KONSEP KEIMANAN DALAM ISLAM
Disusun Oleh:
Juang NurAni Pangastuti ( 2010 166 3012)
PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………
DAFTAR ISI ……………………………………………………
BAB I. PENDAHULUAN
………………………………………
1.1. Latar belakang……………………………………
1.2. Rumusan
Masalah
1.3. Tujuan
BAB II.
PEMBAHASAN………………………………………
2.1. Pengertian
Iman
2.2. Wujud Iman
2.3. Proses
terbentuknya Iman
2.4. Sifat-
sifat dan tanda-tanda Orang Yang Beriman
2.5. Manfaat Iman Bagi Kehidupan dan Aktualisasi Nilai
Keimanan
BAB III. PENUTUP…………………………………………………
3.1. Kesimpulan …………………………………………….
3.2. Saran……………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar
Belakang
Dewasa ini banyak sekali orang yang merasa diri-nya beriman,
mereka juga hafal benar arti dari kata iman. Namun, sesungguhnya mereka
belum mengerti apa makna dari iman itu,
serta tingka laku dan perbuatan mereka tidak mencerminkan diri-nya beriman.
Kami mengambil materi pembahasan “ Konsep Iman “, selain sebagai tugas mata
kuliah Al Islam 3 adalah untuk mengkaji hal-hal yang berkaitan dengan Iman dan
memperbaiki konsep iman yang belum sempurna
serta mengaktualisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.
1.2. Rumusan
Masalah
1.2.1. Apakah
Pengertian Iman?
1.2.2.
Bagaimanakah Wujud Iman?
1.2.3.
Bagaimanakah Proses terbentuknya Iman?
1.2.4. Apa sajakah Sifat- sifat dan tanda-tanda Orang
Yang Beriman?
1.2.5. Apakah Manfaat Iman Bagi Kehidupan dan
Aktualisasi Nilai Keimanan?
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk
Mengetahui Apa Pengertian Iman.
1.3.2. Untuk
Mengetahui Bagaimana Wujud Iman.
1.3.3.
Menjelaskan Bagaimana terbentuknya Iman.
1.3.4.
Mengetahui Apa Saja Sifat-Sifat dan Tanda-Tanda Orang Beriman.
1.3.5.
Mengetahui Manfaat Iman Dan Aktualisasinya dalam Masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Iman
Pengertian iman dari bahasa Arab yang
artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan
dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).
Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati
bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta
dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Secara etimologis, iman merupakan
suatu keadaan sikap seseorang. Sedangkan secara umum iman dikatakan percaya.
Maksudnya percaya yang menunjukan sikap yang terdapat di dalam hati. Orang yang
percaya kepada Allah SWT dan lainnya yang tersebut di dalam rukum iman,
walaupun dalam sikap keseharian tidak mencerminkan ketaatan atau kepatuhan
(taqwa) kepada yang telah dipercayainya, masih bisa disebut dengan orang yang
beriman. Hal ini disebabkan karena keyakinan setiap manusia yang mengetahui
urusan hatinya hanya Allah SWT yang mengetahui isi hatinya. Yang penting bagi
mereka, mereka sudah mengucapkan dua kalimat syahadat dan telah menjadi Islam.
Di dalam surat Al – Baqoroh : 165
dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada
Allah SWT beserta ajaran – Nya. Oleh karena itu, orang yang beriman kepada
Allah SWT berarti orang yang sangat amat rindu terhadap ajaran Allah SWT, yaitu
yang terdapat dalam Al – Quran dan sunnah Rosul.
Sedangkan dalam hadits yang
diriwayatkan menurut Ibnu Majah Atthabrani, iman merupakan tambatan hati yang
diikrarkan dengan lisan dan dilanjutkan dengan amal perbuatan (Al – iimaanu
’aqdun bil qalbi waiqraarun bilisaani wa’amalun bil arkaan). Dengan demikian,
iman merupakan kesatuan antara hati, ucapan, dan tingkah laku atau perbuatan
seseorang.
2.2
wujud Iman
Wujud iman
termuat dalam 3 unsur yaitu isi hati, ucapan, dan perbuatan. Dalam artian
diyakini dalam hati yaitu dengan percaya akan adanya Allah SWT, diucapkan dengan
lisan yaitu dengan mengucapkan 2 kalimat syahadat, dan dilakukan dengan
perbuatan maksudnya menjalankan seluruh perintah – Nya dan menjauhi seluruh
larangan – Nya.
Pengertian Iman adalah ; ikrar dalam
hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan. Jadi, Iman itu
mencakup tiga hal :
1.
