Salam Sehat dan Harmonis

-----

FRAKTUR


TNJAUAN PUSTAKA

A.    DASAR KONSEP
I.       Batsan
Fraktur adalah terputus atau hilangnya kontinuitas dari struktur tulang, “epihyseal plate” serta “cartilage” (tulang rawan sendi). Disebut patah tulang tertutup bila truktur jaringan kulit diatas / disekitar patah tulang masih utuh / intak (Roeshadi Djoko, 1994. Pedoman Diagnosis dan Terapi, LAB/UPF Ilmu bedah, RSUD Dr. Soetomo).
II.    Etiologi
-         Trauma   :  1.   Langsung  : menyebabkan fraktur pada titik terjadinya trauma itu
2.   Tidak langsung : menyebabkan fraktur ditempat yang jauh dari tempat terjadinya trauma.
-          Pathologi yaitu sering terjadi karena metaste dari carsinoma
-          Degenologis yaitu terjadi karena kemunduran jaringan itu sendiri.
III. Patofisiologi
Patah atau hilangnya kontinuitas struktur tulang dipengaruhi oleh 2 faktor:
a.       Faktor ekstrinsik
-          Adalah gaya dari luar yang bereaksi pada tulang
-          Tergantung dari besarnya, waktu / lamanya dan arah gaya tersebut dapat menyebabkan patah tulang.
-          Beberapa macam gaya
·         Gaya “tension”
·         Gaya kompresi
·         Gaya “shear”
b.      Faktor intrinsik
Beberap sifat-sifat yang penting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya fraktur :
-          Kapasitas absorbsi dari energi
-          Daya elastisas
-          Daya terhadap kelelahan
-          Densitas / kepadatan
Fraktur daoat digolongkan berdasarkan
1)      Trauma langsung
a)      Trauma langsung pada tulang yang bersangkutan
b)      Trauma tumpul (crush) yang mengakibatkan selain fraktur juga disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang luas.
c)      Trauma penetrasi (akibat luka tembak)
2)      Trauma tidak langsung
a)      Fraktur akibat gaya traksi atau tension
b)      Fraktur akibat gaya angulasi
c)      Fraktur akibat gaya rotasi
d)     Fraktur akibat gaya kompresi atau kombinasi diatas.
IV. Gejala klinis
Tanda-tanda tidak pasti
-          Rasa nyeri dan tegang : nyeri umumnya menghebat bila dilakukan gerakan.
-          Hilangnya fungsi : diaakibatkan oleh rasa nyeru atau tidak mampu untuk melakukan gerakan.
-          Deformitas : disebabkan oleh pembengkakan atau akibat perdarahan dan posisi fragmen tulang berubah.
Tanda-tanda pasti :
-          Gerakan abnormal (“Flase movement”)
Gerakan abnormal misalnya terjadi pada patah tulang panjang bagian tengah. Pada keadaan normal gerakan tersebut tidak terjadi.
-          Krepitasi
Krepitasi adalah gesekan dari kedua ujung fragmen tulang yang patah.
-          Deformitas akibat fraktur, umumnya deformitas berupa angulasi, rotasi dan pemendekan.
V.    Anatomi
Cruris terdiri dari 2 tulang yaitu tibia dan fibula
·         Tibia / tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah dan terletak medial dari fibula / tulang betis, tibia adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
-         Ujung atas       :   memperlihatkan adanya kondilmidial dan kondil lateral.
-         Batang            :   *    Anterior Þ   Paling menjulang dan sepertiga sebelah tengah terletak subkutan bagian ini membentuk krista tibia
*    Medial Þ      Adalah subkutaneus pada hampir seluruh panjangnya.
*    Posterior Þ   Dirantai oleh garis seleal / linea poplika
-         Ujung bawah  : Masuk dalam formasi pernsendian mata kaki, tulangnya sedikit melebar dan kebawah sebelah medial menjulang menjadi maleolus medial atau maleolustiniae.
·         Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah, tungkai itu adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung.
-         Ujung atas       :   Berbentuk kepala dan bersendi dengan bagian belakang luar dari tibiam tetapi tidak masuk dalam formasi sendi lutut.
