LAPORAN PENDAHULUAN
KARSINOMA MAMMA
batasan
Karsinoma mamma
ialah Karsinoma yang berasal dari parenkim, stroma, areola dan papilla mamma.
Resiko tinggi
terkena kanker mamma terdapat pada wanita :
1.
Umur > 35 tahun.
2.
Menark umur < 13 tahun.
3.
Menopause umur > 50 tahun.
4.
Melahirkan anak pertama umur
> 30 tahun.
5.
Tidak/sedikit mempunyai anak.
6.
Tidak/tidak cukup lama menyusui
anak.
7.
Tidak/sedikit punya anak.
8.
Displasia mamma.
9.
Obesitas.
10.
Mamma kontralateral pada klien
kanker mamma
Keluhan klien
kanker mamma dapat :
1.
Mungkin tidak ada.
2.
Tumor mamma, umumnya tidak
nyeri.
3.
Ulkus/perdarahan dari ulkus.
4.
Erosi putting susu.
5.
Perdarahan/keluar cairan dari
putting susu.
6.
Nyeri pada Payu dara.
7.
Kelainan bentuk payudara.
8.
Keluhan karena metastase.
Kapan Memikirkan
Kemungkinan Kanker Mamma
1.
Tumor pada mamma. Umumnya:
1)
Tumor yang timbul pada umur >
35 tahun.
2)
Tumor yang klinis tidak jelas
jinak.
3)
Kista yang berisi cairan
berdarah.
2.
Mamma mengkerut atau ada oedema
mamma.
3.
Erosi/eksem pada putting susu
yang tak mau sembuh.
4.
Darah/ cairan abnormal keluar
dari putting susu.
5.
Nyeri mamma yang tidak ada
kaitannya dengan mensis.
6.
Mommografi/USG terdapat
bayangan tumor mamma berbentuk bintang atau mikrokalsifikasi yang irreguler.
Tumor pada mamma
pada wanita umur 35 tahun atau lebih yang :
1.
Tumbuh progresif
2.
mengadakan infasi atau nekrose:
1)
Batas tidak jelas.
2)
Bentuk tidak teratur.
3)
Mobilitas terbatas.
4)
Retraksi kulit/papil.
5)
Eritema kulit.
6)
“Peau d’orange”
7)
Nodul satelit.
8)
Ulkus.
9)
Tumor melekat dengan :
(1)
Kulit.
(2)
M. pektoralis.
(3)
Dinding thoraks.
3.
Mengadakan metastase
1)
Regional :
(1)
Pembesaran kelenjar limfe
aksila.
(2)
Pembesaran kelenjar limfe
mammaria interna.
2)
Organ jauh :
(1)
Kelenjar limfe :
supraklavikula, aksila kontralateral, leher dsb.
(2)
Mamma kontralateral : Tumor
dengan tanda maligna, “Peau d’orange”.
(3)
Kulit : nodul satelit diluar
kulit mamma,eritema kulit.
(4)
Paru : efusi pleura,atelektase,
“coin lesin, lymphangitic spread”.
(5)
Tulang : nyeri tulang,
distruksi tulang (ostiolitik, ostioblastik, fraktur), alkali fosfatase naik.
(6)
Hati : Hepatomegali, nodus di
hati umumnya multipel, ikterus, dsb.
(7)
Sumsum tulang : anemia,
trombositopenia, terdapat sel kanker di sumsum tulang.
(8)
Otak : sefalgia, neuroplegia,
tekanan intra kramial meninggi, lumpuh dsb.
pemeriksaan
Bila ada dugaan
suatu keganasan, maka dikerjakan pemeriksaan yang teliti.
1.
Pemeriksaan Klinis
1)
Status umum.
2)
Status penampilan.
3)
Status penyakit :
(1)
Penyakit utama.
·
Keluhan utama dll keluhan serta
sejak kapan.
·
Riwayat penyakit (perjalanan
penyakit, pengobatan yang telah diberikan).
·
Faktor etiologi / faktor
resiko.
·
Keadaan tumor lokal (tofografi)
tumor (T) :
§ Banyak.
§ Lokasi Kwadran.
§ Besar (sm)
§ Batas.
§ Konsistensi.
§ Infintrasi (kulit, m. pekt. Dinding thoraks).
§ Ulserasi.
§ Operabilitas.
·
Ada/tidaknya metastase (nodus) regional
(N).
·
Ada/tidaknya metastase jauh
(M).
·
Stadium Kanker
(2)
Komplikasi Penyakit.
(3)
Penyakit sekunder.
2.
Pemeriksaan Penunjang Klinis
1)
Pemeriksaan radiologis :
(1)
Mammografi / USG mamma.
(2)
X-foto thoraks.
(3)
Kalau perlu :
·
Galaktografi.
·
USG Abdomen.
·
CT-scan.
·
Tulang-tulang.
·
Bone scan. dsb
2)
Pemeriksaan Laboratoriun :
(1)
Rutin : darah lengkap, urin.
(2)
Gula darah : puasa dan 2 jam
pp.
(3)
Enzym : alkali fosfatase, LDH.
(4)
Petanda tumor : CEA, MCA, AFP.
(5)
Hormon reseptor : ER, PR.
(6)
Kalau perlu : aktivitas
estrogen/”vaginal smear”.
3)
Pemeriksaan Sitologis :
(1)
FNA dari tumor.
(2)
Cairan kista.
(3)
Cairan pleura.
(4)
Sekret putting susu.
3.
Pemeriksaan /patologis
1)
Durante operase : “Vries
coupe”.
2)
Pasca operasi : dari spesimen
operasi
pT :
(1)
Banyak tumor.
(2)
Besar tumor dalam sm.
(3)
Tipe histologis.
(4)
Derajat diferensiasi sel.
(5)
Invasi pembuluh darah.
(6)
Invasi keluar jaringan mamma.
(7)
Histologi lain disekitar tumor.
pN :
(1)
Banyak nodus yang ditemukan.
(2)
Banyak nodus yang mengandung
metastase.
(3)
Banyak nodus dalam sm.
(4)
Tinggi level meta (Berg level)
(5)
Ada/tidak invasi sel ganas ke
kapsul.
(6)
Ada/tidak metastase ekstra
nodul.
(7)
Ada/tidak reaksi immunologis.
terapi
terapi kuratif
Untuk kanker mamma
stadium 0, I, II dan III.
1.
Terapi utama : Mastektomi
radikal modifikasi.
Alternatif : Tumorektomi + diseksi aksila.
2.
Terapi ajuvan :
1)
Radioterapi paska bedah 4000 –
6000 rads.
2)
Kemoterapi untuk pra menopause
dengan CMF atau CAF untuk 6 siklus.
3)
Hormon terapi untuk paska
menopause dengan Tamoksifen untuk 1 – 2 tahun.
3.
Terapi bantuan : Roboransia,
bila perlu.
4.
Terapi sekunder : bila perlu.
5.
Terapi komplikasi pasca bedah :
bila perlu.
Misalnya gangguan gerak lengan : Fisioterapi.
terapi paliatif
Untuk kanker mamma
stadium IIIB dan IV.
1.
Terapi utama :
1)
Pra menopause : bilateral ovariektomi.
2)
Pasca menopause :
(1)
Hormon reseptor positif : Tamoksifen.
(2)
Hormon reseptor negatif : Kemoterapi dengan CMF atau CAF.
2.
Terapi ajuvan : bila perlu :
1)
Operabel : mastektomi simpel.
2)
Inoperabel : radioterapi.
3.
Terapi bantuan : Roboransia
4.
Terapi komplikasi pasca bedah :
bila ada :
1)
Patah :
Reposisi-fiksasi-immobilisasi dan radioterapi pada tempat patah.
2)
Oedema lengan :
(1)
Diuretika.
(2)
“Pneumatic sleeve”.
(3)
Operasi transposisi omentum
atau Kondoleon.
3)
Efusi pleura :
(1)
Aspirasi cairan atau drainase
Bulleau.
(2)
Bleomicin 30 mg + Teramisin
1000 mg. Intra pleura.