Ikrar dengan hati.
2.
Pengucapan dengan lisan.
3.
Pengamalan dengan anggota badan
Jika keadaannya
demikian, maka iman itu akan bisa bertambah atau bisa saja berkurang. Lagi pula
nilai ikrar itu tidak selalu sama. Ikrar atau pernyataan karena memperoleh satu
berita, tidak sama dengan jika langsung melihat persoalan dengan kepala mata sendiri.
Pernyataan karena memperoleh berita dari satu orang tentu berbeda dari
pernyataan dengan memperoleh berita dari dua orang. Demikian seterusnya. Oleh
karena itu, Ibrahim ‘Alaihis Sallam pernah berkata seperti yang dicantumkan
oleh Allah dalam Al-Qur’an.
رَبِّ
أَرِنِي كَيْفَ تُحْيِ الْمَوْتَى قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِنْ قَالَ بَلَى وَلَكِنْ لِيَطْمَئِنَّ
قَلْبِي
“Ya Rabbku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau
menghidupkan orang-orang yang mati. Allah berfirman : ‘Apakah kamu belum
percaya’. Ibrahim menjawab : ‘Saya telah percaya, akan tetapi agar bertambah
tetap hati saya”. (Al-Baqarah : 260)
Jadi, seseorang dapat dikatakan
sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur
keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan
Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal
perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang
sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisahkan.
2.3.Proses Terbentuknya Iman
Benih
iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang
berkesinambungan. Benih yang unggul apabila disertai pemeliharaan yang
intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian halnya dengan benih Iman.
Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian
seseorang baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan dll. Pada
dasarnya, proses pembentukan iman. Diawali dengan proses perkenalan, kemudian
meningkat menjadi senang atau benci.
Mengenal
ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika
seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin beriman
kepada Allah. Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan,
karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang.
Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan
menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah.
Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat
dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja.
Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah
ditanggapi kecuali secara langsung (misalnya , melalui ucapan atau perbuatan
yang diduga dapat menggambarkan sikap sikap mental tersebut).
2.4 Sifat-sifat dan tanda-tanda Orang yang Beriman
2.4.1. Sifat-Sifat Orang ynag Beriman
a.
Teguh pendirian
/ tidak mudah terpengaruh dalam keadaan apapun dan tidak lemah karena cobaan.
b. Tegas dalam mengambil sikap dan mudah menerima
nasehat.
c.
Senang mencari
dan menambah ilmu.
d. Selalu merasa khawatir dan takut jangan-jangan amal
sOleh yang dikerjakannyabelum cukup untuk bekal menghadap kehadirot Allah
sehingga mempunyaisemangat yang tinggi untuk lebih banyak beramal.
2.4.2. Tanda-Tanda Orang Beriman
Dalam
Al – Quran, orang – orang yang beriman dapat dinyatakan sebagai berikut:
a.
Jika disebut nama Allah SWT (dengan ilmu), maka hatinya bergetar dan apabila
dibacakan Al – Quran maka hatinya bergejolak untuk melaksanakannya (Al – Anfal
: 2). Yang artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman 594 itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah 595 gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman
mereka (karenanya) dan kepada Rabblah mereka bertawakkal, (QS. 8:2)
b.
Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah yang
diiringi dengan doa.
c.
Tertib melaksanakan sholat dan selalu menjaga pelaksanaannya (Al – Anfal : 3
dan Al – Mu’minun : 2). Yang artinya: (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat
dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. (QS.
8:3) yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya, (QS. 23:2)
d.
Menafkahkan rizki yang diterima (Al – Anfal : 3 dan Al – Mu’minun :4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi.Yang artinya: (yaitu) orang-orang yang
mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan
kepada mereka. (QS. 8:3) dan orang-orang
yang menunaikan zakat, (QS. 23:4)
e.
Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (Al –
Mu’minun : 3,5). Yanng artinya: dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, (QS. 23:5) dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, (QS. 23:3)
f.
Memelihara amanah dan menepati janji (Al – Mu’minun : 6). Yang artinya:
kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki 995; maka sesungguhnya
mereka dalam hal ini tiada tercela. (QS. 23:6)
g.
Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (Al – anfal : 74).
2.5. Manfaat Iman Bagi Kehidupan dan Aktualisasi Nilai
Keimanan
2.5.1. Manfaat Iman Bagi Kehidupan
·
Iman dapat
menimbulkan ketenangan jiwa Iman akan menimbulkan rasa kasih sayang kepada
sesama dan akan meningkatkan tali persaudaraan dengan-Nya.
·
Iman akan
membebaskan jiwa manusia dari kekuasaan orang lain Iman yang hakiki itu dapat
menimbulkan jiwa keberanian dan ingin terus maju karena membela kebenaran.
·
Iman yang
disertai dengan amal shaleh dapat menjadi kunci dibukakannya kehidupan yang baik, adil dan makmur.
·
Orang yang beriman akan diberikan
kekuasaan dengan mengangkatnya sebagai khalifah di muka bumi.
·
Orang yang
beriman akan mendapat pertolongan dari Allah.
·
Iman akan
membawa terbukanya keberkahan di langit dan bumi.
2.5.2.
Aktualisasi Nilai Keimanan
Surat
Al A’raf ayat 96 yang erat kaitannyadengan kondisi yang
saat ini terjadi di tengahtengah masyarakat kita. “Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepadamereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa merekadisebabkan perbuatannya." (QS.
7:96).
Allah akan
selalu menepati janji-Nya bahwa ketikaseseorang bermaksiat maka akan ditimpakan
kepadanya azab dan bala sebagai akibat dari kelalaian mereka.
Sesungguhnya
keimanan kepada Allah adalah masalah aqidah yang sangat penting untuk
diperhatikan dan dikuatkandalam kehidupan seorang muslim, kemudian keimanan itu
harus dibarengi dengan ketaqwaan kepada Allah Swt.
Keimanan seperti
inilah yang akan mendatangkan keberkahan hidup bagi seorang muslim. Iman kepada
Allahmembebaskan seseorang untuk menyembah kepada hawa nafsunya, iman kepada
Allah juga akan membebaskanseseorang untuk menyembah dan menuhankan manusia,
sedangkan ketaqwaan merupakan benteng yang senantiasamelindungi dan menjaga
diri seorang muslim dari sifat ghurur dan cinta dunia, bahkan ketaqwaan
merupakan penawardari segala macam penyakit yang akan menjerumuskan manusia
kepada perbuatan maksiat dan jauh dari Allah Swt.
Allah memberikan
sesuatu secara proporsional, yang ada hanya dua Ketaatan dan kemaksiatan, yang
taatakan mendapatkan keberkahan dan yang berbuat maksiat akan mendapatkan azab
dari Allah.
Semua itu
sudahmerupakan Sunnatullah yang harus kita yakini dalam kehidupan kita, Allah
sudah banyak memberikan kisah-kisah umatterdahulu di dalam Al Quran untuk kita
jadikan `ibrah dalam kehidupan kita.
Keberkahan yang
di janjikan Allah adalah keberkahan yang sangat banyak yaitu Allah akan
membukakan pintu berkahdari langit dan bumi, sebagian besar ahli tafsir
menyebutkan bahwa keberkahan dari langit itu adalah berupa hujan yang
menyuburkan tanaman dan
keberkahan di dunia adalah segala macam jenis tumbuh-tumbuhan yang ada di
bumi,sebagian mufassirin juga menafsirkan bahwa keberkahan dari langit itu
adalah dikabulkannya doa seorang hamba ketikamemohon kepada Allah, sedangkan
keberkahan di dunia adalah ketenangan hidupnya di dunia.
Sebagian manusia
ada yang beranggapan bahwa dia mengatakan dirinya adalah seorang muslim, akan
tetapi rezekinyatetap sempit dan senantiasa mendapatkan kesusahan, sedangkan
sekelompok orang yang mereka tidak muslim akantetapi mereka hidup senang, jadi
di manakah kedudukan sunnatullah yang tidak akan berubah tersebut?
Jawabannyaadalah
bahwa mereka yang mengatakan diri mereka muslim tersebut bukanlah seorang
mukmin ataupun seorang yangmuttaqin, dikatakan begitu karena mereka belum
sepenuhnya ikhlas beribadah kepada Allah Swt, dan tidak mewujudkanmakna dalam
kehidupannya sehari-hari. Semua itu baru mereka lakukan hanyasebatas pemenuhan
kewajiban dan bahkan menganggap ibadah itu sebagai suatu kebiasaan dan ritual
yang harusdilaksanakan.Begitu juga dengan pengucapan kalimat Syahadat baru
hanya sebatas ucapan di lidah saja tanpa adaaplikasi dari sikap dan tingkah
lakunya untuk mengerjakan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi semua
yangdilarang Allah Swt.Karena itulah mereka belum bisa merasakan manisnya iman.
