GASTRO ENTRITIS AKUT
(GEA)
A. KONSEP DASAR
Diare adalah buang air besat dengan jumlah feces yang lebih banyak
dari biasanya (normal 100-200 ml/jam feces). Dengan feces berbentuk cairan atau
setengah cair (setengah padat) dapat pula disertai frekuensi BAB yang
meningkat.
Diare adalah BAB encer atau cair lebih dari tiga kali sehari
(WHO/1980).
Diare menurut sifatnya : 2
1.
Diare Akut.
2.
Diare Kronis
I.
PENGERTIAN
Diare akut adalah diare
yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam sampai 7 atau
14 hari.
II.
ETIOLOGI
Infeksi merupakan
penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri, parasit maupun virus. Penyebab
lain adalah faksin dan obat, nutrisi enteral diikuti puasa yang berlangsung
lama, kemoterapi, impaksi fekal (overflow diarrhea) atau berbagai kodisi lain.
Penyebab terbanyak adalah
E. Coli (38,29%), V. Cholerae (18,29%), Aeromonas sp (14,29%).
III.
PATOGENESIS
Diare akibat infeksi
terutama ditularkan secara fekal. Hal ini disebabkan masukan minuman atau
makanan yang terkontaminasi feces ditambah dengan ekskresi yang buruk. Makanan
yang tidak matang bahkan yang disajikan tanpa dimasak. Penularannya adalah
transmisi orang ke orang melalui aerosolisasi (Norwalk, Rotavirus), tangan yang
terkontaminasi (clostridium difficile), atau melalui aktivitas seksual. Faktor
penentu terjadinya diare akut adalah faktor penyebab (agent) dan faktor pejamu
(host). Faktor pejamu adalah kemampuan pertahana tubuh terhadap mikroorganisme,
yaitu faktor daya tahan tubuh atau lingkungan lumen saluran cerna, seperti
keasaman lambung, motelitas lambung, imunitas, juga mencakup lingkungan mikro
flora usus. Faktor penyebab yang mempengaruhi patogenesis antara lain daya
penetrasi yang merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang
mempengaruhi sekresi cairan di usus. Serta daya lekat kuman. Kuman tersebut
membentuk koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Patogenesis diare yang
disebabkan infeksi bakteri terbagi dua yaitu :
1.
Bakteri non invasif
(Interotoksigenik).
Toksin yang diproduksi
bakteri akan terikat pada mukosa usus halus, namun tidak merusak mukosa. Toksin
meningkatkan kadar siklit AMP di dalam sel menyebabkan sekresi aktif anion
klorida ke dalam luman usus yang diikuti air ion karbonat, kation natrium dan
kalium. Bakteri yang termasuk golongan ini adalah V. Choleral, Enterotoksigenik,
E. Coli (ETEC), C. Perfringers, S. aureus, dan vibro nonaglutinabel. Secara
klinis dapat ditemukan diare berupa air seperti cucian beras dan meninggalkan
dubur secara deras dan banyak (Voluminous), keadaan ini disebut diare
sekretorik (Isotonik Voluminal).
2.
Bakteri Enteroinvasif.
Bakteri menyebabkan
kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sektotorik eksudatif. Cairan diare dapat bercampur lendir dan
darah. Bakteri yang termasuk dalam golongan ini adalah Enteroinvasiue, E. Coli
(EIEC), S. Parotyphi B, S. typhi murium, S. Enteriditis, S. Cholerasuis,
Shigela dan C. Perfringens tipe C. penyebab diare lainnya seperti parasit,
memyebabkan kerusakan berupa ulkus besar (E. histolytica), kerusakan vili yang penting untuk penyerapan air, elektrolit
dan zat makanan (G. Lambdia), patofisiologi kandida menyebabkan diare belum
jelas, mungkin karena superinfeksi dan jasad renik lain dan keadaan seperti
diabetes mellitus.
Mekanisme yang dilakukan
virus masih belum jelas. Kemungkinan dengan merusak sel epitel mukosa walaupun
hanya seperfisial, sehingga mengganggu absorbsi air dan elektrolit, sebaliknya
sel-sel kripti akan berpoliterasi dan menyebabkan bertambahnya sekresi cairan
ke dalam lumen usus. Selain itu, terjadi pula kerusakan enzim-enzim disakrida
yang menyebabkan intoleransi laktosa, yang akhirnya memperlama diare. Berbeda
dengan kolera, Rotavirus tidak meningkat aktivitas adenilsildase.
IV.
MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan diare akut
akibat infeksi sering mengalami naurea muntah, nyeri perut sampai kejang perut,
deman dan diare. Terjadinya renjatan hipovolemik harus dihindari. Kekurangan
cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol,
turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak. Gangguan Biokimiawi seperti
asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam
(pernafasab kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik barat maka denyut nadi
cepat (lebih dari 120x / menit), tekanan darah menurun sampai tak terukur,
pasien gelisah, muka pucat, ujung-ujung ekstrimitas dingin, kadang sianosis.
Kekurangan kalium menyebabkan aritmia jantung perfusi ginjal menurun sehingga
timbul arurig, sehingga bila kekurangan
cairan tak segera diatasi dapat timbul penyakit berupa nekrosis tubulas akut.
Secara klinis diare karena infeksi akut terbagi menjadi 2 golongan :
1. Koleriform, dengan diare
yang terutama terdiri atas cairan saja.
2. Disentriform, pada
diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
·
Akibat diare
-
Dehidrasi.
-
Asidosis metabolik.
-
Gangguan gizi akibat muntah dan
berak-berak.
-
Hipoglikemi.
-
Gangguan sirkulasi darah akibat
yang banyak keluar sehingga terjadi syock.
·
Derajat dehidrasi
1.
Tidak ada dehidrasi bila
terjadi penurunan BB 2,5 %.
2.
Dehidrasi ringan, bila terjadi
penurunan BB 2,5 – 5 %.
3.
Dehidrasi sedang, bila terjadi
penurunan BB 5 – 10 %.
4.
Dehidrasi berat, bila terjadi
penurunan BB 10 %.
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Pemeriksaan darah tepi lengkap.
2.
Pemeriksaan analisis gas darah,
elektrolit, ureum, kreatin dan berat jenis.
3.
Pemeriksaan urin lengkap.
4.
Pemeriksaan feces lengkap dan
biakan feces dari colok dubur.
5.
Pemeriksaan biakan empedu bila
demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik.
6.
Pemeriksaan sedian darah
malaria serta serologi helicobacter jeyuni
sangat dianjurkan.
VI.
PENATALAKSANAN
Pada orang dewasa,
penatalaksanaan diare akut akibat infeksi terdiri:
1.
Rehidrasi sebagai prioritas
utama pengobatan.
4 hal penting yang perlu
diperhatikan
a.
Jenis cairan.
Pada diare akut yang ringan
dapat diberikan oralit. Diberikan cairan ringes
laktat bila tidak tersedia dapat diberikan cairan NaCl isotonik ditambah satu
ampul Na bicarbonat 7,5 % 50 m.
b.
Jumlah cairan.
Jumlah cairan yang diberikan
sesuai dengan jumlah cairan yang dikeluarkan. Kehilangan cairan tubuh dapat
dihitung dengan beberapa cara.
· Metode Pierce
|
:
|
Berdasarkan keadaan klinis
(derajat dehidrasi)
|
· Metode Daldiyono
|
:
|
Berdasarkan keadaan klinis
yang diberi penilaian atau skor.
|
Kebutuhan cairan
|
:
|
x 10 % x kg BB x 1 liter.
|
c.
Jalan masuk atau cara pemberian
cairan.
Rute pemberian cairan pada
orang dewasa dapat dipilih oral / IV.
d.
Jadwal pemberian cairan.
Dehidrasi dengan perhitungan
kebutuhan cairan berdasarkan metode Daldiyono diberikan pada 2 jam pertama.
Selanjutnya kebutuhan cairan Rehidrasi diharapkan terpenuhi lengkap pada akhir
jam ke tiga.
2.
Identifikasi penyebab diare
akut karna infeksi.
Secara klinis, tentukan
jenis diare koleriform atau disentriform. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
penunjang yang terarah.
3.
Terapi simtomatik.
Obat anti diare bersifat
simtomatik dan diberikan sangat hati-hati atas pertimbangan yang rasional.
Antimotalitas dan sekresi usus seperti Loperamid, sebaiknya jangan dipakai pada
infeksi salmonela, shigela dan koletis pseudomembran, karena akan memperburuk
diare yang diakibatkan bakteri entroinvasif
akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri dengan epithel usus. Bila
pasien amat kesakitan, maka dapat diberikan obat anti motalitas dan sekresi
usus diatas dalam jangka pendek selama 1 – 2 hari saja dengan 3 – 4 tablet /
hari, serta memperhatikan ada tidaknya glukoma dan hipotropi prostat. Pemberian
antiemetik pada anak dan remaja, seperti metoklopopomid dapat menimbulkan
kejang akibat rangsangan ekstrapiramidal.
4.
Terapi Definitif
Pemberian edurasi yang jelas
sangat penting sebagai langkah pencegahan. Higiene perorangan, sanitasi
lingkungan dan imunisasi melalui vaksinasi sangat berarti, selain terapi
farmakologi.
VII.
KOMPLIKASI
Komplikasi diare mencakup
potensial terhadap disritmia jantung akibat hilangnya cairan dan elektrolit
secara bermakna (khususnya kehilangan kalium). Haluaran urin kurang dari 30 ml
/ jam selam 2 –3 hari berturut-turut. Kelemahan otot dan parastesia. Hipotensi
dan anoreksia serta mengantuk karena kadar kalium darah di bawah 3,0 mEq /
liter (SI : 3 mmol / L) harus dilaporkan, penurunan kadar kalium menyebabkan
disritmia jantung (talukardio atrium dan ventrikel, febrilasi ventrikel dan
kontraksi ventrikel prematur) yang dapat menimbulkan kematian.
B.
KONSEP KEPERAWATAN
Dalam melakukan upaya keperawatan
yang terpenting perawat memerlukan metode ilmiah, yaitu melalui pendekatan
proses keperawatan dalam upaya membantu pemecahan masalah klien. Proses
perawatan adalah suatu sistem dalam merencanakan pelayanan Asuhan Keperawatan
dan mempunyai 4 tahapan yaitu :
1.
PENGKAJIAN
a.
Pengumpulan data
1.
Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis
kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor register, diagnosa medis, dan
tanggal MRS.
2.
Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang
mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3.
Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita,
yaitu peningkatan frekuensi BAB dari biasanya dengan konsistensi cair, naurea,
muntah, nyeri perut sampai kejang perut , demam, lidah kering, turgor kulit
menurun serta suara menjadi serah, bisa disebabkan oleh terapi obat terakhir,
masukan diit, atau adanya masalah psikologis (rasa takut dan cemas).
4.
Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan
dengan : perjalanan kearea geogratis lain.
5.
Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau
menular yang pernah di derita anggota keluarga.
6.
Pola-pola fungsi kesehatan
-
Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang
(oliguri), berat (anuria).
-
Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih
banyak atau sering dari kebiasaan sebelumnya.
-
Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus
dan peristaltik usus yang menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat adanya gangguan mobilitas
usus. Sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa
mual atau tidak enak dan malas makan, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya
karena asupan yang kurang.
-
Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat
gejala yang ditimbulkan seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga
Kx sering terjaga.
7.
Pemeriksaan fisik.
1).
Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign,
BB dan TB.
2).
Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan,
kuku bisa sampai pucat.
3).
Kepala dan leher
4).
Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
5).
Telinga, hidung, tenggorokan
dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
6).
Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri,
dan bila di Auskulkasi akan ada bising usus dan peristaltik usus sehingga
meningkat.
7).
Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasanb
kusmaul).
8).
Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat
denyut nadi cepat (lebih dari 120x/menit).
9).
Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium
menyebabkan perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria.
10).
Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik
ususnya terjadi mual dan muntah atau tidak, perut kembung atau tidak.
11).
Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
12).
Sistem endokrin
13).
Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis /
koma.
b.
Analisa Data
1). - Data mayor
|
:
|
Penderita diare dengan frekuensi lebih dari biasa dan timbul rasa
haus.
|
- Data minor
|
:
|
Penderita biasanya muntah sebelum dan sesudah diare, mukosa mulut
kering, turgor kulit menurun.
|
-
Kemungkinan Penyebab : out put
yang berlebihan.
-
Masalah : kekurangan volume
cairan.
2). - Data mayor
|
:
|
Penderita biasanya mengalami kram abdomen dan penurunan nafsu
makan dan mual.
|
- Data minor
|
:
|
Penderita didapati mata cowong, mukosa kulit kering, akral dingin,
lemah, BB menurun, tulang pipi menonjol.
|
-
Kemungkinan Penyebab : input
yang inadeguat
-
Masalah : nutrisi.
3). - Data mayor
|
:
|
Penderita pada umumnya istirahatnya terganggu.
|
- Data minor
|
:
|
Pada penderita didapati pucat, gelisah, lemah.
|
-
Kemungkinan Penyebab :
eleminasi yang sering dan tidak terkontrol.
-
Masalah : istirahat - tidur.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dari hasil analisa data diatas
dirumuskan suatu diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah yaitu :
1.
Gangguan volume cairan kurang
dari kebutuhan tubuh sedang out put yang berlebihan berhubungan dengan
frekuensi diare yang meningkat dari biasanya, rasa haus, muntah, mukosa bibir
kering, turgor kulit menurun.
2.
Gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh sedang input yang inadeguat berhubungan dengan
penderita mengalami kram abdomen penurunan nafsu makan, mual, mata cowong,
mukosa bibir kering, tulang pipi menonjol
3.
Gangguan istirahat – tidur
kosong dari kebutuhan tubuh sampai dengan eliminasi yang sering dan tidak
terkontrol berhubungan dengan sering terjaga, pucat, gelisah dan lemah.
3.
PERENCANAAN
Pada perencanaan ini disusun
berdasarkan tujuan prioritas masalah sebagai berikut : adanya ancaman kehidupan
dan kesehatan dan sumber daya yang tersedia, perasaan penderita, prinsip
alamiah dan praktek.
1.
Diagnosa : gangguan volume
cairan kurang dari kebutuhan tubuh sedang output yang berlebihan berhubungan
dengan diare dengan frekuensi yang meningkat lebih dari biasanya, timbul rasa
haus, muntah, mukosa bibir kering, turgor kulit menurun.
o
Tujuan
Volume cairan terpenuhiu dalam waktu 6 – 8 jam.
o
Kriteria Hasil
-
Penderita tidak diare lagi,
tidak haus.
-
Tidak muntah.
-
Mukosa bibir lembab.
-
Turgor kulit normal.
o
Rencana Tindakan
1.
Lakukan pendekatan pada
penderita dan keluarganya.
2.
Catat frekuensi, jumlah dan
konsistensi feces yang keluar.
3.
Anjurkan penderita untuk minum
banyak (sedikit-sedikit sering).
4.
Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian infus dan obat anti diare.
5.
Monitoring tanda-tanda
dehidrasi.
6.
Observasi TTV tiap 8 jam.
7.
Anjurkan penderita untuk tidak
makan makanan yang merangsang timbulnya diare.
o
Rasionalisasi
1.
Dengan komunikasi terapeutik
penderita diharapkan lebih kooperatif.
2.
Memudahkan membuat asuhan
keperawatan secara tepat untuk intervensi selanjutya.
3.
Untuk mengganti cairan yang
hilang.
4.
Terapi yang cepat dan membuat
mempercepat kesembuhan dan mencegah komplikasi secara dini.
5.
Mendeteksi secara dini
tanda-tanda dehidrasi.
6.
Untuk memantau perkembangan
kesehatan penderita.
7.
Untuk mencegah diare lebih
parah lagi.
DAFTAR PUSTAKA
·
Keperawatan Medical Bedah, Buku
saku. Brunner Suddarth, EGC Jakarta, 2000.
·
Keperawatan Medikal Bedah, Buku
ajar, Brunner Suddarth, EGC Jakarta, 2000.
·
Kapita Selekta kedokteran,
Jilid I edisi 3, Arief Mansyoer, Media Aesculapiur, Jakarta, 1999.
·
Rencana Asuhan Keperawatan,
Marilynn E. Dongoes edisi 3 EGC, Jakarta, 2000.
LAPORAN
PENDAHULUAN PADA PENDERITA DENGAN DIAGNOSA MEDIS GASTRO ENTERITIS AKUT (GEA)
DIRUANG INTERNE KELAS
RUMAH SAKIT AL – IRSYAD SURABAYA
Oleh :
Titik Nur Hidayati
NIM : 200154
AKADEMI
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2004
ConversionConversion EmoticonEmoticon