Salam Sehat dan Harmonis

-----

makalah ginekologi herpes genetalis .


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Penyakit menular seksual merupakan penyakit yang ditakuti oleh setiap orang. Angka kejadian penyakit ini termasuk tinggi di Indonesia. Kelompok resiko yang rentan terinfeksi tentunya adalah seseorang yang sering  “jajan” alias punya kebiasaan perilaku yang tidak sehat. Herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual, yang disebabkan Virus Herpes Simpleks (VHS) terutama VHS tipe 2. Gejala klinis khas, berupa vesikel berkelompok, dasar eritema, biasanya rekuren
Herpes dapat menyebabkan luka pada daerah mulut, dan hidung , pada daerah kemaluan (laki2 dan wanita) dan daerah anus, atau pada mata, jari dan tangan. Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera diobati mempunyai prognosis lebih baik. Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus.

1.2   Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan herpes genetalis?
2.      Apa penyebab herpes genetalis?
3.      Bagaimana proses atau langkah kerja dari HSV?
4.      Apa saja klasifikasi HSV?
5.      Bagaimana penatalaksanaan pada orang jika terkena herpes genetalis?

1.3   Tujuan
1.      Mahasiswa mengetahui dan memahami penyakit menular seksual (PMS) yaitu herpes genetalis.
2.      Mahasiswa mengetahui penyebab terjadinya herpes genetalis.
3.      Mahasiswa paham proses terjadinya herpes genetalis.
4.      Mahasiswa mengetahui klasifikas pada HSV.
5.      Mahasiswa mengetahui cara penatalaksanaan pada orang jika terkena herpes genetalis.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes ini ada 2 macam golongan yaitu : Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.
2.1.1 Herpes Genetalis
Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.
2.1.2 Herpes Zoster
Herpes Zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.

2.2 Anatomi
2.2.1 Anatomi Pada Laki-laki
a.       Testis
Adalah organ kelamin laki-laki untuk pengembangbiakan, tempat spermatozoa dibentuk dan hormon kelamin laki-laki, testoteron dihasilkan.
b.      Vesikula seminalis atau kandug mani
Adalah dua buah kelenjar tubuler yang terletak kanan dan kiri dibelakang leher kandung kencing. Saluranya bergabung dengan vasa deferentia, untuk membentuk saluran eyakulator (ductus ejaculatorius comunis).
c.       Epididimis
Adalah organ kecil yang terletak dibelakang testis serta terkait padanya. Terdiri atas sebuah tabug sempit yang sangat panjang dan meliku-liku dibelakang testis. Melalui tabung ini sperma berjalan dari testis masuk ke dalam vas deverens.
d.      Vas Deverens
Adalah sebuah saluran yang berjalan dari bagian bawah epididimis. Naik dibelakang testis, masuk ke tali mani (funikulus spermatikus), dan mencapai rongga abdomen melalui saluran inguinal, dan akhirnya bejalan masuk ke dalam pelvis.
e.       Kelenjar Prostat
Terletak dibawah kandung kencing, mengelilingi uretra dan terdiri atas kelenjar majemuk, saluran-saluran dan otot polos. Prostat mengeluarkan secret cairan yang bercampur dengan secret dari testis.
f.       Skrotum
Adalah kandung buah pelir, sebuah struktur berupa kantong yang terdiri atas kulit tanpa lemak subkutan : berisi sedikit jaringan otot. Testis atau buah pelir berada di dalamnya, setiap testis berada dalam pembungkus yang tunika vaginalis yang dibentuk dari peritoneum.
g.      Penis(zakar)
Terdiri atas jaringan seperti busa dan memanjang dari glans penis (kepala zakar) tempat muara uretra. Kulit pembungkus glands penis adalah preputum atau kulup. Khitan adalah pelepasan sama sekali atau sebagian dari preputum.




Gambar  anatomi laki-laki :
reproduksi-pria.jpg

2.2.2 Anatomi Perempuan :
·         Genitalia Externa
a.       Mons Veneris
Bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan lemak yang menutupi bagian depan symphysis pubis
b.      Labia Mayora
Berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan berjalan kebawah da belakang. Hmoloog dengan scrotum laki-laki
c.       Labia Minora
Di dapatkan sebagai lipatan di sebelah medial dari labia mayora . di bagian belakang kedua lipatan setelah mengelilingi orificium vagina bersatu juga, fourchet ( hanya nampak pada wanita yang belum pernah melahirkan anak ) .
d.      Clitoris
Merupakan suatu tunggul yang erektil. Mengandung banyak urat-urat syaraf dan pembuluh-pembuluh darah. Analog dengan penis laki-laki.
e.       Vestibulum
Merupakan rongga yang sebelah lateral di batasi oleh kedua labia minora, anterior oleh clitoris, dorsal oleh fourchet. Terdapat dua kelenjar yaitu bartholini dan skene.
f.       Gl. Vestibularis Mayoris Bartholini
Merupakan kelenjar terpenting di daerah vulva dan vagina. Merupakan secret mucus terutama pada waktu coitus.
g.      Hymen (Selaput Darah)
Berupa lapisan yang tipis dan menutupi sebagian besar dari introitus vagina.

·         Genitalia Interna
a.       Vagina
Merupakan saluran musculo membranosa yang menghubugkan uterus dan vulva. Terletak antara kandung kencing dan rectum. Vagina mempunyai faal penting : sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah waktu haid dan secret dari uterus. Sebagai alat persetubuhan. Sebagai jalan lahir pada waktu partus.
b.      Uterus
Merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai bola lampu yang gepeng dan terdiri dari 2 bagian : corpus uteri berbentuk segitiga, cervix uteri berbentuk silindris.
c.       Tuba
Alat ini terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan kea rah lateral, ulaindari cornu uteri kanan kiri. Panjangnya ±12 cm, diameter 3-8 mm.
d.      Ovarium
Ovarium ini letaknya pada dinding lateral panggul dalam sebuah lekuk yang disebut fossa ovarica waldeyeri.








Gambar anatomi perempuan :
            1877S.jpg iphe...2379.jpg
iphe...2380.jpg         IpHe...2382.jpg

2.3 Langkah Kejadian
Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster.
Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.
2.3.1 Gambaran Klinis (Tanda dan Gejala)
·         Timbul erupsi bintik kemerahan, disertai rasa panas dan gatal pada kulit region genitalis.
·         Terkadang disertai demam, seperti influenza, setelah 2-3 hari bintik kemerahan berubah menjadi vesikel disertai nyeri.
·         5-7 hari, vesikel pecah dan keluar cairan jernih sehingga timbul keropeng.
·         Kadang dapat kambuh lagi.

2.4 Etiolgi
Herpes genetalis penyebabnya adalah virus herpes simpleks. Ada dua jenis virus herpes simpleks yaitu HSV-1 dan HSV-2. Pada HSV-2 biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 biasanya menginfeksi mulut. Kedua jenis virus herpes simpleks tersebut bisa menginfeksi kelamin, kulit di sekeliling rektum atau tangan (terutama bantalan kuku) dan bisa ditularkan ke bagian tubuh lainnya (misalnya permukaan mata). 
Luka herpes biasanya tidak terinfeksi oleh bakteri, tetapi beberapa penderita juga memiliki organisme lainnya pada luka tersebut yang ditularkan secara seksual misalnya siffilis atau cangkroid.
imagesCA6YJ5C6.jpg



2.5 Patofisiologi
HSV-1 dan HSV dapat menimbulkan serangkaian penyakit, mulai dari ginggivostomatitis sampai keratokonjungtivitis, ensefalitis, penyakit kelamin dan infeksi pada neonatus. Komplikasi tersebut menjadi bahan pemikiran dan perhatian dari beberapa ahli, seperti : ahli penyakit kulit dan kelamin, ahli kandungan, ahli mikrobiologi dan lain sebagainya. Infeksi primer oleh HSV lebih berat dan mempunyai riwayat yang berbeda dengan infeksi rekuren.
Setelah terjadinya infeksi primer virus mengalami masa laten atau stadium dorman, dan infeksi rekuren disebabkan oleh reaktivasi virus dorman ini yang kemudian menimbulkan kelainan pada kulit. Infeksi herpes simpleks fasial-oral rekuren atau herpes labialis dikenali sebagai fever blister atau cold sore dan ditemukan pada 25-40% dari penderita Amerika yang telah terinfeksi.
Herpes simpleks fasial-oral biasanya sembuh sendiri. Tetapi pada penderita dengan imunitas yang rendah, dapat ditemukan lesi berat dan luas berupa ulkus yang nyeri pada mulut dan esofagus.Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus yang berada dalam keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup penderita. Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi yang rekuren.
Prevalensi yang dilaporkan dari herpes genitalis bergantung pada karakteristik demografis, sosial ekonomi dan klinis dari populasi pasien yang pernah diteliti dan teknik pemeriksaan laboratorium dan klinik digunakan untuk mendiagnosa. Studi seroepidemiologi menunjukkan disparitas yang lebar antara prevalensi antibodi dan infeksi klinis, ini mengindikasikan bahwa banyak orang mendapat infeksi subklinik. 

