LAPORAN PENDAHULUAN
A.
Konsep Dasar.
1.
Definisi.
DHF {Dengue Haemoragic Fever}
adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama
demam,nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan
apabila timbul rejatan {Flek}angka kematian akan cukup tinggi. {Arif mansjoer,
1999}.
DHF adalah infeksi akut yang
disebabkan oleh arbovirus {Arthropart Born Virus} dan ditularkan melalui nyamuk
Aedes Albopiktus dan Aedes Aegepti.{Ngastiyah, Perawatan anak sakit : 341}.
2.
Etiologi.
Virus dengue dibawa oleh nyamuk aedes
aegepty {betina} dan dan aedes albopiktus sebagai vector ke tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk tersebut. Infeksi yang pertama kali dapat memberi gejala
sebagai dengue fever dengan gejala utama demam,nyeri otot/sendi.{Arif Mansjoer,
2000}.
3.
Patofisiologi.
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena
proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi
termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi
hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan
permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak
teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan
trombositopenia yang akan mengakibatkan perdarahan, danjika virus masuk ke usus
akan mengakibatkan gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.
4.
Tanda Dan Gejala.
a.
Demam tinggi selama 2-7 hari
b.
Pedarahan terutama perdarahan
bawah kulit: ptechie,ekhimosis, hematoma
c.
Epistaksis,hematemesis melena,
hematuri
d.
Mual, muntah, tidak ada nafsu
makan , diare, konstipasi
e.
Nyari otot, tulang, sendi,
abdomen dan ulu hati
f.
Sakit kepala, pembengkakan
sekitar mata,pembesaran hati- limpadan
kelenjar getah bening
g.
Tanda-tanda rejatan {sianosis,
kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,nadi cepat dan lemah.
5.
Klasifikasi DHF.
a.
Menurut WHO{1986} dibagi
menjadi empat :
1.
Derajad 1
Demam disertai
gejala klinis lain atau tanpa perdarahan spontan, uji tournikuet positif,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2.
Derajad 2
Sama dengan
derajad 1, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti hematomesis
melena, perdarahan gusi.
3.
Derajad 3
Ditandai dengan gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah
dan cepat {>120 kali/ mnt}, tekanan nadi sempit{<120 mmHg}, dan tekanan
darah menurun.
4.
Derajad 4
Nadi tidak
teraba, tekanan darah tidak teratur,{denyaut jantung >140 kali/ mnt},
anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.
b.
Derajad WHO{1997} :
1.
Derajad 1
Demam dengan test rumple leed positif.
2.
Derajad 2
Derajad 1disertai dengan perdarahan spontan di kulit atau perdarahan
lain.
3.
Derajad 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu: nadi cepat dan lemah, tekanan
nadi menurun/hipotensi disertai dengan kulit dingin, lembab dan pasien menjadi
gelasah.
4.
Derajad 4
Syok berat dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur.
6.
Pemeriksaan Penunjang.
a.
Pada kasus DHF yang dijadikan
pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan darah atau disebut lab serial yang
terdiri dari hemoklobin, pvc, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya
trobositopenia 10000 /ml atau kurang.Dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
diban dingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselan.
b.
Air seni mungkin ditemukan
albuminuria ringan
c.
Sumsum tulang pada awal sakit
biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari kelima dengan
gangguan maturasi dan pada hari kesepuluh sudah kembali normal untuk semua
system.
7.
Penatalaksanaan.
a.
Penatalaksanan DHF tanpa
penyakit yaitu :
1.
Tirah baring
2.
Makanan lunak dan bila belum
nafsu makan diberi minum 1,5- 2 liter dalam 24 jam {susu, air dengan gula atau
sirup } atau air tawarditambah garam
3.
Untuk hiperpireksia {40 derajad
celcius / > }dapat diberikan kompres , antibiotik golongan asetaminofen, dan
jangan diberikan asetoral karena bahaya perdarahan.
4.
Antibiotik diberikan bila
terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.
b.
Pada pasien dengan tanda renjatan
dilakukan :
1.
Pemasangan infus dan
dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi
2.
Observasi keadaan umum , nadi,
tekanan darah, suhu dan pernafasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 –6 pada hari pertama , selanjutnya tiap 24 jam.
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
Pengkajian merupakan pendekatan
yang sistematis untuk mengumpulkan data dan analisa data sehingga dapat
diketahui masalah yang dihadapi oleh pasien.
a.
Pengumpulan data.
1.
Identitas Pasien
Meliputi
:Nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, status perkawinan,
pekerjaan,pendidikan,tanggal MRS, no registrasi dan diagnosa medis.
2.
Keluhan Utama
Pada
umumnya pasien merasa demam, mual, muntah, anoreksia, perdarahan, nyeri kepala
sampai dapat terjadi syok berat.
3.
Riwayat Kesehatan
a.
Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai
terjadi demam, mual, muntah, perdarahan, anoreksia, nyeri, syok sampai pasien
MRS.
b.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien merasa
mual, muntah, demam, anoreksia, perdarahan, nyeri, syok apakah terdapat
hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya.
d.
Riwayat Penyakit Keluarga
Hal ini meliputi tentang bagaimana
kesehatan dalam keluarga, apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit
menular.
4.
Pola – pola Fungsi Kesehatan
a.
Pola Persepsi Dan Tatalaksana
Hidup Sehat
Tanggapan
pasien mengenai kesehatan dan kebiasaan yang kurang menjaga kebersihan meliputi
: menguras, mengubur, dan menutup sehingga perkembangan nyamuk pembawa virus
DHF berkurang
Bagaimana dan
berapa kali pasien mandi , menggosok gigi, dan bagaimana tindakan pasien
apabila sakit.
b.
Pola Nutrisi Dan Metabolisme
Pada umumnya
pasien DHF nafsu makannya menurun, ada mual dan muntah.
c.
Pola Eleminasi
Eleminasi alvi kadang mengalami
konstipasi sedangkan pada eliminasi urine tidak mengalami gangguan hanya warna
urine menjadi kecoklatan.
d.
Pola Istirahat Dan Tidur
Pola tidur dan
istirahat akan menurun karena terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat
karingat banyak sehimgga istirahat menurun jugadisertai dengan nyeri
epigastrium.
e.
Pola Aktivitas Dan Latihan
Pada pasien
DHF akan mengalami gangguan karena bedress, anoreksia, mual, muntah, demam dan
nyeri akan membuat penurunan aktivitas.
f.
Pola Persepsi Dan Konsep Diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya,
dampak psikologis, pasien terjadi perubahan konsep diri antara lain : body
image, ideal diri.
g.
Pola sensori dan kognitif
Meliputi : body image, self sistem, kekacauan identitas,
depersonalisasi dan bagaimana pengetahuan kx tentang penyakitnya.
h.
Pola reproduksi.
Merupakan anak keberapa dari beberapa bersaudara, jenis
kelamin.
i.
Pola hubungan peran.
Bagaimana peran kx dalam keluarga meliputi : hubunagn
klien dengan keluarga dan orang lain.
j.
Pola penanggulangan stres.
Biasanya kx sering melamun dan merasa cemas atas keadaan
penyakitnya.
k.
Pola tata nilai dan
kepercayaan.
Bagaimana kx akan terganggu dalam
hal ibadahnya karena harus berobat sehingga aktivitas kx dibantu oleh
keluargannya.
5.
Pemeriksaan Fisik
-
Keadaan umum
Didapatkan saat kx waktu pengkajian ku lemah, suhu tubuh
meningkat, muka kemerahan, mual dan muntah.
-
Pemeriksaan TTV
•
Peningkatan suhu tubuh
•
Penurunan denyut nadi
•
Tingkat kesadaran
•
Tekanan darah menurun
-
Pemeriksaan kepala dan leher
Mukosa bibir kering dan pecah, wajah pucat, mata cowong,
wajah menyeringai kesakitan.
-
Pemeriksaan integumen
Kulit terliaht kering, turgor kulit menurun, muka
kemerahan, petakic, sianosis, keringat dingin.
-
Pemeriksaan sistem respirasi
Pada kx DHF pernafasan rata dan ada peningkatan
inspirasi dan ekspirasi.
-
Pemeriksaan sistem
kardiovaskuler
Terjadi penurunan tekanan darah, tidak ada kelainan
secara jantung dan dapat terjadi perdarahan pada sistem kardiovaskuler.
-
Pemeriksaan gastrointestinal
Pada kx DHF lidah kotor, mual, muntah dan anoreksia,
peningkatan peristaltik usus, perut kembung, sering haus.
-
Pemeriksaan muskuluskeletal
Adanya kelemahan otot karena kehilangan cairan dan
nutrisi tubuh.
-
Pemeriksaan sistem endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya DHF dalam sistem
endokrin.
-
Pemeriksaan ganitouria
Tidak ada dysuria, retensi urine dan inkontineusia urin,
serta bisa terjadi hematuri dan melena.
-
Pemeriksaan sistem pernafasan
Pada umumnya motorik dan sensorik terjadi gangguan.
b.
Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan
selanjutnya dikelompokkan meliputi daya subyektif dan obyektif untuk menentukan
masalah data yang telah dikelompokkan, ditentukan masalah keperawatannya,
kemudian ditentukan penyakitnya serta dirumuskan ke dalam diagnosa keperawtan
(Lismidar, 1990)
II.
Diagnosa Keperawatan
1.
Peningkatan suhu tubuh (hipertermia)
b/d proses infeksi virus dengue (viremia).
2.
Gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
mual, muntah, anoreksia.
3.
Resiko terjadinya cidera
(perdarahan) b/d penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).
4.
Gangguan aktivitas sehari-hari
b/d kondisi tubuh yang lemah.
5.
Kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya b/d kurangnya informasi.
III.
Perencanaan
1.
Peningkatan suhu tubuh
(hipertermia) b/d proses infeksi virus dengue (viremia).
Tujuan : suhu tubuh normal kembali
setelah mendapatkan tindakan perawatan.
KH : - Suhu tubuh antara 36-370C,
membran mukosa basah dan nadi dalam batas normal (80-100x/mnt)
- Px bebas dari demam.
Intervensi :
a.
Lakukan pendekatan
R/ : Dengan dilakukan pendekatan
akan mempermudah dalam melakukan tindakan dan membina kepercayaan antara px dan
perawat.
b.
Berikan kompres pada daerah
axila dan lipatan paha
R/ : Dengan kompres dingin di daerah axila
dan lipatan paha dapat mempengaruhi hipotalamus karena daerah tersebut terdapat
banyak pembuluh darah dan saraf sehingga akan menurunkan suhu tubuh.
c.
Anjurkan pasien untuk banyak
minum (1500-2000 cc/hari)
R/ : Minum air yang cukup dapat
mengganti cairan yang hilang akibat penguapan yang meningkat.
d.
Observasi tanda-tanda vital
setiap 3 jam atau lebih sering.
R/ : tanda-tanda vital merupakan
acuan untuk mengetahui keadaan umum px
e.
Anjurkan px untuk mengenakan
pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat.
R/ : Memberikan rasa nyaman dan
pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan
suhu tubuh.
f.
Observasi intake dan out put
R/ : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta
mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
g.
Kolaborasi dalam pemberian
cairan dan obat antipiretik
R/ : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien
dengan suhu tubuh yang tinggi. Antipiretik merupakan obat khusus untuk
menurunakan suhu tubuh.
2.
Gangguan pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat
mual, muntah, anoreksia.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi px dapat
terpenuhi.
KH : - Px dapat menghabiskan porsi
yang disediakan
- BB meningkat
Intervensi :
a.
Jelaskan pada px tentang
pentingnya nutrisi dan akibat bila kekurangan.
R/ :
Diharapkan px dapat mengerti dan mau bekerja sama dalam pemberian askep.
b.
Sajikan makanan dalam porsi
kecil tapi sering.
R/ : Rasa mual dan muntah dapat
berkurang.
c.
Anjurkan pada px untuk
mengkonsumsi makanan tambahan tetapi tidak bertentangan dengan diet.
R/ : Dapat menambah kebutuhan zat
makanan.
d.
Observasi intake dan out put
dalam 24 jam.
R/ : Mengatur makanan yang dimakan
oleh px dalam sehari sehingga mempermudahkan diteksi dini pemasukan yang
adekuat.
e.
Hidangkan menu dalam keadaan
hangat.
R/ : Diharapkan mampu merangsang
nafsu makan px.
f.
Kolabirasi dengan tim dokter.
R/ : Dapat
memberikan diet yang sesuai dengan penyakit dan kondisi px.
3.
Resiko terjadinya cidera
(perdarahan) b/d penurunan faktor-faktor pembekuan darah (trombositopeni).
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
selama dalam masa perawatan.
KH : Tanda-tanda vital batas normal,
tidak ada perdarahan subkutan (gusi, hidung, hematomesis dan melena), trombosis
dalam batas normal (150.00 / ml)
Intervensi :
a.
Anjurkan pada px untuk banyak
istirahat (bedrest).
R/ : Aktifitas px yang tidak
terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
b.
Berikan penjelasan pada klien
dan keluarga tentang bahaya yang dapat timbul akibat adanya perdarahan.
R/ : Keterlibatan px dan keluarga dapat
membantu untuk penanganan dini bila terjadi perdarahan.
c.
Antisipasi adanya perdarahan.
R/ : Mencegah terjadinya perdarahan
lebih lanjut.
d.
Monitor trombosit setiap hari.
R/ : Dengan trombosit yang dipantau
setiap hari dapat diketahui tengkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan
perdarahan yang dialami px.
e.
Kolabirasi dengan tim dokter.
R/ : Mempermudah dalam melakukan
pengobatan.
4.
Gangguan aktivitas sehari-hari
b/d kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan : Kebutuhan aktivitas
sehari-hari px dapat terpenuhi.
KH : Px mampu mandiri setelah bebas
demam.
Intervensi :
a.
Mengkaji keluhan px.
R/ : Untuk mengidentifikasi masalah px.
b.
Mengkaji hal-hal yang mampu /
tidak mampu dilakukan oleh px sehubungan dengan kelemagan fisiknya.
R/ : Untuk mengetahui tingkat
ketergantungan px dalam memenuhi kebutuhannya.
c.
Membatu kx memenuhi kebutuhan
aktivitasnya sehari-hari (sept : mandi, makan, eliminasi).
R/ : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh px
pada saat kondisinya lemah dan merupakan tugas dari pada perawat.
d.
Membantu px untuk mandiri
sesuai dengan perkembangan fisiknya.
R/ :
Dengan melatih kemandirian px maka px tidak mengalami ketergantungan
pada perawat.
e.
Meletakkan barang-barang
ditempat yang mudah terjangkau oleh px.
R/ : Akan membantu px untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri.
f.
Menyiapkan bel didekat px.
R/ : Agar px dapat segera meminta
bantuan perawat saat membutuhkannya.
5.
Kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya b/d kurangnya informasi.
Tujuan : Px tidak mengalami cemas.
Pengetahuan px tentang penyakitnya meningkat serta mampu
untuk menceritakannya sendiri.
KH : - Px dan keluarganya tampak tenang.
-
Kondisi px membaik dan tidak bertanya-tanya kembali tentang penyakitnya.
Intervensi :
a.
Mengkaji tingkat pengetahuan px
dan keluarga tentang penyakit DHF.
R/ : Mengetahui sejauh mana
informasi / pengetahuan tentang penyakit yang diderita.
b.
Mengkaji latar belakang
pendidikan px / keluarga
R/ : Agar dapat memberikan
penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan px.
c.
Menjelaskan tentang proses
terjadinya penyakit yang dialami px.
R/ : Agar px dapat memperoleh
informasi dan mencegah kesalahpahaman px.
d.
Menjelaskan prosedur yang akan
dilakukan.
R/ : Dengan mengetahui prosedur
maka px akan lebih kooperatif dan kecemasan menurun.
e.
Memberikan kesempatan kepada px
/ keluarganya untuk mengungkapkan perasaannya tentang penyakitnya.
R/ : Mengurangi kecemasan dan memotivasi px untuk
kooperatif selama masa perawatan.
IV. Implementasi
Pelaksanaan merupakan pengolahan dari wujud rencana
tindakan yaitu meliputi beberapa kegiatan yaitu validasi rencana keperawatan
pemberian, mendokumentasikan rencana tindakan keperawatan, memberikan asuhan
keperawatan dan mengumpulkan data (Lismidar, 1990).
V. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap atau langkah terakhir dalam
proses keperawatan yang dilaksanakan dengan sengaja dan terus menurus yang
dilakukan oleh perawat dan anggota tim kesehatan lainnya dengan tujuan untuk memenuhi
apakah tujuan dan rencana keperawatan tercapai atau tidak serta untuk melakukan
pengkajian ulang. Sehingga dapat penilaian sebagai berikut :
1.
Tujuan tercapai
Kx mampu menunjukkan prilaku pada
waktu yang telah ditentukan sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah
ditentukan.
2.
Tujuan tercapai sebagian
Penderita mampu menunjukkan
prilaku tetapi hanya sebagaian dari tujuan yang diharapkan.
3.
Tujuan tidak tercapai
Bila kx tidak mampu / tidak sama sekali menunjukkan
prilaku yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan.
(Lismidar ; 1990 : 68)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Mansjoer, Arif. Dkk (1999 dan
2000). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I dan II, Fakultas Kedokteran UI
: Media Aescullapius, Jakarta.
2.
Doenges, Marlyn E. (1999), Rencana
Asuhan Keperawatan, Edisi 3 Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
3.
Ngastiyah, (1997). Perawatan
Anak Sakit, Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
4.
Lismidar, dkk (1990). Proses
Keperawatan, Jakarta, Univeritas Jakarta.
ConversionConversion EmoticonEmoticon