aktivitas seperti merawat bayinya
|
- Porsi makan dan minum sesuai dengan diit yang
disarankan tim gizi RS
Ibu BAK dan BAB memerlukan bantuan keluarga
Ibu sering terbangun
- Mandi 2x/ hari
dibantu suami, ganti celana dalam sehari 4x
Ibu hanya berbaring di tempat tidurnya
|
DATA OBYEKTIF
1. k/u : lemah
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD : 120/80 mmhg Rr
: 20 x/menit
N : 102 x/menit S : 37,9 °C
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Muka : muka ibu terlihat lemas dan meringis
menahan nyeri luka
Mata : ibu tidak anemis, sklera
tidak ikterus
Mamae : hiperpigmentasi areola,
payudara membesar
Abdomen :
keadaan luka bekas operasi terbuka, berbau tidak sedap dan mengeluarkan pus
C. Palpasi
- Perut
TFU : tidak teraba
VU : Kosong
Mamae : tidak terdapat massa abnormal,
payudara teraba keras
Auskultasi
: Bising parut : Normal
Bising jantung : Normal
Perkusi : Metorismus atau tidak
Pemeriksaan
Laboratorium :
leukosit
= 12.500/cmm3
trombosit =
315.000
hematokrit
= 39,7%
II. INTERPRETASI DATA DASAR
Diagnosa : P20002 dengan infeksi luka operasi
DS : Ibu mengatakan jahitan luka
operasi terbuka sejak tanggal 3-12-2009
Ibu mengatakan merasa nyeri
pada daerah luka
Ibu mengatakan keluar nanah
dari luka bekas operasi
DO : k/u lemah
TTV : TD : 120/80 mmhg Rr
: 20 x/menit
N :
102 x/menit S : 37,9 °C TD : normal
TFU : tidak teraba
VU : Penuh
Mamae : tidak terdapat massa abnormal,payudara
teraba keras
Masalah :
·
Kecemasan : Ibu mengatakan cemas dengan keadaanya
yaitu nyeri luka dan keadaan lukanya
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA / MASALAH
POTENSIAL
v Nekrosis jaringan
v Bendungan ASI
IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SPOG
V. INTERVENSI
1. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan
keluarga
Rasional : agar memudahkan proses komunikasi tentang
hasil pemeriksaan pada ibu diperlukan agar ibu mengetahui keadaan / sesuatu
yang terjadi padanya
2. Jelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri
luka
Rasional : Agar ibu tidak cemas lagi
3. Jelaskan pada ibu untuk mengkonsumsi
makanan yang tinggi protein
R : agar mempercepat
kesembuhan luka operasi
4. Perbaiki posisi ibu dan ajari ibu teknik
mobilisasi yang benar
Rasional : Agar luka cepat sembuh dan keadaan ibu
kembali pulih
5. Sarankan dan ajari ibu cara mengosongkan
payudara
R : Sebagai usaha untuk mencegah
terjadi bendungan ASI pad ibu
6. Kolaborasi dengan dokter SPOG
Rasional : Untuk mendapat advice selanjutnya.
7. Lakukan observasi TTV dan k/u pasien tiap
8 jam
Rasional : Dengan observasi keadaan ibu dapat di
pantau, sehingga dapat mengetahui perkembangan kemajuan kesehatan ibu
8. Lakukan rawat luka 2 kali sehari
Rasional : Merawat higiene luka dan meminimalkan
resiko infeksi.
V.
IMPLEMENTASI
Tanggal : 8-12-2009 Jam : 09.00
1. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan
keluarga yaitu tentang keadaan ibu perihal perawatan ibu selama di rumah sakit
2. Menjelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri
luka yaitu kurang bersih saat merawat luka, kurang makan bergizi, dan kurang
mobilisasi
3. Menjelaskan pada ibu untuk mengkonsumsi makanan
yang tinggi protein seperti telur dan ikan-ikan laut
4. Memperbaiki posisi ibu dan ajari ibu
teknik mobilisasi yang benar yaitu sering melakukan aktivitas seperti dimulai
dari hal yang ringan seperti mulai belajar mandi sendiri tanpa bantuan suami
dan berjalan-jalan di sekitar ruangan rawat inapnya
5. Menyarankan dan mengajari ibu untuk
mengosongkan payudara minimal 2 kali sehari atau jika ibu merasa payudara
teraba keras agar tidak terjadi bendungan ASI
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SPOG bila
ada masalah infeksi lebih lanjut
7. Melaksanakan
terapi yang diberikan oleh dokter obgin secara intravena yaitu : Ciprofloxacin 2x1
Natrium diklofenat 3x1
Cefixim 3x1
8.Melakukan observasi TTV dan k/u pasien setiap 8
jam sekali
9. Melakukan rawat luka 2 kali sehari tiap pagi
dan sore yakni ganti balut kasa dan disinfeksi dengan cairan garam fisiologik
VII. EVALUASI
Tanggal : 8-12-2009 Jam : 14.00
v Ibu mengerti tentang penjelasan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan
v Ibu mengatakan masih nyeri pada luka bekas
operasi
v Ibu menghabiskan porsi makan yang
disarankan oleh tim gizi rumah sakit
v Ibu sudah mulai belajar ke kamar mandi
sendiri tanpa bantuan suami
v Terapi yang diberikan oleh dokter obgin
sudah dilaksanakan
v TTV = TD : 110/80 mmHg N : 98x/menit
S : 37,5 C R : 20x/menit
v Ibu mengatakan lebih nyaman setelah
dilakukan perawatan luka dengan mengganti balutan kasa
v Keadaan luka bersih dan tidak berbau
setelah dilakukan perawatan luka
ConversionConversion EmoticonEmoticon