PERISTIWA PKI 1948 DAN 1965
JUANG NUR ANI PANGASTUTI
PRODI S1 PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2010
Pengertian Umum Komunis
Sebelum kita lebih jauh mengetahui Apa
dan Siapa itu Partai Komunis Indonesia ,
ada baiknya kita mengetahui apa arti Komunis itu sendiri. Komunis, kata
aslinya adalah common artinya umum, ideologi komunis simpelnya paham yang
mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongan, paham
komunis juga menyatakan semua hal dan sesuatu yang ada di suatu negara dikuasai
secara mutlak oleh negara tersebut. Jika ideologi komunis ini berjalan dengan
benar, tidak akan ada orang yang sangat kaya dan orang yang sangat
miskin.Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan ideologi
lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad ke-19,
yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan mengesampingkan
buruh.Istilah komunisme sering dicampuradukkan dengan Marxisme. Komunisme
adalah ideologi yang digunakan partai komunis di seluruh dunia. Racikan
ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat pula disebut
“Marxisme-Leninisme”.Komunisme sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem
sosialisme sebagai alat kekuasaan, dimana kepemilikan modal atas individu
sangat dibatasi. Prinsip semua adalah milik rakyat dan dikuasai oleh negara
untuk kemakmuran rakyat secara merata. Komunisme sangat membatasi demokrasi
pada rakyatnya, dan karenanya komunisme di sebut juga anti liberalisme. Secara
umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya, dengan prinsip agama
dianggap candu yang membuat orang berangan-angan yang membatasi rakyatnya dari
pemikiran yang rasional dan nyata.
Terbentuknya Partai Komunis Indonesia (PKI)
Pada awalnya PKI adalah gerakan yang
menyusup ke dalam Sarekat Islam. Keadaan yang semakin parah dimana ada perselisihan
antara para anggotanya. Yakni melarang anggotanya mendapat gelar ganda di dunia
perjuangan pergerakan Indonesia .
Keputusan tersebut membuat para anggota yang beraliran komunis kesal dan
keluar dari partai dan membentuk partai baru yang disebut ISDV. Pada Kongres
ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah menjad
Perserikatan Komunis di Hindia dan Semaun diangkat sebagai ketua partai.PKH
adalah partai komunis pertama di Asia yang
menjadi bagian dari Komunis Internasional. Henk Sneevliet
mewakili partai ini pada kongresnya kedua Komunis Internasional pada
1920. Pada 1924
nama partai ini sekali lagi diubah, kali ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
Peristiwa Madiun
Peristiwa
Madiun adalah
sebuah konflik kekerasan yang
terjadi di Jawa Timur bulan
September – Desember 1948 antara
pemberontak komunis PKI dan TNI. Peristiwa ini diawali dengan
diproklamasikannya Republik Soviet Indonesia pada tanggal 18 September 1948 di Madiun oleh Muso,
seorang tokoh Partai
Komunis Indonesia dengan didukung pula oleh Menteri Pertahanan saat
itu, Amir
Sjarifoeddin. Pada saat itu hingga era Orde Lama peristiwa
ini dinamakan Peristiwa Madiun, dan tidak pernah disebut sebagai pemberontakan Partai
Komunis Indonesia (PKI). Baru di era Orde Baru peristiwa
ini mulai dinamakan Pemberontakan PKI Madiun.
Bersamaan dengan itu terjadi
penculikan tokoh-tokoh masyarakat yang ada di Madiun yang baik itu tokoh sipil
maupun militer di pemerintahan ataupun tokoh-tokoh masyarakat dan agama.
Latar
belakang
Setelah proklamasi
kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, muncul berbagai organisasi yang
membina kader-kader mereka, termasuk golongan kiri dan
golongan sosialis. Selain
tergabung dalam Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia),
Partai
Sosialis Indonesia (PSI) juga terdapat kelompok-kelompok kiri lain,
antara lain Kelompok Diskusi Patuk, yang diprakarsai
oleh Dayno,
yang tinggal di Patuk,
Gunung Kidul, Yogyakarta.
Yang ikut dalam kelompok diskusi ini tidak hanya dari kalangan sipil seperti D.N. Aidit dan Syam Kamaruzzaman,
melainkan kemudian juga dari kalangan militer dan bahkan
beberapa komandan brigade, antara lain
Kolonel Djoko
Soejono, Letkol Soediarto
(Komandan Brigade III, Divisi III), Letkol Soeharto (Komandan
Brigade X, Divisi III. Kemudian juga menjadi Komandan Wehrkreise III, dan
menjadi Presiden RI), Letkol Dahlan,
Kapten Soepardjo, Kapten Abdul
Latief dan Kapten Oentoeng Samsoeri.Pada bulan Mei 1948 bersama Soeripno,
Wakil Indonesia di Praha, Muso, kembali dari Moskwa, Uni Soviet. Tanggal 11 Agustus, Muso tiba
di Yogyakarta dan segera
menempati kembali posisi di pimpinan Partai
Komunis Indonesia. Banyak politisi sosialis dan
komandan pasukan bergabung dengan Muso, antara lain Amir Sjarifuddin Harahap,
Setyadjit
Soegondo dan kelompok diskusi Patuk.Pada era ini aksi saling
menculik dan membunuh mulai terjadi, dan masing-masing pihak menyatakan, bahwa
pihak lainlah yang memulai. Banyak reska perwira TNI, perwira polisi, pemimpin agama, pondok pesantren di Madiun
dan sekitarnya yang diculik dan dibunuh.
Pada 10 September 1948, mobil Gubernur Jawa Timur, RM Ario Soerjo, dan
mobil 2 perwira polisi dicegat massa
pengikut PKI di Kedunggalar,
Ngawi, Jawa
Timur. Ke-3 orang tersebut dibunuh dan jenazahnya dibuang di
dalam hutan. Demikian juga
dr. Moewardi dari golongan
kiri, diculik ketika sedang bertugas di rumah sakit Solo, dan kabar yang
beredar ia pun juga dibunuh. Tuduhan langsung dilontarkan, bahwa pihak lainlah
yang melakukannya. Di antara yang menjadi korban juga adalah Kol. Marhadi
yang namanya sekarang diabadikan dengan Monumen yang berdiri di tengah alun-alun Kota Madiun
dan nama jalan utama di Kota Madiun.
Kelompok kiri menuduh sejumlah
petinggi Pemerintah RI, termasuk Wakil Presiden Mohammad Hatta telah
dipengaruhi oleh Amerika
Serikat untuk menghancurkan Partai
Komunis Indonesia, sejalan dengan doktrin Harry S. Truman, Presiden AS
yang mengeluarkan gagasan Teori Domino. Truman menyatakan, bahwa apabila ada
satu negara jatuh ke bawah pengaruh komunis, maka negara-negara tetangganya
akan juga akan jatuh ke tangan komunis, seperti layaknya dalam permainan kartu
domino. Oleh karena itu, dia sangat gigih dalam memerangi komunis di seluruh
dunia.
Kemudian pada 21 Juli 1948 telah diadakan pertemuan rahasia di
hotel "Huisje Hansje" sarangan,
dekat Madiun yang dihadiri oleh Soekarno,
Hatta, Soekiman
Wirjosandjojo (Menteri Dalam Negeri), Mohamad Roem (anggota Masyumi) dan Kepala
Polisi Soekanto
Tjokrodiatmodjo, sedangkan di pihak Amerika Serikat hadir Gerald
Hopkins (penasihat politik Presiden Truman), Merle
Cochran (pengganti Graham yang mewakili Amerika Serikat dalam Komisi Jasa Baik PBB). Dalam pertemuan Sarangan, yang
belakangan dikenal sebagai "Perundingan Sarangan", diberitakan
bahwa Pemerintah Republik Indonesia
menyetujui Red Drive Proposal (proposal pembasmian kelompok merah).
Dengan bantuan Arturo
Campbell, Soekanto berangkat ke Amerika Serikat guna menerima
bantuan untuk Kepolisian
RI. Campbell yang menyandang gelar resmi Atase
Konsuler pada Konsulat Jenderal Amerika Serikat
di Jakarta, sesungguhnya
adalah anggota Central Intelligence Agency (CIA), badan intelijen Amerika Serikat.
Selain itu dihembuskan isu bahwa Soemarsoso,
tokoh Pesindo,
pada 18 September 1948 melalui radio di Madiun telah
mengumumkan terbentuknya Pemerintah Front Nasional bagi Karesidenan
Madiun. Namun Soemarsono kemudian membantah tuduhan yang mengatakan
bahwa pada dia mengumumkan terbentuknya Front Nasional Daerah (FND) dan telah
terjadi pemberontakan PKI. Dia mengatakan bahwa FND dibentuk sebagai perlawanan
terhadap ancaman dari pemerintah pusat.
Pada 19 September 1948,
Presiden Soekarno dalam pidato
yang disiarkan melalui radio menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia , untuk memilih: Muso atau Soekarno-Hatta. Maka
pecahlah konflik bersenjata, yang pada waktu itu disebut sebagai Madiun
Affairs (Peristiwa Madiun), dan di zaman Orde Baru kemudian dinyatakan
sebagai pemberontakan PKI.
Akhir
konflik
Kekuatan pasukan pendukung Muso
digempur dari dua arah: Dari barat oleh pasukan Divisi II di bawah pimpinan
Kolonel Gatot
Soebroto, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Wilayah II (Semarang-Surakarta) tanggal 15 September 1948, serta pasukan dari Divisi
Siliwangi, sedangkan dari timur diserang oleh pasukan dari Divisi I, di bawah
pimpinan Kolonel Soengkono, yang diangkat menjadi Gubernur Militer Jawa Timur,
tanggal 19 September 1948, serta pasukan Mobile Brigade Besar
(MBB) Jawa Timur, di bawah pimpinan M. Yasin.
Panglima Besar Soedirman menyampaikan
kepada pemerintah, bahwa TNI dapat menumpas pasukan-pasukan pendukung Muso
dalam waktu 2 minggu. Memang benar, kekuatan inti pasukan-pasukan pendukung
Muso dapat dihancurkan dalam waktu singkat.
Tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya.
Pasukan Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah
barat, bertemu di Hotel
Merdeka di Madiun. Namun pimpinan kelompok kiri beserta beberapa
pasukan pendukung mereka, lolos dan melarikan diri ke beberapa arah, sehingga
tidak dapat segera ditangkap.
Baru
pada akhir bulan November
1948 seluruh pimpinan dan pasukan pendukung Muso tewas atau dapat ditangkap.
Sebelas pimpinan kelompok kiri, termasuk Amir Syarifuddin Harahap, mantan
Perdana Menteri RI, dieksekusi pada 20 Desember 1948 di makam Ngalihan, atas perintah
Kol. Gatot Subroto.
Peristiwa
30 september
Gerakan 30
September atau
yang sering disingkat G 30 S PKI,
G-30S/PKI, Gestapu (Gerakan September Tiga
Puluh), Gestok (Gerakan Satu
Oktober) adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30 September 1965 di mana enam pejabat tinggi militer Indonesia beserta
beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha pemberontakan yang
disebut sebagai usaha Kudeta
yang dituduhkan kepada anggota Partai
Komunis Indonesia.
Latar
belakang
PKI merupakan partai komunis yang
terbesar di seluruh dunia, di luar Tiongkok dan Uni Soviet. Anggotanya
berjumlah sekitar 3,5 juta, ditambah 3 juta dari pergerakan pemudanya. PKI juga
mengontrol pergerakan serikat buruh yang mempunyai 3,5 juta anggota dan
pergerakan petani Barisan Tani Indonesia yang mempunyai 9
juta anggota. Termasuk pergerakan wanita (Gerwani), organisasi
penulis dan artis dan pergerakan sarjananya, PKI mempunyai lebih dari 20 juta
anggota dan pendukung.
Pada bulan Juli 1959 parlemen
dibubarkan dan Sukarno menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali
lagi dengan dukungan penuh dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata
dengan mengangkat para jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno
menjalankan sistem "Demokrasi
Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin"
Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan
Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.
Pada era "Demokrasi
Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum burjuis nasional
dalam menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi
birokrat dan militer menjadi wabah.
Pada kunjungan Menlu Subandrio ke Tiongkok, Perdana Menteri Zhou Enlai memberikan
100.000 pucuk senjata chung, penawaran ini gratis tanpa syarat dan kemudian
dilaporkan ke Bung Karno tetapi belum juga menetapkan waktunya sampai
meletusnya G30S. Pada bulan Juli 1959 parlemen dibubarkan dan Sukarno
menetapkan konstitusi di bawah dekrit presiden - sekali lagi dengan hasutan
dari PKI. Ia memperkuat tangan angkatan bersenjata dengan mengangkat para
jendral militer ke posisi-posisi yang penting. Sukarno menjalankan sistem
"Demokrasi
Terpimpin". PKI menyambut "Demokrasi Terpimpin"
Sukarno dengan hangat dan anggapan bahwa dia mempunyai mandat untuk persekutuan
Konsepsi yaitu antara Nasionalis, Agama dan Komunis yang dinamakan NASAKOM.
Pada era "Demokrasi
Terpimpin", kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan nasionalis dalam
menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor
menurun, foreign reserves menurun, inflasi terus menaik dan korupsi
birokrat dan militer menjadi wabah.
Peristiwa
Pada 1 Oktober 1965 dini hari, enam jenderal senior dan
beberapa orang lainnya dibunuh dalam upaya kudeta yang disalahkan kepada para
pengawal istana (Cakrabirawa)
yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin oleh Letkol. Untung. Panglima
Komando Strategi Angkatan Darat saat itu, Mayjen Soeharto kemudian
mengadakan penumpasan terhadap gerakan tersebut.
Korban
Keenam
pejabat tinggi yang dibunuh tersebut adalah:
·
Letjen
TNI Ahmad Yani
(Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi)
·
Mayjen
TNI Raden
Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi)
·
Mayjen
TNI Mas Tirtodarmo Haryono
(Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan)
·
Mayjen
TNI Siswondo
Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen)
·
Brigjen
TNI Donald Isaac Panjaitan
(Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik)
·
Brigjen
TNI Sutoyo
Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
Jenderal
TNI Abdul Harris Nasution
yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya,
putrinya Ade
Irma Suryani Nasution dan ajudan beliau, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean
tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
Selain
itu beberapa orang lainnya juga turut menjadi korban:
·
Bripka
Karel
Satsuit Tubun (Pengawal kediaman resmi Wakil Perdana Menteri II dr.J. Leimena)
·
Kolonel
Katamso
Darmokusumo (Komandan Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta )
·
Letkol
Sugiyono Mangunwiyoto
(Kepala Staf Korem
072/Pamungkas, Yogyakarta )
Para
korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal
sebagai Lubang Buaya. Mayat
mereka ditemukan pada 3 Oktober.
Pasca
kejadian
Pada tanggal 1 Oktober 1965 Sukarno dan sekretaris jendral PKI
Aidit menanggapi pembentukan Dewan Revolusioner oleh para
"pemberontak" dengan berpindah ke Pangkalan
Angkatan Udara Halim di Jakarta untuk mencari perlindungan.
Pada tanggal 6 Oktober Sukarno
mengimbau rakyat untuk menciptakan "persatuan nasional", yaitu
persatuan antara angkatan bersenjata dan para korbannya, dan penghentian
kekerasan. Biro Politik dari Komite Sentral PKI segera menganjurkan semua
anggota dan organisasi-organisasi massa untuk
mendukung "pemimpin revolusi Indonesia " dan tidak melawan
angkatan bersenjata. Pernyataan ini dicetak ulang di koran CPA bernama
"Tribune".
Pada tanggal 12 Oktober 1965,
pemimpin-pemimpin Uni-Sovyet Brezhnev,
Mikoyan dan Kosygin
mengirim pesan khusus untuk Sukarno: "Kita dan rekan-rekan kita bergembira
untuk mendengar bahwa kesehatan anda telah membaik...Kita mendengar dengan
penuh minat tentang pidato anda di radio kepada seluruh rakyat Indonesia untuk
tetap tenang dan menghindari kekacauan...Imbauan ini akan dimengerti secara
mendalam."Pada tanggal 16
Oktober 1965, Sukarno melantik Mayjen Suharto menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat
di Istana Negara.
Kesimpulan
Sejarah kelam Bangsa
Indonesia akibat pengkhianatan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1948
yang terkenal dengan Peristiwa “Madiun Affair” dan peristiwa tahun 1965 yang
terkenal dengan Gerakan 30 September PKI (G 30 S/PKI) adalah luka lama yang
sebenarnya sudah harus ditutup rapat-rapat dan dikubur dalam-dalam. Dengan
berdasarkan pada Tap MPRS No. 25 Tahun 1966 tentang Pelarangan Penyebaran dan
Pengembangan Ajaran Komunisme, Marxisme-Leninisme serta UU Republik Indonesia
No. 27 Tahun 1999 tentang Perubahan Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang
berkaitan dengan Kejahatan terhadap keamanan Negara.Maka tidak ada celah bagi
siapapun baik secara pribadi/perorangan maupun secara organisasi yang kan
coba-coba mengimplementasikan ideologi Komunis di Indonesia. Bangsa ini telah
bertekad untuk menolak kehadiran ideologi Komunis, Marxisme-Leninisme yang
jelas-jelas bertentangan dengan azas dan sendi kehidupan Bangsa Indonesia
yang ber-Ketuhanan YME.
Sampai kapanpun kita tak
akan pernah menemukan “Dalang Agung” dari G 30 S/PKI. Karena memang tak ada
individu yang dominan di sini. Semua orang punya andil sendiri-sendiri dan
punya kepentingannya sendiri-sendiri. Semuanya sama-sama ingin berkuasa! Selain
itu situasi sosial politik Indonesia
saat itu benar-benar menjadi lahan subur bagi tumbuhnya perang ideologi yang
membawa bibit perpecahan bagi Negara. Dan akar dari itu semua adalah bahwa
bangsa ini sampai saat itu belum memiliki kalau menurut saya pribadi lebih
tepat dikatakan “malu mengakui” – jati dirinya. Di awal terbentuknya NKRI
dengan bangga memproklamirkan diri sebagai negara demokrasi. Lalu ketika
demokrasi itu lebih condong kepada liberalisme yang notabene budaya kaum
imperialis, bangsa ini dengan tergagap-gagap mengikut pada sosialisme bahkan
komunisme. Demokrasi, liberalisme, sosialisme, dan komunisme bukanlah jiwa
Bangsa Indonesia !
Dalang dari G 30 S/PKI bukanlah orang perorang atau suatu institusi tertentu. Dalang utama dari G 30 S/PKI adalah karena bangsa ini belum “menemukan kembali” jati dirinya setelah sekian lama tertindas oleh penjajahan.
Dalang dari G 30 S/PKI bukanlah orang perorang atau suatu institusi tertentu. Dalang utama dari G 30 S/PKI adalah karena bangsa ini belum “menemukan kembali” jati dirinya setelah sekian lama tertindas oleh penjajahan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Gerakan_30_September
http://exc09redemptoraayk.wordpress.com/2009/06/12/pengertian-umum-komunis/
http://exc09redemptoraayk.wordpress.com/2009/06/12/terbentuknya-partai-komunis-indonesia-pki/
http://suara-islam.com/news/berita/nasional/974-kronologi-peristiwa-banyuwangi
http://socialone15.blogspot.com/2009/12/siapa-di-balik-g-30-spki.html
ConversionConversion EmoticonEmoticon