MAKALAH
PENYAKIT
YANG MENYERTAI
KEHAMILAN
DAN PERSALINAN “ASMA”
![UM-Surabaya](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
Disusun
Oleh :
Kelompok
3
Attik
F (2010.0661.056)
Mukmidatul
M (2010.0661.078)
Putri
Dwi Cahyani (2010.0661.084)
Nailatul
Izzah (2010.0661.100)
DIII
KEBIDANAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2010/2011
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Penyakit Yang Menyertai
Kehamilan dan Persalinan Asma”
Penulisan
makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan
tugas mata kuiah Askeb IV patologi di FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Dalam
Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam
penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini,
khususnya kepada :
1.
Rahmawati ika sukarsih, M.Kes dosen
pembimbing mata kuliah Asuhan kebidanan patologi (Askeb IV)
2.
Rekan-rekan semua Kelas IV-B D3
Kebidanan FIK Universitas Muhammadiyah Surabaya
3.
Secara khusus penulis menyampaikan
terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan
bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama mengikuti
perkuliahan maupun dalam menyelesaikan laporan ini
4.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya
penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang
telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN...........................................................................
1.1 Latar Belakang........................................................................
1.2 Rumusan Masalah..................................................................
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................
2.1 Pengertian Asma........................................................................
2.2 Etiologi
Asma............................................................................
2.3 Tanda dan Gejala Asma.............................................................
2.4 Klasifikasi Asma ......................................................................
2.5 Patofisiologi Asma.....................................................................
2.6 Pengaruh Kehamilan terhadap Asma ........................................
2.7 Pengaruh Asma terhadap kehamilan..........................................
2.8 Penaatalaksanaan Asma ............................................................
2.9 Asuhan kebidanan ibu hamil dengan Asma ..............................
BAB III PENUTUP…………………………………………………...............
3.1 Kesimpulan...............................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Insiden asma dalam kehamilan adalah
sekitar 0,5-1 % dari seluruh kehamilan. Serangan asma biasanya timbul pada usia
kehamilan 24-36 minggu, jarang pada akhir kehamilan. Frekuensi dan beratnya
serangan akan mempengaruhi hipoksia pada ibu dan janin. Penegakan diagnosis
serupa dengan asma diluar kehamilan.
Asma bronkiale merupakan penyakit
obstruksi saluran nafas yang sering dijumpai pada kehamilan dan persalinan,
diperkirakan 1%-4% wanita hamil menderita asma. Efek kehamilan pada asma tidak
dapat diprediksi. Turner et al dalam suatu penelitian yang melibatkan 1054
wanita hamil yang menderita asma menemukan bahwa 29% kasus membaik dengan
terjadinya kehamilan, 49% kasus tetap seperti sebelum terjadinya kehamilan, dan
22% kasus memburuk dengan bertambahnya umur kehamilan. Sekitar 60% wanita hamil
yang mendapat serangan asma dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik.
Sekitar 10% akan mengalami eksaserbasi pada persalinan. Mabie dkk (1992)
melaporkan peningkatan 18 kali lipat resiko eksaserbasi pada persalinan dengan
seksio sesarea dibandingkan dengan pervaginam.
Asma bronkiale merupakan penyakit
yang ditandai dengan meningkatnya kepekaan saluran trakeobronkial terhadap
berbagai rangsangan. Pada serangan asma terjadi bronkospasme, pembengkakan
mukosa dan peningkatan sekresi saluran nafas, yang dapat hilang secara spontan
atau dengan pengobatan. Gejala klinik yang klasik berupa batuk, sesak nafas,
dan mengi (wheezing), serta bisa juga disertai nyeri dada. Serangan asma
umumnya berlangsung singkat dan akan berakhir dalam beberapa menit sampai jam,
dan setelah itu penderita kelihatan sembuh secara klinis. Pada sebagian kecil
kasus terjadi keadaan yang berat, yang mana penderita tidak memberikan respon
terhadap terapi (obat agonis beta dan teofilin), hal ini disebut status
asmatikus.
Pengaruh kehamilan terhadap
timbulnya serangan asma pada setiap penderita tidaklah sama, bahkan pada
seorang penderita asma serangannya tidak sama pada kehamilan pertama dan
kehamilan berikutnya. Biasanya serangan akan timbul mulai usai kehamilan 24
minggu sampai 36 minggu, dan akan berkurang pada akhir kehamilan.
Pengaruh asma pada ibu dan janin
sangat bergantung dari frekuensi dan beratnya serangan asma, karena ibu dan
janin akan mengalami hipoksia. Keadaan hipoksia jika tidak segera diatasi tentu
akan memberikan pengaruh buruk pada janin, berupa abortus, persalinan prematur,
dan berat janin yang tidak sesuai dengan umur kehamilan.
Angka kesakitan dan kematian
perinatal tergantung dari tingkat penanganan asma. Gordon et al menemukan bahwa
angka kematian perinatal meningkat 2 kali lipat pada kehamilan dengan asma
dibandingkan kontrol, akan tetapi dengan penanganan penderita dengan baik,
angka kesakitan dan kematian perinatal dapat ditekan mendekati angka populasi
normal.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan asma ?
2. Apa
sajaya faktor pencetus asma?
3. Bagaimana
pengaruh asma pada kehamilan dan persalinan?
1.3
Tujuan
1.
Mahasiswa mampu menjelaskan apa
pengertian dari asma?
2.
Mahasiswa mampu menjelaskan faktor apa
saja yang menjadi pencetus asma?
3.
Mahasiswa mampu menjekaskan pengaruh
asma pada kehamilan dan persalinan?\
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Asma adalah radang kronis pada jalan nafas
yang berkaitan dengan obstruksi reversible dari spasme, edema, dan produksi
mucus dan respon yang berlebihan terhadap stimuli. (Varney, Helen. 2003)
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon trakea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Soeparman, 1990).
Asma adalah keadaan klinis yang ditandai
oleh masa penyempitan bronkus yang reversibel, dipisahkan oleh masa di mana
ventilasi jalan nafas terhadap berbagai rangsang. (Sylvia Anderson (1995 : 149).
Asma adalah suatu inflamasi kronis saluran
nafas yang melibatkan sel eosinofil, sel mast, sel netrofil, limfosit dan
makrofag yang ditandai dengan wheezing, sesak nafas kumat-kumatan, batuk, dada
terasa tertekan dapat pulih kembali dengan atau tanpa pengobatan (Cris
Sinclair, 1994).
Asma adalah suatu penyakit peradangan
(inflamasi) saluran nafas terhadap rangsangan atau hiper reaksi bronkus. Sifat
peradangan pada asma khas yaitu tanda-tanda peradangan saluran nafas disertai
infliltrasi sel eosinofil. (Samsuridjal dan Bharata Widjaja (1994).
Asma merupakan suatu keadaan gangguan /
kerusakan bronkus yang ditandai dengan spasme bronkus yang reversibel (spasme
dan kontriksi yang lama pada jalan nafas) (Joyce M. Black,1996).
Asma bronkiale didefinisikan sebagai
penyakit dari sistem pernafasan yang meliputi peradangan dari jalan nafas
dengan gejala bronkospasme yang reversibel. (Crocket (1997).
2.2 Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial:
a. Faktor Predisposisi
- Genetik.
Dimana yang diturunkan adalah
bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang
jelas penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain
itu hipersentifisitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Prepisitas
- Alergen
Dimana alergen dapat dibagai menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui
saluran pernapasan
Ex : debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yahg masuk melalui
mulut
Ex : Makanan
dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui
kontak dengan kulit.
Ex :
perhiasan, logam, dan jam tangan
- Perubahan Cuaca pegunungan
Cuaca lembab dan hawa yang dingin
sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim,
seperti : musim hujan, musim kemarau, musim bunga,. Hal ini berhubungan dengan
arah angin serbuk bunga danb debu
- Stress
Stress / gangguan emosi dapat
menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma
yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati
penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
- Lingkungan Kerja
Mempunyai hubungan langsung
dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia
bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil,
pabrik asbes, polusi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau
cuti.
- Olahraga / aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma
akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang
berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas.
2.3 Tanda Gejala
Adapun tanda dan gejala yang bisa
muncul pada ibu hamil dengan asma :
- Kesulitan bernafas
- Kenaikan denyut
nadi
- Nafas berbunyi,
terutama saat menghembuskan udara
- Batuk kering
- Kejang otot di
sekitar dada
Adapun
tingkatan klinik asma dapat dilihat pad atabel berikut dibawah ini :
Tingkatan
|
PO2
|
PCO2
|
pH
|
FEVI (%
predicted)
|
Alkalosis respiratori ringan
Alkalosis respiratori
Tingkat waspada
Asidosis respiratori
|
Normal
↓
↓
↓
|
↓
↓
Normal
↓
|
↑
↑
Normal
↑
|
65 – 80
50 – 64
35 – 49
< 35
|
Pada kasus asma
sedang, hipoksia pada awalnya dapat dikompensasi oleh hiperventilasi sebagai
refleksi dari PO2 arteri normal, menurunnya PO2 dan
alkalosis respiratori. Pada obstruksi berat, ventilasi menjadi berat karena
Fatigue menjadikan retensi CO2. pada hiperventilasi, keadaan ini
hanya dapat dilihat sebagai PO2 arteri yang berubah menjadi normal.
Akhirnya pada obstruksi berat yang diikuti kegagalan pernafasan dengan
karakteristik hiperkapnia dan asedemia
2.4 Klasifikasi
Asma dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
a. Asma interisik
(berasal dari dalam)
Yang sebab
serangannya tidak diketahui
b. Asma eksterisik
(berasal dari luar)
Yang pemicu serangannya berasal
dari luar tubuh (biasanya lewat pernafasan) Serangan asma dapat berlangsung singkat atau berhari-hari. Bisanya serangan
dimulai hanya beberapa menit setelah timbulnya pemicu. Frekuensi asma
berbeda-beda pada tiap penderita. Serangan asma yang hebat dapat menyebabkan
kematian.
2.5 Patofisiologi
Suatu serangan asthma timbul karena
seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang ada dalam lingkungan
sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan.
Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain
akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell (APC).
Setelah alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan ke sel
Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 (
IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E
(IgE).
IgE yang terbentuk akan diikat oleh
mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalan sirkulasi. Bila
proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau
baru menjadi rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau
lebih dengan alergen yang sama, alergen tersebut akan diikat oleh Ig E yang
sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan
influk Ca++ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan
kadar cAMP.
Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan
degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan menyebabkan dilepaskanya
mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin, slow releasing suptance of
anaphylaksis ( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A)
dan lain-lain. Hal ini akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu :
kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang
akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan
dalam terjadinya edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya
saluran nafas , peningkatansekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi
mukus.
Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan
ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru
dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia,
hiperkapnea dan asidosis pada tahap yangsangat lanjut, (Barbara C.L,1996,
Karnen B. 1994, William R.S. 1995.
2.6 Pengaruh Kehamilan terhadap
Asma
Pengaruh kehamilan terhadap perjalanan klinis asma, bervariasi dan tidak
dapat disuga. Dispnea simtomatik yang terjadi selama kehamilan, yang mengenai
60%-70% wanita hamil, bisa memberi kesan memperberat keadaan asma.
Wanita yang memulai kehamilan dengan asma yang berat, tampaknya akan
mengalami asma yang lebih berat selama masa kehamilannya dibandingkan dengan
mereka yang dengan asma yang lebih ringan. Sekitar 60% wanita hamil dengan asma
akan mengalami perjalanan asma yang sama pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
Gluck& Gluck menyimpulkan bahwa peningkatan kadar IgE diperkirakan akan
memperburuk keadaan asma selama kehamilan, sebaliknya penderita dengan kadar
IgE yang menurun akan membaik keadaannya selama kehamilan.
Eksaserbasi serangan asma tampaknya sering terjadi pada trimester III atau
pada saat persalinan, hal ini menimbulkan pendapat adanya pengaruh perubahan
faktor hormonal, yaitu penurunan progesteron dan peningkatan prostaglandin,
sebagai faktor yang memberikan pengaruh.
Pada persalinan dengan seksio sesarea resiko timbulnya eksaserbasi serangan
asma mencapai 18 kali lipat dibandingkan jika persalinan berlangsung
pervaginam.
2.7 Pengaruh Asma Terhadap Kehamilan
Pengaruh asma terhadap kehamilan bervariasi tergantung derajat berat
ringannya asma tersebut. Asma terutama jika berat bisa secara bermakna
mempengaruhi hasil akhir kehamilan, beberapa penelitian menunjukkan adanya
peningkatan insidensi abortus, elahiran prematur, janin dengan berat badan
lahir rendah, dan hipoksia neonatus. Beratnya derajat serangan asma sangat
mempengaruhi hal ini, terdapat korelasi bermakna antara fungsi paru ibu dengan
berat lahir janin. Angka kematian perinatal meningkat dua kali lipat pada
wanita hamil dengan asma dibandingkan kelompok kontrol.
Asma berat yang tidak terkontrol juga menimbulkan resiko bagi ibu, kematian
ibu biasanya dihubungkan dengan terjadinya status asmatikus, dan komplikasi
yang mengancam jiwa seperti pneumotoraks, pneumomediastinum, kor pulmonale
akut, aritmia jantung, serta kelemahan otot dengan gagal nafas. Angka kematian
menjadi lebih dari 40% jika penderita memerlukan ventilasi mekanik.
Asma dalam kehamilan juga dihubungkan dengan terjadinya sedikit peningkatan
insidensi preeklampsia ringan, dan hipoglikemia pada janin, terutama pada ibu
yang menderita asma berat.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dengan penanganan penderita secara
intensif, akan mengurangi serangan akut dan status asmatikus, sehingga hasil
akhir kehamilan dan persalinan dapat lebih baik.
2.8 Penatalaksanaan
Dasar-dasar
Penanganan
Penanganan penderita asma selama kehamilan bertujuan untuk menjaga ibu
hamil sedapat mungkin bebas dari gejala asma, walauoun demikian eksaserbasi
akut selalu tak dapat dihindari.
Pengobatan yang harus diusahakan
adalah :
1.
Menghindari terjadinya gangguan pernapasan melalui
pendidikan terhadap penderita, menghindari pemaparan terhadap alergen, dan
mengobati gejala awal secara tepat.
2.
Menghindari terjadinya perawatan di unit gawat darurat
karena kesulitan pernapasan atau status asmatikus, dengan melakukan intervensi secara
awal dan intensif.
3.
Mencapai suatu persalinan aterm dengan bayi yang
sehat, di samping melindungi keselamatan ibu.
4.
Dalam penanganan penderita asma diperlukan
individualisasi penanganan, karena penanganan suatu kasus mungkin berbeda
dengan kasus asma yang lain, dalam memulai suatu perawatan obstetri terhadap
wanita hamil dengan asma perlu diperhatikan beberapa prinsip tertentu yaitu :
a.
Mendeteksi dan mengeliminasi faktor pemicu timbulnya
serangan asma pada penderita tertentu.
b.
Menghentikan merokok, baik untuk alasan obstetrik
maupun pulmonal
c.
Mendeteksi dan mengatasi secara awal jika diduga
adanya infeksi pada saluran nafas, seperti bronkitis, sinusitis.
d.
Pembahasan antara ahli kebidanan dan ahli paru, untuk
mengetahui masalah-masalah yang potensial dapat timbul, rencana penanganan umum
termasuk penggunaan obat-obatan.
e.
Pertimbangan untuk mengurangi dosis pengobatan, tetapi
masih dalam kerangka respon pengobatan yang baik.
f.
elakukan penelitian fungsi paru dasar, juga penentuan
gas darah khususnya pada penderita asma berat.
Obat-obat anti asma yang sering
digunakan
Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan asma secara garis besar dapat
dibagi dalam 5 kelompok utama yaitu beta adrenergik, methylxanthine,
glukokortikoid, cromolyn sodium dan anti kolinergik, di samping itu terdapat
obat-obat lain yang sering digunakan sebagai terapi tambahan pada penderita
asma seperti ekspektoran dan antibiotik.
Penanganan
asma kronik pada kehamilan
Dalam penanganan penderita asma dengan kehamilan, dan tidak dalam serangan
akut, diperlukan adanya kerja sama yang baik antara ahli kebidanan dan ahli
paru. Usaha-usaha melalui edukasi terhadap penderita dan intervensi melalui
pengobatan dilakukan untuk menghindari timbulnya serangan asma yang berat.
Adapun usaha
penanganan penderita asma kronik meliputi :
1.
Bantuan psikologik menenangkan penderita bahwa
kehamilannya tidak akan memperburuk perjalanan klinis penyakit, karena keadaan
gelisah dan stres dapat memacu timbulnya serangan asma.
2.
Menghindari alergen yang telah diketahui dapat menimbulkan
serangan asma
3.
Desensitisasi atau imunoterapi, aman dilakukan selama
kehamilan tanpa adanya peningkatan resiko terjadinya prematuritas, toksemia,
abortus, kematian neonatus, dan malformasi kongenital, akan tetapi efek
terapinya terhadap penderita asma belum diketahui jelas.
4.
Diberikan dosis teofilin per oral sampai tercapai
kadar terapeutik dalam plasma antara 10-22 mikrogram/ml, biasa dosis oral
berkisar antara 200-600 mg tiap 8-12 jam.
5.
Dosis oral teofilin ini sangat bervariasi antara
penderita yang satu dengan yang lainnya.
6.
Jika diperlukan dapat diberikan terbulatin sulfat
2,5-5 mh per oral 3 kali sehari, atau beta agonis lainnya.
7.
Tambahkan kortikosteroid oral, jika pengobatan masih
belum adekuat gunakan prednison dengan dosis sekecil mungkin.
8.
Pertimbangan antibiotika profilaksis pada kemungkinan
adanya infeksi saluran nafas atas.
9.
Cromolyn sodium dapat dipergunakan untuk mencegah
terjadinya serangan asma, dengan dosis 20-40 mg, 4 kali sehari secara inhalasi.
Penanganan asma dalam persalinan
Pada kehamilan dengan asma yang terkontrol baik, tidak diperlukan suatu
intervensi obstetri awal. Pertumbuhan janin harus dimonitor dengan
ultrasonografi dan parameter-parameter klinik, khususnya pada
penderita-penderita dengan asma berat atau yang steroid dependen, karena mereka
mempunyai resiko yang lebih besar untuk mengalami masalah pertumbuhan janin.
Onset spontan persalinan harus diperbolehkan, intervensi preterm hanya
dibenarkan untuk alasan obstetrik.
Karena pada persalinan kebutuhan ventilasi bisa mencapai 20 I/menit, maka
persalinan harus berlangsung pada tempat dengan fasilitas untuk menangani
komplikasi pernapasan yang berat; peneliti menunjukkan bahwa 10% wanita
memberat gejala asmanya pada waktu persalinan.
Selama persalinan kala I pengobatan asma selama masa prenatal harus
diteruskan, ibu yang sebelum persalinan mendapat pengobatan kortikosteroid
harus hidrokortison 100 mg intravena, dan diulangi tiap 8 jam sampai
persalinan. Bila mendapat serangan akut selama persalinan, penanganannya sama
dengan penanganan serangan akut dalam kehamilan seperti telah diuraikan di
atas.
Pada persalinan kala II persalinan per vaginam merupakan pilihan terbaik
untuk penderita asma, kecuali jika indikasi obstetrik menghendaki dilakukannya
seksio sesarea. Jika dilakukan seksio sesarea. Jika dilakukan seksio sesarea
lebih dipilih anestesi regional daripada anestesi umum karena intubasi trakea
dapat memacu terjadinya bronkospasme yang berat.
Pada penderita yang mengalami kesulitan pernapasan selama persalinan
pervaginam, memperpendek, kala II dengan menggunakan ekstraksi vakum atau
forceps akan bermanfaat.
Bila terjadi pendarahan post partum yang berat, prostaglandin E2 dan
uterotonika lainnya harus digunakan sebagai pengganti prostaglandin F2(x) yang
dapat menimbulkan terjadinya bronkospapasme yang berat.
Dalam memilih anestesi dalam persalinan, golongan narkotik yang tidak
melepaskan histamin seperti fentanyl lebih baik digunakan daripada meperidine
atau morfin yang melepas histamin.
Bila persalinan dengan seksio sesarea atas indikasi medik obstetrik yang
lain, maka sebaiknya anestesi cara spinal.
Penanganan
asma post partum
Penanganan asma post partum dimulai jika secara klinik diperlukan.
Perjalanan dan penanganan klinis asma umumnya tidak berubah secara dramatis
setelah post partum. Pada wanita yang menyusui tidak terdapat kontra indikasi
yang berkaitan dengan penyakitnya ini.
Teofilin bisa dijumpai dalam air susu ibu, tetapi jumlahnya kurang dari 10%
dari jumlah yang diterima ibu. Kadar maksimal dalam air susu ibu tercapai 2 jam
setelah pemberian, seperti halnya prednison, keberadaan kedua obat ini dalam
air susu ibu masih dalam konsentrasi yang belum mencukupi untuk menimbulkan
pengaruh pada janin.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL
DENGAN ASMA
I.
Pengkajian
A.
Data Subjektif
1.
Biodata
Nama Ibu
: Ny S
Umur
: 25 tahun
Agama
: Islam
Suku Bangsa :
Jawa/Indonesia
Pekerjaan
: IRT
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Banyuwangi
Nama Suami : Tn
”D”
Umur
: 30 tahun
Agama
: Islam
Suku Bangsa :
Jawa/Indonesia
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Banyuwangi
2.
Keluhan Utama
Ibu mengatakan merasakan sesak saat bernafas
Riwayat Kesehatan
·
Riwayat Penyakit Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular
seperti TBC, HIV/AIDS, Hepatitis B dll, menahun seperti DM, Hipertensi,
jantung, dll, Menurun Hipertensi, DM dll
·
Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan ibunya pernah menderita penyakit asma
·
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu mengatakan pada kehamilannya sekarang disertai
penyakit Asma sejak trimester 2 yaitu pada usia kehamilan 6 bulan.
3.
Riwayat
Menstruasi
·
Amenorhoe
: 7 bulan
·
Menarche : 12 tahun
·
Lama
: ± 7 hari
·
Banyak/sedikit
: Banyak
·
Siklus
: ± 28 hari
·
Dismonerhoe
: (+) pada hari 1 – 3 menstruasi
·
Fluor
albus : (+)
kadang-kadang sebelum 2 hari menstruasi
·
HPHT
: 24 Juli 20011
·
TP / HPL
: 01
Mei 20012
4.
Riwayat
Kehamilan, persalinan dan nifas
Ibu mengatakan ini adalah kehamilannya yang pertama.
5.
Riwayat KB
Ibu mengatakan belum pernah menjadi akseptor KB
6.
Riwayat
perkawinan
Ibu mengatakan pernikahan 1 x dan usia
pernikahannya 1 th
7.
Riwayat
Psikososial
Ibu mengatakan hubungan dengan keluarga, tetangga dan
lingkungan sekitarnya baik
8.
Riwayat Sosial
Budaya
Ibu mengatakan kadang masih mempercayai adat istiadat
yang ada didaerahnya.
9.
Pola kebiasaan
sehari – hari
Pola Kebiasaan
|
Sebelum hamil
|
Sesudah hamil
|
1. Nutrisi
2. Eliminasi
a. BAB
BAK
b.
Aktifitas
Istirahat
5.Sexual
5.
6. Personal Hygiene
|
- Makan sehari
3x porsi biasanya sayur, lauk pauk. Minum ± 8 gelas sehari
- BAB 1 – 2 x/
hari, bau khas, konsistensi lembek warna kuning kecoklatan
- BAK 5 – 6
x/hari,
- bau
khas, warna jernih kekuningan
- Mengajar dan
melakukan kegiatan sebagai ibu RT misal memasak, mencuci dll
Tidur malam ± 6 – 8 jam/hari, tidur
siang ± 1 – 2 jam (kadang-kadang)
- 2 – 3 x dalam
1 mgg
- ibu mengatakan
melakukan hubungan seksual 3x dalam seminggu
Mandi 2 - 3 x dalam sehari, ganti celana dalam 2 x
sehari
|
- Makan sehari
3 -4x porsi biasanya sayur, lauk pauk. Minum ± 8 gelas sehari
BAB 1 – 2 x/ hari, bau khas, konsistensi lembek warna
kuning kecoklatan
BAK 6 - 7 x/hari, bau khas, warna jernih kekuningan.
Sejak usia kehamilan 8,5 bln ibu cuti mengajar, karena
asma yang menyertai kehamilannya ibu mengurangi kegiatan Rtnya
Tidur malam ± 6 – 8 jam/hari, tidur
siang ± 2 – 3 jam/hari
-
Ibu mengatakan jarang melakukan hub sexual saat dirinya
hamil
-
Mandi 2 - 3 x dalam sehari, ganti celana dalam 2 x
sehari
|
B.
Data Objektive
1. Pemeriksaan
Umum
KU
: baik
Kesadaran
: Composmetis
BB sebelum hamil : 56 Kg
BB sekarang
: 66 Kg
TB
: 155 cm
Lila
: 23 cm
TTV ; TD
: 120/90 mmHg
N : 90 x / mnt
RR : 30 x / mnt
S : 367 0 C
2.
Pemeriksaan
Khusus
1.
Inspeksi
- Kepala
- Muka
- Mata
- Hidung
- Bibir
- Gigi
- Telinga
- Leher
- Buah dada
- Perut
- Ekstrimitas
-
|
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
|
Rambut hitam, kulit kepala bersih, luka (-), ketombe
(-), tidak rontok, benjolan (-).
Simetris
Konjungtiva merah muda, sklera puith anemis (-), oedema
palpebra (-)
Simetris, tidak polip, tidak ada sekret hidung
Cyanosis (-), mukosa kering (-), stomatitis (-), lidah
tdk kotor
Caries (-)
Bersih, tidak ada serumen
Pembesaran K. Tyroid (-), pembesaran vena jugularis
Keluarnya colostrum puting susu menonjol, areola coklat
Linea nigra (+), strie albican (-), pembesaran sesuai
UK
Tidak
ada varices, tidak odem
Hemoroid (-)
|
2. Palpasi
- Leher
: tidak ada pembengkakan
- Genetalia
: -
- Buah dada :
Massa (-)
- Abdomen
:
a.
Leopold I
b.
Leopold II
c.
Leopold III
d.
Leopold IV
|
:
:
:
:
|
TFU 3 jari dibawah prsesus xipoideus (UK 36 mgg)
PUKA, DJJ : 130 x/mnt
Persentasi Kepala
Belum masuk PAP
Variasi
: -
Mc. Donald : TFU 31,5 cm
TBJ
: 3177,5 gr
|
3.
Auskultasi
- Dada
- DJJ
Pucntum
Maximum
|
:
:
:
|
Menunjukkan Ronkhi dan bising mengi difus inspirasi dan
ekspirasi. Ekspirasi memanjang pada status asmatikus, pernapasan sangat sulit
dan bising mengi dapat didengar tanpa stetoskop
(Kedaruratan ibstetri dan ginekologi Hal : 95)
130 x / mnt
dibawah pusat atau pada kwadran kanan bawah.
|
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Laboratorium
e.
|
:
|
Dilakukan
1.
Px Sputum ® terdapat adanya kristal charcot
leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
2.
Px darah ® AGD normal, terdapat peningkatan
dari SGOT dan LDH, Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang diatas
15.000 / mm3 ® menandakan terdapatnya suatu infeksi
3.
Px faktor alergi ® peningkatan IGE pada waktu serangan
dan menurun pd waktu bebeas dari serangan
|
b.Laboratorium
f.
|
:
|
Dilakukan
1.
Px Radiologi (Foto thoraks) ® Normal, juga
digunakan untuk mengetahui, jika ada komplikasi seperti pneomonia.
(Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi
; hal 97)
2.
Px tes kulit ® Normal, untuk mencari faktor alergi
3.
EKG ® terdapatnya tanda-tanda hipertropi
otot jantung
4.
Px USG ® Janin tunggal, hidup, intrauteri,
presentasi kepala
PCO2 ® 34,5 mmHg
(normalnya 35-45 mmHg)
PO2 ® 84 mmHg
(normalnya 80-100 mmHg)
|
|
|
|
II.
INTERPRETASI DATA
Dx : NY
”S” GIP0000 UK 36 minggu T/H/I Letkep dengan Asma Bronchial
Ds : Ibu
mengatakan adanya serangan asma dan sesak dada disertai oleh batuk dan mengi
Do : Ku
Baik
TTV ; TD
: 120/90 mmHg
Bising mengi (+)
N : 90 x / mnt
S : 367 0
C
Ronchi : (+)
Masalah : - Sesak dada
- Bising mengi
Kebutuhan : - Menganjurkan ibu untuk lebih banyak
istirahat dan minum
- Menganjurkan ibu untuk bernafas
normal saat timbul serangan
- Menganjurkan ibu untuk menghindari tempat-tempat
polusi
III.
Megantisipasi Diagnosa / Masalah Potensial
Dx
: NY ”S” GIP0000 UK 36 minggu T/H/I Letkep dengan Asma
Bronchial
Dx Potensial : Infeksi saluran
pernafasan
Mx Potensial : - Sesak nafas
- Foetel Nafas
Antisipasi penanganan :
Mx Sesak nafas :
-
Memberikan obat
– obatan Asma yang sama dengan obat asma saat tidak hamil misalnya :
Aminofilin, Eidrin, Epinefrin dan Kortikosteroid. (Sinopsis Obstetri, hal :
156)
-
Mencegah agar
tidak terjadi serangan asma saat hamil yaitu dengan menghindari kebiasaan buruk
misalnya merokok, dan jangan menunda pengobatan agar tidak memperparah keadaan
Mx Foetal Distres :
-
Memeriksa janin
secara teratur melalui USG dan Doppler
-
Memberi obat
yang tidak membahayakan janin
-
Anjurkan ibu
untuk miring ke kiri saat tidur agar sirkulasi O2 ke janin lancar.
IV.
Mengidentifikasi Kebutuhan Segera
Kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lain untuk
menemukan terapi yang tepat untuk metalaksanakan pasien
V.
Menyusun Rencana Asuhan
Tujuan : Asma pada ibu berkurang / sembuh
Kriteria hasil : sesak nafas, mengi batuk-batuk pada
ibu berkurang dan kehamilannya normal sampai aterm
INTERVENSI :
1.
Sembuhkan dan
mengendalikan gejala Asma
R/ Agar gejala dini langsung diatasi dan asma tidak makin
memburuk.
2.
Hindarkan
kemungkinan infeksi pernafasan dan tekanan emosional
R/ Tekanan emosional seperti terkejut, marah, sedih dll,
akan memicu serangan asma yang jika terjadi secara berulang-ulang akan
menyebabkan terjadinya infeksi pernafasan.
3.
Ajarkan
Olahraga atau senam asma
R/ Agar daya tahan tubuh makin kuat sehingga tahan
terhadap faktor pencetus terjadinya asma
4.
Ingatkan agar
ibu hanya minum obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter
R/ Mencegah agar tidak mempengaruhi pertumbuhan janin
5.
Berikan terapi
inhalasi kortikosteroid, bronkodilator dan Aminofilin
R/ Penggunaan terapi inhalasi / inhaler dapat digunakan
sendiri sewaktu-waktu jika terjadi serangan asma
6.
Berikan
bronkhodilator (terbutaline 2,5 mg oral setiap 4 – 6 jam atau 250 mg setiap 15 menit dalam 3 dosis )
R/ Merelaksasi otak halus dan menurunkan spasme jalan
nafas, mengi dan produksi mukosa.
7.
Berikan
antibiotik jika ada kecurigaan adanya infeksi
R/ Antibiotikmencegah terjadinya infeksi
8.
Hindari stress
dan ciptakan lingkungan psikologi yang tenang.
R/ Jika lingkungan psikologi tenang, maka emosi ibu akan
stabil ® sehingga mengurangi serangan asma
9.
Beri KIE pada
ibu untuk tidak memelihara kucing dan hewan berbulu lainnya
R/ Dulu hewan merupakan salah satu faktor pencetus alergi
10. Tempatkan
posisi yang nyaman pada pasien contoh : meninggikan kepala tempat tidur, duduk
pada sandaran tempat tidur.
R/ Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi
pernafasan dengan menggunakan gravitasi
11. Beri penjelasan
pad aklien tentang penyakitnya dan diskusikan obat pernafasan efek samping dan
reaksi yang tidak diinginkan.
R/ Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan
partisipasi pada rencana pengobatan serta penting bagi pasien memahami
perbedaan antara efek samping mengganggu dan merugikan.
12. Tingkatkan
masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung memberikan
air hangat.
R/ Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret,
penggunaan cairan hangat dapat menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan
hangat dapat menurunkan spasme bronkus
VI.
Implementasi
-
Menyembuhkan
dan mengendalikan gejala asma
-
Mengajarkan
olahraga atau senam asma
-
Mengingatkan
agar ibu hanya minum obat-obatan yang dianjurkan oleh dokter
-
Memberikan
terapi inhalasi kortikosteroid, bronkodilator dan Aminofilin
-
Memberikan
bronkodilator (terbutaline 2,5 mg oral setiap 4 – 6 jam atau 250 mg setiap 15 menit dalam 3 dosis )
-
Memberikan KIE
pada ibu untuk tidak memelihara kucing dan hewan berbulu lainnya
-
Menempatkan
posisi yang nyaman pada pasien. Contoh : meninggikan kepala tempat
tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
-
Memberikan
penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan mendiskusikan obat pernafasan
efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan
-
Menganjurkan
untuk meningkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi
jantung memberikan air hangat.
VII.
Evaluasi
S : Ibu mengatakan sudah mengerti dengan apa yang
disampaikan petugas
O : KU Baik,TTV ;TD : 140/80 mmHg,N: 84 x / mnt,RR:
28 x / mnt,S: 367
0 C
A : Ny ”S” GIP00000 UK 36 minggu
T/H/I Letkep dengan Asma Brnchial
P : - KIE tentang keadaan Ibu
- Berikan terapi oral hingga serangan
asma ibu berkurang
- Anjurkan senam asma
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asma adalah penyakit
yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap
bermacam – macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus
dan sekresi yang berlebih – lebihan dari
kelenjar – kelenjar di mukosa bronchus. Suatu serangan asthma
timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang ada dalam
lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu
diturunkan. Alergen yang masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan
lain-lain akan ditangkap makrofag yang bekerja sebagai antigen presenting cell
(APC). Setelah alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut dipresentasikan
ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya
interleukin 2 ( IL-2 ) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk
imunoglobulin E (IgE). Tanda dan gejala
Keluhan
yang biasanya dirasakan saat terjadi asma yaitu :
1.
Nafas pendek
2.
Nafas terasa sesak dan yang paling khas
pada penderita asma adalah terdengar bunyi wising yang timbul saat
menghembuskan nafas
3.
Kadang-kadang batuk kering menjadi salah
satu penyebabnya
4.
Pada kehamilan, biasanya serangan akan
timbul pada usia kehamilan 24 minggu sampai
36 minggu dan pada akhir kehamilan
jarang terjadi
ConversionConversion EmoticonEmoticon