SIROSIS HATI
1. KONSEP DASAR
1.1 PENGERTIAN:
Sirosis hati
merupakan penyakit hati menahun yang ditandai dengan gambaran patologi berupa
fibrosis yang merata, pembentukan nodul-nodul parenkim hati disertai
menghilangnya gambaran lobulus hati yang normal. Pada penyakit ini terdapat
kerusakan sel-sel hati yang berakibat menghilangnya sel-sel tersebut secara
ekstensif dengan disertai kerusakan saluran pembuluh-pembuluh darah didalam
hati. (Hernomo, 1983)
1.2 ETIOLOGI:
- Hepatitis Virus
- Alkoholisme
- Penyakit metabolik ( hemokromatosis, penyakit Wilson, defisiensi alfa-1 antitripsin, Glikogenosis tipe IV, galaktosemi)
- Penyakit saluran empedu (sirosis bilier primer, obstruksi saluran empedu ekstrahepatik)
- Venous overflow obstruction (veno-occlusive disease, sindroma budd-Chiari)
- Racun dan obat-obatan (alkaloid pyrolizidine, Methotrexate, Oxyphenisatin, Alpa methyldopa)
- Operasi pintasan usus untuk obesitas.
1.3 PENGELOLAAN:
- Pengelolaan penderita sirosis yang kompensata ditujukan untuk mengenali sedini mungkin adanya tanda-tanda kegagalan faal hati.
- Dasar-dasar pemberian diet yang adekuat dengan menghindari alkohol harus dijelaskan pada penderita.
- Pemberian diet dengan protein sebanyak 1 gram/kg BB, kecuali bila ada malnutrisi.
- Diit rendah garam dan diuretika dapat diberikan pada penderita yang mempunyai sembab tungkai dan asites.
- Bila timbul tanda-tanda ensefalohepatik dibutuhkan diet rendah protein.
1.4 PATOFISIOLOGI
Pembentukan
nodul-nodul parenkhim hati, me¯ jumlah
sel-sel hati yang progresif,
meluasnya
jaringan fibrosis.
Perdarahan SMBA *
Varises esofagus & lambung
(hematemesis/melena) * Hipersplenisme
* Pada keadaan
lanjut Defisiensi
faktor-faktor pembekuan darah
( Pe PPT & PTT) à
Resiko perdarahan
Resistensi
thd insulin endogen à
Gangguan pada GTT
Hiperaldosteronisme
sekunder à dilutional hyponatremi
& hipokalemi
2. PENGKAJIAN
2.1. Data
demografi:
Pada umumnya
sebagian besar penderita sirosis hati berusia antara 40 dan 70 tahun, rata-rata
50 tahun. Pria pada umumnya lebih banyak terkena , terutama pada bentuk sirosis
alkoholik, kriptogenik dan hemokromatosis; sedang wanita lebih dominan pada
penyakit Wilson, sirosis bilier dan hepatitis kronik aktif.
2.2 Keluhan
utama:
Penyakit ini
dapat berjalan tanpa keluhan dan dapat juga dengan atau tanpa gejala klinik
yang jelas. Mula-mula timbul kelemahan badan, rasa cepat payah yang makin
menghebat, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, badan menguning
(ikterus), demam ringan, sembab tungkai dan pembesaran perut (asites).
2.3 Aktivitas
istirahat:
Kelemahan,
kelelahan.
2.4 Sistem
kardiovaskuler/Sirkulasi:
Riwayat
perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati menimbulkan
kegagalan hati). Disritmia, bunyi jantung tambahan (S3, S4). Vena abdomen
distensi.
2.5 Sistem
Pernapasan:
Dispnea,
takhipnea, pernapasan dangkal, bunyi napas tambahan. Ekspansi paru terbatas
disebabkan karena asites atau efusi pleura. Hipoksia. Napas berbau aseton.
2.6 Sistem
Pencernaan
Distensi abdomen
(hepatomegali, splenomegali, asites), nyeri tekan abdomen kuadran kanan atas.
Penurunan/tak adanya bising usus. Feses warna tanah liat, melena. Anoreksia,
tidak toleran terhadap makanan/tak dapat mencerna. Mual/muntah, penurunan berat
badan atau peningkatan karena cairan. Perdarahan gusi.
2.7 Sistem
perkemihan
Urine gelap,pekat.
2.8 Sistem
persarafan/Neurosensori:
Perubahan
kepribadian, penurunan mental: bingung, halusinasi, koma. Bicara lambat/tak jelas.
Asterik (ensefalopati hepatik)
2.9 Sistem
Endokrin
Seksualitas: gangguan menstruasi, ginecomasti, impoten. Atrofi
testis,
kehilangan
rambut ( dada, bawah lengan, pubis).
Resistensi thd
insulin endogen à
gangguan pada GTT (Glucosa Toleransi Test)
2.10 Sistem
Integumen:
Kulit kering, turgor buruk, ikterik, angioma palmaris, spider naevi,
pruritus,. edema umum pada jaringan.
2.11 Sistem
Muskuloskeletal:
Letargi,
penurunan massa otot/tonus (atropi
otot).
