Cara Pemberian imunisasi pada BBLR
1. Cara pemberian imunisasi hepatitis B.
a.Buka kotak wadah uniject dan periksa:
•Label jenis vaksin untuk memastikan bahwa uniject tersebut memang
berisi vaksin hepatitis B
•Tanggal kadaluarsa.
•Warna pada tanda pemantau paparan panas (VVM) yang tertera atau
menempel pada sebungkus uniject masih layak dipakai.
b.Buka kantong Aluminium atau plastic dan keluarkan uniject
c.Pegang uniject pada bagian leher dan bagian tutup jarum. Aktifkan
uniject dengan cara mendorong tutup jarum kearah leher dengan tekanan dan
gerakan cepat.
d.Saat uniject diaktifkan akan terasa hambatan dan rasa menembus
lapisan
e.Buka tutup jarum
f.Selanjutnya tetap pegang uniject pada bagian leher dan tusukan
jarum pada pertengahan paha bayi secara intramuscular (IM). Tidak perlu
dilakukan aspirasi.
g.Pijit reservoir dengan kuat untuk menyuntikan vaksin hepatitis B.
h.Jangan memasang kembali tutup jarum. Buang uniject yang telah
dipakai tersebut ke dalam wadah alat suntik bekas yang telah bersedia (safety
box).
A.Vaksin BCG ( Bacillus Calmette Guerine)
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.
Kemasan:
•Kemasan dalam ampul, beku kering, 1 box beriosi 10 ampul vaksin.
•Setiap 1 ampul vaksin dengan 4ml pelarut.
Cara pemberian dosis:
•Sebelum disuntikan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan alat suntuk steril (ADS 5ml ).
•Dosis pemberian : 0.05 ml, sebanyak 1 kali.
•Disuntikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas ( Insertio musculus deltoideus ), dengan menggunakan ADS 0.05 ml.
•Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
Kontraindikasi:
•Adanya penyakit kulit yang berat menahun sepert eksim, furunkulosos, dan sebagainya.
•Mereka yang sedang menderita TBC.
B. Vaksin DPT
Diskripsi:
Vaksin jerap DPT ( Difteri Pertusis Tetanus ) adalah vaksin yang terrdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan dan bakeri pertusis yang telah diinaktivasi.
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan secra simultan terhadap difteri, pertusis, dan tetanus.
Kemasan:
•Kemasan dalam vial
•1 box vaksin terdiri dari 10 vial
•1 vial berisi 10 dosis
•Vaksin berbentuk cairan.
Cara emberian dan dosis:
•Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar menjadi homogen.
•Disuntikkan secara intram pada uskular dengan dosis pemberian 0.5 ml sebanyak 3 dosis.
•Dosis pertama diberikan umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu ( 1 bulan )
•Di unit pelayanan statis, vaksin DPT yang telah di buka hanya boleh digunakan selama 4 minggu,
•Sedangkan di posyandu vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunkan lagi.
Kontraindikasi:
Gejala- gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertussis. Anak yang mengalami gejala- gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua, dan untuk meneruskan Imunisasinya dapat diberikan DT.
C. Vaksin TT
Diskripsi:
Vaksin jerap TT ( tTetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorsi ke dalam 3 mg/ml alumunium fosfat. Thimerosal 0.1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0.5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Digunakan untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir dengan mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi.
(Vademecum Bio Farma Jan, 2002 )
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif pada tetanus.
Kemasan:
•1 box vaksin terdiri dari 10 vial
•1 vial berisi 10 dosis
•Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan.
Cara pemberian dan dosis:
•Sebelum digunakan Vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
•Untuk mencegah tetanus/ tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0.5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis ke empat dan kelima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan pada periode trimester pertama.
•Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu
•Sedangkan di posyandu vaksin yang
Kontraindikasi:
Gejala- gejala berat karena dosis pertama TT.
D. Vaksin DT
Diskripsi:
Vaksin jerap DT ( Difteri dan Tetanus ) adalah vaksin yang mengandung toxoid difteri dan Tetanus yang telah dimurnikan.
(Vademecum Bio Farma Jan, 2002 )
Indikasi
Untuk pemberian kekebalan simultan terhadao difteri dan tetanus.
Kemasan:•1 box vaksin terdiri dari 10 vial
•1 vial berisi 10 dosis
•Vaksin DT adalah vaksin yang berbentuk cairan
Cara pemberian dan Dosis:
•Sebelum digunakan Vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
•Disuntikan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 mk. Dianjurkan untuk anak usia 8 tahun atau lebih dianjurkan imunisasi dengan vaksin Td.
•Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu
•Sedangkan di posyandu vaksin yang
E.Vaksin Polio
Diskripsi:
Vaksin oral polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 ( strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera dan distabilkan dalam sukrosa.
(Vademecum Bio Farma Jan, 2002 )
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis
Kemasan:
•1 box vaksin terdiri dari 10 vial
•1 vial berisi 10 dosis
•Vaksin Polio adalah vaksin yang berbentuk cairan.
•Setiap vial vaksin polio disertai 1 buah penetes ( dropper) terbuat dari bahan plastik.
Cara pemberian dan Dosis:
•Diberikan secara oral ( melalui mulut ), 1 dosis adalah 2 tetes sebanyak 4 kali ( dosis) pemberian, dengan interval setiap dosis minimal 4 minggu.
•Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes ( dropper ) yang baru.
•Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu
•Sedangkan di posyandu vaksin yang
Efek samping:
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping n=berupa paralisis yang disebabkan oleh vaksin sangat jarang terjadi ( kurang dari 0, 17 : 1.000.000 ; Bull WHO 66: 1988)
Kontraindikasi:
Pada individu yang menderita ” Immune deficienci ”. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan, misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
F.Vaksin Campak
Diskripsi :
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.
Kemasan:
1 box vaksin terdiri dari 10 vial
1 vial berisi 10 dosis
1 box pelarut berisi 10 ampul @ 5 ml
Vaksin ini berbentuk beku kering
Cara pemberian dan dosis:
Sebelum disuntikan vaksin campak terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikan secera subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign campak pada anak SD kelas 1-6.
Efek samping:
Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
Kontraindikasi:
Individu yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga menderita gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma.
G. Vaksin hepatitis B
Diskripsi:
Vaksin Hepatitis B adalh vaksin virus recombinan yang telah diinaktivasi yang bersifat non- infecious, berasal dari HbsAg yang dihasilkan oleh sel ragi ( Hansenula Polymorphia ) menggunakan teknologi DNA Rekombinan.
(Vademecum Bio Farma Jan, 2002 )
Indikasi:
Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.
Kemasan:
•Vaksin hepatitis B adalah vaksin yang berbentuk cairan.
•Vaksin hepatitis B terdiri dari dua kemasan:
-kemasan dalam prefiil injection device (PID)
-kemasan dalam vial
•Satu box vaksin hepatitis B PID terdiri dari 100 HB PID.
•Satu box vaksin hepatitis B vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis masing-masing
Cara pemberian dan dosis
•Sebelum digunakan vaksin harus dikocock terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
•Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml atau 1 buah HB PID, pemberian suntikan secara intra muskuler, sebaiknya pada antero lateral paha.
•Pemberian sebanyak 3 dosis.
•Dosis pertama diberikan pada usia 0 sampai 7 hari, dosis berikutnya dengan interval minimal 4 minggu ( 1 bulan).
Untuk hepatitis B vial
•Di unit pelayanan statis, vaksin HB yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu
•Sedangkan di posyandu vaksin yang
Efek samping:
Reaksi lokal seperti rasa sakit kemerahan dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan bisanya hilang setelah 2 hari.
Kontra indikasi:
Hipersensitif terhadap komponen vaksin. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang.
H.Vaksin DPT-HB
Deskripsi:
Vaksin mengandung DPT berupa toksoid difteri dan toksoid tetanus yang di murnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious.
Indikasi:
•Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B.
Kemasan:
•Satu box vaksin DPT-HB vial terdiri dari 10 vial @ 5 dosis.
•Warna vaksin putih keruh seperti vaksin DPT.
Cara pemberian dan dosis:
•Pemberian dengan cara intramuskular, 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
•Dosis pertama pada usia 2 bulan, dosis selanjutnya denga interval 4 minggu (1 bulan).
•Di unit pelayanan statis, vaksin DPT-HB yang tlah dibuka hanya bioleh digunakan selama 4 minggu Sedangkan di posyandu vaksin yang
§ Jadwal Pemberian
Imunisasi
Vaksin Pemberian Imunisasi Selang waktu Pemberian Umur Keterangan
BCG 1x 0-11 bulan
DPT 3x
(DPT 1, 2, 3) 4 minggu 2-11 bulan
Polio 4x
(Polio 1, 2, 3, 4) 4 minggu 0-11 bulan
Campak 1x 0-11 bulan
Hepatitis B 2x
(Hep. B 1, 2, 3) 4 minggu 0-11 bulan Untuk bayi yang lahir di RS/Puskesmas/RB/Rumah oleh nakes HB segera diberikan dalam 24 jam pertama kelahiran. BCG, Polio diberikan sebelum bayi pulang ke rumah.
2)Langkah-langkah mencampur vaksin BCG, Campak dengan pelarut:
a)Cuci tangan
b)mengamati VVM dan Masa kadaluarsa pada botol atau ampul vaksin
c)menggoyang botol atau ampul vaksin. Memastikan semua bubuk ada pada dasar botol.
d)membuka botol atau ampul vaksin
e)mengamati ampul atau botol pelarut pastikan tidak retak.
f)membaca label pada ampul atau botol pelarut pastikan dikirim oleh pabrik bersama dengan vaksin dan masa kadaluarsa belum lewat.
g)membuka ampul kaca jika terjadi luka saat membuka ampul, buang ampul karena ada kemungkinan isi ampul telah terkontaminasi. Membalut luka sebelum mambuka ampul baru.
h)menyedot pelarut ke dalam semprit pencampur dengan menggunakan semprit pencampur sekali buang (disposable mixing syring) yang baru untuk mencapur setiap persediaan dengan pelarut.
i)mencampur vaksin dengan pelarut
ountuk mencampur pelarut dan vaksin, tari pelan-pelan pelarut vaksin ke atas sehingga masuk ke dalam semprit dan suntikkan lagi ke dalam botol atau ampul. Ulangi beberapa kali.
oMasukkan semprit dan jarum pencampur ke dalam kotak keselamatan setelah digunakan.
Vaksin Pemberian Imunisasi Selang waktu Pemberian Umur Keterangan
BCG 1x 0-11 bulan
DPT 3x
(DPT 1, 2, 3) 4 minggu 2-11 bulan
Polio 4x
(Polio 1, 2, 3, 4) 4 minggu 0-11 bulan
Campak 1x 0-11 bulan
Hepatitis B 2x
(Hep. B 1, 2, 3) 4 minggu 0-11 bulan Untuk bayi yang lahir di RS/Puskesmas/RB/Rumah oleh nakes HB segera diberikan dalam 24 jam pertama kelahiran. BCG, Polio diberikan sebelum bayi pulang ke rumah.
2)Langkah-langkah mencampur vaksin BCG, Campak dengan pelarut:
a)Cuci tangan
b)mengamati VVM dan Masa kadaluarsa pada botol atau ampul vaksin
c)menggoyang botol atau ampul vaksin. Memastikan semua bubuk ada pada dasar botol.
d)membuka botol atau ampul vaksin
e)mengamati ampul atau botol pelarut pastikan tidak retak.
f)membaca label pada ampul atau botol pelarut pastikan dikirim oleh pabrik bersama dengan vaksin dan masa kadaluarsa belum lewat.
g)membuka ampul kaca jika terjadi luka saat membuka ampul, buang ampul karena ada kemungkinan isi ampul telah terkontaminasi. Membalut luka sebelum mambuka ampul baru.
h)menyedot pelarut ke dalam semprit pencampur dengan menggunakan semprit pencampur sekali buang (disposable mixing syring) yang baru untuk mencapur setiap persediaan dengan pelarut.
i)mencampur vaksin dengan pelarut
ountuk mencampur pelarut dan vaksin, tari pelan-pelan pelarut vaksin ke atas sehingga masuk ke dalam semprit dan suntikkan lagi ke dalam botol atau ampul. Ulangi beberapa kali.
oMasukkan semprit dan jarum pencampur ke dalam kotak keselamatan setelah digunakan.
§ Pemberian Vaksin
a.
Vaksinasi BCG
1)Suntikan diberikan di lengan kanan atas.
1)Suntikan diberikan di lengan kanan atas.
a)Dosis
0,05 cc, untuk mengukur dan menyuntikan dosis sebanyak itu secara akurat, harus
menggunakan semprit dan jaru kecil yang khusus.
b)Disuntikkan
ke dalam lapisan kulit dengan penyerapan pelan-pelan (intrakutan). Untuk
memberikan suntikan intrakutan secara tepat, harus menggunakan jarum pendek
yang sangat halus (10mm ukuran 26).
2)Cara pemberian vaksin BCG:
·
Letakkan bayi dengan
posisi miring di atas pangkuan ibu dan lepas baju bayi dari lengan dan bahu.
·
Ibu sebaiknya memegang
bayi dekat dengan tubuhnya, menyangga kepala bayi dan memegang lengan dekat
dengan tubuh.
·
Pegnag semprit dengan
tangan kanan dengan lubang pada ujung jarum menghadap ke depan.
·
Buatlah permukaan kulit
menjadi datar dengan menggunakan ibu jari kiri dan jari telunjuk.
·
Letakkan semprit dan jarum
dengan posisi hampir datar dengan kulit bayi.
·
Masukkan ujung jarum tepat
di bawah permukaan kulit tetapi di dalam kulit yang tebal, cukup masukkan bevel
(lubang di ujung jarum).
·
Jaga agar posisi jarum
tetap datar di sepanjang kulit sehingga jarum masuk ke dalam lapisan atas kulit
saja. Jaga agar lubang di ujung jarum menghadap ke depan.
·
Jangan menekan jarum
terlalu dalam dan jangan menurunkan jarum karena jarum akan masuk di bawah
kulit, sehingga yang terjadi suntukan di dalam otot (subcutameous) bukan
suntukan intradermal.
·
untuk memegang jarum
dengan posisi yang tepat, letakkan ibu jari pada ujung bawah semprit dejat
jarum, tetapi jangan menyentuh jarum.
·
pegang ujung penyedot
antara jari telunjuk dan jari tengah kanan. Tekan penyedot dengan ibu jari.
·
Suntikkan 0,05 ml vaksin dan lepaskan jarum.
Catatan:
•Jika suntikan intradermal diberikan secara tepat, alat penyedot akan sulit didorong. Jika vaksin mudah masuk mungkin menyuntik terlalu dalam. Segera hentikan suntikan, betulkan posisi jarum dan berikan sisa dosis, tetapi tidak ditambah lagi.
•Hitunglah bayi-bayi yang telah menerima dosis vaksin. Jangan ulangi memberikan dosis. Mintalah orang tua untuk kembali bersama anak mereka jika menunjukkan efek samping seperti abses atau pembengkakan kelenjar.
•Jika suntukan BCG tepat, akan timbul pembengkakan dengan puncak yang datar (flat-topped) pada kulit. Pembengkakan ini kelihatan pucat dengan lubang sangat kecil seperti kulit jeruk. Jika teknik yang digunakan tidak tepat, vaksin akan masuk dengan mudah dan tidak terlihat adanya pembengkakan
Cara penyuntikan BCGCatatan:
•Jika suntikan intradermal diberikan secara tepat, alat penyedot akan sulit didorong. Jika vaksin mudah masuk mungkin menyuntik terlalu dalam. Segera hentikan suntikan, betulkan posisi jarum dan berikan sisa dosis, tetapi tidak ditambah lagi.
•Hitunglah bayi-bayi yang telah menerima dosis vaksin. Jangan ulangi memberikan dosis. Mintalah orang tua untuk kembali bersama anak mereka jika menunjukkan efek samping seperti abses atau pembengkakan kelenjar.
•Jika suntukan BCG tepat, akan timbul pembengkakan dengan puncak yang datar (flat-topped) pada kulit. Pembengkakan ini kelihatan pucat dengan lubang sangat kecil seperti kulit jeruk. Jika teknik yang digunakan tidak tepat, vaksin akan masuk dengan mudah dan tidak terlihat adanya pembengkakan
·
Bersihkan lengan dengan kapas
air
·
Letakkan jarum hampir sejajar
dengan lengan anak dengan ujung jarum yang berlubang menghadap keatas.
·
Suntikan 0,05 ml intra kutan
– merasakan tahan– benjolan kulit yang pucat dengan
b.Vaksinasi
DPT atau DPT-HepB
1)Suntikan diberikan pada paha tengah luar secara intramuscular atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc.
2)Cara pemberian:
1)Suntikan diberikan pada paha tengah luar secara intramuscular atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc.
2)Cara pemberian:
- Letakkan bayi dengan
posisi miring di atas pangkuan ibunya dengan seluruh kaki telanjang.
- orang tua sebaiknya
memegang kaki bayi.
- pegang paha dengan
ibu jari dan telunjuk.
- masukka jarum dengan
sudut 900.
- tekan seluruh jarum
langsung ke bawah melalui kulit sehingga masuk ke dalam otot. Suntikkan
pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit.
c.Vaksinasi DT dan TT (bagi WUS dan
Anak Sekolah)
1)Suntikan diberikan pada lengan atas secara intramuscular atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc.
2)Cara pemberian:
1)Suntikan diberikan pada lengan atas secara intramuscular atau subkutan dalam dengan dosis 0,5 cc.
2)Cara pemberian:
- Mintalah sasaran
untuk duduk.
- Suruh ia menurunkan bahunya
dan meletakkan tangan kiri di belakang punggungnya atau di atas pinggul.
Posisi ini akan meregangkan otot pada lengan dan membuat suntukan menjadi
hamper tidak sakit.
- Letakkan jari dan ibu
jari pada bagian luar lengan atas.
- gunakan tangan kiri
untuk menekan ke atas otot lengan.
- cepat tekan jarum ke
bawah melalui kulit di antara jari-jari. Masukkan ke dalam otot.
- tekan alat penyedot
(plunger) dengan ibu jari untuk menyuntik vaksin.
- tarik jarum dengan
cepat dan hati-hati dan mintalah sasaran untuk menekan tempat penyuntikan
secara hati-hati dengan kain kaps jika terjadi perdarahan.
d.Vaksinasi polio oral (OPV)
Cara pemberian:
1)mintalah orang tua untuk memegang bayi dengan kepala disangga dan dimiringkan ke belakang.
2)buka mutul bayi secara hati-hati, baik dengan ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil) atau dengan menekan pipi bayi dengan jari-jari.
3)teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi.
e.Vaksinasi Campak
1)Suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis 0,5 cc.
2)Cara pemberian:
Cara pemberian:
1)mintalah orang tua untuk memegang bayi dengan kepala disangga dan dimiringkan ke belakang.
2)buka mutul bayi secara hati-hati, baik dengan ibu jari pada dagu (untuk bayi kecil) atau dengan menekan pipi bayi dengan jari-jari.
3)teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes ke dalam lidah. Jangan biarkan alat tetes menyentuh bayi.
e.Vaksinasi Campak
1)Suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan dengan dosis 0,5 cc.
2)Cara pemberian:
- Atur bayi dengan
posisi miring di atas pangkuan ibu dengan seluruh lengan telanjang.
- orang tua sebaiknya
memegang kaki bayi. Gunakan jari-jari kiri anda untuk menekan ke atas
lengan bayi.
- cepat tekan jarum ke
dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut 450.
- untuk mengontrol
jarum, peganglah ujung semprit dengan ibu jari daan jari telunjuk tetapi
jangan sentuh jarum.
f.Vaksinasi Hepatitis B
1)Vaksin Hepatitis B yang digunakan dalam program imunisasi saat ini adalah yang terdapat dalam kemasan Prefill Injection device (PID).
2)Alat suntik dalam kemasan ini mudah dipakai, tidak perlu mengukur dosis karena telah dikemas dari pabrik, kecil dan mudah dibawa.
3)Setiap alat suntik digunakan hanya untuk satu dosis sehingga tidak memboroskan vaksin.
4)Cara pemakaian vakisn Hepatitis B PID:
1)Vaksin Hepatitis B yang digunakan dalam program imunisasi saat ini adalah yang terdapat dalam kemasan Prefill Injection device (PID).
2)Alat suntik dalam kemasan ini mudah dipakai, tidak perlu mengukur dosis karena telah dikemas dari pabrik, kecil dan mudah dibawa.
3)Setiap alat suntik digunakan hanya untuk satu dosis sehingga tidak memboroskan vaksin.
4)Cara pemakaian vakisn Hepatitis B PID:
- buka kantong
alumunium/plastic dan keluarkan alat suntik PID.
- pegang alat suntik
PID pada leher dan tutup jarum dengan memegang keduanya diantara jari
telunjuk dan jempol dan dengan gerakan cepat dorong tutup jarum kea rah
leher. Teruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutp jarum dan
leher.
- buka tutup jarum,
tetap pegang alat suntik pada bagian leher dan tusukkan jarum pada
anterolateral paha secara intramuscular, tidak perlu dilakukan aspirasi.
- pijit reservoir
dengan kuat untuk menyuntik, setelah reservoir kempis cabut alat suntik.
5)Vaksin Hepatitis B PID di puskesmas disimpan
seperti vaksin Hepatitis B dalam vial, tetapi di be\idan desa/pustu vakisn
Hepatitis B PID ini boleh disimpan pada suhu kamar sepanjang tidak terjadi
perubahan warna pada VVM
Pemberian imunisasi hepatitis B
berdasarkan status HBsAg pada saat melahirkan sebagai berikut:
Bayi lahir
dengan ibu HbsAg positif. Dalam kurun waktu 12 jam setelah lahir secara
bersamaan berikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan,IM disisi tubuh yang
berlainan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan sesudahnya dan dosis ke3 diberikan
usia 6 bulan.
Bayi yang
terlahir dari ibu yang positif HbsAg harus diberikan dosis tunggal HBIG (0,5 ml
IM) dan lakukan vaksinasi dalam waktu 12 jam setelah kelahiran. Dosis pertama
vaksin harus diberikan bersamaan dengan HBIG sesaat setelah bayi lahir pada
tempat yang berbeda. Pemberian vaksin dosis kedua dan ketiga (tanpa HBIG)
dengan interval 1-2 dan 6 bulan kemudian. Disarankan agar dilakukan
pemeriksaan HbsAg dan anti-HBs pada bayi pada saat berumur 9-15 bulan
untuk memantau keberhasilan atau kegagalan pengobatan. Bayi yang positif
anti-HBs dan negatif HbsAg telah terlindungi dan tidak memerlukan dosis vaksin
lebih lanjut. Bayi yang pada pemeriksaan didapatkan anti-HBs negatif dan HBsAg
negatif harus diberikan imunisasi ulang.
Setelah terjadi
pemajanan melaui membrana mukosa atau per kutan (contohnya karena
tertusuk jarum) akan terpajan dengan darah yang mengandung atau mungkin
mengandung HbsAg, pertimbangan untuk memberikan pencegahan pasca pajanan harus
dengan memperhatikan beberapa faktor: i) apakah sumber pemajanan adalah dari
darah; ii) harus dilihat status HbsAg sumber pemajanan; dan iii) bagaimana
status imunisasi hepatitis B seseorang yang terpajan. Untuk mereka yang tidak
diimunisasi sebelumnya dan terpajan dengan darah dari sumber yang positif
HbsAg, maka berikan dosis tunggal HBIG (0,06 ml/kg, atau 5 ml untuk dewasa) dan
harus diberikan sesegera mungkin, yaitu dalam waktu paling sedikit 24 jam
setelah pajanan dengan jarum suntik risiko tinggi, dan pemberian seri vaksin
hepatitis B harus segera dimulai. Apabila imunisasi aktif tidak dapat
diberikan, maka dosis kedua HBIG harus diberikan 1 bulan setelah pemberian
pertama. HBIG tidak harus diberikan kepada mereka yang mengalami pajanan dengan
jarum suntik pada darah yang tidak diketahui atau kemungkinan besar tersangka
positif HBSAg, oleh karena risiko infeksi dalam keadaan seperti ini rendah;
akan tetapi, pemberian imunisasi hepatitis B awal disarankan apabila orang
tersebut tidak pernah diimunisasi sebelumnya. Untuk mereka yang sudah pernah
diimunisasi dan terpajan dengan sumber yang positif HbsAg, pencegahan pasca pajanan
tidak diperlukan apabila mereka telah memiliki titer antibodi protektif
yaitu (10 mili-IU/ml anti-HBs atau lebih).
Bagi
orang yang responsnya terhadap imunisasi tidak diketahui dengan jelas, maka
vaksin hepatitis B dan atau HBIG harus segera diberikan.
Setelah terjadi
pajanan secara seksual dengan seseorang yang terinfeksi HBV akut, maka dosis
tunggal HBIG (0,06 ml/kg) disarankan untuk diberikan dalam 14 hari setelah
hubungan seksual terakhir. Terhadap mereka semua yang terpajan melalui kontak
seksual dengan orang yang terinfeksi HBV akut dan kronis, pemberian
vaksin harus dilakukan.
Penanganan secara multidisipliner antara dokter
spesialis penyakit dalam, spesialis kebidanan & kandungan dan spesialis
anak. Satu minggu sebelum taksiran partus, dokter spesialis anak mengusahakan
vaksin hepatitis B rekombinan dan imunoglobulin hepatitis B. Pada saat partus,
dokter spesialis anak ikut mendampingi, apabila ibu hamil ingin persalinan
diltolong bidan, hendaknya bidan diberitahukan masalah ibu tersebut, agar bidan
dapat juga memberikan imunisasi yang diperlukan.
Ibu yang menderita hepatitis akut atau test
serologis HBsAg positif, dapat menularkan hepatitis B pada bayinya :
- Berikan dosis
awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml segera setelah lahir,
seyogyanya dalam 12 jam sesudah lahir disusul dosis ke-2, dan ke-3 sesuai
dengan jadwal imunisasi hepatitis.
- Bila tersedia pada
saat yang sama beri Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU
IM (0,5 ml) disuntikkan pada paha yang
lainnya, dalam waktu 24 jam sesudah lahir (sebaiknya dalam waktu 12 jam
setelah bayi lahir).
Mengingat mahalnya harga immunoglobulin hepatitis B,
maka bila orang tua tidak mempunyai biaya, dilandaskan pada beberapa
penelitian, pembelian HBIg tersebut tidak dipaksakan. Dengan catatan, imunisai
aktif hepatitis B tetap diberikan secepatnya.
- Yakinkan ibu untuk
tetap menyusui dengan ASI, apabila vaksin diatas sudah diberikan
(Rekomendasi CDC), tapi apabila ada luka pada puting susu dan ibu mengalami
Hepatitis Akut, sebaiknya tidak diberikan ASI.
a)
Dilakukan pemeriksaan anti
HBs dan HbaAg berkala pada usia 7 bulan (satu bulan setelah penyuntikan vaksin
hepatitis B ketiga) 1, 3, 5 tahun dan selanjutnya setiap
1 tahun. (7,9)
- Bila pada usia 7
bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan ulang anti HBs dan
HBsAg pada usia 1, 3, 5 dan 10 tahun. (7,9)
- Bila anti HBs dan
HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis vaksinasi dan satu bulan
kemudian diulang pemeriksaan anti HBs. Bila anti HBs positif, dilakukan
pemeriksaan yang sama pada usia 1, 3, dan 5 tahun seperti
pada butir a. (8,9)
- Bila pasca vaksinasi
tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap negatif, bayi dinyatakan
sebagai non responders dan memerlukan pemeriksaan lanjutan yang tidak akan
dibahas pada makalah ini karena terlalu teknis. (10)
- Bila pada usia 7
bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif, dilakukan pemeriksaan HBsAg
ulangan 6 bulan kemudian. Bila masih positif, dianggap sebagai hepatitis
kronis dan dilakukan pemeriksaan SGOT/PT, USG hati, alfa feto protein, dan
HBsAg, idealnya disertai dengan pemeriksaan HBV-DNA setiap 1-2 tahun.
(1,4,5)
b)Bila HBsAg positif
selama 6 bulan, dilakukan pemeriksaan SGOT/PT setiap 2-3 bulan. Bila SGOT/PT
meningkat pada lebih dari 2 kali pemeriksaan dengan interval waktu 2-3 bulan,
pertimbangkan terapi anti virus.
Tatalaksana umum
Pemantauan tumbuh-kembang, gizi, serta pemberian imunisasi, dilakukan sebagaimana halnya dengan pemantauan terhadap bayi normal lainnya.
Pada HCV sebaiknya tidak memberikan ASI karena 20 %
ibu dengan Hepatitis C ditemukan Virus dalam kolostrumnya. Pada penelitian
Kumal dan Shahul, ditemukan infeksi HCV pada bayi yang tidak mengandung HCV RNA
padahal bayi-bayi tersebut
at ASI eksklusif dari Ibu dengan HCV.Apabila pada pemeriksaan selanjutnyadiketahui ibu HbsAg-nya positif, segeraberikan 0,5 ml HBIG (sebelum 1 minggu)
Imunisasi HBV memberikan
kekebalan terhadap hepatitis B.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih.
Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih.
Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.
Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
JIKA SEORANG ANAK
TERLAMBAT MENDAPATKAN IMUNISASI, APA YANG HARUS DILAKUKAN?
Jika anak belum mendapatkan imunisasi sama sekali, segeralah rencanakan
untuk memulai pemberian imunisasi. Tenaga medis akan memberikan vaksinasi
sesuai umur anak saat ini, yang jadwalnya biasanya berbeda dengan jadwal anak
yang mendapat imunisasi sesuai dengan ketentuan umur. Pemberian yang terlambat
tidak akan mengurangi efektivitas vaksinansi untuk membentuk imunitas tubuh,
hanya saja anak tidak mendapatkan perlindungan terhadap penyakit infeksi sedini
mungkin.Begitu pula apabila anak tidak lengkap mendapatkan vaksinasi, segeralah lengkapi sesuai jadwal tanpa harus memulainya dari awal lagi.
Sun, 24 Oct 2004 23:22:40 -0700
Hi mbak Ati,
Nggak apa-apa mbak, nggak usah takut dengan istilah 'terlambat imunisasi' :).
Lebih baik sekarang-sekarang ini tidak ditunda dan spare waktu untuk bawa Maula
imunisasi campak. Apalagi kayaknya sedang 'musim' campak. Kalau tidak salah, campak
termasuk yang 'single dose' vaccine, tidak seperti mis. vaksin Hepatitis A yang
jadwalnya 2x, dan jadwal suntikan ke-duanya batas waktunya sekitar 6 bulan-1 tahun
(cmiiw) dari suntikan yang pertama dan keterlambatan akan berdampak pada efektivitas
vaksinnya.
Bisa juga 'tunda' imunisasi campak sampai waktu pemberian imunisasi MMR 1 (M/Measle
juga termasuk kategori campak) waktu anak usia 12-15 bulan. Cuma ya itu, artinya
sekarang-sekarang ini harus make sure dengan lingkungan seputar anak kita agar sebisa
mungkin tidak terkena dampak dari wabah campak atau anak lain yang sedang menderita
campak.
Kadang memang jadwal imunisasi sering 'delay' karena anak sedang tidak fit. Saya
punya tips khusus untuk masalah ini :). Selama ini untuk urusan imunisasi, Jovan saya
bawa ke dokter yang rumahnya 1 kompleks dengan saya. So, saya bisa ke sana pagi-pagi
sambil jalan-jalan dengan buggy (kadang dokternya masih mandi pagi he..he..), langsung
dapat no. urut 1, dan pulang dengan ruang tunggu dokter masih kosong alias bisa
meminimalkan interaksi Jovan dengan pasien lainnya yang sedang sakit di ruang tunggu.
Kita kan bawa anak sehat waktu imunisasi, sayang banget kalau pulangnya malah bawa
bibit penyakit he..he..
Soedjatmiko mengatakan, ada tiga hal yang selalu salah
dipersepsikan mengenai pemberian
imunisasi. Pertama
jika seseorang bayi terlambat
memberikan imuinisasi, maka harus diulang. Padahal, meskipun terlambat imunisasi tetap dapat
diberikan. Sebab, jarak waktu setiap pemberian imunisasi
bukan merupakan patokan yang
baku .
Selanjutnya, ketika bayi telah melampui batas imunisasi, maka bayi tidak bisa mendapatkan imunisasi. Padahal, dalam imunisasi jika terdapat kasus sampai melampui, bisa diberikan imunisasi sekaligus tanpa menghilangkan pemberian imunisasi selanjutnya. "Daripada tidak diimunisasi, lebih baik dirangkap sekaligus. Lagipula tidak ada efek sampingnya," tambahnya
Selanjutnya, ketika bayi telah melampui batas imunisasi, maka bayi tidak bisa mendapatkan imunisasi. Padahal, dalam imunisasi jika terdapat kasus sampai melampui, bisa diberikan imunisasi sekaligus tanpa menghilangkan pemberian imunisasi selanjutnya. "Daripada tidak diimunisasi, lebih baik dirangkap sekaligus. Lagipula tidak ada efek sampingnya," tambahnya
Memberikan
suntikan imunisasi pada bayi anda tepat pada waktunya adalah faktor yang
sangat penting untuk kesehatan bayi anda. Yakinlah bahwa dengan membawa bayi
anda untuk melakukan imunisasi adalah salah satu yang terpenting dari bagian
tanggung jawab anda sebagai orang tua. Imunisasi (atau “vaksinasi”) diberikan
mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak. Imunisasi biasanya diberikan
selama waktu pemeriksaan rutin ke dokter atau klinik.
|
Imunisasi
yang diwajibkan
Vaksinasi
|
Jadwal
pemberian-usia
|
Booster/Ulangan
|
Imunisasi
untuk melawan
|
BCG
|
Waktu lahir
|
--
|
Tuberkulosis
|
Hepatitis B
|
Waktulahir-dosis I
1bulan-dosis 2
6bulan-dosis 3
|
1 tahun-- pada bayi yang lahir dari ibu
dengan hep B.
|
Hepatitis B
|
DPT dan Polio
|
3 bulan-dosis1
4 bulan-dosis2
5 bulan-dosis3
|
18bulan-booster1
6tahun-booster 2
12tahun-booster3
|
Dipteria, pertusis, tetanus, dan polio
|
campak
|
9 bulan
|
--
|
Campak
|
Imunisasi
yang dianjurkan:
Vaksinasi
|
Jadwal pemberian-usia
|
Booster/Ulangan
|
Imunisasi untuk melawan
|
MMR
|
1-2 tahun
|
12 tahun
|
Measles, meningitis,
rubella
|
Hib
|
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
|
18 bulan
|
Hemophilus influenza
tipe B
|
Hepatitis A
|
12-18bulan
|
--
|
Hepatitis A
|
Cacar air
|
12-18bulan
|
--
|
Cacar air
|
Yang harus diperhatikan,
tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum imunisasi jika bayi anda sedang
sakit yang disertai panas; menderita kejang-kejang sebelumnya ; atau menderita
penyakit system saraf.
Imunisasi adalah suatu
prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda. Kebanyakan dari imunisasi
ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh terhadap penyakit-penyakit
yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal kehidupan seorang anak.
Walaupun pengalaman sewaktu mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi
anda (karena biasanya akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang
sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu
panjang.
ConversionConversion EmoticonEmoticon