Mengenal
Sindrom Asperger
|
||||||||||||||
Sindrom Asperger merupakan kekacauan perkembangan yang mempengaruhi kemampuan seorang anak untuk bersosialisasi dan berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Anak-anak dengan sindrom asperger menunjukkan kejanggalan sosial yang khas dan menunjukkan ketertarikan pada suatu topik pembicaraan tertentu . Perkiraan konservatif menunjukkan 2 dari 10.000 anak-anak mempunyai sindrom asperger, dan telah ditemukan tiga sampai empat kali anak laki-laki yang mempunyai kekacauan seperti ini berlaku seperti perempuan. Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk sindrom asperger, tetapi perlakuan yang baik dapat membantu anak-anak untuk belajar bagaimana bergaul lebih baik dengan teman sebayanya. Tanda-tanda yang terlihat dari sindrom asperger antara lain :
Ketika orang berbicara, umumnya mereka menggunakan bahasa tubuh seperti senyuman dan komunikasi nonverbal lainnya, dan juga kata-kata yang dikeluarkan oleh mereka cenderung memiliki lebih dari satu buah makna. Seorang penderita sindrom Asperger memiliki kesulitan untuk memahami bentuk-bentuk komunikasi non-verbal serta kata-kata yang memiliki banyak arti seperti itu, dan mereka hanya memahami apa arti kata tersebut, seperti yang ia pahami di dalam kamus. Para penderita sindrom Asperger tidak mengetahui bagaimana memahami ironi, sarkasme, dan penggunaan bahasa slang, apalagi memahami mimik muka/eskpersi orang lain. Mereka juga tidak tahu bagaimana caranya untuk bersosialisasi dengan orang lain dan cenderung menjadi pemalu. Para dokter melihat sindrom Asperger sebagai sebuah bentuk autisme. Seringnya, disebut sebagai "autisme yang memiliki banyak fungsi/high-functioning autism". Hal ini berarti setiap penderita sindrom Asperger terlihat seperti halnya bukan seorang autis, tetapi ketika dilihat, otak mereka bekerja secara berbeda dari orang lain. Para dokter juga sering mengambil kesimpulan yang salah mengenai sindrom Asperger setelah mendiagnosis penderitanya, dan memvonisnya sebagai pengidap skizofrenia, ADHD, sindrom Tourette atau kelainan mental lainnya. Bagian otak yang memiliki kaitan untuk melakukan hubungan sosial dengan orang lain juga sebenarnya mengontrol bagaimana tubuh bergerak dan juga keseimbangan tubuh. Karena itu, seorang penderita sindrom Asperger mungkin mengalami masalah yang melibatkan pergerakan tubuh, seperti halnya olah raga, atau bahkan jalan kaki, yang kadang-kadang sering terpeleset. Mereka juga memiliki kebiasaan grogi/nervous. Para penderita sindrom Asperger cenderung lebih baik dibandingkan orang-orang lain dalam beberapa hal seperti matematika dan hitung-hitungan, tulisan serta pemrograman komputer. Banyak Penderita sindrom Asperger memiliki cara penulisan yang lebih baik dibandingkan dengan cara mereka berbicara dengan orang lain. Mereka juga memiliki sebuah minat yang khusus yang mereka tekuni dan bahkan mereka menekuninya sangat detail, serta mereka justru menemukan hal-hal kecil yang orang lain sering melewatkannyahttp://id.wikipedia.org/wiki/Sindrom_Asperger |
Makna, Penyebab
dan Penanganan untuk Anak ASPERGER
Lorna Wing adalah
tokoh pertama yang menggunakan istilah Sindrom Asperger dalam sebuah makalah
yang dipublikasikan pada 1981. Ia menggambarkan sekumpulan anak dan orang
dewasa yang memiliki karakteristik kecakapan dan perilaku yang untuk pertama
kali dijelaskan oleh seorang pediatrik yang berasal dari Wina, Hans
Asperger. Dalam tesis doktoral yang dipublikasikan pada 1944, Hans
Asperger menggambarkan empat anak laki-laki yang benar-benar tidak lazim dalam
kemampuan berinteraksi, linguistik, dan kognitifnya. Pada tahun 1990-an,
Sindrom Asperger dipandang sebagai sebuah varian autisme dan kelainan
perkembangan pervasif, yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi perkembangan
kecakapan dalam rentang yang luas. Kini, Sindrom Asperger dianggap sebagai
suatu subkelompok dalam spektrum autistik dan memiliki kriteria diagnostik
tersendiri (Attwood, 2002).Para pengidap Sindrom Asperger mempersepsi dunia secara berbeda. Bagi mereka, semua orang sangat aneh dan membingungkan. Cara mereka dalam mempersepsi dunia kerap membawa mereka ke hal yang bertentangan dengan cara-cara berpikir, berperasaan, dan berperilaku yang konvensional (Attwood, 2002).