4)
Hiperkalsemia :
(1)
Diuretika. + rehidrasi.
(2)
Kortikosteroid.
(3)
Mitramisin, ¼ - ½ mg/kg BB, iv.
5)
Nyeri : Terapi nyeri sesuai
WHO.
6)
Borok : Perawatan borok.
5.
Terapi sekunder : bila ada.
asuhan keperawatan
klien pra dan pasca bedah karsinoma mamma
tujuan perawatan
penanganan karsinoma mamma
Tujuan umum :
1.
Menurunkan angka kematian
karsinoma mamma.
2.
Meningkatkan kualitas hidup
klien karsinoma mamma.
3.
Mengurangi permasalahan
psiko-sosial klien karsinoma mamma.
Tujuan khusus :
1.
Mempersiapkan mental klien pre
operatif.
2.
Mengurangi perasaan nyeri pra
dan post operatif.
3.
Mengurangi bau busuk ulkus yang
tidak mengenakkan.
4.
Melatih pergerakan sendi bahu
supaya tidak mengalami kontraktur.
5.
Menghindari pembengkakan
lengan.
6.
Mencegah infeksi luka operasi.
masalah dalam
pembahasan
Persiapan dan
Perawatan Sebelum operasi
1.
Persiapan Psikologis.
Persiapan Psikologis sudah dipersiapkan sejak dokter menegakkan
diagnose yang ditindak lanjuti dengan pembedahan dengan tujuan membantu klien
mempersiapkan diri dalam menghadapi operasi. Perawat hendaknya mengetahui
informasi dokter kepada klien maupun keluarga tentang macam tindakan yang akan
dilakukan, manfaat dan akibat yang mungkin terjadi serta memberikan penjelasan
tentang prosedur- prosedur yang akan dilakukan sebelum operasi.
2.
Persiapan Psikososial.
Pada karsinoma mamma stadium lanjut dimana terjadi perubahan kondisi
kesehatan akan berpengaruh terhadap hubungan interpersonal dan peran
dimasyarakat. Klien seolah-olah tidak bisa merasakan simpati dari orang lain,
menarik diri dari pergaulan dan merasa canggung untuk bersosialisasi di masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari. Perawat hendaknya memperhatikan juga keluhan
klien, dan menyarankan untuk tetap menjaga kebersihan diri.
3.
Mengurangi Rasa Nyeri.
Karsinoma mamma umumnya tidak memberi rasa nyeri pada stadium dini.
Nyeri terjadi bila ada penyebaran lokal ke jaringan sekitarnya, seperti : otot
pektoralis costa (tulang iga), dan kelenjar-kelenjar getah bening axilla dan
supraklavikula. Nyeri juga ditemukan jika sudah ada penyebaran jauh ke
organ-organ vital seperti tulang, hati, otak, kulit dan kontralateral mamma.
Untuk mengatasi nyeri yang sifatnya simtomatis dapat diberikan obat anti nyeri
sesuai pedoman yang dianjurkan oleh WHO atau Kep. Menkes 324/99.
4.
Persetujuan Pembedahan.
Pembedahan mastektomi sebagai terapi kuratif yang berarti klien akan
kehilangan mamma dapat mempengaruhi psikologis klien. Kecemasan yang dialami
oleh klien adalah takut kehilangan rasa kewanitaan karena simbol yang
dibanggakan akan hilang, takut apakah dirinya tetap normal dan menarik, takut
kehilangan suami, takut mati dan berbagai tekanan emosi yang lain. Oleh karena
itu seyogyanya klien dan keluarga diberitahu lebih dahulu tentang bagaimana
prosedur pembedahan yang akan dikerjakan agar pasca operasi klien dapat
menerima kondisi seperti itu. Disini peranan perawat sangat dominan untuk
melakukan konsultasi dengan klien sehubungan dengan rencana-rencana pembedahan
manfaat dan akibat-akibat yang mungkin terjadi setelah pembedahan.
5.
Persiapan Fisik
Sebelum
operasi harus dipersiapkan supaya klien secara fisik siap menjalani operasi.
a.
Perawatan ulkus pada karsinoma
mamma.
Ulkus karsinoma mamma umumnya
memberikan bau yang tidak sedap yang dapat mengganggu lingkungan sekitarnya,
karena itu perlu perawatan yang intensif sebelum operasi. Bau ini terjadi
karena adanya jaringan nekrotik yang disertai sekunder infeksi. Untuk
mengurangi bau tersebut silakukan nekrotomi dan pencucian luka, bisa dengan BWC
3%, Bethadine 10% atau antiseptik lainnya. Jangan lupa mengerjakan pemeriksan
kultur pus dan sensitiviti tes bakterinya.
b.
Mengontrol data-data
laboratorium, seperti pemeriksaan darah, fungsi lever, fungsi ginjal, faal
hemostasis, gula darah dan urine.
c.
Mengontrol kelengkapan
data-data radiologi, seperti foto thoraks, USG mamma, mammografi dan bone scan.
d.
Pengosongan saluran pencernaan
: 6 – 8 jam dipuasakan kemudian 3 – 4 jam dilakukan lavemen.
e.
Pencukuran rambut ketiak
dilakukan 2 jam sebelum operasi.
f.
Mandi bersih dan keramas.
g.
Bila akan di;lakukan skin graf,
maka kulit donor paha dikompres alkohol 70%.
h.
Baju klien diganti dengan baju
operasi.
i.
Klien tidak boleh memakai
lipstik, cat kuku dan perhiasan saat berada di kamar operasi.
j.
Obat, alat kesehatan, foto dan
status klien harus disertakan.
Asuhan
Keperawatan
Asuhan Keperawatan
menggunakan proses keperawatan dengan pengkajian, perencanan, pelaksanaan dan
evaluasi.
A.
Pengkajian Data
Pada saat pre
operasi digunakan data subjektif dan objektif.
a.
Data Subjektif :
Klien
mengeluh adanya benjolan atau ulkus pada mamma dan kadang-kadang timbul nyeri
serta perasaan takut atau cemas.
b.
Data Objektif :
·
Karsinoma mamma terdapat adanya
borok atau nodul-nodul yang mengeras serta bau tidak enak yang menyengat.
·
Klien tampak enggan bergaul dan
berinteraksi dengan klien lain.
·
Klien terlihat sedih dan sering
melamun.
·
Observasi gejala kardinal :
tensi, nadi suhu dan pernafasan.
·
Klien sering memegangi payudara
dan wajah tampak menyeringan.
B.
Diagnosa Keperawatan &
Tindakan Pada Pasien Dengan Karsinoma Mammaa
1.
Cemas / takut berhubungan
dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan
fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan
peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi
simpatetik.
Tujuan :
1.
Klien dapat mengurangi rasa
cemasnya
2.
Rileks dan dapat melihat
dirinya secara obyektif.
3.
Menunjukkan koping yang efektif
serta mampu berpartisipasi dalam pengobatan.
Tindakan :
a.
Tentukan pengalaman klien
sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
b.
Berikan informasi tentang prognosis
secara akurat.
c.
Beri kesempatan pada klien
untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan
emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
d.
Jelaskan pengobatan, tujuan dan
efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
e.
Catat koping yang tidak efektif
seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
f.
Anjurkan untuk mengembangkan
interaksi dengan support system.
g.
Berikan lingkungan yang tenang
dan nyaman.
h.
Pertahankan kontak dengan
klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
Rasional:
a.
Data-data mengenai pengalaman
klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari adanya
duplikasi.
b.
Pemberian informasi dapat
membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
c.
Dapat menurunkan kecemasan
klien.
d.
Membantu klien dalam memahami
kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
e.
Mengetahui dan menggali pola
koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan
kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
f.
Agar klien memperoleh dukungan
dari orang yang terdekat/keluarga.
g.
Memberikan kesempatan pada
klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
h.
Klien mendapatkan kepercayaan
diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
2.
Nyeri (akut) berhubungan dengan
proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay
syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker
ditandai dengan klien mengatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu
memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
Tujuan :
1.
Klien mampu mengontrol rasa nyeri
melalui aktivitas
2.
