BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Kebidanan dalam arti menolong persalinan
dapat dikatakan sebagai praktik kesehatan tertua di dunia, sama tuanya dengan
umat manusia. Pada mulanya semua persalinan ditolong oleh dukun atau mereka
yang mengkhususkan diri dalam pertolongan persalinan, tanpa membolehkan tenaga
medis lainnya untuk ikut membantu melakukan hal tersebut.
Dengan pengetahuan yang serba terbatas serta
jumlah tenaga ahli kebidanan dan penyakit kandungan di Indonesia yang masih
sangat kurang yaitu pada tahun 1995 terdapat 700 orang tenaga berbanding dengan
197 juta penduduk (Manuaba, 1999) bila dibandingkan dengan negara di Asia
Tenggara lain, contoh di Filipina
terdapat 2.000 orang tenaga ahli kebidanan dalam jumlah penduduk 40 juta jiwa.
Maka sudah dapat dibayangkan bahwa jumlah kematian ibu dan bayi di Indonesia
menjadi paling tinggi di Asia Tenggara.
Sebagai ukuran kemmapuan pelayanan kesehatan
satu negara ditetapkan berdasarkan angka kematian ibu dan angka kematian karena
melahirkan. Sementara persalinan di Indonesia sebagian besar yaitu sekitar 70 –
80 % masih ditolong oleh dukun terutama di pedesaan dengan kemampuan dan
peralatan yang serba terbatas. Penyebab kematian terjadi terutama karena
perdarahan, infeksi, dan keracunan hamil serta terlambatnya sistem rujukan
(Manuaba, 1999).
Pemerintah sendiri telah mengupayakan
berbagai cara untuk mengendalikan angka kematian ibu dan bayi yang sangat
tinggi tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya serta
kesehatan ibu pada khususnya. Dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi
dewasa ini, membuat model pengawasan terhadap masa kehamilan seperti yang
dikembangkan di Paris pada tahun 1901 dengan nama plea of promaternity hspital
yang bertujuan memberikan pelayanan kepada ibu selama masa kehamilan sehingga
ibu dapat menyelesaikan masa kehamilannya dengan baik dan bayi dapat dilahirkan
dengan sehat dan selamat. Di Indonesia sendiri model pengawasan tersebut
semakin membuka pandangan masyarakat bahwa pengawasan yang ketat pada masa
kehamilan menjadi hal yang sangat penting guna mengantarkan ibu dan bayi kepada
keadaan yang sehat dan sejahtera. Oleh karenanya di Indonesia dikembangkan
model pengawasan yang sama dengan nama BKIA yaitu Balai Kesehatan Ibu dan Anak.
Dimana BKIA menjadi bagian terpenting dari program Puskesmas dan telah tersebar
dis eluruh Indonesia yang dipimpin oleh beberapa orang dokter sehingga
kemampuan pelayanannya dapat lebih ditingkatkan. Bahkan menjelang pencapaian
Indonesia Sehat 2010, dikembangkan program Bidan di Desa guna mengupayakan
masyarakat di pelosok dapat menjangkau pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan
dengan lebih mudah.
Pemerintah memberikan perhatian khusus kepada
masalah kebidanan ini mengingat permasalahan yang muncul selama masa kehamilan
adalah sangat kompleks yang meliputi masalah fisik, psikologis dan sosial
(Sarwono, 1991). Bahkan dengan kecenderunagn angka kematian pada ibu yang
sangat tinggi yang diakibatkan karena perdarahan, infeksi dan keracunan pada
masa kehamilan, menjadikan program pengawasan pada ibu hamil lebih diperketat
dan ditingkatkan melalui upaya ANC (Ante Natal Care).
Salah satu permasalahan yang sering terjadi
pada ibu hamil adalah keguguran atau abortus. Mengingat semkain berkembnagnya
pendidikan dan pengethauan masyarakat khususnya wanita dengan emansipasinya
dalam turut serta menghidupi ekonomi keluarga, membuat kejadian abortus menjadi
cukup tinggi dalam dekade terakhir. Didukung pula oleh pengaruh budaya barat
dengan pergaulan bebasnya menjadinya banyak kejadian kehamilan tidak diinginkan
menjadi meningkat sehingga kecenderungan kejadian abortus provocatus juga
meningkat. Bahkan semakin merebaknya klinik – klinik aborsi di tanah air,
semakin membuka peluang wanita untuk melakukan aborsi tanpa memikirkan
akibatnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, maka
kami mengangkat permasalahan abortus sebagai makalah, mengingat permasalahan
abortus sendiri merupakan suatu permasalahan yang kompleks bagi ibu,
suami/pasangan maupun keluarga.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
Tujuan
Umum
Menerapkan asuhan keperawatan pada ibu dengan
kejadian abortus sesuai dengan konsep teori asuhan keperawatan.
1.2.2
Tujuan
Khusus
1) Mengidentifikasi
data fokus keperawatan melalui pengkajian pada ibu hamil denagn kejadian
abortus.
2) Mengidentifikasi
diagnosa keperawatan yang timbul pada ibu hamil dengan kejadian abortus.
3) Mengidentifikasi
rencana intervensi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus.
4) Menerapkan
implementasi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus.
5) Mengidentifikasi
evaluasi keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus.
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1
Bagi
mahasiswa
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa guna
menerapkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus sehingga
dapat menambah pengalaman dan pemahaman mahasiswa terhadap penatalaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien dengan abortus.
1.3.2
Bagi
Institusi pendidikan
Meningkatkan pengetahuan mengenai
penatalaksanaan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kejadian abortus di
rumah sakit sehingga dapat menetapkan prosedur tetap mengenai model asuhan
keperawatan yang tepat digunakan pada ibu dengan permasalahan abortus.
1.4 Sistematika Penulisan
1.4.1
Bab
1 Pendahuluan
1) Latar
Belakang Penulisan
2) Tujuan
Penulisan
3) Manfaat
Penulisan
4) Sistematika
Penulisan
1.4.2
Bab
2 Konsep Tinjauan Pustaka
1) Tinjauan
Konsep Penyakit
a) Definisi Abortus
b) Jenis, Macam, Defisini, Tanda dan Gejala
Abortus
c) Etiologi Abortus
d) Patofisiologi Abortus
e) Penatalaksanaan Abortus
f) Penyulit Abortus
2) Tinjauan
Konsep Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
Data Fokus
b) Diagnosa
Keperawatan
c) Rencana
Intervensi dan Rasional
1.4.3
Bab
3 Tinjauan Kasus
1) Pengkajian
2) Diagnosa
Keperawatan
3) Rencana
Intervensi dan Rasional
4) Implementasi
Keperawatan
5) Evaluasi
Keperawatan
1.4.4
Bab
4 Pembahasan
1.4.5
Bab
5 Kesimpulan dan Saran
1) Kesimpulan
2) Saran
BAB 2
KONSEP TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Abortus
Beberapa ahli mengemukakan definisi
mengenai abortus yaitu sebagai berikut:
2.1.1 Berakhirnya masa kehamilan sebelum anak
dapat hidup di duia luar (Bagian Obgyn Unpad, 1999). Anak baru mungkin hidup di
dunia luar kalau beratnya telah mencapai 1000 gram atau umur kehamilan 28
minggu.
2.1.2 Pengeluaran atau ekstraksi janin atau
embrio yang berbobot 500 gram atau kurang dari ibunya yang kira – kira berumur
20 sampai 22 minggu kehamilan (Hacker and Moore, 2001).
2.2 Jenis
Abortus, Macam Abortus, Definisi, Tanda dan Gejala
Jenis Abortus
|
Macam Abortus
|
Definisi
|
Tanda dan Gejala
|
Spontan (terjadi dengan sendiri, keguguran)
merupakan ± 20% dari semua abortus.
|
Abortus imminens.
Abortus incipiens.
Abortus incompletus.
Abortus completus.
Missed abortion.
Abortus habitualis.
Abortus febrilis.
|
(keguguran mengancam). Abortus ini baru
mengancam dan ada harapan untuk mempertahankan.
(keguguran berlangsung). Abortus sudah berlangsung
dan tidak dapat dicegah lagi.
(keguguran tidak lengkap). Sebagian dari
buah kehamilan telah dilahirkan tetapi sebgaian (biasanya jaringan palsneta)
masih etrtinggal di rahim.
