Makalah
Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat taufik serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah kami ini yang berjudul “Ikterus Fisiologis dan Patologis “ setelah melalui kendala rasa terima kasih
kami yang sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dengan
segala jerih payahnya hinga selesainya penyusunan makalah ini, tak lupa kami
ucapkan terima kasih . Selaku dosen Asuhan Neonatus dan Balita yang telah
membimbing kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Harapan kami mudah-mudahan makalah ini dapat bermamfaat
bagi kita semua dan para pembaca khususnya mahasiswi akademi kebidanan aifa
husada pamekasan, dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk terus
mengejar ketingalan dan keterbelakangan.
Meskipun kami rasa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan namun kami berharap sumbvangan saran dan kritik yang
brsifat membangun dari semua pihak sehinga dari penyusunan makalah berikutnya
dapat disajikan lebih baik dari sebelumnya.
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………
KATA
PENGANTAR……………………………………………..........
DAFTAR
ISI…………………………………………………………….
BAB
I PENDAHULUAN……………………………………………….
A. Latar
Belakang..........................................................................
B.
Tujuan …………………………………………………………
C.
Rumusan Masalah …………………………………………….
BAB
II PEMBAHASAN……………………………………………….
- Definisi Ikterus………………………………………………….
- Tanda dan Gejala.........................................................................
- Komplikasi………………………………………………………
- Pemeriksaan Penunjang…………………………………………
- Penatalaksanaan..........................................................................
BAB
III PENUTUP…………………………………………………..
Kesimpulan…………………………………………………….
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Angka kejadian Ikterus pada bayi sangat bervariasi
di RSCM persentase ikterus neonatorum pada bayi cukup bulan sebesar 32,1% dan
pada bayi kurang bulan sebesar 42,9%, sedangkan di Amerika Serikat sekitar 60%
bayi menderita ikterus baru lahir menderita ikterus, lebih dari 50%. Bayi-bayi
yang mengalami ikterus itu mencapai kadar bilirubin yang melebihi 10 mg. (3,7)
Ikterus terjadi apabila terdapat bililirubin dalam
darah. Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu
pertama dalam kehidupannya. Dikemukakan bahwa kejadian ikterus terdapat pada
60% bayi cukup bulan dan pada bayi 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan
32,19 % menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi bersifat patologik
yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian. Karena
setiap bayi dengan ikterus harus ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi
atau bila kadar bilirubuin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam. (3,7)
Proses hemolisis darah,
infeksi berat ikterus yang berlangsung lebih dari 1 mg/dl juga merupakan
keadaan kemungkinan adanya ikterus patologi. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan
ikterus dilakukan sebaik-baiknya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan diatas, dapat
diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud Ikterus ?
2.
Apa yag dimaksud Ikterus
fisiologis dan ikterus patologis?
3.
Bagaimana tanda, gejala dan
penyebab Ikterus ?
4.
Bagaimana cara Pemeriksaan dan
Penatalaksanaan ikterus?
C. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyusun sekaligus
menjelaskan tentang Ikterus Fisiologis dan Paologis pada bayi baru lahir.
Sehingga para pembaca khususnya penyusun dapat tahu dan mengerti guna menambah
wawasan dan pengetahuan.
BAB II
PEMBAHASAN
IKTERUS
FISIOLOGIS DAN PATOLOGIS
A.
Definisi
1. Ikterus
Adalah perubahan warna kuning pada kulit, membrane
mukosa, sclera dan organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin
di dalam darah dan ikterus sinonim dengan jaundice.
2. Ikterus Fisiologis
Ikterus fisiologis menurut Tarigan (2003) dan Callhon
(1996) dalam Schwats (2005) adalah ikterus yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:
• Timbul pada hari kedua – ketiga
• Kadar bilirubin indirek setelah 2 x 24 jam tidak
melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % per hari pada kurang
bulan
• Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg %
perhari
• Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg %
• Ikterus hilang pada 10 hari pertama
• Tidak mempunyai dasar patologis sehingga tidak
membutuhkan penanganan medis.
3. Ikterus Pathologis/ hiperbilirubinemia
Ikterus patologis/hiperbilirubinemia adalah suatu
keadaan dimana kadar konsentrasi bilirubin dalam darah mencapai nilai yang
mempunyai potensi untuk menimbulkan kern ikterus kalau tidak ditanggulangi
dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan yang patologis. Ikterus
yang kemungkinan menjadi patologis atau hiperbilirubinemia dengan karakteristik
sebagai berikut :
a. Menurut Surasmi (2003)
bila :
• Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah
kelahiran
• Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg % atau >
setiap 24 jam
• Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg % pada
neonatus < bulan dan 12,5 % pada neonatus cukup bulan
• Ikterus disertai proses hemolisis (inkompatibilitas
darah, defisiensi enzim G6PD dan sepsis)
• Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa
gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan,
infeksi, hipoglikemia, hiperkapnia, hiperosmolalitas darah.
b. Menurut tarigan (2003),
adalah :
Suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus
kalau tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan keadaan
yang patologis. Brown menetapkan hiperbilirubinemia bila kadar bilirubin
mencapai 12 mg % pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi yang kurang bulan.
Utelly menetapkan 10 mg % dan 15 mg %.
Kern Ikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek
pada otak. Kern Ikterus ialah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan
pada neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg %)
dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak
bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf
spatis yang terjadi secara kronik.
Hiperbilirubinemia adalah keadaan kadar bilirubin
dalam darah >13 mg/dL. Pada bayi baru lahir, ikterus yang terjadi pada
umumnya adalah fisiologis, kecuali:
- Timbul dalam 24 jam pertama kehidupan.
- Bilirubin total/indirek untuk bayi cukup bulan > 13 mg/dL atau bayi kurang bulan >10 mg/dL.
- Peningkatan bilirubin > 5 mg/dL/24 jam.
- Kadar bilirubin direk > 2 mg/dL.
- Ikterus menetap pada usia >2 minggu.
- Terdapat faktor risiko.
B.
Tanda dan Gejala
Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia
dikelompokkan menjadi :
a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase
pertama kernikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
b. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high
pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya
menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan
pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis).
Sedangakan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah
warna kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera)
mata terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l.
C.
Komplikasi
Terjadi kern ikterus yaitu keruskan otak akibat
perlangketan bilirubin indirek pada otak. Pada kern ikterus gejala klinik pada
permulaan tidak jelas antara lain : bayi tidak mau menghisap, letargi, mata
berputar-putar, gerakan tidak menentu (involuntary movements), kejang tonus
otot meninggi, leher kaku, dn akhirnya opistotonus.
D.
Pemeriksaan Penunjang
Bila tersedia fasilitas, maka dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut :
• Pemeriksaan golongan darah ibu pada saat kehamilan dan bayi pada
saat kelahiran
• Bila ibu mempunyai golongan darah O dianjurkan untuk
menyimpan darah tali pusat pada setiap persalinan untuk pemeriksaan lanjutan
yang dibutuhkan
• Kadar bilirubin serum total diperlukan bila
ditemukan ikterus pada 24 jam pertama kelahiran
- Penilaian Ikterus
Menurut Kramer
Ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Dan
membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima
bagian bawah sampai tumut, tumit-pergelangan kaki dan bahu pergelanagn tangan
dan kaki seta tangan termasuk telapak kaki dan telapak tangan. Cara
pemeriksaannya ialah dengan menekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya
menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain.
E. Penatalaksanaan
Berdasarkan pada penyebabnya maka manajemen bayi dengan
hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari
hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
1. Menghilangkan
anemia
2. Menghilangkan
antibody maternal dan eritrosit teresensitisasi
3. Meningkatkan
badan serum albumin
4. Menurunkan
serum bilirubin
Metode terapi
hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse albumin
dan therapi obat.
a. Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan transfuse
pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi (a bound of fluorescent light bulbs or bulbs in the blue
light spectrum) akan menurunkan bilirubin dalam kulit. Fototerapi menurunkan
kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi ekskresi bilirubin tak terkonjugasi.
Hal ini terjadi jika cahaya yang diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak
terkonjugasi menjadi dua isomer yang disebut fotobilirubin. Fotobilirubin
bergerak dari jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam
darah fotobilirubin berikatan dengan albumin dan di kirim ke hati.
Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di ekskresikan kedalam duodenum
untuk di buang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh hati. Hasil
fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi bilirubin dapat dikeluarkan
melalui urine.
Fototerapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar
bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat
menyebabkan anemia.
Secara umum fototerapi harus diberikan pada kadar bilirubin indirek
4-5 mg/dl. Noenatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus
difototerapi dengan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan
untuk memberikan fototerapi profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko
tinggi dan berat badan lahir rendah.
b. Transfusi
Pengganti
Transfuse
pengganti atau imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1. Titer anti Rh
lebih dari 1 : 16 pada ibu
2. Penyakit
hemolisis berat pada bayi baru lahir
3. Penyakit
hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama
4. Kadar
bilirubin direk labih besar 3,5 mg/dl di minggu pertama
5. Serum
bilirubin indirek lebih dari 20 mg/dl pada 48 jam pertama
6. Hemoglobin
kurang dari 12 gr/dl
7. Bayi pada
resiko terjadi kern Ikterus
Transfusi pengganti digunakan untuk:
1. Mengatasi anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap antibody maternal
2. Menghilangkan sel darah merah untuk yang tersensitisasi
(kepekaan)
3. Menghilangkan serum ilirubin
4. Meningkatkan albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dangan bilirubin
Pada Rh
Inkomptabilitas diperlukan transfuse darah golongan O segera (kurang dari 2
hari), Rh negative whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A
dan antigen B. setiap 4 -8 jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus
diperiksa setiap hari sampai stabil
c. Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi bilirubin dan mengekskresikannya. Obat ini efektif baik
diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum
melahirkan. Penggunaan Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan
karena efek sampingnya (letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan
mengeluarkannya lewat urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwa ikterus
baru dapat dikatakan fisiologis sesudah observasi dan pemeriksaan selanjutnya
tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang
menjadi ‘kernicterus’.
Ikterus yang kemungkinan besar menjadi patologis
yaitu :
1. Ikterus yang terjadi pada 24 jam
pertama.
2. Ikterus dengan kadar bilirubin
melebihi 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan dan 10 mg% pada neonatus kurang
bulan.
3. Ikterus dengan peningkatan bilirubin-lebih
dari 5 mg%/hari.
4. Ikterus yang menetap sesudah 2 minggu
pertama.
5. Ikterus yang mempunyai hubungan dengan
proses hemolitik, infeksi atau keadaan patologis lain yang telah diketahui.
6. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba,
Ida Bagus. 1998.
Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana. EGC : Jakarta.
Ladewig, W.
Patrisia. 2006. Asuhan Ibu dan Bayi Baru
Lahir. EGC :Jakarta .
Health Technology
Assessment Unit Medical Development Division Ministry of Health Malaysia , 2002. Management of neonatal hyperbilirubinemia.
ConversionConversion EmoticonEmoticon