3. Pemeriksaan
diagnostik:
3.1 Laboratorik:
- Anemia ringan sampai berat, dengan penyebab perdarahanan SMBA akut atau menahun, defisiensi asam folat, hipersplenisme dan efek langsung dari alkohol terhadap sumsum tulang.
- Lekopeni, trombositopeni, timbul akibat hipersplenisme atau efek langsung pada sumsum tulang.
- Hiperbilirubiemia, karena gangguan seluler, ketidakmampuan hati untuk mengkonjunggasi, atau obstruksi bilier
- Peningkatan alkali fosfatase, karena penurunan ekskresi
- SGOT biasanya dibawah 250 unit, SGPT lebih rendah sampai normal
- Albumin menurun, karena penekanan sintesis
- Globulin meningkat, rasio albumin/globulin kurang dari 1.
- Pemeriksaan kwantitatif imunoglobulin menunjukkan peningkatan semua fraksi, terutama IgG.
- BUN meningkat, menunjukkan kerusakan darah/protein
- Pada keadaan lanjut bisa terjadi defisiensi faktor-faktor pembekuan darah dengan peningkatan PPT dan PTT.
- Kadar amonia darah meningkat, karena ketidakmampuan untuk berubah dari amonia menjadi urea, menunjukkan adanya gabungan kegagalan faal hati dan shunting dari darah portal ke sirkulasi sistemik.
- Gangguan pada GTT, menunjukkan adanya resistensi terhadap insulin endogen.
- Peningkatan diuresis pada pasien dengan asites dan sembab tungkai dapat menimbulkan dilutional hiponatremia dan hipokalemia, yang menunjukkan adanya hiperaldosternisme sekunder.
- Kalsium: mungkin menurun sehubungan dengan gangguan absorbsi vitamin D.
- Urobilinogen urine: ada/tidak ada. Sebagai penunjuk untuk membedakan penyakit hati, penyakit hemolitik, dan obstruksi bilier.
3.2 Biopsi hati,
untuk:
- Menetapkan morfologi sirosis,
- Menetapkan stadium aktivitas penyakit,
- Mendapatkan informasi tentang perjalanan penyakit dan komplikasinya seperti obstruksi saluran empedu intrahepatik dan timbulnya karsinoma hepatoseluler.
- Mengetahui respon penyakit terhadap pengobatan, dan
- Menetapkan dugaan faktor-faktor penyebabnya.
3.3 Pemeriksaan
endoskopik dan radiologik:
Dapat ditemukan
adanya varises esofagus.
4. DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1)
Nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan Diet tidak adekuat; ketidakmampuan untuk memproses/mencerna
makanan. Anoreksia, mual/muntah, tidak mau makan, mudah kenyang (asites).
Fungsi usus abnormal.
2)
Volume cairan: kelebihan
berhubungan dengan: gangguan mekanisme regukasi (contoh SIADH, penurunan
protein plasma, malnutrisi). Kelebihan natrium/masukan cairan.
3)
Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan: gangguan sirkulasi/status metabolik.
Akumulasi garam empedu pada kulit. Turgor kulit buruk, penonjolan tulang,
adanya edema, asites.
4)
Resiko tinggi pola pernapasan
tak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra abdomen (asites).
Penurunan ekspansi paru, akumulasi sekret. Penurunan energi, kelemahan.
5)
Resiko tinggi cedera (hemoragi)
berhubungan dengan profil darah abnormal: gangguan faktor pembekuan (penurunan
produksi protrombin, fibrinogen, dan faktor VIII, IX dan X; gangguan absorpsi
vitamin K dan pengeluaran tromboplastin). Hipertensi portal.
6)
Resiko tinggi terhadap
perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis: peningkatan
kadar amonia serum, ketidakmampuan hati untuk detoksikasi enzim/obat tertentu.
7)
Kurang pengetahuan tentang
kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan/mengingat, kesalahan interpretasi. Ketidakbiasaan terhadap
sumber-sumber informasi.
8)
Gangguan harga diri/citra tubuh
berhubungan dengan perubahan biofisika/gangguan penampilan fisik. Prognosis
yang meragukan, perubahan peran fungsi. Pribadi rentan.
5. RENCANA
KEPERAWATAN
DP 1 :
Nutrisi: kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Diet tidak adekuat; ketidakmampuan
untuk memproses/mencerna makanan. Anoreksia, mual/muntah, tidak mau makan,
mudah kenyang (asites). Fungsi usus abnormal.
Tujuan:
Menunjukkan
peningkatan berat badan progresif mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal.
Kriteria
evaluasi
Pasien tidak
mengalami tanda malnutrisi lebih lanjut.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Ukur masukan diet harian
dengan jumlah kalori.
·
Timbang sesuai indikasi.
Bandingkan perubahan status cairan, riwayat berat badan, ukuran kulit trisep.
·
Bantu dan dorong pasien untuk
makan, jelaskan alasan tipe diet. Bantu pasien makan bila pasien mudah lelah,
atau biarkan orang terdekat membantu pasien. Pertimbangkan pilihan makanan
yang disukai
·
Dorong pasien untuk makan
semua makanan/makanan tambahan.