Melaporkan nyeri yang
dialaminya
3.
Mengikuti program pengobatan
4.
Mendemontrasikan tehnik
relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang mungkin
Tindakan :
1.
Tentukan riwayat nyeri, lokasi,
durasi dan intensitas
2.
Evaluasi therapi: pembedahan,
radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara
menghadapinya
3.
Berikan pengalihan seperti
reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
4.
Menganjurkan tehnik penanganan
stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan berikan
sentuhan therapeutik.
5.
Evaluasi nyeri, berikan
pengobatan bila perlu.
Kolaboratif:
6.
Disusikan penanganan nyeri
dengan dokter dan juga dengan klien.
7.
Berikan analgetik sesuai
indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll
Rasional:
a.
Memberikan informasi yang
diperlukan untuk merencanakan asuhan.
b.
Untuk mengetahui terapi yang
dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
c.
Untuk meningkatkan kenyamanan
dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
d.
Meningkatkan kontrol diri atas
efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
e.
Untuk mengetahui efektifitas
penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya
serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
f.
Agar terapi yang diberikan
tepat sasaran.
g.
Untuk mengatasi nyeri.
3.
Gangguan nutrisi (kurang dari
kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan
kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi
lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,
ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak
adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20%
atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi,
abdominal cramping.
Tujuan :
1.
Klien menunjukkan berat badan
yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi
2.
Menyatakan pengertiannya
terhadap perlunya intake yang adekuat
3.
Berpartisipasi dalam penatalaksanaan
diet yang berhubungan dengan penyakitnya
Tindakan :
a.
Monitor intake makanan setiap
hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
b.
Timbang dan ukur berat badan,
ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.
c.
Kaji pucat, penyembuhan luka
yang lambat dan pembesaran kelenjar parotis.
d.
Anjurkan klien untuk
mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat. Anjurkan
pula makanan kecil untuk klien.
e.
Kontrol faktor lingkungan
seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak
dan pedas.
f.
Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
g.
Anjurkan tehnik relaksasi,
visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
h.
Anjurkan komunikasi terbuka
tentang problem anoreksia yang dialami klien.
Kolaboratif
i.
Amati studi laboraturium
seperti total limposit, serum transferin dan albumin
j.
Berikan pengobatan sesuai
indikasi
Phenotiazine, antidopaminergic, corticosteroids, vitamins khususnya
A,D,E dan B6, antacida
k.
Pasang pipa nasogastrik untuk
memberikan makanan secara enteral, imbangi dengan infus.
Rasional:
a.
Memberikan informasi tentang
status gizi klien.
b.
Memberikan informasi tentang
penambahan dan penurunan berat badan klien.
c.
Menunjukkan keadaan gizi klien
sangat buruk.
d.
Kalori merupakan sumber energi.
e.
Mencegah mual muntah, distensi
berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi
stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
f.
Agar klien merasa seperti
berada dirumah sendiri.
g.
Untuk menimbulkan perasaan ingin
makan/membangkitkan selera makan.
h.
Agar dapat diatasi secara
bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
i.
Untuk mengetahui/menegakkan
terjadinya gangguan nutrisi sebagi akibat perjalanan penyakit, pengobatan dan
perawatan terhadap klien.
j.
Membantu menghilangkan gejala
penyakit, efek samping dan meningkatkan status kesehatan klien.
k.
Mempermudah intake makanan dan
minuman dengan hasil yang maksimal dan tepat sesuai kebutuhan.
4.
Kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikiuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
Tujuan :
1.
Klien dapat mengatakan secara
akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
2.
Mengikuti prosedur dengan baik
dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
3.
Mempunyai inisiatif dalam
perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan.
4.
Bekerjasama dengan pemberi
informasi.
Tindakan :
a.
Review pengertian klien dan
keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
b.
Tentukan persepsi klien tentang
kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman klien lain
yang menderita kanker.
c.
Beri informasi yang akurat dan
faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak
diperlukan.
d.
Berikan bimbingan kepada
klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama,
komplikasi. Jujurlah pada klien.
e.
Anjurkan klien untuk memberikan
umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
f.
Review klien /keluarga tentang
pentingnya status nutrisi yang optimal.
g.
Anjurkan klien untuk mengkaji
membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
h.
Anjurkan klien memelihara
kebersihan kulit dan rambut.
Rasional:
a.
Menghindari adanya duplikasi
dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
b.
Memungkinkan dilakukan
pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan pengertian.
c.
Membantu klien dalam memahami
proses penyakit.
d.
Membantu klien dan keluarga
dalam membuat keputusan pengobatan.
e.
Mengetahui sampai sejauhmana
pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
f.
Meningkatkan pengetahuan klien
dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
g.
Mengkaji perkembangan
proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan
kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
h.
Meningkatkan integritas kulit
dan kepala.
5.
Resiko tinggi kerusakan membran
mukosa mulut berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan
radiasi/radiotherapi.
Tujuan :
1.
Membrana mukosa tidak
menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
2.
Klien mengungkapkan faktor
penyebab secara verbal.
3.
Klien mampu mendemontrasikan
tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.
Tindakan :
a.
Kaji kesehatan gigi dan mulut
pada saat pertemuan dengan klien dan secara periodik.
b.
Kaji rongga mulut setiap hari,
amati perubahan mukosa membran. Amati tanda terbakar di mulut, perubahan suara,
rasa kecap, kekentalan ludah.
c.
Diskusikan dengan klien tentang
metode pemeliharan oral hygine.
d.
Intruksikan perubahan pola diet
misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang keras.
e.
Amati dan jelaskan pada klien
tentang tanda superinfeksi oral.
Kolaboratif
f.
Konsultasi dengan dokter gigi
sebelum kemotherapi
g.
Berikan obat sesuai indikasi,
analgetik, topikal lidocaine,
antimikrobial mouthwash preparation.
h.
Kultur lesi oral.
Rasional:
a.
Mengkaji perkembangan proses
penyembuhan dan tanda-tanda infeksi memberikan informasi penting untuk
mengembangkan rencana keperawatan.
b.
Masalah dengan kesehatan mulut
dapat mempengaruhi pemasukan makanan dan minuman.
c.
Mencari alternatif lain
mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.
d.
Mencegah rasa tidak nyaman dan
iritasi lanjut pada membran mukosa.
e.
Agar klien mengetahui dan
segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
f.
Meningkatkan kebersihan dan
kesehatan gigi dan gusi.
g.
Tindakan/terapi yang dapat
menghilangkan nyeri, menangani infeksi dalam rongga mulut/infeksi sistemik.
h.
Untuk mengetahui jenis kuman
sehingga dapat diberikan terapi antibiotik yang tepat.
6.
Resiko tinggi kurangnya volume
cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare),
hipermetabolik, kurangnya intake
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan dengan tanda vital normal,
membran mukosa normal, turgor kulit bagus, capilarry refill normal, urine
output normal.
Tindakan :
a.
Monitor intake dan output
termasuk keluaran yang tidak normal
seperti emesis, diare, drainase luka. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
b.
Timbang berat badan jika
diperlukan.
c.
Monitor vital signs. Evaluasi
pulse peripheral, capilarry refil.
d.
Kaji turgor kulit dan keadaan
membran mukosa. Catat keadaan kehausan pada klien.
e.
Anjurkan intake cairan samapi
3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
f.
Observasi kemungkinan
perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis
dan pethekie.
g.
Hindarkan trauma dan tekanan
yang berlebihan pada luka bedah.
Kolaboratif
h.
Berikan cairan IV bila
diperlukan.
i.
Berikan therapy antiemetik.
j.
Monitor hasil laboratorium :
Hb, elektrolit, albumin
Rasional:
a.
Pemasukan oral yang tidak
adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.
b.
Dengan memonitor berat badan
dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
c.
Tanda-tanda hipovolemia segera
diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang meningkat
berhubungan dengan dehidrasi.
d.
Dengan mengetahui tanda-tanda
dehidrasi dapat mencegah terjadinya hipovolemia.
e.
Memenuhi kebutuhan cairan yang
kurang.
f.