(keguguran lengkap). Seluruh buah kehamilan
telah dilahirkan lengkap.
(keguguran tertunda). Missed abortion ialah
keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu ke 22 tetapi tertahan di dalam
rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
(keguguran berulang – ulang). Ialah abortus
yang telah berulang dan berturut – turut terjadi sekurang – kurangnya 3 kali
berturut – turut.
Abortus incompletus atau abortus incipiens
yang disertai infeksi.
|
-
Perdarahan per vaginam sebelum minggu ke 20.
-
Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian
bawah menyertai perdarahan.
-
Nyeri terasa memilin karena kontraksi tidak ada atau
sedikit sekali.
-
Tidak ditemukan kelainan pada serviks.
-
Serviks tertutup.
-
Perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar
gumpalan darah.
-
Nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena
kontraksi rahim kuat.
-
Serviks sering melebar sebagian akibat kontraksi.
-
Perdarahan per vaginam berlangsung terus walaupun
jaringan telah keluar.
-
Nyeri perut bawah mirip kejang.
-
Dilatasi serviks akibat masih adanya hasil konsepsi di
dalam uterus yang dianggap sebagai corpus allienum.
-
Keluarnya hasil konsepsi (seperti potongan kulit dan
hati).
-
Kontraksi rahim dan perdarahan mereda setelah hasil
konsepsi keluar.
-
Serviks menutup.
-
Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan
amenorea.
-
Gejala kehamilan tidak ada.
-
Uji kehamilan negatif.
-
Rahim tidak emmbesar, malahan mengecil karena absorpsi
air ketuban dan macerasi janin.
-
Buah dada mengecil kembali.
-
Gejala kehamilan tidak ada, hanya amenorea terus
berlangsung.
-
Demam kadang – kadang menggigil.
-
Lochea berbau busuk.
|
Abortus provocatus (disengaja, digugurkan)
merupakan 80% dari semua abortus.
|
Abortus provocatus artificialis atau
abortus therapeutics.
Abortus provocatus criminalis.
|
Pengguguran kehamilan dengan alat – alat
dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan membawa maut bagi ibu, misal ibu
berpenyakit berat. Indikasi pada ibu dengan penyakit jantung (rheuma),
hypertensi essensialis, carcinoma cerviks.
Adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan
medis yang syah dan dilarang oleh hukum.
|
|
2.3
Etiologi Abortus
2.3.1 Kelainan telur
Kelainan telur menyebabkan kelainan
pertumbuhan yang sedinikian rupa hingga janin tidak mungkin hidup terus,
misalnya karena faktor endogen seperti kelainan chromosom (trisomi dan
polyploidi).
2.3.2 Penyakit ibu
Berbagai
penyakit ibu dapat menimbulkan abortus, yaitu:
1) Infeksi akut yang berat: pneumonia, thypus
dapat mneyebabkan abortus dan partus prematurus.
2) Kelainan endokrin, misalnya kekurangan
progesteron atau disfungsi kelenjar gondok.
3) Trauma, misalnya laparatomi atau
kecelakaan langsung pada ibu.
4) Gizi ibu yang kurang baik.
5) Kelainan alat kandungan:
-
Hypoplasia uteri.
-
Tumor uterus
-
Cerviks yang pendek
-
Retroflexio uteri incarcerata
-
Kelainan endometrium
6) Faktor psikologis ibu.
2.3.3 Faktor suami
Terdapat kelainan bentuk anomali kromosom
pada kedua orang tua serta faktor imunologik yang dapat memungkinkan hospes
(ibu) mempertahankan produk asings ecara antigenetik (janin) tanpa terjadi
penolakan.
2.3.4 Faktor lingkungan
Paparan dari lingkungan seperti kebiasaan
merokok, minum minuman beralkohol serta paparan faktor eksogen seperti virus,
radiasi, zat kimia, memperbesar peluang terjadinya abortus.
2.4
Patofisiologi Abortus
Rangsangan pada uterus Lepasnya buah kehamilan Terganggunya psikologis ibu
dari implantasinya
Kontraksi uterus
Kecemasan
Terputusnya pembuluh darah ibu
Defisit knowledge
Prostaglandin
Perdarahan dan nekrose
desidua
Dilatasi serviks Resiko defisit volume cairan
Kelemahan
Nyeri Resiko gawat janin
Resiko terjadi infeksi
2.5
Penatalaksanaan Abortus
2.5.1 Abortus imminens
Karena
ada harapan bahwa kehamilan dapat dipertahankan, maka pasien:
1) Istirahat rebah (tidak usah melebihi 48
jam).
2) Diberi sedativa misal luminal, codein,
morphin.
3) Progesteron 10 mg sehari untuk terapi
substitusi dan mengurangi kerentanan otot-otot rahim (misal gestanon).
4) Dilarang coitus sampai 2 minggu.
2.5.2 Abortus incipiens
Kemungkinan
terjadi abortus sangat besar sehingga pasien:
1) Mempercepat pengosongan rahim dengan
oxytocin 2 ½ satuan tiap ½ jam sebnayak 6 kali.
2) Mengurangi nyeri dengan sedativa.
3) Jika ptocin tidak berhasil dilakukan
curetage asal pembukaan cukup besar.
2.5.3 Abortus incompletus
1)
Harus segera curetage atau secara digital untuk mengehntikan perdarahan.
2.5.4 Abortus febrilis
1) pelaksanaan curetage ditunda untuk
mencegah sepsis, keculai perdarahan banyak sekali.
2) Diberi atobiotika.
3) Curetage dilakukan setelah suhu tubuh
turun selama 3 hari.
2.5.5 Missed abortion
1) Diutamakan penyelesaian missed abortion
secara lebih aktif untuk mencegah perdarahan dan sepsis dengan oxytocin dan
antibiotika. Segera setelah kematian janin dipastikan, segera beri pitocin 10
satuan dalam 500 cc glucose.
2) Untuk merangsang dilatasis erviks diberi
laminaria stift.
2.6
Penyulit Abortus
1) perdarahan hebat.
2) Infeksi kadang-kadang sampai terjadi
sepsis, infeksi dari tuba dapat menimbulkan kemandulan.
3) Renal failure disebabkan karena infeksi
dan shock.
4) Shock bakteri karen atoxin.
5) Perforasi saat curetage
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN
ABORTUS
2.
PENGKAJIAN
DATA FOKUS
Pada
Ibu hamil dengan kasus abortus pada umumnya mengalami keluhan sebagai berikut:
- Tidak
enak badan.
- Badan
panas, kadang- kadang panas disertai menggigil dan panas tinggi.
- Sakit
kepala dan penglihatan terasa kabur.
- Keluar
perdarahan dari alat kemaluan, kadang-kadang keluar flek-flek darah atau
perdarahan terus-menerus.
- Keluhan
nyeri pada perut bagian bawah, nyeri drasakan melilit menyebar sampai ke
punggung dan pinggang.
- Keluhan
perut dirasa tegang, keras seperti papan, dan kaku.
- Keluhan
keluar gumpalan darah segar seperti kulit mati dan jarinagn hati dalam jumlah
banyak.
- Perasaan
takut dan khawatir terhadap kondisi kehamilan.
- Ibu
merasa cemas dan gelisah sebelum mendapat kepastian penyakitnya.
- Nadi
cenderung meningkat, tekanan darah meningkat, respirasi meningkat dan suhu
meningkat.
Pemeriksaan Penunjang:
-
Pada
pemeriksaan dalam ditemukan terdapat pembukaan serviks atau pada kasus abortus
imminens sering ditemukan serviks tertutup dan keluhan nyeri hebat pada pasien.
-
Porsio
sering teraba melunak pada pemeriksaan dalam, terdapat jaringan ikut keluar
pada pemeriksaan.
-
Pemeriksaan
kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
-
Pemeriksaan
kadar HCG dalam urine untuk memastikan kehamilan masih berlangsung.
-
Pemeriksaan
auskultasi dengan funduskop dan doppler untuk memastikan kondisi janin.
-
Pemeriksaan
USG untuk memastikan kondisi janin.
3.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
v Nyeri
b/d adanya kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta.
v
Resiko
deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute normal dan atau
abnormal (perdarahan).
v
Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan
kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional
berlebihan; perubahan kimia tubuh; perdarahan.
v Resiko
terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2
dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap perdarahan akibat pelepasan
separasi plasenta.
v
Ketakutan/ansietas
b/d krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan pada status kesehatan,
fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian; perpisahan dari keluarga
(hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan perasaan interpersonal.
v
Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai
penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat;
kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi;
keterbatasan kognitif.
v
Resiko
tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder akibat
perdarahan; prosedur invasif.
4.
RENCANA
INTERVENSI DAN RASIONAL
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
|
RENCANA INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Nyeri b/d adanya
kontraksi uterus, skunder terhadap pelepasan separasi plasenta
|
Pasien dapat mendemonstrasikan hilang dari
ketidaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri,
melaporkan perasaan nyaman, ekspresi wajah dan postur tubuh rileks.
|
Tentukan riwayat nyeri, mis. Lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan
intesitas (skala 0-10) dan tindakan penghilangan yang digunakan.
Pantau: TD, nadi, RR setiap 4 jam bila tidak menerima agen osmotic
secara intravena, setiap 2 jam bila menerima agen osmotic.
Pantau masukan dan haluaran setiap 8 jam bila menerima agen osmotic
intravena.
Berikan analgesic sesuai pesanan dan mengevaluasi keefektifannya. Beri
tahu doketr bila nyeri menetap atau memburuk setelah pemberian obat.
Berikan tindakan kenyamanan dasar, mis. Reposisi, gosokan punggung,
dan aktifitas hiburan, mis. Musik, televisi.
Donog penggunaan keterampilan manajmeen nyeri, mis. Teknik relaksasi,
visualisasi, bimbingan imajinasi, tretawa, sentuhan terapeutik.
Evaluasi penghilangan nyeri.
Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi.
|
Menentukan intervensi selanjutnya.
Mengidentifikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
Analgesik memblok jaras nyeri. Ketidaknyamnan mata berat menandakan
perkembangan komplikasi dan perlunya perhatian medis segera.
Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian.
Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan
rasa control.
Tujuannya adalah control nyeri maksimum dengan pengaruh minimum pada
AKS.
|
Resiko deficit volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui rute
normal dan atau abnormal (perdarahan).
|
Pasien dapat mendemostrasikan status
cairan; Kekurangan volume cairan tidak terjadi.
Kriteria evaluasi: tak ada manifestasi
dehidrasi, resolusi oedema, elektrolit serum dalam batas normal, haluaran
urine di atas 30 ml/jam.
|
Pantau:
-
Tanda-tanda vital, evaluais
nadi perifer, pengisian kapiler.
-
Warna urine.
-
Masukan dan haluaran.
-
Status umum setiap 8 jam.
Beritahu dokter bila: haluaran urine <
30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah, TD di bawah rentang normal, urine gelap
atau encer gelap.
Konsultasi doketr bila manifestasi
kelebihan cairan terjadi.
Kaji turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa. Perthanakn kleuhan
haus.
Dorong pemasukan cairan sampai 3000 cc/24 jam sesuai toleransi tubuh.
Kolaborasi:
Berikan cairan IV sesuai indikasi.
|
Mengidentifikasi penyimpangan indikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Menunjukkan keadekuatan volume sirkulasi.
Temuan-temuan ini mennadakan hipovolemia
dan perlunya peningkatan cairan. Pada lka bakar luas, perpindahan cairan dari
ruang intravaskular ke ruang interstitial menimbukan hipovolemi.
Indikator tidak langsung dari status hidrasi/derajat kekurangan.
Membantu dalam memelihara kebuthan cairan dan menurunkan resiko efek
samping yang membahayakan.
Diberikan untuk hidrasi umum serta mengencerkan obat antineoplastik
dan menurunkan efek samping merugikan, mis. Mual/muntah atau nefrotoksitas.
|
Kelemahan b/d penurunan produksi energi metabolic, peningkatan
kebutuhan energi (status hipermetabolik); kebutuhan psikologis/emosional berlebihan;
perubahan kimia tubuh; perdarahan.
|
Klien dapat mengontrol kelemahan yang
timbul dan dapat memenuhi aktifitas secara mandiri.
Kriteria hasil:
-
Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
-
Kelemahan dan kelelahan berkurang.
-
Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan
bantuan.
-
frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal.
-
kulit hangat, merah muda dan kering
|
Berikan aktifitas alternatif dengan periode
istirahat tanpa diganggu. Rencanakan
perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktifitas periodic bila
pasien mempunyai energi banyak. Libatkan pasien/orang terdekat dalam jadwal
perencanaan.
Dorong masukan nutrisi.
Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan
kebutuhan ADL pasien.
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari
aktifitas, contoh: posisi duduk ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak
ada nyeri, bangun dari tempat tidur, belajar berdiri dst.
|
Mencegah kelelahan yang berlebihan. Periode istirahat sering diperlukan untuk
memperbaiki/mengurangi pemakaiann neergi. Perencanaan akan memungkinkan
pasien menjadi ektif selama waktu dimana tingkat energi lebih tinggi, yang
dapat memperbaiki perasaan sejahtera dan rasa kontrol.
Meningkatkan kekuatan stamina dan memampukan pasien manjadi lebih
aktif tanpa kelelahan berarti.
Masukan/penggunaan nutrisi adekuat perlu untuk memenuhi kebutuhan
energi untuk aktifitas.
Teknik
penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen.
Aktifitas
yang maju memberikan kontrol jantung, meningaktkan regangan dan mencegah
aktifitas berlebihan.
|
Resiko terjadi gawat janin intra uteri
(hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan
plasenta skunder terhadap perdarahan.
|
Gawat janin tidak terjadi, bayi dapat
dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau BBL ³
2500 gr.
Kriteria hasil:
-
Gerakan janin aktif.
-
DJJ 120-140 x/mnt.
-
Kontraksi uterus /his tidak ada.
-
Kehamilan dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan
atau BBL ³ 2500 gr.
-
Perdarahan berhenti atau tidak ada.
-
Flek-flek tidak ada.
|
Anjurkan penderita untuk tidur miring ke
kiri.
Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara
teratur sesuai dengan masa kehamilan:
-
1 x/bln pada trimester I
-
2 x/bln pada trimester II
-
1 x/minggu pada trimester III.
Pantau DJJ, kontraksi uterus/his, gerakan
janin.
Motivasi pasien untuk meningkatkan fase
istirahat.
Jelaskan pada pasien untuk segera
memeriksakan kehamilannya bila terdapat:
-
Gerakan janin berkurang/menurun.
-
Kontraksi/his terus-menerus.
-
Perdarahan
-
Nyeri abdomen.
-
Perut mengeras dan sangat nyeri.
|
Meminimalkan tekanan pada aorta sehingga O2
yang disuplay ke plasenta dan janin lebih lancar.
Deteksi dini terhadap adanya penyimpangan
pada kehamilan.
Penurunan DJJ dan gerakan janin sebagai
prediksi adanya asfiksia janin.
Fase istirahat yang lebih akan membantu meminimalkan
pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat mengistirahatkan bayi
sampai cukup bulan.
Sebagai kontrol langsung dari pasien
terhadap kondisi kehamilannya.
|
Ketakutan/ansietas b/d krisis situasi (perdarahan); ancaman/perubahan
pada status kesehatan, fungsi peran, pola interaksi; ancaman kematian;
perpisahan dari keluarga (hospitalisasi, pengobatan), transmisi/penularan
perasaan interpersonal.
|
Pasien dapat mendemonstrasikan hilangnya ansietas.
Kriteria hasil:
- Pasien melaporkan hilangnya / berkurangnya perasaan
cemas/khawatir.
- Pasien tenang.
- Pasien kooperatif dalam pengobatan.
- Postur tubuh rileks.
- Ekspresi wajah tenang.
- Skala HARS: < 5
|
Kaji derajat ansietas.
Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang kondisinya.
Pertahankan cara yang tenang dan efisien. Jelaskan semua tujuan tindakan yang
ditentukan.
Pertahankan control nyeri efektif.
Pertahankan kontak sering dengan pasien. Bicara dengan menyentuh
pasien bila tepat.
Waspada pada tanda menyangkal/depresi, mis. Menarik diri, marah, tanda
tidak tepat. Tentukan adanya ide bunuh diri dan kaji potensial nyeri pada
skala 0-10.
Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan
dibuat.
Tingkatakan rasa tenang dan lingkungan tenang.
Perhatikan koping takefektif, mis. Interaksi social buurk, tidak
berdaya, fungsi menyerah setiap hari dan kepuasan sumber.
|
Menentukan intervensi keperawatan selanjutnya.
Pengekspresian perasaan membantu pasein mngidentifikasi sumber
ansietas dan penggunaan respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi
perawatan menyampaikan kepercayaan dan control. Pengetahuan apa yang
diperkirakan membantu mengurangi ansietas.
Nyeri adalah sumber ansietas.
Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri atau ditolak, berikan
respek dan penerimaan individu, mengembangkan kepercayaan.
Pasien dapat menggunakan mekansime pertahanan dari menyangkal dan
mengekspresikan harapan dimana diagnosis tidak akurat. Persaan bersalah,
distress spiritual, gejala fisik atau kurang erawatan diri dapat menyebabkan
pasien menjadi menarik diri dan yakin bahwa bunuh diri adalah pilihan tepat.
Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat
terlibat degna tepat.
Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemmapuan
koping.
Mengidentiifkasi masalah individu dam memberikan dukungan pada
pasien/orang terdekat dalam menggunakan keterampilam koping efektif.
|
Defisit knowledge / Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar), mengenai
penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang pemajanan/mengingat;
kesalahan interpretasi informasi, mitos; tidak mengenal sumber informasi;
keterbatasan kognitif.
|
Pasien dapat memenuhi kebutuhan belajar secara mandiri, memahami
penyakit dan pengobatan yang diberikan.
Kriteria hasil:
-
Pasien memahami regimen terapeutik dan perawatan yang
diberikan.
-
Pasien kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan
perawatan yang diberikan.
-
Pasien taat terhadap program pengobatan dan perawatan
yang diberikan.
|
Tentukan persepsi pasien tentang kondisi kehamilan sekarang, tanyakan
tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya.
Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata, jawab
pertayaan dengan jelas.
Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang protocol pengobatan,
hasil yang diharapkan, kemungkinan janin dapat dipertahankan. Bersikap jujur
dengan pasien.
Anjurkan meningkatkan masukan cairan minimal 2500 ml/24 jam dan diet tinggi
kalori serta membatasi aktifitas.
Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual dengan suami
sampai kehamilan berusia ± 16 minggu (4 bulan).
Lakukan evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.
Identifikasi
dan ketahui persepsi pasien thd ancaman/situasi. Dorong mengekspresikan dan
jangan menolak perasaan marah, takut dll.
Orientasikan
klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan partisipasi bila
mungkin.
Dorong
kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam perawatan.
|
Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifkasi kebutuhan belajar
dan memberikan dasar pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan
informasi.
Membantu penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang
diperlukan selama waktu menyerapnya.
Pasien mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil
keputusan tentang perawatan dan pengobatan yang diterima. Informasi akurat
dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas.
Memperbaiki keadaan umum ibu sehingga membantu mengurangi akibat
perdarahan.
Mencegah timbulnya rangsangan pada uterus sehingga kontraksi uterus
tidak terjadi.
Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengna memberikan
informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan
yang diperlukan.
Cemas
berkelanjutan dapat terjadi dalam berbagai derajat selama beberapa waktu dan
dapat dimanifestasikan oleh gejala depresi.
Perkiraan
dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.
Peningkatan
kemandirian dari pasien dan keluarga meningkatkan rasa percaya diri dan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif.
|
Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan skunder
akibat perdarahan; prosedur invasif.
|
Pasien mendemonstrasikan tidak adanya tanda dan gejala infeksi yang
terjadi.
Kriteria hasil:
-
Tanda dan gejala
infeksi tidak ada (rubor, dolor, color, penurunan fungsiolesa, painless)
-
Vital sign dalam
batas normal.
-
Perdarahan
berkurang/berhenti.
-
Kondisi janin dalam
rahim baik (gerakan janin, djj, kontraksi berkurang).
|
Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik Tekankan higienen
personal.
Pantau suhu.
Kaji semua system, mis. Kulit, pernafasan, genitourinaria, terhadap
tanda/gejala infeksi secara kontinyu.
Tingkatkan istirahat adekuat.
Hindari/batasi prosedur
invasive, taati teknik septic.
|
Membantu potensial sumber infeksi/pertumbuhan skunder.
Peningkatan suhu terjadi karena berbagai factor, mis. infeksi.
Identifikasi dini proses infeksi memungkinkan terapi yang tepat untuk dimulai
dengan segera.
Pengenalan dini dan intervensi segera dapat mencegah progresi pada
situasi/sepsis yang lebih serius.
Membatasi keletihan.
Menurunkan resiko kontaminai, membatasi entri portal terhadap agen
infeksius.
|
DAFTAR PUSTAKA
1.
Barbara
C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah:
Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
2.
Barbara
Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3.
Donna
D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical
Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.
4.
Guyton
& Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
5.
Marylin
E. Doenges (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
6.
Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri
Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
7.
Hacker
Moore (1999), Esensial Obstetri dan
Ginekologi Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
8.
Hanifa
Wikyasastro (1997), Ilmu Kebidanan,
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
9.
Marylin
E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
10. Hanifa Wikyasastro
(1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
BAB 3
ASUHAN
KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA
NY. P DENGAN ABORTUS IMMINENS
DI
RUANG POLIKLINIK KANDUNGAN RSUD DR. SOETOMO SBY
TANGGAL
22 APRIL 2002
Tanggal masuk :
22 April 2002 Jam
masuk : 12.30 WIB
Ruang :
Poliklinik Kandungan No.
Register : 1056649
Pengkajian tanggal : 22 April 2002 Jam : 12.30 WIB.
PENGKAJIAN
A.
IDENTITAS
Nama : Ny. P
Umur : 23 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : --
Alamat : Banjar Sugihan 7 Sby.
Status perkawinan : Kawin
|
Nama : Tn. S
Umur : 27 tahun
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta (±
Rp.700.000,-)
Alamat : Banjar Sugihan 7 Sby.
Status perkawinan : Kawin
|
B.
STATUS KESEHATAN SAAT INI
1.
Alasan masuk ke rumah
sakit:
ibu mengeluh terlambat menstruasi sejak 4 bulan yang lalu, lalu sejak tadi pagi
dirasakan keluar darah sedikit dari kemaluan serta ibu merasakan nyeri pada
perut bagian bawah. Ibu mengatakan tidak melakukan hubungan seksual kemarin
malam dan tidak habis mengerjakan pekerjaan berat.
2.
Keluhan utama saat
ini:
ibu takut kalau kehamilannya tidak bisa dipertahankan atau terdapat apa-apa
dengan janin yang dikandungnya.
3.
Timbulnya keluhan: mendadak.
4.
Faktor yang
memperberat:
jika ibu beraktifitas atau berjalan, perdarahan dirasakan semakin banyak.
5.
Upaya yang dilakukan
untuk mengatasi:
istirahat dan duduk.
6.
Diagnosa medik: Abortus imminens.
C.
RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat obstetri:
a. Riwayat menstruasi:
1)
Menarche
umur 12 tahun
2)
Banyak
darah menstruasi sedang
3)
Siklus
teratur
4)
Lama
menstruasi: 5 -7 hari.
5)
HPHT:
27 Desember 2001
6)
Keluhan
selama menstruasi tidak ada.
b.
Riwayat perkawinan: Ibu menikah 6 bulan
yang lalu dan ini adalah pernikahan yang pertama.
c. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu:
Ibu pada saat ini
hamil pertama dan tidak ada riwayat abortus/keguguran sebelumnya.
d. Genogram:
Hamil
ini
Keterangan:
=
laki-laki =
hipertensi =
meninggal
= perempuan = Ny.P abortus = tinggal dlm satu rumah
2. Riwayat Keluarga berencana:
a.
Ibu
tidak melaksanakan KB, karenanya data lain tidak dikaji.
3. Riwayat kesehatan:
a.
Penyakit yang pernah
dialami ibu:
tidak ada, ibu tidak pernah menderita penyakit infeksi seperti typhus,
pneumonia, penyakit pada kandungan.
b.
Pengobatan yang
didapat:
tidak ada.
c.
Riwayat penyakit
keluarga:
Hipertensi (ibu Ny.P).
4.
Riwayat lingkungan:
a.
Kebersihan: menurut ibu
kebersihan rumah dan lingkungannya cukup bersih.
b.
Bahaya: bahaya dalam rumah
dan sekitar rumah seperti pabrik dekat rumah tidak ada, lantai licin tidak ada.
Ibu mengatakan tidak pernah mendapat kecelakaan atau trauma selama masa
kehamilan ini.
5.
Aspek psikososial:
a.
Persepsi ibu tentang
keluhan/penyakit:
Ibu merasa akan mengalami keguguran.
b.
Apakah keadaan ini
menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-hari? Tidak karena ibu
memang harus beristirahat.
c.
Ibu berharap kehamilannya dapat
diperthanakan karena ibu sangat ingin punya anak. Ibu mengatakan sangat
khawatir dengan keselamatan bayinya dan bertanya bagaimana caranya supaya
bayinya dapat dipertahankan.
d.
Orang terpenting bagi
ibu
adalah keluarga.
e.
Sikap anggota
keluarga terhadap keadaan saat ini adalah sangat mendukung.
f.
Kesiapan mental untuk
menjadi ibu:
siap.
6. Kebutuhan dasar khusus:
a. Pola nutrisi:
1)
Frekuensi
makan: 3 kali sehari.
2)
Nafsu
makan baik.
3)
Jenis
makanan rumah: nasi, lauk, sayur dan buah. Ibu mengatakan tidak begitu suka
minum susu.
4)
Makanan
yang tidak disukai/alergi/pantangan: tidak ada.
b. Pola eleminasi:
1)
BAK:
-
Frekuensi:
5 kali sehari.
-
Warna:
kuning jernih.
-
Keluhan
saat BAK: tidak ada.
2)
BAB:
-
Frekuensi:
1 kali sehari.
-
Warna:
kuning khas feses.
-
Bau:
khas feses.
-
Konsistensi:
padat.
-
Keluhan:
tidak ada.
c. Pola personal hygiene:
1)
Mandi:
-
Frekuensi:
2 kali sehari.
-
Penggunaan
sabun: ya.
2)
Oral
hygiene:
-
Frekuensi:
2 kali sehari.
-
Waktu:
pagi dan sore.
3)
Cuci
rambut:
-
Frekuensi:
3 kali seminggu.
-
Penggunaan
shampo: ya.
d. Pola istirahat dan tidur:
1)
Lama
tidur: 8 jam sehari.
2)
Kebiasaan
sebelum tidur: tidak ada.
3)
Keluhan
tidur; tidak ada.
e. Pola aktifitas dan latihan:
1)
Kegiatan
dalam pekerjaan: membantu memasak. Ibu tinggal dengan mertua, sehingga banyak
pekerjaan rumah tangga yang diselesaikan oleh ibu mertua seperti mencuci,
menyetrika, bersih-bersih rumah dan memasak.
2)
Waktu
bekerja: tidak tentu.
3)
Olahraga:
ya, jalan-jalan pagi, frekuensi kadang-kadang.
4)
Kegiatan
waktu luang: tidak ada.
5)
Keluhan
dalam aktifitas: tidak ada.
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan:
1)
Merokok:
tidak.
2)
Minuman
keras; tidak.
3)
Ketergantungan
obat: tidak.
7. Pemeriksaan fisik:
a. Umum:
-
Keadaan
umum: baik.
-
Kesadaran:
CM, E4V5M6
-
Tekanan
darah: 120/80 mmHg.
-
Respirasi:
18 x/mnt.
-
Nadi:
88 x/mnt
-
Suhu:
370C.
-
Berat
badan: 48 kg.
-
Tinggi
badan: 154 cm.
b. Khusus:
1)
Kepala:
-
Bentuk:
normal.
-
Keluhan:
tidak ada.
2)
Mata:
-
Kelopak
mata: simetris, oedem palpebra tidak ada.
-
Gerakan
mata: normal.
-
Konjungtiva:
merah muda.
-
Sklera:
putih, icetrus tidak ada.
-
Pupil:
normal, isokor.
-
Akomodasi:
baik (tidak memakai kacamata).
3)
Hidung:
-
Reaksi
alergi: tidak ada.
-
Sinus:
normal.
4)
Mulut dan tenggorokan:
-
Gigi
geligi: lengkap, 32 buah.
-
Kesulitan
menelan: tidak ada.
5)
Dada dan axilla:
-
Mamae:
membesar
-
Areolla
mamae: hiperpigmentasi.
-
Papila
mamae: menonjol.
-
Colostrum:
belum keluar.
6)
Pernafasan:
-
jalan
nafas: bebas.
-
Suara
nafas: bersih, tidak ada suara nafas tambahan.
-
Menggunakan
otot-otot bantu pernafasan: tidak.
7)
Sirkulasi jantung:
-
Kecepatan
denyut apikal: 88 x/mnt.
-
Irama:
reguler.
-
Kelainan
bunyi jantung: tidak ada.
-
Sakit
dada: tidak ada.
8)
Abdomen:
-
Mengecil:
tidak
-
Linea
dan striae: tidak ada, tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
-
Luka
bekas operasi: tidak ada.
-
Kontraksi:
tidak ada.
-
TFU:
2 jari bawah pusat, djj: (+) 12-12-12
9)
Genitourinary:
-
Perineum:
intak.
-
Vesika
urinaria: kosong.
10)
Ekstremitas:
-
Turgor
kulit: baik.
-
Warn
akulit: sawo matang.
-
Kontraktur
pada persendian ekstremitas: tidak ada.
-
Kesulitan
dalam pergerakan: tidak ada.
D.
DATA PENUNJANG
1.
laboratorium: --
2.
USG: --
3.
Rontgen: --
4. Pemeriksaan dalam (vaginal toucher):
a.
Vulva:
fleks ada sedikit, fluxus tidak ada.
b.
Vagina:
fleks ada sedikit, fluxus tidak ada.
c.
Porsio:
tertutup, licin, nyeri tekan (-).
d.
Cavum
uteri: AF (18 – 20 mg).
e.
Adnexa
parametrium ka: soepel, mass (-), nyeri (-).
f.
Adnexa
parametrium ki: soepel, mass (-), nyeri (-).
g.
Cavum
douglas: tidak menonjol.
5. Terapi yang didapat:
-
Premaston:
2x1 tablet.
-
Mefenamic
acid 3x500 mg.
-
Bed
rest, KIE, Kontrol 1 bulan lagi atau ada keluhan.
E.
DATA TAMBAHAN:
1.
Ibu
sangat menginginkan anak dan berharap kandungannya bisa diselamatkan.
2.
Ibu
menyakan apakah kondisi janinnya baik.
3.
Saat
dilakukan pemeriksaan, ibu tampak gelisah, ekspresi wajah tegang dan postur
tubuh kaku dan tegang.
ANALISA DATA
Data
|
Etiologi
|
Patofisiologi
|
Masalah
|
||||||||||||
S:
Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah
dirasakan nyeri, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.
O:
Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada,
gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup,
TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.
|
Penurunan suplay O2
dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi
plasenta.
|
Implantasi plasenta
di endometrium lepas.
Suplay O2 dan
nutrisi ke jaringan plasenta terputus
Janin kekurangan O2
dan nutrisi
Gawat janin
(Hipoksia)
Kematian janin
intra uteri/abortus
|
Resiko terjadi
gawat janin intra uteri (hipoksia).
|
||||||||||||
S:
Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu
bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan
sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.
O:
Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada
petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan
pemeriksaan kaku dan tegang.
|
Krisis situasi
(perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya).
|
Perdarahan
Perubahan respon
psikologis ibu
Maladaptif
Cemas meningkat
|
Ansietas.
|
||||||||||||
S:
Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga
bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu
berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.
O:
Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu
tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.
|
Kurang informasi.
|
Kurang informasi
mengenai penyakit, prognosis, kebutuhan pengobatan
Ketidakmampuan
mengenal informasi
Ketidaktahuan
tentang kondisi dan pengobatan.
Tidak taat terhadap
program pengobatan.
Program pengobatan
tidak berhasil.
|
Defisit knowledge
(kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko
terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2
dan nutrisi ke jaringan plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi
plasenta.
Data
penunjang:
S: Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan
sejak tadi pagi, perut bagian bawah dirasakan nyeri, Ibu mengatakan tidak nyeri
waktu dilakukan periksa dalam.
O: Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj:
12-12-12, kontraksi tidak ada, gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT:
ditemukan porsio tertutup, nyeri tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR:
16 x/mnt.
2. Ansietas
b/d krisis situasi (perdarahan dan ancaman terhadap keselamatan bayi yang
dikandungnya).
Data
penunjang:
S: Ibu mengatakan sangat khawatir denagn
perdarahan yang dialami, ibu bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang
dikandungnya. Ibu mengatakan sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan
yang pertama.
O: Ibu tampak gelisah, saat dilakukan
pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas. Ekspresi wajah ibu tampak
tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan kaku dan tegang.
3. Defisit
knowledge (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang informasi.
Data
penunjang:
S: Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan
bayi dapat diselamatkan. Ibu juga bertanya tentang pantangan yang harus dilakukan supaya bayinya
selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin punya bayi.
O: Ibu banyak bertanya kepada petugas dan
mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini
adalah kehamilan pertama dan usia ibu 23 tahun.
RENCANA INTERVENSI, RASIONAL DAN IMPLEMENTASI
No
|
Intervensi Keperawatan
|
Implementasi Keperawatan
|
||||
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Rencana
Intervensi
|
Rasional
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
|
1.
|
Resiko terjadi gawat janin intra uteri
(hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan
plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi plasenta.
Data penunjang:
S:
Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah
dirasakan nyeri, Ibu mengatakan tidak nyeri waktu dilakukan periksa dalam.
O:
Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada,
gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup,
nyeri tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.
|
Tujuan: setelah diberikan askep, gawat
janin tidak terjadi, bayi dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan atau
BBL ³ 2500 gr.
Kriteria hasil:
-
Gerakan janin aktif.
-
DJJ 120-160 x/mnt.
-
Kontraksi uterus /his tidak ada.
-
Kehamilan dapat dipertahankan sampai umur 37 minggu dan
atau BBL ³ 2500 gr.
-
Perdarahan berhenti atau tidak ada.
-
Flek-flek tidak ada.
|
a. Pantau
DJJ, kontraksi uterus/his, gerakan janin.
b.
Jelaskan penyebab terjadinya perdarahan dan akibat bila perdarahan terus
berlangsung (keguguran, janin meninggal).
c. Anjurkan
penderita untuk tidur miring ke kiri.
d.Motivasi pasien
untuk meningkatkan fase istirahat.
e.
Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur
sesuai dengan masa kehamilan:
- 1
x/bln pada trimester I
- 2
x/bln pada trimester II
- 1
x/minggu pada trimester III.
f. Jelaskan
pada pasien untuk segera memeriksakan kehamilannya bila terdapat:
- Gerakan janin berkurang/menurun.
- Kontraksi/his terus-menerus.
- Perdarahan
- Nyeri abdomen.
- Perut mengeras dan sangat nyeri.
g. Anjurkan meningkatkan masukan cairan minimal 2500
ml/24 jam dan diet tinggi kalori serta membatasi aktifitas.
h. Anjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan
seksual dengan suami sampai kehamilan berusia ± 20 minggu (5 bulan) atau selama terjadi perdarahan
i. Tanyakan pada ibu tentang pemahaman terhadap
penjelasan yang diberikan. Lkaukan pengulangan bila perlu.
|
Penurunan DJJ dan gerakan janin sebagai
prediksi adanya distres janin.
Meningkatkan pemahamana ibu dan kerjasama
dalam pengobatan.
Meminimalkan tekanan pada aorta sehingga O2
yang disuplay ke plasenta dan janin lebih lancar.
Fase istirahat yang lebih akan membantu
meminimalkan pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat
mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan.
Deteksi dini terhadap adanya penyimpangan
pada kehamilan.
Sebagai kontrol langsung dari pasien
terhadap kondisi kehamilannya.
Memperbaiki keadaan umum ibu sehingga membantu mengurangi akibat
perdarahan.
Koitus dapat merangsang produksi prostaglandin eningkat sehingga dapat
terjadi rangsangan pada uterus dan menimbulkan kontraksi.
Meningkatkan pemahaman ibu dan pesanan sebelum ibu pulang.
|
Tgl 22 April 2002:
12.40
Memantau djj, kontraksi uterus/his, gerakan janin.
13.00
-
Menjelaskan penyebab terjadinya perdarahan dan akibat bila perdarahan terus
berlangsung (keguguran, bayi akan meninggal).
-
Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke arah kiri selama di rumah.
-
Memotivasi ibu untuk lebih banyak istirahat minimal 8 jam sehari dan kurangi
beraktifitas agak berat seperti olahraga.
-
Menganjurkna ibu untuk teratur ANC yaitu:
- 1 x/bln pada trimester I
- 2 x/bln pada trimester II
- 1 x/minggu pada trimester III.
- Mengingatkan
ibu untuk segera kontrol bila terdapat::
- Gerakan janin berkurang/menurun.
- Kontraksi/his terus-menerus.
- Perdarahan
- Nyeri abdomen.
- Perut mengeras dan sangat nyeri.
-
Menganjurkan ibu untuk banyak makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan
keadaan kesehatan ibu dan minum air minimal 2500 cc /hari.
-
Menyarankan ibu dan suami untuk tidak melakukan hubngan seksual selama
perdarahan terjadi dan sampai umur kehamilan minimal 5 bulan atau selama
perdarahan berlangsung.
13.30
Menanyakan ibu mengenai penjelasan yang sudah diberikan.
|
Djj (+) 12-12-12; kontraksi uterus tidak
ada; gerakan janin aktif.
Ibu mengatakan mengerti dengan penjelasan
yang diberikan mahasiswa.
Ibu mengatakan akan mentaati semua petunjuk
yang diberikan.
Ibu mengatakan akan mentaati semua petunjuk
yang diberikan.
Ibu mengatakan sudah memahami semua
penjelasan yang diberikan dan berjanji akan mentaati semua petunjuk yang
diberikan.
|
2.
|
Ansietas b/d krisis situasi (perdarahan dan
ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya).
Data penunjang:
S:
Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu
bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan
sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.
O:
Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada petugas.
Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan pemeriksaan
kaku dan tegang.
|
Tujuan: setelah diberikan askep, ibu dapat menunjukkan hilangnya
ansietas.
Kriteria hasil:
3)
Ibu melaporkan
hilangnya / berkurangnya perasaan cemas/khawatir.
4)
Ibu tenang.
5)
Ibu kooperatif
dalam pengobatan.
6)
Postur tubuh
rileks.
7)
Ekspresi wajah
tenang.
|
a. Biarkan pasien mengekspresikan perasaan tentang
kondisinya. Pertahankan cara yang tenang dan efisien.
b. Jelaskan semua tujuan tindakan yang ditentukan.
c. Motivasi
pasien untuk meningkatkan fase istirahat.
d. Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila
keputusan mayor akan dibuat.
e. Tingktakan rasa tenang dan lingkungan tenang
(tutup gorden pada saat pemeriksaan berlangsung, batasi jumlah petugas dalam
ruangan pemeriksaan, nyalakan kipas angina, sediakan selimut penutup dll).
f. Motivasi ibu untuk tetap tenang, tidak gelisah
terhadap kondisinya.
g. Anjurkan ibu untuk tetap berdoa untuk keselamatan
bayinya.
|
Pengekspresian perasaan membantu pasein mngidentifikasi sumber
ansietas dan penggunaan respon koping. Pendekatan tenang oleh pemberi
perawatan menyampaikan kepercayaan dan control.
Pengetahuan apa yang diperkirakan membantu mengurangi ansietas.
Fase istirahat yang lebih akan membantu
meminimalkan pemakaian energi dan O2 sekaligus dapat
mengistirahatkan bayi sampai cukup bulan.
Menjamin system pendukung untuk pasien dan memungkinkan orang terdekat
terlibat degna tepat.
Memudahkan istirahat, menghemat energi dan meningkatkan kemmapuan
koping.
Kondisi psikologis ibu sangat berpenagruh terhadap kondisi janin.
Berdoa lebih mendekatkan ibu kepada Than dan memberikan ketenangan
secara spiritual.
|
Tgl 22 April 2002.
12.30
Memberiakn kesempatan kepada ibu untuk menceritakan perasaanya dan riwayat terjadinya
perdarahan.
12.40
Menjelaskan kepada ibu bahwa akan dilakukan tindakan VT (periksa dalam).
12.45
mengatur posisi ibu, menyalakan kipas angin, mengurangi jumlah petugas dalam
ruang periksa dan menutup gorden.
13.00
-
Mendiskusikan tentang kemungkinan bayi dpaat dipertahankan bersama ibu dan
suami denagn syarat ibu mentaati semua petunjuk yang diberikan.
-
Memotivasi ibu untuk tetap tenang dan tidak gelisah serta lebih banyak berdoa
sehingga harapan untuk punya bayi dapat tercapai.
|
Ibu bercerita tentang perasaan cemasnya
saat terjadi perdarahan.
Ibu mau dilakukan pemeriksaan dalam.
Posisi ibu rileks, ekspresi wajah tampak
cemas.
Ibu tampak lega dengan penjelasan yang
diberikan.
Ibu berjanji akan tetap tenang dan tabah.
|
3.
|
Defisit knowledge (kebutuhan belajar)
mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi.
Data penunjang:
S:
Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga
bertanya tentang pantangan yang harus
dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin
punya bayi.
O:
Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu
tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan
usia ibu 23 tahun.
|
Tujuan: setelah diberikan askep, ibu dapat memenuhi kebutuhan belajar secara
mandiri, memahami penyakit dan pengobatan yang diberikan.
Kriteria hasil:
8)
Ibu memahami regimen terapeutik dan perawatan yang
diberikan.
9)
Ibu kooperatif terhadap tindakan pengobatan dan
perawatan yang diberikan.
10)
Ibu taat terhadap program pengobatan dan perawatan yang
diberikan.
|
a. Tentukan persepsi pasien tentang kondisi
kehamilan sekarang, tanyakan tentang pengalaman pasien sendiri/sebelumnya.
b. Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara
yang nyata, jawab pertayaan dengan jelas.
c. Berikan pedoman antisipasi pada pasien tentang
protocol pengobatan, hasil yang diharapkan, kemungkinan janin dapat
dipertahankan. Bersikap jujur dengan pasien.
d.
Orientasikan klien/keluarga thd prosedur rutin dan aktifitas. Tingkatkan
partisipasi bila mungkin.
e.
Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam
perawatan.
f. Lakukan
evalausi sebelum pulang ke rumah sesuai indikasi.
|
Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini,
mengidentifkasi kebutuhan belajar dan memberikan dasar pengetahuan dimana
pasien membuat keputusan berdasarkan informasi.
Membantu penilaian diagnos akanker, memberikan informasi yang
diperlukan selama waktu menyerapnya.
Pasien mempunyai hak untuk tahu dan beraprtisipasi dalam mengambil
keputusan tentang perawatan dan pengobatan yang diterima. Informasi akurat
dan detail membantu menghilangkan rasa takut dan ansietas.
Perkiraan
dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.
Peningkatan
kemandirian dari pasien dan keluarga meningkatkan rasa percaya diri dan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri secara aktif.
Membantu dalam transisi ke lingkungan rumah dengna memberikan
informasi tentang kebutuhan perubahan pada situasi fisik, penyediaan bahan
yang diperlukan.
|
Tgl 22 April 2002.
13.00
Menanyakan perasaan ibu denagn adanya perdarahan dan sakit pada perutnya.
13.30
-
Mendiskusikan dengan ibu dan suami tentang penyakit yang diderita ibu dan
kemungkinan bayi dapat dipertahankan.
-
Menjelaskan beberapa hal yang perlu ditaati oleh ibu dan suami yaitu:
- Periksa teratur sesuai petunjuk yang
diberikan.
- Tidur miring ke kiri.
- Tidak hubungan seksual selama 5 bualn kehamilan.
- Makan makanan yang bergizi.
- Lebih banyak istirahat.
13.45
Melakukan evaluasi sebelum ibu pulang tentang pemahaman ibu mengenai
penjelasan yang sudah diberikan.
|
Ibu mengatakan sangat cemas denagn
perdarahan yang terjadi dan takut kalau bayinya meninggal. Ibu mengatakan
perdarahan terjadi tiba-tiba dan ibu tidak tahu sebabnya.
Ibu dan suami mengatakan akan mentaati
beberapa pantanagn yang diberikan.
Ibu dan suami mengatakan sudah dapat
mengerti penjelasan dan petunjuk yang diberikan.
|
EVALUASI
Tanggal/ jam
|
Diagnosa Keperawatan
|
Evaluasi
|
Tgl
22 April 2002
Pukul
14.00 WIB
|
Resiko terjadi gawat janin intra uteri
(hipoksia) b/d penurunan suplay O2 dan nutrisi ke jaringan
plasenta skunder terhadap terlepasnya separasi plasenta.
Data penunjang:
S:
Ibu mengatakan keluar darah dari kemaluan sejak tadi pagi, perut bagian bawah
dirasakan sakit melilit.
O:
Ibu hamil 18-20 minggu, TFU 2 jbpst, djj: 12-12-12, kontraksi tidak ada,
gerakan janin aktif, fleks (+), fluxus (-). VT: ditemukan porsio tertutup,
nyeri tidak ada, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, RR: 16 x/mnt.
|
S:
Ibu mengatakan gerakan janin dirasa aktif, perdarahan agak berkurang, serta
sakit pada perut bawah agak berkurang.
O:
Kontraksi uterus tidak ada, gerakan janin aktif, djj (+) 12-12-12; fleks (-),
fluxus (-); porsio tertutup, nyeri tekan (-), TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/mnt.
A: Masalah tidak terjadi.
P:
Lanjutkan semua rencana dengan memberikan pesanan pada ibu sebelum pulang
seperti:
- Periksa teratur sesuai petunjuk yang
diberikan.
- Tidur miring ke kiri.
- Tidak melakukan hubungan seksual
selama terjadi perdarahan.
- Makan makanan yang bergizi.
- Lebih banyak istirahat.
- Segera kontrol bila ditemukan gerak
janin menurun, nyeri semakin hebat, perdarahan terus-menerus.
|
Tgl
22 April 2002
Pukul
14.00 WIB
|
Ansietas b/d krisis situasi (perdarahan dan
ancaman terhadap keselamatan bayi yang dikandungnya).
Data penunjang:
S:
Ibu mengatakan sangat khawatir denagn perdarahan yang dialami, ibu
bertanya-tanya mengenai keselamatan bayi yang dikandungnya. Ibu mengatakan
sangat ingin punya bayi dan ini adalah kehamilan yang pertama.
O:
Ibu tampak gelisah, saat dilakukan pemeriksaan ibu banyak bertanya kepada
petugas. Ekspresi wajah ibu tampak tegang, postur tubuh saat dilakukan
pemeriksaan kaku dan tegang.
|
S:
Ibu mengatakan agak tenag denag penjelasan yang diberikan bahwa janinnya
masiih dapat dipertahankan.
O:
Wajah ibu tampak tenang, postur tubuh rileks, ibu banyak tersenyum, ibu
kooperatif dalam diskusi yang dilakukan.
A: Masalah teratasi.
P:
Pertahankan kondisi psikologis ibu dengan memberikan pesanan sebelum ibu
pulang yaitu:
- Ibu agar tetap tenag dan tidak gelisah
dengan kondisinya.
-
Ibu banyak istirahat.
-
Ibu banyak berdoa.
|
Tgl
22 April 2002
Pukul
14.00 WIB
|
Defisit knowledge (kebutuhan belajar)
mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang informasi.
Data penunjang:
S:
Ibu banyak bertanya tentang kemungkinan bayi dapat diselamatkan. Ibu juga
bertanya tentang pantangan yang harus
dilakukan supaya bayinya selamat. Ibu berkali-kali mengatakan sangat ingin
punya bayi.
O:
Ibu banyak bertanya kepada petugas dan mahasiswa. Pendidikan ibu SMA, ibu
tidak bekerja. Ibu baru menikah 6 bulan, ini adalah kehamilan pertama dan
usia ibu 23 tahun.
|
S:
Ibu dan suami mengatakan lebih dapat mengerti dengan penjelasan yang
diberikan mengenai kondisi penaykit dan rencana pengobatan yang akan
dilakukan.
O:
Ibu dan suami tampak puas denagn penjelasan yang diberikan dan saat ditanyakan
kembali ibu dapat menyebutkan pantangan yang harus dilakukan di rumah.
A: Masalah teratasi.
P: --
|
BAB
4
PEMBAHASAN
Setelah
mempelajari konsep teori asuhan keperawatan pada ibu dengan gangguan sistem
reproduksi yaitu kehamilan dengan abortus, maka berdasarkan pengamatan dan
asuhan yang telah diberikan, ada beberapa hal yang perlu menjadi pembahasan
yaitu:
A.
PENGKAJIAN
Prinsip yang harus diperhatikan dalam
melakukan pengkajian pada ibu hamil dengan abortus adalah melakukan pengkajian
secara lengkap dan sistematis sehingga dalam merumuskan data fokus yang menjadi
permasalahan pasien dapat lebih mudah. Namun hal tersebut agak sulit dilakukan
mengingat mobilitas pasien yang datang berkunjung ke poliklinik sangat tinggi
sehingga untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis pun sulit untuk
didapatkan. Sementara pasien datang berkunjung sudah siang (pukul 12.30 WIB)
sehingga data pun terkumpul seadanya sesuai dengan data fokus yang cenderung
timbul pada ibu hamil pertama dengan kasus abortus.
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Berdasarkan teori asuhan keperawatan mengenai
ibu dengan abortus, dalam merumuskan diagnosa keperawatan ada beberapa kendala
yang kami hadapi, yaitu tidak adanya literatur mengenai asuhan keperawatan pada
ibu hamil dengan abortus sehingga perumusan diagnosa keperawatan diadopsi dari
beberapa literatur yang ada yang disesuaikan dengan permasalahan yang mungkin
timbul.
Sementara dari 7 diagnosa keperawatan yang
mungkin timbul pada ibu hamil dengan abortus, hanya 3 diagnosa keperawatan yang
diangkat dengan alasan:
1) Pengkajian
yang dilakukan hanya sesaat pada saat pasien datang dan pengkajian dilakukan
dengan lebih memfokuskan pada permasalahan yang ditemukan oleh mahasiswa yang
dihadapi oleh ibu pada saat datang berkunjung.
2) Beberapa
diagnosa keperawatan seperti nyeri, resiko defisit volume cairan, kelemahan dan
resiko terjadi infeksi tidak diangkat karena data yang menunjang terhadap
timbulnya diagnosa tersebut tidak ditemukan.
C.
RENCANA
INTERVENSI DAN RASIONAL
Pada perumusan rencana intervensi
keperawatan, mahasiswa merumuskan rencana intrevensi sesuai dengan kondisi
pasien yang datang berkunjung ke poliklinik dan perencanaan yang memungkinkan
untuk dilakukan implementasi dan evaluasi keperawatan.
Tidak semua perencanaan yang ada dalam konsep
teori dapat diangkat dalam kasus karena mengingat kontak waktu mahasiswa dengan
pasien sangat terbatas sehingga hanya perencanaan yang mungkin untuk diangkat
yang kami utamakan.
D.
IMPLEMEN
TASI KEPERAWATAN
Implementasi yang dapat dilakukan pada kasus
lebih banyak terfokus pada KIE dengan harapan pasien dapat menerapkan anjuran
dan petunjuk yang diberikan di rumah secara taat. Hanya dalam pelaksanaan
tersebut mahasiswa melakukan beberapa pengulangan untuk mendapatkan keyakinan
bahwa pasien memang sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan sehingga
evaluasi pundapat lebih mudah dilakukan.
E.
EVALUASI
KEPERAWATAN
Evaluasi yang dilakukan hanya evaluasi
tindakan pada saat itu juga mengingat sifat kunjungan pasien adalah rawat jalan
sehingga monitoring selanjutnya tidak dapat dilakukan. Sehingga untuk evaluasi
kunjungan berikutnya diserahkan kepada petugas poliklinik.
BAB
5
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ada beberapa kesimpulan yang penulis temukan
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada ibu hamil dengan kasus abortus
yaitu:
1) Pemantauan
secara teratur pada ibu hamil pertama (primigravidarum) terutama pada trimester
I kehamilan sangatlah penting. Mengingat ibu primigravida cenderung mengalami
gangguan dalam proses kehamilannya seperti misalnya abortus dalam kehamilan
yang akan sangat berpengaruh terhadap psikologis ibu yang tentunya sangat
berharap keselamatan bayinya dapat dipertahankan.
2) Asuhan
keperawatan pada ibu hamil dengan abortus hendaknya dilakukan secara
komprehensif meliputi seluruh aspek bio – psiko – sosial dan spiritual karena
kenyamanan psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap kondisi janin yang
dikandungnya.
B.
SARAN
Ada beberapa saran yang dapat penulis
sampaikan dalam upaya meningkatkan asuhan keperawatan pada ibu hamil dnegan
abortus yaitu:
1) Kepada
mahasiswa PSIK yang sedang melaksanakna tahap profesi agar lebih aktif dalam
menerapkan asuhan keperawatan sesuai dengan konsep teori dan lebih
memperhatikan kondisi pasien sehingga pelaksanaan praktek keperawatan dapat
berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.
2) Kepada
pembimbing ruangan dan pembimbing akademik mohon agar lebih meningkatkan
bimbingan langsung kepada pasien (bed
side teaching) sehingga mahasiswa mendapatkan model asuhan keperawatan yang
tepat sesuai dengan konsep teori dan kebijakan tertentu yang berlaku di
ruangan.
LAPORAN KASUS
KEPERAWATAN MATERNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
PADA NY. P DENGAN ABORTUS IMMINENS
UK. 18 – 20 MINGGU
DI RUANG POLIKLINIK KANDUNGAN
RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 22 APRIL 2002
( Disusun
Sebagai Bahan Makalah Seminar Kelompok Keperawatan Maternitas Pada
Praktek Keperawatan Profesi Unit Maternitas)
Disusun Oleh:
Launnu
Ni Wayan Dewi Tarini
Anita joeliantina
Sr. Arnoldin
E. S. Sp. S
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002
DAFTAR
ISI
Halaman
Judul......................................................................................................................... i
Daftar
isi................................................................................................................... ii
Bab
1
Pendahuluan.................................................................................................. 1
1.2 Tujuan
Penulisan.................................................................................... 2
1.3 Manfaat
Penulisan.................................................................................. 2
1.4 Sistematikan Penulisan.......................................................................... 3
Bab
2 Konsep Tinjauan
Pustaka.............................................................................. 4
Konsep
Abortus............................................................................................ 4
2.1 Definisi
Abortus....................................................................................... 4
2.2 Jenis Abortus, Macam, Definisi,
Tanda dan Gejala................................. 4
2.3 Etiologi
Abortus....................................................................................... 7
2.4 Patofisiologi
Abortus............................................................................... 8
2.5 Penatalaksanaan
Abortus...................................................................... 8
2.6 Penyulit
Abortus..................................................................................... 9
Konsep Asuhan Keperawatan Ibu Dengan
Abortus..................................... 9
1. Pengkajian Data Fokus
........................................................................... 9
2. Diagnosa
Keperawatan............................................................................ 10
3. Rencana Intervensi dan
Rasional............................................................ 11
Bab
3 Asuhan keperawatan Ibu Dengan
Abortus.................................................... 17
Pengkajian.................................................................................................... 17
Diagnosa
Keperawatan................................................................................. 21
Rencana Intervensi, Rasional dan
Implementasi......................................... 23
Evaluasi
Keperawatan.................................................................................. 28
Bab
4
Pembahasan.................................................................................................. 29
Bab
5 Penutup......................................................................................................... 31
Daftar
Pustaka......................................................................................................... iii
DAFTAR PUSTAKA
11.
Barbara
C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah:
Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
12.
Barbara
Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan
Medikal – Bedah Jilid II Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
13.
Donna
D. Ignatavicius (1991), Medical Surgical
Nursing: A Nursing Process Approach, WB. Sauders Company, Philadelphia.
14.
Guyton
& Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
15.
Marylin
E. Doenges (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
16. Bagian Obstetri dan
Ginekologi FK Unpad (1994), Obstetri
Patologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad, Bandung.
17. Hacker Moore (1999), Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
18. Hanifa Wikyasastro
(1997), Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
19. Marylin E. Doengoes,
Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien
Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
20. Hanifa Wikyasastro
(1997), Ilmu Kandungan, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon