Laporan KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
FIBROADENOMA MAMMAE
di RUANG BEDAH A RSUD DR. SOETOMO
SURABAYA
Periode Tanggal 17 juni 2002 S/D 21 juni 2002
DI SUSUN
OLEH :
SUBHAN
NIM 010030170 B
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
PROGRAM STUDI S.1 ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2002
LAPORAN PENDAHULUAN
FIBROADENOMA MAMMAE
PENGERTIAN
1.
Fibroadenoma adalah suatu tumor
jinak yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan
ikat.
2.
Fibroadenoma mammae adalah
tumor jinak pada payudara yang bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter,
berbentuk benjolan yang dapat digerakkan.
PENYEBAB GANGGUAN
1.
Peningkatan aktivitas Estrogen
yang absolut atau relatif.
2.
Genetik : payudara
3.
Faktor-faktor predisposisi :
a.
Usia : < 30 tahun
b.
Jenis kelamin
c.
Geografi
d.
Pekerjaan
e.
Hereditas
f.
Diet
g.
Stress
h.
Lesi prekanker
TANDA & GEJALA
1.
Secara makroskopik : tumor
bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak jaringan ikat
berwarna putih, kenyal
2.
Ada bagian yang menonjol ke
permukaan
3.
Ada penekanan pada jaringan
sekitar
4.
Ada batas yang tegas
5.
Bila diameter mencapai 10 – 15
cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma )
6.
Memiliki kapsul dan soliter
7.
Benjolan dapat digerakkan
8.
Pertumbuhannya lambat
9.
Mudah diangkat dengan lokal
surgery
10.
Bila segera ditangani tidak
menyebabkan kematian
PATOFISIOLOGI
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara
yang sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oelh beberapa
kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan
terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary
displasia.
Fibroadenoma biasanya ditemukan pada
kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari
jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan
proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang
dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma
berdasarkan histologik yaitu :
1.
Fibroadenoma Pericanaliculare
Yakni kelenjar
berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
2.
Fibroadenoma intracanaliculare
Yakni jaringan
ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk
panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang.
Pada saat menjelang haid dan
kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
1.
Biopsi
2.
Pembedahan
3.
Hormonal
4.
PET ( Positron Emision
Tomografi )
5.
Mammografi
6.
Angiografi
7.
MRI
8.
CT – Scan
9.
Foto Rontqen ( x – ray )
10.
Blood Study
PENCEGAHAN DAN DETEKSI DINI
1.
Faktor-faktor resiko
2.
Pemerikasaan payudara sendiri
3.
Pemeriksaan klinik
4.
Mammografi
5.
Melaporkan tanda dan gejala
pada sumber/ahli untuk mendapat perawatan.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN FIBROADENOMA
MAMMAE
Nama/Initial
Klien : Ny. Martiani.
Ruang :
Bedah A
Dx. Medis :
Fibroadenoma Mammae Sinistra.
NO.
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
IMPLEMENTASI
|
EVALUASI
|
1.
|
Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan syaraf, suplay
vaskularisasi atau efek samping therapy/tindakan, ditandai dengan :
DS :
-
Klien mengeluhkan rasa nyeri
-
Meringis karena nyeri (facial
mask of pain)
-
Lemah dan istirahat kurang
DO :
-
Gangguan tonus otot
-
Gangguan prilaku
-
Respon autonomic
|
Nyeri berkurang/dapat teratasi dengan kriteria :
-
Melaporkan rasa nyeri yang
sudah teratasi (rasa nyeri berkurang)
-
Dapat mongontrol ADLs
seminimal mungkin.
-
Dapat mendemontrasikan keterampilan relaksasi dan aktivitas
diversional sesuai situasi individu.
|
Independent :
1.
Kaji riwayat nyeri seperti
lokasi; frekwensi ; durasi dan intensitas (skala 1 – 10) dan upaya untuk
mengurangi nyeri.
2.
Beri kenyamanan dengan
mengatur posisi klien dan aktivitas diversional.
3.
Dorong penggunaan stress
management seperti tehnik relaksasi, visualisasi, komunikasi therapeutik melalui
sentuhan.
4.
Evaluasi/Kontrol berkurangnya
rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi sesuai kebutuhannya
Kolaborasi :
5.
Kembangkan rencana management
penanganan sakit dengan klien dan dokter
6.
Beri analgetik sesuai
indikasi dan dosis yang tepat.
|
1.
Informasi merupakan data
dasar untuk evaluasi atau efektifitas intervensi yang dilakukan. Pengalaman
nyeri setiap individu bervariasi karena mengganggu fisik dan psikologi.
2.
Menolong dan meningkatkan
relaksasi dan refokus
3.
Melibatkan dan memberikan
partisipasi aktif untuk meningkatkan kontrol
4.
Tujuan umum/maksimal
mengomtrol tingkat nyeri dan minimum ada keterlibatan dalam ADLs.
5.
Rencana terorganisasi dan
meningkatkan kesempatan dalam mengontrol rasa sakit. Klien harus
berpartisipasi aktif dalam perawatan di rumah.
6.
Nyeri merupakan
dampak/komplikasi suatu tindakan atau keadaan penyakit serta perbedaan respon
individu.
|
20 Juni 2002
1.
Mengkaji riwayat nyeri.
Menjelaskan pada pasien dampak nyeri dan pengaruh yang ditimbulkan akibat
nyeri
Skala nyeri : 6 – 8
Ajarkan klien tehnik relaksasi.
2.
Melakukan alih posisi dan
menghindarkan penekanan pada daerah post op
Anjurkan klien tentang aktivitas diversional
3.
Mengadakan tehnik komunikasi
terapeutik dan melibatkan klien dalam pengelolaan pengaturan pengurangan rasa
nyeri.
Memberi arahan
pada klien tentang pengurangan rasa nyeri.
4.
Support klien dalam
pengurangan nyeri dengan cara : meditasi, latihan peningkatan relaksasi,
petunjuk imagery, pengaturan latihan pernafasan.
Observasi vital signs T=110/70,
N=76 x/menit, S=370C
5.
Mendiskusikan hal-hal yang
dapat dilakukan klien dalam penanganan nyeri khususnya bila klien sudah
kembali ke rumah.
6.
Pemberian obat analgetik
tidak dilakukan karena tidak ada order dan indikasi yang menunjang.
|
20 Juni 2002
S = Klien masih mengeluh adanya nyeri pada lokal incisi
Wajah klien menunjukkan rasa nyeri bila dareah lengan kiri dekat
lokasi incisi digerakkan
Klien masih lemah
O = Respon Autonom +, perubahan prilaku - , Tonus otot tidak lemah
Klien melaporkan akan melakukan petunjuk yang disarankan perawat
dalam penanganan nyeri
Klien mampu mengontrol dan membatasi ADLs.
A = Pengkajian tentang nyeri sangat vital baik subyektif
&obyektif karena dipengaruhi pula oleh pengalaman individu dan sosial
budaya individu.
Nyeri merupakan sumber yang mengakibatkan ketidakpuasan dan
gangguan kebutuhan dasar manusia karena
rasa nyaman terganggu
P = Lanjutkan implementasi sesuai rencana dan promote klien untuk
berpartisipasi dalam penanganan nyeri.
|
2.
|
Gangguan ganbaran diri (body image) berhubungan dengan tindakan
pembedahan ditandai dengan :
DS :
-
Verbalisasi perubahan pola
hidup.
-
Reaksi ketakutan dan menolak
perubahan pada bagian tubuh.
-
Tidak dapat menerima
perubahan struktur dan fungsi tubuh.
-
Perasaan/pandangan negatif
terhadap tubuh
-
Mengungkapkan keputus asaan.
-
Mengungkapkan ketakutan
ditolak
-
Mengungkapkan kelemahan
DO :
-
Menolak untuk melihat dan
menyentuh bagian tubuh yang berubah
-
Mengurangi kontak sosial
-
Pre okupasi dengan bagian
tubuh/fungsi tubuh yang hilang
-
Menolak penjelasan perubahan tubuh
-
Tidak mau turut bertanggung
jawab dalam perawatan diri
|
Gambaran diri berkembang secara positif dengan kriteria :
-
Mengerti tentang perubahan
pada tubuh.
-
Menerima situasi yang terjadi
pada dirinya.
-
Mulai mengembangkan mekanisme
koping pemecahan masalah.
-
Menunjukkan penyesuaian
terhadap perubahan.
-
Dapat menerima realita.
-
Hubungan interpersonal
adekuat.
|
Independent :
1.
Diskusi dengan klien tentang
diagnosa dan tindakan guna membantu klien agar dapat aktif kembali sesuai
ADLs.
2.
Review/antisipasi efek
samping kaitan dengan tindakan yang dilakukan termasuk efek yang mengganggu
aktivitas seksual.
3.
Dorong untuk melakukan
diskusi dan menerima pemecahan masalah dari efek yang terjadi.
4.
Beri informasi/ konseling
sesering mungkin.
5.
Beri dorongan/ support
psikologis.
6.
Gunakan sentuhan perasaan
selama melakukan interaksi (pertahankan kontak mata).
Kolaborasi :
7.
Refer klien pada kelompok
program tertentu.
8.
Refer pada sumber/ahli lain
sesuai indikasi.
|
1.
Menerima dam mengerti tentang
hal-hal yang dilakukan merupakan awal proses penyelesaian masalah.
2.
Antisipasi dini dapat
menolong klien untuk mengawali proses adaptasi dalam mempersiapkan hal-hal
yang dapat terjadi.
3.
Dimungkinkan dapat menolong
menurunkan masalah dengan keterlibatan sehingga dapat menerima tindakan yang
dilakukan.
4.
Validasi tentang kenyataan
perasaan klien dan berikan tehnik koping sesuai kebutuhan.
5.
Klien dengan gangguan
neoplasma kanker membutuhkan support tambahan selama periode tersebut.
6.
Penghargaan dan perhatian
merupakan hal penting yang diharapkan klien guna menurunkan perasaan klien
akan keraguan / ketidaknyamanan.
7.
Grup support biasanya sangat
bermanfaat bagi klien dengan meningkatkan kontak dengan klien lain dengan
masalah sama.
8.
Mungkin berguna untuk
mempertahankan struktur psikososial.
|
20 Juni 2002
1.
Melakukan diskusi dengan
klien tentang pengaruh dan kegunaan dari tindakan yang dilakukan serta dampak
+ tindakan tersebut untuk kehidupan klien.
2.
Kaji ulang tentang pengaruh
dari tindakan yang dilakukan.
3.
Dorong klien untuk
mengantisipasi & adaptasi dan mulai menerima perubahan pada dirinya
(struktur & fungsi tubuh)
|
20 Juni 2002
S = Klien mengemukakan rasa cemas/khawatir akibat tindakan pada
salah satu anggota tubuhnya.
Klien mengemukakan rasa lelah dan lemah saat operasi.
O = Klien menyadari adanya perubahan pada tubuhnya.
Klien mau menerima kondisi yang terjadi,
Hubungan interpersonal adekuat.
Tidak menolak untuk melihat dan meraba bagian yang dioperasi.
Kontak sosial adekuat.
Klien menerima dan menanggapi penjelasan tentang perubahan pada
tubuh.
Klien mau terlibat dalam self care.
A = Mengkaji
gangguan tentang body image penting untuk memulihkan / mengembalikan self
esteem dan trust pada dirinya.
P = Lanjutkan tindakan sesuai rencana.
|
3.
|
Resiko tinggi gangguan integritas jaringan/kulit berhubungan
dengan efek treatment.
|
Integritas jaringan/kulit adekuat dengan kriteria :
-
Indentifikasi intervensi pada
kondisi-kondisi khusus.
-
Partisipasi aktif dalam
tehnik guna pencegahan komplikasi /
meningkatkan penyembuhan.
|
Independent :
1.
Kaji kondisi kulit dari efek
samping : robekan, penyembuhan lambat.
2.
Dorong klien untuk tidak
menggaruk area yang terkena gangguan.
3.
Sarankan klien untuk
menghindari pemakaian cream kulit, salep dan powder jika bukan order/ijin
dari dokter atau perawatnya.
4.
Atur posisi sesuai kebutuhan.
Kolaborasi :
5.
Administrasi pemberian
antidote sesuai indikasi.
6.
Berikan therapi kompres
hangat dan dingin sesuai petunjuk.
|
1.
Efek-efek reaksi kulit dapat
berupa kemerahan, gatal, kering, kelembaban berkurang, hiperpigmentasi, koloid,
cikatriks.
2.
Mencegah trauma / gesekan
pada kulit.
3.
Iritasi / reaksi pada kulit
dapat meningkat.
4.
Meningkatkan sirkulasi dan
pencegahan tekanan pada jaringan / kulit.
5.
Mengurangi kerusakan jaringan
pada area / lokal.
6.
Intervensi yang berbeda ini
tergantung pada jenis-jenis agen yang digunakan.
|
20 Juni 2002
1.
Memeriksa dan mengkaji daerah
yang telah di incisi.
Luka operasi dalam kondisi
adekuat, tidak ada tanda-tanda inflamasi.
2.
Menganjurkan dan menjelaskan
pada klien dampak dari garukan pada lokal pos op.
3.
Menyarankan pada klien untuk
tidak memakai cream, lotion, powder pada area yang dioperasi dan tidak
memijat daerah tersebut.
4.
Melakukan alih posisi sesuai
kebutuhan klien dengan tanpa menekan pada daerah incisi.
Mengajarkan pada klien hal-hal
yang penting dari alih posisi dan tehniknya.
5.
Tidak dilakukan karena klien
tidak menunjukkan indikasi pada penggunaan obat tersebut.
6.
Menganjurkan klien untuk
memberikan kompres pada daerah yang jauh dari area incisi dan menghindari
area jadi basal.
|
20 Juni 2002
S = Klien mengemukakan tentang
pengaruh pada kulit setelah operasi dan dampak laktasi karena klien
G2P1 Minggu ke-19.
O : Tampak perubahan akibat incisi pada jaringan +kulit sekitar
area post op.
Integritas kulit masih baik.
Tidak menunjukkan efek samping dan reaksi yang khusus pada kulit.
Palpasi : daerah yang jauh darri area incisi teraba hangat normal,
tidak ada oedema.
A = Kondisi integritas jaringan / kulit akibat incisi penting
dipertahankan guna menurunkan komplikasi/mencegah side efek lanjutan.
P = Lanjutkan tindakan sesuai rencana.
|
4.
|
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang penyakit, prognosis
dan tindakan yang dibutuhkan berhubungan dengan informasi yang kurang,
interpretasi yang keliru, ditandai dengan :
DS :
-
Bertanya tentang masalah yang
dirasakannya.
-
Meminta informasi tentang
keadaan penyakitnya.
-
Mengatakan konsepsi yang
keliru tentang penyakitnya.
DO :
-
Tidak mengenal prognosa dan
tindakan yang dilakukan.
-
Tidak tahu dampak bila tidak
dilakukan tindakan pembedahan.
|
Klien mengenal dan mengetahui informasi penyakit, prognosa, dan
tindakan yang perlu dilakukan dengan kriteria :
-
Mengatakan keakuratan dari
informasi yang didapat tentang diagnosa, tindakan dan kesiapan /penerimaan
diri atas perawatan.
-
Dapat membenarkan prosedur
yang dibutuhkan.
-
Menjelaskan dan merespon
tindakan yang dilakukan.
-
Mengindentifikasi /
menggunakan sumber /ahli dengan tepat.
-
Berpartisipasi pada kegiatan
perawatan dan pengobatan.
|
Independent :
1.
Review tentang hal-hal yang
khusus mengenai diagnosa, alternatif tindakan dan harapan mendatang dengan
persepsi yang adekuat.
2.
Jelaskan, beri gambaran dan
kaji persepsi klien tentang neoplasma dan penanganannya. Kaitkan dengan
pengalaman dari klien yang sama.
3.
Jelaskan dan tanya klien
untuk komunikasi (umpan balik) dan mengkoreksi konsepsi yang keliru tentang penyakit yang
dideritanya.
4.
Review medikasi secara khusus
dan cara-cara penggunaan obat.
5.
Jelaskan cara perawatan kulit
khususnya area incisi post neoplasma.
6.
Dorong klien untuk
menggunakan sumber / ahli guna mengontrol status kesehatannya.
7.
Lakukan pre discharge
planning sesuai indikasi.
|
1.
Validasi tingkat pemahaman
dan identifikasi kebutuhan pembelajaran serta memberi pengetahuan dasar
sehingga klien dapat mengambil keputusan sendiri untuk kesehatannya.
2.
Menolong menyesuaikan diri
dengan pengetahuan / informasi sehingga dapat diserap dan menurunkan
kecemasan serta dapat mengasimilasi informasi.
3.
Miskonsepsi tentang neoplasma
akan mengganggu terhadap fakta-fakta dan proses penyembuhan.
4.
Meningkatkan kemampuan untuk
memanage perawatan diri dan menghindari potensial komplikasi, reaksi obat
dsb.
5.
Mencegah penambahan
komplikasi, iritasi kulit dan pencegahan reaksi selanjutnya.
6.
Meningkatkan kompetensi
perawatan diri dan optimalisasi tingkat ketergantungan menurun.
7.
Penambahan dan perubahan/
transisi di rumah dengan informasi yang akurat tentang hal-hal yang perlu
dilakukan setelah operasi.
|
20 Juni 2002
1.
Menjelaskan dan menyamakan
persepsi serat identifikasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan diagnosa,
prognosa dan tindakan.
Memvalidasi
persepsi klien tentang pengaruh dari penyakit dan dampaknya.
2.
Menjelaskan pada klien
tentang keuntungan dan dampak dari tindakan yang dilakukan.
Mengajarkan
tehnik relaksasi untuk menurunkan cemas.
3.
Melakukan feed back tentang hal-hal
yang sudah dijelaskan berkaitan dengan diagnosa, prognosa dan tindakan sesuai
kemampuan.
4.
Menjelaskan cara-cara
penggunaan obat dan efek obat serta tindakan lanjut bula muncul reaksi lain.
5.
Mengajarkan dan menerapkan
cara perawatan kulit dan menghindari komplikasi lebih lanjut.
6.
Menyarankan klien untuk
konsultasi dan kontrol kesehatannya pada sumber di yankes yang terjangkau.
7.
Membuat discharge planning.
Menjelaskan isi discharge
planning.
Evaluasi dan umpan balik dari
diagnosa perawatan yang diberikan berupa : ROM Lumpectomy, hal-hal yang harus
dihindari, breast care.
|
20 Juni 2002
S = Klien menunjukkan partisipasi dan banyak bertanya tentang
hal-hal yang berkaitan dengan status kesehatannya.
O = Klien banyak bertanya tentang perawatan di rumah.
Persepsi klien +
Feed back +
Respons klien + terhadap tindakan yang diberikan.
Klien berpartisipasi dalam kegiatan pelayanan keperawatan.
A = Pengetahuan yang penting tentang dampak dari neoplasma sangat
menolong dalan menurunkan cemas dan meningkatkan self confidence pada klien.
P = Lanjutkan implementasi sesuai rencana.
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan
& Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. (terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.
Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa
Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan). Penerbit buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah. Volume 2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta:
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C.
(1996). Perawatan
Medikal Bedah. Volume I.
(terjemahan). Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Mansjoer,
Arif., et all. (1999). Kapita Selekta
Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI : Media Aescullapius.
(1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Ilmu Bedah.
Fakultas Kedokteran Unair & RSUD dr Soetomo Surabaya
ConversionConversion EmoticonEmoticon