Segera diketahui adanya
perubahan keseimbangan volume cairan.
g.
Mencegah terjadinya perdarahan.
h.
Memenuhi kebutuhan cairan yang
kurang.
i.
Mencegah/menghilangkan mual
muntah.
j.
Mengetahui perubahan yang
terjadi.
7.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun
(efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif.
Tujuan :
1.
Klien mampu mengidentifikasi
dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
2.
Tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
Tindakan :
a.
Cuci tangan sebelum melakukan
tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
b.
Jaga personal hygine klien
dengan baik.
c.
Monitor temperatur.
d.
Kaji semua sistem untuk melihat
tanda-tanda infeksi.
e.
Hindarkan/batasi prosedur
invasif dan jaga aseptik prosedur.
Kolaboratif
f.
Monitor CBC, WBC, granulosit,
platelets.
g.
Berikan antibiotik bila
diindikasikan.
Rasional:
a.
Mencegah terjadinya infeksi
silang.
b.
Menurunkan/mengurangi adanya
organisme hidup.
c.
Peningkatan suhu merupakan
tanda terjadinya infeksi.
d.
Mencegah/mengurangi terjadinya
resiko infeksi.
e.
Mencegah terjadinya infeksi.
f.
Segera dapat diketahui apabila
terjadi infeksi.
g.
Adanya indikasi yang jelas
sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab infeksi.
8.
Resiko tinggi gangguan fungsi
seksual berhubungan dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif
respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak
pengobatan.
Tujuan :
1.
Klien dapat mengungkapkan
pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi terhadap seksualitas
2.
Mempertahankan aktivitas
seksual dalam batas kemampuan
Tindakan :
a.
Diskusikan dengan klien dan
keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan
penyakitnya.
b.
Berikan advise tentang akibat
pengobatan terhadap seksualitasnya.
c.
Berikan privacy kepada klien
dan pasangannya. Ketuk pintu sebelum
masuk.
Rasional:
a.
Meningkatkan ekspresi seksual
dan meningkatkan komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.
b.
Membantu klien dalam mengatasi
masalah seksual yang dihadapinya.
c.
Memberikan kesempatan bagi
klien dan pasangannya untuk mengekspresikan perasaan dan keinginan secara
wajar.
9.
Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit
imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
Tujuan :
1.
Klien dapat mengidentifikasi
intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
2.
Berpartisipasi dalam pencegahan
komplikasi dan percepatan penyembuhan
Tindakan :
1.
Kaji integritas kulit untuk
melihat adanya efek samping therapi kanker, amati penyembuhan luka.
2.
Anjurkan klien untuk tidak
menggaruk bagian yang gatal.
3.
Ubah posisi klien secara
teratur.
4.
Berikan advise pada klien untuk
menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi dokter.
Rasional:
a.
Memberikan informasi untuk
perencanaan asuhan dan mengembangkan identifikasi awal terhadap perubahan
integritas kulit.
b.
Menghindari perlukaan yang
dapat menimbulkan infeksi.
c.
Menghindari penekanan yang
terus menerus pada suatu daerah tertentu.
d.
Mencegah trauma berlanjut pada
kulit dan produk yang kontra indikatif.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana
Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran,
Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long,
Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan). Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer, Arif., et all. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media
Aescullapius.
(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi
Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya
LAPORAN KASUS
(PROSES KEPERAWATAN)
Nama Mahasiswa :
Subhan
N I M :
010030170 B
Ruangan : Bedah A.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo.
Pengkajian diambil
tanggal : 17 Juni 2002. Jam 08.00 BBWI
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 12 Juni 2002
No. Regester : 10128466
Diagnosa Medis :
Ca Mamma (S) Stadium IIIB Post Chemoterapi 4 x.
1. IDENTITAS PASIEN
Nama :
Ny Dariati.
Umur :
50 Tahun.
Jenis Kelamin :
Perempuan.
Suku/Bangsa :
Jawa/Indonesia
Agama :
Islam
Status Marietal :
Kawin
Pendidikan :
SD
Pekerjaan :
Tani
Bahasa yang digunakan :
Indonesia
Alamat :
Kabupaten Nganjuk.
Cara Masuk : Lewat Poliklinik
RSUD Dr. Soetomo Surabaya
Keluhan Utama :
Benjolan pada payudara kanan dan kiri.
2.
RIWAYAT KEPERAWATAN
(NURSING HISTORY)
1)
Riwayat Sebelum Sakit
Benjolan pada payudara kiri sejak 1½ tahun yang lalu dan semakin
membesar.
Klien sudah menjalani Chemoterapi sebanyak 4 kali.
Benjolan pada payudara kanan sejak satu bulan yang lalu, mula-mula
sebesar biji jagung dan semakin membesar.
2)
Riwayat Penyakit
Sekarang
Hari Rabu tanggal 12 juni 2002 untuk menjalani rencana excisi + VC
yang direncanakan Hari kamis tanggal 20 Juni 2002.
3)
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga yang lain tidak ada yang menderita
penyakit seperti yang diderita klien saat ini.
4)
Keadaan Kesehatan
Lingkungan
Keluarga klien mengatakan bahwa Lingkungan rumah tempat tinggal
cukup bersih.
3.
OBSERVASI DAN
PEMERIKSAAN FISIK
1)
Keadaan Umum : Baik.
2)
Tanda-tanda vital
Suhu :
36,9 0C
Nadi :
80 X/menit. kuat dan teratur
Tekanan darah :
120/80 mmHg.
Respirasi :
24 x/menit
3)
Body Systems
(1)
Pernafasan (B 1 :
Breathing)
Pernafasan melalui hidung. Frekuensi 24 x/menit. Trachea tidak ada kelainan.
Bentuk dada simestris.
(2)
Cardiovascular (B 2 :
Bleeding)
Nadi 80 X/menit kuat dan teratur, tekanan darah 120/80 mmHg, Suhu
36,9 0C. Palpitasi
tidak ada, clubbing fingger tidak ada. Suara jantung normal. Edema : tidak ada.
(3)
Persyarafan (B 3 :
Brain)
Tingkat kesadaran : Composmentis.
GCS : Membuka mata : Spontan (4)
Verbal : Berorientasi (5)
Motorik : Mematuhi perintah sederhana (6)
Kepala : rambut rontok
akibat efek samping dari Chemoterapi sebanyak 4 kali.
Leher : tak ada
kelaianan.
Terdapat benjolan pada payudara kanan dan kiri.
(4)
Perkemihan-Eliminasi Uri
(B.4 : Bladder)
Jumlah urine 1200 cc/24 jam. Warna urine kuning muda. Bau : Khas.
(5)
Pencernaan-Eliminasi
Alvi (B 5 : Bowel)
Mulut dan tenggorokan normal, Abdomen normal, Peristaltik normal,
tidak kembung, diare (-).
Diet TKTP.
(6)
Tulang-Otot-Integumen (B
6 : Bone)
Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai bebas (tidak terbatas)
Ekstrimitas : Tidak ada kelainan
Tulang Belakang :
Tidak ada kelainan.
Warna kulit :
Kuning kecoklatan.
Akral :
Hangat.
Turgor :
Baik.
Kulit & membran mukosa : kering.
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus.
DIAGNOSTIC
TEST/PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil
Pemeriksaan Mamografi Tanggal 15
Februari 2002.
Susp lesi maligna mamma kiri dengan metastase di aksila kiri.
Hasil
Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap Tanggal :
5 Juni 2002.
-
Hb : 11,2 mg/dl (11,5 – 16,0 mg/dl).
-
Leukosit : 6.700 (4000
– 11.000).
-
BBS/LED : 46 - 71 (0
– 20/jam).
-
RBC/Eritrosit : 3,9 (3,9
– 5,95 juta/ul).
Hasil
Pemeriksaan Patologi Anatomi/Sitologi Tanggal :
17 Juni 2002.
Nodul
mamma dextra QLA, FNA : Benign Epithelial Hyperplasia.
TERAPI :
1.
2.
3.
