KATA
PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan judul "Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ikterus Neonatorum
Dan Diarhe Di Rumah Sakit IBI Surabaya".
Makalah ini merupakan hasil tugas
terstruktur dalam rangka pemantapan dari komperhensip II bagi mahasiswa Program
Khusus Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya pada Prodi Kebidanan Sutomo untuk
melengkapi kelulusan mahasiswa Diploma III Akademi Kebidanan di Sutomo kelas
khusus R.S Ibu dan Anak IBI Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis
tidak lupa menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1.
Dr.
Kustinah, selaku Direktur R.B Kartika Jaya yang telah memberi izin untuk menjalani
praktek di R.S Ibu dan Anak 1B1 Surabaya.
2.
Sulistyowati
Arnd. Keb. Selaku pembimbing penyusunan dengan penuh kesabaran.
3.
Semua
karyawan R.S Ibu dan Anak IBI juga yang telah ikut memberi bantuan kepada kami
berupa moril maupun spirituil.
4.
Miatuningsih,
S.Pd. yang telah memberi bimbingan dan pembenahan pada makalah im dengan penuh
kesabaran.
5.
Sri
Ratnawatí, SKM, M.Kes yang telah juga memberikan masukan dalam penyusunan
secara jelas.
6.
Semua
pihak yang telah membantu terlaksananya laporan.
Penulis menyadari bahwa pembuatan
makalah ini masih banyak kekeliruan dalam penyusunan maka kami mahasiswa mohon
saran dan kritikan dari pembaca demi kesempurnaan sehingga bermanfaat bagi yang
memerlukan.
Surabaya, Juni2004
Penulis
BAB l
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dengan
adanya kejadian yang terlalu sering bayi dengan ikterus Neonaturum pada
beberapa bulan ini di rumah sakit - rumah sakit, maka kami mahasiswa tertarik
untuk mengambil kasus bayi dengan ikterus.
Dalam
pengamatan kami para ibu yang telah bersalin sangat kurang sekali untuk
memberikan ASI-nya pada putranya. Yang mana ASI adalah sumber dari suatu immun
bagi bayi dari penyakit antara lain penyakit kuning atau disebut Ikterus
Neonaturum.
Untuk ini
para mahasiswa Diploma III Akademi Kebidanan harus berpacu dalam menggalakkan
pemberian ASI sesering mungkin bagi para ibu menetek dan bisa memberi
penyuluhan / penjelasan apa guna dan manfaat asi serta cara meneteki yang benar
dan sampai kapan ASI diberikan, agar bayi lumbuh berkembang secara sehat.
1.2
Tujuan
1.2.1
Tujuan
Umum
Mahasiswa
agar mampu memberi asuhan kebidanan pada bayi dengan ikterus dan berkolaborasi
dengan dokter Sp.A
1.2.2
Tujuan
Khusus
Agar bidan
bisa menjelaskan tentang arti ikterus Neonatus serta bisa memberi penjelasan
tentang perawatan dan pencegahan, jangan sampai terjadi ikterus pada neonatus.
1.3
Metode
Pembahasan
Membandingkan teori dengan kasus nyata.
1.4
Sistematika
Penulisan
Sistematika penulisan disusun sebagai
berikut:
Bab I Pendahuluan
Terdiri
darai Latar Belakang, Tujuan, Metode Pembahasan serta Sistematika Penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Terdiri
dari batasan, konsep materikterus, pemeriksaan klinis, asuhan kebidanan pada
ikterus dan diarhe.
Bab III Tinjauän Kasus
Terdiri dari
Pengkajian Data Subyektif, Obyektif Assasement, Diagnosa Perencanaan, Implementasi,
Evaluasi.
Bab IV Simpulan
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Batasan
2.1.1
Pengertian
Ikterus
Ikterus
adalah wama kuning yang tampak pada kulit dan mukos, karena adanya penumpukan
bilirubin akibat peningkatan kadarnya dalam darah.
1.
Harga
Normal bilirubin dalam darah : Direk < 1,0 mg, Indirek < 2,0 mg%.
2.
Harga
patologis (kelainan) bilirubin dalam darah
§
Indirek
bayi aterm > 12mg%
§
Indirek
bayi prematur > 10 mg%
§
Ataupeningkatankadar0;2rng/ja;natau4mg/hari
2.2
Konsep
Materi
2.2.1
Potofísiologis
terjadinya Ikterus
Penumpukan
bilirubin disebabkan oleh :
1.
Pemecahan
eritrosit (sel darah merah) berlebihan.
2.
Gangguan
transportasi, misalnya hipoalbuminemia pada bayi kurang bulan.
3.
Gangguan
konjugasi.
4.
Gangguan
fungsi hepar atau imaturitas hepar.
5.
Gangguan
ekskresi atau obstruksi
2.2.2
Metabolisme
Bilirubin
§ Produksi :
Sumbernya adalah produk degradasi
hemoglobin (terutama) sebagaian dari sumber lain.
§ Transportasi : Bilirubin indirek
diangkut ke hepar dalam ikatan dengan albumin.
§ Konjugasi :
di hear bílirubin dikonjugasi menjadi
bilirubin direk dengan pengaruh enzim glukuronil transferase.
§
Ekskresi :
Bilirubin diekskresi ke usus melalui
duktus koledokus
2.2.3
Bilirubin
ada 2 jenis
1. Bilirubin inderek : - Belum dikonjugasi
- Larut dalam lemak (tidak larut datam air)
2. Bihrubindirek : - Larut
dalam air
- Ekskresi melalui usus, bila terdapat
obstruksi, ekskresi melalui ginjal.
2.2.4
Ikterus
Fisiologis
Bila
penumpukan bilirubin tídak mengganggu
§
Tampak
pada hari ke 3 - 4
§
Bayi
tampak normal/sehat
§
Kadarnya
< 12 mg%
§
Menghilang
paling lambat 10- 14 hari
§
Tidak
ada faktor resiko
§ Scbab : proses físiologis
2.2.5
Ikterus
Patologis
§
Biasanya
timbul pada bayi umur < 36 jam
§
Cepat
berkembang
§
Bisa
disertai lebih lama → > 2 Minggu
§
Ada
faktor resiko
§
Dasar
: proses patologis
2.2.6
Penyebab
/ Faktor resiko Ikterus
1.
Proses
hemolisis / produksi bilirubin meningkat
- Golongan
darah ibu-bayi tidak serasi (Rhesus, A B 0)
- Hematoma,
memor
- Spherositosis
kongenital
- Enzim
Gg PD rendah
2.
Gangguan
Transportasi
§
Albumin
rendah (Prematur, kurang gizi)
§
Ikatan
kometitif dengan albumin rendah (obat-obat atau bahan lain)
§
Kemampuan
mengikat albumin rendah (asidosis)
3.
Gangguan
Konjugasi
§
Belum
adekuatnya enzim glukoronil transferase (prematur, konginetal).
4.
Gangguan
Ekskresi
§
Obstruksi
saluran empedu (cholestasis)
§
Obstruksi
usus (sirkulasi enterohepatik meningkat)
2.2.7
Pendekatan
untuk mengetahui penyebab ikterus neonetarum
Hari
tímbulnya
|
Penyebab yang sering
|
Pemeriksaan
|
Hari I
|
·
Gol. Darah ibu-anak tídak serasi (Rh, ABO).
·
Infeksi intrauteria (virus, toksoplasma sifilis, bakteri).
·
Defísiensi enzim Gg PD
|
·
Bilirubin serum
·
Darah lengkap
·
Gol. Darah ibu & bayi
·
Tes Coombs
·
Enzim Gg PD
|
|
·
Ikterus Fisiologis
·
Gol. Darah ibu & anak tidak serasi
·
Defisiensi enzim Gg PD
·
Polisitemia
·
Infeksi, umumnya oleh gram negatif
·
Perdarahan tertutup (hematon, fraktur)
·
RDS (hipoksia)
·
Dehidrasi - Asidosis
|
·
Bilirubin serum
·
Darah lengkap
·
Enzim Gg PD
·
Golongan Darah ibu dan bayi
·
pemeriksaan lain-lain bila perlu.
|
|
·
Infeksi (spesis)
·
RDS (hipoksia)
·
Intake kurang
·
Dehidrasi – osidasi
·
Dehidrasi enzim Gg PD
·
Pengaruh obat - obat
|
|
|
|
|
2.2.8
Bahaya Hiperbilirubin
KERNICTERUS .
Bilirubin
melekat pada membran dan mitokodria sel otot
§
Derajat
I : Malas minum, hipotoni, lethargia, muntah, reflex
moro
§
Derajat
II : Kejang,
Hipertermi, Irritable, rigedity.
§ Derajat III : Tuli, retardasi mental,
gangguan pendengaran
2.2.9
Komplikasi
Diarhe
akibat hyperosmolar dalam usus.
2.3
Pemeriksaan
Klinis
Penentuan derajat
ikterus menurut pembagian zona tubuh (menurut KRAMER)
§
Kramer
I. Daerah kepala
(Bilirubin
total ± 5 - 7 mg)
§
Kramer
II daerah dada - pusat
(Bilirubin total ± 7 – 10 mg%)
§
Kramer
III Perut dibawah pusat s/d lutut
(Bilimbin
total ± 10 - 13 mg)
§
Kramer
IV lengan s/d pergelangan tangan tungkai bawah s/d pergelangan kaki
(Bilirubin total ± 13 - 17
mg%)
§
Kramer
V s/d telapak tangan dan telapak kaki
(Bilirubin total
>17 mg%).
2.4
Asuhan
Kebidanan Pada Ikterus.
2.4.1
Pencegahan
Dcterus
Ikterus
dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan:
§
Pengawasan
antenatal yang baik.
§
Menghindari
obat-obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehaniilan dan
kelahiran misalnya : Sulfafurazal,
novobiosin, oksitosin dll.
§
Pencegahan
dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
§
Iluminasi
yang baik, bangsal bayi baru lahir.
§
Pencegahan
infeksi.
§
Ada
yang menganjurkan penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
2.4.2
Pengobatan
Ikterus
1.
Menghilangkan/mengatasipenyebab.
2.
Mencegah
peningkatan kadar bilirubin lebih lanjut dengan cara:
§
Meningkatkan
kerja enzim dan konsentrasi ligandin
→ Phenobarbital
(luminal) → 1-2 mg / kg 1 x - 2-3x / hr
(3 hari)
§
Merubah
bilirubin tidak larut menjadi larut dalam air.
Fototerapi →
isomer bilirubin yang dapat dieksresi lagsung tanpa konjugasi → eksresi
bilirubin, bertambah
§
Membuang
bilirubin darah
→ Transfusi
tukar (exchange transfusion).
Pedoman Pemilihan Pengobatan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.4.3
Foto
Terapi/Terapi Sinar
2.4.3.1
Indikasi
Bayi kurang
bulan
§
Dimulai
bila kadar bilirubin indirek > 10 mg%
§
Setelah
24 jam terapi sinar:
-
Bilirubin
indirek > 12 mg % dilanjutkan terapi sinar 24 jam lagi → dihentikan bila kadar bilirubin indirek
< 10 mg % (maksimal terapi sinar 2 x 24
jam).
-
Bilirubin
indirek 10-12 mg → istirahaM 2 jam →
dilanjutkan lagi selama 24 jam.
§
Bayi
umur > 5 hari : bila kadar bilirubin tetap < 12 mg tetapi sinar tidak perlu diberikan.
Bayi cukup bulan
§
Dimulai
terapi sinar bila :
-
Bilirubin
indirek > 15 mg (bayi umur < 96jam)
-
Bilirubin
indirek > l mg% (>96jam)
§
Setelah
24 jam terapi sinar :
-
Bilirubin
indirek > 18 mg diteruskan s/d 15 mg %.
-
Bilirubin
indirek < 18 mg → Istirahat 12 jam →
dilanjutkan lagi selama 24 jam.
-
Bilirubin
indirek < 15 mg → dihentikan bagi
bayi umur > 15 hari.
2.4.3.2
Persiapan
Alat
§
Lampu
neon (Foto terapi).
§
Tempat
tidur bayi dengan peralatannya.
§
Kain
kasa, lester, gunting, kertai, karbon.
§
Salep
mata.
2.4.3.3
Sebelum
tindakan.
Memberi
penjelasan kepada keluarga pasien hal-hal yang akan dilakukan.
2.4.3.4
Pelaksanaan
terapi sinar.
1.
Jarak
hayi dengan lampu 40 cm.
2.
Bayi
telanjang bulat.
3.
Mata
bayi ditutup kain / bahan lain yang tidak tembus cahaya.
4.
Dilakukan
terapi sinar kontinyu selama 24 jam.
5.
Diistirahatkan
12 jam → kalau perlu dosis II 24 jam.
6.
Sebaiknya
tutup mata dibuka bila bayi minum / diangkat dari lampu.
7.
Tia6janiposisidirobah:telentang-miringkanan-íengkurapmiring
kiri,dsb.
8.
Buat
Flow Chart yang cermat:
§
Suhu
dipertahankan 36 - 37 °C (suhu tubuh diukur tiap 3 jam) hindari hipotermi /
hipertermi.
§
Catat
berak (frekuensi & kualitasnya), diuresis
9.
Monitor
Hubungan kadar bilirubin (selama &
sesudah terapi sinar)
2.4.3.5
Transfusi
Tukar
1.
Indikasi
§
Neonatal
hyperbilirubinemia .
§
Severe
septicemia + selerema neonatorum
2.
Tujuan
§
Menurunkan
kadar bilirubin indirek ada mernatus
§
Menurunkan
bahan-bahan toksik yang ada.
3. Manfaat : Memperbaiki keadaan umum
pada pasien dan mcncegah komplikasi yang lebih berat
4.
Pemilihan
darah
§
Bila
karena ketidakcocokan darah golongan Rhesusu menggunakan golongan darah 0
rhesus negatif.
§
Bila
karena ketidakcocokan golongan darah A B 0 (biasanya ibu 0 anak A atau B) →
menggunakan gol darah 0 dengan low titer golongan darah anak dengan rhesus
positif.
§
Bila
bukan karena ketidakcocokan golongan darah → menggunakan golongan darah yang
sama dengan gol darah bayi.
5.
Persiapan,
pelaksana, komplikasi & monitoring → lihat protap.
2.5
Diarhe
2.5.1
Pengertian
Diarhe.
Diarhe
adalah perubahan bentuk kotoran anak yang semula padat berubah menjadi lembek
atau cair dan buang air besar 3 x atau lebih dalam 24 jam (Buku Kesehatan Ibu
dan Anak DinKes. Propinsi Jawa Timur 2002).
2.5.2
Penyebab
2.5.2.1
Infeksi
Bakteri
§
Jamur :
Candida.
§
Virus
: -
§
Protozoa : Amuba.
§
Interal : -
Cholera.
- Shigela.
2.5.2.2
Kesalahan
gizi
2.5.2.3
Allergie
2.5.3
Gejala-gejala
§
Berak
- berak tak terhitung dengan konsistensi cair.
§
Muntah
- muntah.
§
Panas.
§
Sering
didahului atau diakhiri dengan abstipasi.
§
Anorexia.
§
Kekurangan
cairan.
§
Turgor
jelek.
§
Terdapat
tanda-tanda dehidrasi.
2.5.4
Perawatan
§
Isolasi.
§
Istirahat.
§
Alat-alatperawatanharusdidesinfeksi.
§
Pasien
tídak boleh kedinginan.
§
Mengatur
diet inakanan.
§ Observasi intake dan output.
2.5.5
Komplikasi
§
Dehydrasi.
§
Acidosis.
§
Shock
hypovolomik
§
Kejang
§
Penyakit
lain : Broncho Pneumonia
Encephalitas
BAB3
TINJAUAN KASUS
3.1
Pengkajian
Dilakukan pada tanggal 26 Agustus 2005
3.1.1
Data Subyektif
Identítas:
Nama :
Bayi Azrul
Lahir :
Tgl 22 – 8 – 2005 Jam 02.30 St B
Jenis :
Laki - laki
No.Reg : 751 / 05
Data orang
tua
Nama
Ibu :
Ny. Salama
Agama :
Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : RT
Nama Ayah : Tn.
Mansyur
Agama :
Islam
Pendídikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
3.1.2
Keluhan
Utama
§
Kiriman
dari dokter Harjono Suparto, Sp.A
§
Bayi
dengan Ikterus umur 4 hari dan diare
3.1.3
Riwayat
Antenatal
G I Po
Periksa di RS IBI Dupak Surabaya.
Sudah dapat TT 1 x robarantia, kalk
dan tambah darah
3.1.4
Riwayat
Penyakit
Diabetus
Militus : tidak pemah
TBC : tídak pemah
Asma : tidak pemah
Kuning : tidak pernah
3.1.5
Pola
Kebiasaan
Pola
Nutrisi
Makan 3x sehari, porsi cukup lauk pauk
ikan ayam, tahu tempe. Sayur sop, kadang sayur asem, bening bayam. Pagi,
sebelum makan pagi minum susu, siang kacang hijau. Sore teh, lain dari itu air
putih setelah makan.
Pola merokok tidak pernah, minum minuman
keras tidak pernah. Minum jamu seminggu sekali.
3.1.6
Riwayai
Natal
Umur
kehamilan 37 minggu cara persalinan normal spontan B.
Anak lahir
menangis keras
Pemeriksaan
Umum
BB: 3500gr,
Panjang 50 cm, Suhu 37oC, Nadi l00 x/m, RR 24 x/m
BAB mencret
cair ada ampas.
-
Inspeksi
:
Kulit :
kering mengisut
Wama :
kuning turgor kurang elastis
Kepala :
caput succedaneum tidak ada, cephalo haematum tidak ada
Muka :
simetris.
Mata :
Seklera :
kuning
Conjungtiva : merah
Telinga : otitis media tidak ada
Abdomen : kembung positif
Hepatomegali : tidak ada
Hernia
umbilicalis : tidak ada
Genetalia
externa :
Testis
: sudah turun dalam scrotum
Anus :
Atresia
Ani : tidak ada
Kaki /
Tangan : simetris
Jari-jari
: lengkap
-
Hasil
Laboratorium
Bilirubin
Direk : 1,9
Bilirubin
Indirek : 15,6
F :
Terapi dokter :
- Foto
terapi 24 jam
-
Colestin 3 x 125 mg
cek darah urobilin – bilirubin
A : Icterus Neonatus hari ke 4
dengan diarhe
P : Jelaskan hasil Pemeriksaan
bayi kepada orang tua
Berikan tindakan sesuai advis dokter:
-
Foto
therapi 24 jam
-
Colestin
3 x 125 mg
-
Cek
darah urobilin/bilirubin
Observasi:
Suhu, nadi, RR, BAB, BAK
Anjurkan
pada Ibu untuk memberi ASI dalam botol.
IMPLEMENTASI
1 - 6 – 2004
-
Memberikan
penjelasan pada ibu tentang keadaan bayi
Jam
11.00
-
Memberikan
tindakan foto therapi dengan posisi terlentang 6 jam 1 dengan mata ditutup
pakai kacamata hitam dari kain dan di dipakaikan popok saja.
Jam 11.20
-
Memberikan
obat puyer colestin 1 bks, 25 mg.
-
Memberikan
ASI.
Jam 11.30
Mengukur:
-
Suhu
37° C, Nadi 100 x/mm, RR 28 x/mm
-
Fototerapi
sementara di stop.
-
BAK
lancar
-
BAB
Mencret cair ada ampas
Jam 12.30
-
Mengontrol suhu 36° C. Fototerapi dimulai lagi posisi
tetap terlentang.
-
Memberikan
minum ASI + Pasi per speen
Jam 17.00
-
Merubah
posisi fototerapi miring kanan dengan disandari botol berisi air dan dibungkus,
di daerah punggung bayi BAB 2x mencret cair ada ampas.
Jam 18.00
-
Mengukur
suhu 377 C fototheraphi di stop sementara. Extra minum dan compres
dingin.
Jam 19.00
-
Mengukur
suhu 372 C fototheraphi masih distop. Meminumkan obat puyer colestin
1 bks (125 mg).
Jam 20.00
-
Memberikan
Asi + pasi perspeen
-
Mengukur
suhu bayi 367C fototherapi dimulai lagi dengan posisi miring kanan
Jam 24.00,
Merubah posisi tidur bayi miring kiri:
-
Miksi
lancar
-
BAB
mencret cair ada ampas
2-6-2004
Jam 06.30
S : - Ibu mengatakan anak semalam mencret 2x cair
campur ampas.
- Sering menangis
- Tidak panas
O : Suhu
363 oC, Nadi 92 x/mm. RR 24 x/mm
BAK lancar, BAB mencret 2x cair campur
ampas
Inspeksi
Kulit Kuning
berkurang, Tugor belum elastis dan tidak kering
Periksa Ulang
Laborat Jam 08.00
-
Bilirubin
Direk :
1,6
- Bilirubin Indirek :
13,4
A :
Ikterus Neonatus dan diarhe belum
teratasi
P :
- Jelaskan
hasil laborat pada ibu
- Lanjutkan foto terapi
sampai dengan 24 jam
- Observatif
suhu, nadi, RR,BAB, BAK
- Tambahkan
ASI dan PASI per speen
- Beri
obat diarhe
- Jelaskan pada íbu bila sudah 24 jam cek urobilin
dan bilirubin lagi.
IMPLEMENTASI
- Memberitahu pada ibu hasil laborat
Jam 06.30
- Posisi
bayi ganti telungkup
Jam 07.00
- Minum obat mencret pada bayi: colestin 125
mg (1 bungkus)
- Mengambil
darah untuk cek urobilin dan bilirobin
- Mengukur
suhu 36°C nadi 92 x/mm RR 24 x/mm
- BAB
mencret 2x campur ampas, BAK lancar
- Memberi
minurn ASI + PASI per speen
- Menjelaskan
hasil laborat
Urobilin
: 1,6
Bilirubin
: 13,4
2-6-2004
Jam 12.00
S :
- Ibu
mengatakaa bayi mencret Ixadaampas
- Tidak rewel
- Minum
tidak muntah
0 : - Suhu
3670 C, Nadi 94 x/mm, RR : 26 x/mm
- BAK : Lancar BAB mencret 1x
campur ampas
Inspeksi
:
Kulit masih sedikit kuning, turgor
belum elastis.
A : - Bayi
Ikterus Neonatus dan diarhe belum teratasi seluruhnya.
P :
- Rubah
posisi bayi dengan terlentang.
- Beri minum ASI dan PASI
perspeen
- Observatif:
Suhu, nadi, RR dan BAB, BAK.
IMPLEMENTASI
Jam 12.00
- Merubah posisi bayi dengan tidur terlentang
Jam 12.15
- Memberi minum ASI + PASI perspeen
Jam 12.20
- Mengukur suhu 367 °C, Nadi 94 x/mm, RR 26x/mm BAK lancar, BAB mencret 1x campur ampas.
Tanggal
2-6-2004
Jam 18.00
S
: Ibu mengatakan bayi sudah tidak mencret sudah tidak rewel
Minum ASI dan PASI tidak muntah.
0 : Suhu 3640 C, Nadi 96x/mm, RR 28 x/mm
BAK : Lancar BAB : belum
Inspeksi :
- Kulit
tidak kelihatan kuning
- Turgor
baik
- Diarhe
berhenti
A :
Bayi Ikterus Neonatanatus dan diarhe
teratasi
P : - Tunggu
dokter untuk advis selanjutnya sampai tgl
3-6-2004
waktu visite
- Beri
obat mencret colestín 125 mg
- Ganti
posisi bayi miring kanan
- Observatif
suhu, nadi, RR, BAK, BAB
- 6
jam lagi rubah posisi tídur bayi miring kiri
IMPLEMENTASI
Jam
18.00 : Merubah posisi tidur bayi miring kanan.
Jam 18.15 :
Memberi minum obat colesten 125
mg pada bayi
Jam 18.20 :
Mengukur suhu 364 0C,
Nadi 96 x/mm, RR 28 x/mm
BAK lancar, BAB
lembek
Jam 24.00 :
Merubah posisi tidur bayi miring
kiri
Tanggal 3 – 6 – 2004
Jam 06.00
S
: - Ibu mengatakan bayi
- Minum
banyak ASI + PASI perspeen
- Tidak
muntah.
- Tidak
rewel.
- Tidak
mencret, berak 1x lembek
0 : - Suhu
368o C, nadi 94 x/mm, RR 28 x/mm
BAK : Lancar BAB
: Lembek
Inspeksi
- Kulit tidak kuning
- Turgor baík
A : Bayi Ikterus Neonatus dan Diarhe teratasi
P : - Beri minum ASI + PASI
perspeen
- Cek
laborat ulang advís dokter
- Hasil
laborat laporkan dokter waktu visite
IMPLEMENTASI
Jam 08.00 : -
Dokter anak visite
- Melaporkan hasil laboratorium
- Urobilik :
negatíf
- Billrobm
: negatif
- Dokter mengijinkan pulang dan mengarjurkan
bayi 3 hari lagí kontrol
Jam 08.30 : Memberi
minum ASI + PASI perspeen
Jam 09.00 : Kacamata bayi dilepas, bayi dipakaikan baju
popok dan digendong lalu pulang, setelah orang tua melunasi biaya opname, susu
bayi dibawakan pulang.
Evaluasi :
- Bayi
kelihatan sehat tidak kunig diarhe berhenti segera bayi dibawa pulang.
- Bayi kembali kontrol 2 minggu lagi
DAPTARPUSTAKA
Sanyono Prawirohardjo, Pelayanan
Kesehatan Matemal (dan Nepnatal), Jakarta. 2001.
Abdul Rohim Sp.A, Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.2000. RSUD Dr. Suíomo Surabaya
1986.
Ibu Kesehatan Ibu Dan Anak. Dinkes Propinsi JawaTimur. 2002
ConversionConversion EmoticonEmoticon