Salam Sehat dan Harmonis

-----

Sectio cesarea


BAB I
PENDAHULUAN

A.     KONSEP DASAR

I.              DEFINISI

Ø  Sectio cesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding abdomen atau uterus yang masih utuh (Syaifudin, G.B, 2000)
Ø  Sectio cesarea adalah suatu tindakan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Ilmu Bedah Kebidanan, 2000).

II.           ETIOLOGI

Tindakan sectio caesare dilakukan karena adanya suatu indikasi seperti :
-          Ibu terjadi disproporsi kepala panggul / CPD / FPD.
-          Disfungsi uterus.
-          Disfungsi jaringan lunak.
-          Placenta prearea (plasenta yang letaknya abnormal)
Bayi :
-          Terjadi gawat janin.
-          Janin besar. (Syaifudin, G.B, 2000).

III.        JENIS-JENIS SECTIO CAESARE

1.       Abdomen (Sectio Caesarea Abdominalis)
a.       Sectio Caesarea Trans peritonealis
-          Sectio caesarea klasik atau korpocal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
-          Sectio caesarea ismika atau profunda atao low cervikal dengan insisi pada segmen bawah rahim.
b.       Sectio Caesarea ekstra peritonealis
Yaitu tanpa membuka perituneum perietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominal vagina (sectio caesarea vaginalis).
Menurut arah sayatan pada rahim sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
-           Sayatan memanjang (longitudinal) menurut kroning.
-           Sayatan melintang (transversal) menurut kerr.
-           Sayatar huruf T (T – incision).
2.       Sectio Caesarea Klasik (Korpocal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada karpus uteri kira-kira sampai10 cm
Kelebihan :
-           Mengeluarkan janin lebih cepat.
-           Tidak mengakibatkan komplikasi kandungan kemih tertarik.
-           Sayatan bisa di perpanjang proksimal atau distal.
Keterangan :
-           Infeksi mudah menyebar secara indra abdominal karena tidak ada neperito nealisasi yang baik.
-           Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri spontan.
3.       Sectio Caesarea
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
-           Penjahitan luka lebih mudah.
-           Penutupan luka dengan reperitoneclisasi yang baik.
-           Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus kerongga periteneum.
-           Perdarahan kurang.
-           Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteru spontan kurang atau lebih kecil.
Kekurangan :
-           Luka dapat melebar ke kiri, kanan dan bawah sehingga dapat menyebabkan arteri, uterina putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak.









BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Merupakan metode yang digunakan memecahkan masalah dalam upaya memperbaiki atau memelihara klien sampai ke tahgap optimal melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal klien dan untuk memenuhi kebutuhannya.

I.              PENGKAJIAN

A.     Pengumpulan data
1.       Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa yang dipakai sehari-hari, status perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, alamat, pendidikan, tanggal atau jam MRS dan diagnosa medis.
2.       Keluhan utama
Pada umumnya klien mengeluh ketidak nyamanan atau nyeri pada daerah perut. Misalnya trauma bedah atau insisi, nyeri, penyerta kandung kemih, abdomen, efek-efek anastesi, mulut kering.
3.       Riwayat kesehatan
-          Riwayat kesehatan lalu
Riwayat kesehatan lalu perlu ditanyakan mengenai kondisi setelah melahirkan. Misalnya : perdarahan, hipertensi, preferm, partus dan tindakan kelainan letak, infeksi uterus, infeksi saluran kencing, post sectio cesarea dan lain-lain. Jumlah kehamilan dan persalinan serta jarak kelahirannya, tempat melahirkan, cara melahirkan.
-          Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang yang perlu dikaji adalah kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600 – 800 cc, integritas ego yaitu mengenai labilitas emosional dari kegembiraan sampai ketakutan, marah atau menarik diri, eliminasi alvi, perlu dikaji adanya bising usus, terdengar ada / samar atau tidak ada juga perlu dikaji mengenai nyeri atau ketidak nyamanan dari sumber. Misalnya trauma bedah / insisi nyeri penyerta pada lokasi pembedahan perlu dikaji apakah ada sedikit darah atau kering / banyak pendarahan / basah dan bagaimana respon nyeri tekan serta adukan eritema oedema pada sekitar insisi.


-          Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang perlu ditanyakan adalah penyakit-penyakit yang sifatnya menurun (DNA, Jantung) dan penyakit-penyakit menahun (Hipertensi, Ginjal) serta penyakit menular (TBC, Hepatitis).
-          Riwayat kesehatan psikisosial
Perlu dikaji tentang kelahiran yang sekarang ini termasuk kelahiran yang diharapkan atau tidak, jenis kelamin anak yang dilahirkan sesuai dengan yang diinginkan atau tidang juga mengenai dukungan dari suami atau keluarganya ada / tidak.
4.       Pola-pola fungsi kesehatan
-          Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Dalam mengkaji pola persepsi dan tata laksana hidup sehat perlu menggali bagaimana caranya agar klien dapat mengungkapkan argumentasi mengenai apa yang ada dalam diriklien, misal : bagaimana anggapan klien tentang dikaji, bagaimana cara menangani atau merencanakan agar hidup sehat, misal : mandi berapa kal, sikat gigi berapa kali.
-          Pola nutrisi dan metabolisme
Pola nutrisi yang perlu dikaji sesuai dengan kasus sectio cesarea adalah tentang mutu dari diet yang diberikan meliputi kecukupan kalori. Kecukupan protein cairan serta buah-buahan. Metabolisme perlu dikaji produksi keringat, suhu.
-          Pola eliminasi
Pola eliminasi yang perlu dikaji adalah Pola eliminasi uri dan Pola eliminasi diri.
-          Pola sensori dan kognitif
Pola sensori perlu dikaji mengenai lemas dan panca indra  yaitu penglihatan, pengecap, penghirup, pendengaran, perasa adalah kalainan. Sedangkan kognitif perlu dikaji daya pikir yang berhubungan dengan kondisi dan peran.
-          Pola hubungan  dan peran
Pola hubungan  dan peran  perlu ditanyakan bagaimana hubungan klien dengan keluarg, tetangga, suami, dan peran perlu ditanyakan perannya dirumah apakah sebagai Ibu RT / sebagai kepala keluarga.

-          Pola persepsi diri
Pola persepsi diri perlu ditanyakan tentang gambaran diri, ideal diri.
-          Pola tata nilai dan kepercayaan
Yang perlu dikaji pola ini adalah mengenai agama, rutinitas, pelaksanaan ibadah, percaya pada kitab apa.
-          Pola istirahat tidur
Dalam Pola istirahat tidur pada Post Sc hari 1 perlu dikaji tentang pemenuhan terhadap pola istirahatnya, karena klien dengan kasus ini memerlukan istirahat yang cukup sedikitnya 8 jam dengan posisi klien terlentang.
-          Pola seksualitas dan reproduksi
Yang perlu dikaji pada seksualitas adalah kondisi uterus kontraksi uretus kuat / lemah, fudus uteri sesuai atau tidak dengan hari beberapa Post Partum dan juga pada pengeluaran Lochea perlu dikaji karakteristik Lochea : berbau busuk datau tidak, bergumpal-gumpal atau tidak, banyak atau sedikit.
-          Pola aktivitas
Pada Post Sc maka perlu dikaji pada pola aktivitas yaitu merupakan klien dalam melaksanakan mobilisasi terhadap kondisi.
-          Riwayat keluarga berancana
Perlu dikaji pada klien yang mengikut atau telah mengikuti KB antara lain : jenis kontrasepsi yang digunakan, efek samping, lama pemakalan dan alasan pemberhentian serta rencana penggunaan kotrasepsi lain.
5.       Pemeriksaan
1.       Keadaan umum
Yang perlu diperiksa adalah postur tubuh, sikap tubuh, ekspresi wajah dan kesadaran.
2.       Tanda vital
Tanda vital yang perlu diukur adalah temperatur, tekanan darah, nadi, pernafasan, untuk tanda-tanda vital perlu diketahui batas-batas normal dan tidaknya. Temperatur normal adalah 36 oC jika lebih dari 37 oC berarti kemungkinan infeksi. Untuk nadi normal adalah 110 / 80 – 140 / 90 mmHg dan nadi normal 50 – 100 / mnt pernafasan normal adalah 20 – 24 x/mnt.