2.6 Klasifikasi
Infeksi awal dari 63% HSV-2 dan 37% HSV-1 adalah asimptomatik. Simptom dari infeksi awal (saat inisial episode berlangsung pada saat infeksi awal) simptom khas muncul antara 3 hingga 9 hari setelah infeksi, meskipun infeksi asimptomatik berlangsung perlahan dalam tahun pertama setelah diagnosa di lakukan pada sekitar 15% kasus HSV-2. Inisial episode yang juga merupakan infeksi primer dapat berlangsung menjadi lebih berat. Infeksi HSV-1 dan HSV-2 agak susah dibedakan.
Tanda utama dari genital herpes adalah luka di sekitar vagina, penis, atau di daerah anus. Kadang-kadang luka dari herpes genital muncul di skrotum, bokong atau paha. Luka dapat muncul sekitar 4-7 hari setelah infeksi.

·         Perbedaan HSV tipe I dengan tipe II

HSV tipe I
HSV tipe II
Predileksi
Kulit dan mukosa di luar
Kulit dan mukosa daerah genetalia dan perianal
Kultur pada chorioallatoic 
membran (CAM) dari telur ayam
Membentuk bercak kecil
Membentuk pock besar dan tebal
Serologi
Antibodi terhadap HSV tipe I
Antibodi terhadap HSV tipe II
Sifat lain
Tidak bersifat onkogeni
Bersifat onkogeni


2.6.1        Herpes genital primer
Infeksi primer biasanya terjadi seminggu setelah hubungan seksual (termasuk hubungan oral atau anal). Tetapi lebih banyak terjadi setelah interval yang lama dan biasanya setengah dari kasus tidak menampakkan gejala.
Erupsi dapat didahului dengan gejala prodormal, yang menyebabkan salah diagnosis sebagai influenza. Lesi berupa papul kecil dengan dasar eritem dan berkembang menjadi vesikel dan cepat membentuk erosi superfisial atau ulkus yang tidak nyeri, lebih sering pada glans penis, preputium, dan frenulum, korpus penis lebih jarang terlihat.

2.6.2        Herpes genital rekuren
Setelah terjadinya infeksi primer klinis atau subklinis, pada suatu waktu bila ada faktor pencetus, virus akan menjalani reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah lagi rekuren, pada saat itu di dalam hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala tidak seberat infeksi primer.
Faktor pencetus antara lain: trauma, koitus yang berlebihan, demam, gangguan pencernaan, kelelahan, makanan yang merangsang, alkohol, dan beberapa kasus sukar diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar orang, virus dapat menjadi aktif dan menyebabkan outbreaks beberapa kali dalam setahun. HSV berdiam dalam sel saraf di tubuh kita, ketika virus terpicu untuk aktif, maka akan bergerak dari saraf ke kulit kita. Lalu memperbanyak diri dan dapat timbul luka di tempat terjadinya outbreaks.

Mengenai gambaran klinis dari herpes progenitalis : gejaia klinis herpes progenital dapat ringan sampai berat tergantung dari stadium penyakit dan imunitas dari pejamu. Stadium penyakit meliputi :

Infeksi primer —- stadium laten —- replikasi virus —- stadium rekuren
imagesCA4ZW8QM.jpg                  images.jpg
imagesCA5HS61O.jpg
2.7 Diagnosa
Secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Gejala dan tanda dihubungkan dengan HSV-2. diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik jika gejalanya khas dan melalui pengambilan contoh dari luka (lesi) dan dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Tes darah yang mendeteksi HSV-1 dan HSV-2 dapat menolong meskipun hasilnya tidak terlalu memuaskan. Virus kadangkala, namun tak selalu, dapat dideteksi lewat tes laboratorium yaitu kultur. Kultur dikerjakan dengan menggunakan swab untuk memperoleh material yang akan dipelajari dari luka yang dicurigai sebagai herpes.
Pada stadium dini erupsi vesikel sangat khas, akan tetapi pada stadium yang lanjut tidak khas lagi, penderita harus dideteksi dengan kemungkinan penyakit lain, termasuk chancroid dan kandidiasis. Konfirmasi virus dapat dilakukan melalui mikroskop elektron atau kultur jaringan.
Komplikasi yang timbul pada penyakit herpes genitalis anatara lain neuralgia, retensi urine, meningitis aseptik dan infeksi anal. Sedangkan komplikasi herpes genitalis pada kehamilan dapat menyebabkan abortus pada kehamilan trimester pertama, partus prematur dan pertumbuhan janin terhambat pada trimester kedua kehamilan dan pada neonatus dapat terjadi lesi kulit, ensefalitis, makrosefali dan keratokonjungtivitis. Herpes genital primer HSV 2 dan infeksi HSV-1 ditandai oleh kekerapan gejala lokal dan sistemik prolong. Demam, sakit kepala, malaise, dan mialgia dilaporkan mendekati 40 % dari kaum pria dan 70% dari wanita dengan penyakit HSV-2 primer. Berbeda dengan infeksi genital episode pertama, gejala, tanda dan lokasi anatomi infeksi rekuren terlokalisir pada genital

2.9Penatalaksanaan

Sampai sekarang belum ada obat yang memuaskan untuk terapi herpes genitalis, namun pengobatan secara umum perlu diperhatikan, seperti :

·         menjaga kebersihan lokal
·         menghindari trauma atau faktor pencetus.

Penggunaan idoxuridine mengobati lesi herpes simpleks secara lokal sebesar 5% sampai 40% dalam dimethyl sulphoxide sangat bermanfaat. Namun, pengobatan ini memiliki beberapa efek samping, di antaranya pasien akan mengalami rasa nyeri hebat, maserasi kulit dapat juga terjadi.
Meskipun tidak ada obat herpes genital, penyediaan layanan kesehatan anda akan meresepkan obat anti viral untuk menangani gejala dan membantu mencegah terjadinya outbreaks. Hal ini akan mengurangi resiko menularnya herpes pada partner seksual. Obat-obatan untuk menangani herpes genital adalah :


1.      Asiklovir (Zovirus)
Pada infeksi HVS genitalis primer, asiklovir intravena (5 mg/kg BB/8 jam selama 5 hari), asiklovir oral 200 mg (5 kali/hari saelama 10-14 hari) dan asiklovir topikal (5% dalam salf propilen glikol) dsapat mengurangi lamanya gejala dan ekskresi virus serta mempercepat penyembuhan.

2.      Famsiklovir
Adalah jenis pensiklovir, suatu analog nukleosida yang efektif menghambat replikasi HSV-1 dan HSV-2. Sama dengan asiklovir, pensiklovir memerlukan timidin kinase virus untuk fosforilase menjadi monofosfat dan sering terjadi resistensi silang dengan asiklovir. Waktu paruh intrasel pensiklovir lebih panjang daripada asiklovir (>10 jam) sehingga memiliki potensi pemberian dosis satu kali sehari. Absorbsi peroral 70% dan dimetabolisme dengan cepat menjadi pensiklovir. Obat ini di metabolisme dengan baik.

3.      Valasiklovir (Valtres)
Valasiklovir adalah suatu ester dari asiklovir yang secara cepat dan hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan bioavaibilitas asiklovir sampai 54%.oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena. Valasiklovir 1000 mg telah dibandingkan asiklovir 200 mg 5 kali sehari selama 10 hari untuk terapi herpes genitalis episode awal.

2.9.1        Pencegahan
Saran-saran untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang untuk mencegah penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan HSV, yang sangat menular, pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual denagn hanya satu orang yang bebas infeksi. 
Pendek kata, Anda dapat: 
o   Gunakan, atau pasangan Anda gunakan, sebuah kondom lateks selama setiap kontak seksual.
o   Batasi jumlah pasangan seks.
o   Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes di daerah genital atau di mana pun.
o   Komunikasi terbuka dengan pasangan Anda atau calon pasangan adalah penting. 
o   Jika Anda hamil, pastikan untuk memberitahu dokter Anda bahwa Anda telah terinfeksi HSV atau, jika anda tidak yakin, mintalah untuk diuji untuk HSV. Perhatikan tanda-tanda dan gejala HSV selama kehamilan.

2.7    Prognosa
Virus herpes merupakan sekelompok virus yang termasuk dalam famili herpesviridae yang mempunyai morfologi yang identik dan mempunyai kemampuan untuk berada dalam keadaan laten dalam sel hospes setelah infeksi primer. Virus yang berada dalam keadaan laten dapat bertahan untuk periode yang lama bahkan seumur hidup penderita. Virus tersebut tetap mempunyai kemampuan untuk mengadakan reaktivasi kembali sehingga dapat terjadi infeksi yang rekuren.
Prevalensi yang dilaporkan dari herpes genitalis bergantung pada karakteristik demografis, sosial ekonomi dan klinis dari populasi pasien yang pernah diteliti dan teknik pemeriksaan laboratorium dan klinik digunakan untuk mendiagnosa. Studi  menunjukkan disparitas yang lebar antara prevalensi antibodi dan infeksi klinis, ini mengindikasikan bahwa banyak orang mendapat infeksi subklinik.
Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui droplet pernapasan, atau melalui kontak langsung dengan saliva yang terinfeksi. HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Setelah virus masuk ke dalam tubuh hospes, terjadi penggabungan dengan DNA hospes dan mengadakan multiplikasi serta menimbulkan kelainan pada kulit. Waktu itu pada hospes itu sendiri belum ada antibodi spesifik. Keadaan ini dapat mengakibatkan timbulnya lesi pada daerah yang luas dengan gejala konstitusi berat. Selanjutnya virus menjalar melalui serabut saraf sensorik ke ganglion saraf regional dan berdiam di sana serta bersifat laten. Infeksi orofaring HSV-1 menimbulkan infeksi laten di ganglia trigeminal, sedangkan infeksi genital HSV-2 menimbulkan infeksi laten di ganglion sakral. Bila pada suatu waktu ada faktor pencetus (trigger factor), virus akan mengalami reaktivasi dan multiplikasi kembali sehingga terjadilah infeksi rekuren. Pada saat ini dalam tubuh hospes sudah ada antibodi spesifik sehingga kelainan yang timbul dan gejala konstitusinya tidak seberat pada waktu infeksi primer.
Faktor pencetus tersebut antara lain adalah trauma atau koitus, demam, stres fisik atau emosi, sinar UV, gangguan pencernaan, alergi makanan dan obat-obatan dan beberapa kasus tidak diketahui dengan jelas penyebabnya. Penularan hampir selalu melalui hubungan seksul baik genito genital, ano genital maupun oro genital. Infeksi oleh HSV dapat bersifat laten tanpa gejala klinis dan kelompok ini bertanggung jawab terhadap penyebaran penyakit. Infeksi dengan HSV dimulai dari kontak virus dengan mukosa (orofaring, serviks, konjungtiva) atau kulit yang abrasi. Replikasi virus dalam sel epidermis daan dermis menyebabkan destruksi seluler dan keradangan.
Kematian oleh infeksi HSV jarang terjadi. Infeksi inisial dini yang segera diobati mempunyai prognosis lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya. Pada orang dengan gangguan imunitas, misalnya penyakit-penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang lama, menyebabkan infeksi ini dapat menyebar ke alat-alat dalam dan fatal. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa. Terapi antivirus efektif menurunkan manifestasi klinis herpes genitalis.























BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Herpes genital merupakan penyakit infeksi akut pada genital dengan gambaran khas berupa vesikel berkelompok pada dasar eritematosa, dan cenderung bersifat rekuren. Umumnya disebabkan oleh herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2), tetapi sebagian kecil dapat pula oleh tipe 1.
Perjalanan Penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan. Umumnya kelainan klinis/keluhan utama adalah timbulnya sekumpulan vesikel pada kulit atau mukosa dengan rasa terbakar dan gatal pada tempat lesi, kadang-kadang disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam, dan nyeri otot.
Diagnosis herpes genital secara klinis ditegakkan dengan adanya gejala khas berupa vesikel berkelompok dengan dasar eritem dan bersifat rekuren. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisisk jika gejalanya khas dan pemeriksaan laboratorium.
Pengobatan dari herpes genital secara umum bisa dengan menjaga kebersihan lokal, menghindari trauma atau faktor pencetus. Adapun obat-obat yang dapat menangani herpes genital adalah asiklovir, valasiklovir, famsiklovir.








DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, IBG, 1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan. Jakarta.
Rabe, Thomas, 2002. Buku Saku Ilmu Kandungan, Hipokrates, Jakarta.
Sarwono, 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. Jakarta.
Yatim, Faisal (2005). Penyakit Kandungan. Myoma, Kanker Rahim/ Leher Rahim Dan Indung Telur, Kista, Serta Gangguan Lainnya. Jakarta
http://infopenyakit.com



Previous
Next Post »

Translate