KATA PENGANTAR
Puji syukur
Alhamdulillah kami panjatkan atas terselesaikannya penyusunan makalah
keperawatan dengan kasus hypoglikemi di rumah sakit Al-Irsyad Surabaya.
Dengan diberikannya tugas diharapkan mahasiswa dapat
memberikan tindakan atau Askep pada pasien untuk berisolasi di masyarakat.
Dalam penyusunan makalah ini kami
ucapkan terima kasih kepada Direktur Akper UNMUH Surabaya, Direktur AL-IRSYAD,
pembimbing baik dari RS AL-IRSYAD atau dari AKADEMIK dan teman-teman sekalian
yang telah mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Surabaya, Juni
2004
Penyusun
PENDAHULUAN
1.
PENGERTIAN
Hipoglikemi
adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari 50 mg/%.
2.
ETIOLOGI
Etiologi hipoglikemi pada diabetes
melitus (DM)
1.
Hipoglikemi pada DM stadium
dini.
2.
Hipoglikemi dalam rangka
pengobatan.
a.
Penggunaan insulin.
b.
Penggunaan sulfonilurea.
c.
Bayi yang lahir dari ibu
berkaitan dengan DM
3.
Hipoglikemi yang tidak
berkaitan dengan DM.
a.
Hiperinsulinisme alimenter
pascagastrektoni.
b.
Insulinoma
c.
Tumor ekstrapankreatik :
fibsosorkoma, karsinoma ginjal.
d.
Hipopituitarisme.
3.
FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemi pada pasien
yang mendapat pengobatan insulin atau sulfonilurea.
1.
Faktor-faktor yang berkaitan
dengan pasien.
-
Pengurangan/keterlambatan
makan.
-
Kesalahan dosis akut.
-
Perubahan tempat suntikan
insulin.
-
Penurunan kebutuhan insulin.
·
Penyembuhan dari penyakit.
·
Nefropati diabetik
·
Hipotiroidisma.
·
Penyakit addison.
·
Hipopiturtarisme.
-
Hari-hari pertama persalinan.
-
Penyakit hati berat.
-
Gastroparesis diabetik.
2.
Faktor- faktor yang berkaitan
dengan dokter.
-
Pengendalian glukosa darah yang
ketat.
-
Pemberian obat-obat yang
mempunyai potensi hipoglikemik.
-
Penggantian jenis insulin.
4.
|
|
|
Diabetes melitus pada orang tua/
keluarga
|
Enteral feeding
Pemakaian Corticosteroid therapi
|
|
|
5.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala hipoglikemi terdiri dari dua fase, yaitu :
1.
Fase I : gejala-gejala akibat
aktivitas pusat autonom di hipotalamus sehingga hormon gpinefrin dilepaskan
gajala awal ini merupakan peringatam karena saat itu pasien masih sadar
sehingga dapat diambil tindakan yang perlu untuk mengatasi hipoglikemi lanjut.
2.
Fase II : gejala-gejala yang
terjadi akibat mulai terganggunya fungsi otak karena itu dinamakan gejala
neurologis.
6.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus cepat dilakukan. Bila pasien masih
sadar tindakan dapat dilakukan oleh pasien itu sendiri dengan minum larutan
gula 10-30 g. Pada pasien tidak sadar diberikan bolus dekstrosa 15-25 g. Bila
tindakan tersebut belum dapat dilakukan dioleskan madu atau tirap ke mukosa
bibir.
Bila hipoglikemi terjadi pada pasien yang mendapatkan
terapi insulin, maka selain dekstrosa dapat juga digunakan suntikan glukagon 1
mg im, lebih bila suntikan dekstrosa iv sulit dilakukan.
Bila koma hipoglikemi terjadi pada pasien yang
mendapatkan sulfonilurea sebaiknya pasien tersebut dirawat dirumah sakit,
karena ada resiko jatuh karena koma lagi setelah suntikan dekstrosa.
7.
KOMPLIKASI
-
Gangguan mental.
-
Gangguan perkembangan otak.
-
Gangguan fungsi saraf otonom.
-
Koma hipoglikemi.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal
dari proses keperawatan yang dilakukan melalui sistemia untuk mengumpulkan data
dan menganalisis sehingga dapat diketahui kebutuhan keperawatan pasien.
A.
Pengumpulan Data
Identitas klien meliputi : sebagai berikut
-
Nama :
-
Umur :
-
Jenis kelamin :
-
Agama :
-
Pendidikan :
-
Pekerjaan :
-
Alamat :
-
No. Reg :
B.
Keluhan Utama
Sering tidak jelas tetapi biasanya simptomatis dan lebih
sering hipoglikemi merupakan diagnosa sekunder yang menyertai keluhan lain
sebelumya seperti asfiksia, kejang, sepsis.
C.
Riwayat Kesehatan
·
Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana keadaan sekarang, faktor yang mempengaruhi,
faktor yang memperberat keadaan pasien sehingga harus dibawa kerumah sakit.
·
Riwayat kesehatan
Mengkaji apakah pernah sakit seperti sekarang dan apakah
menderita DM (diabetes melitus) atau penyakit dan faktorlainnya yang dapat
mempengaruhi penyembuhan penyakit.
·
Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah ada anggota keluarga yang terkena sakit
seperti klien atau ada anggota keluarga yang terkena DM.
D.
Pola-pola Fungsi Kesehatan
1.
Pola persepsi dan tatalaksana
hidup sehat
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan
sehingga tidak mampu melakukan perawatan diri.
2.
Pola nutrisi dan metabolisme
Pada pola nutrisi dan metabolisme pasien hipoglikemi
akan kehilangan nafsu makan.
3.
Pola eliminasi
Pasien akan mengalami gangguan pada eliminasi uri,
pasien akan sering BAK dan disertai rasa nyeri saat BAK dan pada eliminasi aldi
akan terjadi.
4.
Pola aktivitas dan latihan
Pada pasien hypoglikemi akan terjadi kelemahan yang
terus-menerus, pasien juga bisa tidak sadar.
5.
Pola persepsi dan konsep diri
Pasien tidak dapat melakukan tugas sehari-hari karena
dibutuhkan perawatan yang lama.
6.
Pola sensory dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan keterlambatan
dalam pengobatan sehingga akan terjadi kematian.
7.
Pola reproduksi sexsual
Tidak terjadi gangguan pada pola reproduksi seksual.
8.
Pola istirahat dan tidur
Pada pasien hypoglikemi px akan merasa lemah sehingga px
akan lebih sering tidur.
9.
Pola hubungan peran
Karena perawatan yang lama maka akan terjadi hambatan dalam
mental.
10.
Pola penanggulangan stress
Adalah bagaimana cara pasien dapat mengatasi masalahnya.
11.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan tata nilai dan kepercayaan, tapi
pada pasien yang tidak sadar maka pasien tidak dapat melakukan ibadahnya.
E.
Pemeriksaan Fisik
1.
Status keadaan umum
Kesadaran baik, pasien tampak lemas, kulit tampak pucat.
2.
Sistem respirasi
Hidung normal, gerakan pada simetris, tidak tejadi
whezing, rochi dan tidak terdapat sekret pada jalan napas.
3.
Sistem sirkulasi
Akral hangat, ukuran dan posisi anatomi jantung normal,
nadi reguler, S1 dan S2 normal reguler, suhu tubuh normal (360).
4.
Sistem neorologis
Tidak terjadi paralise baik pada ektrimitas maupun
wajah, loidha simetris, tidak terjadi tremas, tidak terjadi kejang, tidak terjadi
kaku kuduk.
5.
Sistem gastrointestinal
Rongga mulut tidak tampak kelainan anatomis, reflek
menghisap (+), kemampuan menelan baik, tidak terjadi muntah, hepar normal.
6.
Sistem perkemihan
BAK normal warna kuning, frekuensi BAK agak sering.
7.
Sistem reproduksi
Pada sistem reproduksi tidak terjadi gangguan (normal).
8.
Sistem muskulus skeletal
Tulang belakang normal, kekuatan ekstremitas normal,
tulang ekstremitas normal tulang tulang kepala intak, hidrocephalus tidak ada.
9.
Sistem endokrin
Suhu tubuh normal, berupa hasil GDA dan hasil glukostik,
tidak ada keringat dingin.
10.
Sistem integument
Cynanosis (-), ikterus (-), turgor baik, eryfema (-),
petechie (-), kulit pada ekstremitas bawah tampak kering, kulit tangan normal
kebersihan kulit cukup.
F.
Data Penunjang
·
DL (darah lengkap)
-
GDA
-
HB
-
Leukosit
-
LED
-
Trombosit
-
Hematokrit
-
Eritrosit
·
UL (urine lengkap)
-
Albumin
-
Glucose
-
Urobilin
-
bilirubin
G.
Analisa Data
Data I
DS
|
:
|
Pasien mengatakan badannya lemah.
|
DO
|
:
|
Pasien terlihat lemah, terpasang infus S : 36,80C, N :
90x/menit. R : 24 x/menit, UL : segmen (+), silinder (+), leuko (+) ada lesi
pada sakrum dan femur.
|
Mx
|
:
|
Potensial terjadi infeksi sekunder.
|
kP
|
:
|
Daya tahan tubuh yang menurun.
|
Data II
DS
|
:
|
Pasien tidak mengalami gemetar dan tidak mengalami kejang.
|
DO
|
:
|
GDA : 48 mg %, kejang (-), keringat dingin (-), pasien tampak
lemah.
|
Mx
|
:
|
Potensial terjadi infeksi.
|
kP
|
:
|
Menurun kadar gula darah.
|
Data III
DS
|
:
|
Pasein sering bertanya kapan dia bisa pulang.
|
DO
|
:
|
Pasien terlihat cemas, gelisah
|
Mx
|
:
|
Cemas.
|
kP
|
:
|
Kurangnya pengetahuan.
|
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Potensial terjadi infeksi
sekunder sehubungan dengan rendahnya daya tahan tubuh.
2.
Potensial terjadi komplikasi
sehubungan dengan penurunan kadar gula darah.
3.
Kecemasan sehubungan dengan
kurangnya informasi tentang penyakitnya.
3.
PERENCANAAN
Setelah merumuskan diagnosa
perawatan perlu untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah masalah pasien
dalam tahap perencanaan perawat menggunakan ketrampilan pemecahan masalah dan
menentukan masalah pasien.
·
Diagnosa keperawatan I
-
Potensial terjadi infeksi
sekunder sehubungan dengan rendahnya daya tahan tubuh ditandai dengan klinis
lemah, terpasang infus adanya lesi pada saksum dan femur.
-
Tujuan
Setelah dirawat selama 3 hari tidak terjadi infeksi
sekunder.
-
Kriteria hasil
Suhu 36,5°C -37,5°C
CRP (-)
Bengkak (-)
Kemerahan (-)
-
Rencana tindakan
-
Lakukan prosedur perawatan
tangan sebelum dan setelah tindakan.
-
Pastikan benda atau setiap
benda yang dipakai kontak dengan pasien dalam keadaan bersih dan steril.
-
Cegah kontak dengan petugas
atau pihak lain yang menderita infeksi saluran nafas.
-
Anjurkan keluarga agar
mengikuti prosedur Septik Aseptik.
-
Lakukan kolaborasi pemberian
pembrintin 3 x 15 mg.
-
Lakukan
pemeriksaan DL, UL, FL, CRP, serta Kultur.
-
Rasional
-
Untuk mencegah cross Infeksi
dari dan ketubuh klien.
-
Menghindari Indasi dan cross
infeksi dari line yang dipakai.
-
Infeksi saluran nafas dapat
menular dengan cepat.
-
Menghindari infeksi dari
keluarga.
-
Pembrintin merupakan antigiotik
spektrum luas yang mengandung ampisiin trihidiat sebagai propilaksi utama, efek
samping yang diperhatikan dalam dapat timbul diare, reaksi, anafilaksis, serta
resistensi.
-
Sebagai indikator utama jika
terjadi infeksi terutama adanya peningkatan kadar CRP dan leuka pada
pemeriksaan darah.
·
Diagnosa II
Potensi terjadi komplikasi sehubungan dengan penurunan
kadar gula darah.
-
Tujuan
Setelah dirawat selama 3 hari tidak terjadi komplikasi.
-
Kriteria Hasil
GDA 70 – 130 mg %
Tremor (–)
Keringat dingin (–)
Kejang (–)
Koma (–)
-
Rencana Tindakan
-
Cek GDA setiap 24 jam.
-
Monitor : Glukosa sesaat,
pucat, keringat dingin, kulit yang lembab.
-
Monitor vital sign.
-
Monitor kesadaran.
-
Lakukan pemberian minuman manis
peroral.
-
Analisis kondisi lingkungan
yang berpartisipasi menimbulkan hipoglikemi.
-
Hindari terjadinya hipotermi.
-
Lakukan kolaborasi pemberian
Dex 15 % ml 10 tts/mnt.
-
Rasional
-
Mengetahui kadar glukosa
sebagai bahan pertimbangan pemberian tindakan selanjutnya.
-
Hipoglikemi merangsang saraf
otonom bekerja lebih aktif sehingga merangsang pembentukan efinefrin yang
dimanifestasikan dengan gugup. Keringat dingin, kejang nadi meningkat, suhu
turun, taehipnoe dan penurunan keadaan dengan demikian monitoring tanda-tanda
tersebut dapat mencegah kondisi komplikasi yang lebih dalam berupa kerusakan
otak yang inrevorsibel.
-
Untuk memenuhi asupan glukosa dan
gizi untuk perkembangan tubuh bayi.
-
Hipotermi, stress, infeksi,
dapat meningkatkan kebutujan glukosa sehingga makin memperparah kondisi
hipoglikemi.
-
Untuk mengetahui jika
kekurangan intake yang berpotensi menimbulkan kondisi kurang gizi.
-
Hipotermi meningkat kebutuhan
glukosa sehingga makin memperparah kondisi hipoglikemi.
-
Untuk memenuhi suplai
glukosa.
·
Diagnosa III
Keadaan sehubungan dengan kurangnya pengetahuan / informasi tentang.
-
Tujuan
Setelah dirawat selama 3 x 15 menit Px menjadi tenang.
-
Kriteria hasil
-
Px tidak gelisah.
-
Px kooperatif.
-
Rencana tindakan
-
Berikan penjelasan tentang
penyakit, penanganan dan prognose dari penyakit anak.
-
Ikut sertakankeluarga dalam
perawatan.
-
Bewrikan penjelasan tentang
teknik perawatan.
-
Rasional
-
Penjelasan yang benar akan
menyebabkan tingkat kecemasan.
-
Dengan mengikutkankeluarga akan
dapat mengurangi cemas.
-
Agar dapat mengurangi rasa
cemas Px.
4.
PELAKSANAAN / IMPLEMENTASI
Pada tahap ini ada pengolahan dan
perwujudan dari rencana perawatan yang telah disusun pada tahap perencanan
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara
optimal.
5.
EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang
sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan dan dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan menlihat pasien
dari tenaga kesehatan lain.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York
Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London
Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia,
Jakarta.
Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby,
Philadelpia
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan keperawatan pada Ny. HS dengan
diagnosa medis Hypoglikemi di ruang UPI (Unit Perawat Intensif) RS. Al-Irsyad
Surabaya, telah diperiksa dan disahkan sebagai laporan praktek keperawatan yang
dilaksanakan mulai tanggal 21 Juni sampai dengan 03 Juli 2004.
Surabaya, Juni 2004
Mahasiswa
Endang Ririk Istyarini
Nim: 22018
Mengetahui
Kepala Ruang UPI
RS. Al-Irsyad Surabaya
|
|
Pembimbing Ruang UPI
RS. Al-Irsyad Surabaya
|
Pembimbing Pendidikan
Akper Unmuh Surabaya
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. HS DENGAN DIAGNOSA HYPOGLIKEMI DI RUANG UPI (UNIT PERAWAT INTENSIF) RS. AL-IRSYAD SURABAYA
Oleh :
ENDANG RIRIK ISTIYARINI
Nim: 22018
AKADEMI
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2004
ConversionConversion EmoticonEmoticon