Sedangkan orang
yang tidak beriman dan bertaqwa mereka diberi rezki yang banyak, bukan berarti
itu memberikankeberkahan kepada mereka, bisa jadi rezki yang banyak itu juga
merupakan ujian bagi mereka. Karena ujian dengankenikmatan dan kemewahan
lebihberbahaya dan lebih sulit dibandingkan dengan ujian kesusahan dan
kemelaratan,banyak orang yang bisa sabar ketika di uji dengan kekurangan dan
kemelaratan, tetapi ketika di uji dengan kesenangandan kemewahan mereka tidak
bisa sabar untuk senantiasa taat kepada Allah Swt. Jadi, keberkahan tidak dapat
di ukurdengan banyak atau sedikit nikmat yang kita peroleh, keberkahan bisa
kita dapatkan dengan nikmat yang sedikit, ketikanikmat yang diberikan itu bisa
bermanfaat bagi kita dan juga bagi orang lain, ketika nikmat itu bisa memberikanketenangan,
ketentraman dan melahirkan keridhoan dan keikhlasan maka itu bisa kita katakan
nikmat itu berkah bagidirinya.
Berapa banyak
kita lihat ketika seseorang hidup dengan kemewahan dan harta yang berlimpah
ruah, akan tetapikehidupannya tidak melahirkan ketenangan jiwa dan banyak yang
frustasi, menimbulkan stress karena mengurus hartakekayaannya, bahkan terkadang
bisa menghancurkan hidupnya, menimbulkan perselisihan kepada
generasi setelahnyayang sibuk bersaing untuk mendapatkan harta warisan.
Nauzubillah min dzalik..,semua itu merupakan perhiasan yangtidak memberikan
berkah kepada pemiliknya, bahkan menjadikan azab dan bencana kepadanya.
Sesungguhnya
keberkahan itu hanya dapat diwujudkan dengan iman dan taqwa, keberkahan yang
didapat dariketaqwaan dan keimanan akan memberikan berkah dalam semua sisi
kehidupan, berkah kepada dirinya, berkah kepadakeluarganya, berkah kepada
masyarakat dimana dia tinggal bahkan berkah bagi semua makhluk yang ada di
dunia.
Keberkahan akan
memuliakan dan meninggikan seseorang dihadapan manusia dan Allah Swt.Mungkin
kita perlu merenung kembali dengan sekian banyak ujian dan cobaan yang menimpa
kita saat ini, bisa jadikarena kita sudah jauh dari keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah Swt yang menciptakan dan mengatur alam semesta,ketika itu terjadi
maka Allah akan memberikan balasan terhadap kelalaian kita dalam beribadah dan
mengingat AllahSwt, ketika sebagian melakukan kemaksiatan kepada Allah Swt,
maka siksa Allah akan menimpa tidak hanya kepadaorang yang zalim saja, akan
tetapi bisa juga menimpa orang yang sekitarnya, sebagaimana firman Allah dalam
Surat AlAnfal ayat 25;Dan peliharalah
dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalimsaja
diantara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. 8:25).
Allah senantiasamenyuruh kita untuk mengajak
kepada yang ma`ruf dan mencegah kepada yang mungkar agar masing-masing
kitamemiliki pribadi-pribadi muslim yang nantinyaakan melahirkan masyarakat
yang senantiasa beriman dan bertaqwakepada Allah Swt, ketika itu lah akan lahir
pribadi, keluarga dan masyarakat muslim yang di ridhoi Allah, sehingga alamdi
mana kita tinggal memberikan keberkahan kepada kita.
Semoga dengan
tadabbur singkat ini bisa mengingatkan kepada kita bahwa keimanan dan ketaqwaan
kepada Allahakan bisa memberikan keberkahan dalam kehidupan kita, sehingga bisa
menyelamatkan kita di dunia dan akhirat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengertian iman dari bahasa Arabyang
artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan
dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan).
Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan
hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan
kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta
dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin
(orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas.
Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak
diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang
tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga
unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat
dipisahkan.
3.2. Saran
Layaknya sifat seorang muslim yang beriman, adalah ia yang mudah menerima
nasehat dan senang mencari serta menambah ilmu. Dapatlah makalah ini dijadikan
sebagai salah satu acuan dalam kehidupan kita sehari-hari karena didalamnya ada
ilmu serta nasehat-nasehat yang insyaallah dapat berguna di.Amiin…
Daftar Pustaka
http://alhijrah.cidensw.net Powered by Joomla! Dibuat
pada: 9 October, 2011, 14:54
ConversionConversion EmoticonEmoticon