-         Batang            :   Ramping dan terbenam dalam otot tungkai dan memberi banyak taikan.
-         Ujung bawah  : Disebelah bawah lebih memanjang menjadi maleolus lateralis/maleolus fibulae.
-         Tulang torsial (tulang pangkal kaki) ada tujuh buah tulang yang secara kolektif dinamakan tonus.
VI. Pemeriksaan dan diagnosis
-         Inspeksi (look)      :  -     Pembengkakan
-     Deformitos
-         Palpasi (feel)         :  -     Tegangan lokal, nyeri tekan krepitasi
-     Periksa pulsasi arteri distal dari fraktur
-         Gerakan (move)    :  -     Gerakan abnormal (false mpvement)
-     “Functio Caesa”
-         Radiologi              :  -     2 arah (antero-poterior dan lateral)
-          2 waktu yang berbeda (saat setelah trauma dan 10 hari setelah trauma).
-          2 sendi : sendi proksimal dan distal dari fraktur harus terlihat pada film.
-          2 ekstemitas : sebagai pembanding, bila garis fraktur meragukan, terutama pada anak-anak.
VII.          Klasifikasi fraktur
a.       Menurut lokasi
1/3 proksimal, 1/3 tengah, 1/3 distal.
b.      Menurut derajat kerusakan tulang.
-          Komplit ® Garis patah tulang meliputi seluruh tebal tulang.
-          Inkomplit ® garis patah tulang meliputi sebagian tebal tulang.
c.       Menurut garis fraktur
-          Tranversal
-          Oblique
-          spiral
d.      Menurut Jumlah fragmen yang patah
-          Simple yaitu hanya terdapat satu garis yang patah.
-          Multiple yaitu terdapat lebih dari satu garis fraktur
e.       Menurut hubungan dengan dunia luar
a)      Fraktur terbuka ® terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena perlukaan kulit
b)      Fraktur tertutup ® tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar.
VIII.       Penatalaksanaan
a.       Pertolongan darurat (emergency)
Pemasangan bidal (splint)
1)      Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut
2)      Mengurangi rasa nyeri
3)      Menekan kemungkinan terjadinya emboli lemak dan syok
4)      Memudahkan transportasi dan pengambilan foto
b.      Pengobatan definitif
-          Reposisi secara tertutup
1)      Manipulasi secara tertutup untuk mereposisi terbatas hanya pada patah tulang yang tertentu.
2)      Traksi dengan melakukan tarikan pada ekstremitas bagian distal.
-          Imobilisasi
1)      Gips (plaster of paris casts)
2)      Traksi secara kontinue
§  Traksi kulit
§  Traksi tulang
-          Reposisi secara terbuka
Melakukan reposisi dengan cara operasi kemudian melakukan imobilisasi dengan menggunakan fiksasi interna yang dapat berupa plat, pen dan kawat.
c.       Rehabilitasi :
Tujuan utama
1)      Mempertahankan ruang gerak sendi
2)      Mempertahankan kekuatan otot
3)      Mempercepat proses penyembuhan faktur
4)      Mempercepat pengembalian fungsi penderita
Latihan terdiri dari :
-          Mempertahankan ruang gerak sendi
-          Latihan otot
-          Latihan berjalan
IX. Komplikasi
Komplikasi dini
a.       Lokal                    :   1.   Kulit       :  -     Nekrosis
                            -     Trombosis vena
2.   Sendi      :  -     Infeksi akibat fraktur terbuka
3.   Tulang    :  -     Osteomielitis
                        -     nekrosis ovaskuler
b.      Komplikasi jauh   :   -     Emboli lemak
                                       -     Emboli paru
                                       -     Tetanus
Komplikasi lanjut :
a.   Lokal                    :   1.   Sendi      :  -     Kaku sendi
                            -     Degenerasi sendi
2.   Tulang    :  -     Gangguan penyembuhan
-     Malanon, delayed union, nonunion”.
-     Gangguan pertumbuhan
3.   Otot       :  -     Postraumatic myositis ossificans
b.   Komplikasi jauh   :   -     Renal calculi

B.     KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
I.       Pengkajian
a.       Pengumpulan data
1)      Identitas
Perlu dikaji nama, jenis kelamin, alamat, status pekerjaan, pendidikan, tanggal MRS.
2)      Keluhan utama
Pada klien dengan fraktur cruris yang paling menonjol adalah nyeri pada daerah fraktur tersebut.
3)      Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanya antara lain apakah klien pernah mengalami fraktur sebelumnya atau pernah punya penyakit yang menular / menurun sebelumnya.
4)      Riwayat penyakit sekarang
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab fraktur, apakah karena trauma baik langsung atau tak langsung, apakah trauma karena penyakit / trauma karena proses degeneratif.
5)      Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanya apakah ada keluarga yang perna menderita penyakit CA, DM, Osteomilitis tersebut.
6)      Pola-pola fungsi kesehatan
a)      Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Perlu ditanyakan tentang kebiasaan olah raga, merokok, pengguna alkohol / pengguna tembakau.
b)      Pola nutrisi dan metabolisme
Perlu ditanya apakah klien cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung calsium
c)      Pola eliminasi
Perlu ditanyakan, kebiasaan defikasi dan miksi verapa kali perhari, biasanya klien dengan fraktur clavusula dapat BAB dan BAK secara normal.
d)     Pola istirahat tidur
Pada klien dengan fraktur cruris akan terjadi gangguan pola tidur dan istirahat yang disebabkan oleh rasa nyeri.
e)      Pola aktivitas dan latihan
Terjadi keterbatasan aktivitas yang disebabkan adanya fraktur yang harus di imobilisasikan sehingga klien harus bedrest.
f)       Pola persepsi dan kognitif.
Perlu ditanya persepsi klien mengenai penyakit yang dialaminya.
g)      Pola sensori dan kognitif
Perlu ditanya seberapa berat klien merasakan nyeri
h)      Pola reproduksi seksual
Perlu ditanya mitos-mitos tabu dalam seksual dalam kaitannya dengan penyakit yang dialaminya.
i)        Pola hubungan peran
Perlu ditanya bagaimana hubungan klien dengan orang lain, interaksi klien dengan orang lain.

j)        Pola penanggulangan stress
Perlu ditanya apa yang membuat klien stress dan bagaimana cara mengatasinya.
k)      Pola tata nilai dan kepercayaan
Perlu ditanya apakah klien masih menjalankan ibadah seperti biasanya.
7)      Pemeriksaan fisik
a)      Inspeksi : warna kulit didaerah fraktur tampak merah, klien tampak melindungi daerah yang sakit / fraktur.
b)      Palpasi : denyut nadi dibagian distal yang mengalami fraktur akan didapat denyut yang kecil dan lemah.
c)      Auskultasi : terdapat krepitasi
8)      Pemeriksaan tambahan
-         X ray      :  terdapat fraktur tulang
-         CT Scan    :            terdapat fraktur
-         Lab         :  Hb, Hematokrit, mungkin meningkat (hemakonren trasil) / menurun (perdarahan)
b.      Analisa data
1)     Ds             :   Keluhan rasa nyeri        
Do             :   Skala nyeri sedang – berat, wajah menyeringai
Masalah     :   Nyeri
Kemungkinan penyebab   :  Trauma / patah tulang
2)     Ds             :   Keluhan nyeri bila bergerak
Do             :   Semua kebutuhan dibantu, klien bedrest, perilaku berhati-hati.
Masalah     :   Keterbatasan aktivitas
Kemungkinan penyebab   :  Nyeri patah tulang / fraktur
3)     Ds             :   Keluhan panas dan sakit pada daerah yang patah
Do             :   Adanya luka fraktur
Masalah     :   Resiko infeksi
Kemungkinan penyebab   :  Adanya luka pada daerah yang cedera.

4)     Ds             :   Keluhan pertanyaan apakah tulangnya bisa menyambung lagi seperti dulu.
Do             :   Ekspresi wajah tegang, sulit istirahat dengan tenang.
Masalah     :   Cemas
Kemungkinan penyebab   :  Kurangnya pengetahuan / informasi tentang penyakitnya.

II.    Diagnosa keperawatan
1.      Nyeri berhubungan dengan trauma atau patah tulang
2.      Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan rasa nyeri patah tulang / fraktur.
3.      Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka pada daerah yang cedera.
4.      Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan / informasi tentang penyakitnya.

III. Perencanaan
1.      Diagnosa I
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan trauma atau patah tulang.
Tujuan    :  Nyeri berkurang dalam waktu 1 x 24 jam
KH         :  -    Nyeri berkurang sampai hilang
                  -    Klien mengatakan nyeri berkurang
                  -    Klien tampak rileks
                  -    Klien menerima dan mau dilakukan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri.
                  -    Klien mampu melakukan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri
Rencana tindakan
1)      Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang sebab dan timbulnya nyeri.
2)      Kaji status nyeri klien dan karakteristiknya.
3)      Lakukan imobilisasi pada daerah yang fraktur
4)      Berikan alternatif tindakan kenyamanan contoh perubahan posisi.
5)      Observasi TTV
6)      Kolaborasi dengan tim medis (dokter) untuk pemberian analgetik.
Rasional
1)      Dengan pemberian penjelasan klien dan keluarga mengerti dan tahu tentang penyakitnya.
2)      Mengetahi keefektifan, intensitas dan perkembangan nyeri.
3)      Untuk mengurangi mobilisasi bagian yang fraktur.
4)      Meningkatkan sirkulasi umum, menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot.
5)      Untuk mengetahi perkembangan klien.
6)      Untuk menurunkan nyeri dan mempercepat proses penyembuhan.
2.      Diagnosa II
Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan rasa nyeri patah tulang / fraktur.
Tujuan    :  Klien mampu melakukann aktivitas sesuai dengan kemampannya
KH         :  -    Klien mengerti pentingnya melakukan aktivitas
                  -    Kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi dengan bantuan seminimal mungkin
                  -    Klien dapat memenuhi kebutuhan secara mandiri sebatas kemampuannya.
Rencana tindakan
1)      Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang sebab dan timbulnya keterbatasan aktivitas.
2)      Dorong partisipasi klien untuk melakukan aktivitas.
3)      Instruksikan pada klien melakukan rentang gerak pasif atau aktif.
4)      Observasi TTV
5)      Awasi tensi darah dengan melakukan aktivitas.
6)      Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.
Rasional
1)      Dengan pemberian penjelasan klien dan keluarga mengerti dan tahu tentang penyakitnya.
2)      Memberikan kesempatan untuk mengeluarkan energi, meningkatkan rasa kontrol harga diri.
3)      Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang.
4)      Untuk mengetahui perkembangan klien.
5)      Hipotensi dapat menyertai pada tirah baring lama.
6)      Untuk mempercepat proses penyembuhan.

IV. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah merupakan perwujudan dari rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya pada tahap perencanaan untuk mengatasi masalah klien secara optimal (Effensi, 1995).

V.    Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam evaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
-          Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
-          Tujuan tercapai sebagian : Pasien menunjukkan perubahan sebagian sesuai dengan standart yang telah ditetapkan.
-          Tujuan tidak tercapai : pasien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama sekali (Effendi, 1995).


DAFTAR PUSTAKA


Roeshadi Djoko, 1994., Pedoman Diagnosis dan Terapi, LAB/UPF Ilmu Bedah, RSUD Dr. Soetomo.

C. Pearce, Everlyn, 1997., Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Doenges, Marlynn E, 1999., Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, Alih Bahasa EGC, Jakarta.

Previous
Next Post »

Translate