BAB II
PEMBAHASAN
2.1Penyakit
Jantung Pada Kehamilan
Pengertian
penyakit jantung adalah penyakit yang terjadi pada jantung akibat adanya gangguan kinerja jantung untuk memompa darah di karenakan beberapa faktor.
penyakit jantung adalah penyakit yang terjadi pada jantung akibat adanya gangguan kinerja jantung untuk memompa darah di karenakan beberapa faktor.
Pada kehamilan dengan jantung
normal, wanita dapat menyesuaikan kerjanya terhadap perubahan-perubahan secara
fisiologis. Perubahan tersebut disebabkan oleh :
1.
Hipervolemia
: Dimulai sejak kehamilan 8 minggu dan mencapai puncaknya pada 28-32 minggu
lalu menetap.
2.
Jantung
dan diafragma terdorong keatas oleh karena pembesaran rahim.
Dalam kehamilan :
·
Denyut
jantung dan nadi meningkat
·
Pukulan
jantung meningkat
·
Volume
darah meningkat
·
Tekanan
darah menurun sedikit
Pada kehamilan dapat memperbesar
penyakit jantung bahkan dapat menyebabkan payah jantung (Dekompensasi cordis).
a.
Pengaruh
kehamilan terhadap penyakit jantung
Saat-saat ber bahaya bagi penderita
adalah :
·
Pada
kehamilan 32-36 minggu, dimana volume darah mencapai puncaknya (Hipervolemia)
·
Pada
kala II, dimana wanita mengerahkan
tenaga untuk mengedan dan memerlukan kerja jantung yang berat.
·
Pada
pasca persalinan, dimana darah dari ruang intervilus plasenta yang sudah lahir,
sekarang masuk kedalam sirkulasi darah ibu
·
Pada
masa nifas, karena ada kemungkinan infeksi
b.
Pengaruh penyakit jantung terhadap kehamilan
·
Dapat
terjadi abortus
·
Prematuritas
: Lahir tidak cukup bulan
·
Dismaturitas
: Lahir cukup bulan namun dengan berat badan lahir rendah
·
Lahir
dengan apgar rendah atau lahir mati
·
Kematian
janin dalam rahim (KJDR)
Klasifikasi penyakit
jantung dalam kehamilan :
Kelas I :
·
Tanpa
pembatasan kegiatan fisik
·
Tanpa
gejala pada kegiatan biasa
Kelas II :
·
Sedikit
dibatasi kegiatan fisiknya
·
Waktu
istirahat tidak ada keluhan
·
Kegiatan
fisik biasa menimbulkan gejala insufisiensi jantung
·
Gejala
adalah lelah, Palpitasi, Sesak nafas, dan nyeri dada (Angina pektoris)
Kelas III :
·
Kegiatan
fisik sangat dibatasi
·
Waktu
istirahat tidak ada keluhan
·
Sedikit
kegiatan fisik menimbulkan keluhan insufusiensi jantung
Kelas VI :
·
Waktu
istirahat dapat timbul keluhan insufisiensi jantung, apalagi kerja fisik yang
tidak berat
Kira – kira 80 % penderita adalah
kelas I dan II, serta kehamilan dapat meningkat kelas tersebut menjadi II, III,
VI. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adalah umur, anemia, adanya aritmia
jantung dan hipertrofi ventrikuler, dan pernah sakit jantung.
2.2Patofisiologi
Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Kerena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan dalam system kardiovaskuler yang biasanya masih dalam batas-batas fisiologik. Perubahan – perubahan itu terutama disebabkan karena :
Keperluan janin yang sedang bertumbuh akan oksigen dan zat-zat makanan bertambah dalam berlangsungnya kehamilan, yang harus dipenuhi melalui darah ibu. Untuk itu banyaknya darah yang beredar bertambah, sehingga jantung harus bekerja lebih berat. Kerena itu dalam kehamilan selalu terjadi perubahan dalam system kardiovaskuler yang biasanya masih dalam batas-batas fisiologik. Perubahan – perubahan itu terutama disebabkan karena :
1.
Hidrenia ( Hipervolemia ), di mulai sejak umur
kehamilan 10 minggu dan puncaknya pada UK 32 – 36 minggu.
2.
Uterus gravidus yang makin lama makin besar
mendorong diafragma ke atas, ke kiri, dan ke depan sehingga pembuluh-pembuluh
darah besar dekat jantung mengalami lekukan dan putaran.
Volume plasma bertambah juga sebesar 22%. Besar dan saat terjadinya
peningkatan volume plasma berbeda dengan peningkatan volume sel darah merah;
hal ini mengakibatkan terjadinya anemia delusional ( pencairan darah ).
12-24 jam pasca persalinan terjadi peningkatan volume plasma akibat
imbibisi cairan dari ekstra vascular ke dalam pembuluh darah, kemudian di ikuti
periode deuresis pasca persalinan yang mengakibatkan hemokonsentrasi (
penurunan volume plasma ). Dua minggu pasca persalinan merepakan penyesuaian
nilai volume plasma seperti sebelum hamil.
Jantung yang normal dapat menyesuaikan diri, tetapi jantung yang sakit
tidak. Oleh karna itu dalam kehamilan frekuwensi denyut jantung meningkat dan
nadi rata-rata 88x/menit dalam kehamilan 34-36 minggu. Dalam kehamilan lanjut
prekordium mengalami pergeseran ke kiri dan sering terdengar bising sistolik di
daerah apeks dan katup pulmonal. Penyakit jantung akan menjadi berat pada
pasien yang hamil dan melahirkan, bahkan dapat terjadi decompensasi cordis.
2.3Manifestasi
Klinis
Mudah lelah, nafas terengah-engah, ortopnea, dan kongesti paru adalah
tanda dan gejala gagal jantung kiri. Peningkatan berat badan, edema tungkai
bawah, hepatomegali, dan peningkatan tekanan vena jugularis adalah tanda dan
gejala gagal jantung kanan.
Perlu diawasi saat-saat
berbahaya bagi penderita penyakit jantung yang hamil yaitu :
1. Antara minggu ke 12 dan 32 terjadi perubahan hemodinamik, terutama minggu
ke 28 dan 32, saat puncak perubahan dan kebutuhan jantung maksimum.
2. Saat persalinan. Setiap kontraksi uterus meningkatkan jumlah darah ke
dalam sirkulasi sistemik sebesar 15-20% dan ketika meneran pada partus kala II,
saat arus balik vena dihambat kembali ke jantung.
3. Setelah melahirkan bayi dan plasenta. Hilangnya pengaruh obtruksi uterus
yang hamil menyebabkan masuknya darah secara tiba-tiba dari ekstremitas bawah
dan sirkulasi uteroplasenta ke sirkulasi sistemik.
4. 4-5 hari setelah persalinan. Terjadi penurunan resistensi perifer dan
emboli pulmonal dari trombus iliofemoral.
Gagal jantung biasanya terjadi perlahan-lahan, diawali ronki yang menetap
di dasar paru dan tidak hilang setelah menarik nafas dalam 2-3 kali.
2.4Penatalaksanaan
Sebaiknya dilakukan
dalam kerjasama dengan ahli penyakit dalam atau ahli jantung. Secara garis
besar penatalaksanaan mencakup mengurangi beban kerja jantung dengan tirah
baring, menurunkan preload dengan deureti, meningkatkan kontraktilitas jantung
dengan digitalis dan menurunkan after load dengan vasodilator.
Penatalaksanaan
dilakukan berdasarkan klasifikasinya yaitu :
Kelas I
Tidak memerlukan
pengobatan tambahan.
Kelas II
Umumnya tidak memerlukan pengobatan tambahan, hanya harus menghindari
aktifitas yang berlebihan, terutama pada UK 28-32 minggu. Pasien dirawat bila
dalam keadaan buruk.
Kedua kelas ini dapat meneruskan kehamilan sampi cukup bulan dan
melahirkan pervagina, namun harus diawasi dengan ketat. Pengawasan kala I
setiap 10-15 menit dan kala II setiap 10 menit. Bila terjadi takikardi,
takipnea, sesak nafas ( ancaman gagal jantung ), berikan digitalis suntikan
sedilanid IV dengan dosis awal 0,8 mg, dapat diulang 1-2 kali dengan selang 1-2
jam. Selain itu dapat di beri oksigen, morin ( 10-15mg ), dan diuretic.
Pada kala II dapat spontan bila tidak ada gagal jantung. Bila berlangsung
selama 20 menit dan ibu tidak dapat meneran akhiri dengan ekstraksi cunam atau
vakum dengan segera.
Rawat pasien sampai hari ke 14, mobilisasi bertahap dan pencegahan
infeksi, bila fisik memungkinkan, pasien dapat menyusui.
Kelas III
Dirawat di rumah sakit
selama hamil terutama UK 28 minggu dapat diberikn diuretic.
Kelas IV
Harus di rawat di rumah
sakit.
Kedua kelas ini tidak
boleh hamil karena resiko terlalu berat. Pertimbangkan abortus terapeutik pada
kehamilan kurang dari 12 minggu. Jika kehamilan di pertahankan pasien harus
berbaring selama hamil dan nifas. Bila terjadi gagal jantung mutklak harus
dirawat dan berbaring terus sampai anak lahir. Dengan tirah baring, digitalis,
dan diuretic biasanya gejala gagal jantung akan cepat hilang.
Operasi pada jantung
untuk memperbaiki fungsi sebaiknya dilakukan sebelum hamil. Pada wanita hamil
saat yang paling baik adalah trimester II namun berbahaya bagi bayinya karena
setelah operasi harus diberikan obat anti pembekuan terus menerus dan akan
menyebabkan bahaya perdarahan pada persalinan.
2.5 Penyakit jantung yang sering diderita saat kehamilan.
2.5.1 Decompensasi cordis
A. Pengertian
Decompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad ramali.1994)
Dekompensasi kordis adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat pada penurunan fungsi pompa jantung (Tabrani, 1998; Price, 1995).
B.
Etiologi
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark miokard atau kardiomiyopati.
Faktor lain yang dapat menyebabkan
jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan pengisisan ventrikel (stenosis katup
atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan ejeksi ventrikel (perikarditis
konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh penyebab tersebut diduga yang
paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi tersebut mengakibatkan pada
gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer, atau di dalam sistesis atau
fungsi protein kontraktil (Price. Sylvia A, 1995).
C. Klasifikasi
C. Klasifikasi
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan,gagal jantung terbagi atas gagal jantung kiri,gagal jantung kanan,dan gagal jantung kongestif.
Pada gagal jantung kiri terjadi dyspneu d’effort,fatigue,ortopnea,dispnea nocturnal paroksismal,batuk,pembesaran jantung,irama derap,ventricular heaving,pernapasan cheyne stokes,takikardi,ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.
Pada gagal jantung kanan timbul edema,liver engorgement,anoreksia,dan kembung.Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi jantung kanan,heaving ventrikel kanan,irama derap atrium kanan,murmur,tanda tanda penyakit paru kronik,tekanan vena jugularis meningkat,bunyi P2 mengeras,asites,hidrothoraks,peningkatan tekanan vena,hepatomegali,dan pitting edema.
Pada gagal jantung kongestif terjadi
manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan kanan. New York Heart Association
(NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4 kelas :
1. Kelas 1: Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
2. Kelas 2: Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
3. Kelas 3: Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
4. Kelas 4: Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan harus tirah baring.
D. Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada
kontraktilitas myokard yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan
pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun
mengurangi curah sekuncup,dan meningkatkan volume residu ventrikel. Sebagai
respon terhadap gagal jantung,ada tiga mekanisme primer yang dapat di lihat :
- Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik,
- Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron,
- Hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas.
- Meningkatnya aktivitas adrenergic simpatik,
- Meningkatnya beban awal akibat aktivasi system rennin angiotensin aldosteron,
- Hipertrofi ventrikel.
Ketiga respon kompensatorik ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.Kelainan pada kerja ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan beraktivitas.
Dengan berlanjutnya gagal jantung
maka kompensasi akan menjadi semakin kurang efektif. Menurunnya
curah sekuncup pada gagal jantung akan membangkitkan respon simpatik
kompensatorik.
Penurunan curah jantung pada gagal jantung akan
memulai serangkaian peristiwa :
1. Penurunan aliran darah ginjal dan akhirnya laju filtrasi glomerulus,
2. Pelepasan rennin dari apparatus juksta glomerulus,
3. Iteraksi rennin dengan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan angiotensin I,
4. Konversi angiotensin I menjadi angiotensin II,
5. Perangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal, dan
6. Retansi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus pengumpul.
Respon
kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi miokardium atau bertambahnya
tebal dinding.Hipertrofi meningkatkan jumlah sarkomer dalam sel-sel
miokardium;tergantung dari jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal
jantung,sarkomer dapat bertambah secara parallel atau serial.Respon miokardium
terhadap beban volume,seperti pada regurgitasi aorta,ditandai dengan dilatasi dan
bertambahnya tebal dinding.
E. Tanda dan gejala
E. Tanda dan gejala
Dampakdari cardiak output dan
kongesti yang terjadi sisitem vena atau sisitem pulmonal antara lain :
• Lelah • Oliguri.
Penurunan aktifitas GI
• Kulit dingin dan pucat • Cemas
• Kulit dingin dan pucat • Cemas
Tanda dan gejala yang disebakan oleh
kongesti balikdari ventrikel kiri, antara lain :
• Dyppnea • Reles paru
• Batu • Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
• Orthopea
• Dyppnea • Reles paru
• Batu • Hasil x-ray memperlihatkan kongesti paru.
• Orthopea
Tanda-tanda dan gejala kongesti
balik ventrikel kanan :
• Edema perifer
• Distensi vena leher
• Hari membesar
• Peningkatan central venous pressure (CPV)
• Edema perifer
• Distensi vena leher
• Hari membesar
• Peningkatan central venous pressure (CPV)
F. Pemeriksaan penunjang
1. Foto polos dada
2. EKG
3. Kateterisasi jantung dan Sine Angiografi
G. Penatalaksanaan
Yang ideal adalah koreksi terhadap penyakit
yang mendasari, akan tetapi sering tindakan ini tidak dapat dilaksanakan.
Bertujuan :
Bertujuan :
- menurunkan
kerja jantung.
- Meningkatkan
gurah jantung dan kontraktilitas miocard.
- Menurunkan
retensi garam dan air.
Pelaksanaannya meliputi :
1.
Tirah Baring :
Kebutuhan
pemompaan jantung diturunkan, untuk gagal jantung kongesti tahap akut dan sulit
disembuhkan.
2.
Pemberian diuretic :
Akan
menurunkan preload dan kerja jantung
3.
Pemberian morphin :
Untuk
mengatasi edema pulmonal akut, vasodilatasi perifer, menurunkan aliran balik
vena dan kerja jantung, menghilangkan ansietas karena dispnoe berat.
4.
Reduksi volume darah sirkulasi : Dengan metode plebotomi, yaitu suatu
prosedur yang bermanfaat pada pasien dengan edema pulmonal akut karena tindakan
ini dengan segera memindahkan volume darah dari sirkulasi sentral, menurunkan
aliran balik vena dan tekanan pengisian serta sebaliknya menciptakan masalah
hemodinamik segera.
5.
Terapi nitrit :
Untuk
vasodilatasi perifer guna menurunkan afterload.
6.
Terapi digitalis :
Obat utama
untuk meningkatkan kontraktilitas (inotropik), memperlambat frekwensi
ventrikel, peningkatam efisiensi jantung.
7.
Dopamin :
Pada dosis
kecil 2,5 s/d 5 mg/kg akan merangsang alpha-adrenergik beta-adrenergik. Dan
reseptor dopamine ini mengakibatkankeluarnya katekolamin dari sisi penyimpanan
saraf. Memperbaiki kontraktilitas curah jantung isi sekuncup. Dilatasi
ginjal-serebral dan pembuluh koroner. Pada dosis maximal 10-20 mg/kg BB akan
menyebabkan vasokonstriksi dan meningkatkan beban kerja jantung.
8.
Dobutamin : Merangsang hanya betha adrenergik. Dosis mirip
dopamine memperbaiki isi sekuncup, curah jantung dengan sedikit vasokonstriksi
dan tachicardi.
2.5.2
Pre Eklamsi
- Definisi
Pre eklampsi (toksemia gravidarum)
adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria (protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang
terjadi pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah
persalinan. (Manuaba, 1998).
Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai kejang dan/atau koma
yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Superimposed preeklampsia-eklampsia adalah timbulnya
preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik.
Menurut (Mansjoer et.al 2000)
Pre-eklampsia adalah suatu kondisi medis di mana timbul hipertensi dalam
kehamilan (kehamilan-induced hipertensi) dalam hubungannya dengan jumlah
signifikan protein dalam urin. Pre-eklampsia mengacu pada satu set gejala bukan
faktor penyebab, dan ada banyak penyebab yang berbeda untuk kondisi tersebut.
Tampaknya mungkin bahwa ada zat-zat dari plasenta yang dapat menyebabkan
disfungsi endotel di pembuluh darah ibu perempuan rentan. Sementara tekanan darah
elevasi adalah tanda yang paling terlihat dari penyakit itu, melibatkan
kerusakan pada endotel umum ibu, ginjal, dan hati, dengan rilis faktor
vasokonstriksi yang sekunder terhadap kerusakan asli.
- Etiologi
Penyebab
eklampsi dan pre eklampsi sampai sekarang belum diketahui. Tetapi ada teori
yang dapat menjelaskan tentang penyebab eklampsi dan pre eklampsi yaitu :
a. Sebab
bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion, dan
mola hidatidosa.
b. Sebab
bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
c. Sebab dapat
terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
d. Sebab
jarangnya terjadi eklampsi pada kehamilan – kehamilan berikutnya
e. Sebab timbulnya
hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma
- Manifestasi klinik
Diagnosis
preeklampsia ditegakan berdasarkan adanya dua dari tiga gejala, yaitu penambahan berat badan yang berlebihan,edema, hipertensi,
dan proteinuria. Penambahan berat badan yang
berlebihan bila terjadi kenaikan 1 kg seminggu beberapa kali. Edema terlihat
sebagai peningkatan berat badan,pembengkakan kaki, jari tangan, dan
muka.Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekenen sistolik meningkat >
30 mmHg atau tekanan diastolik > 15 mmHg yang di ukur setelah pasien
beristirahat selama 30 menit. Tekanan diastolik pada trimester kedua yang lebih
dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat preeklampsia. Proteinuria apabila
terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan
kualitatif menunjukan +1 atau 2 ;atau kadar protein > 1g /l dalam
urin yang dikeluarkan dengan kateter atau porsi tengah, diambil minimal 2 kali
dengan jarak waktu 6 jam.
Disebut preeklampsia berat bila ditemukan gejaka berikut;
1. Tekanan darah
sistolik > 160 mmHg atau diastolik > 110 mmHg.
2. Proteinuria +> 5 g/24 jam atau > 3 pada tes celup.
3. sakit kepala hebat
atau gangguan penglihatan.
4. Nyeri
epigastrium dan ikterus.
5. Edema paru
atau sianosis.
6. Trombositopenia.
7. Pertumbuhan
janin terhambat.
Diagnosis
eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gajala preeklampsia disertai kejang
atau koma. Sedangkan, bila terdapat gejala preeklampsia berat dusertai salah
satu atau beberapa gejala dari nyeri kepala hebat , gangguan visus,
muntah-muntah, nyeri epigastrium dan keneikan tekanan darah yang progresif, dikatakan
pasien tersebut menderita impending preeklampsia. Impending preeklampsia
ditangani dengan kasus eklampsia.
- Patofisiologi
Patofisiologi preeklampsia-eklampsia setidaknya berkaitan dengan perubahan
fisiologi kehamilan. Adaptasi fisiologi normal
pada kehamilan meliputi peningkatan volume plasma darah, vasodilatasi,
penurunan resistensi vaskular sistemik systemic vascular resistance (SVR),
peningkatan curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid (kotak 21-1). Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar menurun, sehingga terjadi
hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke
unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi
organ dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen
maternal menurun. Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala
yang menyertai preeklampsia.
Vasopasme merupakan akibat peningkatan sensitivitas terhadap tekanan darah,
seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu ketidakseimbangan antara
prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2. Peneliti telah menguji kemampuan
aspirin (suatu inhibitor prostagladin) untuk mengubah patofisiologi
preeklampsia dengan mengganggu produksi tromboksan. Investigasi pemakaian
aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah preeklampsia dan
rasio untung-rugi pada ibu dan janin. Peneliti lain sedang mempelajari
pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah hipertensi pada kehamilan.
Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih
lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang mengalami
preeklampsia mudah menderita edema paru. Preeklampsia ialah suatu keadaan
hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinurea merupakan akibat
hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungsi di
ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme protektif, tetapi
hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi yang khas untuk
preeklampsia. Hubungan sistem imun dengan preeklampsia menunjukkan bahwa
faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam perkembangan
preeklampsia. keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa membangkitkan
respons imunologis lanjut..
- Klasifikasi Pre eklampsia
Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre eklampsia ringan dan Pre eklampsia
berat dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
a. Pre eklampsia Ringan
1) Tekanan darah
sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
2) Tekanan darah
diastolic 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.
3) Kenaikan berat
badan 1 kg atau lebih dalam seminggu. Edema umum,
kaki, jari tangan dan muka.
4) Proteinuria 0,3
gr atau lebih dengan tingkat kualitatif 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin
aliran pertengahan.
b. Pre eklampsia Berat
Diagnosa PEB ditegakkan apabila pada kehamilan >20 minggu didapatkan
satu/lebih gejala/tanda di bawah ini:
1) Tekanan darah
160/110 mmHg
a) Ibu hamil dalam
keadaan relaksasi (pengukuran tekanan darah minimal setelah istirahat 10 menit)
b) Ibu hamil tidak
dalam keadaan his.
Ø Oigouria, urin kurang dari 500 cc/24 jam.
Ø Poteinuria 5 gr/liter atau lebih atau 4+ pada pemeriksaan secara
kuantitatif.
Ø Terdapat edema paru dan sianosis.
Ø Gangguan visus dan serebral.
Ø Keluhan subjektif
c) Nyeri
epigastrium
d) Gangguan
penglihatan
e) Nyeri kepala
f) Gangguan
pertumbuhan janin intrauteri.
g) Pemeriksaan trombosit
(Manuaba, 1998)
- Pencegahan kejadian Pre eklampsia dan eklampsia
Pre eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan ynag
berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau
diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan
kematian. Untuk mencegah kejadian Pre eklampsia ringan dapat dilakukan nasehat
tentang dan berkaitan dengan:
a. Diet-makanan
Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak.
Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema. Makanan berorientasi
pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan jumlah protein dengan
tambahan satu butir telur setiap hari.
b. Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada saat hamil semakin tua dalam arti bekerja
seperlunya disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring
kearah kiri sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.
c. Pengawasan
antenatal (hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang
ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:
1) Uji kemungkinan
Pre eklampsia:
a) Pemeriksaan
tekanan darah atau kenaikannya
b) Pemeriksaan
tinggi fundus uteri
c) Pemeriksaan
kenaikan berat badan atau edema
d) Pemeriksaan
protein dalam urin
e) Kalau mungkin
dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan
pemeriksaan retina mata.
2) Penilaian
kondisi janin dalam rahim.
a) Pemantauan
tinggi fundus uteri
b) Pemeriksaan
janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban
- Penanganan Pre eklampsia
a.
Penanganan Pre eklampsia Ringan
Penanganan Pre eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi
eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal
dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Pre-eklampsi dan eklampsi tidak
memberikan respon terhadap diuretik (obat untuk membuang kelebihan cairan) dan
diet rendah garam. Penderita dianjurkan untuk mengkonsumsi garam dalam jumlah
normal dan minum air lebih banyak. sangat penting untuk menjalani tirah baring.
Penderita juga dianjurkan untuk berbaring miring ke kiri sehingga tekanan
terhadap vena besar di dalam perut yang membawa darah ke jantung berkurang dan
aliran darah menjadi lebih lancar.
Untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah kejang, bisa diberikan
magnesium sulfat intravena (melalui pembuluh darah). Jika pre-eklamsinya
bersifat ringan, penderita cukup menjalani tirah baring di rumah, tetapi harus
memeriksakan diri ke dokter setiap 2 hari. Jika perbaikan tidak segera terjadi,
biasanya penderita harus dirawat dan jika kelainan ini terus berlanjut, maka
persalinan dilakukan sesegera mungkin. Penderita pre-eklamsi berat dirawat di
rumah sakit dan menjalani tirah baring.
Pada Pre eklampsia ringan penanganan simptomatis dan berobat jalan dengan
memberikan:
1) Sedativa ringan
2) Obat penunjang
3) Nasehat
4) Jadwal
pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat.
Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk
penderita perlu memperhatikan hal berikut:
a) Bila tekanan
darah 140/90 mmHg atau lebih
b) Protein dalam
urin 1 plus atau lebih
c) Kenaikan berat
badan ½ kg atau lebih dalam seminggu
d) Edema bertambah
dengan mendadak
e) Terdapat gejala
dan keluhan subjektif.
Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan
140-150/90-100 mmHg, tunggu persalinan sampai aterm sehingga ibu dapat berobat
jalan dan anjurkan memeriksakan diri tiap minggu. Kurangi dosis obat hingga
tercapai dosis optimal. Bila tekanan darah sukar dikendalikan, berikan
kombinasi obat. Tekanan darah tidak boleh lebih dari 120/80 mmHg. Tunggu
pengakhiran kehamilan sampai 40 minggu, kecuali terdapat pertumbuhan terhambat,
kelainan fungsi hepar/ginjal, dan peningkatan proteinuria (3). Pada kehamilan
>37 minggu dengan serviks matang, lakukan induksi persalinan. Persalinan
dapat dilakukan spontan atau dipercepat dengan ekstraksi.
b. Penanganan Pre
eklampsia Berat
Bidan yang mempunyai polindes dapat merawat penderita Pre eklampsia berat
untuk sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan sehingga
penderita mendapat pertolongan yang sebaik-baiknya.
Penderita diusahakan agar:
1) Terisolasi
sehingga tidak mendapat rangsangan suara ataupun sinar.
2) Dipasang infus
glukosa 5%
3) Dilakukan pemeriksaan:
a) Pemeriksaan
umum: pemeriksaan tiap jam; tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
b) Pemeriksaan
kebidanan: pemeriksaan denyut jantung janin tiap 30 menit, pemeriksaan dalam
(evaluasi pembukaan dan keadaan janin dalam rahim).
c) Pemasangan
dower kateter
d) Evaluasi
keseimbangan cairan
e) Pemberian MgsO4
dosis awal 4 gr IV selama 4 menit
4) Setelah keadaan
Pre eklampsia berat dapat diatasi, pertimbangan mengakhiri kehamilan
berdasarkan:
a) Kehamilan cukup
bulan
b) Mempertahankan
kehamilan sampai mendekati cukup bulan
c) Kegagalan
pengobatan Pre eklampsia berat kehamilan diakhiri tanpa memandang umur.
d) Merujuk
penderita ke rumah sakit untuk pengobatan yang adekuat.
Mengakhiri kehamilan merupakan pengobatan utama untuk memutuskan kelanjutan
Pre eklampsia menjadi eklampsia. Dengan
perawatan sementara di Polindes, maka melakukan rujukan penderita merupakan
sikap yang paling tepat.
- Diet Komplikasi Kehamilan Pre Eklampsia dan Eklamsia
a. Tujuan Diet
1) Mencapai dan
mempertahankan status gizi normal
2) Mencapai dan
mempertahankan tekanan darah normal
3) Mencegah atau
mengurangi tekanan darah normal
4) Mencapai
keseimbangan nitrogen
5) Menjaga agar
penambahan berat badan tidak melebihi normal
6) Mengurangi atau
mencegah timbulnya faktor risiko lain atau penyulit baru pada saat kehamilan
atau setelah melahirkan
b. Syarat Diet
Syarat-syarat diet preeklampsia adalah:
1) Energi dan
semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara
berangsur-angsur, sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan
energi tidak lebih dari 300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2) Garam diberikan
rendah sesuai dengan berat-ringannya retensi garam atau air. Penambahan berat
badan diusahakan di bawah 3 kg/bulan atau di bawah 1 kg/minggu.
3) Protein tinggi
(1 ½ g/kg berat badan)
4) Lemak sedang,
sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
5) Vitamin
cukup; vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
6) Mineral cukup
terutama kalsium dan kalium
7) Bentuk
makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
8) Cairan
diberikan 2500 ml sehari. Pada keadaan oliguria, cairan dibatasi dan
disesuaikan dengan cara yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan
pernafasan.
c. Macam diet dan
indikasi pemberian.
1). Diet
preeklampsia I
Diet preeclampsia I diberikan pada pasien preeclampsia berat. Diet preeklampsia I diberikan sebagai makanan perpindahan dari preeklampsia
I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan
berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah garam I. makanan
ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
2) Diet
preeklampsia II
Diet preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dari
preeklampsia I atau kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu
berat. Makanan berbentuk saring atau lunak dan diberikan sebagai diet rendah
garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya.
3). Diet preeklampsia III
Diet preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari
preeklampsia II atau kepada pasien preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung
protein tinggi dan garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa.
Makanan ini cukup semua zat gizi. Jumlah energi harus disesuaikan dengan
kenaikan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap bulan.
Contoh Kasus Asuhan Kebidanan Patologi Dengan Pre Eklamsi ringan.
Data Subyektif :
Pada
tanggal 24 agustus 2011, pukul 10.00, Ny.U datang Ibu mengatakan hamil anak
pertama,usia kehamilan 8 bulan ibu mengeluh kakinya bengkak sejak kemarin dan disertai pusing.
Data Obyektif :
K/U : baik, TD : 140/100 mmHg,Nadi : 80x/menit,Suhu : 370C,RR : 20x/menit,terdapat oedema pada
ekstermitas bawah, bentuk simetris, tidak ada
ketegangan,tidak ada varises, Abdomen, Pembesaran sesuai usia kehamilan, tidak ada luka bekas operasi
maupun benjolan tanda kelainan.
Leopold I : TFU pertengahan Px dan pusat atau 32 cm dan belum sering kontraksi, pada atas fundus teraba bagian yang bulat agak lunak dan tidak melenting berarti bokong.
Leopold II : Perut sebelah kanan teraba lebar dan panjang, berarti punggung, perut sebelah kiri terdapat bagian kecil seperti mengumpul berarti ekstremitas.
Leopold III : Bagian terendah teraba keras seperti kepala belum ada penurunan kepala
DJJ : 138x/ menit, teratur, Mc Donald : 32 cm,TBJ : (32 – 11) x 155 = 3255gram, Kadar Hb : 10,8 gr%, Protein urine : +1,
Leopold I : TFU pertengahan Px dan pusat atau 32 cm dan belum sering kontraksi, pada atas fundus teraba bagian yang bulat agak lunak dan tidak melenting berarti bokong.
Leopold II : Perut sebelah kanan teraba lebar dan panjang, berarti punggung, perut sebelah kiri terdapat bagian kecil seperti mengumpul berarti ekstremitas.
Leopold III : Bagian terendah teraba keras seperti kepala belum ada penurunan kepala
DJJ : 138x/ menit, teratur, Mc Donald : 32 cm,TBJ : (32 – 11) x 155 = 3255gram, Kadar Hb : 10,8 gr%, Protein urine : +1,
Asassement
Diagnosa : G1P0A0,usia kehamilan 32 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterin, memanjang, presentasi kepala dengan pre eklampsia ringan.
Diagnosa Dasar : HPHT 10-4-08,tafsiran partus 17-1-09, bengkak pada ekstremitas
bawah dan ditemukan protein urin +1
TD 140/100 mmHg
Masalah : gangguan rasa nyaman
Dasar : Ibu sering merasa nyeri kepala
Ibu merasa nyeri pada bagian pinggang
Bengkak pada ekstermitas bawah
Ibu terlihat lemah .
Diagnosa : G1P0A0,usia kehamilan 32 minggu, janin hidup, tunggal, intrauterin, memanjang, presentasi kepala dengan pre eklampsia ringan.
Diagnosa Dasar : HPHT 10-4-08,tafsiran partus 17-1-09, bengkak pada ekstremitas
bawah dan ditemukan protein urin +1
TD 140/100 mmHg
Masalah : gangguan rasa nyaman
Dasar : Ibu sering merasa nyeri kepala
Ibu merasa nyeri pada bagian pinggang
Bengkak pada ekstermitas bawah
Ibu terlihat lemah .
Asuhan
Kebidanan pada ibu hamil dengan penyakit jantung
DS:
Kelas I :
tidak ada keluhan .
Kelas II : mudah capek, jantung berdetak(palpitasi kordis),
kadanf-kadang sesak nafas, capek, cemas,
nyeri dada.
Kelas III : sesak nafas , cemas, capek, nyeri dada.
Kelas IV : sesak
meskipun dalam keadaan istirahat, cemas, nyeri daa.
DO:
Kelas I: KU/ baik, frek jantung dan
tekanan darah meningkat, aritme bunyi jantung. Hasil pemeriksaan diagnostik:
a.
elektro
kardiografi. Adanya penyimpangan sumbu kiri rata – rata sebesar 15 derajat pada
kardiogram, beberapa lead inferior tampak perubahan sistolik ringan, kontraksi
prematuratrium dan ventrikel sering di jumpai.
b.
Ekoardiografi,
adanya perubahan normal hemodinamika, regurgitasi trikuspid, peningkatan ukuran
atrium kiri dan luas penampang lintang
aliran keluar ventrikel kiri.
Kelas II: KU/cukup
baik, pernafasan tidak teratur(kadang cepat kadang normal), frekuensi jantung
dan tekanan darah meningkat, aritma bunyi jantung, pembesaran limfe dan hati.
Hasil pemeriksaan diagnostik:
a)
Elektrokardiografi,
adanya penyimpangan sumbu kiri sama atau lebih dari 15 derajat pada kardiogram,
beberapa lead inferior tampak perubahan sistol ringan, kontraksi premakturium, dan
ventrikel sering di jumpai.
b)
Foto
thorak(pembesaran jantung)
c)
Ekoardiogram,
adanya perubahan normal hemodinamika, regurgitasi trikuspid, peningkatan ukuran
atrium kiri dan luas penampang lintang aliran keluar ventrikel kiri.
Kelas III: KU/kurang
baik,pernafasan cepat, frekuensi jantung dan tekanan darah meningkat,aritma
jantung berat, jari tabuh ,sianosi,pembesaran limfe dan hati. Hasil pemeriksaan
diagnostik:
a)
Elektrokardiografi,
adanya penyimpangan sumbu kiri sama atau lebih dari 15 derajat pada kardiogram,
beberapa lead inferior tampak perubahan sistol ringan, kontraksi premakturium,
dan ventrikel sering di jumpai.
b)
Foto
thorak(pembesaran jantung)
c)
Ekoardiografi,
adanya perubahan normal hemodinamika, regurgitasi trikuspid, peningkatan ukuran
atrium kiri dan luas penampang lintang aliran keluar ventrikel kiri.
Kelas IV KU: tidak
baik,pernafasan cepat, frekuensi jantung dan tekanan darah meningkat,aritma
jantung berat, jari tabuh ,sianosi,pembesaran limfe dan hati. Hasil pemeriksaan
diagnostik:
a)
Elektrokardiografi,
adanya penyimpangan sumbu kiri sama atau lebih dari 15 derajat pada kardiogram,
beberapa lead inferior tampak perubahan sistol ringan, kontraksi premakturium,
dan ventrikel sering di jumpai.
b)
Foto
thorak(pembesaran jantung)
c)
Ekoardiografi,
adanya perubahan normal hemodinamika, regurgitasi trikuspid, peningkatan ukuran
atrium kiri dan luas penampang lintang aliran keluar ventrikel kiri.
Assesment
Diagnosa Ny…… th… G…. UK….. mgg,
dengan suspek gangguan jantung kelas I-IV
Planning
Tujuan: setelah diakukan asuhan
kebidanan dihrapkan tidak terjadi peningkatan kelas dari penyakit jantung.
·
Kolaborasi
dokter spesialis jantung
Jelaskan hasil pemeriksaan pada
klien dan keluarga.
Jelaskan prosedur tindajan yang
akan dilakukian.
Percepat kunjungan ulang ANC .
·
Anjurkan
ibu untuk istirahat cukup.
·
Observasi
TTV dan DJJ secara rutin setiap kali kunjungan.
·
Perhatikan
bertambahnya BB, tidak boleh melebihi setengah kg/ mgg.
·
Menganjurkan:
Kls I-II: istirahat cukup min 8
jam /hr
Kls III: istirahat 2 jam pada
siang hari dan 10 jam pada malam hari.
Kls IV: istirahat sebisa mungkin,
karena istirahatpun dapat menimbulkan keluhan.
·
Observasi
tanda-tanda dekompensasi kordis.
Evaluasi
S : Ibu Mengerti Tentang penjelasan yang diberikan: Makan makanan
bergizi,Minum Obat, istirahat sesuai dengan kelas penyakit jantung yang
diderita, Kontrol Ulang/segera jika ada keluhan.
O : k/u,TTV,djj,Hasil Lab,BB,EKG
A : hamil dengan jantung
P : Kontrol Ulang/Segera Bila ada
keluhan, obsv.TTV, pemenuhan kebutuhan cairan tubuh,
DAFTAR PUSTAKA
- Nugraheny Esti.2010.ASUHAN
KEBIDANAN PATOLOGI.Yogyakarta:Pustaka Rahma
- Marmi dkk.2011.ASUHAN
KEBIDANAN PATOLOGI.Yogyakarta:Pustaka Pelajar
- Rabe,Thomas.2003.BUKU
SAKU ILMU KEBIDANAN.Jakarta:Hipokrates
ConversionConversion EmoticonEmoticon