PROPOSAL
A.”Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team
Achievement Division) Terhadap Prestasi belajar Pada Pelajaran Matematika Sub
Pokok Bahasan ……………………. Di Kelas II SLTP
2 Drajat Paciran Lamongan”.
- LATAR BELAKANG MASALAH
Dengan semakin berkembangnya zaman dan
kemajuan teknologi, maka peningkatan kualitas pendidikan perlu mendapat
perhatian yang lebih serius dan seksama sebab pendidikan merupakan hasil atau
prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan merupakan salah satu tolak
ukur kemajuan bangsa. Oleh karena itu berbagai usaha harus terus menerus
diupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Proses belajar mengajar pada intinya
bertumpuh pada suatu persoalan, yaitu bagaimana guru memberikan kemungkinan
bagi siswa agar terjadi proses belajar yang efektif atau dapat mencapai hasil
yang sesuai dengan tujuan yang di kehendaki oleh guru (Ainul, 2002:1). Kegiatan
belajar mengajar yang dilakukan disekolah umumnya menggunakan metode ceramah,
karena dengan menggunakan metode ini penggunaan waktu untuk penyajian suatu
materi bisa lebih efesien.
Namun metode ceramah ini mempunyai kekurangan antara lain yaitu
siswa cenderung positif, guru tidak mengetahui sampai dimana siswa mengerti
atau memahami suatu materi yang telah di bicarakan, umumnya siswa diam dan
tenang, tapi diam dan ketenangan mereka belum berarti bahwa mereka telah paham
atau memehami materi yang telah diberikan oleh guru atau pengajar
Upaya untuk menanggulangi kekurangan dalam metode ceramah dapat
dengan cara menggunakan metode yang lain yaitu metode mengajar yang sesuai agar
dapat menciptakan suasana yang mendukung dalam proses belajat mengajar.
Interaksi yang demikian menuru peran guru untuk dapat membangkitkan minat dan
perhatian siswa terhadap kegiatan belajara mengajar yang berlangsung.
Dalam rangka menciptakan kondisi belajar mengajar matematika yang
efektif perlu diterapkan stategi yang sesuai dengan kondisi likal indonesia.
Menurut Kline Mores (1961:64) bahwa jatuh bangunya suatu negara dewasa ini
tergantung dari kenajuan bidang matematuika.
Matematika adalah salah satu materi pelajaran yang diajarkan mulai
dari jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Selain itu pada peserta
didik diberikan bekal agar dapat menerapkan matematika diberbagai keperluan dan
pengetahuan (Ainy, 2000: ).
Berdasarkan uraian diatas memecahkan masalah pendidikan diperlukan
upaya penerapan strategi pembelajaran menggunakan model kooperatif, karena
model pembelajaran ini adalah pembelajaran yang mulai banyak dikembangkan
beberapa ahli menyatakan bahwa modal
pembelajaran kooperatif tidak hanya unggul dalam membantu siswa untuk memehami
konsep-konsep tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama,
berfikir kritis dan mengembangkan sikap, sosial siswa. Ketrampilan kooperatif
menjadi semakin penting untuk keberhasilan dalam satu kelompok (Ainy, 2000: ).
Keberhasilan individu dipengaruhi oleh keberhasilan kelompok yang
akan tampil mempresentasikan tugasnya didepan teman-temannya. Pembelajaran
kooperatif adalah strategi atau metode pengajaran dimana siswa bekerja dersama
dalam kelompok kecil yang terdiri sekurang-kurangnya 4-5 siswa dengan tinggkat
kemampuan yang heterogen. Untuk menyelesaikan
tugas-tugas pembelajaran menurut Slavin Nur (1999:19) dalam
menyelesaikan tugasnya setiap anggota kelompok saling kerjasama dan membantu
untuk memahami suatu bahan pelajaran. Dalam hal ini belajar dianggap belum
selesai apabila seorang dari kelompok belajar belum menguasai bahan pelajaran.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe salah satunya
adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achvement Division)
adalah suatu pendekatan pembelajara kooperatif dimana siswa ditempatkan dalam
suatu kelompok belajar yang beranggotakan 4-5 orang merupakan heterogen
menuruit tingkat kemampuan, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan meteri
pelajaran dan membagi dalam kelompok-kelompok, setelah 2 minggu atau setiap 2
minggu siswa diberi kuis. Pada waktu pelaksanaan kuis siswa tidak dapat saling
membantu dengan kelompoknya (Slavin,
:5).
Berdasarkan uraian diatas, menunjukkna
bahwa diterapkan strategi pembelajaran yang menarik dan memberi kesempatan
kepada siswa untuk aktif, sehingga motivasi belajarnya meningkatkan hasil
belajar atau prestasi belajar. Untuk itu penulis bermaksud untuk melaksanakan
penelitian di SLTPN 2 Drajat Paciran kelas 2 dengan mengambil materi ………
- IDENTIFIKASI MASALAH
Prestasi belajar siswa pada
hakekatnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1.
Faktor Internal
a.
Bakat
Bakat dan ciri kepribadian yang dimiliki oleh seorang siswa, baik
secara individual maupun kolektif dapat menentukan kecepatan anak, sikap anak
dan bahan pelajaran pada umumnya. Dengan kata lain faktor bakat, minat dan ciri
atau sifat karakteristik anak dapat menentukan motivasi belajar mereka rendah,
sedang atau tinggi, dan usaha-usaha sekolah untuk menangani motivasi salah
satunya adalah mengadakan kelompok kemampuan atau kelas pararel.
b.
Intelegensi
Intelegensi yang dimiliki oleh seorang siswa berbeda beda.
Intelegensi adalah faktor total, dimana berbagai macam dya jiwa erat didalamnya
(ingatan, fantasi, perasaan, minat dan seterusnya), Turut mempengaruhi prestasi
belajar seseorang.
2.
Faktor Eksternal
a.
Lingkungan Keluarga
Keluarga secara tidak langsung sangat mempengaruhi proses belajar
seseorang, karena pendidikan di keluarga merupakan pendidikan yang pertama kali
diberikan kepada anak, sepanjang hidupnya paling banyak waktu yang digunakan
dalam keluarga bila dibandingkan dengan lembaga lain.
b.
Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah, guru sangat berperan penting dalam meningkatkan
proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terencana, tertip dan teratur,
sehingga menghasilkan pelajar yang handal yang senatiasa diperlukan bagi
perkembangan bangsa dan negara.
c.
Lingkungan Masyarakat
Karakteristik seorang individu sebagian besar dipengaruhi oleh
lingkunga. Karena lingkungan masyarakat memberikan sumbangan yang sangat
berarti dalam diri anak, oleh karena itu lingkungan yang tidak nyaman dapat
mengganggu proses belajar mengajar dan mengakibatkan anak tidak terfokus dapa
proses belajar, sebaliknya untuk lingkunagn yang baik akan membawa anak ke
proses belajar yang bagus.
- PEMBATASAN MASALAH
Dalam penelitian ini penulis
memberikan batasan masalah demi tercapainya tujuan penelitian. Adapun batasan
masalah dalam penelitian ini adalah :
a.
Peneliti hanya membahas tentang
hasil belajar, ketrampilan kooperatif dan perbedaan siswa terhadap pembelajaran
kooperatif dengan pembelajaran tradisiaonal.
b.
Karena pokok bahasan ini
diberikan di kelas II Semester 1 maka peneliti hanya dilakukan pada siswa siswi
kelas II SLTPN 2 Drajat Paciran semester 1 tahun ajaran 2004-2005.
- RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakan diatas maka
dimunculkan masalah :
1.
Bagaiman ketuntasan belajar
siswa kelas II SLTPN 2 Drajat Paciran dengan penerapan model pembelajaran tipe
STAD?
2.
Bagaimana ketrampilam
kooperatif siswa selam pembelajaran kooperatif tipe STAD?
3.
Bagaiman respon siswa terhadap
pembelajaran kooperatif tipe STAD?
4.
Apakah ada perbedaan prestasi
belajas siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan prestasi belajr siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tradisional?
- TUJUAN PENELITAAN
Sesuai dengan latar belakan dan
rumusan masalah diatas, maka tujuam penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1.
Untuk mengetahui ketuntasan
belajar siswa kelasII SLTPN 2 Drajat Paciran dengan penerapan model
pembelajaran tipe STAD
2.
Untuk mengetahui ketrampilan
kooperatif siswa selama pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3.
Untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran kooperatif tipe STAD.
4.
Untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan netode
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan prestasi belajar siswa yang diajar
menggunakan model pembelajaran tradisional.
- Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain:
1.
Sebagai pembelajaran yang
berkualitas pada proses dan hasilnya secara langsung juga bermanfaat bagi
sekolah sebagai ajang promosi untuk meningkatkan citra sekolah yang
bersangkutan.
2.
Sebagai wawasan tentang metode
mengajar yang efektif bagi guru.
3.
Menarik minat belajar
matematika siswa.
4.
Sebagai bahan masukan dalam
menyusun dan mengembangkan pengajaran matematika yang berorientasi pada
pendekatan kooperatif.
- Definisi Operasional
Untuk menghindari salah penafsiran
terhadap penelitian ini perlu adanya penjelasan istilah sebagai berikut:
1.
Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif adalah: model pembelajaran
dimana siswa belajar dalam kelompok kecil dan dalam kelompok tersebut memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda, yang dicirikan oleh struktur tugas, tujuan dan
penghargaan kelompok.
2.
Pembelajaran kooperatif tipe
STAD
Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu
jenis pendekatan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam
kelompok kecil yang terdiri dari 4-5
orang siswa dengan tingkat kemampuan berfikir dan jenis kelamin berbeda. Dalam
pembelajaran ini juga diajarkan berbagai ketrampilan kooperatif yang berfungsi
untuk melancarkan hubungan kerja antara sesama anggota kelompok. Keberhasilan
suatu kelompok ditanggung oleh semua
anggota kelompoknya.
3.
Penerapan dalam penelitian di
artikan sebagai pelaksanaan bentuk pembelajaran.
4.
Model pembelajaran:
Mode pembelajaran adalah suatu teknik atau cara yang
digunakan oleh guru untuk menggerakkan kegiatan siswa kearah tujuan yang akan
dicapai.
5.
Pembelajaran tradisional
6.
Prestasi belajar
- Kajian Teoritis
1.
Proses Belajar Mengajar
Matematika
Proses belajar mengajar ini adalah
inti dari pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
utama. Ini berarti kegiatan belajar mengajar dapat disebut efektif apabila
tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik. Demikian pula dengan
kegiatan belajar mengajar matematika dapat dikatakan efektif apabila tujuan
mengajar matematika seperti diutarakan dimuka dapat dicapai dengan baik. Ini
karena dalam proses belajar mengajar terjadi interaksi langsung antara guru
dengan siswa yang mana interaksi ini memegang peranan penting dalam pencapaian
tujuan pembelajaran.
a.
Belajar
Belajar merupakan suatu usaha agar
anak dapat bertumbuh dan berkembang. Belajar juga dapat dikatakan perubahan
tingkah laku karena dikatakan belajar jika ia dapat melakukan sesuatu yang
tidak dapat dilakukannya sebelum ia belajar atau bila tingkah lakunya berubah
sehingga lain caranya menghadapi suatu situasi dari pada sebelumnua. “Belajar
merupakan proses aktif dalam memperoleh pengetahuan baru, sehingga terjadi
perubahan tingkah laku”.
Menurut Fontana (1981:148) belajar
sebagai proses terjadinya hubungan antara stimulus atau rangsangan dengan
respon atau jawaban atau antara respon dengan penguatan atau reinforcement.
Proses belajar tidak semata-mata hasil hubungan stimulus dan respon tetapi
lebih merupakan hasil dari kemampuan mental individu dalam melakukan
fungsi-fungsi psikologis seperti konsep dan ingatan atau dengan kata lain
pendekatan pertama menekankan pad unsur diluar diri individu (lingkungan yang
berfungsi memberi rangsangan).
Selanjutnya menurut Herman Hudoyo
(2001:92) “ Belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman
atau pengetahuan baru sehingga menyebabkan perubahan tingkahlaku”. Dalam proses
belajar adalah akibat dari interaksi dengan lingkungan, interaksi ini biasanya
berlangsung secara disengaja, kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya
faktor-faktor berikut:
1.
Kesiapan
2.
Motivasi
3.
Tujuan yang ingin dicapai
Belajar menurut teori asosiasi yang
dipopulerkan oleh Edward Lee Thorndike berdasarkan penelitian pada tahun 1913
menekankan pentingnya faktor kesiapan (readiness), latihan (exercise) dan pada
hasil yang menyenangkan (good efect) dalam belajar (Ali, 1987:17).
Perubahan tingkah laku dalam aspek
pengetahuan ialah dari tidak mengerti menjadi mengerti dari bodoh menjadi
pintar sedangkan dalam aspek ketrampilan ialah perubahan tidak bisa dan dari
diri yang tak trampil menjadi trampil dan sebagainya (Hidayati, 2002:8).
Matematika merupakan pengetahuan yang
tersusun menurut struktur. Teori belajar matematika adalah denagn
melakuakanpenyusunan presentasinya karena langkah permulaan belajar konsep
menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam matematika
adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit secara intuitif,
kemudian pada tahap-tahap yang lebuh
tinggi (sesuai kemampuan siswa) siswa ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak
dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika (Simanjuntak
dkk, 1992:71).
b.
Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang
kompleks. Tidak hanya sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa,
oleh karena itu pengertian mengajar tidaklah sederhana dalam arti membutuhkan
rumusabn yang dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam perbuatan
mengajar itu sendiri adalah “upaya menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa”.
Mengajarpun pada hakekatnya adalah
suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisadsi lingkungan yang ada
disekitar anak didik, sehihgga dapat menumbuhkan dan mendorong anak didik
melakukan proses belajar. Tahap berikutnya mengajar adalah proses memberikan bimbingan
atau bantuan kepada anak didik dalam melakukan proses belajar (Nona Sujanah,
1991:29) maka hakekat mengajar adalah proses “pengaturan” yang dilakukan oleh
guru.
Dengan
demikian mengajar adalah upaya dalam memberikan rangsangan (stimulus), bimbingan,
pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar sesuai dengan
tujuan yang telah dirumuskan (Chauhan, 1977:4). Oleh karena itu dengan strategi
belajar tertentu proses belajar dapat terbimbing secara lebih baik dengan
memberikan tugas atau latihan (misalnya), siswa diberi kesempatan untuk
melakukan sesuatu, ini adalah dorongan untuk terjadinya proses belajar lebih
jauh lagi.
Matematika
adalah ilmu tenytang struktur yang terorganisasikan, karena itu pengajaran
matematika haruslah menekankan kepada pengertian konsep-konsep dan struktur
matematika serta proses bel;ajar melalui pemecahan masalah (dalam Hidayati, 2002:9).
Menurut
Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan matematika adalah pola
merfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika itu adalah
bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan
akurat.
Sedangkan
James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan matematika adalah tentang
logika mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep hubungan lainnya
dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam 3 bidang yaitu aljabar, analisis
dan geometri.
Mengajar
matematika haruslah didasarkan kepada siswa belajar secara aktif, mengajar
dikatakan efektif bila menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau
dengan kata lain tujuan yang tercapai, sedangkan mengajar dikatakan efisien
jika penerapannya dalam menghsilkan sesuatu yang dihaarapkan itu relatif
menggunakan tenaga, usaha, biaya dan waktu dikeluarkan efisien. Dengan kata
lain bahwa untuk menerapkan pengajaran matematika sebelumnya menyusun strategi
belajar mengajar terlebih dahulu, mengajar matematika pada prinsipnya
berorientasi demngan falsafah pendidika, berkaitan dengan tujuan pengajaran dan
penggunaan cara belajar peserta didik aktif serta pemecahan masalah
(simanjuntak dkk, 1992:81).
Menurut
Piaget (1970;1971) menunjukkan perubahan konsep-konsep pengetahuan yang
penting. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri menegaskan
nahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan. Proses pembentukan ini
berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemagaman yang baru
(Piaget, 1977).
Konstruktivis
menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita peroleh adalah konstruksi kita
sendiri, maka mereka menolak kemungkinan transfer pemgetahuan dari seseorang
kepada yang lain bahkan secara prinsipill (Von Glaserfeld dalam Beftencourt,
1989). Pengetahuan bukanlah
suatu barang yang dapat ditransfer begitu saja dari pikiran yang mempunyai
pengetahuan kepikiran orang yang belum mempunyai pengetahuan. Seorang guru
bermaksud mentransfer konsep, ide dan pengertiannya kepada murid lewat
pengalamannya.
Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: konstruktuvisme dapat membantu proses
belajar dan juga membantu kesulitan yang dialami siswa ketika belajar.
Berdasarkan prinsip konstruktivis siswa punya konsep alternatif bahwa dapat
membantu menemukan sarana untuk mengembangkan konsep siswa, konsep tersebut
juga dapat dilakukan untuk para guru, mahasiswa dan orang yang sedang belajar
(Suparno, 1997:78).
2.
Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD
- DAFTAR PUSTAKA
ConversionConversion EmoticonEmoticon