Kesulitan anak Asperger dalam besosialisasi dapat membuat mereka menjadi sangat stres di sekolah. Banyak kendala yang akan ditemukan pada saat anak Asperger memasuki masa remaja Untuk menghadapi hal tersebut, orang tua disarankan untuk segera mencari ahli profesional untuk melakukan intervensi yang diperlukan sesegera mungkin dengan berterus terang kepada guru atau kepala sekolah dan membawa referensi dari ahli tersebut.
Tanpa pemberitahuan dari orang tua, pihak sekolah, dan teman-teman sebaya, anak-anak Asperger sulit untuk mengetahui bahwa mereka berbeda. Hal inilah yang biasanya dapat menjadi pemicu terjadinya masalah serius pada anak Asperger. Mereka membutuhkan bantuan untuk menemukan cara beradaptasi dengan dunia sebagaimana mestinya, sehingga mereka dapat memanfaatkan keterampilan khususnya secara konstruktif, menggunakan keterampilan-keterampilan tertentu tanpa berkonflik dengan orang lain, dan sebisa mungkin mampu mencapai kemandirian pada tingkat tertentu dalam kehidupan orang dewasa serta hubungan sosial yang positif (Attwood, 2002).
Apakah Sindrom Asperger (asperger syndrome/AS) berbeda dengan Autism?
Menurut Ibu Endang Widyorini dari Pusat Keberbakatan Universitas Soegijapranata Semarang, Sindrom Asperger adalah sindrom yang mempunyai kecenderungan menyerupai pola perilaku para penderita autis di mana mereka susah berkomunikasi dan berinteraksi sosial namun penderita sindrom ini mempunyai intelegensi dan kemampuan verbal yang normal. Artinya, mereka sehat-sehat saja dan tidak mengalami keterbelakangan mental seperti kebanyakan anak-anak autis
Penderita sindrom Asperger rata-rata memiliki gramatikal dan vocabulary yang cukup baik pada masa awal pertumbuhannya. Hanya saja mereka tidak bisa menerapkan bahasa secara harafiah dan kontekstual atau dengan kata lain tidak mempunyai kemampuan mengungkapkan pesan melalui penggunaan bahasa dengan lancar sehingga mereka susah diterima oleh komunitas sosial. Kita tidak bisa mengerti dan memahami apa yang ingin disampaikannya karena penderita sindrom ini memiliki gangguan sistem saraf sehingga mereka tidak mempunyai koordinasi yang baik untuk berkomunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang tidak bisa berbahasa dengan lancar, terdengar kaku, sangat formal . Tidak jarang dari mereka mempunyai potensi tersembunyi dalam dirinya dan bahkan mungkin lebih jenius ketimbang orang normal
.Penyebab Asperger
Menurut Attwood (2002), hal-hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki gangguan Asperger, antara lain:
· Gangguan pada saat kelahiran atau kehamilan
· NeurologisSindrom Asperger merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengacu pada disfungsi struktur dan sistem dalam otak.
Penanganan untuk anak Asperger
Menurut Attwood (2002), ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala-gejala yang dimunculkan oleh seseorang yang mengalami gangguan Asperger, antara lain:
1) Bila ada gangguan perilaku sosial, pelajari cara untuk:
- Mengawali, memelihara, dan mengakhiri permainan kelompok
- Bersikap fleksibel, kooperatif, dan mau bebagi
- Mempertahankan kesendirian tanpa mengganggu orang lain
· Doronglah seorang teman untuk bermain dengan anak di rumah
· Daftarkan anak di perkumpulan-perkumpulan atau kelompok-kelompok
· Ajari anak untuk mengamati anak-anak lain untuk menunjukkan hal yang harus dilakukan
· Doronglah permainan-permainan yang kompetitif dan kooperatif
· Doronglah anak untuk menjalin persahabatan yang prospektif
· Sediakan hiburan di saat-saat istirahat
· Sediakan guru pendamping
Gunakan kisah-kisah tentang sosial untuk memahami petunjuk-petunjuk dan tindakan-tindakan bagi situasi-situasi sosial tertentu
2) Bila ada masalah bahasa, bantu anak untuk pelajari :
- Komentar-komentar pembuka yang tepat
- Cara untuk mencari bimbingan ketika mengalami kebingungan
· Ajari petunjuk-petunjuk tentang saat untuk membalas, menginterupsi, atau mengubah topik
· Berbisiklah di telinga anak tentang ucapan yang harus dikatakan kepada orang lain
· Gunakan kisah-kisah tentang bermasyarakat dan percakapan dalam bentuk komik sebagai suatu representasi lisan atau piktoral pada tingkat komunikasi yang berbeda
· Ajarkan bagaimana memodifikasi tekanan, irama, dan nada untuk menekankan kata-kata kunci dan emosi-emosi terkait
3) Pada masalah minat dan rutinitas :
· Ajari konsep waktu dan jadwal untuk menunjukkan rangkaian aktivitas
· Kurangi tingkat kecamasan anak 4) Masalah koordinasi motorik yang kikuk, bantu anak untuk :
· Memperbaiki keterampilan-keterampilan menangkap dan melempar bola sehingga anak bisa turut bermain bola
· Menggunakan perangkat permainan di taman bermain dan tempat berolahraga
· Pengawasan dan dorongan untuk memperlambat tempo gerakan
· Merujuk pada ahli kesehatan yang relevan 5) Pada masalah kognisi, Bantu anak untuk :
· Belajar memahami perspektif dan pikiran-pikiran orang lain dengan menggunakan permainan peran dan instruksi-instruksi
· Dorong anak untuk berheni memikirkan perasaan orang lain sebelum mereka bertindak atau berbicara
· Belajar untuk meminta pertolongan, terkadang menggunakan sebuah kode rahasia
· Periksa apakah anak menggunakan strategi yang tidak konvensional dalam membaca, menulis, atau berhitung
· Hindari kritik dan omelan 6) Masalah kepekaan sensoris
· Minimalkan bunyi yang ada di sekitar kita, khususnya bila sejumlah orang berbicara pada waktu yang sama
· Lakukan terapi integrasi sensoris
· Kurangi sensitivitas pada area tertentu dengan menggunakan pemijatan dan vibrasi
· Hindari cahaya yang terlalu terang
· Dorong anak untuk melaporkan rasa sakit yang dialami tubuhnya
sumber:
- Gina Al – Ilmi, S.Psi. http://www.apsi-himpsi.org/Artikel/WJakarta,
Autisme seakan-akan jadi momok menakutkan bagi banyak orang tua. Tidak heran,
karena jumlah angka penderitanya di seluruh dunia terus meningkat, termasuk di
Indonesia. Meskipun belum ada angka pasti yang menyebutkan penderita autis di
Indonesia.
Nyatanya tidak hanya penderitanya saja yang bertambah, kini varian
autisme juga semakin banyak diketahui. Sindrom asperger merupakan salah satu
varian autisme yang lebih ringan dibandingkan kasus autisme klasik.
Gangguan Asperger berasal dari nama Hans Asperger, seorang dokter
spesialis anak asal kota Wina, Austria. Pada tahun 1940, Asperger ialah orang
pertama yang menggambarkan pola perilaku khusus pada pasien-pasiennya, terutama
pasien laki-laki.
Asperger memperhatikan, meskipun anak laki-laki tersebut memiliki
tingkat intelegensia yang normal serta kemampuan bahasa yang baik, namun mereka
memiliki kekurangan dalam kemampuan bersosialisasi. Umumnya mereka tidak mampu
berkomunikasi secara efektif serta kemampuan koordinasi yang kurang baik.
Sindrom asperger banyak disebut sebagai varian dari autisme yang lebih
ringan. Para ahli mengatakan, pada penderita sindrom asperger memiliki kondisi
struktural otak secara keseluruhan lebih baik dibandingkan pada penderita
autisme.
Menurut Clinical Assistant Professor of Pediatrics Jefferson Medical
College Philadelphia, Susan B. Stine, MD karakter dari anak-anak yang mengalami
sindrom asperger ialah kurangnya kemampuan berinteraksi sosial, pola bicara
yang tidak biasa dan tingkah laku khusus lainnya.
Kemudian, anak-anak dengan sindrom asperger biasanya sangat sulit untuk
menampilkan ekspresi di wajahnya serta sulit untuk membaca bahasa tubuh pada
orang lain.
“Mereka kemungkinan juga merasa nyaman
dengan rutinitas tertentu yang harus dilakukan setiap hari serta sensitif
terhadap stimulasi sensori tertentu, misalnya mereka akan tertanggu oleh nyala
lampu redup yang mungkin tidak diperhatikan oleh orang lain. Bisa saja mereka
menutup kuping agar tidak dapat mendengarkan suara di sekitarnya atau mereka
mungkin lebih memilih pakaian dari bahan-bahan tertentu saja,” jelas Stine.
Selain itu, tambah Stine, ciri dari
anak yang mengalami sindrom asperger adalah terlambatnya kemampuan motorik,
ceroboh, minat yang terbatas dan perhatian berlebihan terhadap kegiatan
tertentu.
Hal senada diungkapkan oleh dokter
spesialis anak konsultan Neurologi, dr Hardiono D Pusponegoro, Sp.A(K). Dia
memaparkan, sindroma asperger adalah gangguan perkembangan dengan gejala berupa
gangguan dalam bersosialisasi, sulit menerima perubahan, suka melakukan hal
yang sama berulang-ulang, serta terobsesi dan sibuk sendiri dengan aktivitas
yang menarik perhatian.
“Umumnya, tingkat kecerdasan si kecil baik atau bahkan lebih tinggi dari
anak normal. Selain itu, biasanya ia tidak mengalami keterlambatan bicara,”
kata Hardiono.
Jika dilihat secara sekilas,
lanjutnya, anak tersebut tidak berbeda dengan anak yang pintar dan kreatif.
Hanya saja, anak tersebut biasanya memiliki satu minat tertentu saja untuk
dikerjakannya.
Memang secara keseluruhan anak-anak
yang mengalami gangguan sindrom asperger mampu melakukan kegiatan sehari-hari,
namun terlihat sebagai pribadi yang kurang bersosialisasi sehingga sering
dinilai sebagai pribadi eksentrik oleh orang lain.
Menurut Stine, jika penderita sindrom
asperger beranjak dewasa, biasanya mereka akan merasa kesulitan untuk
mengungkapkan empati kepada orang lain serta tetap kesulitan untuk berinteraksi
dengan orang lain.
“Pada ahli mengatakan bahwa penderita
sindrom asperger biasanya akan menetap seumur hidup. Namun, gejala tersebut
dapat dikurangi dan diperbaiki dalam kurun waktu tertentu terutama deteksi dini
sindrom asperger akan sangat membantu,” pungkasnya.
Gangguan sindrom asperger pada umumnya akan terus mengikuti perkembangan
usia seseorang. Meski tidak membahayakan jiwa, namun gangguan itu bisa membuat
anak takut berada di keramaian dan membuat anak depresi.
Ciri yang menonjol pada anak asperger adalah mereka tidak bisa membaca
kode-kode atau ekspresi wajah seseorang. Karena ketidakmampuannya itu, anak
asperger dijauhi teman-temannya.
“Biasanya mereka jadi anak yang antisosial, sulit berinteraksi dengan
orang lain,” kata Hardiono.
Ketika anak asperger tidak mempunyai teman, lalu tidak tahu harus
bersikap bagaimana untuk menghadapi sebuah situasi, dia akan merasa putus asa
dan akhirnya depresi.
Sesuai dengan perkembangan otak, kalau kelainan itu diketahui lebih
dini, maka bisa distimulasi atau diberi obat agar berkembang ke arah yang baik.
Namun, kalau sudah terlambat deteksinya, yaitu sudah berusia lima atau
enam tahun, maka sulit penanganannya karena perkembangan otak sudah berhenti.
Pada umur lima tahun, bagian otak yang disebut sinaps-sambungan antar saraf di
mana bahan kimia serotonin bekerja-akan berhenti.
Kini teknik-teknik terapi sudah jauh
lebih maju dan fasilitas sudah banyak. Hardiono menuturkan, salah satu terapi
yang bisa dilakukan adalah dengan mengajak si anak bermain. Stimulasi ini
diketahui memperbaiki sinaps dan meningkatkan kadar serotonin.
Menurut Hardiono, anak asperger masih
bisa diterapi, terutama dalam hal kemampuan bersosialisasi. Pasalnya, kemampuan
mereka bersosialisasi sangat kurang.
“Cara terapi yang paling baik adalah
mengajarkan anak bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Terapi dalam bentuk
peer group akan lebih baik lagi,” paparnya.
Anak asperger biasanya memiliki
kecerdasan yang tinggi, maka orangtua akan dengan mudah mengajarkan emosi
sosial. Misalnya, mengajarkan bagaimana harus bersikap jika menghadapi situasi
tertentu.
R. Kaan Ozbayrak,MD, Assistant Professor of Psychiatry University of
Massachusetts Medical School menambahkan, beberapa hal lain yang dapat
dilakukan untuk membantu anak-anak penderita sindrom asperger. Terapi atau
pengobatan yang dilakukan juga harus disesuaikan.
Secara umum Ozbayrak mengatakan,
anak-anak penderita sindrom asperger akan banyak terbantu oleh orangtua yang
memahami dan mampu membantunya. Kemudian, mereka juga membutuhkan pendidikan
yang diperuntukan khusus bagi kebutuhannya. Selain itu, anak memerlukan latihan
kemampuan untuk bersosialisasi serta terapi wicara.
“Terapi sensori integrasi juga dapat
berguna bagi anak-anak yang masih kecil untuk meminimalisir kondisinya yang
terlalu sensitif. Sementara itu, untuk anak-anak yang lebih tua dapat
mendapatkan terapi kognitif atau psikoterapi,” papar Ozbayrak.
ConversionConversion EmoticonEmoticon