BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini serta
pesatnya arus globalisasi, maka diharapkan masyarakat semakin berperan aktif
dalam bidang kesehatan. Bidang kesehatan merupakan prioritas utama, karena mempunyai
pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia.
Tujuan pembangunan kesehatan secara umum yaitu untuk meningkatkan derajat
kesehatan seoptimal mungkin, baik individu, keluarga maupun masyarakat.
Penyakit Bronkopneumonia merupakan salah satu penyebab kesakitan dan
kematian yang paling besar pada anak terutama pada bayi karena saluran napasnya
masih sempit, daya tahan tubuh yang masih rendah dan mudahnya beradaptasi
dengan lingkungan yang buruk.
Bronkopneumonia adalah penyakit saluran pernapasan dan radang paru karena
adanya infeksi traktus respirotorius sehingga dapat menyebabkan peningkatan
suhu tubuh yang mendesak. (Ngastiah, 1998)
Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh bronkopneumonia sering
disebabkan oleh terlambatnya penderita dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan
pengobatan atau perawatan yang cepat dan tepat. Oleh karena kurangnya
pengertian dari orang tua penderita atau anggota keluarga serta masyarakat yang
lain dalam menanggulangi bronkopneumonia. Terkadang keluarga berpikir anaknya
hanya panas biasa, atau batuk yang ringan sehingga keluarga tidak segera
membawa anak ke rumah sakit.
Dalam hal ini sebagai petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan asuhan
kebidanan sebaik-baiknya sebagai upaya dalam memberikan kesejahteraan pada anak
sakit, dan keluarga bisa bertambah pengetahuannya pada penyakit ini.
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Diharapkan
mahasiswa Akademi Kebidanan mampu melaksanakan asuhan kesehatan kepada anak
dengan bronkopneumonia secara nyata selama praktek lapangan.
1.2.2
Tujuan Khusus
Diharapkan
mahasiswa Akademi Kebidanan dapat :
1.
Melakukan pengkajian pada anak dengan bronkopneumonia.
2.
Menentukan identifikasi diagnosa keperawatan.
3.
Menentukan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan
anak.
4.
Melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana
yang sudah ditentukan yaitu melalui pendekatan, menganjurkan pada ibu untuk
tetap memberi ASI dan asupan nutrisi yang cukup mengobservasi intake, output
dan tanda-tanda vital serta melakukan kolaborasi dengan tim medis.
5.
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan keperawatan yang sudah
diberikan.
1.3
Metode Penulisan
1.3.1
Studi Kepustakaan
Penulis
membekali diri dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan bronkopneumonia.
1.3.2
Praktek Langsung
Melakukan
pendekatan dan asuhan keperawatan pada klien dengan gastroenteritis akut secara
langsung di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Bokor Turen.
1.3.3
Bimbingan dan Konsultasi
Dalam
penyusunan makalah ini penulis juga melakukan konsultasi dengan pembimbing baik
di ruangan maupun di pendidikan.
1.4
Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bronkopneumonia
2.1.1
Pengertian
2.1.2
Etiologi
2.1.3
Patofisiologi
2.1.4
Komplikasi
2.1.5
Prognosis
2.1.6
Gambaran Klinik Bronkopneumonia
2.1.7
Pemeriksaan Diagnostik
2.1.8
Penatalaksanaan dalam Bronkopneumonia
2.1.9
Tindakan Keperawatan
2.2 Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan pada Anak Sakit
2.2.1
Pengertian
2.2.2
Tujuan
2.2.3
Hasil yang Diharapkan
2.2.4
Manajemen Asuhan Keperawatan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Identifikasi Masalah /
Diagnosa
3.3 Antisipasi Masalah
Potensial
3.4 Identifikasi Kebutuhan
Segera
3.5 Rencana Pengembangan
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Bronkopneumonia
2.1.1
Pengertian
-
Bronkopneumonia adalah proses peradangan yang terjadi pada
kedua lapang paru hingga bronchus, termasuk dinding alveolus jaringan peri
bronchial serta jaringan inter lobuler. (FKUI 1985)
-
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan
bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri misalnya staphylococcus atau
streptococcus, virus (virus influenza), jamur canadia albicans atau aspirasi
karena makanan atau benda asing. (Suryanah, 1996)
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa :
Bronkopneumonia adalah peradangan yang
terjadi pada kedua lapang paru hingga bronchus, termasuk dinding alveolus yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau aspirasi karena makanan atau benda
asing.
2.1.2
Etiologi
a.
Bakteri : Diplococcus pneumonia, pneumococcus,
streptococcus, hemolyticcus, streptococcus aureus, hemophilus influenza,
bachillus freedlanda, mycobacterium tuberculosis.
b.
Virus : Respiratory synctial virus, virus influenza,
andenovirus, virus sitomegalik, mycoplasma pneumoniae.
c.
Jamur : Histoplasma cap salatum, cyptococcus
neofarmans, blastomyces, dermatides, coccidroides imminitis, aspergillus
species, candida albicans.
d.
Aspirasi : Makanan, kerosene (minyak tanah, bensin).
2.1.3
Patofisiologi
Bakteri, virus
atau jamur masuk kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan secara percikan
(droplet).
Proses
peradangan dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu :
2.1.3.1
Stadium Kongesti (4-12 jam pertama)
Kapiler melebar
dan kongesti, serta didalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam
jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
2.1.3.2
Stadium Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Lobus dan
lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, merah dan pada
perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan florin, leukosit, neutrofil
dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
2.1.3.3
Stadium Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Lobus masih
tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena
diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi
fagositosis pneumococcus.
2.1.3.4
Stadium Resolusi (4-11 hari)
Eksudat
berkurang dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan
degenerasi lemak, fibrin direabsorbsi dan menghilang.
2.1.4
Komplikasi
Komplikasi yang
dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut. Mungkin juga komplikasi lain
yang dekat seperti atelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis.
Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotic secara tepat.
2.1.5
Prognosis
Dengan
pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai
kurang dari 1%. Bila pasien disertai malnutrisi energi protein (MEP) dan pasien
yang datang terlambat angka mortalitasnya masih tinggi.
2.1.6
Gambaran Klinik dari Bronkopneumonia
1.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus
respiratorius bagian atas selama beberapa hari.
2.
Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-400C
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
3.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan dangkal dan cepat
disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis hidung dan mulut.
4.
Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
5.
Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit,
tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Dalam stadium
permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya
napas dangkal dan cepat, pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung
dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung
daripada luas daerah auskultasi yang terkena.
Pada perkusi
sering tidak ditemukan kelainan dan pada asukultasi mungkin hanya terdengar
ronchi basah nyaring halus atau sedang.
Bila sarang
bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar
keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras, pada stadium
resolusi, ronchi terdengar lagi.
2.1.7
Pemeriksaan Diagnostik
a.
Foto toraks
Pada foto
toraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrate pada satu atau
beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada
satu atau beberapa lobus.
b.
Laboratorium
Gambaran darah
tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000-40.000 / mm3 dengan
pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorok dan
mungkin juga dari darah.
2.1.8
Penatalaksanaan dalam Bronkopneumonia
·
Medik
Pengobatan
diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal itu perlu
waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang diberikan :
-
Penisilin 50.000 u/kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol
50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas
seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
-
Pemberian oksigen dan cairan intravena; biasanya diperlukan
campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9 mg dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl
10 mEq 1500 ml/botol infus.
-
Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic
akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisis dan gas darah arteri.
Pasien
bronkopneumonia ringan tidak usah dirawat di rumah sakit.
2.1.9
Tindakan Keperawatan
Seringkali
pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit datang sudah dalam keadaan payah,
sangat dispnea, pernapasan cuping hidung, sianosis dan gelisah. Masalah pasien
yang perlu diperhatikan ialah menjaga kelancaran pernapasan, kebutuhan
istirahat, kebutuhan nutrisi / cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah
komplikasi dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
1.
Menjaga kelancaran pernapasan
Pasien
pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena adanya radang paru
dan banyaknya lendir didalam bronkus/paru. Agar pasien dapat bernapas secara
lancar lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2
perlu dibantu dengan memberikan O2 2 liter/menit secara rumat. Pada
anak yang agak besar berikan seperti ikat baring setengah duduk, longgarkan
pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang, kaos baju yang agak sempit.
Ajarkan agar bila ia batuk lendirnya dikeluarkan dan katakan kalau lendir
tersebut tidak dikeluarkan sesak napasnya tidak akan segera hilang. Beritahu
kepada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada yang sakit, boleh duduk
miring ke bagian dada yang lain.
Pada bayi,
baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah
bahunya. Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita, atau celana yang ada
karetnya. Isaplah lendirnya dan berikan O2 secara rumat sampai 2
liter/menit.
2.
Kebutuhan istirahat
Pasien
pneumonia adalah pasien payah, suhu tubuh tinggi, sering hiper pireksia, maka
pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien harus ditolong di tempat
tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat, pengambilan bahan pemeriksaan atau
pemberian suntikan jangan dilakukan waktu pasien sedang tidur. Usahakan keadaan
tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat sebaik-baiknya.
3.
Keutuhan nutrisi dan cairan
Pasien
pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh
tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan
dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan
cairan glukosa 5% dan NaCl 09% dalam perbandingan 3:1 ditambahkan KCl 10
mEg/1500 ml/botol infus. Apabila sesak napas telah berkurang pasien menyuapi
harus sabar karena keadaan sesak menyebabkan pasien cepat lelah waktu
mengunyah. Pada pasien yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh
menetek selain memperoleh infus. Beritahukan ibu agar puting susu sering-sering
dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi bernapas.
Bila bayi tidak
mau mengisap, ASI dipompa dan diberikan dengan sendok, jika bayi minum susu
formula harus diberikan dengan sendok.
4.
Mengontrol suhu tubuh
Pasien
pneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia. Untuk ini maka suhu
harus dikontrol setiap jam selain diusahakan untuk menurunkan suhu dengan
memberikan kompres dingin dan obat-obatan. Satu jam setelah dikompres dicek
kembali apakah suhu sudah turun.
5.
Mencegah komplikasi / gangguan rasa aman dan nyaman
Komplikasi
terjadi karena adanya lendir yang tidak dapat dikeluarkan sehingga terjadi
atelektasis atau bronkiektasis. Untuk menghindari lendir yang menetap (mucous
plug) maka sikap baring pasien, terutama bayi harus diubah posisinya tiap 2 jam
dan pengisapan lendir sering dilakukan.
Bila lendir
tetap banyak, dapat dilakukan fisioterapi dengan postural drainage. Caranya
bayi dibaringkan tengkurap didepannya letakkan handuk sebagai alas, dibawah
perutnya diganjal guling sehingga posisi kepala lebih rendah. Lakukan tepukan
dengan kedua tangan yang dicekungkan dipunggung bayi secara ritmi sambil sering
diisap lendirnya dari hidung dan mulut. Lama tindakan ini 5-10 menit dan dapat
dilakukan pagi dan sore. Jika lendir sudah berkurang maka fisioterapi dapat
dilakukan sekali sehari, biasanya pagi saja.
Mengenai
gangguan rasa aman dan nyaman seperti pasien yang dirawat di rumah sakit.
6.
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penyuluhan
terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia ialah dengan
memberikan pengertian jika anak batuk pilek disertai demam sudah 8 hari tidak
juga sembuh agar dibawah berobat ke pelayanan kesehatan.
Pada bayi dan
anak kecil yang keadaan umumnya lemah, misalnya baru sembuh dari penyakit diare
atau sering batuk pilek, janganlah dibawa keluar pada malam atau dibiarkan
bermain diluar jika udara tidak baik karena hal tersebut dapat menjadi penyebab
pneumonia.
2.2
Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan pada Anak Sakit
2.2.1
Pengertian
Asuhan keperawatan
adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau
memelihara pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang
sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus
pasien. (Depkes RI, 1984)
2.2.2
Tujuan
Memberikan
asuhan yang adekuat dan professional serta berstandar pada anak dengan
memperhatikan riwayat selama kehamilan, persalinan dan keadaan bayi setelah
lahir.
2.2.3
Hasil yang Diharapkan
Terlaksananya
asuhan segera / rutin pada anak termasuk melakukan pengkajian, membuat
diagnosa, membuat perencanaan, melaksanakan rencana tindakan yang ditentukan /
intervensi dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
2.2.4
Manajemen Asuhan Keperawatan terdiri dari 5 Langkah
1.
Pengumpulan data
Untuk mengevaluasi
keadaan anak
a.
Anamnesa
Biodata terdiri
dari :
-
Nama : nama klien, ibu dan ayah perlu ditanyakan agar
tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien yang lain.
-
Umur : berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah
kesehatan dan tindakan yang dilakukan. (Depkes RI)
-
Alamat : dicatat untuk mempermudah hubungan bila ada
keadaan mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal
pasien.
-
Agama : perlu dicatat karena hal ini sangat
berpengaruh didalam kehidupan termasuk kesehatan dan akan mudah dalam mengatasi
masalah kesehatan pasien. (Depkes RI, 1994)
-
Pekerjaan : ditanyakan untuk dapat menunjukkan tingkat
keadaan ekonomi keluarga juga dapat mempengaruhi kesehatan.
-
Pendidikan : tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya
didalam tindakan asuhan kebidanan, selain anak akan lebih terjamin pada orang
tua pasien / anak yang tingkat pendidikannya tinggi. (Depkes RI, 1994)
b.
Keluhan utama
Ditanyakan
untuk mengetahui alasan datang ke petugas kesehatan dan untuk tindakan
selanjutnya.
c.
Riwayat kehamilan dan kelahiran
-
Pre natal
Jika selama
hamil ibu rajin memeriksakan kandungannya maka kondisi janin atau bayi selama
masih dalam kandungan akan terkontrol dengan baik. Ibu yang selama hamil sudah
mendapatkan imunisasi TT maka anaknya bisa terhindar dari penyakit tetanus
neonaturum.
-
Natal
Jika selama
persalinan tidak terjadi komplikasi, tidak terdapat cacat bawaan pada bayi,
berat badan lebih dari batas normal dan umur kehamilan ibu yang cukup bulan
maka proses tumbuh kembang bayi dapat maksimal.
2.
Data obyektif
a.
Pemeriksaan
Keadaan umum : normal / tidak
Kesadaran : normal / tidak
Tanda-tanda vital :
-
Suhu : Suhu badan dapat diukur melalui mulut, rectum
atau aksila.
Pada
bronkopneumonia suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 0C
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
-
Nadi : Dapat diukur pada arteri radialis, dan arteri
femoralis anak umur lebih 1 tahun, sedangkan pada bayi menggunakan stetoskop
pada apex jantung. Nadi dihitung dengan waktu 1 menit dan kemungkinan iramanya
kurang teratur.
Pada bronkopneumonia tidak ada perubahan nadi.
-
Pernapasan : Nilai pernapasan rata-rata dihitung setiap
menit.
Pada bronkopneumonia pernapasan cepat dan dangkal disertai
pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
-
Tekanan darah : Pengukuran tanda-tanda vital yang biasanya
diukur pada anak 3 tahun keatas.
b.
Inspeksi
-
Muka : apakah raut wajah menunjukkan sakit, susah
bernapas, ketakutan, perasaan senang, gangguan mental atau sakit akut.
-
Rambut : bagaimana struktur, kualitas, distribusi dan
elastisitas serta kebersihannya.
-
Kulit : bagaimana warna struktur, suhu, kelembaban,
dan tugur.
-
Mata : apakah ada infeksi, bagaimana struktur, ukuran
simetris atau tidak, kornea dan keadaan retina.
-
Telinga : apakah simetris, adakah infeksi seperti otitis
media dan berbau.
-
Mulut : apakah ada tonsil, pembengkakan, radang
(memerah).
-
Leher : apakah ada pembengkakan pada kelenjar thyroid
dan vena jugularis.
-
Perut : apakah membuncit, bagaimana kebersihannya.
-
Genetalia : - Laki-laki
: apakah glans penis baik bentuknya, testis berada dalam skrotum, skrotum
simetris atau tidak.
- Wanita : apakah ada tanda-tanda infeksi,
perdarahan, bagaimana keadaan vulva, labia, vagina.
-
Anus : apakah ada haemorrhoid, prolups, keadaan
lubang anus.
-
Ekstremitas : apakah simetris atau tidak, jari-jari lengkap
atau tidak, bagaimana kebersihan kuku, ketiak dan kaki.
c.
Palpasi
Kepala : adakah benjolan di kepala.
Leher : apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau
bendungan vena jugularis.
Dada : diraba adakah masa pada dada.
Perut : adakah pembesaran pada hepar, pembesaran
lien.
Pelipatan paha : apakah ada
pembesaran kelenjar limfe, hernia inguinalis.
Ekstremitas atas dan bawah : diraba tanda apakah ada oedema.
d.
Auskultasi
Dada : apakah terdengar wheezing, ronchi.
Perut : apakah terdengar adanya bising usus.
Observasi tingkah laku
-
Apakah penampilan anak tidak tenang (kaku), cemas, tegang,
sesuka hati, ramah, pemalu, banyak bicara, agresif.
-
Apakah anak aktif, diam ditempat, gelisah atau tidak.
-
Apakah mudah atau susah untuk memperhatikan sesuatu.
-
Apakah ada reaksi terhadap perintah dengan perasaan takut dan
senang.
-
Kemampuan mengikuti perintah, dapat mengikuti 2 atau 3
perintah dengan baik tanpa dilindungi.
3.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan dirumuskan berdasarkan status kesehatan pasien untuk menentukan
kebutuhan asuhan keperawatan. Data dianalisa dan dibandingkan dengan norma yang
berlaku dan pola fungsi kehidupan pasien dengan kriteria :
-
Prioritas masalah dengan kriteria :
·
Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas
utama.
·
Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah
prioritas kedua.
·
Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan
prioritas ketiga.
- Kriteria Hasil
- Intervensi
Diagnosa I : Gangguan jalan
nafas sehubungan dengan akumulasi sekret dan peningkatan suhu tubuh.
Kriteria Hasil :
-
menunjukkan prileku pencapaian bersihan jalan nafas
-
menunjukkan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih, tidak ada
ronchi, wheezing, dan retraksi intercostae.
-
Intervensi
1) Jelaskan pada keluarga
tentang penyebab batuk serta sesak napas.
R/ Peradangan
pada paru-paru dan bronkiolus disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, aspirasi
karena makan atau benda asing. Faktor yang mempengaruhi timbulnya
bronkopneumonia adalah penyakit menahun.
2) Atur posisi tidur anak
dengan posisi setengah duduk (semi fowler) pasang O2 sebanyak 1
liter/menit.
R/ Dengan semi
fowler diharapkan anak lebih mudah bernapas dan dengan O2 pasien
lebih nyaman untuk bernapas.
3) Kaji status pernapasan dan
TTV.
R/ Untuk
mengetahui perkembangan kondisi pasien.
4) Kaji batuk dan kedalaman
napas.
R/ Untuk
menilai keefektifan dari proses pernapasan.
5) Jelaskan pada orang tua
tentang tanda-tanda sesak napas dan teknik untuk mengurangi sesak.
R/ Timbulnya
kasus ini ditandai dengan suhu tubuh meningkat, batuk hebat, sesak napas,
gelisah, sianosis, penurunan kesadaran.
6) Jelaskan pada keluarga
tentang penyebab demam.
R/ Menambah
wawasan / pengetahuan keluarga tentang penyebab panas.
7) Anjurkan keluarga untuk
mengompres dan mengganti pakaian pasien yang tipis dan menyerap keringat.
R/ Membantu
penguapan tubuh dengan proses konveksi.
8) Berikan O2 1 liter permenit
R/ Pemenuhan
kebutuhan O2 menjadikan prises pernafasan efektif.
9) Berikan therapi nebulizer
R/ Dengan
nebulizer mengencerkan dahak dan melancarkan pernapasan.
Diagnosa II : Gangguan Pemenuhan Nutrisi
Berhubungan dengan gangguan Pernafasan
Kriteria Hasil :
-
Menunjukkan peningkatan nafsu makan
-
Mempertahankan atau meningkatkan berat badan dan juga kadar
Haemoglobin
Intervensi :
1)
Beri penjelasan
tentang pentingnya pemenuhan nutrisi pada anak
R/ pemenuhan
nutrisi pada anak mempercepat proses perkembangan dan pertumbuhan sekaligus
memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit
2)
Anjurkan untuk memberikan makan anak dengan porsi kecil tapi
sering termasuk makanan tambahan ( roti atau mari)
R/ Meningkatkan
asupan dan mencegah terjadinya muntah
3)
Beri gizi TKTP lembek
R/ Menambah
daya tahan tubuh anak dengan tidak memperberat kondisi pemenuhan gizi pada anak
dengan makanan yang ada
4)
Beri susu setiap hari paling sedikit 2x sehari
R/ susumengandung protein yang tinggi
5)
Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan makanan
yang diberikan
R/ kebersihan
diri dan makanan mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh.
Diagnosa III : Peningkatan suhu tubuh
bila ada proses infeksi pada broncus
Kriteria Hasil
:
-
Menurunnya suhu tubuh ( dalam batas normal )
-
Mencegah terjadinya tanda bahaya ( kejang demam )
Intervensi :
1) Pantau tanda vital dengan
ketat khususnya selama awal terapi
R/ Selama periode waktu ini potensial fatal dapat terjadi
2) Batasi pengunjung sesuai
indikasi
R/ Menurunkan pemajaman terhadap pathogen lain
3) Berikan kompres hangat
R/ Rangsangan hangat membuat vasodilatasi pembuluh darah yang dapat
menurunkan panas
4) Selidiki perubahan
tiba-tiba atau berulangnya demam
R/ Komplikasi
mempengaruhi beberapa atau semua system organ termasuk abces paru dan super
infeksi
5) Anjurkan pemakaian baju
tipis dan menyerap keringat
R/ membantu
proses penguapan
6) Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian cairan infuse dan obat golongan antipiretik
R/ Memenuhi
kebutuhan cairan elektrolit dan antipiretik menurunkan panas melalui pusat di
hipotalamus
Diagnosa IV : Kurangnya pengetahuan (
orang tua )
Kriteria Hasil :
-
Menyatakan pemahan kondisi, proses penyakit dan pengobatan
-
Berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1) Diskusikan aspek
ketidakmamapuan dari penyakit, lamanya penyembuhan dan harapan kesembuhan
R/ Informasi
dapat meningkatkan pengetahuan
2) Berikan informasi dalam
bentuk tertulis dan verbal
R/ Depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
3) Identifikasi tanda/gejala
yang memerlukan pelaporan pemmberi perawatan kesehatan
R/ upaya evaluasi dan
intervensi tepat waktu dapat mencegah/ meminimalkan komplikasi.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KESEHATAN PADA An. “I”
DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI
RUANG MELATI
RSU BOKOR TUREN
3.1
Pengkajian
Tanggal 11 Juli
2008 Jam : 08.00 WIB
3.1.1
Data Subyektif
1.
Identitas anak
Nama : An. “I”
Umur : 1 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Status anak : anak kandung
Anak ke : 2 (dua) dari 2 bersaudara
Agama : islam
Alamat : Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang
Tanggal MRS : 10-07-2008 jam
: 17.30 WIB
Diagnosa : Bronkopneumonia
Identitas orang tua
Nama ayah : Tn. “S”
Umur : 30 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD (tamat)
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang
Nama ibu : Ny. “U”
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD (tamat)
Pekerjaan : Ibu RT
Alamat : Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang
2.
Status kesehatan
a.
Keluhan utama
Ibu mengatakan
anaknya batuk grok-grok dan sesak sejak tanggal 06-07-2008
b.
Riwayat penyakit sekarang
Sejak tanggal
06 Juli 2008, anak batuk grok-grok dan sesak. Sebelum masuk rumah sakit anak
pernah periksa ke bidan tanggal 08-07-2008 dengan keluhan anak batuk grok-grok.
Kemudian tanggal 10-07-2008 anak di bawa ke klinik RSU Bokor Turen untuk
berobat dengan keluhan anak batuk grok-grok dan sesak. Dari poliklinik anak
dianjurkan untuk rawat inap di ruang melati dengan terapi :
-
Infus KAEN 4B 15 tetes/menit
-
Injeksi vicillin 3x125
mg
-
Injeksi sagestam 3x10 mg
-
Injeksi kalmetashon 3x1/4 cc
-
Injeksi antrain 1/5
cc ( k/p)
-
Nebulizer ventolin dosis 2x1/2 vial
-
O2 1 liter/menit
Saat dikaji
klien batuk grok-grok, sputum sulit keluar dan sesak. Terpasang infus KAEN 4B
15 tetes/menit, RR 46 x/menit, nadi : 100x/menit, ronchi (+), wheezing (+),
retraksi intercostae, pernapasan cuping hidung (+)
c.
Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan
dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis)
ataupun menurun (jantung, diabetes mellitus asthma).
d.
Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya anak
sudah pernah sakit sesak tapi tidak sampai masuk rumah sakit. Bila anak sakit
biasanya dibawa ke Puskesmas dan sembuh.
3.
Riwayat kehamilan dan persalinan
a.
Riwayat pre natal
-
Ibu mengatakan kehamilannya diperiksakan di bidan sebanyak 5x
Keluhan saat
hamil :
Trimester I :
Ibu mengatakan mual dan muntah setiap makan
Trimester II :
Ibu mengatakan mulai merasa nyaman dengan kehamilannya, ibu mulai merasakan
pergerakan anak sejak usia kehamilan 4 bulan
Trimester III : Ibu mengatakan sering kencing
dan sakit pinggang
-
Selama hamil ibu tidak pernah mengalami sakit yang parah. Ibu
mengatakan tidak ada makanan pantangan, ibu minum obat dan vitamin dari bidan.
b.
Riwayat natal
Ibu melahirkan
di bidan, bayi lahir normal tanggal 03-07-2007, keadaan bayi waktu lahir baik
langsung menangis
BB : 3100 gram, PB : 48 cm.
c.
Riwayat post natal
-
Anak diberi ASI sejak lahir sampai sekarang, makan 3x sehari.
-
Anak sudah diimunisasi lengkap (BCG, polio, Hepatitis B, DPT,
campak ) di bidan.
-
Anak diasuh oleh orang tua (ayah dan ibu).
4.
Pola kebiasaan sehari-hari
Pola
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
Nutrisi
|
- Anak makan 3x sehari, nasi, lauk pauk,
sayur
- Anak diberi minum ASI air putih,
kadang-kadang diberi tambahan susu.
|
-
Anak
makan 3x sehari nasi, lauk pauk, sayur porsi sedikit setiap makan 2-3 sendok.
-
Anak
diberi ASI, air putih 4-5 sendok ditambah cairan infus KAEN 4B 15
tetes/menit.
|
Eliminasi
|
- BAB 1-2x sehari, konsistensinya lunak
warna kuning.
- BAK sering 7-8 x/hari.
|
-
BAB
1x sehari, konsistensi lunak, warna kuning.
-
BAK sering.
|
Aktivitas
|
- Anak bermain di rumah bersama kakak.
|
-
Anak
tidak dapat bermain karena keadaan lemah.
|
Istirahat
|
- Tidur siang ± 2 jam waktu tidak tentu.
- Tidur malam ± 10 jam (21.00-07.00 WIB)
- Anak tidur di ats tempat tidur pada malam
hari, dan pada siang hari anak tidur di lantai memakai kipas angin. Pada
kamar tidur terdapat ventilasi
|
-
Waktu
tidur tidak tentu, anak rewel
|
Personal hygiene
|
- Anak dimandikan ibu 2x sehari, ganti
pakaian tiap kotor.
|
-
Anak
diseka 2x sehari dengan air hangat ganti pakaian sehabis diseka.
|
3.1.2
Data Obyektif
a.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Berat badan : 9,5 kg
Tanda-tanda
vital
Suhu : 37,4 0C
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 46 x/menit.
b.
Pemeriksaan fisik
Kepala : bersih, distribusi rambut merata, perabaan halus,
warna hitam pendek.
Muka : agak pucat, tidak oedema, tidak ada bekas
luka.
Mata : conjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarana putih, tidak ada bintik bitot.
Hidung : simetris, septum di tengah, tidak terdapat
secret, terdapat pernafasan cuping hidung, dipasang kanule O2, tidak
mimisan.
Telinga : simetris,
tidak mengeluarkan cairan, kebersihan cukup.
Mulut : bibir agak pucat, kering, tidak ada
stomatitis, tidak ada tanda rhagaden, lidah agak kotor.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak
ada bendungan vena jugularis.
Ketiak : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada : simetris, pernapasan dangkal dan cepat, RR 46
x/menit, terdapat ronchi, wheezing, dan ada retraksi intercostae.
Perut : tidak membuncit, tidak ada bekas luka., tidak
ada pembesaran hepar, tidak ada pembesaran lien, bising usus (+) 25 x/menit,
tidak kembung.
Pelipatan paha : bersih, tidak ada
pembesaran kelenjar limfe, tidak ada hernia inguinalis.
Ekteremitas atas dan bawah : simetris, tidak ada syndactili dan polydactili
pada jari, kuku bersih, pendek, pada tangan kiri terpasang infus KAEN 4B 15
tetes/menit.
Genetalia : bersih.
Punggung : simetris,
tidak ada spina bifida.
Anus : bersih.
Kulit : turgor baik, tonus otot baik, kulit lembab.
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan
|
Hasil pemeriksaan
|
Nilai normal
|
Haemoglobin
Haematokrit
Leukosit
Trombosit
Reticulosit
BBS / LED
Diff: Seg/Lym/Mo
|
8,6 gr%
25,7 %
5300mm3
337.000mm3
6%
10
56%/42%/2%
|
12-14 gr%
37-43 %
4000-11.000 mm3
13.000-400.000 mm3
5-15%
15mm 1 jam
5-67%/20-40%/4-8%
|
-
Pemetriksaan
Radiologi
Tanggal 14-07-2008
Trachea :
di tengah
Cor : tak membesar
Pulmo : Infiltrar disupra, infrahilair kanan,
kiri, kedua sinus phrenicoccostalis tajam
Kesimpulan : Bronchopneumonia
c.
Status cairan dan therapy
- Infus KAEN 4B 15
tetes/menit
- Injeksi vicillin 3x125 mg
- Injeksi sagestam 3x10 mg
- Injeksi kalmetashon 3x1/4
cc
- Injeksi antrain 1/5 cc (
k/p)
- Nebulizer ventolin dosis
2x1/2 vial
- O2 1 liter/menit
3.2
Identifikasi Diagnosa /
Masalah
Tanggal/Jam
|
Diagnosa
|
Data Dasar
|
11/07/2008
Jam
08.00 WIB
|
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan penumpukkan secret
|
S : - Ibu
mengatakan anaknya batuk grok-grok dan sesak sejak tanggal 06-07-2008
O : KU
: lemah
Suhu : 37,4 0C
Nadi : 100 x/menit
Pernapasan : 46 x/menit
- Hidung
* Pernafasan cuping hidung (+)
* Terpasang O2 1 liter/menit dengan canule
- Dada terdengar ronchi,
wheezing
- Terpasang
infus KAEN 4B 15 tetes/menit pada tangan sebelah kiri.
|
Tanggal/Jam
|
Diagnosa
|
Data Dasar
|
11/07/2006
Jam
08.00 WIB
|
Gangguan pemebuhan nutrisi sehubungan dengan gangguan pernapasan
|
S : - Ibu
mengatakan anaknya makan 3x sehari hanya 2-3 sendok
O : KU
: lemah
-Anak rewel
- Hb : 8,6 gr%
- BB : 9,5 kg
- Anak makan 3x sehari 2-3 sendok disuapin
|
3.3
Antisipasi Masalah Potensial
Tidak ada
3.4
Identifikasi Kebutuhan
Segera
Tidak ada
|
|
|
|
|
Tanggal/Jam
|
Data Dasar
|
Diagnosa
|
12/07/2008
Jam
08.00 WIB
|
S : Ibu mengatakan anak masih sesak, batuk dan nafas masih
ngrok-ngrok.
O : - KU anak masih lemah
- Kesadaran composmentis
- TTV :
Nadi : 92 x/menit
Nafas : 40 x/menit
Suhu : 37,2 0C
- Batuk (+), ronchi (+), wheezing(+)
- Terpasang O2 1 liter/menit dengan canule
- Terpasang infuse KAEN 4B 15 tetes/menit
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Pertahankan
rencana tindakan
- Observasi TTV
- Pemberian O2 sebanyak 1
liter/menit
- Atur posisi anak setengah duduk (semi
fowler)
- Lakukan nebulizer
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapy
|
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukkan sekret
|
27/06/2006
Jam
21.00 WIB
|
S : Ibu mengatakan anak sudah mau makan 3x sehari hampir 1/4
O : - Anak rewel
- Anak mau makan ¼ porsi dengan bubur
A : Masalah
teratasi sebagian
P : Pertahankan rencana tindakan
· Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering
· Memberikan makanan kecil tambahan ( roti, mari )
· Memberikan makanan TKTP lembek
· Memberi susu setiap hari
· Menganjurkan pada ibu untuk menjaga
kebersihan diri dan makanan yang diberikan
|
Gangguan pemebuhan nutrisi
sehubungan dengan gangguan pernapasan
|
Catatan Perkembangan
Tanggal/Jam
|
Data Dasar
|
Diagnosa
|
13/07/2008
Jam
08.00
WIB
13/07/2008
Jam
08.00
WIB
|
S : Ibu mengatakan sesak, batuk anak sudah berkurang, nafas
ngrok-ngrok sudah berkurang.
O : - KU anak mulai membaik
- Kesadaran composmentis
- TTV :
Nadi : 88 x/menit
Nafas : 36 x/menit
Suhu : 36,4 0C
- Batuk (+), ronchi (+), wheezing (+)
- Terpasang infuse KAEN 4B 15 tetes/menit
A : masalah
teratasi sebagian.
P : Pertahankan
rencana tindakan
- Observasi TTV
- Atur posisi anak setengah duduk (semi
fowler)
- Lakukan nebulizer
- Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapy.
S : Ibu mengatakan anak makan sedikit-sedikit tapi sering
O : - Anak rewel berkurang.
- Anak makan 3x sehari ¼ porsi
dengan bubur
A : masalah
teratasi sebagian
P : Pertahankan rencana tindakan
· Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi
sering
· Memberikan makanan kecil tambahan ( roti, mari )
· Memberikan makanan TKTP lembek
· Memberi susu setiap hari
· Menganjurkan pada ibu untuk menjaga
kebersihan diri dan makanan yang diberikan
|
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukkan sekret
Gangguan pemebuhan nutrisi
sehubungan dengan gangguan pernapasan
|
Catatan
Perkembangan
Tanggal/Jam
|
Data Dasar
|
Diagnosa
|
14/07/2008
Jam
08.00 WIB
|
S : Ibu mengatakan anak batuk kadang-kadang, sudah tidak sesak
O : - KU anak baik
- Kesadaran composmentis
- TTV :
Nadi : 88 x/menit
Nafas : 30 x/menit
Suhu : 36,3 0C
- Batuk kadang-kadang, ronchi (-),
wheezing(-)
- Terpasang infuse KAEN 4B 15 tetes/menit
A : Masalah
teratasi
P : Rencana
tindakan dihentikan dan anak boleh pulang
|
Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan
dengan penumpukkan sekret
|
14/07/2008
Jam
08.00 WIB
|
S : Ibu mengatakan nafsu makan anak membaik
O : - Anak tidak rewel
- Anak makan 3x sehari ¼ porsi dengan bubur ditambah
makanan tambahan
A : Masalah
teratasi
P : Rencana tindakan dihentikan dan anak
boleh pulang
|
Gangguan pemebuhan nutrisi
sehubungan dengan gangguan pernapasan
|
RENCANA PULANG
Nama Pasien : Anak “I”
Umur :
1 tahun
Alamat :
Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang
Tanggal : 14 Juli 2008
Keadaan Pasien waktu pulang
- Keadaan Umum : baik
- Tanda-tanda vital
Nadi : 88 x/menit
Nafas : 30 x/menit
Suhu : 36,3 0C
- Batuk kadang-kadang, ronchi
(-), wheezing(-)
- Anak tidak rewel
- Nafsu makan anak membaik
Nasehat Pulang
:
·Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga
kebersihan anaknya dan juga kebersihan makanan
·Menganjurkan pada ibu untuk memberikan
makanan yang bergizi pada anaknya
·Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan
obat yang telah diberikan
·Menganjurkan pada ibu untuk memantau tumbuh
kembang anak
·Menganjurkan pada ibu untuk kontrol ulang
bila obat habis dan sewaktu-waktu bila terdapat tanda-tanda bahaya pada
anak.
BAB 4
PEMBAHASAN
Bronkopneumonia
adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebbakan oleh bakteri
seperti staphylococcus atau streptococcus, virus ( influenza ), jamur candida
albicans atau aspirasi karena amkanan atau benda asing a( Suryanah, 1996 ).
Asuhan
keperawatan anak sakit adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam
usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu
pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan memebantu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan khusus pasien ( Depkes RI, 1984)
Seringkali
pasien bronkopneumonia yang dirawat di rumah sakit datang sudah dalam keaaan
payah, sangat dispnea, pernafasan cuping hidung, retraksi intercostae, terdapat
ronchi dan wheezing. Gambaran klinik bronkopneumonia adalah biasanya didahului
oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Selain itu
suhu tubuh dapat naik mendadak dan kadang disertai kejang, pernafasan dangkal
dan cepat, kadang disertai muntah dan diare. Penanganan pasien dengan kasus
bronkopneumonia adalah menjadga kelancaran pernafasan, kebutuhan akan
istirahat, kebutuhan nutrisi dan cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah
komlikasi lebih lanjut. Penanganan yang efektif dan efisien yang dilakukan
secara intensif ini berguna untuk mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi
misalnya penumpukkan lendir/secret yang dapat menghalangi jalan napas atau
peningkatan suhu tubuh yang dapat menimbulkan kejang kronik.
Pada kasus ini
penulis menemukan diagnosa Bronkopneumonia dengan masalah Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan secret dan Gangguan
pemenuhan nutrisi berhubungan dengan gangguan pernafasan. Dengan diagnosa dan
masalah tersebut, setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien tidak mengalami
penyulit atau komplikasi yang ada seperti peningkatan suhu tubuh dan kejang.
Hal ini disebabkan karena adanya kerjasama yang baik antara keluarga pasien dan
petugas kesehatan sehingga pasien boleh pulang daalm kondisi sehat.
Selain itu,
dari hasil pengkajian sampai dengan evaluasi tidak ditemukan kesenjangan antara
teori dan praktek sehingga asuhan ini dapat berjalan dengan baik sesuai teori
dan ilmu yang berkembang.
BAB 5
PENUTUP
5.1
Simpulan
Dengan adanya berbagai kasus pada asuhan
keperawatan yang diantaranya asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia
dengan penyebab yang berbeda dan waktu berkembang yang berbeda maka disini
petugas kesehatan perlu melakukan tindakan-tindakan keperawatan.
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan dengan
kasus bronkopneumonia diruang Melati Rumah Sakit Umum Bokor Turen pada tanggal
11-07-2008 jam 08.00 WIB
Nama :
An “I”
Umur :
1 tahun
Alamat :
Bakalan RT 03
RW 01 Bulu Lawang
Maka yang dilakukan adalah :
1.
Melakukan pendekatan therapeutik
pada klien dan keluarga untuk menjalin hubungan yang kooperatif.
2.
Mengatur posisis pasien dengan
posisis semi fowler
3.
Mengobservasi tanda-tanda vital.
4.
Melakukan kolaborasi dengan dokter
untuk therapy
5.
Menganjurkan ibu untuk memberikan
makanan dengan porsi kecil tapi sering
6.
Memberi makanan TKTP dan susu tiap
hari
7.
Menganjurkan ibu untuk menjaga
kebersihan diri dan makanan
8.
Melakukan evaluasi asuhan
keperawatan pada klien di ruang Melati Rumah Sakit Umum Bokor Turen pada
tanggal 11-07-2008 jam 08.00 WIB dengan hasil sebagai berikut :
a.
Klien tidak sesak dan batuk lagi,
suhu 36,3 0C, nadi : 88 x/menit, RR : 30 x/menit, keadaan umum baik.
b.
Nafsu makan klien sudah membaik
Faktor-faktor
pendukung adalah :
-
Kerjasama yang baik antar petugas dan keluarga
-
Sikap keluarga pasien yang
kooperatif terhadap tindakan petugas.
Faktor-faktor penghambat adalah keterbatasan petugas dalam melakukan
asuhan keperawatan dan keterbatasan waktu.
5.2
Saran
5.2.1
Petugas Kesehatan
1.
Hendaknya petugas kesehatan
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakuakan asuhan keperawatan.
2.
Diharapkan petugas kesehatan selalu
bekerjasama dengan petugas lain dalam melakukan asuhan keperawatan.
3.
Hendaknya dalam melaksanakan asuhan
keperawatan petugas selalu menggunakan komuniaksi therapeutik dan selalu
memperhatikan keadaan pasien serta menjaga privasi pasien.
5.2.2
Untuk Keluarga
1.
Menganjurkan keluarga untuk selalu
kooperatif terhadap petugas dalam melakukan asuhan keperawatan.
2.
Menganjurkan keluarga untuk
memabntu petugas dalam merawat anaknya.
3.
Menganjurkan keluarga untuk menjaga
lingkungan disekitar terutama ruangan yang ditempati.
4.
Menganjurkan keluarga untuk
memberikan nutrisi kepada anaknya/pasien.
DAFTAR PUSTAKA
|
Depkes. RI. 1984. Perawatan
Anak Sakit. Jakarta :
Depkes. RI
Juall, Carpenito Lynda .
2000. Diagnosa Keperawatan . Jakarta
: EGC
Marlyn, Doengoes. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta :
EGC.
Suryana. 1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK.
Jakarta : EGC.
Soetjiningsih . Tumbuh
Kembang Anak . Jakarta : EGC
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran
yang sangat mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur
orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik
dan berbeda dengan orang dewasa (Yupi Supartini, 2004 : 2).
Bronkopneumonia adalah inflamasi atau infeksi
pada parenkin paru. Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut :
virus, bakteri, mikroplasma, dan aspirasi substansi asing. Pola
penyakitnya tergantung pada hal-hal berikut ini : (1) agens penyebab, (2) usia
anak, (3) reaksi anak, (4) luasnya lesi, dan (5) derajat obstruksi bronkus.
Tanda-tanda klinis utama termasuk hal-hal berikut ini seperti batuk, dipsnea,
takipnea, sianosis, melemahnya suara nafas, retraksi dinding toraks, nafas
cuping hidung, nyeri abdomen, dan batuk paroksismal mirip pertusis.bila kita
melihat tersebut, maka kita sebagai tenaga kesehatan mempunyai tugas dan
tanggung jawab untuk mengatasi masalah bronkopneumonia dengan penatalaksanan
yang dan tepat dan benar.
Tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang
professional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan melalui pelayanan bio,
psikososial, dan spiritual yang komperhensif ditunjukan melalui individu,
keluarga, dan masyarakat baik sehat maupun yang sakit.
Pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi pemecahan masalah terdiri dari : pengkajian,
perencanaan, implementasi. Dalam pengkajian perawat mengkaji respon klien
melalui pemeriksaan fisik dan dari keterangan orang tua klien, dalam perencanaan
perawat harus dengan tindakan yang tepat dan cepat, baik pada fungsi
independent memenuhi kebutuhan dasar dan fungsi dependent melaksanakan program
terapi dokter.
Pada implementasi sangat diperlukan perawat yang terampil
dalam memberikan therapy dan mengidentifikasi gejala-gejala bronkopneumonia.
Sedangkan dalam tahap evaluasi perawat mengevaluasi dari semua tindakan yang
dilakukan (Suryanah, 1996).
1.2
Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan Umum
Diharapkan
mahasiswa Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mempunyai pengalaman dalam
melaksanankan Asuhan Keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia dengan
pendekatan manajement keperawatan.
1.2.2
Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu :
1.
Melakukan pengkajian pada anak dengan
bronkopneumonia.
2.
Menentukan identifikasi diagnosa keperawatan.
3.
Menentukan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan anak.
4.
Melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan
rencana.
5.
Mengevaluasi ke-efektifan dari asuhan keperawatan
yang diberikan.
1.3
Metode Penulisan
1.3.1
Studi Kepustakaan
Penulis membekali diri dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan
bronkopneumonia.
1.3.2
Praktek Langsung
Melakukan pendekatan dan asuhan keperawatan pada klien dengan
bronkopneumonia secara langsung di ruang
Melati Rumah Sakit Umum Bokor Turen-Malang.
1.3.3
Bimbingan dan Konsultasi
Dalam penyusunan makalah ini penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing
di lahan praktek maupun di pendidikan.
1.4
Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Bronkopneumonia
2.1.1
Pengertian
2.1.2
Etiologi
2.1.3
Patofisiologi
2.1.4
Komplikasi
2.1.5
Prognosis
2.1.6
Gambaran Klinis Bronkopneumonia
2.1.7
Pemeriksaan Diagnostik
2.1.8
Penatalaksanaan Dalam Bronkopneumonia
2.1.9
Tindakan Keperawatan
2.2
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit
2.2.1
Pengertian
2.2.2
Tujuan
2.2.3
Hasil yang Diharapkan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1
Pengkajian Data
3.2
Identifikasi Diagnosa atau Masalah
Kebidanan
3.3 Perencanaan
3.4 Pelaksanaan
3.5 Evaluasi
BAB 4 PEMBAHASAN
BAB 5 PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar
Bronkopneumonia
2.1.1
Pengertian
1.
Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada kedua
lapang paru hingga broncus, termasuk alveolus jaringan dari bronchial serta
jaringan inter lobuler (FKUI, 1985).
2.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan
bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri misalnya staphylococcus atau
streptococcus, virus (virus influenza), jamur candida albicans atau aspirasi
karena makanan atau benda asing (Suryanah, 1996).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa :
Bronkopneumoniaa dalah peradangan yang terjadi pada kedua lapang paru
hingga bronchus, termasuk dinding alveolus yang disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur atau aspirasi karena makanan atau benda asing.
2.1.2
Etiologi
1.
Bakteri : Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococus,
hemolyticcus, streptococcus aureus, hemophilus influenza, bachlillus,
freedlanda, mycobacterium tuberculosis
2.
Virus : Respiratory
synctial virus, virus influenza, andenovirus, virus sitomegalik, mycoplasma,
pneumoniae
3.
Jamur : Histoplasma cap salatum, cyptococcus,
neufarmans, blastomyces, dermatides, coccidroides, imminitis, aspergillus
species, candida albicans
4.
Aspirasi : Makanan, kerosene (minyak tanah, bensi)
2.1.3
Patofisiologi
Bakteri, virus atau jamur masuk ke dalam paru-paru melalui saluran
pernafasan secara percikan (droplet).
1.
Stadium kongesti (4-12 jam pertama)
Kapiler melebar
dan kongesti, serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam
jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
2.
Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara,
merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan florin,
leukosit, neutrofil dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini
berlangsung sangat pendek.
3.
Stadium hepatisi kelabu (3-8 hari)
Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan
pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit,
tempat terjadi fotositosis pneumococcus.
4.
Stadium resolusi (4-11 hari)
Eksudat berkurang dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami
nekrosis dan degenerasi lemak, fibrin direabsorbsi dan menghilang.
2.1.4
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut, mungkin
juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektosis, emfisema, atau komplikasi
jauh seperti meningitis, komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik
secara tepat.
2.1.5
Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat
diturunkan sampai kurang dari 1%. Bila pasien disertai Malnutrisi Energi
Protein (MEP) dan pasien yang datang terlambat angka mortalitasnya masih
tinggi.
2.1.6
Gambaran Klinik dari Bronkopneumonia
1.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi
traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari.
2.
Suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 390C-400C
dan kadang disertai kejang demam yang tinggi.
3.
Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan
dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta cianosis sekitar hidung dan
mulut.
4.
Kadang-kadang diserta muntah dan diare.
5.
Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan
penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi
produktif.
Dalam stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik
tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan
sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga dengan pneumonia. Hasil
pemeriksaan fisik tergantung dari pada luas daerah auskultasi yang terkena.
Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya
terdengar ronchi basah, nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkopneumonia
menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara
pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronchi
terdengar lagi.
2.1.7
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Foto thorax
Pada foto thorak bronkopneumonia
terdapat bercak-bercak infiltrasi pada satu atau beberapa lobus. Jika pada
pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
2.
Laboratorium
Gambaran darah tetapi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai
15.000-40.000/mm3 dengan penggeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat
dibiakkan dari usapan tenggorok dan mungkin juga dari darah.
2.1.8
Penatalaksanaan dalam Bronkopneumonia
1.
Medik
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena
hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan
:
a.
Penisillin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan
klorafenikol 50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai
spectrum luas seperti ampicillin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam
4-5 hari.
b.
Pemberian oksigen dan cairan intravena biasanya
diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9 mg dalam perbandingan 3:1 ditambah
larutan NaCl 10 mEq 1500 ml/botol infus.
c.
Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis
metabolik akibt kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai
dengan hasil analisis dan gas darah arteri.
2.1.9
Tindakan Keperawatan
Sering kali pasien pneumonia yang dirawat di Rumah Sakit datang sudah dalam
keadaan payah, sangat dispenia, pernafasan cuping hidung, sianosis dan gelisah.
Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah menjaga kelancaran pernafasan,
kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi atau cairan, mengontrol suhu tubuh,
mencegah komplikasi dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
1.
Menjaga kelancaran pernafasan
Pasien pneumonia berada dalam keadaan dipsnea dan sianosis karena adanya
radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus atau paru. Agar pasien dapat
bernafas secara lancar tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan
O2 perlu dibantu dengan memberikan O2 2 liter/menit
secara rumat. Pada anak yang agak besar berkan seperti ikat baring setelah
duduk, longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang, kaos baju yang
agak sempit. Ajarkan agar bila ia batuk lendirnya dikeluarkan dan katakan kalau
lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak nafasnya tidak akan segera hilang.
Beritahu kepada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada yang sakit,
boleh duduk miring ke bagian dada yang lain. Pada bayi, berikan posisi kepala
ekstensi dengan memberkan ganjal di bawah bahunya. Bukalah pakaian yang ketat
seperti gurita, atau celana yang ada karetnya. Isaplah lendirnya dan berikan O2
secara rumat sampai 2 liter/menit.
2.
Kebutuhan istirahat
Pasien pneumonia adalah pasien payah, suhu tubuh tinggi, sering hiper
pireksia, maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien harus
ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat, pengambilan
bahan pemeriksaan atau pemberian suntikan jaringan dilakukan waktu pasien
sedang tidur. Usahakan keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat
sebaik-baiknya.
3.
Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang. Suhu
tubuh tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat
menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang
infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam pemberian 3:1 ditambahkan
KCL 10 mEq/1.500 ml/botol infus. Apabila sesak nafas telah berkurang pasien
menyuapi harus sabar karena keadaan sesak akan menyebabkan pasien cepat lelah
waktu mengunyah. Pada pasien yang minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh
menetek selain memperoleh infus. Beritahukan ibu agar puting susu sering-sering
dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi bernafas. Bila bayi tidak mau menghisap,
ASI dipompa dan berikan dengan sendok, jika bayi minum susu formula harus diberikan
dengan sendok.
4.
Mengontrol suhu tubuh
Pasien pneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia. Untuk ini
maka suhu harus dikontrol setiap jam selain diusahakan untuk menurunkan suhu
dengan memberikan kompres dingin dan obat-obatan. Satu jam setelah dikompres
dicek kembali apakah suhu sudah turun.
5.
Mencegah komplikasi atau gangguan rasa aman dan
nyaman
Komplikasi terjadi karena adanya lendir yang tidak dapat dikeluarkan
sehingga terjadi atelektasis atau bronkiektasis. Untuk menghindari lendir yang
menetap (mucous plug) maka siap baring pasien, terutama harus diubah posisinya
tiap 2 jam dan penghisapan lendir sering dilakukan. Bila lendir tetap banyak,
dapat dilakukan fisioterapi dengan postural drainage. Caranya bayi dibaringkan
tengkurap di depannya. Letakkan handuk sebagai alas, di bawah perutnya diganjal
guling sehingga posisi kepala lebih rendah. Lakukan tepukan dengan kedua tangan
yang dicekungkan di punggung bayi secara ritmi sambil sering dihisap lendirnya
dari hidung dan mulut. Lama tindakan 5-10 menit dan dapat dilakukan pagi dan
sore. Jika lendir sudah berkurang maka fisioterapi dapat dilakukan sekali
sehari, biasanya pagi saja. Mengenai gangguan rasa aman dan nyaman seperti
pasien yang dirawat di Rumah Sakit.
6.
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia
ialah dengan memberikan pengertian jika anak batuk pilek disertai demam sudah 8
hari tidak juga sembuh agar dibawa berobat ke pelayanan kesehatan.
Pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah, misalnya baru sembuh
dari penyakit diare atau sering batuk pilek, janganlah dibawah keluar pada
malam hari atau dibiarkan bermain keluar jika udara tidak baik karena hal
tersebut dapat menjadi penyebab pneumonia
(Ngastiyah, 1997 : 42-43)
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada
Anak Sakit
2.2.1
Pengertian
Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam
usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu
pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi
kebutuhan-kebutuhan khusus pasien (Depkes RI, 1984).
2.2.2
Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan profesional serta berstandart pada anak
dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan, persalinan dan keadaan bayi
setelah lahir.
2.2.3
Hasil yang Diharapkan
Terlaksananya asuhan segera atau rutin pada anak termasuk melakukan
pengkajian, membuat diagnosa, membuat rencana, melaksanakan rencana tindakan
yang ditentukan atau intervensi, dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
2.2.4
Manajemen Asuhan Keperawatan
1.
Pengumpulan data
Untuk mengevaluasi keadaan anak.
A.
Data subyektif
a.
Biodata, terdiri dari
Nama : Nama klien, ibu, dan ayah perlu ditanyakan agar klien tidak keliru
bila ada kesamaan nama dengan klien yang lain.
Umur : Berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan
tindakan yang dilakukan.
Alamat : Dicatat untuk mempermudah hubungan bila ada keadaan mendesak dan
dapat memberi petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal.
Agama : Perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh di dalam kehidupan
termasuk kesehatan dan akan mudah dalam mengatasi masalah keadaan pasien.
Pekerjaan : Ditanyakan
untuk dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga juga dapat
mempengaruhi kesehatan.
Pendidikan : Tingkat
pendidikan sangat besar pengaruhnya di dalam tindakan asuhan kebidanan, selain
anak akan lebih terjamin pada orang tua pasien atau anak yang tingkat
pendidikannya tinggi.
b.
Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke petugas kesehatan dan untuk
tindakan selanjutnya.
c.
Riwayat kehamilan dan kelahiran
1)
Prenatal
Jika selama hamil ibu rajin memeriksakan kehamilannya maka kondisi janin
atau bayi selama masih dalam kandungan akan terkontrol dengan baik. Ibu yang
selama hamil sudah mendapat imunisasi TT maka anaknya bisa terhindar dari
penyakit tetanus neonatorum.
2)
Natal
Jika selama persalinan tidak terjadi komplikasi, tidak terdapat cacat
bawaan pada bayi, berat badan lebih dari batas normal dan umur kehamilan ibu
cukup bulan maka proses tumbuh kembang bayi dapat maksimal.
B.
Data obyektif
a.
Pemeriksaan
Keadaan umum : Normal atau
tidak
Kesadaran : Normal
atau tidak
Tanda-tanda vital
Suhu : Suhu badan dapat diukur melalui mulut, rectum
atau aksila. Pada bronkopneumonia suhu tubuh dapat naik sangat mendadak hingga
39-400C dan kadang disertai kejang demam yang tinggi
Nadi : Dapat diukur pada arteri radialis, arteri
femoralis pada anak umur lebih dari 1 tahun. Sedangkan pada bayi menggunakan
stetoskop pada apex jantung. Nadi dihitung dengan waktu 1 menit dan kemungkinan
iramanya kurang teratur. Pada bronkopneumonia tidak ada perubahan nadi.
Pernafasan : Nilai pernafasan rata-rata dihitung setiap menit, pada
bronkopneumonia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung
serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Tekanan darah : Pengukuran
tanda-tanda vital yang biasanya diukur pada anak 3 tahun ke atas
b.
Inspeksi
Muka : Apakah raut wajah menunjukkan sakit, susah bernafas, ketakutan,
perasaan senang, gangguan mental atau sakit akut.
Rambut : Bagaimana struktur, kualitas, distribusi dan elastisitas serta
kebersihannya.
Kulit : Bagaimana warna struktur, suhu kelembaban dan turgor.
Mata : Apakah ada infeksi, bagaimana struktur, ukuran simetris atau tidak,
kornea dan keadaan retina.
Telinga : Apakah simetris, apakah ada infeksi seperti otitis media dan
berbau.
Mulut : Apakah ada tonsil, pembengkakan, radang (memerah).
Leher : Apakah ada pembengkakan pada kelenjar thyroid dan vena jugularis
Perut : Apakah membuncit, bagaimana kebersihannya.
Genetalia : Pada
laki-laki apakah testis berada dalam skrotum, simetris atau tidak. Sedangkan
pada wanita apakah ada tanda-tanda infeksi, perdarahan, bagaimana keadaan
vulva, labia, vagina.
Anus : Apakah ada haemorroid, prolups, keadaan anus berlubang.
Ekstremitas : Apakah
simetris atau tidak, jari-jari lengkap atau tidak, bagaimana kebersihan kuku,
ketiak dan kaki.
c.
Palpasi
Kepala : Adakah benjolan di kepala.
Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar limfe, ada bendungan vena
jugularis
Dada : Diraba apakah ada masa pada dada.
Perut : Adakah pembesaran pada hepar, pembesaran
lien
Pelipatan paha : Apakah
ada pembesaran kelenjar limfe, hernia inguinalis
Ekstremitas
atas dan bawah : diraba apakah ada oedema
d.
Auskultasi
Dada : Apakah terdengar ronchi, wheezing
Perut : Apakah terdengar adanya bising usus
e.
Observasi tingkah laku
1)
Apakah penampilan anak tidak tenang (kaku), cemas,
tegang, sesuka hati, ramah, pemalu, banyak bicara, agresif.
2)
Apakah anak aktif, diam di tempat, gelisah atau
tidak
3)
Apakah mudah atau susah untuk memperhatikan sesuatu.
4)
Apakah ada reaksi terhadap pemerintah dengan
perasaan takut dan senang
5)
Kemampuan mengikuti perintah, dapat mengikuti 2 atau
3 perintah dengan baik tanpa dilindungi.
f.
Perkembangan refleks
1)
Rooting refleks (mencari puting) : muncul pada saat
lahir, hilang setelah 3 atau 4 bulan.
2)
Sucking refleks (menelan) : muncul pada saat lahir,
hilang setelah 6 atau 8 bulan.
3)
Grasping refleks (menggenggam) : muncul pada saat
lahir, hilang setelah 3 sampai 4 bulan.
4) Morrow refleks (kejut) :
muncul pada saat lahir, hilang setelah 2 bulan.
5) Babynsky refleks (jari-jari
kaki) : muncul pada saat lahir, hilang sekitar 12 bulan.
6) Staping refleks (menapak) :
muncul saat lahir, hilang saat usia 2 bulan.
7) Tonickneck refleks (leher)
: muncul saat lahir, hilang sekitar 3 sampai 4 bulan.
(Bobak, 2005 :
402)
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan status kesehatan pasien untuk
menentukan kebutuhan Asuhan Keperawatan. Data dianalisis dan dibandingkan
dengan norma yang berlaku dan pola fungsi kehidupan pasien dengan kriteria :
a.
Prioritas masalah dengan kriteria :
-
Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang
adalah prioritas kedua.
-
Masalah-masalah yang mempengaruhi prilaku merupakan
prioritas ketiga.
b.
Kriteria hasil
c.
Intervensi
d.
Rasional
3.
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatam adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan
dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup
aspek peningkatan pemeliharaan serta pemilihan kesehatan dengan
mengikutsertakan pasien dan keluarganya.
Diagnosa I : Gangguan
jalan nafas sehubungan dengan akumulasi sekret dan peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil : - Menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan
nafas
- Menunjukkan jalan nafas baik dengan bunyi
nafas bersih, tidak ada ronchi, wheezing, dan dispnea.
Intervensi :
1.
kaji frekwensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan
dada
R/ Takipnea,
pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris, sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
2.
Atur posisi tidur anak dengan posisi setengah duduk
(semi fowler) pasang O2 sebanyak 1 liter/menit
R/ Dengan
semi fowler diharapkan anak lebih mudah bernafas dan dengan O2
pasien lebih nyaman untuk bernafas
3.
Kaji status pernafasan dan TTV
R/ Untuk
mengetahui perkembangan kondisi pasien
4.
Beri cairan hangat
R/ Cairan
hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret
5.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
golongan broncodilator
R/ Broncodilator
menurunkan spasme broncus dengan mobilisasi sekret
6.
Kolaborasi dalam pemberian nabilizer
R/ Memudahkan
pengenceran dan pengeluaran sekret
Diagnosa II : Peningkatan
suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi pada broncus
Kriteria hasil : - Menunjukkan penurunan suhu tubuh, kembali
normal
Intervensi :
1.
Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya selama
awal terapi
R/ Selama
periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (syok) dapat terjadi
2.
Batasi pengunjung sesuai indikasi
R/ Menurunkan
pemajanan terhadap pathogen lain.
3.
Berikan kompres hangat
R/ Rangsangan
hangat membuat vasodilatasi pembuluh darah yang dapat menurunkan panas.
4.
Selidiki perubahan tiba-tiba atau berulangnya demam
R/ Komplikasi
mempengaruhi beberapa atau semua sistem organ termasuk abses paru atau empiema,
bakterrimia dan super infeksi
5.
Anjurkan pemakaian baju tipis dan menyerap keringat
R/ Membantu
proses penguapan
6.
Anjurkan pemberian minum hangat
R/ Minuman
hangat membantu mengencerkan sputum dan mencegah dehidrasi karena keringat yang
berlebihan.
7.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan
infus dan obat golongan antipiretik
R/ Memenuhi
kebutuhan cairan elektrolit dan antipiretik menurunkan panas melalui pusat di
hipotalamus
Diagnosa III : Gangguan
pemenuhan nutrisi berhubungan dengan gangguan pernafasan
Kriteria hasil : - Menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
Intervensi :
1.
Identifikasi faktor yang menimbulkan sesak atau
muntah misalnya septum banyak
R/ Pilihan
intervensi tergantung pada penyebab masalah
2.
Bersihkan mulut setiap kali habis muntah, dan
sebelum makan
R/ Menghilangkan
tanda bahaya
3.
Auskultasi bunyi usus, observasi distensi abdomen
R/ Bunyi
usus menurun atau tidak ada bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi
sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toxin bakteri pada
saluran GI
4.
Berikan makanan porsi kecil tapi sering termasuk
makanan tambahan
R/ Meningkatkan
asupan nutrisi
Diagnosa IV : Infeksi,
resiko tinggi terhadap penyebaran
Kriteria hasil : - Mencapai waktu perbaikan infeksi, berulang
tanpa komplikasi
- Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah
atau menurunkan resiko infeksi
Intervensi :
1.
Pantau tanda vital secara ketat,
terutama pada awal terapi
R/ Selama
periode ini potensial komplikasi fatal dapat terjadi
2.
Anjurkan ibu klien memperhatikan pengeluaran sekret
dan melaporkan warna, jumlah dan bau sekret
R/ Perubahan
karakteristik sputum menunjukkan perbaikan atau terjadinya infeksi sekunder
3.
Ubah posisi dengan sering
R/ Meningkatkan
pengeluaran sekret dan membersihkan infeksi
4.
Batasi pengunjung
R/ Menurunkan
pemajanan terhadap patogen infeksi lain.
5.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
golongan antibiotika
R/ Digunakan untuk membunuh mikroba pneumonia
Diagnosa V : Intoleransi
aktifitas
Kriteria hasil
: - Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap
aktifitas, yang dapat diukur dengan tidak adanya dipsnea, kelemahan berlebihan,
tanda vital dalam rentang normal
Intervensi :
1.
Evaluasi respon klien terhadap aktivitas, catat
perubahan tanda vital sebelum dan setelah aktifitas
R/ Menetapkan
kebutuhan klien dan memudahkan pilihan intervensi
2.
Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
selama fase akut
R/ Menurunkan
stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
3.
Jelaskan pada orang tua tentang pentingnya istiraha
dan rencana pengobatan
R/ Tirah
baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
4.
Beri posisi yang nyaman untuk tidur
R/ Klien
lebih nyaman dengan posisi setengah duduk atau berbaring
Diagnosa VI : Kurangnya
pengetahuan (orang tua)
Kriteria hasil : - Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit
dan pengobatan
- Berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1.
Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit,
lamaya penyembuhan dan harapan kesembuhan
2.
Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal
R/ Depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi
informasi
3.
Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan
pelaporan pemberi perawatan kesehatan
R/ Upaya
evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah atau meminimalkan komplikasi
4.
Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
5.
Evaluasi
Pada saat ini melihat keberhasilan dari asuhan yang telah dibuat sesuai
dengan tujuan dari asuhan tersebut, apakah tujuan yang disebutkan berhasil
dicapai atau tidak.
(Doengus, ).
BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ”R”
DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG MELATI
RSU BOKOR TUREN MALANG
Pengkajian
Tanggal : 1 Juli 2008
Jam : 11.30 WIB
Data
Subyektif
1.
Biodata
Identitas anak
Nama : An.”R”
Umur : 5 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Status anak : Anak
Kandung
Anak ke : III
Agama : Islam
Alamat : Wonokoyo
7/3 Taman Kencana Tirtoyudo
Tanggal MRS : 30
juni 2008, Jam 23.10 WIB
Diagnosa : Bronkopneumonia
Identitas orang tua
Nama ibu : Ny.”N”
Umur : 31 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SD
(Tamat)
Pekerjaan : IRT
Alamat : Wonokoyo
7/3 Taman Kencana Tirtoyudo
Status perkawinan : 1 kali lama 7 tahun
Nama ibu : Tn.”S”
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP
(Tamat)
Pekerjaan : Tani
Alamat : Wonokoyo
7/3 Taman Kencana Tirtoyudo
2.
Status kesehatan
a.
Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk engkrok-engkrok.
b.
Riwayat penyakit sekarang
Sejak tanggal 29 Juni 2008 anak panas, batuk engkrok-engkrok muntah 3x
kemudian tanggal 30 Juni 2008 dibawa ke UGD RSU Bokor Turen Malang untuk segera
mendapatkan penanganan. Dari UGD kemudian dianjurkan untuk rawat inap di Ruang
Kesehatan Anak (Ruang Melati)
c.
Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
(TBC, hepatitis) ataupun penyakit menurun (jantung, diabetes mellitus).
d.
Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan anak belum pernah masuk rumah sakit. Bila anak sakit
biasanya dibawa berobat ke bidan atau Puskesmas dan sembuh.
3.
Riwayat kehamilan dan persalinan
a.
Riwayat prenatal
-
Ibu mengatakan kehamilannya diperiksakan di Bidan.
-
Ibu mengatakan selama hamil ibu tidak pernah
mengalami sakit yang parah.
-
Ibu mengatakan tidak pantang terhadap makanan serta
minum obat dan vitamin dari bidan.
b.
Riwayat natal
Ibu melahirkan di RSU Bokor Turen Malang, ditolong oleh Dokter, secara SC
tanggal 5 Januari 2008 jam 15.05 WIB, dengan BBL : 2700 gram, PBL : 45 cm.
c.
Riwayat post natal
-
Anak diberi ASI sejak lahir sampai sekarang.
-
Anak sudah diimunisasi BCG, polio 1,2,3, DPT+HB
1,2,3 di Bidan.
-
Anak diasuh oleh orang tua dan keluarga
4.
Pola kebiasaan sehari-hari
Pola
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
Nutrisi
|
-
Bayi diberi biskuit promina
-
Bayi diberi ASI serta tambahan susu
Lactogen
|
-
Bayi hanya minum ASI serta susu
botol
|
Eliminasi
|
-
BAB 2-3 kali sehari, konsistensi
lunak, warna kuning, bau khas
-
BAK sering 5-6 kali
|
-
BAB 1 kali air + ampas
-
BAK sering ± 6-7 kali
|
Aktivitas
|
-
Anak lebih sering bermain dengan ibu
|
-
Anak tidak dapat bermain karena
keadaan lemah
|
Istirahat
|
-
Tidur siang ± 3 jam
-
Tidur malam ± 10 jam
|
-
Waktu tidur tidak tentu, kadang anak
rewel,
-
Tidur siang ± 1 jam
-
Tidur malam ± 8 jam
|
Personal
hygiene
|
-
Ibu memandikan anak 2 kali sehari,
ganti pakaian tiap kali kotor
|
-
Ibu hanya menyeka anak dengan air
hangat pada pagi dan sore hari. Ganti pakaian tiap kali kotor
|
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
Berat badan : 6,5 kg
GCS : 4-5-6
Tanda-tanda vital
Suhu : 375 0C
Nadi : 100x/menit
Pernafasan : 35x/menit
2.
Pemeriksaan fisik
Kepala : Bersih, distribusi merata, rambut hitam, bersih.
Muka : Tidak pucat, tidak oedema.
Mata : Conjungtiva berwarna merah muda, sklera
berwarna putih, tidak ada bintik bitot, mata agak cowong.
Hidung : Agak kotor, terdapat sekret, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, dipasang O2, tidak mimisan.
Telinga : Simetris, tidak mengeluarkan cairan, kebersihan cukup.
Mulut : Bibir tidak pucat, kering, tidak ada
stomatitis, tidak ada tanda rhagaden, lidah agak kotor.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak
ada bendungan vena jugularis.
Tangan : Tidak ada syndactily dan polydactily pada jari, kuku bersih,
pendek, pada tangan kanan dipasang infus KAEN 4B 500 ml.
Ketiak : Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada : Simetris, pernafasan dangkal dan cepat,
terdapat ronchi, wheezing ada, tidak ada pernafasan intercostae.
Perut
Inspeksi : Tidak ada bekas luka, tidak membuncit.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar, tidak ada pembesaran lien.
Perkusi : Tidak kembung
Pelipatan paha : Bersih,
tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada hernia inguinalis.
Kaki : Simetris, jari tidak sydanctily dan
polidactily, kuku bersih.
Genetalia : Bersih.
Punggung : Simetris, tidak ada spina bifida
Anus : Bersih.
Kulit : Turgor menurun
3.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
|
Nilai normal
|
Hemoglobin : 10,7 gr%
Hematokrit : 38,9 gr%
Leukosit : 17.900 mm3
Trombosit : 324.000 mm3
LED/BBS : 5
Diff Seg : 44
Lym : 53
Mo : 3
Golongan darah : A
|
12-14 gr%
37-43 gr%
4.000-11.000 mm3
13.000-400.000 mm3
|
4.
Status cairan dan therapy
a.
Infus KAEN 4B 500 ml (12 tetes/menit).
b.
Injeksi vicillin 3 x 250 mg secara IV.
c.
Injeksi etiferan 3 x 1/3 ampul (K/P).
d.
Injeksi antrain 3 x 1/3 ampul (K/P).
e.
Obat oral meptin syrup 2 x ½ sendok teh.
f.
Obat oral fludane syrup 3 x ½ sendok teh.
g.
Nobulizer ventolin 2 x ½ vial.
h.
O2 1 liter / menit (K/P)
Identifikasi Diagnosa atau Masalah
Tanggal/Jam
|
Diagnosa
|
Data Dasar
|
1 Juli
2008
Jam
11.30
WIB
|
Ketidakefektifan bersihan jalan
napas sehubungan dengan penumpukan sekret
|
DS :
-
Ibu mengatakan anak batuk
engkrok-engkrok sesak
-
Panas sejak 2 hari yang lalu serta
muntah 3 kali
DO :
-
Keadaan umum : lemah
-
Pernafasan 48x/menit
-
Nadi 100x/menit
-
Suhu 375 0C
-
Muntah Å
-
Sesak Å
-
Ronchi Å
-
Wheezing Å
-
Terpasang infus KAEN 4B 12 tetes
-
Terpasang nasal kanul pada hidung CO2 1
|
|
|
|
Tanggal
|
Diagnosa
|
Catatan Perkembangan
|
1-07-2008
|
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
|
DS :
-
Ibu mengatakan anak masih batuk dan
sesak
DO :
-
Keadaan umum lemah
-
Pernafasan 35x/menit
-
Sesak Å
-
Ronchi Å
-
Wheezing Å
-
Muntah Å
-
Suhu : 369 0C
-
Grok-grok Å
-
Batuk Å
-
O2 1 liter/menit
-
Infus Kaen 4B 12 tetes/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
1.
Atur posisi tidur pasien
2.
Kaji status pernafasan dan tanda-tanda
vital
3.
Berikan O2 1 liter/menit
4.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian therapy.
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
|
Diagnosa
|
Catatan Perkembangan
|
2-07-2008
|
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
|
DS :
-
Ibu mengatakan anak masih batuk
DO :
-
Keadaan umum membaik
-
Pernafasan 30x/menit
-
Sesak Å
-
Ronchi Å
-
Wheezing Å
-
Muntah Å
-
Suhu : 363 0C
-
Batuk grok-grok Å ¯
-
Infus Kaen 4B 12 tetes/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
1.
Atur posisi tidur pasien semi fowler
2.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian therapy
3.
Beri O2 1 liter/menit
sewaktu-waktu dan kaji Tanda-tanda vital
|
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
|
Diagnosa
|
Catatan Perkembangan
|
3-07-2008
|
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
|
DS :
-
Ibu mengatakan anak masih batuk dan
engkrok-engkrok berkurang
-
Ibu mengatakan anak sudah tidak
sesak
DO :
-
Keadaan umum membaik
-
Batuk engkrok-engkrok jarang
-
Ronchi Å
-
Wheezing Å
-
Sesak Å ¯
-
Pernafasan 30x/menit
-
O2 sudah dilepas
-
Suhu : 362 0C
-
Infus Kaen 4B 12 tetes/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P :
Lanjutkan intervensi
1.
Atur posisi tidur pasien semi fowler
2.
Kaji tanda-tanda vital
3.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian therapy
|
RENCANA PULANG
Tanggal
|
Diagnosa
|
Catatan Perkembangan
|
4-07-2008
|
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
|
DS :
-
Ibu mengatakan batuk jarang
DO :
-
Keadaan umum membaik
-
Batuk engkrok-engkrok jarang
-
Sesak Å ¯ ¯
-
Ronchi Å ¯ ¯
-
Wheezing Å ¯ ¯
-
Suhu : 362 0C
-
Pernafasan 30x/menit
-
Infus Kaen 4B 12 tetes/menit
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
I :
1.
Anjurkan ibu untuk menghidarkan anak
dari asap rokok atau asap dapur
2.
Anjurkan ibu untuk memberi nutrisi
yang cukup untuk anak
E :
Anjurkan
ibu untuk membawa anak kontrol ulang bila obat habis tanggal 8-07-2008
|
BAB 4
PEMBAHASAN
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang
disebabkan oleh bakter seperti staphylococcus atau streptoccocus, virus
(influensa), jamur candida albicans atau aspirasi karena makanan atau benda
asing (Suryanah, 1996).
Masalah yang ada pada bronkopneumonia adalah dipsnea, pernafasan cuping
hidung, sianosis, dan traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari.
Selain itu suhu tubuh dapat mendadak tinggi dan kadang disertai kejang,
pernafasan dangkal dan cepat, kadang disertai muntah dan diare (Suryanah,
1996).
Dari keluhan-keluhan tersebut menimbulkan masalah gangguan jalan nafas
sehubungan dengan penumpukan sekret. Maka untuk asuhan keperawatan yang sesuai
dengan masalah atau diagnosa yang ada, begitu juga dengan pelaksanaan rencana
tindakan yang telah ditemukan, sehingga pada evaluasi dapat diketahui
keefektifan asuhan yang dilakukan ternyata masalah yang dialami oleh klien
berkurang. Dan dari data-data di atas serta dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan
pada An.”R” tidak didapat adanya kesenjangan antara teori-teori dengan
kenyataan yang ada.
BAB 5
PENUTUP
Simpulan
Melalui proses Asuhan Keperawatan 5 langkah yang dimulai
dari pengkajian data, identifikasi masalah atau diagnosa, perencanaan, pelaksanaan
dan terakhir pada penarikan evaluasi maka penulis dapat menyimpulkan sebagai
berikut :
1.
Pengkajian data
Didapatkan kasus An.”R” di RSU Bokor Turen Malang telah mengalami
keluhan-keluhan antara lain : batuk engkrok-engkrok, panas, serta muntah 3 kali.
2.
Identifikasi masalah atau diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan penumpukan sekret
3.
Perencanaan
Asuhan keperawatan yang diharapkan adalah :
a.
Lakukan pendekatan therapeutik pada pasien dan
keluarga.
b.
Beri penjelasan pada ibu dan keluarga pasien tentang
penyebab bersihan jalan nafas yang kurang efektif.
c.
Atur posisi pasien dengan posisi semi fowler.
d.
Observasi tanda-tanda vital.
e.
Berikan O2 1 liter/menit.
f.
Lakukan pemberian nebulizer.
g.
Lakukan pemberian therapy sesuai advis dokter.
h.
Anjurkan ibu untuk membawa anaknya kontrol ulang
bila obat telah habis.
4.
Pelaksanaan
Telah dilaksanakan tindakan yang sesuai dengan rencana tindakan yang telah
direncanakan.
5.
Evaluasi
Adanya keefektifan asuhan yang telah dilakukan sehingga masalah teratasi,
intervensi dihentikan dan pasien diperbolehkan pulang.
Saran
Untuk Petugas Kesehatan
1.
Hendaknya petugas kesehatan lebih meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan Asuhan Keperawatan.
2.
Diharapkan petugas kesehatan dapat saling bekerja
sama dengan petugas kesehatan lainnya dalam melakukan Asuhan Keperawatan.
3.
Hendaknya dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan
petugas selalu menggunakan komunikasi therapeutik dan selau memperhatikan
perkembangan kesehatan klien.
Untuk Keluarga
1.
Menganjurkan keluarga untuk lebih kooperatif
terhadap petugas dalam melakukan Asuhan Keperawatan.
2.
Menganjurkan keluarga untuk membantu petugas dalam
merawat anaknya.
3.
Menganjurkan keluarga untuk menjaga lingkungan di
rumah serta menjauhkan anak dari asap rokok maupun asap dapur.
4.
Menganjurkan keluarga untuk memberikan nutrisi yang
untuk anaknya.
|
Depkes, RI.
1985. Perawatan Anak Sakit. Jakarta :
Depkes RI.
Juall,
Carpenito Lynda. 2000. Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC.
Ngastiyah.
1998. Perawatan Anak Sakit. Jakarta :
EGC.
Suryanah.
1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK.
Jakarta : EGC.
Supartini,
Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar
Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
2 komentar
Click here for komentarsalam sejahwat...
Replyhttp://katumbu.blogspot.com/
buat @Katumbu ahmad...terima kasih
ReplyConversionConversion EmoticonEmoticon