4.
|
Tanda tangan mahasiswa
(Subhan)
|
ANALISA DAN SINTESA
DATA
NO
|
D A T A
|
KEMUNGKINAN
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
1.
|
S :
O :
Peningkatan ketegangan, distres dan
ketakutan. Perhatian pada diri sendiri
|
krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,
pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
|
Cemas / takut situasi
|
2.
|
S :
O :
|
proses penyakit (penekanan/kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf,
inflamasi), efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mengatakan
nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri,
kelemahan.
|
Nyeri (akut)
|
3,
|
S :
O :
|
hipermetabolik yang berhubungan dengan
kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi
lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,
ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak
adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai
20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan,
konstipasi, abdominal cramping.
|
Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan
tubuh)
|
4.
|
S :
O :
Klien
mengatakan kurang mengetahui tentang proses penyakit, sifat penyakit,
pemeriksaan diagnostik, tujuan tindakan perawatan maupun pengobatan yang
diprogramkan. serta kurangnya pengetahuan tentang diet dan Lamanya perawatan,
banyaknya biaya perawatan dan pengobatan.
|
kurangnya informasi misinterpretasi,
keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya, menyatakan masalahnya,
pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikuti intruksi/pencegahan
komplikasi.
|
Kurangnya pengetahuan tentang penyakit,
prognosis dan pengobatan
|
5.
|
S :
O :
|
efek samping kemotherapi dan
radiasi/radiotherapi.
|
Resiko tinggi kerusakan membran mukosa
mulut
|
6.
|
S :
O :
|
output yang tidak normal (vomiting,
diare), hipermetabolik, kurangnya intake.
|
Resiko tinggi kurangnya volume cairan
|
7.
|
S :
O :
|
tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur
invasif.
|
Resiko tinggi infeksi
|
8.
|
S :
O :
|
deficit pengetahuan/ keterampilan tentang
alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/ struktur
tubuh, dampak pengobatan.
|
Resiko tinggi gangguan fungsi seksual
|
9.
|
S :
O :
|
efek radiasi dan kemotherapi, deficit
imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
|
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
.
|
10
|
S :
O :
|
terjadinya infeksi.
|
Resiko terjadi peningkatan suhu
(hipertermia).
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Cemas / takut berhubungan
dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan
fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan
peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi
simpatetik.
2.
Nyeri (akut) berhubungan dengan
proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay
syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping therapi kanker
ditandai dengan klien mengatakan nyeri, klien sulit tidur, tidak mampu
memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
3.
Gangguan nutrisi (kurang dari
kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan
kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi
lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue, ketidakmampuan
mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak adekuat,
hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai 20% atau
lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan, konstipasi,
abdominal cramping.
4.
Kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
5.
Resiko tinggi kerusakan membran
mukosa mulut berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan
radiasi/radiotherapi.
6.
Resiko tinggi kurangnya volume
cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare),
hipermetabolik, kurangnya intake.
7.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun
(efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif.
8.
Resiko tinggi gangguan fungsi
seksual berhubungan dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang alternatif
respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak
pengobatan.
9.
Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit
imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
10.
Resiko terjadi peningkatan suhu
(hipertermia) berhubungan dengan terjadinya infeksi.
RENCANA TINDAKAN
NO
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
RENCANA TINDAKAN
|
RASIONAL
|
1.
|
Cemas
/ takut berhubungan dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan,
sosio ekonomi, peran dan fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian,
pemisahan dengan keluarga ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan,
mengekspresikan kecanggungan peran, perasaan tergantung, tidak adekuat
kemampuan menolong diri, stimulasi simpatetik.
|
Tujuan : Rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi klien stabil dan klien tenang.
3. Istirahat cukup.
|
1.
Tentukan pengalaman klien
sebelumnya terhadap penyakit yang dideritanya.
2.
Berikan informasi tentang
prognosis secara akurat.
3.
Beri kesempatan pada klien
untuk mengekspresikan rasa marah, takut, konfrontasi. Beri informasi dengan
emosi wajar dan ekspresi yang sesuai.
4.
Jelaskan pengobatan, tujuan
dan efek samping. Bantu klien mempersiapkan diri dalam pengobatan.
5.
Catat koping yang tidak
efektif seperti kurang interaksi sosial, ketidak berdayaan dll.
6.
Anjurkan untuk mengembangkan
interaksi dengan support system.
7.
Berikan lingkungan yang
tenang dan nyaman.
8.
Pertahankan kontak dengan
klien, bicara dan sentuhlah dengan wajar.
9.
Beri kesempatan pada pasien
untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
10.
Gunakan komunikasi
terapeutik.
11.
Beri informasi yang akurat
tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan
keperawatan.
12.
Berikan keyakinan pada pasien
bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan
pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
13.
Berikan kesempatan pada
keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
14.
Ciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman.
|
1.
Data-data mengenai pengalaman
klien sebelumnya akan memberikan dasar untuk penyuluhan dan menghindari
adanya duplikasi.
2.
Pemberian informasi dapat
membantu klien dalam memahami proses penyakitnya.
3.
Dapat menurunkan kecemasan
klien.
4.
Membantu klien dalam memahami
kebutuhan untuk pengobatan dan efek sampingnya.
5.
Mengetahui dan menggali pola
koping klien serta mengatasinya/memberikan solusi dalam upaya meningkatkan
kekuatan dalam mengatasi kecemasan.
6.
Agar klien memperoleh
dukungan dari orang yang terdekat/keluarga.
7.
Memberikan kesempatan pada
klien untuk berpikir/merenung/istirahat.
8.
Klien mendapatkan kepercayaan
diri dan keyakinan bahwa dia benar-benar ditolong.
9.
Dapat meringankan beban
pikiran pasien.
10.
Agar terbina rasa saling
percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan
keperawatan.
11.
Informasi yang akurat tentang
penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat
mengurangi beban pikiran pasien.
12.
Sikap positif dari
timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
13.
Pasien akan merasa lebih
tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
14.
Lingkung yang tenang dan
nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
|
2.
|
Nyeri
(akut) berhubungan dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan
syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi),
efek samping therapi kanker ditandai dengan klien mengatakan nyeri, klien
sulit tidur, tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
|
Tujuan :
Klien merasa nyaman
Kriteria hasil :
1.
Klien mampu mengontrol rasa
nyeri melalui aktivitas.
2.
Melaporkan nyeri yang
dialaminya.
3.
Mengikuti program pengobatan.
4.
Mendemontrasikan tehnik
relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang memungkinkan.
|
1.
Tentukan riwayat nyeri,
lokasi, durasi dan intensitas
2.
Evaluasi therapi: pembedahan,
radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara
menghadapinya
3.
Berikan pengalihan seperti
reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
4.
Menganjurkan tehnik
penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan
berikan sentuhan therapeutik.
5.
Evaluasi nyeri, berikan
pengobatan bila perlu.
Kolaboratif:
6.
Disusikan penanganan nyeri
dengan dokter dan juga dengan klien.
7.
Berikan analgetik sesuai
indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll.
|
1.
Memberikan informasi yang
diperlukan untuk merencanakan asuhan.
2.
Untuk mengetahui terapi yang
dilakukan sesuai atau tidak, atau malah menyebabkan komplikasi.
3.
Untuk meningkatkan kenyamanan
dengan mengalihkan perhatian klien dari rasa nyeri.
4.
Meningkatkan kontrol diri
atas efek samping dengan menurunkan stress dan ansietas.
5.
Untuk mengetahui efektifitas
penanganan nyeri, tingkat nyeri dan sampai sejauhmana klien mampu menahannya
serta untuk mengetahui kebutuhan klien akan obat-obatan anti nyeri.
6.
Agar terapi yang diberikan
tepat sasaran.
7.
Untuk mengatasi nyeri.
|
3.
|
Gangguan
nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang
berhubungan dengan kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan
(anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional
distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien
mengatakan intake tidak adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera,
berat badan turun sampai 20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot
dan lemak subkutan, konstipasi, abdominal cramping.
|
Tujuan
: Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi dalam waktu 7x24 jam.
Kriteria
hasil :
1.
Klien menunjukkan berat badan
yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda malnutrisi.
2.
Klien menyatakan
pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat.
3.
Klien berpartisipasi dalam
penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya
|
1.
Monitor intake makanan setiap
hari, apakah klien makan sesuai dengan kebutuhannya.
2.
Timbang dan ukur berat badan,
ukuran triceps serta amati penurunan berat badan.
3.
Anjurkan klien untuk
mengkonsumsi makanan tinggi kalori dengan intake cairan yang adekuat.
Anjurkan pula makanan kecil untuk klien.
4.
Kontrol faktor lingkungan
seperti bau busuk atau bising. Hindarkan makanan yang terlalu manis, berlemak
dan pedas.
5.
Ciptakan suasana makan yang
menyenangkan misalnya makan bersama teman atau keluarga.
6.
Anjurkan tehnik relaksasi,
visualisasi, latihan moderate sebelum makan.
7.
Anjurkan komunikasi terbuka
tentang problem anoreksia yang dialami klien.
8.
Observasi texture, turgor
kulit.
9.
Observasi intake out put.
10.
Anjurkan kaluarga klien untuk
mematuhi diet yang telah diprogramkan.
11.
Timbang berat badan setiap
seminggu sekali.
12.
Identifikasi perubahan pola
makan.
13.
Kerja sama dengan tim
kesehatan lain untuk pemberian diet TKTP.
|
1.
Memberikan informasi tentang
status gizi klien.
2.
Memberikan informasi tentang
penambahan dan penurunan berat badan klien.
3.
Kalori merupakan sumber
energi.
4.
Mencegah mual muntah, distensi
berlebihan, dispepsia yang menyebabkan penurunan nafsu makan serta mengurangi
stimulus berbahaya yang dapat meningkatkan ansietas.
5.
Agar klien merasa seperti
berada dirumah sendiri.
6.
Untuk menimbulkan perasaan
ingin makan/membangkitkan selera makan.
7.
Agar dapat diatasi secara
bersama-sama (dengan ahli gizi, perawat dan klien).
8.
Mengetahui status nutrisi
klien.
9.
Mengetahui keseimbangan
nutrisi klien.
10.
Kepatuhan terhadap diet dapat
mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
11.
Mengetahui perkembangan berat
badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan
diet).
12.
Mengetahui apakah keluarga
klien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
13.
Pemberian diet TKTP yang
sesuai dapat mempercepat pemulihan terhadap kekurangan kalori dan protein dan
membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien karena klien terjadi penurunan
reflek menelan.
|
4.
|
Kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan
kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan
sering bertanya, menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat
dalam mengikuti intruksi/pencegahan komplikasi.
|
Tujuan :
1.
Klien dapat mengatakan secara
akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
2.
Mengikuti prosedur dengan
baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
3.
Mempunyai inisiatif dalam
perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan.
4.
Bekerjasama dengan pemberi
informasi.
|
1.
Review pengertian klien dan
keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
2.
Tentukan persepsi klien
tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman
klien lain yang menderita kanker.
3.
Beri informasi yang akurat
dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi yang tidak
diperlukan.
4.
Berikan bimbingan kepada
klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama,
komplikasi. Jujurlah pada klien.
5.
Anjurkan klien untuk
memberikan umpan balik verbal dan mengkoreksi miskonsepsi tentang
penyakitnya.
6.
Review klien /keluarga
tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
7.
Anjurkan klien untuk mengkaji
membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema, ulcerasi.
8.
Anjurkan klien memelihara
kebersihan kulit dan rambut.
|
1.
Menghindari adanya duplikasi
dan pengulangan terhadap pengetahuan klien.
2.
Memungkinkan dilakukan
pembenaran terhadap kesalahan persepsi dan konsepsi serta kesalahan
pengertian.
3.
Membantu klien dalam memahami
proses penyakit.
4.
Membantu klien dan keluarga
dalam membuat keputusan pengobatan.
5.
Mengetahui sampai sejauhmana
pemahaman klien dan keluarga mengenai penyakit klien.
6.
Meningkatkan pengetahuan
klien dan keluarga mengenai nutrisi yang adekuat.
7.
Mengkaji perkembangan
proses-proses penyembuhan dan tanda-tanda infeksi serta masalah dengan
kesehatan mulut yang dapat mempengaruhi intake makanan dan minuman.
8.
Meningkatkan integritas kulit
dan kepala.
|
5.
|
Resiko
tinggi kerusakan membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping
kemotherapi dan radiasi/radiotherapi.
|
Tujuan :
1.
Membrana mukosa tidak
menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
2.
Klien mengungkapkan faktor
penyebab secara verbal.
3.
Klien mampu mendemontrasikan
tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.
|
1.
Diskusikan dengan klien
tentang metode pemeliharan oral hygine.
2.
Intruksikan perubahan pola
diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang
keras.
3.
Amati dan jelaskan pada klien
tentang tanda superinfeksi oral.
|
1.
Mencari alternatif lain
mengenai pemeliharaan mulut dan gigi.
2.
Mencegah rasa tidak nyaman
dan iritasi lanjut pada membran mukosa.
3.
Agar klien mengetahui dan
segera memberitahu bila ada tanda-tanda tersebut.
|
6.
|
Resiko tinggi kurangnya volume cairan berhubungan dengan output
yang tidak normal (vomiting, diare), hipermetabolik, kurangnya intake.
|
Tujuan :
Klien menunjukkan keseimbangan cairan.
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi:
1.
Vital sign normal.
2.
Mukosa normal.
3.
Turgor kulit bagus.
4.
Capilarry refill normal
5.
Jumlah urine output normal
/urine seimbang dengan asupan.
6.
Suara tidak parau.
|
1.
Monitor intake dan output
termasuk keluaran yang tidak normal
seperti emesis, diare. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
2.
Timbang berat badan jika
diperlukan.
3.
Monitor vital signs. Evaluasi
pulse peripheral, capilarry refil.
4.
Anjurkan intake cairan samapi
3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
5.
Observasi kemungkinan
perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis
dan pethekie.
6.
Hindarkan trauma dan tekanan
yang berlebihan pada luka bedah.
7.
Pantau tanda vital tiap 1 – 2
jam.
8.
Pantau tanda dan gejala
dehidrasi :.
Kulit &
membran mukosa kering.
Kenaikan BJ
plasma.
Haus.
Jumlah urine
sedikit.
Suara parau.
9.
Pantau masukan, pastikan
sedikitnya 1500 ml cairan per oral setiap 24 jam.
10.
Pantau haluaran, pastikan
sedikitnya 1000 - 1500 ml/24 jam. Pantau terhadap penurunan berat jenis
plasma.
11.
Timbang BB tiap hari dengan
jenis baju yang sama dan pada waktu yang sama.
12.
Pertimbangkan kehilangan
cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah dan diare.
13.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemeriksaan kadar hemoglobin, lekosit, hematokrit, trombosit BUN dan serum
kreatinin,.
14.
Jelaskan tentang
alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda
untuk mencapai tujuan masukan cairan.
|
1.
Pemasukan oral yang tidak
adekuat dapat menyebabkan hipovolemia.
2.
Dengan memonitor berat badan
dapat diketahui bila ada ketidakseimbangan cairan.
3.
Tanda-tanda hipovolemia
segera diketahui dengan adanya takikardi, hipotensi dan suhu tubuh yang
meningkat berhubungan dengan dehidrasi.
4.
Memenuhi kebutuhan cairan
yang kurang.
5.
Segera diketahui adanya
perubahan keseimbangan volume cairan.
6.
Mencegah terjadinya
perdarahan.
7.
TD, suhu nadi dan pernapasan
sebagi indicator kegagalan sirkulasi.
8.
Prepulsi feses yang cepat
melalui mengurangi absorbsi air. Volume sirkulasi yang rendah menyebabkan
mukosa kering dan rasa haus. Urin yang pekat dapat meningkatkan BJ plasma.
9.
Catatan masukan membantu
mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan.
10.
Catatan haluaran membantu
mendeteksi tanda dini ketidak seimbangan cairan.
11.
Penimbangan berat badan
harian yang tepat dapat mendeteksi kehilangan cairan.
12.
Haluaran dapat melebihi
masukan, yang sebelumnya sudah tidak mencukupi untuk mengkompensasi
kehilangan yang tak kasap mata. Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus,
membuat haluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme
13.
Propulsi feses yang cepat
melalui usus mengurangi absorpsi elektrolit. Muntah-muntah juga menyebabkan
kehilangan elektrolit.
14.
Informasi yang jelas akan
meningkatkan kerjasama klien untuk terapi.
|
7.
|
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun (efek kemotherapi/radiasi),
malnutrisi, prosedur invasif.
|
Tujuan :
1.
Klien mampu mengidentifikasi
dan berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
2.
Tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
|
1.
Cuci tangan sebelum melakukan
tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
2.
Jaga personal hygine klien
dengan baik.
3.
Monitor temperatur.
4.
Hindarkan/batasi prosedur
invasif dan jaga aseptik prosedur.
Kolaboratif
5.
Monitor Hb, Lekosit,BBS/LED
dan Eritrosit.
6.
Berikan antibiotik bila
diindikasikan.
|
1.
Mencegah terjadinya infeksi
silang.
2.
Menurunkan/mengurangi adanya
organisme hidup.
3.
Peningkatan suhu merupakan tanda
terjadinya infeksi.
4.
Mencegah terjadinya infeksi.
5.
Segera dapat diketahui
apabila terjadi infeksi.
6.
Adanya indikasi yang jelas
sehingga antibiotik yang diberikan dapat mengatasi organisme penyebab
infeksi.
|
8.
|
Resiko tinggi gangguan fungsi seksual berhubungan dengan deficit
pengetahuan/keterampilan tentang alternatif respon terhadap transisi
kesehatan, penurunan fungsi/struktur tubuh, dampak pengobatan.
|
Tujuan :
1.
Klien dapat mengungkapkan
pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi terhadap seksualitas
2.
Mempertahankan aktivitas
seksual dalam batas kemampuan
|
1.
Diskusikan dengan klien dan
keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan
penyakitnya.
2.
Berikan advise tentang akibat
pengobatan terhadap seksualitasnya.
3.
Berikan privacy kepada klien
dan pasangannya.
|
1.
Meningkatkan ekspresi seksual
dan meningkatkan komunikasi terbuka antara klien dengan pasangannya.
2.
Membantu klien dalam
mengatasi masalah seksual yang dihadapinya.
3.
Memberikan kesempatan bagi
klien dan pasangannya untuk mengekspresikan perasaan dan keinginan secara
wajar.
|
9.
|
Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek
radiasi dan kemotherapi, deficit imunologik, penurunan intake nutrisi dan
anemia.
|
Tujuan :
1.
Klien dapat mengidentifikasi
intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
2.
Berpartisipasi dalam
pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
|
1.
Anjurkan klien untuk tidak
menggaruk bagian yang gatal.
2.
Ubah posisi klien secara
teratur.
3.
Berikan advise pada klien
untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi
dokter.
|
1.
Menghindari perlukaan yang
dapat menimbulkan infeksi.
2.
Menghindari penekanan yang
terus menerus pada suatu daerah tertentu.
3.
Mencegah trauma berlanjut
pada kulit dan produk yang kontra indikatif.
|
10.
|
Resiko terjadi peningkatan suhu (hipertermia) berhubungan dengan
terjadinya infeksi.
|
Tujuan :
Tidak
ada tanda-tanda peningkatan suhu (hipertermia) :
1.
Suhu dalam batas normal.
2.
Turgor kulit normal.
3.
Mukosa mulut basah normal.
4.
Jumlah urine seimbang dengan
asupan
5.
Suara tidak parau
|
1.
Monitor suhu pasien tiap jam.
2.
Kompres dengan air hangat.
3.
Berikan terapi obat anti
infeksi sesuai advis.
4.
Berikan antipiretik sesuai
advis.
|
Dengan
suhu lingkungan hangat, akan direspon pusat pengatur panas untuk menurunkan
produksi panas tubuh.
|
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN EVALUASI (SOAP)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TINDAKAN KEPERAWATAN
|
EVALUASI (SOAP)
|
1.
Cemas / takut berhubungan
dengan situasi krisis (kanker), perubahan kesehatan, sosio ekonomi, peran dan
fungsi, bentuk interaksi, persiapan kematian, pemisahan dengan keluarga
ditandai dengan peningkatan tegangan, kelelahan, mengekspresikan kecanggungan
peran, perasaan tergantung, tidak adekuat kemampuan menolong diri, stimulasi
simpatetik.
|
1.
Memberi kesempatan pada
keluarga klien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
2.
Menggunakan komunikasi
terapeutik.
3.
Memberikan informasi yang
akurat tentang proses penyakit dan anjurkan keluarga klien untuk ikut serta
dalam tindakan keperawatan.
4.
Memberikan keyakinan pada
keluarga klien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha
memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
5.
Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk mendampingi klien secara bergantian.
6.
Menciptakan lingkungan yang
tenang dan nyaman
|
S :
O :
1.
Klien dapat
mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2.
Emosi klien stabil dan klien
tenang.
3.
Istirahat cukup.
A : Tujuan Berhasil
P : Intervensi dihentikan.
|
2.
Nyeri (akut) berhubungan
dengan proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi
sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi), efek samping
therapi kanker ditandai dengan klien mengatakan nyeri, klien sulit tidur,
tidak mampu memusatkan perhatian, ekspresi nyeri, kelemahan.
|
1.
Tentukan riwayat nyeri,
lokasi, durasi dan intensitas
2.
Evaluasi therapi: pembedahan,
radiasi, khemotherapi, biotherapi, ajarkan klien dan keluarga tentang cara
menghadapinya
3.
Berikan pengalihan seperti
reposisi dan aktivitas menyenangkan seperti mendengarkan musik atau nonton TV
4.
Menganjurkan tehnik
penanganan stress (tehnik relaksasi, visualisasi, bimbingan), gembira, dan
berikan sentuhan therapeutik.
5.
Evaluasi nyeri, berikan
pengobatan bila perlu.
Kolaboratif:
6.
Disusikan penanganan nyeri
dengan dokter dan juga dengan klien.
7.
Berikan analgetik sesuai
indikasi seperti morfin, methadone, narcotik dll
|
S :
O :
Klien
merasa nyaman:
1.
Klien mampu mengontrol rasa
nyeri melalui aktivitas.
2.
Melaporkan nyeri yang
dialaminya.
3.
Mengikuti program pengobatan.
4.
Mendemontrasikan tehnik
relaksasi dan pengalihan rasa nyeri melalui aktivitas yang memungkinkan.
A : Tujuan tercapai sebagian
P :
Intervensi terus dilakukan
|
3.
Gangguan nutrisi (kurang dari
kebutuhan tubuh) berhubungan dengan hipermetabolik yang berhubungan dengan
kanker, konsekwensi khemotherapi, radiasi, pembedahan (anoreksia, iritasi
lambung, kurangnya rasa kecap, nausea), emotional distress, fatigue,
ketidakmampuan mengontrol nyeri ditandai dengan klien mengatakan intake tidak
adekuat, hilangnya rasa kecap, kehilangan selera, berat badan turun sampai
20% atau lebih dibawah ideal, penurunan massa otot dan lemak subkutan,
konstipasi, abdominal cramping.
|
1.
Mengobservasi texture, turgor
kulit.
2.
Mengobservasi intake out put
3.
Menganjurkan klien untuk
mematuhi diet yang telah diprogramkan.
4.
Menimbang berat badan setiap
seminggu sekali.
5.
Mengidentifikasi perubahan
pola makan.
6.
Bekerjasama dengan tim
kesehatan lain untuk pemberian diet TKTP.
|
S :
O :
1.
Klien belum
menunjukkan berat badan yang stabil, hasil lab normal dan tidak ada tanda
malnutrisi.
2.
Klien menyatakan
pengertiannya terhadap perlunya intake yang adekuat.
3.