·
Berikan makanan sedikit dan
sering.
·
Berikan tambahan garam bila
diizinkan; hindari yang mengandung amonium.
·
Batasi masukan kafein,
makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu dan terlalu panas atau terlalu
dingin.
·
Berikan makanan halus,
hindari makanan kasar sesuai indikasi.
·
Berikan perawatan mulut
sering dan sebelum makan.
·
Tingkatkan periode tidur
tanpa gangguan, khususnya sebelum makan.
·
Anjurkan menghentikan
merokok.
·
Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh glukosa serum, albumin, total protein, amonia.
·
Pertahankan status puasa bila
diindikasikan.
·
Konsul ahli diit untuk
memberikan diet tinggi dalam kalori dan karbohidrat sederhana, rendah lemak,
dan tinggi protein sedang; batasi natrium dan cairan bila perlu. Berikan
tambahan cairan sesuai indikasi.
·
Berikan makanan dengan
selang, hiperalimentasi, lipid sesuai indikasi.
·
Berikan obat sesuai indikasi,
misal: tambahan vitamin, tiamin, besi, asam fosfat,
·
Sink,
·
Enzim pencernaan, contoh:
pankreatin
·
Antiemetik.
|
·
Memberikan informasi tentang
kebutuhan pemasukan/defisiensi.
·
Mungkin sulit untuk
menggunakan BB sebagai indikator langsung status nutrisi karena ada gambaran
edema/asites. Lipatan kulit trisep berguna dalam mengkaji perubahan massa
otot dan simpanan lemak subcutan.
·
Diet yang tepat penting untuk
penyembuhan. Pasien mungkin makan lebih baik bila keluarga terlibat dan
makanan yang disukai sebanyak mungkin.
·
Pasien mungkin hanya makan
sedikit karena kehilangan minat pada makanan dan mengalami mual, kelemahan
umum, malaise.
·
Buruknya toleransi terhadap
makan banyak mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
abdomen/asites.
·
Tambahan garam meningkatkan
rasa makanan dan membantu meningkatkan selera makan; amonia potensial resiko
ensefalopati.
·
Membantu dalam menurunkan
iritasi gaster/diare dan ketidaknyamanan abdomen yang dapat mengganggu
pemasukan oral/pencernaan.
·
Perdarahan dari varises
esofagus dapat terjadi pada siriosis berat.
·
Pasien cenderung mengalami
luka atau perdarahan gusi dan rasa tak enak pada mulut dimana menambah
anoreksia.
·
Penyimpanan energi menurunkan
kebutuhan metabolik pada hati dan meningkatkan regenerasi seluler.
·
Menurunkan rangsangan gaster
berlebihan dan resiko iritasi /perdarahan.
·
Glukosa menurun karena
gangguan glikogenesis, penurunan simpanan glikogen, atau masukan takadekuat.
Protein menurun karena gangguan metabolisme, penurunan sintesis hepatik, atau
kehilangan kerongga peritonial (asites). Peningkatan kadar amonia perlu
pembatasan masukan protein untuk mencegah komplikasi serius.
·
Pada awalnya, pengistirahatan
GI diperlukan untuk menurunkan kebutuhan pada hati dan produksi amonia/urea
GI.
·
Makanan tinggi kalori
dibutuhkan pada kebanyakan pasien yang pemasukannya dibatasi, karbohidrat
memberikan energi siap pakai. Lemak diserap dengan buruk karena disfungsi
hati dann mungkin memperberat ketidaknyamanan abdomen. Protein diperlukan
pada perbaikan kadar protein serum untuk menurunkan edema dan untuk
meningkatkan regenerasi sel hati.
·
Mungkin diperlukan untuk diet
tambahan untuk memberikan nutrien bila pasien terlalu mual atau anoreksia
untuk makan atau varises esofagus mempengaruhi masukan oral.
·
Pasien biasanya kekurangan
vitamin karena diet yang buruk sebelumnya. Juga hati tidak dapat menyimpan
vit. A, B Komplek, D, dan K. Juga dapat terjadi kekurangan besi dan asam
fosfat yang menimbulkan anemia.
·
Meningkatkan rasa kecap/bau
yang dapat merangsang napsu makan.
·
Meningkatkan pencernaan lemak
dan dapat menurunkan steatore/diare.
·
Digunakan dengan hati-hati
untuk menurunkan mual/muntah dan meningkatkan masukan oral.
|
DP 2 :
Perubahan volume
cairan: kelebihan berhubungan dengan gangguan mekanisme regukasi (contoh SIADH,
penurunan protein plasma, malnutrisi). Kelebihan natrium/masukan cairan.
Tujuan: tidak
terjadi kelebihan cairan
Kriteria
evaluasi:
·
menunjukkan volume cairan
stabil
·
pemasukan dan pengeluaran
seimbang
·
berat badan stabil, tidak ada
edema
·
tanda vital dalam rentang
normal
Intervensi
|
Rasional
|
·
Ukur masukan dan haluaran,
catat keseimbangan positif. Timbang berat badan tiap hari dan catat
peningkatan lebih dari 0,5 kg/hari
·
Awasi TD dan CVP. Catat
JVD/distensi vena.
·
Auskultasi paru, catat
penurunan /tak adanya bunyi napas dan terjadinya bunyi tambahan.
·
Awasi disritmia jantung,
auskultasi bunyi jantung, catat terjadinya irama gallop S3/S4.
·
Kaji derajad perifer/edema
dependen.
·
Ukur lingkar abdomen
·
Dorong untuk tirah baring
bila ada asites.
·
Berikan perawatan mulut.
·
Awasi albumin serum dan
elektrolit (kalium & natrium).
·
Awasi seri foto dada.
·
Batasi natrium dan cairan
sesuai indikasi.
·
Berikan albumin bebas
garam/plasma ekspander sesuai indikasi.
·
Berikan obat sesuai indikasi:
misal diuretik (spironolakton/aldscton; furosemid/ lasix.
·
Kalium
·
Obat inotropik positif dan
vasodilatasi arterial.
|
·
Menunjukkan status volume
sirkulasi, terjadinya/perbaikan perpindahan cairan, dan respon terhadap
terapi. Peningkatan berat badan sering menunjukkan retensi cairan lanjut.
·
Peningkatan TD biasanya
berhubungan dengan kelebihan volume cairan tetapi mungkin tidak terjadi
karena perpindahan cairan keluar area vaskuler. Distensi juguler eksternal
dan vena abdominal sehubungan dengan kongesti vaskuler.
·
Peningkatan kongesti pulmonal
dapat mengakibatkan konsolidasi, gangguan pertukaran gas, dan komplikasi,
contoh: edema paru.
·
Mungkin disebabkan GJK,
penurunan perfusi arteri koroner, dan ketidak seimbangan elektrolit.
·
Perpindahan cairan pada
jaringan sebagai akibat retensi natrium dan air, penurunan albumin dan
penurunan ADH.
·
Menunjukkan akumulasi cairan
(asites) diakibatkan oleh kehilangan protein plasma/cairan kedalam area
peritoneal.
·
Dapat meningkatkan posisi
rekumben untuk diuresis.
·
Menurunkan rasa haus.
·
Penurunan albumin serum
mempengaruhi tekanan osmotik koloid plasma, mengakibatkan pembentukan edema.
Penurunan aliran darah ginjal menyertai peningkatan ADH dan kadar aldosteron
dan penggunaan diuretik dapat menyebabkan berbagai perpindahan/ketidak
seimbangan elektrolit.
·
Kongesti vaskuler, edema
paru, dan efusi pleural sering terjadi.
·
Natrium mungkin dibatasi
untuk meminimalkan retensi cairan dalam area ekstravaskuler. Pembatasan
cairan perlu untuk memperbaiki/mencegah hiponatremi.
·
Albumin mungkin diperlukan
untuk meningkatkan tekanan osmotik koloid dalam kompartemen vaskuler,
sehingga meningkatkan volume sirkulasi efektif dan penurunan terjadinya
asites.
·
Digunakan untuk mengontrol
edema dan asites. Mengambat efek aldosteron, meningkatkan eksresi air sambil
menghemat kalium, bila terapi konservatif dengan tirah baring dan pembatasan
natrium tidak mengatasi.
·
Kalium serum dan seluler
biasanya menurun karena penyakit hati sesuai dengan kehilangan urine.
·
Diberikan untuk meningkatkan
curah jantung/perbaikan aliran darah ginjal dan fungsinya, sehingga
menurunkan kelebihan cairan.
|
DP 3 :
Resiko tinggi
kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi/status
metabolik. Akumulasi garam empedu pada kulit. Turgor kulit buruk, penonjolan
tulang, adanya edema, asites.
Tujuan:
mempertahankan integritas kulit
Kriteria
evaluasi:
Pasien akan mengidentifikasi faktor resiko dan menunjukkan
perilaku/tehnik untuk mencegah kerusakan kulit.
Intervensi
|
Rasional
|
·
Lihat permukaan kulit/titik
tekan secara rutin. Pijat penonjolan tulang atau area yang tertekan terus
menerus. Gunakan losion minyak.
·
Ubah posisi pada jadwal
teratur, saat di kursi/tempat tidur, bantu dengan latihan rentang gerak
aktif/pasif.
·
Tinggikan ekstrimitas bawah.
·
Pertahankan sprei kering dan
bebas lipatan.
·
Gunting kuku jari hingga
pendek; berikan sarung tangan bila diindikasikan.
·
Berikan perawatan perineal
setelah berkemih dan defekasi.
·
Gunakan kasur bertekanan
tertentu, kasur karton telur, kasur air, kulit domba, sesuai indikasi.
·
Berikan losion kalamin.
Berikan kolestiramin (questran) bila diindikasikan.
|
DP4 :
Resiko tinggi pola pernafasan tak efektif berhubungan dengan
Pengumpulan cairan intra abdomen (asites). Penurunan ekspansi paru, akumulasi
sekret. Penurunan energi, kelemahan.
Tujuan:
Mempertahankan pola pernapasan efektif.
Kriteria
evaluasi:
Pasien akan bebas dispnea dan sianosis, dengan nilai BGA dan
kapasitas vital dalam rentang normal.
Intervensi
|
Rasional
|
·
Pernapasan dangkal
cepat/dispnea mungkin ada sehubungan dengan hipoksia dan atau akumulasi
cairan dalam abdomen.
·
Menunjukkan terjadinya
komplikasi, contoh: adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi cairan/sekresi,
tak ada /menurunnya bunyi atelektasis), meningkatkan resiko infeksi.
·
Perubahan mental dapat
menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan, yang sering disertai koma
hepatik.
·
Memudahkan pernapasan dengan
menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran aspirasi sekret.
·
Membantu ekspansi paru dan
memobilisasi sekret.
·
Menunjukkan timbulnya
infeksi, contoh pneumonia.
·
Menyatakan perubahan status
pernapasan, terjadinya komplikasi paru.
·
Mungkin perlu untuk
mengobati/mencegah hipoksia. Bila pernapasan /oksigenasi tidak adekuat,
ventilasi mekanik sesuai kebutuhan.
·
Menurunkan insiden
atelektasis, meningkatkan mobilitas sekret.
·
Kadang-kadang dilakukan untuk
membuang cairan asites bila keadaan pernapasan tidak mebaik dengan tindakan
lain.
·
Bedah penanaman kateter untuk
mengembalikan akumulasi cairan dalam abdomen ke sistem sirkulasi melalui vena
kava, memberikan penghilangan asites jangka panjang dan memperbaiki fungsi
pernapasan.
|
Daftar pustaka
Carpenito L.J. (1999). Diagnosa Keperawatan, Edisi 8. EGC
Doenges M.E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
EGC.
Hernomo O.K. (1983). Pengelolaan Perdarahan Masif Varices
Esofagus Pada Sirosis Hati. Airlangga University Press.
Standar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
ASUHAN KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN:
1.1 Identitas
Nama :
Tn. M.Y.
Umur : 60
tahun
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia.
Agama :
Islam
Alamat :
Sidomukti RW 4 / RT 2, Gresik.
Pekerjaan :
pensiunan TNIAL
Pendidikan : SLTA
Tgl.MRS : 24
Nopember 2001, Tgl. Pengkajian : 26 Nopember 2001
Diagnosa Medik : Sirosis
Hati, Hematemesis Melena, Effusi Pleura Dextra.
1.2 Alasan MRS :
klien muntah darah 3x , warna merah, jumlah ± 1 gelas (200
cc). Berak darah 4x warna hitam, kental,
berlendir.
1.3 Riwayat penyakit sekarang:
·
Satu bulan sebelum MRS, klien
dirawat di R.Interne I dengan keluhan
b.a.b seperti petis dan b.a.k warna
seperti teh, tetapi beberapa hari kemudian urine kembali normal.
·
Tiga bulan sebelum MRS klien
dirawat di R.Tropik karena mencret >
6x, warna kuning, klien merasa sesak.
1.4 Riwayat penyakit dahulu:
Tiga tahun yang lalu, Klien pernah sakit kuning dan dirawat di RSUD
Dr. Sutomo selama 2 minggu. Tahun 2000 klien kembali dirawat di RSUD Dr. Sutomo
dengan keluhan sulit b.a.k, b.a.k sedikit-sedikit dan warnanya seperti teh.
Riwayat DM (+) , HT (-).
1.5 Riwayat penyakit keluarga:
Klien merupakan anak tunggal, ayah dan ibu sudah meninggal, Ibu
menderita DM.
1.6 Perilaku tidak sehat:
Klien merokok ± 1 pak
perhari, minum alkohol tetapi tidak terlalu sering.
1.7 Observasi dan pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: tampak lemah
BB: 60 kg, TB: 168 Cm
Pengkajian Body sistem
1). Pernapasan
Pernapasan melalui hidung, bentuk dada simetris, klien mengeluh
sesak, RR 28x/menit , wheezing +/+, Ronchi -/-, hasil thorax foto: ada pleural
efusion. Klien menggunakan oksigen 2 l/menit.
2). Kardiovaskuler/sirkulasi:
S1, S2 tunggal, tidak ada suara tambahan, hasil EKG: irama sinus 75
x/menit.
Suhu: 36,5 C, nadi: 64x/menit, tekanan darah: 90/60, tidak ada edema
tungkai.
3). Persarafan/neurosensori:
Kesadaran komposmentis (GCS: 4 – 5 – 6), pendengaran agak berkurang
4). Perkemihan – Eliminasi uri
Klien terpasang dower kateter, produksi urine: warna kuning jernih,
produksi urine 1100 cc/24 jam.
5). Pencernaan – Eliminasi alvi
Klien mengeluh nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan atas. Diet
bubur susu klien hanya makan seperempat porsi makanan yang dihidangkan,
mengeluh perut terasa sebah mual, rasa mau muntah, tidak ada nafsu makan
/anoreksia. B.a.b mencret > 5 kali warna hitam,
6). Tulang – otot – integumen:
Kemampuan pergerakan sendi tidak ada gangguan, akral hangat, turgor
cukup, kulit kering, warna kulit ikterik, ada spider nevi pada kedua telapak
tangan, penurunan massa otot/tonus (+). Klien mengeluh kedua kaki terasa sakit
(cekot-cekot). Klien mengeluh badan terasa lemas.
1.8 Pemeriksaan laboratorium:
Hb: 10,3 gr/dl. Leko:
16,3. Trombo: 40. PCV: 0,31. GDA: 111. SGOT: 102. BUN: 56. S.Creatinin: 3,40.
Cairan pleura glukosa: 104 mg/dl,
cairan pleura protein: 1,73 gr/dl.
1.9 Terapi:
Cefotaxim 3x 1 gr IV, Vit.K 3x 1 ampul IV, Lactulose 3x CII, Antacid 3x CII.
Infus: Nacl 0,9% 14 tetes/menit.
2. ANALISA DATA
Data
|
Kemungkinan penyebab
|
Masalah
|
DS: klien mengeluh sesak.
DO:
klien tampak sesak,
RR: 28x/menit, Wheezing +/+, Ronchi -/-
Thorak foto: pleural efusion
|
Akumulasi cairan didalam rongga pleura.
|
Pola pernapasan tidak efektif
|
DS:
klien mengatakan b.a.b mencret > 5 x warna hitam.
Klien mengeluh badan terasa lemas.
DO:
feses warna hitam, bising usus . Hb 10,3, trombo 40, TD: 90/60, nadi: 64x/menit. Akral hangat,
kulit kering.
|
Perdarahan saluran makan bagian atas.
|
Resiko tinggi terjadi gangguan sirkulasi.
|
DS:
klien mengeluh mual, rasa
mau muntah, tidak ada nafsu makan.
DO:
Diet bubur susu, klien hanya makan seperempat porsi makanan yang
dihidangkan.
|
Diet tidak adekuat
|
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
- Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan akumulasi cairan didalam rongga pleura yang ditandai klien tampak sesak, RR 28x/menit.
- Resiko tinggi terjadi gangguan sirkulasi berhubungan dengan perdarahan saluran makan bagian atas
- Resiko perubahan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diet tidak adekuat, anoreksia, mual.
4. RENCANA TINDAKAN
DP 1: Pola pernapasan tidak efektif berhubungan dengan akumulasi
cairan didalam rongga pleura yang ditandai klien tampak sesak, RR 28x/menit,
Wheezing +/+.
Tujuan:
Setelah
dilakukan tindakan perawatan pola pernapasan efektif dalam waktu 2x24 jam.
Kriteria evaluasi:
Klien bebas dari
dispnea, tidak sianosis, dengan nilai BGA dan kapasitas vital dalam rentang
normal.
Intervensi
|
Rasional
|
·
Pernapasan dangkal
cepat/dispnea mungkin ada sehubungan dengan hipoksia dan atau akumulasi
cairan dalam paru. Adanya bunyi tambahan menunjukkan akumulasi
cairan/sekresi,
·
Perubahan mental dapat
menunjukkan hipoksemia dan gagal pernapasan, yang sering disertai koma
hepatik.
·
Memudahkan pernapasan dengan
menurunkan tekanan pada diafragma dan meminimalkan ukuran aspirasi sekret.
·
Membantu ekspansi paru dan
memobilisasi sekret.
·
Menyatakan perubahan status
pernapasan, terjadinya komplikasi paru.
Untuk mencegah
hipoksia.
|
DP 2: Resiko tinggi terjadi gangguan sirkulasi berhubungan dengan
perdarahan saluran makan bagian atas
Tujuan: selama dalam perawatan klien tidak terjadi gangguan
sirkulasi .
Kriteria:
Tidak ada tanda-tanda hipovolemik syok, TD dalam batas normal (
110/70), Nadi 60 – 80 x/menit. Tidak terjadi hipoksia. Akral hangat. Hb ³ 10 gr%
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Pantau tanda-tanda vital tiap
2 jam
·
Pantau adanya perdarahan
saluran makan bagian atas
·
Pantau dan catat perubahan
tingkat kesadaran
·
Pantau Hb/ht dan faktor
pembekuan
·
Berikan obat sesuai program
dokter: Vit. K 3x1ampul iv.
|
·
Peningkatan nadi dengan
penurunan tekanan darah dapat menunjukkan kehilangan volume darah sirkulasi,
memerlukan evaluasi lanjut.
·
Traktus GI merupakan sumber
perdarahan sehubungan dengan mukosa yang mudah rusak dan gangguan dalam
haemostasis karena sirosis.
·
Perubahan dapat menunjukkan
penurunan perfusi jaringan serebral sekunder terhadap hipovolemia,
hipoksemia.
·
Indikator anemia, perdarahan
aktif atau terjadinya komplikasi.
·
Meningkatkan sintesis
protrombin dan koagulasi
|
DP 3: Resiko
perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diet tidak
adekuat, anoreksia, mual.
Tujuan:
Kebutuhan
nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan tubuh.
Kriteria evaluasi - pasien akan:
·
Menunjukkan peningkatan berat
badan dan nilai laboratorium normal.
·
Tidak mengalami tanda
malnutrisi lebih lanjut.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
·
Ukur masukan diet harian
dengan jumlah kalori 2100 kal. Konsul ahli diit untuk memberikan diet 2100
kalori.
·
Bantu dan dorong pasien untuk
makan, jelaskan alasan tipe diet. Bantu pasien makan bila pasien mudah lelah,
atau biarkan orang terdekat membantu pasien.
·
Dorong pasien untuk makan
semua makanan yang dihidangkan.
·
Berikan makanan sedikit dan
sering.
·
Hindari makanan yang
mengandung amonium.
·
Hindari makanan yang menghasilkan
gas atau berbumbu dan terlalu panas atau terlalu dingin.
·
Berikan makanan halus,
hindari makanan kasar sesuai indikasi.
·
Berikan perawatan mulut
sebelum dan sesudah makan.
·
Anjurkan menghentikan
merokok.
·
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium, contoh glukosa
serum, albumin, total protein, amonia.
·
Berikan antasida 1 jam
sebelum makan
|
·
Memberikan informasi tentang
kebutuhan pemasukan/defisiensi.
·
Diet yang tepat penting untuk
penyembuhan. Pasien mungkin makan lebih baik bila keluarga terlibat.
·
Pasien mungkin hanya makan
sedikit karena kehilangan minat pada makanan dan mengalami mual, kelemahan
umum, malaise.
·
Buruknya toleransi terhadap
makan banyak mungkin berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
abdomen/asites.
·
Amonia potensial resiko
ensefalopati.
·
Membantu dalam menurunkan
iritasi gaster/diare dan ketidaknyamanan abdomen yang dapat mengganggu
pemasukan oral/pencernaan.
·
Perdarahan dari varises
esofagus dapat terjadi pada siriosis berat.
·
Pasien cenderung mengalami
luka atau perdarahan gusi dan rasa tak enak pada mulut dimana menambah
anoreksia.
·
Menurunkan rangsangan gaster
berlebihan dan resiko iritasi /perdarahan.
·
Glukosa menurun karena
gangguan glikogenesis, penurunan simpanan glikogen, atau masukan takadekuat.
Protein menurun karena gangguan metabolisme, penurunan sintesis hepatik, atau
kehilangan kerongga peritonial (asites). Peningkatan kadar amonia perlu
pembatasan masukan protein untuk mencegah komplikasi serius.
·
Untuk menurunkan kadar HCL
didalam lambung.
|
5. TINDAKAN KEPERAWATAN dan EVALUASI
Diagnosa
|
Tgl/jam
|
Tindakan
|
Evaluasi
|
Pola
pernapasan tidak efektif b.d akumulasi cairan didalam rongga pleura ditandai
klien mengeluh sesak, RR 28x/ menit. Wheezing +/+
|
26/11/01
07.00
07.30
09.00
11.00
13.00
|
26/11/01
Jam 14.00
S:
klien
mengatakan masih terasa sesak
A:
Masalah belum teratasi
P:
Rencana tindakan dilanjutkan
|
|
Resiko terjadi gangguan sirkulasi b.d perdarahan SMBA .
|
26/11/01
07.00
09.00
11.00
12.00
13.00
14.00
|
·
Memantau TD: 90/60, Nadi:
64x/menit
·
Memantau adanya perdarahan
saluran makan bagian atas, diare (+) warna hitam.
·
Memantau TD: 95/65, Nadi:
76x/menit, diare (+) warna hitam.
·
Memantau TD: 95/60, Nadi:
76x/ menit
·
Memeriksa Hb: 10,6 gr%
·
Memberikan injeksi Vit. K 1
amp iv, antasida 2 sendok makan.
·
Mengobservasi TD: 110/70,
Nadi: 78x/menit
·
Klien b.a.b (+) warna hitam.
|
26/11/01 Jam 14.00
S:
Keluarga mengata kan klien masih diare 3 x, feses
warna hitam, tidak muntah.
TD: 110/70,
Nadi:
78x/menit
Hb: 10,6 gr%
A:
Masalah belum teratasi
P:
Rencana tindakan dilanjutkan
|
Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d diet
tidak adekuat, anoreksia, mual.
|
26/11/01
07.00
07.30
08.00
09.00
11.30
12.00
|
·
Memberikan antasida 2 sendok
sebelum makan
·
Memberikan makanan halus,
membantu / menyuap pasien untuk makan, dan memberi penjelasan alasan tipe
diet.
·
Memberi motivasi pasien untuk
menghabiskan makanan yang dihidangkan.
·
Menganjurkan keluarga untuk
memberikan makanan sedikit tetapi sering.
·
Menjelaskan kepada pasien dan
keluarga untuk menghindari makanan yang menghasilkan gas atau berbumbu dan
terlalu panas atau terlalu dingin, menganjurkan klien untuk berhenti merokok
·
Membantu klien melakukan
perawatan mulut sesudah makan.
·
Memberikan antasida 2 sendok
sebelum makan
·
Memberikan makanan halus,
membantu / menyuap pasien untuk makan.
·
Memberi motivasi pasien untuk
menghabiskan makanan yang dihidangkan. Klien makan ½ porsi.
|
26/11/01 jam 14.00
S:
klien mengeluh
masih mual .
O:
klien tidak mengha biskan makanan yg dihidangkan (pagi 1/2 porsi,
siang ½ porsi)
A:
masalah belum teratasi
P:
rencana tindakan dilanjutkan.
|
TINDAKAN KEPERAWATAN dan EVALUASI (lanjutan)
Diagnosa
|
Tgl/jam
|
Tindakan
|
Evaluasi
|
Pola
pernapasan tidak efektif b.d akumulasi cairan didalam rongga pleura ditandai
klien mengeluh sesak, RR 28x/ menit. Wheezing +/+
|
27/11/01
07.00
07.30
09.00
11.00
|
27/11/01
Jam 09.00
S:
klien mengatakan
masih terasa sesak
A:
Masalah belum teratasi
P:
Rencana tindakan dilanjutkan. (klien dipindahkan ke Ruang Interne
I)
|
|
Resiko terjadi gangguan sirkulasi b.d perdarahan SMBA .
|
27/11/01
07.00
09.00
|
·
Memantau TD: 110/60, Nadi:
80x/menit
·
Memantau adanya perdarahan
saluran makan bagian atas, diare (+) warna kuning kecoklatan.
·
Memantau TD: 110/60, Nadi:
76x/menit, diare (+) warna kuning kecoklatan.
·
Memeriksa Hb: 10,6 gr%
|
27/11/01 Jam 09.00
S:
Keluarga mengata kan klien masih diare 3 x, feses
warna kuning kecoklatan, tidak muntah.
TD: 110/60,
Nadi:
78x/menit
Hb: 10,6 gr%
A:
Tidak terjadi gangguan sirkulasi
P:
Rencana tindakan dipertahankan. Klien dipindahkan ke ruang Interne
I)
|
Resiko perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d diet
tidak adekuat, anoreksia, mual.
|
27/11/01
07.00
07.30
08.00
09.00
|
·
Memberikan antasida 2 sendok
sebelum makan
·
Memberikan makanan halus,
membantu / menyuap pasien untuk makan, Memberi motivasi pasien untuk
menghabiskan makanan yang dihidangkan.
·
Menganjurkan keluarga untuk
memberikan makanan sedikit tetapi sering.
·
Membantu klien melakukan
perawatan mulut sesudah makan.
|
27/11/01 jam 09.00
S:
klien mengeluh masih mual .
O:
klien tidak menghabiskan makanan yang dihidangkan (makan 1/2
porsi)
A:
masalah belum teratasi
P:
rencana tindakan dilanjutkan. Klien dipindahkan ke ruang Interne
I.
|
KOMPETENSI
TINDAKAN KEPERAWATAN
TGL
|
KEGIATAN
|
PEMBIMBING
|
26/11/01
27/11/01
28/11/01
29/11/01
30/11/01
|
·
Melakukan pengkajian pada Tn
Moch. Yahya, diagnosa medik Sirosis Hati, Hematemesis Melena, Pleural
Efusion. Menentukan diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan dan
melaksanakan tindakan keperawatan: Mengobservasi TTV, menilai tingkat
kesadaran(GCS). PKM tentang nutrisi pada klien sirosis hati.
·
Melakukan kumbah lambung, memberikan
transfusi dan pemantauan reaksi transfusi pada Tn. Toni dan Ny. Nyoman
,diagnosa medik Gastritis erosiva, Hematemesis Melena
·
Melakukan observasi TTV dan
Balans cairan pada klien Tn. Komarudin dengan diagnosa medik AGGK.
·
Melakukan pengkajian pada Ny.
Atik dengan diagnosa medik Intoksikasi IFO, memberikan injeksi Diasepam IV.
·
Memberikan Insulin injeksi
Subcutan dan memberikan makan personde pada Ny. Asmilah dengan Diagnosa medik
DM post Hipoglikemia.
·
Memberikan PKM tentang
pembatasan cairan pada klien Tn Komarudi dengan diagnosa medik AGGK,
memberikan obat: Nifedipin 10 mg, Capoten 12,5 mg, HCT 25 mg.
·
Memberikan PKM persiapan
endoskopy pada TN Tony.
·
Melakukan kumbah lambung,
memberikan transfusi dan melakukan pemantauan reaksi transfusi pada Tn. Toni
dengan diagnosa medik Sirosis Hati, Hematemesis Melena
·
Melakukan kumbah lambung,
memberikan transfusi dan melakukan pemantauan reaksi transfusi pada Tn.
Muchdom dengan diagnosa medik Sirosis Hati, Hematemesis Melena
·
Melakukan observasi, memasang
infus dan memberikan Nabic pada Ny. Saodah dengan diagnosa medik KAD.
·
Memberikan PKM tentang
Nutrisi dan tanda-tanda hipoglikemi pada Ny. Uripah dengan diagnosa medik DM
post Hipoglikemi.
|
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon