MAKALAH ASKEB PATOLOGI
Infeksi Yang Menyertai Kehamilan Dan Persalinan
“CYTOMEGALO
VIRUS”
![](file:///C:/Users/user/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
Oleh:
Kelompok
6 / Kelas 4b
1.
Herlina Wagia (09.630.040)
2.
Ika Apriyani (2010.0661.063)
3.
Yovitta Ayu A.w (2010.0661.095)
4.
Sri Wahyuni (2010.0661.102)
PRODI
D3 KEBIDANAN
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.
Karena berkah rahmatNya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Infeksi
yang menyertai kehamilan dan persalinan “CYTOMEGALOVIRUS” untuk memenuhi
tugas Askeb Patologi tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini, kami selaku
penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu sehingga terselesaikannya makalah ini. Dan kami mengucapkan terima
kasih kepada ibu Rachmawati Ika, S.ST, M.Kes,, selaku dosen pengajar mata
kuliah akeb patologi
Penulis
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka penulis selalu membuka
diri untuk menerima berbagai kritik dan saran sehingga makalah ini kelak
menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.
Surabaya, Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I.... PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah........................................................................... 2
1.3 Tujuan
Penulisan............................................................................. 2
1.4 Manfaat
Penulisan.......................................................................... 2
BAB II.. PEMBAHASAN
2.1
Definisi .......................................................................................... 3
2.2
Epidemiologi .................................................................................. 4
2.3
patofisiologi ................................................................................... 6
2.4
Tanda dan gejala............................................................................. 6
2.5
Diagnosa ........................................................................................ 8
2.6
Efek samping.................................................................................. 9
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sitomegalovirus merupakan organisme yang ada di
mana-¬mana serta pada hakekatnya menginfeksi sebagian besar manusia, bukti
adanya infeksi janin ditemukan di antara 0,5 –2 % dari semua neonatus. Sesudah
terjadinya infeksi primer yang biasanya asimtomatik, 10 % infeksi pada janin
menimbulkan simtomatik saat kelahiran dan 5-25 % meninggalkan sekuele. Pada
beberapa negara infeksi CMV 1 % didapatkan infeksi in utro dan 10-15 % pada
masa prenatal(5) Virus tersebut menjadi laten dan terdapat reaktivasi periodik dengan
pelepasan virus meskipun ada antibodi di dalam serum. Antibodi humoral
diproduksi, namun imunitas yang diperanta¬rai oleh sel tampaknya merupakan
mekanisme primer untuk terjadinya kesembuhan, dan keadaan kekebalan yang
terganggu baik terjadi secara alami maupun akibat pemakaian obat-obatan akan
meningkatkan kecenderungan timbulnya infeksi sitomegalovirus yang serius.
Diperkirakan bahwa berkurangnya surveilans imun yang diperantarai oleh sel,
menyebabkan janin-bayi tersebut berada dalam risiko yang tinggi untuk
terjadinya sekuele pada infeksi ini. Infeksi Maternal Sitomegalovirus Tidak ada
bukti yang menunjukkan bahwa kehamilan meningkatkan risiko terjadinya infeksi
sitomegalovirus maternal. Infeksi kebanyakan asimptomatik, tetapi 15 %
mempunyai mononucleosis like syndrome dengan gejala: demam, paringitis,
limpodenopathy, dan polyartritis. Jadi, infeksi primer yang ditularkan kepada
janin pada sekitar 40 persen kasus, lebih sering berkaitan dengan morbiditas
parah (Stagno dkk., 1986). Meskipun infeksi transplasental tidak universal,
janin yang terinfeksi lebih besar kemungkinannya disertai dengan infcksi
maternal selama paruh-pertama kehamilan. Sebagaimana virus herpes lainnya,
imunitas maternal terhadap sitomegalovirus tidak mencegah timbulnya rekurensi (reaktivasi)
dan juga tidak mencegah terjadinya infeksi kongenital. Dalam kenyataannya,
mengingat sebagian besar infeksi selama kehamilan bersifat rekuren, mayoritas
neonatus yang terinfeksi secara kongenital dilahirkan dari wa¬nita-wanita ini.
Untungnya, infeksi kongenital yang terjadi akibat infeksi rekuren lebih jarang
disertai dengan sekuele yang terlihat secara klinis dari pada infeksi
kongenital yang disebabkan oleh infcksi primer. Infeksi Kongenital
Sitomegalovirus Infeksi sitomegalovirus kongenital yang disebut penyakit
inklusi sitomegalik, menimbulkan suatu sindrom yang mencakup berat badan lahir
rendah, mikrosefalus, kalsifikasi intrakranial, korioretinitis, retardasi
mental serta motorik, gangguan sensorineural, hepatosplenomegali, ikterus,
anemia hemolitik dan purpura trombositopenik. Angka mortalitas di antara bayi
yang terinfeksi secara kongenital ini dapat mencapai 20 – 30 %, dan lebih 90 %
bayi yang berhasil hidup ternyata mendcrita retardasi mental, gangguan
pendengaran, gangguan perkembangan psikoniotorik, epilepsy atau pun gangguan
sistern saraf pusat lainnya (Pass dkk., 1980). Diagnosis Sitomegalovirus
Prenatal diagnosis efek infeksi pada janin dapat deteksi dengan USG dan
Magnetic Resonace Imaging dengan ditemukan mikrosephal, vetriculomegali dan
serebral kalsifikasi.. Gold standar diagnosis infeksi CMV adalah kutur virus.
Diagnosis infeksi primer dibuat berdasarkan peningkatan titer IgG sebesar empat
kali lipat pada serum, baik dalam keadaan akut maupun konvalesensi yang diukur
sekaligus, atau dibuat dengan mendeteksi antibodi 1gM terhadap sitomegalovirus
di dalam serum maternal. Sayangnya, tidak satupun di antara kedua metode ini
yang benar-benar akurat dalam memastikan infeksi maternal. Celakanya tidak ada
metode yang handal untuk memeriksa efek dari infeksi janin tersebut, termasuk
pemeriksaan sonografi atau kultur cairan amnion untuk menemukan sitomegalovirus
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
definisi dari cytomegalovirus?
2. Bagaimana
epidemiologi dari cytomegalovirus?
3. Bagaimana
patofisiologi dari cytomegalovirus?
4. Bagaimana tanda dan gejala dari cytomegalovirus?
5. Bagaimana
diagnose dari cytomegalovirus?
6. Bagaimana
efek samping dari cytomegalovirus?
1.3
TUJUAN PENULISAN
1.
Agar
mahasiswa mengetahui definisi dari cytomegalovirus.
2.
Agar
mahasiswa mengetahui epidemologi dari cytomegalovirus.
3.
Agar
mahasiswa mengetahui patofisiologi dari cytomegalovirus.
4.
Agar
mahasiswa mengetahui tanda dan gejala dari cytomegalovirus.
5.
Agar
mahasiswa mengetahui diagnosa dari cytomegalovirus.
6.
Agar
mahasiswa mengetahui efek samping dari cytomegalovirus.
1.4
MANFAAT PENULISAN
1. Bagi
penulis
Penulis mengharapkan makalah ini dapat
memenuhi tugas dan menambah pengetahuan, serta dapat lebih baik lagi dalam
menyusun makalah selanjutnya.
2. Bagi
pembaca
Makalah ini dapat
menjadi referensi dan menambah pengetahuan bagi pembaca.
3. Bagi
institusi pendidikan
Makalah ini dapat
menjadi sebagai bahan ajar atau menambah koleksi perpustakaan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Cytomegalovirus
atau sering disebut dengan (CMV) adalah infeksi oportiunistik yang berhubungan
dengan HIV. Virus ini dibawa oleh sekitar 50% populasi dan 90% penderita HIV.
Cytomegalovirus juga merupakan anggota keluarga virus herpes yang biasa disebut
herpes viridae. CMV sering disebut sebagai “virus paradoks” karena bila
menginfeksi seseorang dapat berakibat fatal, atau dapat juga hanya diam di
dalam tubuh penderita seumur hidupnya. Ada tiga jenis CMV:
a. Kongenital
Didapat
didalam rahim melalui plasentya. Kira-kira 40 % bayi yang lahir dari wanita
yang menderita CMV selama kehamilan juga akan terinfeksi CMV. Bentuk yang
paling berat dari penyakit ini adalah penyakit inklusi sitomegalik.
b. Akut di dapat
Di dapat
selama atau setelah kelahiran sampai dewasa. Gejalanya moirip dengan
mononucleosis ( malaise, demam, faringitis, splenomegali, ruam petekie, gejala
pernapasan). Infeksi ini bukan tanpa sekuele, terutama p[ada anak-anak yang
masih kecil, dan dapat terjadi transfusi.
c. Penyakit Sistemik Umum
Terjadi
pada individu yang menderita imunosupresi, terutama jika mereka telah menjalani
transplantasi organ. Gejala-gejalnya termasuk pneumonotis, hepatitis, dan
leucopenia, yang kadang-kadang fatal. Infeksi sebelumnya tidak menghasilkan
kekebalan dan dapat menyebabkan reaktivitas virus.
2.2 EPIDEMIOLOGI
Human Cytomegalovirus (HMCMV/CMV) atau human herpes virus 5, ditularkan
melaui kontak intim atau berulang dengan pengidap virus, melalui transmisi
vertiKal dari ibu ke janin, transfusi produk darah dan transplantasi organ atau
sumsum tulang dan donor sero positif CMV.
Virus dapat ditemukan dalam urine, sekresi orofaring, sekresi serviks, vagina,
semen, ASI, air mata, dan darah.
CMV dapat menyebabkan infeksi primer atau rekuen sekunder dapat menyebabkan
infeksi kongenital. Infeksi CMV congenital dapat terjadi pada bayi seorang ibu
yang imun terhadap CMV meskipun terdapat antibodi dalam serum ibu. Di samping
itu seorang ibu dapat melahirkan lebih dari seorang bayi dengan infeksi
kongenital yang disebabkan reaktifitas infeksi laten. Diduga infeksi CMV
kongenital simptomatik terjadi dalam trimester I atau II, terutama bila
mengakibatkan kerusakan susunan syaraf pusat.
Infeksi sitomegalovirus ditularkan melalui
cairan tubuh seperti ludah, darah, ASI, urine, semen dan lain-lain. Golongan
sosial ekonomi rendah lebih rentan terkena infeksi. Rumah sakit juga merupakan
tempat penularan virus ini, terutama unit dialisis, perawatan neonatal dan
ruang anak. Penularan melalui hubungan seksual juga dapat terjadi melalui
cairan semen ataupun lendir endoserviks.Transmisi ke janin mencapai 40 % pada
infeksi primer dan lebih jarang pada infeksi rekuren. Kekebalan yang terjadi
akibat infeksi sitomegalovirus ternyata tidak cukup untuk melindungi
kemungkinan terjadinya infeksi sitomegalovirus kongenital ulang. Meskipun
jarang, sitomegalovirus kongenital tetap dapat terulang pada ibu hamil yang
pernah mempunyai anak dengan sitomegalovirus kongenital pada kehamilan
terdahulu. Penularan dapat terjadi setiap saat dalam kehamilan tetapi semakin
muda umur kehamilan semakin berat gejala pada janinnya.
Janin yang baru lahir dapat terinfeksi CMV karena tertular dari ibunya yang
terinfeksi pada saat hamil. Atau sang ibu pernah terinfeksi sebelumnya dan pada
saat hamil virus menjadi aktif lagi (oleh CMV jenis yang sama atau yang lain)
pada saat hamil penular dari ibu kepada janin atau bayinya dapat terjadi pada saat :
a. Bayi masih dalam kandungan (infeksi
prenatal) dimana virus ditularkan melalui darah ,plasenta, yang menyebabkan
infeksi congenital atau infeksi bawaan.
b. Proses kehamilan,dimana bayi kontak
langsung dengan lender vagina /serviks sang ibu yang mengandung CMV.
c. Setelah lahir (infeksi postnatal) terutama
karena kontak dengan ASI dan air liur.
2.3 PATOFISIOLOGI
Sitomegalovirus (CMV) adalah penyebab utama infeksi virus congenital di
amerika utara. CMV ditularkan dari orang ke orang melalui kontak langsung
dengan cairan atau jaringan tubuh, termasuk urin, darah, liur, secret servikal,
semen dan ASI. Masa inkubasi tidak diketahui,
berikut ini adalah perkiraan masa inkubasi: setelah lahir-3 sampai 12
minggu; setelah tranfusi-3 sampai 12 minggu; dan setelah transplantasi-4 minggu
sampai 4 bulan. Urin sering mengandung CMV dari beberapa bulan sampai beberapa
tahun setelah infeksi. Virus tersebut dapat tetap tidak aktif dalam tubuh
seseorang tetapi masih dapat diaktifkan kembali. Hingga kini belum ada
imunisasi untuk mencegah penyakit ini.
2.4 TANDA DAN GEJALA
Kebanyakan bayi yang menderita sitomegalovirus
kongenital tidak menunjukkan gejala. Hanya 10% yang menunjukkan gejala-gejala
berikut:
- Berat badan lahir rendah
- Mikrosefalus (kepala kecil)
- Kejang
- Ruam kulit (peteki/bintik-bintik kecil
berwarna keunguan)
- Jaundice (sakit kuning)
- Ubun-ubun menonjol
- Pembesaran hati dan limpa
(hepatosplenomegali)
- Peradangan retina
- kalsifikasi intrakranial (pengendapan
mineral di dalam otak).
30% dari bayi tersebut meninggal. Lebih dari 90% bayi yang selamat dan 10% dari bayi yang tidak menunjukkan gejala, di kemudian hari akan mengalami kelainan saraf dan otak (diantaranya tuli, keterbelakangan mental dan gangguan penglihatan).
30% dari bayi tersebut meninggal. Lebih dari 90% bayi yang selamat dan 10% dari bayi yang tidak menunjukkan gejala, di kemudian hari akan mengalami kelainan saraf dan otak (diantaranya tuli, keterbelakangan mental dan gangguan penglihatan).
Gejala Klinis Sitomegalovirus
Hanya pada individu dengan penurunan daya
tahan dan pada masa pertumbuhan janin sitomegalovirus menampakkan virulensinya
pada manusia. Pada wanita normal sebagian besar adalah asimptomatik atau
subklinik., tetapi bila menimbulkan gejala akan tampak gejala antara lain:
1. Mononukleosis-like syndrome
yaitu demam yang tidak teratur selama 3
minggu. Secara klinis timbul gejala lethargi, malaise dan kelainan hematologi
yang sulit dibedakan dengan infeksi mononukleosis (tanpa tonsilitis atau faringitis
dan limfadenopati servikal). Kadang-kadang tampak gambaran seperti hepatitis
dan limfositosis atipik. Secara klinis infeksi sitomegalovirus juga mirip
dengan infeksi virus Epstein-Barr dan dibedakan dari hasil tes heterofil yang
negatif. Gejala ini biasanya self limitting tetapi komplikasi serius dapat pula
terjadi seperti hepatitis, pneumonitis, ensefalitis, miokarditis dan lain-lain.
Penting juga dibedakan dengan toksoplasmosis dan hepatitis B yang juga
mempunyai gejala serupa.
2. Sindroma post transfusi
Viremia terjadi 3 – 8 minggu setelah
transfusi. Tampak gambaran panas kriptogenik, splenomegali , kelainan biokimia
dan hematologi. Sindroma ini juga dapat terjadi pada transplantasi ginjal.
3. Penyakit sistemik luas
Antara lain pneumonitis yang mengancam jiwa
yang dapat terjadi pada pasien dengan infeksi kronis dengan thymoma atau pasien
dengan kelainan sekunder dari proses imunologi (seperti HIV tipe 1 atau 2).
4. Hepatitis anikterik yang terutama terjadi
pada anak-anak.
2.5 DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan
hasil pemeriksaan fisik serta riwayat infeksi sitomegalovirus pada ibu ketika
hamil. Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pembiakan terhadap contoh air
kemih atau darah.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- Analisa air kemih untuk mencari badan
inklusi virus.
- Titer antibodi terhadap sitomegalovirus pada
ibu dan bayi.
- Rontgen kepala (menunjukkan adanya
kalsifikasi intrakranial).
- Kadar bilirubin (untuk menilai beratnya
jaundice dan kerusakan hati).
- Funduskopi (bisa menunjukkan adanya
korioretinitis) .
- Hitung darah lengkap (bisa menunjukkan
adanya anemia).
- Rontgen dada (untuk menunjukkan pneumonia).
Untuk dapat menegakkan diagnosis infeksi
sitomegalovirus ibu dibutuhkan antara lain :
1.
Peningkatan titer antibodi anti sitomegalovirus sebesar
lebih dari 4 kali (konversi serologi).
2.
Adanya
antibodi IgM ibu, atau
3.
Isolasi
virus.
Cara terbaik untuk diagnosis sitomegalovirus
adalah dengan isolasi virus dari darah, urine, ataupun cairan serviks.
Pemeriksaan histopatologi atau sitologi urine juga dapat membantu dengan adanya
perubahan histologi yang khas yaitu adanya intranuclear inclusion bodies.
Pemeriksaan serologi untuk mendeteksi antibodi
IgM spesifik dengan metode ELISA dapat menunjukkan adanya infeksi akut meskipun
ada 30 % infeksi akut yang seronegatif serta positif palsu pada 10 % wanita
yang sering rekuren. Diagnosis infeksi sitomegalovirus kongenital dapat
dilakukan dengan pemeriksaan kultur, hibridisasi atau serologi adanya antibodi
IgM yang didapat dari kordosentesis.. Dengan pemeriksaan ini 60% infeksi
kongenital dapat terbukti.
Karakteristik yang penting dan perlu diperhatikan
pada infeksi maternal, neonatal dan kongenital adalah kemampuan penyebaran
infeksi pada lingkungan sekitarnya. Bayi dengan infeksi sitomegalovirus
kongenital dapat mengeluarkan virus yang infeksius dari orofaring dan traktus
urinarius. Untuk itu diharapkan ibu hamil dengan seronegatif tidak melakukan kontak
dengan bayi tersebut.
Kemungkinan peningkatan transmisi kongenital hanya bila:
- Didapatkan titer virus yang tinggi ( menandakan adanya infeksi yang
baru terjadi ).
- adanya peningkatan lebih dari 4 kali antibodi spesifik.
- Adanya
antibodi IgM anti sitomegalovirus.
2.6 EFEK SAMPING
a. Efek Samping Pada Kehamilan
Pada trimester I infeksi kongenital
sitomegalovirus dapat menyebabkan prematur, mikrosefali, IUGR, kalsifikasi
intrakranial pada ventrikel lateral dan traktus olfaktorius, sebagian besar
terdapat korioretinitis, juga terdapat retardasi mental, hepatosplenomegali,
ikterus, purpura trombositopeni, DIC. Tidak seperti virus rubella, sitomegalovirus dapat
menginfeksi hasil konsepsi setiap saat dalam kehamilan. Bila infeksi terjadi
pada masa organogenesis ( trimester I ) atau selama periode pertumbuhan dan
perkembangan aktif (trimester II) dapat terjadi kelainan yang serius. Juga
didapatkan bukti adanya korelasi antara lamanya infeksi intrauterin dengan
embriopati.
Infeksi pada trimester III berhubungan dengan
kelainan yang bukan disebabkan karena kegagalan pertumbuhan somatik atau
pembentukan psikomotor. Bayi cenderung normal tetapi tetap berisiko terjadinya
kurang pendengaran atau retardasi psikomotor. Meskipun infeksi sitomegalovirus
merupakan infeksi yang paling sering terjadi yaitu 1 % dari seluruh persalinan
tetapi hanya 5 – 10 % yang menunjukkan gejala tersebut diatas pada saat
kelahiran.
Mortalitas infeksi kongenital cukup tinggi
yaitu sebesar 20 – 30 % dan dari yang bertahan hidup 90 % akan menderita
komplikasi lambat seperti retardasi mental, buta, defisit psikomotor, tuli dan
lain-lain. Gejala lambat juga timbul pada 5 – 15 % dari mereka yang lahir
asimptomatik seperti gangguan pendengaran tipe sensorik sebelum tahun kedua.
Menurut Manuaba (1998), pengaruh penyakit sitomegalovirus terhadap
kehamilan, antara lain:
a. Kelainan congenital dalam bentuk:
·
Hidrosefalus
·
Mikrosefali
·
Mikroftalmia.
b. Infeksi yang bersifat kronis, antara lain:
·
Ensefalitis
·
Kelainan
darah
b. Efek Samping Pada Persalinan
Sesudah lahir, bayi bisa tertular oleh infeksi
sitomegalovirus melalui ASI. Bayi cukup umur yang ibunya terinfeksi
sitomegalovirus, tidak menimbulkan gejala dan bayi yang diberi ASI terlindung
oleh antibodi yang terkandung di dalam ASI.
Bayi prematur yang tidak mendapatkan ASI dan menjalani transfusi darah yang terkontaminasi, akan menderita infeksi yang berat karena mereka tidak memiliki antibodi.
Bayi prematur yang tidak mendapatkan ASI dan menjalani transfusi darah yang terkontaminasi, akan menderita infeksi yang berat karena mereka tidak memiliki antibodi.
c. Efek samping tehadap penyakitnya
1.
Kehilangan
penderangan yang bervariasi
2.
IQ
(intelligence quotient) rendah
3.
Gangguan
penglihatan
4.
Gangguan
sensorineural.
Penatalaksanaan
a. memberitahu ibu hasil pemeriksaan
b. menganjurkan ibu ketika
berhubungan intim menggunakan pelindung kondom, untuk mencegah penularan
infeksi cytomegalo virus dari ibu ke suami atau sebaliknya
c. Menganjurkan ibu untuk
makan-makanan yang bergizi seperti mengkonsumsi protein yang berkualitas dari
sumber hewani dan nabati seperti daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan
produk olahannya, perbanyak mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan secara
teratur, terutama sayuran dan buah-buahan berwarna, yang kaya vitamin A
(beta-karoten), zat besi, minum susu setiap hari, diberikan dalam porsi kecil
tapi sering. Menghindari makanan yang diawetkan dan makanan yang beragi
(tape,brem). Menghindari rokok, kafein, dan alkohol.
d. menganjurkan ibu melakukan tes
laboratorium ulang untuk mengetahui lebih jelas mengenai penyakit infeksi
cytomegalovirus yang ibuderita, dan menganjurkan ibu untuk kembali lagi ke bidan
bila hasil tes telah ada.
e. menganjurkan ibu memeriksakan
kehamilannya kepada dokter spesialis kandungan untuk mengetahui perkembangan
janin dan kondisinya (USG).
f. Beritahu ibu mengenai proses
pertolongan persalinan. Memberitahu ibu bahwa bila ibu dengan cytomegalovirus
proses persalinan tidak bias ditolong bidan, kemungkinan besar ibu harus
menjalani operasi saesaria, karena resiko yang mungkin terjadi yaitu bayi dapat
tertular cytomegalovirus, maka ibu dan keluarga diharapkan mempersiapkan segala
sesuatunya.
g. memberitahu ibu mengenai tanda
bahaya kehamilan seperti perdarahan pervaginam yang tiba-tiba, sakit kepala
yang hebat, pandangan kabur, keluar air dari vagina, maka segera hubungi atau
dating ke pelayanan terdekat.
h. mendokumentasikan hasil pemeriksaan
dan asuhan yang diberikan pada catatan SOAP.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sitomegalovirus adalah virus yang
paling banyak diisolasi dari bayi. Infeksi sitomegalovirus merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang pentingkarena frekuensi infeksi kongenital yang tinggi yang
dapat menimbulkan anomalikongenital
berat.
Infeksi primer oleh sitomegalovirus terjadi terutamamelalui air susu ibu, meskipun dapat juga terjadi
secara kongenital. Infeksi sekunder terjadi melalui kontaminasi
urin, saliva, transfusi darah atau melalui transplantasi organInfeksi pada
orang dewasa terjadi pada kondisi-kondisi di mana terjadi penurunan imunitas, seperti pada pasien yang
baru menjalani transplantasi organ atausumsum tulang, pada penderita
dengan HIV positif, serta pada penerima transfusi darahVirus ini ditemukan
secara universal di semua lokasi geografis dan pada semuakelompok social
ekonomi Prevalensi serum antibody CMV bervariasi dari40% di negara maju hingga
hampir 100% di negara berkembang.
DAFTAR
PUSTAKA
Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:EGC
Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Bina Pustaka
Varney Helen,dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan (Volume 4),Jakarta:EGC
ConversionConversion EmoticonEmoticon