Akhlakul Karimah dan Pengertiannya
Pengertian Akhlak
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi
pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di
artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun
kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak
terdapat di dalam Al Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam
hadis. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam al
Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al
Qalam ayat 4: Wa innaka la'ala khuluqin 'adzim, yang artinya:
Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang
agung. Sedangkan hadis yang sangat populer menyebut akhlak adalah
hadis riwayat Malik, Innama bu'itstu liutammima makarima al akhlagi,
yang artinya: Bahwasanya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain
adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.
Perjalanan keilmuan selanjutnya kemudian mengenal istilah-istilah
adab (tatakrama), etika, moral, karakter disamping kata akhlak itu
sendiri, dan masing-masing mempunyai definisi yang berbeda.
Menurut Imam Gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana
dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa
dihitung resikonya (al khuluqu haiatun rasikhotun tashduru 'anha al
afal bi suhulatin wa yusrin min ghoiri hqjatin act_ fikrin wa
ruwiyyatin. Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang berbicara tentang
baik dan buruk dari suatu perbuatan. Dari definisi itu maka dapat
difahami bahwa istilah 17 •
akhlak adalah netral, artinya ada akhlak yang terpuji (al akhlaq al
mahmudah) dan ada akhlak yang tercela (al akhlaq al mazmumah). Ketika
berbicara tentang nilai baik buruk maka muncullah persoalan tentang
konsep baik buruk. Dari sinilah kemudian terjadi perbedaan konsep
antara akhlak dengan etika.
Etika (ethica) juga berbicara tentang baik buruk, tetapi konsep baik
buruk dalam ethika bersumber kepada kebudayaan, sementara konsep baik
buruk dalam ilmu akhlak bertumpu kepada konsep wahyu, meskipun akal
juga mempunyai kontribusi dalam menentukannya. Dari segi ini maka
dalam ethica dikenal ada ethica Barat, ethika Timur dan sebagainya,
sementara al akhlaq al karimah tidak mengenal konsep regional,
meskipun perbedaan pendapat juga tak dapat dihindarkan. Etika juga
sering diartikan sebagai norma-norma kepantasan (etiket), yakni apa
yang dalam bahasa Arab disebut adab atau tatakrama.
Sedangkan kata moral meski sering digunakan juga untuk menyebut
akhlak, atau etika tetapi tekanannya pada sikap seseorang terhadap
nilai, sehingga moral sering dihubungkan dengan kesusilaan atau
perilaku susila. Jika etika itu masih ada dalam tataran konsep maka
moral sudah ada pada tataran terapan.Melihat akhlak, etika atau moral
seseorang, harus dibedakan antara perbuatan yang bersifat tempe
ramental dengan perbuatan yang bersumber dari karakter kepriba
diannya. Temperamen merupakan corak reaksi seseorang terhadap
berbagai rangsang yang berasal dari lingkungan dan dari dalam diri
sendiri. Temperamen berhubungan erat dengan kondisi biopsikologi
seseorang, oleh karena itu sulit untuk berubah. Sedangkan karakter
berkaitan erat dengan penilaian baik buruknya tingkahlaku seseorang
didasari oleh bermacam-macam tolok ukur yang dianut masyarakat.
Karakter seseorang terbentuk melalui perjalanan hidupnya, oleh karena
itu ia bisa berubah.
Pengertian Akhlak
Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia, akhlak diartikan sebagai budi
pekerti atau kelakuan. Dalam Bahasa Arab kata akhlak (akhlaq) di
artikan sebagai tabiat, perangai, kebiasaan, bahkan agama. Meskipun
kata akhlak berasal dari Bahasa Arab, tetapi kata akhlak tidak
terdapat di dalam Al Qur'an. Kebanyakan kata akhlak dijumpai dalam
hadis. Satu-satunya kata yang ditemukan semakna akhlak dalam al
Qur'an adalah bentuk tunggal, yaitu khuluq, tercantum dalam surat al
Qalam ayat 4: Wa innaka la'ala khuluqin 'adzim, yang artinya:
Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang
agung. Sedangkan hadis yang sangat populer menyebut akhlak adalah
hadis riwayat Malik, Innama bu'itstu liutammima makarima al akhlagi,
yang artinya: Bahwasanya aku (Muhammad) diutus menjadi Rasul tak lain
adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia.
Perjalanan keilmuan selanjutnya kemudian mengenal istilah-istilah
adab (tatakrama), etika, moral, karakter disamping kata akhlak itu
sendiri, dan masing-masing mempunyai definisi yang berbeda.
Menurut Imam Gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana
dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa
dihitung resikonya (al khuluqu haiatun rasikhotun tashduru 'anha al
afal bi suhulatin wa yusrin min ghoiri hqjatin act_ fikrin wa
ruwiyyatin. Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang berbicara tentang
baik dan buruk dari suatu perbuatan. Dari definisi itu maka dapat
difahami bahwa istilah 17 •
akhlak adalah netral, artinya ada akhlak yang terpuji (al akhlaq al
mahmudah) dan ada akhlak yang tercela (al akhlaq al mazmumah). Ketika
berbicara tentang nilai baik buruk maka muncullah persoalan tentang
konsep baik buruk. Dari sinilah kemudian terjadi perbedaan konsep
antara akhlak dengan etika.
Etika (ethica) juga berbicara tentang baik buruk, tetapi konsep baik
buruk dalam ethika bersumber kepada kebudayaan, sementara konsep baik
buruk dalam ilmu akhlak bertumpu kepada konsep wahyu, meskipun akal
juga mempunyai kontribusi dalam menentukannya. Dari segi ini maka
dalam ethica dikenal ada ethica Barat, ethika Timur dan sebagainya,
sementara al akhlaq al karimah tidak mengenal konsep regional,
meskipun perbedaan pendapat juga tak dapat dihindarkan. Etika juga
sering diartikan sebagai norma-norma kepantasan (etiket), yakni apa
yang dalam bahasa Arab disebut adab atau tatakrama.
Sedangkan kata moral meski sering digunakan juga untuk menyebut
akhlak, atau etika tetapi tekanannya pada sikap seseorang terhadap
nilai, sehingga moral sering dihubungkan dengan kesusilaan atau
perilaku susila. Jika etika itu masih ada dalam tataran konsep maka
moral sudah ada pada tataran terapan.Melihat akhlak, etika atau moral
seseorang, harus dibedakan antara perbuatan yang bersifat tempe
ramental dengan perbuatan yang bersumber dari karakter kepriba
diannya. Temperamen merupakan corak reaksi seseorang terhadap
berbagai rangsang yang berasal dari lingkungan dan dari dalam diri
sendiri. Temperamen berhubungan erat dengan kondisi biopsikologi
seseorang, oleh karena itu sulit untuk berubah. Sedangkan karakter
berkaitan erat dengan penilaian baik buruknya tingkahlaku seseorang
didasari oleh bermacam-macam tolok ukur yang dianut masyarakat.
Karakter seseorang terbentuk melalui perjalanan hidupnya, oleh karena
itu ia bisa berubah.
Akhlak dalam ajaran Islam diterangkan dengan
sangat rinci, berwawasan multi dimensi kehidupan, sistematis dan beralasan
realistis. ”Akhlak Islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong,
membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan
mental.
Adapun ciri – ciri akhlak Islamiyah menurut Drs. H.A.
Mustofa, yaitu
1. Kebajikan
yang mutlak
Islam telah mengajarkan akhlak yang luhur yang menjamin
kebaikan dan kebahagiaan bagi seseorang baik sebagai individu maupun
masyarakat pada setiap waktu dan keadaan. Sebaliknya akhlak (etika) yang
dibuat manusia lebih bersifat individu dan mementingkan diri sendiri dan tidak
mampu menjamin kebajikan.
2. Kebaikan
yang menyeluruh
Akhlak Islam menjamin kebaikan untuk seluruh umat
manusia. Dari segala zaman, waktu dan tempat. Mudah untuk dilakukan dan tidak
memberatka bagi yang melakukannya. Islam telah mengajarkan akhlak yang mulia,
sehingga dapat dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal sehat.
3. Kemantapan
Akhlak Islam telah menjamin kebajian yang mutlak yang
sesuai dengan pribadi manusia. Ketetapannya bersifat tetap, langgeng dan
mantap, sebab yang menciptakan adalah Allah Swt yang Maha Bijaksana yang selalu
memeliharanya dari kebaikan yang mutlak. Akhlak yang dibuat manuasia bersifat
sementara dan sering kali berubah – ubah sesuai dengan kepentingan masyarakat
itu sendiri.
4. Kewajiban yang dipatuhi
Akhlak Islam merupakan akhlak yang bersumber dari wahyu
yang wajib ditaati oleh setiap manusia. Didalamnya terdapat motivasi untuk
selalu tunduk patuh dan berpegang teguh padanya yang timbul dari hati nurani
yang menghambakan diri pada Zat yang Maha Agung. Akhlak Islam juga sebagai
perangsang untuk berbuat kebaikan yang diiringi oleh pahala dan mencegah dari
perbuatan keji dan jahat karena takut dengan azab dari Allah Swt.
5. Pengawasan
yang menyeluruh.
Akhlak Islam
adalah pengawasan hati nurani dan akal sehat, Islam menghargai hati nurani
bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa usaha. Firman
Allah dalam surat Al Qiyamah: 1-2; yang artinya: ” aku bersumpah dengan hari
kiamat, dan Aku bersumpah denngan jiwa yang amat menyesali (diri sendiri).”
I. PENDAHULUAN
Kedudukan akhlak dalam
kehidupan manusia menempati tempat yang penting sekali, baik sebagai individu
maupun sebagai anggota masyarakat dan bangsa. Sebab jatuh bangunnya, jaya
hancurnya, sejahtera rusaknya suatu bangsa dan masyarakat, tergantung kepada
bagaimana akhlaknya. Apabila akhlaknya baik (berakhlak), akan sejahteralah
lahir batinnya, akan tetapi apabila akhlaknya buruk (tidak berakhlak), rusaklah
lahirnya dan batinnya.
Seseorang yang berakhlak
mulia, selalu melaksanakan kewajiban-kewajibannya, memberikan hak yang harus
diberikan kepada yang berhak, dia melakukan kewajibannya terhadap dirinya
sendiri, yang menjadi hak dirinya, terhadap Tuhannya, yang menjadi hak
Tuhannya, terhadap makhluk yang lain, terhadap sesama manusia, yang menjadi hak
manusia lainnya, terhadap makhluk hidup lainnya, yang menjadi haknya, terhadap
alam dan lingkungannya dan terhadap segala yang ada secara harmonis, dia akan
menempati martabat yang mulia dalam pandangan umum. Dia mengisi dirinya dengan
sifat-sifat terpuji, dan menjauhkan dirinya dari sifat-sifat yang tercela, dia
menempati kedudukan yang mulia secara obyektif, walaupun secara materiil
keadaannya sangat sederhana.
II. PEMBAHASAN
A. Definisi Akhlak
Ada banyak sekali
definisi mengenai akhlak yang dikemukakan oleh para ahli ilmu akhlaq. Sekalipun
begitu, pengertian akhlaq tetap terpaku pada satu titik point yaitu tingkah
laku.
Akhlak menurut arti
bahasa sama dengan adab, sopan santun, budi pekerti atau juga etika. Dalam
suatu ayat dijelaskan:[1]
هيئة راسخو تصدر عنها الافعال بسهولة ويسر من غير حاجة الى فكر
(العرفات: 19)
Artinya:
Akhlak adalah daya yang
telah bersemi dalam jiwa seseorang sehingga dapat menimbulkan
perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa dipikir dan direnungkan.
Menurut pengertian para
ilmu akhlaq, akhlaq ialah suatu keadaan jiwa seseorang yang menimbulkan
terjadinya perbuatan-perbuatan seseorang dengan mudah.
Dengan demikian, bila
perbuatan, sikap dan pemikiran seseorang itu baik, niscaya jiwa dan akhlaknya
baik pula. Sebaliknya jika perbuatan, sikap dan pemikirannya buruk, niscaya
jiwa dan akhlaqnya buruk pula.[2]
Imam Ghazali dalam Ihya
Ulumuddin mengemukakan bahwa akhlaq adalah “daya kekuatan (sifat yang tertanam
dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan
pertimbangan pikiran. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan
agama, maka tindakan itu disebut akhlaq yang baik (mahmudah), sebaliknya, jika
buruk disebut akhlaq tercela (madzmumah).
Dari definisi-definisi
di atas dapat dijelaskan bahwa ukuran akhlaq bukan dilihat dari segi lahiriyah
saja, tetapi yang lebih penting adalah dari segi batiniyah, yakni dorongan
hati, sabda Nabi :
“Ingatlah sesungguhnya
di dalam tubuh manusia itu terdapat sekerat daging, jika ia baik, maka akan
baiklah seluruh tubuhnya, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh itu.
Ingatlah sekerat daging itu adalah hati”.[3]
Akhlaq dalam Islam
sangatlah penting artinya, sebab Nabi Muhammad saw diutus untuk membina akhlaq
manusia. Ilmu yang mempelajari akhlaq adalah ilmu akhlaq, yaitu ilmu yang
menerangkan tentang kaidah-kaidah baik dan buruk, sifat-sifat terpuji dan
tercela.
B. Dasar dan Tujuan Akhlaq
Dasar hukum akhlaq ialah
al-Qur’an dan al-Hadits yg mrp dasar pokok ajaran Islam.
1) Al-Qur’an
قَدْ جَاءكُم مِّنَ اللّهِ نُورٌ وَكِتَابٌ مُّبِينٌ (15) يَهْدِي
بِهِ اللّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلاَمِ وَيُخْرِجُهُم مِّنِ
الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
(16)
Artinya :
“Sesungguhnya telah datang
kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah
Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan,
dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap
gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki
mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Maidah: 15-16)
2) Hadits
Dalam hadits
diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dari Aisyah ra, ia mengatakan : akhlaq
nabiyullah Muhammad saw adalah al-Qur’an.
Hadits ini menunjukkan
bahwa al-Qur’an adalah dasar yang pertama dan utama bagi akhlaq. Sedang Allah
SWT mengatakan bahwa Nabi Muhammad saw sebagai teladan yang baik dalam
firman-nya: “Sesungguhnya telah ada pada di Rasulullah suri tauladan yang baik
bagimu”.
Akhlaq merupakan suatu
hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Setiap manusia pasti mempunyai
akhlaq. Tujuan akhlak dalam Islam, secara umum ialah terbentuknya pribadi
muslim yang luhur budi pekertinya, baik lahir maupun batin, agar memperoleh
kebahagiaan di dunia dan akhirat, sedangkan tujuan akhlak secara khusus ada 2:
- Membersihkan diri dari
akhlaq tercela
- Menghiasi diri dengan
akhlaq terpuji
Selain itu tujuan dari
akhlak adalah :[4]
- Mendapatkan ridha dari
Allah
- Membentuk kepribadian
muslim, maksudnya adalah segala perilaku, baik ucapan, perbuatan, pikiran dan
kata hatinya mencerminkan sikap ajaran Islam.
- Mewujudkan perbuatan
yang mulia dan terhindarnya perbuatan tercela.
III. KESIMPULAN
Agama Islam adalah agama
yang sangat mementingkan ajaran akhlaq, dalam kehidupan di dunia ini, manusia
bukanlah makhluk individual yang hidup sendirian tetapi manusia juga
membutuhkan orang lain atau makhluk sosial. Oleh karena itu, akhlaq karimah
mutlak diperlukan dalam perwujudan tatanan hidup yang serasi dan
berkesinambungan demi tercapainya kebahagiaan hidup. Akhlak karimah merupakan
perwujudan seseorang, yaitu sebagai bukti konkret dari kualitas agama
seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
KHM. Sukanda Sadeli, Bimbingan Akhlaq yang Mulia, Yayasan
Pendidikan Islam Amal Saleh.
Drs. M. Mansyur Amin, dkk., Aqidah dan Akhlaq, Yogyakarta:
Kota Kembang, 1991.
A. Zainuddin, S.Ag, dan Muhammad Jamhari, S.Ag. al-Islam 2
: Muamalah dan Akhlaq, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998.
Drs. Asmaran As, M.A., Pengantar Studi Akhlak, Jakarta:
Rajawali Pers, 1992.
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
KEDUDUKAN AKHLAK DALAM
Akhlak mendapat kedudukan yang tinggi dalam Islam, ini dapat dilihat dari beberapa sebab:
1. Islam telah menjadikan akhlak sebagai illat (alasan) kenapa agama Islam diturunkan. Hal ini jelas dalam sabda Rasulullah :
Maksudnya :
Aku diutus hanyalah semata-mata untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.
2. Islam menganggap orang yang paling tinggi darjat keimanan ialah mereka yang paling mulia akhlaknya. Dalam hadis telah dinyatakan :
Maksudnya :
Telah dikatakan Ya Rasulullah, mukmin yang manakah paling afdhal imannya, Rasulullah s.a.w. bersabda orang yang paling baik akhlaknya antara mereka.
3. Islam telah mentakrifkan “Addin” dengan akhlak yang baik. Dalam hadis telah dinyatakan bahawa telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w.
Maksudnya :
Apakah Addin itu ? Sabda Rasulullah, akhlak yang baik
Ini bererti bahawa akhlak itu dianggap sebagai rukun Islam samalah keadaannya dengan wukuf di pandang Arafah dalam bulan Haji berdasarkan kepada sabda Rasulullah:
“Haji itu (amal haji) ialah wukuf di Padang Arafah, Wukuf di padang Arafah adalah dianggap sebagai salah satu rukun amal haji, demikian juga keadaannya pada akhlak.
4. Islam menganggap bahawa akhlak yang baik adalah merupakan amalan yang utama dapat memberatkan neraca amal baik di akhirat kelak. Hal ini telah dinyatakan dengan jelasnya dalam hadis Rasulullah :
“Perkara yang lebih berat diletakkan dalam neraca hari akhirat ialah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”
Dari hadis ini jelas kepada kita bahawa timbangan amal baik kita di akhirat dapat ditambah beratnya dengan akhlak yang baik. Di samping itu kita ketahui juga bahawa akhlak dan takwa sama statusnya dari sudut ini, yang mana kedua-duanya merupakan perkara paling berat yang diletakkan dalam neraca akhirat.
5. Dalam ajaran Islam dinyatakan bahawa mereka yang berjaya memenangi kasih sayang Rasulullah dan mendapat sesuatu kedudukan yang hampir dengan Rasulullah pada hari akhirat ialah orang yang lebih baik akhlaknya. Dalam hadis Rasulullah s.a.w. telah bersabda :
Maksudnya :
Yang paling aku kasihi di antara kamu dan yang paling dekat kedudukannya padaku di hari akhirat orang yang paling baik akhlaknya di antara kamu”.
6. Dalam ajaran Islam juga dinyatakan bahawa akhlak adalah merupakan syarat untuk membebaskan diri dari azab nereka dan memenangi syurga. Dalam hadis Rasulullah s.a.w. telah dinyatakan bahawa telah berkata kepada Rasulullah :
Maksudnya :
Engkau sipulanah sentiasa berpuasa di siang hari dan bangun malam untuk sembahyang sunat tetapi beliau jahat akhlaknya, beliau sentiasa menyakiti jirannya. Rasulullah bersabda “Tiada kebaikan padanya, dia tergolong dalam golongan ahli neraka.
Jelas sekali dalam hadis ini bahawa ibadah puasa sunat dan sembahyang sunat di malam hari tidak dapat menebus dan menutup akhlak yang jahat, seperti yang berlaku kepada perempuan yang diceritakan dalam hadis di atas.
7. Rasulullah sentiasa berdoa kepada Allah supaya memperbaiki akhlaknya, sedangkan beliau tergolong dalam golongan mereka yang baik akhlaknya. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah dalam Surah Al-Qalam ayat 4 :
Maksudnya :
Sesungguhnya engkau berbudi perkerti agong.
Beliau sering berdoa :
Maksudnya :
Tuhanku, tunjukilah aku akhlak yang paling baik.
8. Allah telah memuji Rasulnya Muhammad S.A.W. kerana akhlaknya yang mulia, Firman Allah dalam surah Al-Qalam ayat 4 :
Maksudnya :
Sesungguhnya engkau berbudi pekerti agong.
Pujian yang berdasarkan kepada akhlak yan agong ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan akhlak pada pandangan Allah.
9. Banyak terdapat ayat-ayat Al-Quran yang menyentuh persoalan akhlak, baik dengan cara memerintah supaya berakhlak mulia atau menegah dari akhlak yang rendah dan keji sebagai contoh :
a. Berbudi baik kepada ibu bapa – Firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 83
Maksudnya :
Dan berbuat baik kepada kedua ibu bapa
b. Menunaikan janji – firman Allah dalam Surah Al-Israk ayat 34 :
Maksudnya :
Tunaikanlah janji sesungguhnya janji itu satu tanggungjawab.
c. Tegahan dari bersifat bakhil :
Maksudnya :
Dan jangan biarkan bangsa kamu berpunca dilengkok kamu dan banyak lagi contoh-contoh yang lain.
Akhlak mendapat kedudukan yang tinggi dalam Islam, ini dapat dilihat dari beberapa sebab:
1. Islam telah menjadikan akhlak sebagai illat (alasan) kenapa agama Islam diturunkan. Hal ini jelas dalam sabda Rasulullah :
Maksudnya :
Aku diutus hanyalah semata-mata untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.
2. Islam menganggap orang yang paling tinggi darjat keimanan ialah mereka yang paling mulia akhlaknya. Dalam hadis telah dinyatakan :
Maksudnya :
Telah dikatakan Ya Rasulullah, mukmin yang manakah paling afdhal imannya, Rasulullah s.a.w. bersabda orang yang paling baik akhlaknya antara mereka.
3. Islam telah mentakrifkan “Addin” dengan akhlak yang baik. Dalam hadis telah dinyatakan bahawa telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w.
Maksudnya :
Apakah Addin itu ? Sabda Rasulullah, akhlak yang baik
Ini bererti bahawa akhlak itu dianggap sebagai rukun Islam samalah keadaannya dengan wukuf di pandang Arafah dalam bulan Haji berdasarkan kepada sabda Rasulullah:
“Haji itu (amal haji) ialah wukuf di Padang Arafah, Wukuf di padang Arafah adalah dianggap sebagai salah satu rukun amal haji, demikian juga keadaannya pada akhlak.
4. Islam menganggap bahawa akhlak yang baik adalah merupakan amalan yang utama dapat memberatkan neraca amal baik di akhirat kelak. Hal ini telah dinyatakan dengan jelasnya dalam hadis Rasulullah :
“Perkara yang lebih berat diletakkan dalam neraca hari akhirat ialah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”
Dari hadis ini jelas kepada kita bahawa timbangan amal baik kita di akhirat dapat ditambah beratnya dengan akhlak yang baik. Di samping itu kita ketahui juga bahawa akhlak dan takwa sama statusnya dari sudut ini, yang mana kedua-duanya merupakan perkara paling berat yang diletakkan dalam neraca akhirat.
5. Dalam ajaran Islam dinyatakan bahawa mereka yang berjaya memenangi kasih sayang Rasulullah dan mendapat sesuatu kedudukan yang hampir dengan Rasulullah pada hari akhirat ialah orang yang lebih baik akhlaknya. Dalam hadis Rasulullah s.a.w. telah bersabda :
Maksudnya :
Yang paling aku kasihi di antara kamu dan yang paling dekat kedudukannya padaku di hari akhirat orang yang paling baik akhlaknya di antara kamu”.
6. Dalam ajaran Islam juga dinyatakan bahawa akhlak adalah merupakan syarat untuk membebaskan diri dari azab nereka dan memenangi syurga. Dalam hadis Rasulullah s.a.w. telah dinyatakan bahawa telah berkata kepada Rasulullah :
Maksudnya :
Engkau sipulanah sentiasa berpuasa di siang hari dan bangun malam untuk sembahyang sunat tetapi beliau jahat akhlaknya, beliau sentiasa menyakiti jirannya. Rasulullah bersabda “Tiada kebaikan padanya, dia tergolong dalam golongan ahli neraka.
Jelas sekali dalam hadis ini bahawa ibadah puasa sunat dan sembahyang sunat di malam hari tidak dapat menebus dan menutup akhlak yang jahat, seperti yang berlaku kepada perempuan yang diceritakan dalam hadis di atas.
7. Rasulullah sentiasa berdoa kepada Allah supaya memperbaiki akhlaknya, sedangkan beliau tergolong dalam golongan mereka yang baik akhlaknya. Sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah dalam Surah Al-Qalam ayat 4 :
Maksudnya :
Sesungguhnya engkau berbudi perkerti agong.
Beliau sering berdoa :
Maksudnya :
Tuhanku, tunjukilah aku akhlak yang paling baik.
8. Allah telah memuji Rasulnya Muhammad S.A.W. kerana akhlaknya yang mulia, Firman Allah dalam surah Al-Qalam ayat 4 :
Maksudnya :
Sesungguhnya engkau berbudi pekerti agong.
Pujian yang berdasarkan kepada akhlak yan agong ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan akhlak pada pandangan Allah.
9. Banyak terdapat ayat-ayat Al-Quran yang menyentuh persoalan akhlak, baik dengan cara memerintah supaya berakhlak mulia atau menegah dari akhlak yang rendah dan keji sebagai contoh :
a. Berbudi baik kepada ibu bapa – Firman Allah dalam surah Al-Baqarah ayat 83
Maksudnya :
Dan berbuat baik kepada kedua ibu bapa
b. Menunaikan janji – firman Allah dalam Surah Al-Israk ayat 34 :
Maksudnya :
Tunaikanlah janji sesungguhnya janji itu satu tanggungjawab.
c. Tegahan dari bersifat bakhil :
Maksudnya :
Dan jangan biarkan bangsa kamu berpunca dilengkok kamu dan banyak lagi contoh-contoh yang lain.
Dari penjelasan ini kita dapat membuat beberapa
kesimpulan :-
1. Akhlak amat penting dalam penghidupan manusia memandangkan besarnya pengaruh akhlak kepada tindak tanduk manusia, sehingga pada ketika-ketikanya nilai-nilai akhlak yang terdapat pada diri seseorang itu bertindak menjadi neraca penilai kepada sesuatu perbuatan.
2. Akhlak mendapat kedudukan yang tinggi pada pandangan Islam.
3. Sistem akhlak dalam Islam dapat membezakan dirinya dengan sistem akhlak yang lain melalui ciri-cirinya yang khusus.
4. Akhlak dapat dicapai dan dibentuk melalui daya usaha manusia sendiri melalui cara dan wasilah mencapai dan membentuk akhlak dalam diri.
PENUTUP
Dengan penjelasan ini juga kita telah mengetahui serba sedikit tentang sistem akhlak dalam Islam. Pengetahuan kita yang serba sedikit ini menuntut kita bertindak melakukan perlaksanaannya dalam kehidupan kita, kerana dengan mengetahui sahaja tanpa dituruti dengan tindakan perlaksanaan ianya tidak akan mendatangkan faedah yang diharapkan.
Oleh yang demikian kita berkewajipan bertindak melaksanakan tuntutan pengetahuan kita, kita mulakan dari diri kita, keluarga kita, masyarakat kita seterusnya negara kita. Andainya kita sungguh-sungguh dalam mengusahakan perlaksanaan ini Allah akan menolong kita. Firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 69 :
“Dan mereka yang berjihad pada (jalan) kami, kamu akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami” Itulah janji Allah, dan Allah tidak akan mungkin janji.
Dalam kita bertindak untuk melaksanakan tuntutan ini kita akan menghadapi tentangan dari masyarakat jahiliah yang berada disekeliling kita. Tentangan ini adalah menjadi sunnah Allah kepada hambanya, sebab itu Allah berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 2 :
“Apakah manusia menyangka bahawa mereka dibiarkan menyatakan “kami telah beriman” sedang mereka tidak akan diuji lagi”.
Ujian-ujian yang berupa tentangan ini harus kita hadapi demi membuktikan keimanan kita yang kuat kepada Allah. Moga-moga kita tergolong dalam golongan orang-orang yang baik dan mulia.
1. Akhlak amat penting dalam penghidupan manusia memandangkan besarnya pengaruh akhlak kepada tindak tanduk manusia, sehingga pada ketika-ketikanya nilai-nilai akhlak yang terdapat pada diri seseorang itu bertindak menjadi neraca penilai kepada sesuatu perbuatan.
2. Akhlak mendapat kedudukan yang tinggi pada pandangan Islam.
3. Sistem akhlak dalam Islam dapat membezakan dirinya dengan sistem akhlak yang lain melalui ciri-cirinya yang khusus.
4. Akhlak dapat dicapai dan dibentuk melalui daya usaha manusia sendiri melalui cara dan wasilah mencapai dan membentuk akhlak dalam diri.
PENUTUP
Dengan penjelasan ini juga kita telah mengetahui serba sedikit tentang sistem akhlak dalam Islam. Pengetahuan kita yang serba sedikit ini menuntut kita bertindak melakukan perlaksanaannya dalam kehidupan kita, kerana dengan mengetahui sahaja tanpa dituruti dengan tindakan perlaksanaan ianya tidak akan mendatangkan faedah yang diharapkan.
Oleh yang demikian kita berkewajipan bertindak melaksanakan tuntutan pengetahuan kita, kita mulakan dari diri kita, keluarga kita, masyarakat kita seterusnya negara kita. Andainya kita sungguh-sungguh dalam mengusahakan perlaksanaan ini Allah akan menolong kita. Firman Allah dalam surah Al-Ankabut ayat 69 :
“Dan mereka yang berjihad pada (jalan) kami, kamu akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami” Itulah janji Allah, dan Allah tidak akan mungkin janji.
Dalam kita bertindak untuk melaksanakan tuntutan ini kita akan menghadapi tentangan dari masyarakat jahiliah yang berada disekeliling kita. Tentangan ini adalah menjadi sunnah Allah kepada hambanya, sebab itu Allah berfirman dalam surah Al-Ankabut ayat 2 :
“Apakah manusia menyangka bahawa mereka dibiarkan menyatakan “kami telah beriman” sedang mereka tidak akan diuji lagi”.
Ujian-ujian yang berupa tentangan ini harus kita hadapi demi membuktikan keimanan kita yang kuat kepada Allah. Moga-moga kita tergolong dalam golongan orang-orang yang baik dan mulia.
Laman web @ bahan ttg Tazkiyyah al-Nafs
ConversionConversion EmoticonEmoticon