Salam Sehat dan Harmonis

-----

ASKEB BRONKOPNEUMONIA


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini serta pesatnya arus globalisasi, maka diharapkan masyarakat semakin berperan aktif dalam bidang kesehatan. Bidang kesehatan merupakan prioritas utama, karena mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia.
Tujuan pembangunan kesehatan secara umum yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin, baik individu, keluarga maupun masyarakat.
Penyakit Bronkopneumonia merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling besar pada anak terutama pada bayi karena saluran napasnya masih sempit, daya tahan tubuh yang masih rendah dan mudahnya beradaptasi dengan lingkungan yang buruk.
Bronkopneumonia adalah penyakit saluran pernapasan dan radang paru karena adanya infeksi traktus respirotorius sehingga dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh yang mendesak. (Ngastiah, 1998)
Tingginya angka kematian yang disebabkan oleh bronkopneumonia sering disebabkan oleh terlambatnya penderita dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pengobatan atau perawatan yang cepat dan tepat. Oleh karena kurangnya pengertian dari orang tua penderita atau anggota keluarga serta masyarakat yang lain dalam menanggulangi bronkopneumonia. Terkadang keluarga berpikir anaknya hanya panas biasa, atau batuk yang ringan sehingga keluarga tidak segera membawa anak ke rumah sakit.
Dalam hal ini sebagai petugas kesehatan diharapkan dapat melakukan asuhan kebidanan sebaik-baiknya sebagai upaya dalam memberikan kesejahteraan pada anak sakit, dan keluarga bisa bertambah pengetahuannya pada penyakit ini.
1.2       Tujuan Penulisan
1.2.1            Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu melaksanakan asuhan kesehatan kepada anak dengan bronkopneumonia secara nyata selama praktek lapangan.
1.2.2            Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan dapat :
1.        Melakukan pengkajian pada anak dengan bronkopneumonia.
2.        Menentukan identifikasi diagnosa keperawatan.
3.        Menentukan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan anak.
4.        Melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan yaitu melalui pendekatan, menganjurkan pada ibu untuk tetap memberi ASI dan asupan nutrisi yang cukup mengobservasi intake, output dan tanda-tanda vital serta melakukan kolaborasi dengan tim medis.
5.        Mengevaluasi keefektifan dari asuhan keperawatan yang sudah diberikan.
1.3       Metode Penulisan
1.3.1            Studi Kepustakaan
Penulis membekali diri dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan bronkopneumonia.
1.3.2            Praktek Langsung
Melakukan pendekatan dan asuhan keperawatan pada klien dengan gastroenteritis akut secara langsung di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Bokor Turen.
1.3.3            Bimbingan dan Konsultasi
Dalam penyusunan makalah ini penulis juga melakukan konsultasi dengan pembimbing baik di ruangan maupun di pendidikan.
1.4       Sistematika Penulisan
BAB 1            PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
1.2       Tujuan Penulisan
1.3       Metode Penulisan
1.4       Sistematika Penulisan
BAB 2            TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Bronkopneumonia
2.1.1            Pengertian
2.1.2            Etiologi
2.1.3            Patofisiologi
2.1.4            Komplikasi
2.1.5            Prognosis
2.1.6            Gambaran Klinik Bronkopneumonia
2.1.7            Pemeriksaan Diagnostik
2.1.8            Penatalaksanaan dalam Bronkopneumonia
2.1.9            Tindakan Keperawatan
2.2       Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit
2.2.1            Pengertian
2.2.2            Tujuan
2.2.3            Hasil yang Diharapkan
2.2.4            Manajemen Asuhan Keperawatan
BAB 3            TINJAUAN KASUS
3.1       Pengkajian
3.2       Identifikasi Masalah / Diagnosa
3.3       Antisipasi Masalah Potensial
3.4       Identifikasi Kebutuhan Segera
3.5       Rencana Pengembangan
BAB 4            PEMBAHASAN
BAB 5            PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Bronkopneumonia
2.1.1            Pengertian
-          Bronkopneumonia adalah proses peradangan yang terjadi pada kedua lapang paru hingga bronchus, termasuk dinding alveolus jaringan peri bronchial serta jaringan inter lobuler. (FKUI 1985)
-          Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri misalnya staphylococcus atau streptococcus, virus (virus influenza), jamur canadia albicans atau aspirasi karena makanan atau benda asing. (Suryanah, 1996)
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa :
Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada kedua lapang paru hingga bronchus, termasuk dinding alveolus yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau aspirasi karena makanan atau benda asing.
2.1.2            Etiologi
a.        Bakteri          :  Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococcus, hemolyticcus, streptococcus aureus, hemophilus influenza, bachillus freedlanda, mycobacterium tuberculosis.
b.        Virus            :  Respiratory synctial virus, virus influenza, andenovirus, virus sitomegalik, mycoplasma pneumoniae.
c.        Jamur           :  Histoplasma cap salatum, cyptococcus neofarmans, blastomyces, dermatides, coccidroides imminitis, aspergillus species, candida albicans.
d.        Aspirasi        :  Makanan, kerosene (minyak tanah, bensin).
2.1.3            Patofisiologi
Bakteri, virus atau jamur masuk kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan secara percikan (droplet).
Proses peradangan dapat dibagi atas 4 stadium, yaitu :
2.1.3.1        Stadium Kongesti (4-12 jam pertama)
Kapiler melebar dan kongesti, serta didalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
2.1.3.2        Stadium Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan florin, leukosit, neutrofil dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
2.1.3.3        Stadium Hepatisasi Kelabu (3-8 hari)
Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis pneumococcus.
2.1.3.4        Stadium Resolusi (4-11 hari)
Eksudat berkurang dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak, fibrin direabsorbsi dan menghilang.
2.1.4            Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut. Mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektasis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotic secara tepat.
2.1.5            Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Bila pasien disertai malnutrisi energi protein (MEP) dan pasien yang datang terlambat angka mortalitasnya masih tinggi.

2.1.6            Gambaran Klinik dari Bronkopneumonia
1.        Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari.
2.        Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-400C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
3.        Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan dangkal dan cepat disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis hidung dan mulut.
4.        Kadang-kadang disertai muntah dan diare.
5.        Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Dalam stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya napas dangkal dan cepat, pernapasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga adanya pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung daripada luas daerah auskultasi yang terkena.
Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada asukultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah nyaring halus atau sedang.
Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras, pada stadium resolusi, ronchi terdengar lagi.
2.1.7            Pemeriksaan Diagnostik
a.        Foto toraks
Pada foto toraks bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrate pada satu atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
b.        Laboratorium
Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000-40.000 / mm3 dengan pergeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiak dari usapan tenggorok dan mungkin juga dari darah.
2.1.8            Penatalaksanaan dalam Bronkopneumonia
·          Medik
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang diberikan :
-          Penisilin 50.000 u/kg BB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
-          Pemberian oksigen dan cairan intravena; biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9 mg dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10 mEq 1500 ml/botol infus.
-          Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis dan gas darah arteri.
Pasien bronkopneumonia ringan tidak usah dirawat di rumah sakit.
2.1.9            Tindakan Keperawatan
Seringkali pasien pneumonia yang dirawat di rumah sakit datang sudah dalam keadaan payah, sangat dispnea, pernapasan cuping hidung, sianosis dan gelisah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah menjaga kelancaran pernapasan, kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi / cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah komplikasi dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
1.        Menjaga kelancaran pernapasan
Pasien pneumonia berada dalam keadaan dispnea dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir didalam bronkus/paru. Agar pasien dapat bernapas secara lancar lendir tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan memberikan O2 2 liter/menit secara rumat. Pada anak yang agak besar berikan seperti ikat baring setengah duduk, longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang, kaos baju yang agak sempit. Ajarkan agar bila ia batuk lendirnya dikeluarkan dan katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak napasnya tidak akan segera hilang. Beritahu kepada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada yang sakit, boleh duduk miring ke bagian dada yang lain.
Pada bayi, baringkan dengan letak kepala ekstensi dengan memberikan ganjal dibawah bahunya. Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita, atau celana yang ada karetnya. Isaplah lendirnya dan berikan O2 secara rumat sampai 2 liter/menit.
2.        Kebutuhan istirahat
Pasien pneumonia adalah pasien payah, suhu tubuh tinggi, sering hiper pireksia, maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat, pengambilan bahan pemeriksaan atau pemberian suntikan jangan dilakukan waktu pasien sedang tidur. Usahakan keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat sebaik-baiknya.
3.        Keutuhan nutrisi dan cairan
Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 09% dalam perbandingan 3:1 ditambahkan KCl 10 mEg/1500 ml/botol infus. Apabila sesak napas telah berkurang pasien menyuapi harus sabar karena keadaan sesak menyebabkan pasien cepat lelah waktu mengunyah. Pada pasien yang masih minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek selain memperoleh infus. Beritahukan ibu agar puting susu sering-sering dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi bernapas.
Bila bayi tidak mau mengisap, ASI dipompa dan diberikan dengan sendok, jika bayi minum susu formula harus diberikan dengan sendok.
4.        Mengontrol suhu tubuh
Pasien pneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia. Untuk ini maka suhu harus dikontrol setiap jam selain diusahakan untuk menurunkan suhu dengan memberikan kompres dingin dan obat-obatan. Satu jam setelah dikompres dicek kembali apakah suhu sudah turun.
5.        Mencegah komplikasi / gangguan rasa aman dan nyaman
Komplikasi terjadi karena adanya lendir yang tidak dapat dikeluarkan sehingga terjadi atelektasis atau bronkiektasis. Untuk menghindari lendir yang menetap (mucous plug) maka sikap baring pasien, terutama bayi harus diubah posisinya tiap 2 jam dan pengisapan lendir sering dilakukan.
Bila lendir tetap banyak, dapat dilakukan fisioterapi dengan postural drainage. Caranya bayi dibaringkan tengkurap didepannya letakkan handuk sebagai alas, dibawah perutnya diganjal guling sehingga posisi kepala lebih rendah. Lakukan tepukan dengan kedua tangan yang dicekungkan dipunggung bayi secara ritmi sambil sering diisap lendirnya dari hidung dan mulut. Lama tindakan ini 5-10 menit dan dapat dilakukan pagi dan sore. Jika lendir sudah berkurang maka fisioterapi dapat dilakukan sekali sehari, biasanya pagi saja.
Mengenai gangguan rasa aman dan nyaman seperti pasien yang dirawat di rumah sakit.
6.        Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia ialah dengan memberikan pengertian jika anak batuk pilek disertai demam sudah 8 hari tidak juga sembuh agar dibawah berobat ke pelayanan kesehatan.
Pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah, misalnya baru sembuh dari penyakit diare atau sering batuk pilek, janganlah dibawa keluar pada malam atau dibiarkan bermain diluar jika udara tidak baik karena hal tersebut dapat menjadi penyebab pneumonia.
2.2       Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit
2.2.1            Pengertian
Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus pasien. (Depkes RI, 1984)
2.2.2            Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan professional serta berstandar pada anak dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan, persalinan dan keadaan bayi setelah lahir.
2.2.3            Hasil yang Diharapkan
Terlaksananya asuhan segera / rutin pada anak termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, membuat perencanaan, melaksanakan rencana tindakan yang ditentukan / intervensi dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
2.2.4            Manajemen Asuhan Keperawatan terdiri dari 5 Langkah
1.        Pengumpulan data
Untuk mengevaluasi keadaan anak
a.        Anamnesa
Biodata terdiri dari :
-          Nama                 :  nama klien, ibu dan ayah perlu ditanyakan agar tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien yang lain.
-          Umur                 :  berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan. (Depkes RI)
-          Alamat               :  dicatat untuk mempermudah hubungan bila ada keadaan mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal pasien.
-          Agama               :  perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh didalam kehidupan termasuk kesehatan dan akan mudah dalam mengatasi masalah kesehatan pasien. (Depkes RI, 1994)
-          Pekerjaan           :  ditanyakan untuk dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga juga dapat mempengaruhi kesehatan.
-          Pendidikan         :  tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya didalam tindakan asuhan kebidanan, selain anak akan lebih terjamin pada orang tua pasien / anak yang tingkat pendidikannya tinggi. (Depkes RI, 1994)
b.        Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke petugas kesehatan dan untuk tindakan selanjutnya.
c.        Riwayat kehamilan dan kelahiran
-          Pre natal
Jika selama hamil ibu rajin memeriksakan kandungannya maka kondisi janin atau bayi selama masih dalam kandungan akan terkontrol dengan baik. Ibu yang selama hamil sudah mendapatkan imunisasi TT maka anaknya bisa terhindar dari penyakit tetanus neonaturum.
-          Natal
Jika selama persalinan tidak terjadi komplikasi, tidak terdapat cacat bawaan pada bayi, berat badan lebih dari batas normal dan umur kehamilan ibu yang cukup bulan maka proses tumbuh kembang bayi dapat maksimal.
2.        Data obyektif
a.        Pemeriksaan
Keadaan umum               :   normal / tidak
Kesadaran                       :   normal / tidak
Tanda-tanda vital             :  
-          Suhu                  :   Suhu badan dapat diukur melalui mulut, rectum atau aksila.
Pada bronkopneumonia suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40 0C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
-          Nadi                  :   Dapat diukur pada arteri radialis, dan arteri femoralis anak umur lebih 1 tahun, sedangkan pada bayi menggunakan stetoskop pada apex jantung. Nadi dihitung dengan waktu 1 menit dan kemungkinan iramanya kurang teratur.
Pada bronkopneumonia tidak ada perubahan nadi.
-          Pernapasan        :   Nilai pernapasan rata-rata dihitung setiap menit.
Pada bronkopneumonia pernapasan cepat dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
-          Tekanan darah          :   Pengukuran tanda-tanda vital yang biasanya diukur pada anak 3 tahun keatas.
b.        Inspeksi
-          Muka                  :  apakah raut wajah menunjukkan sakit, susah bernapas, ketakutan, perasaan senang, gangguan mental atau sakit akut.
-          Rambut               :  bagaimana struktur, kualitas, distribusi dan elastisitas serta kebersihannya.
-          Kulit                    :  bagaimana warna struktur, suhu, kelembaban, dan tugur.
-          Mata                    :  apakah ada infeksi, bagaimana struktur, ukuran simetris atau tidak, kornea dan keadaan retina.
-          Telinga                :  apakah simetris, adakah infeksi seperti otitis media dan berbau.
-          Mulut                  :  apakah ada tonsil, pembengkakan, radang (memerah).
-          Leher                  :  apakah ada pembengkakan pada kelenjar thyroid dan vena jugularis.
-          Perut                   :  apakah membuncit, bagaimana kebersihannya.
-          Genetalia             :  -    Laki-laki : apakah glans penis baik bentuknya, testis berada dalam skrotum, skrotum simetris atau tidak.
                                       -    Wanita : apakah ada tanda-tanda infeksi, perdarahan, bagaimana keadaan vulva, labia, vagina.
-          Anus                   :  apakah ada haemorrhoid, prolups, keadaan lubang anus.
-          Ekstremitas         :  apakah simetris atau tidak, jari-jari lengkap atau tidak, bagaimana kebersihan kuku, ketiak dan kaki.
c.        Palpasi
Kepala                       :   adakah benjolan di kepala.
Leher                        :   apakah ada pembesaran kelenjar limfe atau bendungan vena jugularis.
Dada                         :   diraba adakah masa pada dada.
Perut                         :   adakah pembesaran pada hepar, pembesaran lien.
Pelipatan paha           :   apakah ada pembesaran kelenjar limfe, hernia inguinalis.
Ekstremitas atas dan bawah                  :  diraba tanda apakah ada oedema.
d.        Auskultasi
Dada      :  apakah terdengar wheezing, ronchi.
Perut      :  apakah terdengar adanya bising usus.
Observasi tingkah laku
-          Apakah penampilan anak tidak tenang (kaku), cemas, tegang, sesuka hati, ramah, pemalu, banyak bicara, agresif.
-          Apakah anak aktif, diam ditempat, gelisah atau tidak.
-          Apakah mudah atau susah untuk memperhatikan sesuatu.
-          Apakah ada reaksi terhadap perintah dengan perasaan takut dan senang.
-          Kemampuan mengikuti perintah, dapat mengikuti 2 atau 3 perintah dengan baik tanpa dilindungi.
3.        Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan status kesehatan pasien untuk menentukan kebutuhan asuhan keperawatan. Data dianalisa dan dibandingkan dengan norma yang berlaku dan pola fungsi kehidupan pasien dengan kriteria :
-          Prioritas masalah dengan kriteria :
·          Masalah-masalah yang mengancam kehidupan merupakan prioritas utama.
·          Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua.
·          Masalah-masalah yang mempengaruhi perilaku merupakan prioritas ketiga.
-    Kriteria Hasil
-    Intervensi
Diagnosa I         :   Gangguan jalan nafas sehubungan dengan akumulasi sekret dan peningkatan suhu tubuh.
Kriteria Hasil :
-          menunjukkan prileku pencapaian bersihan jalan nafas
-          menunjukkan jalan nafas dengan bunyi nafas bersih, tidak ada ronchi, wheezing, dan retraksi intercostae.
-          Intervensi
1)       Jelaskan pada keluarga tentang penyebab batuk serta sesak napas.
R/    Peradangan pada paru-paru dan bronkiolus disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, aspirasi karena makan atau benda asing. Faktor yang mempengaruhi timbulnya bronkopneumonia adalah penyakit menahun.
2)       Atur posisi tidur anak dengan posisi setengah duduk (semi fowler) pasang O2 sebanyak 1 liter/menit.
R/    Dengan semi fowler diharapkan anak lebih mudah bernapas dan dengan O2 pasien lebih nyaman untuk bernapas.
3)       Kaji status pernapasan dan TTV.
R/    Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien.
4)       Kaji batuk dan kedalaman napas.
R/    Untuk menilai keefektifan dari proses pernapasan.
5)       Jelaskan pada orang tua tentang tanda-tanda sesak napas dan teknik untuk mengurangi sesak.
R/    Timbulnya kasus ini ditandai dengan suhu tubuh meningkat, batuk hebat, sesak napas, gelisah, sianosis, penurunan kesadaran.
6)       Jelaskan pada keluarga tentang penyebab demam.
R/    Menambah wawasan / pengetahuan keluarga tentang penyebab panas.
7)       Anjurkan keluarga untuk mengompres dan mengganti pakaian pasien yang tipis dan menyerap keringat.
R/    Membantu penguapan tubuh dengan proses konveksi.
8)       Berikan O2 1 liter permenit
R/ Pemenuhan kebutuhan O2 menjadikan prises pernafasan efektif.
9)       Berikan therapi nebulizer
R/    Dengan nebulizer mengencerkan dahak dan melancarkan pernapasan.
Diagnosa II : Gangguan Pemenuhan Nutrisi Berhubungan dengan  gangguan Pernafasan
Kriteria Hasil :
-          Menunjukkan peningkatan nafsu makan
-          Mempertahankan atau meningkatkan berat badan dan juga kadar Haemoglobin
Intervensi :
1)                          Beri penjelasan tentang pentingnya pemenuhan nutrisi pada anak
R/ pemenuhan nutrisi pada anak mempercepat proses perkembangan dan pertumbuhan sekaligus memberikan daya tahan tubuh terhadap penyakit
2)                         Anjurkan untuk memberikan makan anak dengan porsi kecil tapi sering termasuk makanan tambahan ( roti atau mari)
R/ Meningkatkan asupan dan mencegah terjadinya muntah
3)                          Beri gizi TKTP lembek
R/ Menambah daya tahan tubuh anak dengan tidak memperberat kondisi pemenuhan gizi pada anak dengan makanan yang ada
4)                         Beri susu setiap hari paling sedikit 2x sehari
 R/ susumengandung protein yang tinggi
5)                         Anjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan makanan yang diberikan
R/ kebersihan diri dan makanan mencegah masuknya kuman ke dalam tubuh.
Diagnosa III : Peningkatan suhu tubuh bila ada proses infeksi pada broncus
Kriteria Hasil :
-          Menurunnya suhu tubuh ( dalam batas normal )
-          Mencegah terjadinya tanda bahaya ( kejang demam )
Intervensi :
1)       Pantau tanda vital dengan ketat khususnya selama awal terapi
R/ Selama periode waktu ini potensial fatal dapat terjadi
2)       Batasi pengunjung sesuai indikasi
R/ Menurunkan pemajaman terhadap pathogen lain
3)       Berikan kompres hangat
R/ Rangsangan hangat membuat vasodilatasi pembuluh darah yang dapat menurunkan panas
4)       Selidiki perubahan tiba-tiba atau berulangnya demam
R/ Komplikasi mempengaruhi beberapa atau semua system organ termasuk abces paru dan super infeksi
5)       Anjurkan pemakaian baju tipis dan menyerap keringat
R/ membantu proses penguapan
6)       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infuse dan obat golongan antipiretik
R/ Memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dan antipiretik menurunkan panas melalui pusat di hipotalamus
Diagnosa IV : Kurangnya pengetahuan ( orang tua )
Kriteria Hasil :
-          Menyatakan pemahan kondisi, proses penyakit dan pengobatan
-          Berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1)       Diskusikan aspek ketidakmamapuan dari penyakit, lamanya penyembuhan dan harapan kesembuhan
R/ Informasi dapat meningkatkan pengetahuan
2)       Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal
R/ Depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
3)       Identifikasi tanda/gejala yang memerlukan pelaporan pemmberi perawatan kesehatan
R/ upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah/ meminimalkan komplikasi.

BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KESEHATAN PADA An. “I”
DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG MELATI
RSU BOKOR TUREN
3.1       Pengkajian
Tanggal 11 Juli 2008   Jam : 08.00 WIB
3.1.1            Data Subyektif
1.        Identitas anak
Nama                      :   An. “I”
Umur                      :   1 tahun
Jenis kelamin          :   perempuan
Status anak             :   anak kandung
Anak ke                  :   2 (dua) dari 2 bersaudara
Agama                    :   islam
Alamat                    :   Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang
Tanggal MRS          :   10-07-2008         jam : 17.30 WIB
Diagnosa                :   Bronkopneumonia
Identitas orang tua
Nama ayah             :   Tn. “S”
Umur                      :   30 tahun
Agama                    :   Islam
Suku/Bangsa           :   Jawa/Indonesia
Pendidikan             :   SD (tamat)
Pekerjaan                :   Swasta
Alamat                    :   Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang
Nama ibu                :   Ny. “U”
Umur                      :   26 tahun
Agama                    :   Islam
Suku/Bangsa           :   Jawa/Indonesia
Pendidikan             :   SD (tamat)
Pekerjaan                :   Ibu RT
Alamat                    :   Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang
2.        Status kesehatan
a.        Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya batuk grok-grok dan sesak sejak tanggal 06-07-2008
b.        Riwayat penyakit sekarang
Sejak tanggal 06 Juli 2008, anak batuk grok-grok dan sesak. Sebelum masuk rumah sakit anak pernah periksa ke bidan tanggal 08-07-2008 dengan keluhan anak batuk grok-grok. Kemudian tanggal 10-07-2008 anak di bawa ke klinik RSU Bokor Turen untuk berobat dengan keluhan anak batuk grok-grok dan sesak. Dari poliklinik anak dianjurkan untuk rawat inap di ruang melati dengan terapi :
-                Infus KAEN 4B 15 tetes/menit
-                 Injeksi vicillin 3x125 mg
-                Injeksi sagestam 3x10 mg
-                Injeksi kalmetashon 3x1/4 cc
-                   Injeksi antrain 1/5 cc ( k/p)
-                Nebulizer ventolin dosis 2x1/2 vial
-                O2 1 liter/menit
Saat dikaji klien batuk grok-grok, sputum sulit keluar dan sesak. Terpasang infus KAEN 4B 15 tetes/menit, RR 46 x/menit, nadi : 100x/menit, ronchi (+), wheezing (+), retraksi intercostae, pernapasan cuping hidung (+)
c.        Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis) ataupun menurun (jantung, diabetes mellitus asthma).
d.        Riwayat penyakit dahulu
Sebelumnya anak sudah pernah sakit sesak tapi tidak sampai masuk rumah sakit. Bila anak sakit biasanya dibawa ke Puskesmas dan sembuh.
3.        Riwayat kehamilan dan persalinan
a.        Riwayat pre natal
-          Ibu mengatakan kehamilannya diperiksakan di bidan sebanyak 5x
Keluhan saat hamil :
Trimester I : Ibu mengatakan mual dan muntah setiap makan
Trimester II : Ibu mengatakan mulai merasa nyaman dengan kehamilannya, ibu mulai merasakan pergerakan anak sejak usia kehamilan 4 bulan
 Trimester III : Ibu mengatakan sering kencing dan sakit pinggang
-          Selama hamil ibu tidak pernah mengalami sakit yang parah. Ibu mengatakan tidak ada makanan pantangan, ibu minum obat dan vitamin dari bidan.
b.        Riwayat natal
Ibu melahirkan di bidan, bayi lahir normal tanggal 03-07-2007, keadaan bayi waktu lahir baik langsung menangis
 BB : 3100 gram, PB : 48 cm.
c.        Riwayat post natal
-          Anak diberi ASI sejak lahir sampai sekarang, makan 3x sehari.
-          Anak sudah diimunisasi lengkap (BCG, polio, Hepatitis B, DPT, campak ) di bidan.
-          Anak diasuh oleh orang tua (ayah dan ibu).
4.        Pola kebiasaan sehari-hari
Pola
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Nutrisi
-      Anak makan 3x sehari, nasi, lauk pauk, sayur
-      Anak diberi minum ASI air putih, kadang-kadang diberi tambahan susu.
-     Anak makan 3x sehari nasi, lauk pauk, sayur porsi sedikit setiap makan 2-3 sendok.
-     Anak diberi ASI, air putih 4-5 sendok ditambah cairan infus KAEN 4B 15 tetes/menit.

Eliminasi
-      BAB 1-2x sehari, konsistensinya lunak warna kuning.
-      BAK sering 7-8 x/hari.

-     BAB 1x sehari, konsistensi lunak, warna kuning.
-     BAK sering.
Aktivitas
-      Anak bermain di rumah bersama kakak.
-     Anak tidak dapat bermain karena keadaan lemah.

Istirahat
-      Tidur siang ± 2 jam waktu tidak tentu.
-      Tidur malam ± 10 jam (21.00-07.00 WIB)
-      Anak tidur di ats tempat tidur pada malam hari, dan pada siang hari anak tidur di lantai memakai kipas angin. Pada kamar tidur terdapat ventilasi

-     Waktu tidur tidak tentu, anak rewel
Personal hygiene
-      Anak dimandikan ibu 2x sehari, ganti pakaian tiap kotor.
-     Anak diseka 2x sehari dengan air hangat ganti pakaian sehabis diseka.

3.1.2            Data Obyektif
a.        Pemeriksaan umum
Keadaan umum            :  lemah
Kesadaran                    :  composmentis
Berat badan                  :  9,5 kg
Tanda-tanda vital
Suhu                  :  37,4 0C
Nadi                   :  100 x/menit
Pernapasan        :  46 x/menit.
b.        Pemeriksaan fisik
Kepala                       :   bersih, distribusi rambut merata, perabaan halus, warna hitam pendek.
Muka                        :   agak pucat, tidak oedema, tidak ada bekas luka.
Mata                          :   conjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarana putih, tidak ada bintik bitot.
Hidung                      :   simetris, septum di tengah, tidak terdapat secret, terdapat pernafasan cuping hidung, dipasang kanule O2, tidak mimisan.
Telinga                      :   simetris, tidak mengeluarkan cairan, kebersihan cukup.
Mulut                        :   bibir agak pucat, kering, tidak ada stomatitis, tidak ada tanda rhagaden, lidah agak kotor.
Leher                        :   tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis.
Ketiak                       :   bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada                         :   simetris, pernapasan dangkal dan cepat, RR 46 x/menit, terdapat ronchi, wheezing, dan ada retraksi intercostae.
Perut                           :    tidak membuncit, tidak ada bekas luka., tidak ada pembesaran hepar, tidak ada pembesaran lien, bising usus (+) 25 x/menit, tidak kembung.
Pelipatan paha           :   bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada hernia inguinalis.
Ekteremitas atas dan bawah    : simetris, tidak ada syndactili dan polydactili pada jari, kuku bersih, pendek, pada tangan kiri terpasang infus KAEN 4B 15 tetes/menit.
Genetalia                   :   bersih.
Punggung                  :   simetris, tidak ada spina bifida.
Anus                         :   bersih.
Kulit                          :   turgor baik, tonus otot baik, kulit lembab.
c. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan
Nilai normal
Haemoglobin
Haematokrit
Leukosit
Trombosit
Reticulosit
BBS / LED
Diff: Seg/Lym/Mo
8,6 gr%
25,7 %
5300mm3
337.000mm3
6%
10

56%/42%/2%
12-14 gr%
37-43 %
4000-11.000 mm3
13.000-400.000 mm3
5-15%
15mm 1 jam

5-67%/20-40%/4-8%

-          Pemetriksaan Radiologi
Tanggal 14-07-2008
Trachea    : di tengah
Cor                          : tak membesar
Pulmo                      : Infiltrar disupra, infrahilair kanan, kiri, kedua sinus phrenicoccostalis tajam
Kesimpulan              : Bronchopneumonia
c.        Status cairan dan therapy
-    Infus KAEN 4B 15 tetes/menit
-    Injeksi vicillin 3x125 mg
-    Injeksi sagestam 3x10 mg
-    Injeksi kalmetashon 3x1/4 cc
-    Injeksi antrain 1/5 cc ( k/p)
-    Nebulizer ventolin dosis 2x1/2 vial
-    O2 1 liter/menit
3.2       Identifikasi Diagnosa / Masalah
Tanggal/Jam
Diagnosa
Data Dasar
11/07/2008
Jam
08.00 WIB
Ketidakefektifan bersihan  jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan secret
S    :  -   Ibu mengatakan anaknya batuk grok-grok dan sesak sejak tanggal 06-07-2008
        
O   :  KU : lemah
Suhu        :     37,4 0C
Nadi         :     100 x/menit
Pernapasan : 46 x/menit

-   Hidung
*   Pernafasan cuping hidung (+)
*   Terpasang O2 1 liter/menit dengan canule
-   Dada terdengar ronchi, wheezing
-   Terpasang infus KAEN 4B 15 tetes/menit pada tangan sebelah kiri.
Tanggal/Jam
Diagnosa
Data Dasar
11/07/2006
Jam
08.00 WIB
Gangguan pemebuhan nutrisi sehubungan dengan gangguan pernapasan
S    :  -   Ibu mengatakan anaknya makan 3x sehari hanya 2-3 sendok
     
O   :  KU : lemah
-Anak rewel
-    Hb : 8,6 gr%
-    BB : 9,5 kg
-    Anak makan 3x sehari 2-3 sendok disuapin


3.3       Antisipasi Masalah Potensial
Tidak ada
3.4       Identifikasi Kebutuhan Segera
Tidak ada

 

 

 

 

 
Catatan Perkembangan

Tanggal/Jam
Data Dasar
Diagnosa
12/07/2008
Jam
08.00 WIB
S    :  Ibu mengatakan anak masih sesak, batuk dan nafas masih ngrok-ngrok.
O   :  -   KU anak masih lemah
-   Kesadaran composmentis
-   TTV :
Nadi   : 92 x/menit
Nafas  : 40 x/menit
Suhu   : 37,2 0C
-   Batuk (+), ronchi (+), wheezing(+)
-   Terpasang O2 1 liter/menit dengan canule
- Terpasang infuse KAEN 4B 15 tetes/menit
A   :  Masalah teratasi sebagian
P    :  Pertahankan rencana tindakan
-   Observasi TTV
-   Pemberian O2 sebanyak 1 liter/menit
-   Atur posisi anak setengah duduk (semi fowler)
-   Lakukan nebulizer
-   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy

Ketidakefektifan bersihan  jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan sekret
27/06/2006
Jam
21.00 WIB
S    :  Ibu mengatakan anak sudah mau makan 3x sehari hampir 1/4
O   :  - Anak rewel
-   Anak mau makan ¼ porsi dengan bubur
A   :  Masalah teratasi sebagian
P  : Pertahankan rencana tindakan
·   Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering
·   Memberikan makanan kecil tambahan (  roti, mari )
·   Memberikan makanan TKTP lembek
·   Memberi susu setiap hari
·   Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan makanan yang diberikan
Gangguan pemebuhan nutrisi sehubungan dengan gangguan pernapasan
Catatan Perkembangan

Tanggal/Jam
Data Dasar
Diagnosa
13/07/2008
Jam
08.00
WIB

















 

13/07/2008
Jam
08.00
WIB
S    :  Ibu mengatakan sesak, batuk anak sudah berkurang, nafas ngrok-ngrok sudah berkurang.
O   :  -   KU anak mulai membaik
-   Kesadaran composmentis
-   TTV :
Nadi   : 88 x/menit
Nafas  : 36 x/menit
Suhu   : 36,4 0C
-   Batuk (+), ronchi (+), wheezing (+)
-   Terpasang infuse KAEN 4B 15 tetes/menit
A   :  masalah teratasi sebagian.
P    :  Pertahankan rencana tindakan
-   Observasi TTV
-   Atur posisi anak setengah duduk (semi fowler)
-   Lakukan nebulizer
-   Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapy.
S    :  Ibu mengatakan anak makan sedikit-sedikit tapi sering             
O   :  -   Anak rewel berkurang.
-   Anak makan 3x sehari ¼ porsi dengan bubur
A   :  masalah teratasi sebagian
P  : Pertahankan rencana tindakan
·   Memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering
·   Memberikan makanan kecil tambahan (  roti, mari )
·   Memberikan makanan TKTP lembek
·   Memberi susu setiap hari
·   Menganjurkan pada ibu untuk menjaga kebersihan diri dan makanan yang diberikan

Ketidakefektifan bersihan  jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan sekret














Gangguan pemebuhan nutrisi sehubungan dengan gangguan pernapasan
Catatan Perkembangan

Tanggal/Jam
Data Dasar
Diagnosa
14/07/2008
Jam
08.00 WIB
S    :  Ibu mengatakan anak batuk kadang-kadang, sudah tidak sesak
        
O   :  -   KU anak baik
-   Kesadaran composmentis
-   TTV :
Nadi   : 88 x/menit
Nafas  : 30 x/menit
Suhu   : 36,3 0C
-   Batuk kadang-kadang, ronchi (-), wheezing(-)
- Terpasang infuse KAEN 4B 15 tetes/menit

A   :  Masalah teratasi

P    :  Rencana tindakan dihentikan dan anak boleh pulang

Ketidakefektifan bersihan  jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan sekret
14/07/2008
Jam
08.00 WIB
S    :  Ibu mengatakan nafsu makan anak membaik
        
O   :  - Anak tidak rewel
-   Anak makan 3x sehari ¼ porsi dengan bubur ditambah makanan tambahan

A   :  Masalah teratasi

P  : Rencana tindakan dihentikan dan anak boleh pulang
Gangguan pemebuhan nutrisi sehubungan dengan gangguan pernapasan
RENCANA PULANG
Nama Pasien            : Anak “I”
Umur       : 1 tahun
Alamat     : Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang
Tanggal    : 14 Juli 2008
Keadaan Pasien waktu pulang
- Keadaan Umum     : baik
- Tanda-tanda vital
              Nadi   : 88 x/menit
Nafas  : 30 x/menit
Suhu   : 36,3 0C
-    Batuk kadang-kadang, ronchi (-), wheezing(-)
-   Anak tidak rewel
-    Nafsu makan anak membaik
Nasehat Pulang :
·Menganjurkan pada ibu untuk tetap menjaga kebersihan anaknya dan juga kebersihan makanan
·Menganjurkan pada ibu untuk memberikan makanan yang bergizi pada anaknya
·Menganjurkan pada ibu untuk tetap memberikan obat yang telah diberikan
·Menganjurkan pada ibu untuk memantau tumbuh kembang anak
·Menganjurkan pada ibu untuk kontrol ulang bila obat habis dan sewaktu-waktu bila terdapat tanda-tanda bahaya pada anak.  

BAB 4
PEMBAHASAN
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebbakan oleh bakteri seperti staphylococcus atau streptococcus, virus ( influenza ), jamur candida albicans atau aspirasi karena amkanan atau benda asing a( Suryanah, 1996 ).
Asuhan keperawatan anak sakit adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan memebantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus pasien ( Depkes RI, 1984)
Seringkali pasien bronkopneumonia yang dirawat di rumah sakit datang sudah dalam keaaan payah, sangat dispnea, pernafasan cuping hidung, retraksi intercostae, terdapat ronchi dan wheezing. Gambaran klinik bronkopneumonia adalah biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Selain itu suhu tubuh dapat naik mendadak dan kadang disertai kejang, pernafasan dangkal dan cepat, kadang disertai muntah dan diare. Penanganan pasien dengan kasus bronkopneumonia adalah menjadga kelancaran pernafasan, kebutuhan akan istirahat, kebutuhan nutrisi dan cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah komlikasi lebih lanjut. Penanganan yang efektif dan efisien yang dilakukan secara intensif ini berguna untuk mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi misalnya penumpukkan lendir/secret yang dapat menghalangi jalan napas atau peningkatan suhu tubuh yang dapat menimbulkan kejang kronik.
Pada kasus ini penulis menemukan diagnosa Bronkopneumonia dengan masalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukkan secret dan Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan gangguan pernafasan. Dengan diagnosa dan masalah tersebut, setelah dilakukan asuhan keperawatan pasien tidak mengalami penyulit atau komplikasi yang ada seperti peningkatan suhu tubuh dan kejang. Hal ini disebabkan karena adanya kerjasama yang baik antara keluarga pasien dan petugas kesehatan sehingga pasien boleh pulang daalm kondisi sehat.
Selain itu, dari hasil pengkajian sampai dengan evaluasi tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek sehingga asuhan ini dapat berjalan dengan baik sesuai teori dan ilmu yang berkembang.

BAB 5
PENUTUP
5.1       Simpulan
Dengan adanya berbagai kasus pada asuhan keperawatan yang diantaranya asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia dengan penyebab yang berbeda dan waktu berkembang yang berbeda maka disini petugas kesehatan perlu melakukan tindakan-tindakan keperawatan.
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan dengan kasus bronkopneumonia diruang Melati Rumah Sakit Umum Bokor Turen pada tanggal 11-07-2008 jam 08.00 WIB
Nama           : An “I”
Umur           : 1 tahun
Alamat         : Bakalan RT 03 RW 01 Bulu Lawang
Maka yang dilakukan adalah :
1.        Melakukan pendekatan therapeutik pada klien dan keluarga untuk menjalin hubungan yang kooperatif.
2.        Mengatur posisis pasien dengan posisis semi fowler
3.        Mengobservasi tanda-tanda vital.
4.        Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk therapy
5.        Menganjurkan ibu untuk memberikan makanan dengan porsi kecil tapi sering
6.        Memberi makanan TKTP dan susu tiap hari
7.        Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri dan makanan
8.        Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien di ruang Melati Rumah Sakit Umum Bokor Turen pada tanggal 11-07-2008 jam 08.00 WIB dengan hasil sebagai berikut :
a.        Klien tidak sesak dan batuk lagi, suhu 36,3 0C, nadi : 88 x/menit, RR : 30 x/menit, keadaan umum baik.
b.        Nafsu makan klien sudah membaik
Faktor-faktor pendukung adalah :
-          Kerjasama yang baik antar petugas dan keluarga
-          Sikap keluarga pasien yang kooperatif terhadap tindakan petugas.

Faktor-faktor penghambat adalah keterbatasan petugas dalam melakukan asuhan keperawatan dan keterbatasan waktu.
5.2       Saran
5.2.1            Petugas Kesehatan
1.        Hendaknya petugas kesehatan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakuakan asuhan keperawatan.
2.        Diharapkan petugas kesehatan selalu bekerjasama dengan petugas lain dalam melakukan asuhan keperawatan.
3.        Hendaknya dalam melaksanakan asuhan keperawatan petugas selalu menggunakan komuniaksi therapeutik dan selalu memperhatikan keadaan pasien serta menjaga privasi pasien.
5.2.2            Untuk Keluarga
1.        Menganjurkan keluarga untuk selalu kooperatif terhadap petugas dalam melakukan asuhan keperawatan.
2.        Menganjurkan keluarga untuk memabntu petugas dalam merawat anaknya.
3.        Menganjurkan keluarga untuk menjaga lingkungan disekitar terutama ruangan yang ditempati.
4.        Menganjurkan keluarga untuk memberikan nutrisi kepada anaknya/pasien.
DAFTAR PUSTAKA

 
 

Depkes. RI. 1984. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Depkes. RI

Juall, Carpenito Lynda . 2000. Diagnosa Keperawatan . Jakarta : EGC

Marlyn, Doengoes. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan . Jakarta : EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Suryana. 1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC.

Soetjiningsih . Tumbuh Kembang Anak . Jakarta : EGC
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Dewasa ini keperawatan anak telah mengalami pergeseran yang sangat mendasar. Anak sebagai klien tidak lagi dipandang sebagai miniatur orang dewasa, melainkan sebagai makhluk unik yang memiliki kebutuhan spesifik dan berbeda dengan orang dewasa (Yupi Supartini, 2004 : 2).
Bronkopneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkin paru. Pneumonia disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri, mikroplasma, dan aspirasi substansi asing. Pola penyakitnya tergantung pada hal-hal berikut ini : (1) agens penyebab, (2) usia anak, (3) reaksi anak, (4) luasnya lesi, dan (5) derajat obstruksi bronkus. Tanda-tanda klinis utama termasuk hal-hal berikut ini seperti batuk, dipsnea, takipnea, sianosis, melemahnya suara nafas, retraksi dinding toraks, nafas cuping hidung, nyeri abdomen, dan batuk paroksismal mirip pertusis.bila kita melihat tersebut, maka kita sebagai tenaga kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengatasi masalah bronkopneumonia dengan penatalaksanan yang dan tepat dan benar.
Tenaga kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang professional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan melalui pelayanan bio, psikososial, dan spiritual yang komperhensif ditunjukan melalui individu, keluarga, dan masyarakat baik sehat maupun yang sakit.
Pelayanan keperawatan dilaksanakan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi pemecahan masalah terdiri dari : pengkajian, perencanaan, implementasi. Dalam pengkajian perawat mengkaji respon klien melalui pemeriksaan fisik dan dari keterangan orang tua klien, dalam perencanaan perawat harus dengan tindakan yang tepat dan cepat, baik pada fungsi independent memenuhi kebutuhan dasar dan fungsi dependent melaksanakan program terapi dokter.
Pada implementasi sangat diperlukan perawat yang terampil dalam memberikan therapy dan mengidentifikasi gejala-gejala bronkopneumonia. Sedangkan dalam tahap evaluasi perawat mengevaluasi dari semua tindakan yang dilakukan (Suryanah, 1996).    
1.2       Tujuan Penulisan
1.2.1            Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan Griya Husada Surabaya mempunyai pengalaman dalam melaksanankan Asuhan Keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia dengan pendekatan manajement keperawatan.
1.2.2            Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu :
1.        Melakukan pengkajian pada anak dengan bronkopneumonia.
2.        Menentukan identifikasi diagnosa keperawatan.
3.        Menentukan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan anak.
4.        Melakukan tindakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana.
5.        Mengevaluasi ke-efektifan dari asuhan keperawatan yang diberikan.
1.3       Metode Penulisan
1.3.1            Studi Kepustakaan
Penulis membekali diri dengan membaca buku-buku yang berkaitan dengan bronkopneumonia.
1.3.2            Praktek Langsung
Melakukan pendekatan dan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia secara langsung di ruang  Melati Rumah Sakit Umum Bokor Turen-Malang.
1.3.3            Bimbingan dan Konsultasi
Dalam penyusunan makalah ini penulis melakukan konsultasi dengan pembimbing di lahan praktek maupun di pendidikan.
1.4       Sistematika Penulisan
BAB 1           PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
1.2       Tujuan Penulisan
1.3       Metode Penulisan            
1.4       Sistematika Penulisan      
BAB 2           TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Konsep Bronkopneumonia
2.1.1            Pengertian                       
2.1.2            Etiologi
2.1.3            Patofisiologi
2.1.4            Komplikasi
2.1.5            Prognosis
2.1.6            Gambaran Klinis Bronkopneumonia
2.1.7            Pemeriksaan Diagnostik
2.1.8            Penatalaksanaan Dalam Bronkopneumonia
2.1.9            Tindakan Keperawatan
2.2       Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit
2.2.1            Pengertian
2.2.2            Tujuan
2.2.3            Hasil yang Diharapkan
BAB 3           TINJAUAN KASUS
3.1       Pengkajian Data               
3.2       Identifikasi Diagnosa atau Masalah Kebidanan               
3.3       Perencanaan
3.4       Pelaksanaan
3.5       Evaluasi
BAB 4           PEMBAHASAN
BAB 5           PENUTUP
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Konsep Dasar Bronkopneumonia
2.1.1            Pengertian
1.        Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada kedua lapang paru hingga broncus, termasuk alveolus jaringan dari bronchial serta jaringan inter lobuler (FKUI, 1985).
2.        Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri misalnya staphylococcus atau streptococcus, virus (virus influenza), jamur candida albicans atau aspirasi karena makanan atau benda asing (Suryanah, 1996).
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa :
Bronkopneumoniaa dalah peradangan yang terjadi pada kedua lapang paru hingga bronchus, termasuk dinding alveolus yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur atau aspirasi karena makanan atau benda asing.
2.1.2            Etiologi
1.        Bakteri                    :  Diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococus, hemolyticcus, streptococcus aureus, hemophilus influenza, bachlillus, freedlanda, mycobacterium tuberculosis
2.        Virus                       :  Respiratory synctial virus, virus influenza, andenovirus, virus sitomegalik, mycoplasma, pneumoniae
3.        Jamur                      :  Histoplasma cap salatum, cyptococcus, neufarmans, blastomyces, dermatides, coccidroides, imminitis, aspergillus species, candida albicans
4.        Aspirasi                  :  Makanan, kerosene (minyak tanah, bensi)
2.1.3            Patofisiologi
Bakteri, virus atau jamur masuk ke dalam paru-paru melalui saluran pernafasan secara percikan (droplet).
1.        Stadium kongesti (4-12 jam pertama)
Kapiler melebar dan kongesti, serta di dalam alveolus terdapat eksudat jernih, bakteri dalam jumlah banyak, beberapa neutrofil dan makrofag.
2.        Stadium hepatisasi merah (48 jam berikutnya)
Lobus dan lobulus yang terkena menjadi padat dan tidak mengandung udara, merah dan pada perabaan seperti hepar. Dalam alveolus didapatkan florin, leukosit, neutrofil dan banyak sekali eritrosit dan kuman. Stadium ini berlangsung sangat pendek.
3.        Stadium hepatisi kelabu (3-8 hari)
Lobus masih tetap padat dan warna merah menjadi pucat kelabu. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin. Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fotositosis pneumococcus.
4.        Stadium resolusi (4-11 hari)
Eksudat berkurang dalam alveolus makrofag bertambah dan leukosit mengalami nekrosis dan degenerasi lemak, fibrin direabsorbsi dan menghilang.
2.1.4            Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah empiema, otitis media akut, mungkin juga komplikasi lain yang dekat seperti atelektosis, emfisema, atau komplikasi jauh seperti meningitis, komplikasi tidak terjadi bila diberikan antibiotik secara tepat.
2.1.5            Prognosis
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Bila pasien disertai Malnutrisi Energi Protein (MEP) dan pasien yang datang terlambat angka mortalitasnya masih tinggi.
2.1.6            Gambaran Klinik dari Bronkopneumonia
1.        Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari.
2.        Suhu tubuh dapat naik secara mendadak sampai 390C-400C dan kadang disertai kejang demam yang tinggi.
3.        Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta cianosis sekitar hidung dan mulut.
4.        Kadang-kadang diserta muntah dan diare.
5.        Batuk biasanya tidak ditemukan pada permulaan penyakit, tetapi setelah beberapa hari mula-mula kering kemudian menjadi produktif.
Dalam stadium permulaan sukar dibuat diagnosis dengan pemeriksaan fisik tetapi dengan adanya nafas dangkal dan cepat, pernafasan cuping hidung dan sianosis sekitar hidung dan mulut dapat diduga dengan pneumonia. Hasil pemeriksaan fisik tergantung dari pada luas daerah auskultasi yang terkena. Pada perkusi sering tidak ditemukan kelainan dan pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronchi basah, nyaring halus atau sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar keredupan dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi, ronchi terdengar lagi.
2.1.7            Pemeriksaan Diagnostik
1.        Foto thorax
Pada foto thorak  bronkopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrasi pada satu atau beberapa lobus. Jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.  
2.        Laboratorium
Gambaran darah tetapi menunjukkan leukositosis, dapat mencapai 15.000-40.000/mm3 dengan penggeseran ke kiri. Kuman penyebab dapat dibiakkan dari usapan tenggorok dan mungkin juga dari darah.
2.1.8            Penatalaksanaan dalam Bronkopneumonia
1.        Medik
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya diberikan :
a.        Penisillin 50.000 U/kg BB/hari, ditambah dengan klorafenikol 50-70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spectrum luas seperti ampicillin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b.        Pemberian oksigen dan cairan intravena biasanya diperlukan campuran glukosa 5% dan NaCl 0,9 mg dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan NaCl 10 mEq 1500 ml/botol infus.
c.        Karena sebagian besar pasien jatuh ke dalam asidosis metabolik akibt kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis dan gas darah arteri.
2.1.9            Tindakan Keperawatan
Sering kali pasien pneumonia yang dirawat di Rumah Sakit datang sudah dalam keadaan payah, sangat dispenia, pernafasan cuping hidung, sianosis dan gelisah. Masalah pasien yang perlu diperhatikan ialah menjaga kelancaran pernafasan, kebutuhan istirahat, kebutuhan nutrisi atau cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah komplikasi dan kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
1.        Menjaga kelancaran pernafasan
Pasien pneumonia berada dalam keadaan dipsnea dan sianosis karena adanya radang paru dan banyaknya lendir di dalam bronkus atau paru. Agar pasien dapat bernafas secara lancar tersebut harus dikeluarkan dan untuk memenuhi kebutuhan O2 perlu dibantu dengan memberikan O2 2 liter/menit secara rumat. Pada anak yang agak besar berkan seperti ikat baring setelah duduk, longgarkan pakaian yang menyekat seperti ikat pinggang, kaos baju yang agak sempit. Ajarkan agar bila ia batuk lendirnya dikeluarkan dan katakan kalau lendir tersebut tidak dikeluarkan sesak nafasnya tidak akan segera hilang. Beritahu kepada anak agar ia tidak selalu berbaring ke arah dada yang sakit, boleh duduk miring ke bagian dada yang lain. Pada bayi, berikan posisi kepala ekstensi dengan memberkan ganjal di bawah bahunya. Bukalah pakaian yang ketat seperti gurita, atau celana yang ada karetnya. Isaplah lendirnya dan berikan O2 secara rumat sampai 2 liter/menit.
2.        Kebutuhan istirahat
Pasien pneumonia adalah pasien payah, suhu tubuh tinggi, sering hiper pireksia, maka pasien perlu cukup istirahat, semua kebutuhan pasien harus ditolong di tempat tidur. Usahakan pemberian obat secara tepat, pengambilan bahan pemeriksaan atau pemberian suntikan jaringan dilakukan waktu pasien sedang tidur. Usahakan keadaan tenang dan nyaman agar pasien dapat istirahat sebaik-baiknya.
3.        Kebutuhan nutrisi dan cairan
Pasien pneumonia hampir selalu mengalami masukan makanan yang kurang. Suhu tubuh tinggi selama beberapa hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9% dalam pemberian 3:1 ditambahkan KCL 10 mEq/1.500 ml/botol infus. Apabila sesak nafas telah berkurang pasien menyuapi harus sabar karena keadaan sesak akan menyebabkan pasien cepat lelah waktu mengunyah. Pada pasien yang minum ASI, bila tidak terlalu sesak ia boleh menetek selain memperoleh infus. Beritahukan ibu agar puting susu sering-sering dikeluarkan untuk memberikan kesempatan bayi bernafas. Bila bayi tidak mau menghisap, ASI dipompa dan berikan dengan sendok, jika bayi minum susu formula harus diberikan dengan sendok.
4.        Mengontrol suhu tubuh
Pasien pneumonia sewaktu-waktu dapat mengalami hiperpireksia. Untuk ini maka suhu harus dikontrol setiap jam selain diusahakan untuk menurunkan suhu dengan memberikan kompres dingin dan obat-obatan. Satu jam setelah dikompres dicek kembali apakah suhu sudah turun.
5.        Mencegah komplikasi atau gangguan rasa aman dan nyaman
Komplikasi terjadi karena adanya lendir yang tidak dapat dikeluarkan sehingga terjadi atelektasis atau bronkiektasis. Untuk menghindari lendir yang menetap (mucous plug) maka siap baring pasien, terutama harus diubah posisinya tiap 2 jam dan penghisapan lendir sering dilakukan. Bila lendir tetap banyak, dapat dilakukan fisioterapi dengan postural drainage. Caranya bayi dibaringkan tengkurap di depannya. Letakkan handuk sebagai alas, di bawah perutnya diganjal guling sehingga posisi kepala lebih rendah. Lakukan tepukan dengan kedua tangan yang dicekungkan di punggung bayi secara ritmi sambil sering dihisap lendirnya dari hidung dan mulut. Lama tindakan 5-10 menit dan dapat dilakukan pagi dan sore. Jika lendir sudah berkurang maka fisioterapi dapat dilakukan sekali sehari, biasanya pagi saja. Mengenai gangguan rasa aman dan nyaman seperti pasien yang dirawat di Rumah Sakit.
6.        Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit
Penyuluhan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit pneumonia ialah dengan memberikan pengertian jika anak batuk pilek disertai demam sudah 8 hari tidak juga sembuh agar dibawa berobat ke pelayanan kesehatan.
Pada bayi dan anak kecil yang keadaan umumnya lemah, misalnya baru sembuh dari penyakit diare atau sering batuk pilek, janganlah dibawah keluar pada malam hari atau dibiarkan bermain keluar jika udara tidak baik karena hal tersebut dapat menjadi penyebab pneumonia
(Ngastiyah, 1997 : 42-43)
2.2       Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit
2.2.1            Pengertian
Asuhan keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang dinamis dalam usaha memperbaiki atau memelihara pasien sampai ke taraf optimum melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal dan membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus pasien (Depkes RI, 1984).
2.2.2            Tujuan
Memberikan asuhan yang adekuat dan profesional serta berstandart pada anak dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan, persalinan dan keadaan bayi setelah lahir.
2.2.3            Hasil yang Diharapkan
Terlaksananya asuhan segera atau rutin pada anak termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, membuat rencana, melaksanakan rencana tindakan yang ditentukan atau intervensi, dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
2.2.4            Manajemen Asuhan Keperawatan
1.        Pengumpulan data
Untuk mengevaluasi keadaan anak.
A.       Data subyektif
a.        Biodata, terdiri dari
Nama                   :   Nama klien, ibu, dan ayah perlu ditanyakan agar klien tidak keliru bila ada kesamaan nama dengan klien yang lain.
Umur                   :   Berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan.
Alamat                 :   Dicatat untuk mempermudah hubungan bila ada keadaan mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal.
Agama                 :   Perlu dicatat karena hal ini sangat berpengaruh di dalam kehidupan termasuk kesehatan dan akan mudah dalam mengatasi masalah keadaan pasien.
Pekerjaan             :   Ditanyakan untuk dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga juga dapat mempengaruhi kesehatan.
Pendidikan           :   Tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya di dalam tindakan asuhan kebidanan, selain anak akan lebih terjamin pada orang tua pasien atau anak yang tingkat pendidikannya tinggi.
b.        Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui alasan datang ke petugas kesehatan dan untuk tindakan selanjutnya.
c.        Riwayat kehamilan dan kelahiran
1)       Prenatal
Jika selama hamil ibu rajin memeriksakan kehamilannya maka kondisi janin atau bayi selama masih dalam kandungan akan terkontrol dengan baik. Ibu yang selama hamil sudah mendapat imunisasi TT maka anaknya bisa terhindar dari penyakit tetanus neonatorum.
2)       Natal
Jika selama persalinan tidak terjadi komplikasi, tidak terdapat cacat bawaan pada bayi, berat badan lebih dari batas normal dan umur kehamilan ibu cukup bulan maka proses tumbuh kembang bayi dapat maksimal.
B.       Data obyektif
a.        Pemeriksaan
Keadaan umum             :  Normal atau tidak
Kesadaran                     :  Normal atau tidak
Tanda-tanda vital
Suhu                           :  Suhu badan dapat diukur melalui mulut, rectum atau aksila. Pada bronkopneumonia suhu tubuh dapat naik sangat mendadak hingga 39-400C dan kadang disertai kejang demam yang tinggi
Nadi                            :  Dapat diukur pada arteri radialis, arteri femoralis pada anak umur lebih dari 1 tahun. Sedangkan pada bayi menggunakan stetoskop pada apex jantung. Nadi dihitung dengan waktu 1 menit dan kemungkinan iramanya kurang teratur. Pada bronkopneumonia tidak ada perubahan nadi.
Pernafasan                  :  Nilai pernafasan rata-rata dihitung setiap menit, pada bronkopneumonia pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut.
Tekanan darah            :  Pengukuran tanda-tanda vital yang biasanya diukur pada anak 3 tahun ke atas
b.        Inspeksi
Muka                    :  Apakah raut wajah menunjukkan sakit, susah bernafas, ketakutan, perasaan senang, gangguan mental atau sakit akut.
Rambut                 :  Bagaimana struktur, kualitas, distribusi dan elastisitas serta kebersihannya.
Kulit                     :  Bagaimana warna struktur, suhu kelembaban dan turgor.
Mata                     :  Apakah ada infeksi, bagaimana struktur, ukuran simetris atau tidak, kornea dan keadaan retina.
Telinga                  :  Apakah simetris, apakah ada infeksi seperti otitis media dan berbau.
Mulut                    :  Apakah ada tonsil, pembengkakan, radang (memerah).
Leher                    :  Apakah ada pembengkakan pada kelenjar thyroid dan vena jugularis
Perut                     :  Apakah membuncit, bagaimana kebersihannya.
Genetalia               :  Pada laki-laki apakah testis berada dalam skrotum, simetris atau tidak. Sedangkan pada wanita apakah ada tanda-tanda infeksi, perdarahan, bagaimana keadaan vulva, labia, vagina.
Anus                     :  Apakah ada haemorroid, prolups, keadaan anus berlubang.
Ekstremitas           :  Apakah simetris atau tidak, jari-jari lengkap atau tidak, bagaimana kebersihan kuku, ketiak dan kaki.
c.        Palpasi
Kepala                        :    Adakah benjolan di kepala.
Leher                         :    Apakah ada pembesaran kelenjar limfe, ada bendungan vena jugularis
Dada                          :    Diraba apakah ada masa pada dada.
Perut                          :    Adakah pembesaran pada hepar, pembesaran lien
Pelipatan paha            :    Apakah ada pembesaran kelenjar limfe, hernia inguinalis
Ekstremitas atas dan bawah : diraba apakah ada oedema
d.        Auskultasi
Dada                     :  Apakah terdengar ronchi, wheezing
Perut                     :  Apakah terdengar adanya bising usus
e.        Observasi tingkah laku
1)       Apakah penampilan anak tidak tenang (kaku), cemas, tegang, sesuka hati, ramah, pemalu, banyak bicara, agresif.
2)       Apakah anak aktif, diam di tempat, gelisah atau tidak
3)       Apakah mudah atau susah untuk memperhatikan sesuatu.
4)       Apakah ada reaksi terhadap pemerintah dengan perasaan takut dan senang
5)       Kemampuan mengikuti perintah, dapat mengikuti 2 atau 3 perintah dengan baik tanpa dilindungi.
f.         Perkembangan refleks
1)       Rooting refleks (mencari puting) : muncul pada saat lahir, hilang setelah 3 atau 4 bulan.
2)       Sucking refleks (menelan) : muncul pada saat lahir, hilang setelah 6 atau 8 bulan.
3)       Grasping refleks (menggenggam) : muncul pada saat lahir, hilang setelah 3 sampai 4 bulan.
4)       Morrow refleks (kejut) : muncul pada saat lahir, hilang setelah 2 bulan.
5)       Babynsky refleks (jari-jari kaki) : muncul pada saat lahir, hilang sekitar 12 bulan.
6)       Staping refleks (menapak) : muncul saat lahir, hilang saat usia 2 bulan.
7)       Tonickneck refleks (leher) : muncul saat lahir, hilang sekitar 3 sampai 4 bulan.
(Bobak, 2005 : 402)
2.        Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan status kesehatan pasien untuk menentukan kebutuhan Asuhan Keperawatan. Data dianalisis dan dibandingkan dengan norma yang berlaku dan pola fungsi kehidupan pasien dengan kriteria :
a.        Prioritas masalah dengan kriteria :
-          Masalah-masalah yang mengancam kesehatan seseorang adalah prioritas kedua.
-          Masalah-masalah yang mempengaruhi prilaku merupakan prioritas ketiga.
b.        Kriteria hasil
c.        Intervensi
d.        Rasional
3.        Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatam adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan pemeliharaan serta pemilihan kesehatan dengan mengikutsertakan pasien dan keluarganya.
Diagnosa I             :   Gangguan jalan nafas sehubungan dengan akumulasi sekret dan peningkatan suhu tubuh
Kriteria hasil          :   -   Menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan nafas
                                  -   Menunjukkan jalan nafas baik dengan bunyi nafas bersih, tidak ada ronchi, wheezing, dan dispnea.
Intervensi :
1.        kaji frekwensi atau kedalaman pernafasan dan gerakan dada
R/       Takipnea, pernafasan dangkal dan gerakan dada tak simetris, sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.
2.        Atur posisi tidur anak dengan posisi setengah duduk (semi fowler) pasang O2 sebanyak 1 liter/menit
R/       Dengan semi fowler diharapkan anak lebih mudah bernafas dan dengan O2 pasien lebih nyaman untuk bernafas
3.        Kaji status pernafasan dan TTV
R/       Untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien
4.        Beri cairan hangat
R/       Cairan hangat memobilisasi dan mengeluarkan sekret
5.        Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat golongan broncodilator
R/       Broncodilator menurunkan spasme broncus dengan mobilisasi sekret
6.        Kolaborasi dalam pemberian nabilizer
R/       Memudahkan pengenceran dan pengeluaran sekret
Diagnosa II            :   Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi pada broncus
Kriteria hasil          :   -   Menunjukkan penurunan suhu tubuh, kembali normal 
Intervensi :
1.        Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya selama awal terapi
R/       Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (syok) dapat terjadi
2.        Batasi pengunjung sesuai indikasi
R/       Menurunkan pemajanan terhadap pathogen lain.
3.        Berikan kompres hangat
R/       Rangsangan hangat membuat vasodilatasi pembuluh darah yang dapat menurunkan panas.
4.        Selidiki perubahan tiba-tiba atau berulangnya demam
R/       Komplikasi mempengaruhi beberapa atau semua sistem organ termasuk abses paru atau empiema, bakterrimia dan super infeksi
5.        Anjurkan pemakaian baju tipis dan menyerap keringat
R/       Membantu proses penguapan
6.        Anjurkan pemberian minum hangat
R/       Minuman hangat membantu mengencerkan sputum dan mencegah dehidrasi karena keringat yang berlebihan.
7.        Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan infus dan obat golongan antipiretik
R/       Memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dan antipiretik menurunkan panas melalui pusat di hipotalamus
Diagnosa III           :   Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan gangguan pernafasan
Kriteria hasil          :   -   Menunjukkan peningkatan nafsu makan
                                  -   Mempertahankan atau meningkatkan berat badan
Intervensi :
1.        Identifikasi faktor yang menimbulkan sesak atau muntah misalnya septum banyak
R/       Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
2.        Bersihkan mulut setiap kali habis muntah, dan sebelum makan
R/       Menghilangkan tanda bahaya
3.        Auskultasi bunyi usus, observasi distensi abdomen
R/       Bunyi usus menurun atau tidak ada bila proses infeksi berat, distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara atau menunjukkan pengaruh toxin bakteri pada saluran GI
4.        Berikan makanan porsi kecil tapi sering termasuk makanan tambahan
R/       Meningkatkan asupan nutrisi
Diagnosa IV           :   Infeksi, resiko tinggi terhadap penyebaran
Kriteria hasil          :   -   Mencapai waktu perbaikan infeksi, berulang tanpa komplikasi
                                  -   Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi
Intervensi :
1.        Pantau tanda vital secara ketat, terutama pada awal terapi
R/       Selama periode ini potensial komplikasi fatal dapat terjadi
2.        Anjurkan ibu klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan warna, jumlah dan bau sekret
R/       Perubahan karakteristik sputum menunjukkan perbaikan atau terjadinya infeksi sekunder
3.        Ubah posisi dengan sering
R/       Meningkatkan pengeluaran sekret dan membersihkan infeksi
4.        Batasi pengunjung
R/       Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.
5.        Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat golongan antibiotika
R/       Digunakan untuk membunuh mikroba pneumonia
Diagnosa V            :   Intoleransi aktifitas
Kriteria hasil          :   -   Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas, yang dapat diukur dengan tidak adanya dipsnea, kelemahan berlebihan, tanda vital dalam rentang normal 
Intervensi :
1.        Evaluasi respon klien terhadap aktivitas, catat perubahan tanda vital sebelum dan setelah aktifitas
R/       Menetapkan kebutuhan klien dan memudahkan pilihan intervensi
2.        Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut
R/       Menurunkan stress dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat
3.        Jelaskan pada orang tua tentang pentingnya istiraha dan rencana pengobatan
R/       Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan
4.        Beri posisi yang nyaman untuk tidur
R/       Klien lebih nyaman dengan posisi setengah duduk atau berbaring
Diagnosa VI           :   Kurangnya pengetahuan (orang tua)
Kriteria hasil          :   -   Menyatakan pemahaman kondisi, proses penyakit dan pengobatan
                                  -   Berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi :
1.        Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamaya penyembuhan dan harapan kesembuhan
2.        Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal
R/       Depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mengasimilasi informasi
3.        Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan
R/       Upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah atau meminimalkan komplikasi
4.        Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi.
5.        Evaluasi
Pada saat ini melihat keberhasilan dari asuhan yang telah dibuat sesuai dengan tujuan dari asuhan tersebut, apakah tujuan yang disebutkan berhasil dicapai atau tidak.
(Doengus,               ).

BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ”R”
DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG MELATI
RSU BOKOR TUREN MALANG
Pengkajian
Tanggal           :  1 Juli 2008
Jam                 :  11.30 WIB
Data Subyektif
1.        Biodata
Identitas anak
Nama                                     :   An.”R”
Umur                                     :   5 bulan
Jenis kelamin                         :   Perempuan
Status anak                            :   Anak Kandung
Anak ke                                 :   III
Agama                                   :   Islam
Alamat                                   :   Wonokoyo 7/3 Taman Kencana Tirtoyudo
Tanggal MRS                         :   30 juni 2008, Jam 23.10 WIB
Diagnosa                                :   Bronkopneumonia
Identitas orang tua
Nama ibu                               :   Ny.”N”
Umur                                     :   31 tahun
Agama                                   :   Islam
Suku/bangsa                          :   Jawa/Indonesia
Pendidikan                             :   SD (Tamat)
Pekerjaan                               :   IRT
Alamat                                   :   Wonokoyo 7/3 Taman Kencana Tirtoyudo
Status perkawinan                  :   1 kali lama 7 tahun
Nama ibu                               :   Tn.”S”
Umur                                     :   29 tahun
Agama                                   :   Islam
Suku/bangsa                          :   Jawa/Indonesia
Pendidikan                             :   SMP (Tamat)
Pekerjaan                               :   Tani
Alamat                                   :   Wonokoyo 7/3 Taman Kencana Tirtoyudo
2.        Status kesehatan
a.        Keluhan utama
Ibu mengatakan anaknya mengalami batuk engkrok-engkrok.
b.        Riwayat penyakit sekarang
Sejak tanggal 29 Juni 2008 anak panas, batuk engkrok-engkrok muntah 3x kemudian tanggal 30 Juni 2008 dibawa ke UGD RSU Bokor Turen Malang untuk segera mendapatkan penanganan. Dari UGD kemudian dianjurkan untuk rawat inap di Ruang Kesehatan Anak (Ruang Melati)
c.        Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (TBC, hepatitis) ataupun penyakit menurun (jantung, diabetes mellitus).
d.        Riwayat penyakit dahulu
Ibu mengatakan anak belum pernah masuk rumah sakit. Bila anak sakit biasanya dibawa berobat ke bidan atau Puskesmas dan sembuh.
3.        Riwayat kehamilan dan persalinan
a.        Riwayat prenatal
-          Ibu mengatakan kehamilannya diperiksakan di Bidan.
-          Ibu mengatakan selama hamil ibu tidak pernah mengalami sakit yang parah.
-          Ibu mengatakan tidak pantang terhadap makanan serta minum obat dan vitamin dari bidan.
b.        Riwayat natal
Ibu melahirkan di RSU Bokor Turen Malang, ditolong oleh Dokter, secara SC tanggal 5 Januari 2008 jam 15.05 WIB, dengan BBL : 2700 gram, PBL : 45 cm.
c.        Riwayat post natal
-          Anak diberi ASI sejak lahir sampai sekarang.
-          Anak sudah diimunisasi BCG, polio 1,2,3, DPT+HB 1,2,3 di Bidan.
-          Anak diasuh oleh orang tua dan keluarga
4.        Pola kebiasaan sehari-hari
Pola
Sebelum Sakit
Saat Sakit
Nutrisi
-     Bayi diberi biskuit promina
-     Bayi diberi ASI serta tambahan susu Lactogen
-     Bayi hanya minum ASI serta susu botol

Eliminasi
-     BAB 2-3 kali sehari, konsistensi lunak, warna kuning, bau khas
-     BAK sering 5-6 kali
-     BAB 1 kali air + ampas
-     BAK sering ± 6-7 kali
Aktivitas
-     Anak lebih sering bermain dengan ibu

-     Anak tidak dapat bermain karena keadaan lemah
Istirahat
-     Tidur siang ± 3 jam
-     Tidur malam ± 10 jam
-     Waktu tidur tidak tentu, kadang anak rewel,
-     Tidur siang ± 1 jam
-     Tidur malam ± 8 jam 
Personal hygiene
-     Ibu memandikan anak 2 kali sehari, ganti pakaian tiap kali kotor
-     Ibu hanya menyeka anak dengan air hangat pada pagi dan sore hari. Ganti pakaian tiap kali kotor
                  Data Obyektif
1.        Pemeriksaan umum
Keadaan umum              :   Lemah
Kesadaran                      :   Composmentis
Berat badan                    :   6,5 kg
GCS                               :   4-5-6
Tanda-tanda vital
Suhu                              :   375 0C
Nadi                               :   100x/menit
Pernafasan                     :   35x/menit
2.        Pemeriksaan fisik
Kepala                         :   Bersih, distribusi merata, rambut hitam, bersih.
Muka                          :   Tidak pucat, tidak oedema.
Mata                            :   Conjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna putih, tidak ada bintik bitot, mata agak cowong.
Hidung                        :   Agak kotor, terdapat sekret, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, dipasang O2, tidak mimisan.
Telinga                        :   Simetris, tidak mengeluarkan cairan, kebersihan cukup.
Mulut                          :   Bibir tidak pucat, kering, tidak ada stomatitis, tidak ada tanda rhagaden, lidah agak kotor.
Leher                          :   Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada bendungan vena jugularis.
Tangan                        :   Tidak ada syndactily dan polydactily pada jari, kuku bersih, pendek, pada tangan kanan dipasang infus KAEN 4B 500 ml.
Ketiak                         :   Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada                           :   Simetris, pernafasan dangkal dan cepat, terdapat ronchi, wheezing ada, tidak ada pernafasan intercostae.
Perut                          
Inspeksi                      :   Tidak ada bekas luka, tidak membuncit.
Palpasi                        :   Tidak ada pembesaran hepar, tidak ada pembesaran lien.
Perkusi                        :   Tidak kembung
Pelipatan paha             :   Bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada hernia inguinalis.
Kaki                            :   Simetris, jari tidak sydanctily dan polidactily, kuku bersih.
Genetalia                     :   Bersih.
Punggung                    :   Simetris, tidak ada spina bifida
Anus                           :   Bersih.
Kulit                            :   Turgor menurun
3.        Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
Nilai normal
Hemoglobin           : 10,7 gr%
Hematokrit             : 38,9 gr%
Leukosit                : 17.900 mm3
Trombosit              : 324.000 mm3
LED/BBS               : 5
Diff Seg                 : 44
           Lym            : 53
           Mo              : 3
Golongan darah : A
12-14 gr%
37-43 gr%
4.000-11.000 mm3
13.000-400.000 mm3

4.        Status cairan dan therapy
a.        Infus KAEN 4B 500 ml (12 tetes/menit).
b.        Injeksi vicillin 3 x 250 mg secara IV.
c.        Injeksi etiferan 3 x 1/3 ampul (K/P).
d.        Injeksi antrain 3 x 1/3 ampul (K/P).
e.        Obat oral meptin syrup 2 x ½ sendok teh.
f.         Obat oral fludane syrup 3 x ½ sendok teh.
g.        Nobulizer ventolin 2 x ½ vial.
h.        O2 1 liter / menit (K/P)
Identifikasi Diagnosa atau Masalah
Tanggal/Jam
Diagnosa
Data Dasar
1 Juli 2008
Jam
11.30 WIB
Ketidakefektifan bersihan jalan napas sehubungan dengan penumpukan sekret
DS :
-        Ibu mengatakan anak batuk engkrok-engkrok sesak
-        Panas sejak 2 hari yang lalu serta muntah 3 kali

DO :
-        Keadaan umum : lemah
-        Pernafasan 48x/menit
-        Nadi 100x/menit
-        Suhu 375 0C
-        Muntah Å
-        Sesak Å
-        Ronchi Å
-        Wheezing Å
-        Terpasang infus KAEN 4B 12 tetes
-        Terpasang nasal kanul pada hidung    CO2 1

 

 

 
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
Diagnosa
Catatan Perkembangan
1-07-2008
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
DS :
-         Ibu mengatakan anak masih batuk dan sesak

DO :
-         Keadaan umum lemah
-         Pernafasan 35x/menit
-         Sesak Å
-         Ronchi Å
-         Wheezing Å
-         Muntah Å
-         Suhu : 369 0C
-         Grok-grok Å
-         Batuk Å
-         O2 1 liter/menit
-         Infus Kaen 4B 12 tetes/menit

A :  Masalah teratasi sebagian

P :
Lanjutkan intervensi
1.      Atur posisi tidur pasien
2.      Kaji status pernafasan dan tanda-tanda vital
3.      Berikan O2 1 liter/menit
4.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy.
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
Diagnosa
Catatan Perkembangan
2-07-2008
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
DS :
-         Ibu mengatakan anak masih batuk

DO :
-         Keadaan umum membaik
-         Pernafasan 30x/menit
-         Sesak Å
-         Ronchi Å
-         Wheezing Å
-         Muntah Å
-         Suhu : 363 0C
-         Batuk grok-grok Å ¯
-         Infus Kaen 4B 12 tetes/menit

A :  Masalah teratasi sebagian

P :
Lanjutkan intervensi
1.      Atur posisi tidur pasien semi fowler
2.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy
3.      Beri O2 1 liter/menit sewaktu-waktu dan kaji Tanda-tanda vital  
CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal
Diagnosa
Catatan Perkembangan
3-07-2008
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
DS :
-         Ibu mengatakan anak masih batuk dan engkrok-engkrok berkurang
-         Ibu mengatakan anak sudah tidak sesak 

DO :
-         Keadaan umum membaik
-         Batuk engkrok-engkrok jarang
-         Ronchi Å
-         Wheezing Å
-         Sesak Å ¯
-         Pernafasan 30x/menit
-         O2 sudah dilepas
-         Suhu : 362 0C
-         Infus Kaen 4B 12 tetes/menit

A :  Masalah teratasi sebagian

P :
Lanjutkan intervensi
1.        Atur posisi tidur pasien semi fowler
2.        Kaji tanda-tanda vital
3.        Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy 
RENCANA PULANG
Tanggal
Diagnosa
Catatan Perkembangan
4-07-2008
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret
DS :
-         Ibu mengatakan batuk jarang

DO :
-         Keadaan umum membaik
-         Batuk engkrok-engkrok jarang
-         Sesak Å ¯ ¯
-         Ronchi Å ¯ ¯
-         Wheezing Å ¯ ¯
-         Suhu : 362 0C
-         Pernafasan 30x/menit
-         Infus Kaen 4B 12 tetes/menit

A :  Masalah teratasi

P :  Hentikan intervensi

I :
1.      Anjurkan ibu untuk menghidarkan anak dari asap rokok atau asap dapur
2.      Anjurkan ibu untuk memberi nutrisi yang cukup untuk anak

E :
Anjurkan ibu untuk membawa anak kontrol ulang bila obat habis tanggal 8-07-2008   

BAB 4
PEMBAHASAN
Bronkopneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakter seperti staphylococcus atau streptoccocus, virus (influensa), jamur candida albicans atau aspirasi karena makanan atau benda asing (Suryanah, 1996).
Masalah yang ada pada bronkopneumonia adalah dipsnea, pernafasan cuping hidung, sianosis, dan traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari. Selain itu suhu tubuh dapat mendadak tinggi dan kadang disertai kejang, pernafasan dangkal dan cepat, kadang disertai muntah dan diare (Suryanah, 1996).
Dari keluhan-keluhan tersebut menimbulkan masalah gangguan jalan nafas sehubungan dengan penumpukan sekret. Maka untuk asuhan keperawatan yang sesuai dengan masalah atau diagnosa yang ada, begitu juga dengan pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditemukan, sehingga pada evaluasi dapat diketahui keefektifan asuhan yang dilakukan ternyata masalah yang dialami oleh klien berkurang. Dan dari data-data di atas serta dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada An.”R” tidak didapat adanya kesenjangan antara teori-teori dengan kenyataan yang ada.

BAB 5
PENUTUP
Simpulan
Melalui proses Asuhan Keperawatan 5 langkah yang dimulai dari pengkajian data, identifikasi masalah atau diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan terakhir pada penarikan evaluasi maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.        Pengkajian data
Didapatkan kasus An.”R” di RSU Bokor Turen Malang telah mengalami keluhan-keluhan antara lain : batuk engkrok-engkrok, panas, serta muntah 3 kali.
2.        Identifikasi masalah atau diagnosa
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas sehubungan dengan penumpukan sekret
3.        Perencanaan
Asuhan keperawatan yang diharapkan adalah :
a.        Lakukan pendekatan therapeutik pada pasien dan keluarga.
b.        Beri penjelasan pada ibu dan keluarga pasien tentang penyebab bersihan jalan nafas yang kurang efektif.
c.        Atur posisi pasien dengan posisi semi fowler.
d.        Observasi tanda-tanda vital.
e.        Berikan O2 1 liter/menit.
f.         Lakukan pemberian nebulizer.
g.        Lakukan pemberian therapy sesuai advis dokter.
h.        Anjurkan ibu untuk membawa anaknya kontrol ulang bila obat telah habis.
4.        Pelaksanaan
Telah dilaksanakan tindakan yang sesuai dengan rencana tindakan yang telah direncanakan.
5.        Evaluasi
Adanya keefektifan asuhan yang telah dilakukan sehingga masalah teratasi, intervensi dihentikan dan pasien diperbolehkan pulang.
Saran
            Untuk Petugas Kesehatan
1.        Hendaknya petugas kesehatan lebih meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam melakukan Asuhan Keperawatan.
2.        Diharapkan petugas kesehatan dapat saling bekerja sama dengan petugas kesehatan lainnya dalam melakukan Asuhan Keperawatan.
3.        Hendaknya dalam melaksanakan Asuhan Keperawatan petugas selalu menggunakan komunikasi therapeutik dan selau memperhatikan perkembangan kesehatan klien.
            Untuk Keluarga
1.        Menganjurkan keluarga untuk lebih kooperatif terhadap petugas dalam melakukan Asuhan Keperawatan.
2.        Menganjurkan keluarga untuk membantu petugas dalam merawat anaknya.
3.        Menganjurkan keluarga untuk menjaga lingkungan di rumah serta menjauhkan anak dari asap rokok maupun asap dapur.
4.        Menganjurkan keluarga untuk memberikan nutrisi yang untuk anaknya.

 
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, RI. 1985. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Depkes RI.

Juall, Carpenito Lynda. 2000. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.

Ngastiyah. 1998. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC.

Suryanah. 1996. Keperawatan Anak untuk Siswa SPK. Jakarta : EGC.

Supartini, Yupi. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC. 
Previous
Next Post »

2 komentar

Click here for komentar
31 July 2012 at 12:40 ×

salam sejahwat...
http://katumbu.blogspot.com/

Reply
avatar
Unknown
admin
3 November 2012 at 21:09 ×

buat @Katumbu ahmad...terima kasih

Reply
avatar

Translate