Klien berpartisipasi dalam
penatalaksanaan diet yang berhubungan dengan penyakitnya.
A : Tujuan tercapai sebagian
P : Intervensi terus dilakukan.
|
4.
Kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, prognosis dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi,
misinterpretasi, keterbatasan kognitif ditandai dengan sering bertanya,
menyatakan masalahnya, pernyataan miskonsepsi, tidak akurat dalam mengikuti
intruksi/pencegahan komplikasi.
|
1.
Mereview pengertian klien dan
keluarga tentang diagnosa, pengobatan dan akibatnya.
2.
Menentukan persepsi klien
tentang kanker dan pengobatannya, ceritakan pada klien tentang pengalaman
klien lain yang menderita kanker.
3.
Memberikan informasi yang
akurat dan faktual. Jawab pertanyaan secara spesifik, hindarkan informasi
yang tidak diperlukan.
4.
Memberikan bimbingan kepada
klien/keluarga sebelum mengikuti prosedur pengobatan, therapy yang lama,
komplikasi. Jujurlah pada klien.
5.
Menganjurkan klien untuk
memberikan umpan balik verbal dan Mengoreksi miskonsepsi tentang penyakitnya.
6.
Mereview klien /keluarga
tentang pentingnya status nutrisi yang optimal.
7.
Menganjurkan klien untuk
mengkaji membran mukosa mulutnya secara rutin, perhatikan adanya eritema,
ulcerasi.
8.
Menganjurkan klien memelihara
kebersihan kulit dan rambut.
|
S :
O :
1.
Klien dapat mengatakan secara
akurat tentang diagnosis dan pengobatan pada ting-katan siap.
2.
Mengikuti prosedur dengan
baik dan menjelaskan tentang alasan mengikuti prosedur tersebut.
3.
Mempunyai inisiatif dalam
perubahan gaya hidup dan berpartisipasi dalam pengo- batan.
4.
Bekerjasama dengan pemberi
informasi.
A : Tujuan tercapai
P :
Intervensi dihentikan
|
5.
Resiko tinggi kerusakan
membran mukosa mulut berhubungan dengan efek samping kemotherapi dan
radiasi/radiotherapi.
|
1.
Mendiskusikan dengan klien
tentang metode pemeliharan oral hygine.
2.
Menginstruksikan perubahan
pola diet misalnya hindari makanan panas, pedas, asam, hindarkan makanan yang
keras.
3.
Mengamati dan jelaskan pada
klien tentang tanda superinfeksi oral.
|
S :
O :
1.
Membrana mukosa tidak
menunjukkan kerusakan, terbebas dari inflamasi dan ulcerasi
2.
Klien mengungkapkan faktor
penyebab secara verbal.
3.
Klien mampu mendemontrasikan
tehnik mempertahankan/menjaga kebersihan rongga mulut.
A : Tujuan tercapai
P :
Intervensi dihentikan
|
6.
Resiko tinggi kurangnya
volume cairan berhubungan dengan output yang tidak normal (vomiting, diare),
hipermetabolik, kurangnya intake.
|
1.
Memonitor intake dan output
termasuk keluaran yang tidak normal
seperti emesis, diare. Hitung keseimbangan selama 24 jam.
2.
Menimbang berat badan jika
diperlukan.
3.
Memonitor vital signs.
Evaluasi pulse peripheral, capilarry refil.
4.
Menganjurkan intake cairan
samapi 3000 ml per hari sesuai kebutuhan individu.
5.
Mengobservasi kemungkinan
perdarahan seperti perlukaan pada membran mukosa, luka bedah, adanya ekimosis
dan pethekie.
6.
Menghindarkan trauma dan
tekanan yang berlebihan pada luka bedah.
7.
Memantau tanda vital tiap 1 –
2 jam.
8.
Memantau tanda dan gejala
dehidrasi :.
Kulit &
membran mukosa kering.
Kenaikan BJ
plasma.
Haus.
Jumlah urine
sedikit.
Suara parau.
9.
Memantau masukan, pastikan sedikitnya
1500 ml cairan per oral setiap 24 jam.
10.
Memantau haluaran, pastikan
sedikitnya 1000 - 1500 ml/24 jam. Pantau terhadap penurunan berat jenis
plasma.
11.
Mempertimbangkan kehilangan
cairan tambahan yang berhubungan dengan muntah / diare.
12.
Mengkolaborasikan dengan
dokter untuk pemeriksaan kadar hemoglobin, lekosit, hematokrit, trombosit BUN
dan serum kreatinin.
13.
Menjelaskan tentang
alasan-alasan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat dan metoda-metoda
untuk mencapai tujuan masukan cairan.
|
S :
O :
Tidak ada
tanda-tanda dehidrasi :
1.
Vital sign normal.
1.
Mukosa mulut basah normal.
2.
Turgor kulit bagus.
3.
Capilarry refill normal.
4.
Jumlah urine output normal /
urine seimbang dengan asupan
5.
Suara tidak parau.
A : Tujuan tercapai
P :
Intervensi dihentikan
|
7.
Resiko tinggi infeksi
berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh sekunder dan sistem imun
(efek kemotherapi/radiasi), malnutrisi, prosedur invasif.
|
1.
Mencuci tangan sebelum
melakukan tindakan. Pengunjung juga dianjurkan melakukan hal yang sama.
2.
Menjaga personal hygine klien
dengan baik.
3.
Memonitor temperatur.
4.
Menghindarkan/batasi prosedur
invasif dan jaga aseptik prosedur.
Kolaboratif
5.
Memonitor Hb, Lekosit,
BBS/LED dan Eritrosit.
6.
Memberikan antibiotik bila
diindikasikan.
|
S :
O :
1.
Klien mampu mengidentifikasi dan
berpartisipasi dalam tindakan pecegahan infeksi
2.
Tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi dan penyembuhan luka berlangsung normal
A : Tujuan tercapai
P :
Intervensi dihentikan
|
8.
Resiko tinggi gangguan fungsi
seksual berhubungan dengan deficit pengetahuan/keterampilan tentang
alternatif respon terhadap transisi kesehatan, penurunan fungsi/struktur
tubuh, dampak pengobatan.
|
1.
Mendiskusikan dengan klien
dan keluarga tentang proses seksualitas dan reaksi serta hubungannya dengan
penyakitnya.
2.
Memberikan advise tentang
akibat pengobatan terhadap seksualitasnya.
3.
Memberikan privacy kepada
klien dan pasangannya
|
S :
O :
1.
Klien dapat mengungkapkan
pengertiannya terhadap efek kanker dan therapi terhadap seksualitas
2.
Mempertahankan aktivitas
seksual dalam batas kemampuan
A : Tujuan tercapai
P :
Intervensi dihentikan
|
9.
Resiko tinggi kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan efek radiasi dan kemotherapi, deficit
imunologik, penurunan intake nutrisi dan anemia.
|
1.
Menganjurkan klien untuk
tidak menggaruk bagian yang gatal.
2.
Merubah posisi klien secara
teratur.
3.
Memberikan advise pada klien
untuk menghindari pemakaian cream kulit, minyak, bedak tanpa rekomendasi
dokter.
|
S :
O :
1.
Klien dapat mengidentifikasi
intervensi yang berhubungan dengan kondisi spesifik
2.
Berpartisipasi dalam
pencegahan komplikasi dan percepatan penyembuhan
A : Tujuan tercapai
P :
Intervensi dihentikan
|
10.
Resiko terjadi peningkatan
suhu (hipertermia) berhubungan dengan terjadinya infeksi.
|
1.
Memonitor suhu pasien tiap
jam.
2.
Mengompres dengan air hangat.
3.
Memberikan terapi obat anti
infeksi sesuai advis
4.
Memberikan antipiretik sesuai
advis
|
S :
O :
Tidak
ada tanda-tanda peningkatan suhu (hipertermia) :
1.
Suhu dalam batas normal.
2.
Turgor kulit normal.
3.
Mukosa mulut basah normal.
4.
Jumlah urine seimbang dengan
asupan
5.
Suara tidak parau.
A : Tujuan tercapai
P :
Intervensi dihentikan.
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon