BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan reproduksi menjadi
perhatian bersama dan bukan hanya individu yang bersangkutan karena dampaknya
luas menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Kesehatan reproduksi adalah kemampuan
seorang wanita untuk memanfaatkan alat reproduksi dan mengatur kesuburannya
(fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman.
Dysmenorhoe
atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering menyebabkan wanita
muda pergi ke dokter atau tenaga kesehatan untuk konsultasi dan pengobatan.
Karena gangguan ini sifatnya subyektif berat serta intesitasnya sukar dinilai
walaupun frekuensi dysmenorhoe cukup tinggi, penyakit ini sudah lama dikenal
namun saat ini patogenesisnya belum dapat dipecahkan (Sarwono, 1994 : 229).
Oleh karena
itu hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di perut bawah sebelum dan
sesudah haid dan sering kali mual, maka istilahnya dysmenorhoe hanya dipakai
jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat
dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam
atau beberapa hari.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan Griya Husada
dapat melaksanakan manajemen kebidanan dan mempunyai pengalaman yang nyata
dalam memberikan Asuhan Kebidanan pada klien dengan menggunakan metode Varney.
1.2.2
Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu
melaksanakan atau melakukan Asuhan Kebidanan gangguan reproduksi haid
dysmenorrhoe dengan metode Varney dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Melakukan pengkajian.
2.
Menentukan identitas.
3.
Menentukan antisipasi masalah
potensial.
4.
Menentukan identifikasi
kebutuhan segera.
5.
Menentukan intervensi.
6.
Melakukan implementasi.
7. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan.
1.3 Batasan Masalah
Mengingat waktu dan kemampuan penulis yang terbatas,
maka penulis membatasi penulisan Asuhan Kebidanan ini pada Nn.”Y” dengan
dysmenorhoe primer di BKIA Puskesmas Balongsari Surabaya .
1.4
Metode Penulisan
1.4.1
Study
Kepustakaan
Penulis membekali diri dengan
membaca literatur-literatur yang berkaitan dengan dysmenorhoe.
1.4.2
Praktek
Langsung
Melakukan Asuhan Kebidanan
pada klien dan melakukan atau memberikan pelayanan kesehatan.
1.4.3
Bimbingan
dan Konsultasi
Dalam penyusunan Asuhan
Kebidanan ini penulis juga melakukan konsultasi dan bimbingan baik pembimbing
praktek maupun pembimbing pendidikan.
1.5
Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Batasan Masalah
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Dysmenorhoe
2.2 Klasifikasi Dysmenorhoe
2.3 Etiologi
2.4 Penanganan
2.5 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Identifikasi Diagnosa / Masalah
3.3 Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5 Rencana Pengembangan
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Dysmenorhoe
1. Dysmenorhoe adalah nyeri sewaktu haid (Taben
Ben. Zion, 1994).
2. Dysmenorhoe merupakan suatu gejala yang
paling sering terjadi menyebabkan wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi
dan pengobatan. Oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak di
perut bawah sebelum, dan selama haid demikian hebatnya sehingga memaksa
penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya
sehari-hari (Sarwono, 1994 : 229).
2.2
Klasifikasi Dysmenorhoe
2.2.1
Dysmenorhoe
Primer
Dysmenorhoe primer adalah
nyeri haid, yang tidak dijumpai tanda adanya kelainan pada alat genitalia yang
nyata, terjadi setelah menarche, biasanya setelah 12 bulan atau lebih. Sifat
nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian
bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa
nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan
sebagainya.
2.2.2
Dysmenorhoe
Sekunder
Dysmenorhoe sekunder adalah
nyeri haid yang dijumpai adanya kelainan pada alat-alat genital (salpingitis
kronika, endometriosis, adenomiosis uteri, stenosis, servisis uteri, dan
lain-lain).
2.3
Etiologi
Banyak teori telah dikemukakan
untuk menerangkan penyebab dysmenorhoe primer tetapi patofisiologi belum jelas
dimengerti. Beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dysmenorhoe
primer, antara lain :
2.3.1
Faktor
kejiwaan
Pada gadis-gadis yang secara
emosional tidak stabil, juga pada gadis yang tidak mendapat penerangan yang
baik tentang proses haid, mudah timbul dysmenorrhoe.
2.3.2
Faktor
Konstitusi
Faktor tersebut erat
hubungannya dengan faktor kejiwaan, dapat juga menurunkan ketahanan terdapat
rasa nyeri. Faktor-faktor seperti anemia, penyakit menahun dan sebagainya dapat
mempengaruhi dysmenorhoe.
2.3.3
Faktor
Obstruksi Kanalis Servikalis
Salah satu teori tu untuk
menerangkan terjadinya dysmenorhoe primer ialah stenosis kanalis servikalis.
Pada wanita dengan uterus dalam hyperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis
kanalis servikali, akan tetapi hal ini tidak dianggap sebagai faktor yang
penting sebagai penyebab dysmenorhoe yang dapat menyebabkan dysmenorhoe bila
cervix sempit, hiperanteflexi, retroflexi, hypoplasia uteri.
2.3.4
Faktor
Endokrin
Pada umumnya ada anggapan
bahwa kejang yang terjadi pada dysmenorhoe primer disebabkan oleh kontraksi
uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan tonus dan
kontraktilitas otot usus.
2.3.5
Faktor
Alergi
Teori ini dikemukakan setelah
memperhatikan adanya asosiasi antara dysmenorhoe dengan urtikaria-migraine atau
asma bronciale, Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksid haid. Peningkatan
kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi dysmenorhoe primer
(Winkjosastro, 1999 : 230)
2.4
Penanganan
2.4.1
Penanganan
Psikologis
Penderita dysmenorhoe adalah
gangguan yang tidak berbahaya untuk kesehatan. Beberapa penanganan psikologis
yakni :
1. Dengan diskusi mengenai cara hidup,
pekerjaan, kegiatan dan lingkungan penderita.
2. Memberikan informasi mengenai haid,
makanan sehat, istirahat yang cukup dan olah raga untuk mengalihkan rasa nyeri
saat haid.
2.4.2
Pemberian
obat analgesik
Obat analgesik yang sering diberikan
adalah preparat kombinasi aspirin, remasetin dan kafein atau novalgin, ponstan,
asetaminophen dan sebagainya.
2.4.3
Therapie
Hormonal
Tujuannya untuk menekan
ovulasi, biasanya dipakai salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
2.4.4
Therapie
dengan obat non steroid anti prostaglandin, termasuk disini indonaetusin,
ibuprofen dan naproksen.
Penanganan dysmenorhoe
sekunder :
-
Therapie
cavsal.
2.5
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan
2.5.1
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah
metode dan pendekatan pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak yang khusus
dilakukan oleh Bidan didalam memberikan Asuhan Kebidanan kepada individu,
keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 1994 : 3).
2.5.2
Manajemen
Kebidanan Menurut Varney
Varney (1997) dalam teks
booknya menjelaskan bahwa proses penyelesaian masalah merupakan salah satu
teori dapat digunakan dalam manajemen kebidanan. Dalam teks book kebidanan yang
ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5
langkah, namun setelah menggunakan Varney (1997) melihat ada beberapa ha yang
penting disempurnakan sehingga ditambahkan 2 langkah lagi untuk menyempurnakan
teori 5 langkah yang dijelaskan terlebih dahulu. Proses
manajemen kebidanan ini ditulis oleh Varney berdasarkan proses manajemen
kebidanan American Collage of Nurse Midwife (PPKC, 2004 : 1).
2.5.3
7
Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney adalah :
1. Langkah I : Pengumpulan data
2. Langkah II : Intrepretasi data dasar
3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa
atau masalah potensial
4. Langkah IV : Mengidentifikasi dan
menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
5. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh
6. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan
7. Langkah VII : Evaluasi
Langkah I : Pengumpulan Data
Pada langkah pertama ini,
dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk
mengevaluasi keadaan klien yaitu :
-
Riwayat
kesehatan.
-
Meninjau
catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
-
Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhannya.
(PPKC, 2004 ; 2)
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Harus jelas dan lengkap, bila perlu ditanyakan
nama panggilan untuk menjalin hubungan yang akrab dan tidak keliru bila ada
kesamaan nama dengan klien lain (Christina I, 1989 : 84).
Umur : Ditanyakan dalam tahun, untuk mengetahui
apakah klien masuk dalam faktor predesposisi usia reproduksi sehat adalah 20-30
tahun (Prawirohardjo S, 2002 : 23).
Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah hubungan bila
diperlukan dalam keadaan mendesak dan dapat mengetahui lingkungan (Christina I,
1989 : 84)
Pekerjaan : Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan dan
penyakitnya, bagaimana taraf hidup dan sosial ekonominya (Christina I, 1987 : 85).
Agama : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh terhadap
kebiasaan kesehatan dan mempermudah pendekatan Asuhan Kebidanan (Depkes RI,
1993).
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual karena
tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan (Depkes RI, 1993).
Status perkawinan : Dilakukan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan (Sastrawinatan, 1983 :
115).
2. Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui
perihal yang mendorong pasien datang kepada tenaga kesehatan, sehingga didapat
kronologis timbulnya gangguan tersebut :
-
Nyeri
perut bagian bawah.
-
Klien
dalam masa menstruasi.
3. Riwayat menstruasi
Ditanyakan untuk mengetahui
kesehatan reproduksi ibu tersebut apakah mengalami gangguan atau tidak.
4. Riwayat perkawinan
Lamanya kawin perlu diketahui
untuk mempertimbangkan tindakan yang akan dilakukan misalnya pada perkawinan
muda dan masih menginginkan anak bila perlu hanya dilakukan miomektomi tanpa
hysterektomi.
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
Riwayat persalinan yaitu jarak
antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya dan cara melahirkan
6. Riwayat keluarga berencana
Ditanyakan untuk mengetahui
tingkat kesuburan ibu dan jenis kontrasepsi apa yang digunakan klien.
7. Riwayat penyakit klien
Ditanyakan untuk mengetahui
penyakit apa yang pernah diderita klien dan bagaimana kesehatan ibu saat
menderita penyakit ini serta perjalanan penyakit.
8. Riwayat penyakit keluarga
Apakah dalam keluarga klien
ada yang menderita penyakit yang dapat memperberat penyakit ibu sehingga
mungkin dapat menjadi penyulit bagi ibu dan apakah dalam keluarga ada yang
pernah menderita penyakit serupa.
9. Riwayat psiko, sosial, budaya dan
spiritual
-
Apakah
psikologis klien dapat menerima keadaan sakitnya saat ini.
-
Apakah
lingkungan sosialnya mendukung, baik moril maupun materiil.
-
Apakah
ada kebiasaan-kebiasaan yang kurang mendukung dalam proses penyembuhan.
-
Bagaimana
pandangan terhadap penyakit yang diderita saat ini.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
Yaitu pemeriksaan yang
dilakukan sesuai kebutuhan dan tanda-tanda vital meliputi :
-
Mengukur
tekanan darah, apakah ada hipertensi atau hipotensi sehingga kita dapat
menentukan status kesehatan ibu. Normalnya wanita remaja 100/60 mmHg-120/80
mmHg.
-
Nadi,
normalnya 60-90x/menit.
-
Suhu,
normalnya 360C-375 0C
-
Nafas,
normalnya 18-24x/menit
-
Berat
badan, untuk mengetahui seberapa parah penyakit yang diderita ibu saat ini
mempengaruhi kondisi ibu.
2. Pemeriksaan sistematis
Inspeksi
Yaitu pemeriksaan pandang,
dengan memandang kita bisa menilai keadaan klien dalam batas normal atau tidak.
Mata : Selaput lendir mata pucat atau tidak, sklera
mata kuning atau tidak, adakah bintik bitot dan conjungtivitis.
Hidung : Adakah polip, mimisan dan cairan.
Mulut : Bibir tidak pucat, kering atau tidak, adakah
rhagaden, stomatitis, bagaimana kebersihan lidah dan gigi.
Ketiak : Adakah pembesaran kelenjar limfe, adakah
accesoriasis mammae.
Tangan : Simetris, bagaimana kebersihannya, adakah polydactili
dan syndactili.
Buah dada : Membesar, puting susu menonjol, adakah striae
dan benjolan, bagaimana kebersihannya
Perut : Adakah bekas operasi, bagaimana keadaannya,
terlihat massa ada atua tidak.
Pelipatan paha : Adakah pembesaran kelenjar limfe, adakah hernia
inguinalis.
Kaki : Adakah oedema, varices.
Vulva : Adakah varices, oedema, condyloma, fluor albus,
pengeluaran pervaginam.
Palpasi
Yaitu pemeriksaan yang
dilakukan dengan rabaan, pada pemeriksaan ini hanya diperiksa pada perut adakah
massa, adakah nyeri tekan, bagaimana keadaan umu.
Langkah II : Intrepretasi Data
Dasar
Pada langkah ini dilakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan intepretasi yang benar atas data-data yang telah diintepretasikan
sehingga ditemukan diagnosa yang spesifik (PPKC, 2004 : 3).
Diagnosa kebidanan mencakup :
1. Kondisi pasien atau klien yang terkait
dengan masalah.
2. Masalah utama dan penyebab utamanya.
3. Masalah potensial.
4. Prognosa.
Diagnosa kebidanan yaitu diagnosa
yang ditegakkan oleh profesi (Bidan) dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standart nomenklatur (tatanama ) diagnosa kebidanan.
Diagnosa : Gangguan Reproduksi
dengan Dysmenorhoe
Masalah potensial dalam
kaitannya dengan diagnosa kebidanan adalah masalah yang mungkin timbul dan bila
tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup.
(Depkes RI, 1994 : 10)
Langkah III : Mengidentifikasi
Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini
mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan sambil mengamati klien.
Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini
benar-benar terjadi. Langkah ini penting dalam melakukan asuhan yang aman.
Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi perlunya
tindakan segera oleh Bidan atau Dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Bila ditemukan adanya komplikasi atau penyulit pada pasien, keganasan penyakit
atau masalah medik yang serius bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi
dengan Dokter. Bidan harus mampu menentukan tindakan yang paling tepat dan
penting untuk pasien.
Langkah V : Merencanakan
Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini ditentukan
oleh hasil kajian pada langkah sebelumnya. Pada langkah ini jika ada informasi
atau data yang tidak lengkap bisa dilengkapi. Juga bisa mencerminkan rasional
yang benar. Pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau suatu data
dasar yang tidak lengkap bisa dianggap valid dan akan menghasilkan asuhan
pasien yang tidak cukup dan berbahaya.
Perencanaan
Diagnosa : Dysmenorhoe Primer
Tujuan : - Jangka Pendek
Setelah
dilakukan Asuhan Kebidanan ± 30 menit klien dapat mengerti penjelasan dari
petugas dengan kriteria :
·
Klien
tampak tenang
·
Klien
dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan
- Jangka Panjang
Setelah
dilakukan Asuhan Kebidanan diharapkan dysmenorhoe dapat teratasi dengan
kriteria :
·
Nyeri
bisa berkurang sampai dengan hilang.
·
Tiap
haid klien tidak mengalami dysmenorhoe
Intervensi
1. Lakukan pendekatan therapeutik dengan
klien
R/ Menjalin dan membina hubungan
saling percaya antara petugas dengan klien.
2. Berikan penjelasan pada klien tentang
penyebab dari nyeri perut yang dialami
R/ Menambah pengetahuan klien tentang
penyebab dari sakit perut yang sekarang dialami oleh klien.
3. Ajarkan cara mengurangi nyeri pada saat
haid
R/ Membantu mengurangi
ketidaknyamanan
4. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan
R/ Dengan menjelaskan hasil
pemeriksaan yang telah dilakukan pasien dapat mengerti tentang keadaannya saat
ini.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapie
R/ Sebagai fungsi dependent
Langkah VI : Implementasi
Melaksanakan perencanaan
rencana asuhan menyeluruh seperti pada langkah kelima. Langkah ini bisa
dilakukan oleh seluruh Bidan atau sebagian oleh wanita tersebut. Jika belum
ditugaskan oleh orang lain tetap Bidan memikul tanggungjawab tentang arah
pelaksanaan.
Langkah VII : Evaluasi
Langkah ini sebagai pengecekan
apakah rencana asuhan tersebut efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya. Didalam pendokumentasian atau catatan asuhan dapat ditetapkan
dalam bentuk SOAP.
S : Data
subyektif
- Klien mengatakan perut masih sakit
- Klien mengatakan mengerti tentang penjelasan
yang telah diberikan
O : Data
obyektif
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan darah : 100/60 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 360C
- RR : 20x/menit
- Hasil pemeriksaan
Palpasi
: Nyeri pada perut bagian bawah
- Klien dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan
- Klien tampak lebih tenang
A : Assesment
Dysmenorhoe primer
P : Planning
- Anjurkan klien untuk rutin minum obat sesuai aturan
- Anjurkan klien untuk melakukan cara mengurangi
rasa nyeri seperti yang diajarkan
(PPKC,
2004)
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1
Pengkajian
Tanggal 2 Mei 2008 Jam : 17.30 WIB
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama
klien : Nn.”Y”
Umur
: 16 tahun
Agama
: Islam
Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Pendidikan
: SMA
(Belum Tamat)
Pekerjaan
: -
Alamat : Candi Lontar III/
No. 41
2. Keluhan Utama
Sudah 2 hari yang lalu tanggal
30-04-2008 klien mengeluh nyeri perut bagian bawah, klien mengatakan haid sudah
2 hari.
3. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Klien mengatakan klien tidak
pernah menderita penyakit paru-paru (asthma, TBC), klien tidak pernah menderita
penyakit keturunan (hypertensi, diabetes millitus) tidak pernah sakit
hepatitis, dan klien tidak pernah di operasi
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang
menderita penyakit menurun (hipertensi, diabetes millitus, asthma), tidak ada
yang menderita penyakit menular (hepatitis, TBC).
5. Riwayat Kebidanan
a.
Riwayat menstruasi
Menarche
: 12 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
haid : 7 hari
Banyaknya
: ±
2-3 kotek/hari
Dysmenorrhoe
: Setiap
haid hari ke-1 atau ke-2 saat haid
Warna
: Merah
HPHT
: Tanggal 30-04-2008
b. Riwayat kehamilan
Klien mengatakan belum pernah
hamil.
c. Riwayat KB
Klien mengatakan belum pernah
memakai kontrasepsi apapun.
6. Riwayat Psiko, Sosial
-
Klien
mengatakan sangat khawatir akan keadaannya saat ini karena klien merasa
terganggu, klien juga takut bila nanti setelah menikah sulit memiliki
keturunan.
-
Klien
di rumah membantu orang tua menyelesaikan pekerjaan rumah.
-
Klien
mengatakan terganggu dalam melakukan aktifitas selama haid karena nyeri.
-
Klien
berasal dari suku Jawa.
-
Klien
menganut agama islam, klien rajin sholat 5 waktu.
7. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a.
Pola Nutrisi
Nafsu makan baik, porsi 3 kali
sehari dengan nasi, lauk pauk, sayur, kadang buah.
Minum air putih 7-8
gelas/hari.
b.
Pola Eliminasi
BAB 1 kali sehari, konsistensi
lembek, warna kuning, bau khas.
BAK 4-5 kali sehari warna
kuning jernih.
c.
Pola Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari dengan
sabun, gosok gigi 2 kali sehari dengan pasta gigi, pakaian ganti setiap kali
mandi, cuci rambut 2 kali seminggu.
d.
Pola Aktivitas
Klien melakukan pekerjaan
rumah membantu orang tua seperti memasak, mencuci dan membersihkan rumah, waktu
senggang klien biasa menonton TV dan berbincang-bincang.
e.
Pola Istirahat
Tidur siang 1-2 jam (jam
14.00-15.00 WIB).
Tidur malam 7-8 jam (jam
21.00-05.00 WIB).
B.
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan Umum
Keadaan
umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tensi : 100/60 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Suhu
: 360C
Nafas
: 20x/menit
2. Pemeriksaan Khusus
Kepala : Rambut bersih, tidak ada ketombe, warna hitam,
panjang.
Muka : Tidak pucat, tidak oedema.
Mata : Sklera mata tidak kuning, tidak ada
conjungtivitis, tidak anemia, tidak ada bintik bitot.
Telinga : Simetris, tidak mengeluarkan cairan, bersih,
tidak ada polip.
Hidung : Simetris, bersih, tidak mengeluarkan cairan,
tidak ada polip.
Mulut : Bersih, tidak kering, tidak pucat, tidak ada
stomatitis, lidah tidak kotor, gigi tidak ada caries.
Leher : Pembesaran kelenjar limfe tidak ada, tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada bendungan vena jugularis.
Ketiak
: Tidak ada pembesaran kelenjar lymfe.
Buah dada : Membesar, simetris, puting susu menonjol,
kebersihan luka bekas operasi.
Perut : Tidak ada pembesaran lien maupun hepar, tidak ada luka bekas operasi.
Pelipatan paha : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun
hernia inguinalis.
Punggung
: Simetris,
tidak ada kelainan.
Vulva : Oedema tidak ada, tidak ada varices, tidak ada
bartholinitis, tidak ada flour albus, tidak ada condiloma accuminata dan
condilomatalata.
Ekstremitas
atas : Simetris, jari-jari lengkap, tidak ada kelainan.
Ekstremitas bawah : Simetris, jari-jari lengkap, tibia baik,
pretibia, tidak oedema, telapak kaki cekung
Palpasi
Perut : Fundus uteri tidak teraba, pembesaran hepar dan
lien tidak ada, nyeri tekan pada perut bagian bawah.
3. Therapie :
-
Asam
mefenamat
3.2
Identifikasi Diagnosa / Masalah
Tanggal
|
Diagnosa
|
Data Dasar
|
Jam
17.30 WIB
|
Dysmenorhoe primer
|
DS :
- Klien mengatakan nyeri pada perut bagian
bawah, klien mengatakan haid sudah 2 hari.
DO :
- Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tensi :
100/60 mmHg
- Nadi :
80x/menit
- Suhu :
360C
- RR :
20x/menit
- Palpasi
Nyeri pada perut bagian bawau
|
3.3
Identifikasi Diagnosa / Masalah Potensial
-
Potensial
terjadi syok neurogenik.
3.4
Identifikasi Kebutuhan Segera
1. KIE : teknik relaksasi untuk mengurangi
rasa nyeri.
2. Berikan analgesik dengan kolaborasi dengan
Dokter.
|
|
||||
|
BAB 4
PEMBAHASAN
Dysmenorhoe adalah nyeri
sewaktu haid, dan dihadapi hampir semua wanita mengalaminya. Dysmenorhoe primer
adalah nyeri haid yang tidak dijumpai tanda adanya kelainan pada alat genetalia
yang nyata, terjadi setelah menarche, biasanya setelah 12 bulan atau lebih
(Sastrawinata, 1981 : 41).
Pada kasus Nn.”Y” keluhan yang
timbul yaitu klien mengeluh nyeri perut bagian bawah, klien mengatakan haid
sudah 2 hari, dan pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada perut
bagian bawah. Sedangkan pada teori disebutkan keluhan yang sering timbul yaitu
rasa nyeri yang berjangkit-jangkit dan biasanya terbatas pada perut bagian
bawah, tidak dijumpai tanda adanya kelainan pada alat genital yang nyata. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa yang dialami klien adalah dysmenorhoe primer karena
pada pengkajian tidak ditemukan adanya tanda kelainan alat genital yang nyata.
Untuk mengatasi masalah
tersebut diberikan KIE tentang penyebab rasa nyeri yang dialami klien,
mengajarkan dan menganjurkan cara-cara mengurangi rasa nyeri sewaktu haid,
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapie.
Pada Asuhan Kebidanan Nn.”Y”
dengan dysmenorhoe primer dalam pelaksanaannya mulai dari pengumpulan data
sampai evaluasi dilakukan sesuai dengan teori yang ada, sehingga tidak ada kesenjangan
yang berarti. Hal ini dikarenakan adanya sikap kooperatif dari klien dan
masalah dapat teratasi.
BAB 5
PENUTUP
Simpulan
Selama
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Nn.”Y” dengan gangguan reproduksi haid
dysmenorhoe primer tidak mengalami kesulitan yang berarti karena klien dapat
kooperatif dalam semua tindakan dan asuhan.
Dalam melakukan pengkajian dapat
mengumpulkan data secara menyeluruh dan benar karena adanya kerjasama antara
pasien dengan petugas.
Identifikasi masalah atau diagnosa yang
ditemuakn yaitu dysmenorhoe primer.
Antisipasi masalah potensial yang
ditemukan yaitu tidak terjadi masalah potensial.
Identifikasi kebutuhan segeranya adalah
kolaborasi dengan dokter.
Menentukan intervensi yaitu :
1. Lakukan pendekatan therapeutik pada klien.
2. Berikan penjelasan pada klien tentang
penyebab dari rasa nyeri perut yang dialami.
3. Ajarkan cara mengurangi nyeri pada saat
haid.
4. Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah
dilakukan.
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapie.
Melaksanakan implementasi sesuai dengan
rencana tindakan
Evaluasi dari gangguan reproduksi dengan
dysmenorhoe yaitu bahwa pasien mengerti tentang penjelasan yang telah diberikan
Dari Asuhan
Kebidanan yang diberikan pada Nn.”Y” dengan dysmenorhoe antara kasus yang
didapat dengan teori yang ada tidak ada kesenjangan.
Dalam
melaksanakan asuhan tidak dijumpai adanya hambatan sehingga Asuhan Kebidanan
dapat diberikan dengan lancar, juga karena adanya sikap kooperatif dari klien
terhadap tindakan yang diberikan tenaga kesehatan.
Saran
Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan
selalu menjaga privacy klien dalam melaksanakan asuhan.
Diharapkan
mampu dan terus meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan dalam usaha
meningkatkan mutu pelayanan kebidanan.
Diharapkan
antara petugas kesehatan yang satu dengan yang lain terjalin kerjasama yang
baik.
Bagi Klien
Diharapkan
dapat memanfaatkan segala sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang ada
dengan sebaik-baiknya.
Diharapkan
klien dan petugas dapat terjalin suatu rasa percaya dan yakin akan asuhan yang
diberikan.
Diharapkan
bila terjadi dysmenorhoe ulang pasien dapat mengatasi dengan melakukan anjuran
petugas kesehatan.
|
Manuaba, Ida Bagus Gde.
1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan
dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono.
1999. Ilmu Kandungan. Jakarta :
YBP-SP.
Price, Sylvia Anderso.
1995. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC.
Sastrawinata, Sulaiman.
1981. Ginekologi. Bandung : UNPAD.
PPKC. 2004. Manajemen Kebidanan.
ConversionConversion EmoticonEmoticon