BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan otopsi, Novok menemukan
27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit
hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi
sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih
bertumbuh. Di Indonesia
mioma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.
Mioma uteri merupakan tumor jinak
otot rahim, disertai jaringan ikatnya sehingga dapat dalam bentuk padat, karena
jaringan ikatnya dominant dan lunak, karena otot rahimnya dominant. Kejadian
mioma uteri sukar ditetapkan karena tidak semua mioma uteri memberikan keluhan
dan memerlukan tindakan operasi. Sebagian penderita mioma uteri tidak
memberikan keluhan apapun dan ditemukan secara kebetulan saat pemeriksaan.
Mioma uteri ini lebih sering didapati
pada wanita nullipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang
peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma
(Hanafi, 1999 : 339).
Dengan demikian maka para wanita
diharapkan dapat secara dini untuk memeriksakan alat kandungannya bila
dirasakan ada kelainan, agar supaya dapat dilakukan penanganan secara cepat dan
tepat sebelum nantinya akan berubah pada keganasan.
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu
melaksanakan Asuhan Kebidanan dengan mioma uteri secara nyata dalam praktek di
lapangan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.
1.2.2
Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu :
1.
Melakukan pengkajian.
2.
Mengidentifikasi
diagnosa/masalah.
3.
Mengantisipasi masalah
potensial.
4.
Mengidentifikasi kebutuhan
segera.
5.
Merencanakan asuhan yang tepat
dan sesuai.
6.
Melaksanakan asuhan yang
direncanakan.
7.
Melakukan evaluasi atas asuhan
yang telah dilakukan
1.3 Batasan Masalah
Mengingat Asuhan Kebidanan pada mioma uteri cukup
komplek juga keterbatasan waktu, maka penulis membatasi hanya pada Asuhan
Kebidanan pada Nn.”S” dengan mioma uteri di Ruang Bersalin RSU Dr. Wahidin
Sudiro Husodo Mojokerto.
1.4 Metode Penulisan
1.4.1
Studi Kepustakaan
Dalam penyusunan Asuhan Kebidanan in sebagai pedoman
penulis adalah literatur-literatur yang berhubungan dengan mioma uteri dan penanganannya.
1.4.2
Studi Dokumentar
Untuk mendapatkan data yang akurat serta Asuhan
Kebidanan yang baik dan berhasil mencapai apa yang menjadi tujuan, maka penulis
mempelajari status pasien/rekam medik.
1.4.3
Praktek Langsung
Suatu tindakan kebidanan untuk memberikan Asuhan
Kebidanan dan memperoleh data mengenai keluhan serta kebiasaan sehari-hari ibu,
maka penulis mengadakan pendekatan dan wawancara langsung pada keluarga pasien
serta melaksanakan asuhan, mengevaluasi, memantau keadaan penderita apakah
masalah berhasil diatasi atau setidaknya masalah yang ada berkurang.
1.5 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
1.2
Tujuan
1.3
Batasan Masalah
1.4
Metode Penulisan
1.5
Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian
2.2
Etiologi
2.3
Patologi
2.4
Jenis Mioma Uteri
2.5
Perubahan Sekunder
2.6
Gejala-gejala Klinik
2.7
Mioma dan Kehamilan
2.8
Komplikasi
2.9
Diagnosa
2.10
Penatalaksanaan
2.11
Makanan Pasca Bedah
2.12
Teori Konsep
BAB 3 TINJAUAN
KASUS
3.1
Pengkajian
3.2
Identifikasi Diagnosa atau
Masalah
3.3
Antisipasi Masalah Potensial
3.4
Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5
Rencana Pengembangan
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
5.1
Simpulan
5.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
2.1.1
Mioma Uteri
Adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumpangnya (Hanifa, 1994 : 338)
2.1.2
Mioma Uteri
Merupakan tumor jinak otot rahim, disertai jaringan
ikatnya, sehingga dapat dalam bentuk padat karena jaringan ikatnya dominant dan
lunak karena otot rahimnya dominant. (Ida Bagus, 1998 : 409)
2.1.3
Mioma Uteri
Adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat (Arif Mansjoer, 1999 : 387)
2.1.4
Mioma Uteri
Merupakan tumor yang paling umum pada traktus genitalis,
yang terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi untaian jaringan ikat
dan dikelilingi kapsul yang tipis. (Derek Lewellyn, 2002 : 263)
2.2 Etiologi
Tidak diketahui tumor ini mungkin
berasal dari sel otot yang normal, dari otot imatur yang ada di dalam
miometrium atau dari sel embrional pada dinding pembuluh darah uterus. Apapun
asalnya, tumor mulai dari benih-benih multipel yang sangat kecil dan tersebar
pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi progresif
(bertahun-tahun bukan dalam hitungan bulan), di bawah pengaruh estrogen
sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor dengan
berat 10 kg atau lebih, namun sekarang sudah jarang karena cepat terdeteksi.
Mula-mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat berkembang ke
berbagai arah. Setelah menopause, ketika estrogen tidak lagi disekresi dalam
jumlah yang banyak, mioma cenderung mengalami atrofi.
2.3 Patologi
Jika tumor dipotong, akan menonjol
diatas miomtrium sekitarnya karena kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu
keputihan, tersusun berkas-berkas otot jalin menjalin dan melingkar-lingkar di
dalam matriks jaringan ikat. Pada bagian perifer serabut otot tersusun atas
lapisan konsentrik, dan serabut otot normal yang mengelilingi tumor
berorientasi yang sama. Antara tumor dan metrium normal, terdapat lapisan
jaringan areolar tipis yang membentuk preudokapsul, tempat masuknya pembuluh
darah ke dalam mioma.
Pada pemeriksaan dengan mikroskop,
kelompok-kelompok sel otot berbentuk kumparan dengan inti panjang dipisahkan
menjadi berkas-berkas oleh jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah mioma
berasal dari beberapa pembuluh darah yang masuk dari pseudokapsul, berarti
pertumbuhan tumor tersebut selalu melampaui suplai darahnya. Ini menyebabkan
degenerasi, terutama pada bagian tengah mioma. Mula-mula terjadi degenerasi
hialin, mungkin menjadi degenerasi kistik, atau kalsifikasi dapat terjadi kapan
pun oleh ahli ginekologi pada obat ke sembilan belas disebut batu rahim. Pada
kehamilan, dapat terjadi komplikasi jarang (degenerasi merah). Ini diikuti
ekstravasasi darah diseluruh tumor, yang memberikan gambaran seperti daging
sapi mentah. Kurang dari 0,1 persen terjadi perubahan tumor menjadi sarcoma.
(Derek Llewellyn, 2002 : 264)
2.4 Jenis Mioma Uteri
Berdasarkan posisi mioma terhadap
lapisan-lapisan uterus, dapat dibagi dalam 3 jenis ;
2.4.1
Mioma Submucosa
Tumbuhnya tepat di bawah endometrium.
Paling sering menyebabkan perdarahan yang banyak. Sehingga memerlukan
hysterektomi, walaupun ukurannya kecil. Adanya myoma submucosa dapat dirasakan
sebagai suatu “curet bump” (benjolan waktu kuret). Kemungkinan terjadinya
degenerasi sarcoma juga lebih besar pada jenis ini. Sering mempunyai tangkai
yang panjang sehingga menonjol melalui cerviks atau vagina disebut myoma
submucosa bertangkai yang dapat menimbulkan “myomgeburt” sering mengalami
nekrose atau ulcerasi.
2.4.2
Interstitial atau Intramural
Terletak pada myometrium. Kalau besar atau multipel
dapat menyebabkan pembesaran uterus dan berbenjol-benjol.
2.4.3
Subserosa atau Supperitoneal
Letaknya di bawah tunica serosa
kadang-kadang vena yang ada di permukaan pecah dan menyebabkan perdarahan
intraabdominal. Kadang-kadang mioma subserosa timbul diantara dua ligamentum latum,
merupakan mioma intraligamenter, yang dapat menekan ureter dan arteri illiaca. Ada kalanya tumor ini
mendapat vascularisasi yang lebih banyak dari omentum sehingga lambat laun
terlepas dari uterus, disebut sebagai parasitic myoma. Mioma subserosa yang
bertangkai dapat mengalami torsi.
2.5 Perubahan Sekunder
2.5.1
Atrofi
Sesudah menopause atau pun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil.
2.5.2
Degenerasi Hialin
Perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
2.5.3
Degenerasi Kistik
Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian
dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur
berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan
bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak
ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
2.5.4
Degenerasi membantu (Calcireous
Degeneration)
Terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena
adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada
sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto
roentgen.
2.5.5
Degenerasi Merah (Carneous
Degeneration)
Perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas.
Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan
vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah
berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi
merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus,
sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri pada perabatan.
Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma
bertangkai.
2.5.6
Degenerasi Lemak
Jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
(Hanifa, 1999 : 340)
2.6 Gejala-Gejala Klinik
2.6.1
Tumor Massa , di Perut Bawah
Sering kali penderita pergi ke dokter oleh karena adanya
gejala ini.
2.6.2
Perdarahan
Biasanya dalam bentuk menorrhagia. Yang sering
menyebabkan gejala perdarahan ialah jenis submucosa sebagai akibat pecahnya
pembuluh-pembuluh darah. Perdarahan oleh mioma dapat menimbulkan anemia yang
berat. Mioma intramural juga dapat menyebabkan perdarahan, oleh karena ada
gangguan kontraksi otot uterus. Jenis subserosa tidak menyebabkan perdarahan
yang abnormal. Kalau ada perdarahan yang abnormal harus diingat akan
kemungkinan yang lain timbul bersamaan dengan mioma yaitu :
-
Ademo carcinoma
-
Polyp
-
Faktor fungsionil.
2.6.3
Nyeri
Gejala ini tidak khas untuk mioma. Walaupun sering
terjadi keluhan yang sering diutarakan ialah rasa berat dan dysmenorrhoe.
Timbulnya rasa nyeri dan sakit pada miomata mungkin disebabkan gangguan
peredaran darah, yang disertai nekrose setempat, atau disebabkan proses radang
dengan perlekatan ke omentum usus. Kadang-kadang pula rasa sakit disebabkan
torsi pada mioma subserosa. Dalam hal ini sifatnya akut disertai enek dan
muntah-muntah. Pada mioma yang sangat besar, rasa nyeri dapat disebabkan karena
tekanan terhadap urat syaraf dan menjalar ke pinggang dan tungkai bawah.
2.6.4
Akibat Tekanan : Presure Effect
Bila menekan kandung kencing akan menimbulkan kerentanan
kandung kencing (Bladder irritability), polakisuria dan dysuria. Bila uretra
tertekan bisa timbul retentio urinae. Bila berlarut-larut dapat menyebabkan
hydroureteronephrosis. Tekanan pada rectum tidak begitu besar, kadang-kadang
menyebabkan konstipasi dan kadang-kadang sakit pada waktu defekasi. Tumor dalam
cavum dauglasi dapat menyebabkan retention urinae, kalau besar sekali mungkin
ada gangguan pencernaan. Kalau terjadi tekanan pada vena cava inferior akan
terjadi oedema dari tungkai bawah.
2.6.5
Gejala-gejala Sekunder
1.
Anemia
2.
Lemah
3.
Pusing-pusing
4.
Sesak napas
5.
Fibroid heart, sejenis
degenerasi miocard, yang dulu disangka berhubungan dengan adanya mioma uteri.
6.
Erythrocytosis pada mioma yang
besar.
2.7 Mioma dan Kehamilan
Mioma mungkin menurunkan fertilisasi tapi
tidak jarang kita melihat kasus mioma (bahkan mioma yang besar) disertai dengan
kehamilan dan disusul dengan persalinan yang normal. Maka kalau tidak ada
sebab-sebab infertilitas lainnya dapat dilakukan miomektomi untuk membesarkan
kemungkinan kehamilan. Angka kehamilan setelah miomektomi 25-40%
Berhasil atau tidaknya miomektomi tergantung pada faktor
sebagai berikut :
1.
Besarnya
2.
Apakah tumornya solitaire atau
multiple.
3.
Lokasinya dalam hubungan dengan
cornu dan endometrium.
2.7.1
Pengaruh Mioma Uteri pada
Kehamilan
1.
Kemungkinan abortus lebih
besar.
2.
Dapat menimbulkan kelainan
letak.
3.
Dapat menyebabkan placenta
previa dan placenta accrete.
4.
Dapat menimbulkan inertia
uteri.
5.
Jika letaknya dekat pada cervix
dapat menghalangi jalan lahir.
6.
Dapat menimbulkan perdarahan
post partum.
2.7.2
Pengaruh Kehamilan pada Mioma
1.
Mioma pada umumnya membesar
dalam kehamilan.
2.
Dapat terjadi komplikasi
seperti degenerasi merah karena gangguan peredaran darah yang menimbulkan
gejala nyeri di perut bagian bawah disertai demam dan leukositosis.
2.7.3
Terapi Mioma dengan Kehamilan
Sedapat-dapatnya diambil sikap
konservatif karena miomektomi pada kehamilan sangat berbahaya disebabkan
perdarahan hebat dan juga dapat menimbulkan abortus.
Operasi terpaksa kita lakukan kalau
ada penyulit-penyulit yang menimbulkan gejala akut atau karena mioma sangat
besar. Jika mioma menghalangi jalan lahir dilakukan sectio sesarea disusul
dengan hysterektomi tapi kalau akan dilakukan enucleasi lebih baik ditunda
sampai sesudah nifas (Sulaiman, 1983 : 159)
2.8 Komplikasi
2.8.1
Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma
ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma, serta merupakan 50-75% dari semua
sarcoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology
uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma
uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam
menopause.
2.8.2
Torsi (Putaran Tungkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami
torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan
demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan,
gangguan akut tidak terjadi. Hal in hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan
dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat
mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi
darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan
berupa metrorrhagia atau menorrhagia disertai leukore dan gangguan-gangguan
yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
2.9 Diagnosis
Pemeriksaan abdomen dan vagina
mungkin menunjukkan uterus yang menonjol, atau pembesaran uterus yang licin.
Kalau cervix digerakkan, seluruh massa
yang padat bergerak. Pada beberapa kasus diagnosis jelas, pada kasus yang lain
pembesaran yang licin mungkin disebabkan oleh kehamilan atau massa ovarium. Pemeriksaan ultrason pelvic
dapat menegakkan diagnosis. (Derek Llewellyn, 2002 : 254)
2.10 Penatalaksanaan
2.10.1
Konservatif dengan Pemeriksaan
Periodik
Bila seorang wanita dengan mioma
mencapai menopause, biasanya tidak mengalami keluhan, bahkan dapat mengecil,
oleh karena itu sebaiknya mioma pada wanita premenopause tanpa gejala
diobservasi saja. Bila mioma besarnya sebesar kehamilan 12-14 minggu apalagi
disertai pertumbuhan yang cepat sebaiknya di operasi walaupun tidak ada gejala
atau keluhan. Sebabnya mioma yang besar, kadang-kadang memberikan kesukaran
pada operasi. Pada masa post menopause, mioma biasanya tidak memberikan
keluhan. Tetapi bila ada pembesaran mioma pada masa post menopause harus
dicurigai kemungkinan keganasan (Sarcoma)
2.10.2
Radioterapi
1.
Hanya dilakukan pada wanita
yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
2.
Uterus harus lebih kecil dari
kehamilan 3 bulan.
3.
Bukan jenis submukosa.
4.
Tidak disertai radang pelvis,
atau penekanan pada rectum.
5.
Tidak dilakukan pada wanita
muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
Jenis radioterapi
1.
Radium dalam cavum uteri.
2.
X-ray pada ovaria (castrafi)
Maksud dari radioterapi ialah untuk menghentikan
perdarahan.
2.10.3
Operasi
Miomektomi dilakukan bila masih
diinginkan keturunan. Syaratnya dilakukan kuretase dulu, untuk menghilangkan
kemungkinan keganasan.
Kerugian :
-
Melemahnya dinding
uterus-ruptura uteri pada waktu hamil.
-
Menyebabkan perlekatan.
-
Residif.
Hysterektomi :
Dilakukan pada :
-
Mioma yang besar
-
Multipel
Pada wanita muda sebaiknya
ditinggalkan 1 atau kedua ovarium maksudnya untuk :
-
Menjaga jangan terjadi
menopause sebelum waktunya.
-
Menjaga gangguan coronair atau
aerterioselerosis umum.
Sebaiknya dilakukan hysterektomi
totalis, kecuali bila keadaan tidak mengizinkan, dapat dilakukan hysterektomi
supravaginalis. Untuk menjaga kemungkinan keganasan pada tumpul cervix,
sebaiknya dilakukan PAP Smear pada waktu tertentu (Sulaiman, 1983 : 161).
2.11 Makanan Pasca Bedah
Tujuan pemberian makanan pasca bedah
adalah mengusahakan agar keadaan pasien segera kembali seperti normal.
Prinsip pemberian makanan, makanan
diberikan secara bertahap, dimulai dari cair, saring, lunak dan biasa. Perpindahan
makanan dari tahap tergantung dari macam operasi dan keadaan pasien. Pada pasca
bedah besar (pasca bedah saluran cerna dan di luar saluran pencernaan, seperti
jantung, ginjal, ortopedi dan sebagainya). Makanan diberikan secara
berhati-hati disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.
Makanan pasca bedah I diindikasikan
untuk semua pasien pasca bedah. Pada pasca bedah kecil, diberikan setelah sadar
atau rasa mual hilang, sedangkan pada pasca bedah besar diberikan setelah
sadar, rasa mual hilang dan ada terdapat tanda usus mulai bekerja. Pada diit
ini, diberikan air/teh manis seperti pada makanan cair, rata-rata 15 kali
sehari selama pasien tidak tidur.
Makanan pasca bedah II merupakan
perpindahan dari makanan pasaca bedah I pasca bedah besar saluran cerna.
Makanan ini diberikan berupa minuman manis, kaldu jernih, sirup, sari buah, dan
susu telur, rata-rata 16 kali sehari selama pasien tidak tidur, dengan jangka
waktu sesingkat mungkin karena tidak cukup mengandung zat gizi. Air jeruk dan
minuman yang mengandung CO2 jangan diberikan.
Makanan pasca bedah III merupakan
perpindahan dari makanan pasca bedah II. Diberikan sebagai air, sirup, susu,
sari buah, biscuit, sup atau bubur saring tanpa bumbu merangsang. Minuman yang
mengandung CO2 jangan diberikan.
Makanan pasca bedah IV merupakan
perpindahan dari makanan pasca bedah III. Makanan ini diberikan sebagai makanan
lunak yang dibagi dalam 3 kali makan dan 1 kali makan selingan.
Makanan pasca bedah V merupakan
perpindahan dari makanan pasca bedah IV. Diberikan kepada pasien dengan
kapasitas lambung dan usus yang terbatas, seperti pada penyakit saluran cerna
tertentu. Makanan ini diberikan sebagai makanan lunak yang dibagi dalam 6 kali
makan dalam porsi kecil yang sama. Jumlah cairan bebas.
2.12 Teori Konsep
Asuhan Kebidanan adalah asuhan yang
diberikan oleh Bidan kepada klien dengan menerapkan manajemen kebidanan.
Manajemen kebidanan adalah proses
pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran
dan tindakan berdasarkan teori ilmiah dengan penemuan-penemuan, ketrampilan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien. (Varney)
1.
Pengkajian
Pengkajian merupakan komponen penting bagi Bidan dalam
memberi Asuhan Kebidanan pada ibu dengan gangguan reproduksi. Kegiatan yang
dilakukan adalah mengumpulkan data hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik, serta
pemeriksaan penunjang lainnya (Askeb Dalam Kontek Keluarga, 1993 : 126).
Data Subyektif
Adalah data yang diperoleh melalui klien
a.
Biodata
Yang ditanyakan
Nama : Digunakan untuk mengetahui identitas diri dari pasien.
Umur : Untuk menentukan usia berapakah ibu (mioma uteri biasa terjadi pada
usia 25-50 tahun dan terbanyak pada umur 35-45 tahun)
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal klien sehingga mudah melakukan
kunjungan.
Suku/bangsa
: Untuk statistik kelahiran.
Agama : Untuk memberikan nasehat sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Pendidikan
: Mengetahui seberapa jauh pengetahuan dari klien.
Pekerjaan
: Untuk mengetahui taraf hidup atau sosial ekonomi klien. Pekerjaan
klien bisa mempengaruhi terjadinya mioma uteri.
Status
perkawinan : Untuk mengetahui lamanya
kawin dan berapa kali, apakah klien sudah menikah atau belum.
Lama perkawinan ditanyakan untuk
mengetahui riwayat perkawinan sebagai kemungkinan faktor predisposisi penyakit
gangguan reproduksi. (Sulaiman, S, 1993)
b.
Keluhan Utama
Yaitu keluhan yang menyebabkan ia datang ke pelayanan
kesehatan. Keluhan yang sering dirasakan pada klien dengan mioma uteri adalah :
-
Perdarahan yang tidak normal
(hipermenore, menoragia, methraraghia dan bisa juga terjadi karena kontraksi
otot rahim).
-
Tumor massa di perut bawah.
-
Timbulnya rasa nyeri.
-
Akibat penekanan.
Penekanan pada kandung kemih akan
menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter
dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan
obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul (Sastrawinata, 1981 : 158).
c.
Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui bagaimana riwayat penyakitnya sebelum
dibawah ke Rumah Sakit, apakah sudah pernah mendapatkan pengobatan atau belum.
d.
Riwayat Kebidanan
Ditanyakan menarche, siklus haid, lamanya haid,
dismenorrhoe (pada pasien dengan mioma uteri selalu diawali dengan
dismenorrhoe), jumlah darah, warna, bau, fluor albus, haid terakhir. Maksud
pertanyaan ini adalah untuk mengetahui faal alat kandungan. (Sulaiman, 1983 :
154).
e.
Riwayat Kehamilan, Persalinan
dan Nifas yang Lalu
Ditanyakan :
-
Hamil berapa kali dan pernah
melahirkan berapa kali.
-
Pernah mengalami abortus, jika
ya, berapa kali.
-
Persalinan yang dialami secara
apa.
-
Nifas ditanyakan ada panas atau
tidak, bagaimana laktasinya.
-
Anak ditanyakan jenis kelamin,
hidup atau mati, bila meninggal (sebab dan usia), BBL.
Maksud pertanyaan ini untuk mengetahui kemungkinan
riwayat obstetri ibu sebagai faktor predisposisi gangguan reproduksi ibu.
f.
Riwayat KB
Ditanyakan jenis KB apa yang pernah diikuti klien. Dalam
hal ini jenis KB IUD memiliki efek samping seperti perdarahan, erosi dan
keputihan. KB hormonal merupakan faktor predisposisi terjadinya mioma uteri.
g.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ditanyakan apakah dari keluarga ada yang menderita
penyakit seperti kanker atau tumor.
h.
Pola Kebiasaan Sehari-hari
Eliminasi : Apakah
sudah BAB, apakah terjadi retensio urine pada mioma uteri yang sudah besar akan
mengakibatkan sulit BAB karena mioma uteri yang besar akan menekan usus.
Makanan : Makanan
atau minuman yang mengandung zat-zat karsinogenik memicu terjadinya penyakit.
Personal
hygiene : Kebersihan diri seseorang memicu terjadinya penyebaran kuman.
Data Obyektif
a.
Pemeriksaan Umum
Meliputi :
-
Keadaan umum (Baik/Tidak)
-
Kesadaran (normalnya composmentis)
-
Postur tubuh (Tegak/tidak)
-
Cara berjalan (Baik/tidak)
-
Tensi (90/60-140/90 mmHg)
-
Nadi (80-100x/menit)
-
Rr (20-30x/menit)
-
Suhu (360C-372 0C)
b.
Pemeriksaan Khusus
1)
Inspeksi
Kepala : Apakah
ada kelainan atau tidak
Muka : Pucat
apa tidak, apabila ibu terlihat pucat kemungkinan ibu anemia.
Mata : Dilihat selaput lendir mata pucat apa tidak, simetris, sklera
ikterus atau tidak.
Telinga : Apakah
ada kelainan atau tidak.
Hidung : Apakah
ada kelainan atau tidak.
Mulut : Apakah
ada stomatitis, tanda rhagaden, apakah ada gigi palsu.
Leher : Apakah
ada pembesaran kelenjar limfe atau tidak, pembesaran kelenjar thyroid ada atau
tidak.
Dada : Apakah
simetris, pernapasan normal atau tidak.
Perut : Membesar atau tidak
Pelipatan
paha : Apakah
ada pembesaran kelenjar limfe.
Vulva : Dilihat
apakah ada pengeluaran pervaginam atau tidak, ada fluor albus atau tidak,
apakah ada kelainan seperti condilomatalata, condilomaaquminata
Ekstermitas : Ada kelainan atau tidak.
2)
Palpasi
Perut : Apakah teraba pembesaran benjolan, apakah ada nyeri tekan atau tidak
(nyeri tekan disebabkan karena gangguan peredaran darah, yang disertai nekrose
setempat.
3)
Auskultasi
Dada : Apakah
ada ronchi atau tidak
Perut : Bising
usus normal atau tidak
4)
Perkusi
Lutut : Reflek
patella positif/negatif
Perut : Kembung/negatif
5)
Pemeriksaan Dalam (Vaginal
Toucher)
Dilihat apakah ada perdarahan atau tidak, kita raba massa berada di sebelah mana atau teraba pembesaran uterus
yang licin, jika serviks digerakkan, seluruh massa yang padat bergerak. (Derek, 2001 :
264)
6)
Pemeriksaan Penunjang
-
Pemeriksaan hematology (Hb,
leukosit, trombosit, LED, golongan darah, massa
perdarahan dan masa pembekuan). Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan
adanya kontra indikasi.
-
Pemeriksaan USG
Untuk memperjelas letak mioma dan memudahkan dalam
melaksanakan operasi.
-
Pemeriksaan Kardiovaskuler (ECG
dan foto Thorax)
-
Pemeriksaan sistem
respiratorius dan urologi, tes alergi terhadap obat antibiotic
2.
Identifikasi Diagnosa/Masalah
Diagnosa dibuat berdasarkan
pengkajian yang telah dilakukan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang sudah
ditegakkan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
DS : - Ibu mengatakan mengeluarkan darah terus
menerus.
- Ibu
mengatakan teraba benjolan pada perut bagian bawah
DO : - Inspeksi
Muka : Tidak pucat
Perut : Terlihat
perut membesar, teraba benjola pada perut bagian bawah
- Pemeriksaan
dalam
Teraba massa pada uterus atau bagian yang lain dalam
uterus.
Diagnosa
: Mioma uteri
Masalah
yang mungkin terjadi :
DS : Ibu
mengatakan :
- Gangguan
rasa nyaman sehubungan pembesaran perut (adanya massa mioma)
- Cemas
sehubungan dengan diagnosa mioma
- Gangguan
eliminasi sehubungan dengan pembesaran mioma.
- Kurangnya
pengetahuan ibu tentang penyakit dan penyembuhnya
DO : - Ibu terlihat gelisah
3.
Identifikasi Masalah Potensial
Masalah potensial yang mungkin
terjadi pada mioma uteri yang lebih lanjut :
-
Potensial terjadinya
perdarahan.
-
Degenerasi ganas.
4.
Identifikasi Kebutuhan Segera
Menetapkan kebutuhan terhadap
tindakan segera, untuk melakukan konsultasi kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain (dokter) berdasarkan kondisi klien.
5.
Menyusun Rencana Asuhan
Semua keputusan yang dikembangkan
dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan
pengetahuan teori yang up to date, serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang
akan dilakukan klien.
Dx : Mioma uteri
1)
Pendekatan therapeutik
R/ Menjalin hubungan yang baik dan kerjasama
antara petugas kesehatan dengan klien.
2)
Observasi TTV
R/ Memantau keadaan umum ibu
3)
Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan
selanjutnya
R/ Melakukan fungsi dependen Bidan
4)
Observasi intake dan output
R/ Memantau keseimbangan cairan dalam tubuh
5)
Kolaborasi tentang pemberian
therapy selanjutnya
R/ Persiapan tindakan pengobatan dan operasi
dapat memungkinkan tindakan berjalan lancar.
Masalah : Gangguan Rasa Nyaman
sehubungan dengan pembesaran perut (adanya massa mioma)
Intervensi
1)
Jelaskan pada ibu penyebab yang
terjadi pada ibu
R/ Pembesaran perut karena mioma uteri dapat
menyebabkan gangguan aktivitas pada ibu
2)
Kolaborasi dengan dokter untuk
tindakan operasi
R/ Tindakan operasi mempertahankan keselamatan
ibu.
Masalah : Cemas
Intervensi
1)
Jelaskan pada ibu tentang
tindakan yang akan dilakukan
R/ Penjelasan yang cukup menjadikan ibu lebih
tenang.
2)
Berikan kesiapan mental
menjelang operasi
R/ Menunjang kelancaran pada saat akan
dioperasi
3)
Berikan support
R/ Penderita bisa menerima keadaannya.
Masalah : Gangguan eliminasi
Intervensi
1)
Anjurkan ibu untuk banyak minum
air
R/ Melancarkan pencernaan di usus halus dan
besar.
2)
Anjurkan ibu mengkonsumsi
makanan yang berserat (sayuran hijau dan buah)
R/ Serat yang banyak akan memudahkan makanan
dicerna dalam usus.
Masalah : Kurangnya Pengetahuan
Intervensi
1)
Berikan penjelasan tentang
penyakitnya
R/ Menambah pengetahuan dan wawasan klien.
Perawatan sesuai standar secara umum :
-
Diit TKP
-
Istirahat cukup
-
Pemeriksaan lab rutin Dl, LFT,
RFT
-
Persiapan operasi
-
Observasi gangguan cardinal
-
Perawatan post operasi
6.
Implementasi
Pada langkah ini pelaksanaan asuhan sesuai rencana yang
telah dibuat.
7.
Evaluasi
Meninjau kembali keefektifan tindakan
DS :
-
Ibu mengatakan lebih tenang
-
Ibu mengatakan sudah mengerti
tentang keadaan penyakitnya saat ini
-
Ibu mengatakan bersedia untuk
melakukan apa yang diperintahkan oleh petugas
DO :
-
Ibu tampak lebih tenang dan
dapat beradaptasi dengan keadaan dirinya
-
TTV dalam batas normal
BAB 3
ASUHAN KEBIDANAN
GANGGUAN REPRODUKSI PADA
Nn. “S” DENGAN MIOMA UTERI
DI RUANG BERSALIN RSU Dr. WAHIDIN
SUDIRO HUSODO MOJOKERTO
3.1 Pengkajian
3.1.1
Data Subyektif
3.1.1.1
Biodata
Nama : Nn.”S”
Umur : 46 tahun
Alamat : Suratan Gg
Dipo II Mojokerto
Pendidikan : SD
Tamat
Pekerjaan : Swasta
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status Pernikahan : Belum
menikah
MRS Tanggal : 13-12-2006
3.1.1.2
Keluhan Utama
Klien mengatakan ada benjolan di perut ± 10 tahun yang
lalu dan kadang-kadang terasa nyeri.
3.1.1.3
Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan benjolan pada perutnya terasa nyeri
kemudian masuk Rumah Sakit sebelumnya klien pernah berobat ke dokter 3 tahun
yang lalu (tahun 2003).
3.1.1.4
Riwayat Kebidanan
a.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 12
tahun
Siklus : 28 hari
Lamanya : 3-5
hari
Banyaknya : 1-2
hari banyaknya 2-3 kotek
Fluor albus : Setiap
mau menstruasi
Dysmenorrhoe
: Iya,
setiap bulan ibu selalu mengalami dysmenorrhoe dan selalu minum obat mefinal
b.
Riwayat KB
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti KB
3.1.1.5
Riwayat Kesehatan Ibu
Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular
seperti hepatitis, TBC dan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti DM,
jantung, hipertensi. Dan sebelumnya ibu tidak pernah di rawat di RS tetapi ibu
dulu pernah berobat penyakitnya itu.
3.1.1.6
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan dari keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit menular (TBC, hepatitis) dan tidak ada yang menderita
penyakit menurun (DM, jantung, hipertensi). Klien mengatakan dalam keluarganya
tidak ada yang menderita penyakit tumor.
3.1.1.7
Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola
|
Di Rumah
|
Di Rumah Sakit
|
Nutrisi
|
Klien
makan 3x sehari dengan porsi sedang, menu nasi, sayur, lauk dan buah.
Minum air
putih 6-7 gelas/hari
|
Klien
makan 3x sehari dengan porsi sedang, menu nasi, sayur, lauk dan buah.
Minum teh
1 gelas, air putih 6-7 gelas/hari
|
Aktivitas
|
Klien
bekerja di pabrik
|
Sejak
masuk RS klien hanya tiduran saja
|
Istirahat
|
Klien
jarang tidur siang, tidur malam mulai jam 21.00-04.00 WIB
|
Sejak
masuk RS klien susah tidur siang. Tidur malam jam 23.00-04.00 WIB
|
Pola
|
Di Rumah
|
Di Rumah Sakit
|
Eliminasi
|
Klien BAB
1x/hari lancar, konsistensi lembek, warna kuning
BAK
4-5x/hari lancar, warna kuning jernih, tidak ada keluhan
|
Klien BAB
1x/hari lancar, konsistensi lembek, warna kuning
BAK 5-6x/hari
lancar, warna kuning jernih
|
Personal hygiena
|
Klien
mandi 2x/hari, menggosok gigi tiap kali mandi, keramas 2 hari sekali, ganti
baju tiap kali kotor
|
Klien
mandi 2x/hari, menggosok gigi 1x saja, belum keramas, ganti baju bila kotor
|
3.1.1.8
Keadaan Psikologis, Sosial,
Budaya
-
Klien merasa cemas karena
penyakitnya tidak sembuh-sembuh padahal klien sudah pernah berobat berkali-kali
-
Klien tinggal bersama orang
tuanya
-
Hubungan klien dengan keluarga
dan tetangganya baik
-
Pengambil keputusan dalam
keluarga adalah orang tua terutama ayah
-
Klien menganut adat Jawa dan
tidak ada pantangan makanan apapun.
3.1.1.9
Riwayat Spiritual
Klien memeluk agama islam. Sebelum dan selama sakit, ibu
tetap menjalankan ibadah seperti biasanya.
3.1.2
Data Obyektif
3.1.2.1
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
Tensi : 110/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 367 0C
Rr : 20x/menit
3.1.2.2
Pemeriksaan Sistematis
Kepala : Rambut
hitam, distribusi merata, tidak ada benjolan, kebersihan cukup.
Muka : Tidak pucat, tidak oedema, ibu kelihatan gelisah.
Mata : Simetris, sklera mata tidak ikterus, konjungtivitis tidak ada,
selaput lendir mata agak pucat.
Hidung : Simetris, baik
Telinga : Simetris, baik
Mulut : Bibir kering, stomatitis tidak ada, tanda
rhagaden tidak ada, gigi ada yang dicabut , tidak ada caries gigi
Leher : Pembesaran kelenjar limfe tidak ada, bendungan vena jugularis tidak
ada, pembesaran kelenjar thyroid tidak ada.
Tangan : Simetris,
jari-jari lengkap
Payudara : Simetris,
tidak ada benjolan/tumor, kebersihan cukup
Perut : Tidak ada bekas operasi, teraba benjolan atau massa 1 jari di bawah pusat, tidak ada nyeri
tekan.
Pelipatan paha : Pembesaran
kelenjar limfe tidak ada, hernia inguinalis tidak ada.
Kaki : Simetris,
jari-jari lengkap
Punggung : Simetris, baik
Anus : Haemmorroid
tidak ada
Vulva : Tida
oedema, tidak varices, bartholinithis tidak ada, condilomaaquminata tidak ada,
condilomatalata tidak ada, kebersihan cukup
3.2 Identifikasi
Diagnosa/Masalah
Tanggal
|
Data Dasar
|
Diagnosa
|
13-12-2006
Jam
10.000
|
DS :
-
Klien mengatakan ada benjolan
di perut ± 10 tahun yang lalu dan kadang-kadang terasa nyeri
-
Klien mengatakan setiap haid
terasa sakit
-
Klien mengatakan tidak pernah
menggunakan alat kontrasepsi
DO :
-
Keadan umum : Cukup
-
Kesadaran : Composmentis
-
TD : 110/80
mmHg
-
Nadi : 90x/menit
-
Suhu : 367 0C
-
Rr : 20x/menit
-
Palpasi
Teraba
benjolan 1 jari di bawah pusat, tidak ada nyeri tekan
|
Mioma uteri
|
|
DS :
-
Klien mengatakan cemas karena
penyakitnya tidak sembuh-sembuh padahal klien sudah pernah berobat
berkali-kali
-
Klien mengatakan belum pernah
menikah
DO :
-
Inspeksi
Muka : tampak gelisah, tidak pucat
-
Keadan umum : Cukup
-
Kesadaran : Composmentis
-
TD : 110/80
mmHg
-
Nadi : 90x/menit
-
Suhu : 367 0C
-
Rr : 20x/menit
|
Masalah :
Cemas
|
3.3 Mengidentifikasi
Diagnosa/Masalah Potensial
Terjadinya perdarahan
3.4 Antisipasi Masalah
Potensial
Kolaborasi dengan dokter
|
|
||||
|
|
Catatan Perkembangan
Tanggal
|
Diagnosa
|
Catatan Perkembangan
|
||
13-12-2006
|
Mioma uteri
|
S : - Klien mengatakan perutnya teraba benjolan dan tidak sakit,
kemaluan tidak mengeluarkan darah
- Klien mengatakan takut dengan operasi yang
akan dilaksanakan besok
O : - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tensi : 110/80 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- Suhu : 365 0C
- Rr : 24x/menit
- Klien kelihatan gelisah
- Palpasi : Pada
perut teraba benjolan 1 jari di bawah pusat, tidak ada nyeri tekan
A : Mioma uteri
P : - Memberikan
informed consent untuk tindakan operasi
- Observasi TTV (Tensi, Nadi, Suhu) tiap 6 jam
- Mencukur Pubis dan rambut-rambut yang ada di
perut
- Membersihkan daerah yang akan dilakukan
operasi dengan menggunakan kapas savlon
- Melakukan lavement 1x jam : 17.00 WIB
- Menganjurkan ibu untuk berpuasa mulai nanti
malam jam : 24.00 WIB
|
||
14-12-2006
|
Pre
operasi laparotomi mioma uteri
|
S : - Klien mengatakan takut dengan operasi yang akan dilaksanakan hari
ini
- Klien mengatakan kemarin sore dan tadi pagi
sudah diurus-urus
- Klien mengatakan sekarang masih puasa.
O : - Keadaan umum : Cukup
- Kesadaran : Composmentis
- Tensi : 90/70 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 37 0C
- Rr : 20x/menit
|
||
Tanggal
|
Diagnosa
|
Catatan Perkembangan
|
||
|
|
A : Pre operasi laparotomi Mioma uteri
P : - Memasang
infuse RL disebelah tangan kiri
- Memasang dower catheter
- Memakaikan baju Ok dan mitella
- Mengantarkan pasien OK
|
||
14-12-2006
Jam
13.50 WIB
|
Post
Laparotomi Mioma uteri hari I
|
S : - Klien mengatakan kepala pusing dan perut terasa mual ingin muntah
- Klien mengatakan badannya masih lemah
O : - Keadaan umum : Lemah
- Kesadaran : Composmentis
- Tensi : 100/70 mmHg
- Nadi : 70x/menit
- Suhu : 37 0C
- Anemis : Hb : 7,8 gr%
- Klien datang dari OK jam 13.45 WIB
- Klien sudah mulai bisa miring kiri dan miring
kanan
- Muka : Pucat
- Mata
: Conjungtiva
anemis
- Perut
: Terlihat
luka operasi tertutup kassa steril dengan panjang ± 15 cm vertical, luka
operasi kering
- Vulva
: Perdarahan 1 kotek penuh
- Infus
RL
A : Post operasi Laparotomi hari I
P : - Menidurkan
klien secara trendelend berg
- Memasang O2 3 liter
- Memberikan injeksi :
·
Cefotaxim 3 x 1 gr IV
·
Alinamin F 3 x 1 amp IV
·
Vit. C 3 x 1 amp IV
- Memberikan
·
Metronidazol supp 3 x II
·
Kaltrofen supp 3 x II
- Terapi infuse :
·
·
DS% 1500 cc
|
||
Tanggal
|
Diagnosa
|
Catatan Perkembangan
|
||
|
|
- Menganjurkan klien tidur
- Transfusi darah 2 kolf mulai jam : 16.15
WIB habis spoel dengan RL
- Observasi TTV
- Observasi perdarahan (100 cc)
- Observasi input dan intake
Input
Cairan : 1000
cc
Darah : 250
cc
1250
cc
output
Urine : 500
cc
Keringat : 100
cc
Perdarahan : 100
cc
700
cc
|
||
15-12-2006
|
Post
operasi laparotomo hari ke II
|
S : - Ibu mengatakan operasinya terasa kemeng dan nyeri
- Ibu mengatakan badannya terasa lemas
- Ibu mengatakan belum kentut
O : - Keadaan umum : Cukup
- Kesadaran : Composmentis
- Tensi : 110/70 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- Suhu : 37 9 0C
- Mobilisasi : (+)
- Muka : Pucat
- Perut
: Terdapat
luka operasi tertutup kassa dan kering
- Vulva : Perdarahan ± 1 kotek
- Hb : 10,4
gr%
- Perkusi
perut : Kembung
- Terpasang
infuse 5%
- Urin
1600 cc
- Klien
sudah bisa miring kiri dan miring kanan
- Observasi input dan intake
Input
Cairan : 2000
cc
2000 cc
Output
Urine : 1600
cc
Keringat : 50
cc
Perdarahan : 100 cc
1750
cc
|
||
Tanggal
|
Diagnosa
|
Catatan Perkembangan
|
||
|
|
A : Post operasi Laparotomi hari II
P : - Observasi
TTV
- Anjurkan klien tetap mobilisasi miring-miring
- Observasi perdarahan dan luka operasi
- Mengompres klien dengan air
- Memberikan injeksi :
·
Cefotaxim 3 x 1 gr secara IV
·
Alinamin F 3 x 1 amp secara IV
·
Vit. C 3 x 1 amp secara IV
·
Metronidazol supp 3 x II
·
Kaltrofen supp 3 x II
|
||
16-12-2006
|
Post
operasi laparotomi hari Ke III
|
S : - Klien mengatakan sudah kentut berkali-kali
- Klien mengatakan sudah bisa
miring-miring
- Klien mengatakan sudah sering batuk-batuk dan
perut terasa sakit
O : - Keadaan umum : Cukup
- Kesadaran : Composmentis
- Tensi : 130/80 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 37 5 0C
- Perkusi perut : Tidak kembung
- Perut
: Luka
operasi tetap kering
- Vulva : Pengeluaran pervaginam ½ kotek
- Terpasang
infuse D5%
- Urin
500 cc
- Palpasi
perut : kembung (+)
- Terapi
pagi hari
·
Transamin 3 x 1 amp IV
·
Ukcumet 3 x 1 amp IV
·
Caltrofen supp 3 x 1
- Observasi input dan intake
Input
Cairan : 1000
cc
1000
cc
Output
Urine : 500
cc
Keringat : 50
cc
Perdarahan : 100
cc
650
cc
|
||
Tanggal
|
Diagnosa
|
Catatan Perkembangan
|
||
|
|
A : Post operasi Laparotomi hari III
P : - Melakukan
perawatan luka operasi, dibersihkan kemudian diberi betadin dan ditutup
kembali
- Dower catheter dilepas
- Bila infuse habis off
- Anjurkan ibu mobilisasi lanjut : jalan-jalan
- Observasi TTV dan perdarahan
- Terapi injeksi diganti oral
·
Viliron 2 x 1
·
Asam mefenamat 3 x 1
·
Ciprofloxacin 4 x 1
- Anjurkan minum sedikit-sedikit, kemudian
bubur cair, diteruskan bubur halus dan kemudian bubur kasar.
|
||
17-12-2006
|
Post
laparotomi hari ke IV
|
S : - Klien mengatakan perut masih terasa kemeng
- Klien mengatakan sudah bisa jalan-jalan
- Klien mengatakan sudah tidak mengeluarkan
darah
O : - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tensi : 120/70 mmHg
- Nadi : 84x/menit
- Suhu : 37 4 0C
- Infus dan dower catheter sudah dilepas
- Luka operasi tertutup obsite
- Vulva : Tidak mengeluarkan darah
A : Post operasi Laparotomi hari IV
P : - Observasi
TTV
- Anjurkan ibu menjaga kebersihan
- Klien sudah boleh mandi di kamar mandi
- Diit, bubur diganti nasi biasa
- Observasi TTV dan perdarahan
- Terapi :
·
Viliron 2 x 1
·
Asam mefenamat 3 x 1
·
Ciprofloxacin 4 x 1
- Bila
tidak ada apa-apa besok klien boleh pulang
|
||
Tanggal
|
Diagnosa
|
Catatan Perkembangan
|
||
18-12-2006
|
Post
laparotomi hari ke V
|
S : - Klien mengatakan perut masih sedikit kemeng
- Klien mengatakan senang karena nanti
pulang
O : - Keadaan umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tensi : 120/70 mmHg
- Nadi : 80x/menit
- Suhu : 36 6 0C
- Luka operasi tertutup obsite
- Pengeluaran
pervaginam tidak ada
A : Post operasi Laparotomi hari V
P : - Advis
dokter klien boleh pulang
- Nasehat pulang :
·
Anjurkan klien untuk tidak
pantang terhadap makanan
·
Anjurkan klien untuk menjada
kebersihan terutama kebersihan kemaluan, jika habis BAB dan BAK bersihkan
sampai bersih dengan air
·
Anjurkan klien makan-makanan yang
bergizi
·
Anjurkan klien kontrol 3 hari
lagi
·
Anjurkan minum obat secara
teratur
- Terapi :
·
Viliron 2 x 1
·
Asam mefenamat 3 x 1
·
Ciprofloxacin 4 x 1
|
BAB 4
PEMBAHASAN
Mioma uteri merupakan tumor yang paling umum pada
traktus genetalis, yang terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi
dengan untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yang tipis. Gejalanya
tergantung pada besar dan posisi mioma. Kebanyakan mioma kecil dan beberapa
yang lebih besar tidak menimbulkan gejala dan hanya terdeteksi pada pemeriksaan
rutin. Jika mioma terletak subendometrium, mungkin disertai dengan menoragia.
Jika perdarahan yang hebat menetap, pasien mungkin mengalami anemia, dan
nantinya akan masuk pada syok haemorragie jika tidak segera ditangani dengan baik.
Dalam melakukan Asuhan Kebidanan ini penyusun tidak
menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus nyata di lapangan yang meliputi
1.
Pengumpulan Data
Tidak ditemukan adanya kesenjangan
dalam pengkajian data.
2.
Identifikasi Masalah
Pada Bab III ditemukan diagnosa mioma
uteri, sedang masalahnya yaitu cemas. Masalah potensialnya adalah terjadi
perdarahan. Antisipasi masalah potensialnya adalah kolaborasi dengan dokter.
3.
Pengembangan Rencana
Rencana yang dibuat disesuaikan
dengan diagnosa yang ditemukan. Pada dasarnya tidak ada kesenjangan antara
kasus dengan teori yang ada.
4.
Evaluasi
Asuhan yang dipakai dalam pelaksanaan
evaluasi tujuan dan kriteria (jangka pendek). Dalam evaluasi tidak didapatkan
kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada.
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan pengkajian yang telah
dilakukan pada Nn.”S” dengan mioma uteri maka ditemukan kesimpulan :
Diagnosa : Mioma uteri
Masalah : Cemas
Masalah potensialnya : Terjadinya
perdarahan
Tindakan yang dilalakukan
1.
Melakukan pendekatan
therapeutik
2.
Memberikan KIE
3.
Melakukan observasi TTV
4.
Jelaskan tentang keadaan
penyakitnya saat ini
5.
Berikan dukungan moral pada
klien
6.
Kolaborasi dengan dokter untuk
tindakan selanjutnya yaitu operasi
7.
Dilakukan miomektomi
Pada saat pengkajian sampai dilakukan
tindakan, pasien bersikap kooperatif terhadap asuhan yang diberikan oleh
petugas kesehatan, sehingga pada langkah evaluasi didapatkan hasil sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Tanggal 18-12-2006 pasien pulang, keadaan umum
klien baik, luka operasi tertutup obsite.
5.2 Saran
5.2.1
Untuk Klien atau Keluarga
1.
Hendaknya klien atau keluarga
selalu waspada dengan gangguan kesehatan yang dialami.
2.
Hendaknya klien atau keluarga
mengikuti semua nasehat yang diberikan oleh petugas.
3.
Hendaknya klien atau keluarga selalu
memeriksakan kandungannya tiap 6 bulan sekali.
4.
Hendaknya klien atau keluarga
mengerti tentang tanda dan gejala dari kelainan-kelainan alat kandungan (mioma
uteri).
5.2.2
Untuk Petugas Kesehatan
1.
Hendaknya petugas kesehatan
mampu memberikan KIE sesuai dengan kasus yang dihadapi (mioma uteri).
2.
Hendaknya petugas
kesehatan harus benar-benar memahami
kasus yang dihadapi sehingga mampu memberikan pelayanan yang seoptimal mungkin.
3.
Hendaknya petugas kesehatan
dapat melaksanakan Asuhan Kebidanan pada kasus mioma uteri dengan tepat dan
benar.
|
Llwellyn, Jones. Derek. 2002. Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi 6. Jakarta : Hipokrates.
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta
; Aesculapius.
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta
: EGC.
Sastrawinata, Sulaiman. 1983. Ginekologi. Bandung
: UNPAD
Wiknjosastro, Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta
: YBPSP.
ConversionConversion EmoticonEmoticon