3.       Pengukuran BB dan TB dilakukan untuk mengetahui status gizi klien sehubungan dengan proses persalinannya yang tidak normal.
4.       Pemeriksaan fisik
Meliputi insfeksi, palpasi, auskultas dan perkusi.
a.       Kepala   : simetris / tidak
Rambut             : jenis, warna, rontok / tidak, ketombe / tidak, bersih / tidak
b.       Muka (mata) : kujung Fiva pucat / tidak, sklera leterus / tidak
c.       Telinga : ada kelainan / tidak termasuk pendengaran normal / tidak
d.      Hidung : ada kelainan / tidak
e.       Mulut  : bibir pucat / tidak, rongga mulut ada kelainan / tidak, mulut berbau / tidak
f.        Gigi : berlubang / tidak, gigi palsu ada / tidak
g.       Leher : ada pembesaran kelenjar tyroid / tidak
h.       Dada : simetris / tidak
i.         Payudara : pembesaran simetris / tidak, putting susu bersih / tidak, menonjol atau tidak, pengeluaran lancar / tidak.
j.         Abdomen : ada bekas operasi / tidak, konsistensi fundus uteri seseuai / tidak, kontraksi uterus, ada nyeri tekan / tidak , luka operasi kering / basah.
k.       Vulva : ada kelainan / tidak, bersih / tidak, pengeluaran lochea sesuai / tidak, bau / tidak
l.         Perineum : ada bekas episiotomi, jahitan / luka menutup baik/ tidak, ada pendarahan / tidak
m.     Ekstremitas atas dan bawah : ada varices / tidak, ada oedema atau tidak.
Pemerikasaan palpasi meliputi :
a.       Kepala : ada benjolan / tidak
b.       Kelopak mata : ada benjolan / tidak
c.       Leher : ada pembesaran kelenjar tyroid / tidak, pembesaran kelenjar getah bening / tidak
d.      Abdomen : ada bekas operasi / tidak, tinggi fundus uteri sesuai / tidak, luka jahitan keluar pas / tidak.
Pemeriksaan auskultasi meliputi :
a.       Dada : ada whezing atau tidak, ada ronchi / tidak
b.       Ekstremitas : denyut nadi pada arteri radialis.
c.       Abdomen : bising usus meningkat / tidak
Pemeriksaan perkusi
a. Pemeriksaan bawah : refleks positif / ringan.
B.     Analisa data
Data yang dikumpulkan dikelompokkan diidentifikasi sehingga memunculkan masalah keperawatan berdasarkan keperawatan urutan prioritas masalah, penemu teori Abraham Maslow yaitu kebutuhan fisik, rasa aman cinta dan dicintai, harga dan perwujudan diri.

II.           DIAGNOSA KEPERAWATAN

Suatu pernyataan yang jelas tentang masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan, diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisa dan interpolasi data yang diperoleh melalui pengkajian data (Lismidar, 1999 : 12).
Diagnosa yang muncul pada sectio caesarea adalah :
a.       Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
b.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi.
c.       Potensial terjadinya infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan luka operasi (personal hygiene).
d.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan.

III.        INTERVENSI

Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan luka operasi.
Tujuan : nyeri bisa berkurang / hilang.
Kriteria hasil :
-          Nyeri berkurang.
-          Skala nyeri menurun (2-3).
-          Klien mampu beradaptasi dengan nyeri.
-          Klien dapat melaksanakan teknik relaksasi.
Rencana tindakan
a.       Memonitor observasi karakteristik nyeri, cacat lokasi dan intensitas (skala nyeri (0-10).
R / : membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program.
b.       Ajarkan untuk teknik relaksasi.
R / : untuk meregangkan otot sehingga menghambat impuls yang meneruskan rasa nyeri ke syaraf ganglia.
c.       Observasi vital sign sebelum memberikan obat analgetik.
R / : mengantisipasi komplikasi sebelum memberikan obat analgetik.
d.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat.
R / : untuk mengurangi rasa nyeri / sakit atau mempercepat kesembuhan.
e.       Berikan posisi yang memungkinkan pasien nyaman.
R / : posisi yang sesuai (nyaman) membantu dalam menghilangkan / menurunkan ketegangan pada daerah operasi.

Diagnsoa ke II : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan imobilisasi.
Tujuan : klien dapat beraktivitas kembali selama 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-          Pasien dapat melakukan aktivitas sendiri (tanpa bantuan).
-          Pasien menunjukkan teknik / perilaku yang memampukan kembali melakukan aktivitas.
Rencana tindakan :
a.       Evaluasi respon klien terhadap aktivitas, catat peningkatan kelemahan atau kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas.
R / : menetapkan kemampuan kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
b.       Berikan lingkungan tenang dan nyaman.
R / : menurunkan stres dan rangsangan berlebihan, meningkatkan istirahat.
c.       Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan gerak sendi positif / aktif.
R / : tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan, ini dapat terjadi karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
d.      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi obat
R / : untuk mempercepat kesembuhan.

IV.        IMPLEMENTASI

Implementasi yang dimaksud adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan meliputi tindakan perawatan yang direncanakan oleh perawat, melaksanakan advis dokter dan ketentuan rumah sakit (Depkes RI, 1990 ; 23).





V.           EVALUASI

Evaluasi juga merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien dan sesama tenaga kesehatan. (Nasrul Effendi, 1995).
































DAFTAR PUSTAKA


-          Mansjoer, Arief, dkk. 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga, FKUI, Jakarta.
-          Lynda Jual Carpenito, 2000, Nutrisi Diagnosis, EGC, Jakarta.
-          DSOG, Prof. Dr. Hanifa Wiknjosastro. Ilmu Bedah Kebidanan, FKUI, Jakarta.
-          Ignatius Doung, 2005, Pembimbing Teknik Instrumen Praktek Klinik OK GBPT, RSU. Dr. Soetomo Surabaya.





























ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. T
DENGAN INSTEK SECTIO CESAREA DI RUANG OK GBPT
RSU. Dr. SOETOMO SURABAYA
























OLEH
INDRIYANI
02.110.030










AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2005
Previous
Next Post »

Translate