LAPORAN
KASUS
KONSEP
PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA
PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN:
PNEUMONIA
+ STATUS ASMATIKUS
DI
RUANG PENYAKIT PARU LAKI, RSUD DR.SOETOMO SURABAYA
A.
KONSEP PENYAKIT
1.
STATUS ASMATIKUS
a.
Definisi
Status asmatikus adalah salah satu kedaruratan medis
karena serangan asma akut yang refraktori, keadaan ini tidak berespon terhadap
terapi dengan β-adrenergik atau teofilin intravena.
b.
Etiologi
1) Faktor genetik
2) Faktor lingkungan
3) Bahan alergen
4) Infeksi saluran nafas (terutama virus)
5) Polusi udara
6) Faktor makanan
Faktor pencetus biasanya:
1) alergen
2) fisik
3) bahan kimia
4) infeksi
5) faktor mekanik
6) faktor psikis
c.
Manifestasi Klinis
1) Pasien menunjukkan gambaran dramatis ansietas
akut, usaha bernafas dengan keras, takikardia, dan berkeringat.
2) Penyimpangan fungsi paru menyebabkan
hipoventilasi alveolar dengan hipoksemia lanjut, hiperkapnia, dan asidemia.
3) Peningkatan PCO2 adalah indikasi objektif
pertama.
4) Dehidrasi, batuk kronis, nafas pendek,
mengii, obstruksi jalan nafas, hiperinflasi dan hipoksemia skunder terhadap
ketidakcocokan ventilasi/perfusi dan penyimpangan pertukaran gas.
d.
Patofisiologi
Asma
Pohon bronkial hiperaktif
Bronkospasme
Penyempitan jalan
nafas
Peningkatan kerja
pernafasan
Peningkatan kebutuhan O2 Peningkatan kehilangan air tak tampak
sebagai penguapan ekshalasi
Takikardia
Penurunan masukan oral
Takipnea
Plak mukosa
Gelisah
Atelektasis
Hipoksemia
(Hudak & Gallo, 1997: 567)
e.
Penatalaksanaan
1) Terapi O2, koreksi dehidrasi, koreksi
nutrisi.
2) Terapi farmakologi: bronkodilator,
metilksantin, amin simpatomimetik, dan kortikosteroid.
2.
PNEUMONIA
a.
Definisi
Pneumonia adalah peradangan dimana terdapat konsolidasi
yang disebabkan pengisisan rongga alveoli oleh eksudat.
b.
Macam – macam pneumonia, etiologi,
manifestasi klinis dan farmakoterapi:
Tipe |
Etiologi
|
Faktor resiko
|
Tanda dan gejala
|
Farmakoterapi
|
Sindroma tipikal
|
Strekokus
pneumonia, tanpa penyulit.
Strekokus
pneumonia,dengan penyulit (empyema penyebaran infeksi).
|
Penyakit sickle
sel, hipogamaglobulinemia, multiple myeloma.
|
Onset mendadak
dingin, menggigil, demam (39-400C), nyeri dada pleuritis, batuk
produktif, sputum hijau dan purulen dan mungkin mengandung bercak
darah”berkarat”, hidung kemerahan, retraksi interkostal,penggunaan otot
aksesorius, timbul sianosis.
|
Obat terpilih:
Penisilin G
procain, IM aqueous cystalline penisilin G, IV penisilin V.
Obat efektif
lainnya: eritromisin, klindamisisn, cephalosprin, penisilin laintrimetropin
dan sulfametoksazol.
|
Sindroma atipikal
|
Haemophilus
influenzae.
Stafilokokus
aureus.
Penyebab umum:
Mycoplasma
pneumonia, virus patogen.
Penyebab tak umum:
Legionella
pneumophilia.
pneumocystic
carinii.
|
Usia tua, COPD,
influenza terakhir.
Anak-anak, dewasa
muda.
ISN terbaru
influenza.
Transplantasi
ginjal,penyakit otoimun,defisit imunologi,debilitas.
|
Onset bertahap dlm
3-5 hari, malaise, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk kering, nyeri dad
karena batuk.
Seperti di atas
ditambah nyeri abdomen, diare, suhu >400C, distres pernafasan.
Gagal ginjal,
hiponatremia, hipofosfatemia, kreatinin fosfokinase/onset bertahap dengan
peningkatan dispneu, batuk kering, takipneu, hipoksemia, rontgen:gambaran
interstitial diffus.
|
Penisilin G,
ampisil.
Obat efektif
lainnya;kloramfenikol (cefamandole, trimetroprim, sulfametoksazol, nafsilin).
Obat
terpilih;eritromisisn.
Obat efektif
lainnya: tetrasiklin.
Obat terpilih:
eritromisin.
Obat efektif
lainnya:rifampisin, gentamisin.
Trimetroprim,
pentamidine.
|
Sindroma aspirasi
|
Aspirasi: basil
gram negatif, klebsiela, pseudomonas, serratia, enteribacter, escherichia
proteus, basil gram positif.
Stafilokokus,
aspirasi asam lambung.
|
Alkoholisme
debilitas, perawatan (misal infeksi nosokomial), gangguan kesadaran.
|
Anaerob
campuran:mulanya onset perlahan, demam rendah, batuk, sputum produksi/bau
busuk, foto dada:jaringan interstitial yang terkena tergantung bagian
parunya.
Infeksi gram
positif/negatif.
Gambaran klinik
mungkin sama dengan pneumonia klasik, distres respirasi mendadak, dispneu
berat, sianosis, batuk, hipoksemia, diikuti tanda-tanda infeksi skunder.
|
Terapi antibiotika
tergantung pada penyebab infeksi.
|
Hematogen
|
Aspirasi zat inert:
air, barium, bahan makanan. Terjadi bila kuman patogen menyebar ke paru-paru
melalui aliran darah; stafilokokus, E.coli, anaerob enterik.
|
Kateter intravena
yang infeksi, endokarditis, penyalahgunaan obat, abses intra abdomen,
pyonefrosis, empyema kandung kemih.
|
Gejala pulmonal
timbul minimal jika dibandingkan gejala septikemia, batuk non produktif dan
nyeri pleuritik sama seperti pada emboli paru merupakan keluhan tersering.
|
Obat terpilih:
nafcilin IV,ampisiln IV + gentamisisn/tobramisin, klindamisin IV, +
gentamisisn/tobramisin.
|
c.
Patofisiologi
Asma
Pohon
bronkial hiperaktif
Bronkospasme
Penyempitan jalan nafas
Resiko kekurangan volume cairan
Peningkatan
kerja pernafasan
Peningkatan kebutuhan O2
Peningkatan kehilangan air tak tampak
sebagai
penguapan ekshalasi
Bakteri/virus/zat
alergen
Takikardia
Penurunan masukan oral
Takipnea Plak
mukosa
Gelisah
Atelektasis
Hipoksemia
Aspirasi dari sekret
yang berasal dari orofaring Kerusakan pertukaran gas
Inhalasi
butiran-butiran dahak halus (droplet)
Saluran
darah dari sumber infeksi yangberada diluar paru (hematogen)
Kuman
masuk ke alveoli
Perubahan
nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh
Reaksi
radang à meluas : Kohn dan sal.nafas ke parenkhim
paru. Perubahan kenyamanan:
Nyeri
dada pleuritik dan demam
Proses
konsolidasi memenuhi satu segmen à satu lobus. Intolerans aktifitas
Jaringan paru padat à hepatisasi
d.
Penatalaksanaan
1) Koreksi kelainan yang mendasari.
2) Tirah baring.
3) Obat-obat simptomatis seperti: parasetamol
(pada hipereksia), morfin (pada nyeri hebat).
4) Jaga keseimbangan cairan dan elektrolit
dengan batuan infus, dekstrose 5%,normal salin atau RL.
5) Pemilihan obat-obat anti infeksi: tergantung
kuman penyebab.
B.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN
a. Riwayat
atau adanya faktor resiko:
1)
penyakit
paru obstruktif menahun (PPOM).
2)
Perokok
berat.
3)
Imobilisasi
fisik lama.
4)
Pemberian
makanan melalui selang secara terus-menerus.
5)
Obat-obatan
imunosupresif (kemoterapi,kortikosteroid), mengisap.
6)
Penyakit
yang melemahkan (AIDS, kanker).
7)
Menghirup
atau aspirasi zat iritasn.
8)
Terpapar
polusi udara terus-menerus.
9)
Terpasang
selang endotrakeal atau trakeostomi.
10) Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi,
pra-koma, koma).
b. Pemeriksaan
fisik, tergantung agen penyebab:
1)
Demam
tinggi dan menggigil (awitan mungkin tiba-tiba dan berbahaya).
2)
Nyeri
dada pleuritik.
3)
Takipnea
dan takikardia.
4)
Rales.
5)
Pada
awalnya batuk tidak produktif tapi selanjutnya akan berkembnag menjadi batuk
produktif dengan mukus purulen kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecoklatan
atau kemerahan dan seirngakli berbau busuk.Dispnea
6)
Kelemahan
danmalaise.
7)
Kulit
berwarna keabu-abuan atau sianosis
8)
Keringat
hilang timbul sesuai penurunan atau peningaktan demam
9)
Periode
sakit kepala selama 24-48 jam, mialgia, malaise, diikuti dengan demam,
disosiasi nadi dan suhu (nadi relatif lambat pada demam tinggi. Normalnya nadi
meningkat jika suhu mengingkat). Hal tersebut merupakan tanda klasik pada
pneumonia legionella, viral dan mikoplasma.
c. Cari
sumber infeksi saluran pernafasan atas (ISPA: luka tenggorok, kongesti nasal,
bersin, demam ringan).
d. Pemeriksaan
diagnostik:
1) JDL menunjukkan peningkatan sel darah putih,
pada pneumonia karena pneumokokus, legionella, klebsiella, stafilokokus dan
hemophylus influenza dan akan normal pada pasien dengan pneumonia viral dan
pneumonia mikoplasma.
2) Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada
psien dnegan pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiella dan pneumonia
hemophylus influenza. Pada pneumonia mikoplasma, viral dan stafilokokus akan
terlihat infiltrat kemerahan.
3) Kultur spuutm menunjukkan adanya bakteri tapi
pada pneumonia viral negatif.
4)
Kultur
darah akan positif jika pneumonia didapat dari penularan hematogen (staphylokokus
aureus).
5)
Pewarnaan
gram positif jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif atau gram
positif.
6)
Aglutinin
dingin dan fiksasi komplemen dilakukan untuk pemeriksaan viral.
7)
Analisa
gas darah arteri menunjukkan hipoksemia (PaO2 kurang dari 80 mmHg) dan
kemungkinan hipokapnia (PaCO2 kurang dari 35 mmHg).
8)
Pemeriksaan
fungsi paru-paru menunjukkan penurunan kapasitas vital kuat (KVK).
9)
Bronkoskopi.
e.
Kaji respons emosional terhadap kondisinya.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
b. Resiko kekurangan volume cairan b/d demam,
diaforesis dan masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia.
c. Intolerans aktifitas b/d kerusakan pertukaran
gas sekunder terhadap pneumonia.
d. Perubahan kenyamanan: nyeri dada pleuritik
dan demam b/d pneumonia.
e. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh b/d peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder
terhadap demam.
3.
RENCANA INTERVENSI
a.
Kerusakan pertukaran gas b/d pneumonia.
Batasan karakteristik: batuk produktif menetap,nafas cepat, sesak nafas,
rales, analisa gas darah menunjukkan hasil tidak normal, warna kulit sianosis
atau keabua-abuan, bunyi nafas tidak normal, pemeriksaan fungsi paru, volume
tidal rendah.
Hasil pasien (kolaboratif): mendemostrasikan perbaikan ventilasi.
Kriteria evaluasi: bunyi nafas jelas, analisa gas darah dalam batas-batas
normal, frekuensi nafas 12-24 per menit, frekuensi nadi 60-100 kali/menit,
tidak ada batuk, meningkatnya volume inspirasi pada spirometer insentif.
Intervensi
|
Rasional
|
· Pantau:status pernafasan @ 8 jam,
tanda vital@4 jam, hasil analisa gas darah, foto rontgen, pemeriksaan fungsi
paru-paru.
· Berikan ekspektoran sesuai dnegan
anjuran dan evaluasi keefektifannya.
· Doorng pasien untuk minum minimal 2-3
liter cairan per hari.
· Lkaukan penghisapan jika pasien
menderita kongesti paru tetapi refleks batuk tidak baik atau terjadi
penurunan kesadaran.
· Doorng pasien untuk berhenti merokok.
· Pertahankan posisi fowler atau semi
fowler.
· Berikan oksigen tambahan sesuai dnegna
anjuran, sesuaikan kecepatan aliran dengan hasil analisa gas darah.
· Ikuit prosedur pencegahan secara umum
atau pencegahan khusus (menggunakan masker untuk penceghaan penularan melalui
pernafasan, menggunakna sarung tangan bila menangani sekresi tubuh/darah).
· Pertahankan kontrol nyeri yang adekuat,
jika pasien secara verbal menyatakan sakit pada pleura (nyeri pleuritik)
khususnya sebelum latihan tarik nafas dalam.
· Doorng paisen untuk melakukan nafas
dalam tiap 2 jam seklai dengan menggunakan spirometer insentif dan catat
perkembangannya.
|
·
Mengidentifikasi
kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan.
·
Ekspektoran
membantu mengencerkan sekresi sehingga sekresi dapat keluar pada sat batuk.
·
Membantu
mengeluarkan sekresi. Cairan juga untuk membnatu mengalirkan obat-obatan di
dalam tubuh.
·
Penghisapan
membersihkan jalan nafas.
·
Nikotin
dapat menyebabkan penyempitan.
·
Posisi
tegak lurus memungkinkan ekspansi paru lebih penuh dengan cara menurunkan
tekanan abdomen pada diagfragma.
·
Pemberian
oksigen tambhan dapat menurunkan kerja pernafasan dengan menyediakan lebih
bnayak oksigen untuk dikirim ke sel, walaupun konsentrasi oksigen yang lebih
tinggi dapat dilairkan mellaui masker oksigen, namun hal tersebut seringkali
mencetuskan perasaan terancam bagi pasien, khususnya pada pasien dnegan distres
pernafasan.
·
Mencegah
penyebaran penyakit.
·
Pasien
cenderung melakukan ekspnasi toraks terbatas untuk mengontrol nyeri
pleuritik. Ekspansi toraks yang terbatas dapat menunjang terjadinya
hipoventilasi dan atelektasis.
·
Nafas
dalam dapat mengembangkan alveolus dan mencegah atelektasis. Spirometer
insentif dapat membantu meningkatkan nafa sdalam dan memungkinkan ukuran yang
objektif terhadap kemajuan pasien.
|
b.
Resiko kekurangan volume cairan b/d demam,
diaforesis dan masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia.
Batasan karakteristik: menyatakan haus, hipernatremia, mukosa
membran kering, urine kental, turgor buruk, berta badan berkurang tiap hari,
frekuensi nadi lemah, tekanan darah menurun.
Hasil pasien:
mendemonstarsikan perbaikan status cairan dan elektrolit.
Kriteria evaluasi: haluaran urine lebih besar dari 30 ml/jam, berta jenis
urine 1,005-1,025, natrium serum dalam batas normal, mukosa membran lembab,
turgor kulit baik, tidak ada penurunan berta badan, tidak mengeluh kehausan.
Intervensi
|
Rasional
|
· Pantau: masukan dan haluaran setiap 8
jam, timbang BB tiap hari, hasil pemeriksaan analisa urine dan elektrolit
serum, kondisi kulit dan mukosa membran tiap hari.
· Berikan terapi intravena sesuai dnegna
anjuran dan berikan dosis pemeliharaan dan tindakan-tindakan pencegahan.
· Berikan caran per oral
sekurang-kurangnya tiap 2 jam sekali. Dorong pasien untuk minum cairan yang
bening dan mengandung kalori.
· Lapor dokter jika ada tanda-tanda
kekurangan cairan menetap atau bertambah berat.
|
·
Mengidentifikasi
kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.
·
Selama
fase akut, paisen sering terlalu lemah dan sesak, unutk meminum cairan per
oral secara adekuat dan untuk mempertahankan hidrasi yang adekuat. Jika ada
demam maka kebuuthna cairan akan meningkat, karena jika demam kehilangan
cairan akan meningkat, sebab: keringat yang berlebihan, yang terjadi jika
demam membaik; meningkatnya penguapan yang terjadi karena vasodilatasi
perifer, hal tersebut terjadi sebagai mekanisme kompensasi yang digunakan oleh tubuh untuk
mengeluarkan panas.
·
Cairan
membantu distribusi obat-obatan dalam tubuh, serta membantu menurunkan demam.
Cairan bening membnatu mencairkan mukus, kalori mambantu mennaggulangi
kehilangan BB.
·
Ini
merupakan tanda-tanda kebuuthan cairan yang meningkat atau mulai timbulnya
komplikasi.
|
c.
Intolerans aktifitas b/d kerusakan pertukaran
gas sekunder terhadap pneumonia.
Batasan karakteristik: menyatakan sesak nafas dan lelah dengan
aktifitas minimal, diafoersis, takipnea dan takikardia pada katifitas minimal.
Hasil pasien:
mendemonstrasikan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Kriteria evaluasi: pasien dapat melakukan AKS, dapat berjalan lenih jauh
tanpa mengalami nafas cepat, sesak nafas dan kelelahan.
Intervensi
|
Rasional
|
·
Monitor
frekuensi nadi dan frekuensi nafas sebelum dan sesudah aktifitas.
·
Tunda
aktifitas jika frekuensi nadi dan frekuensi nafas meningkat secara cepat dan
apsien mengeluh sesak nafas dan kelelahan, tingkatkan katifitas secara
bertahap untuk meningkatkan toleransi.
·
Bnatu
paisen dalam melaksanakan AKS sesuai dnegan kebutuhannya. Beri pasien
istirahat tanpa diganggu diantara berbagai aktfiitas.
·
Pertahankan
terapi oksigen selama aktifitas, lakukan tindakan pencegahan terhadap
komplikasi akibat imobilisasi, jika paisen dianjurkan tirah baring lama.
·
Konsul
dokter jika sesak nafas tetap ada atau bertambah berat saat istirahat.
|
·
Menidentifikasi
kemajuan atau penyimpangan dari sasarn yang diharapkan.
·
Gejala-gejala
tersebut merupakan tanda adanya intoleransi aktifitas. Komsumsi oksigen
meningkat jika aktifitas meningkat, daya tahan dapat lebih lama, jika ada
waktu istirahat diantara aktifitas.
·
Menyimpan
energi.
·
Aktifitas
fisik meningkatkan kebuuthan oksigen dan sistem tubnuh akan berusaha
menyesuaikannya. Keseluruhan sistem berlangsung dalam tempo yang lebih lambat
saat tidak ada aktifitas fisik (tirah baring). Tindakan perawatan yang
spesifik dapat memininmalkan komplikasi dari imobilisasi.
·
Hal
tersebut dapat merupakan tanda awal dari komplikasi khususnya gagal nafas.
|
d.
Perubahan kenyamanan: nyeri dada pleuritik
dan demam b/d pneumonia.
Batasan karakteristik: mengatakan nyeri dada pada saat bernafas
atau batuk, auskultasi pleural rub, foto rontgen dada menunjukkan adanya
pleuritis, suhu di atas 37C, diaforesis intermitten, leukosit di atas
10.000/mm3, kultur sputum positif.
Haisl pasien:
mendemonstrasikan bebas dari ketdaknyamanan.
Kriteria evaluasi: menyangkal nyeri dada pleuritik, ekspresi wajah rilkes,
suhu tubuh 37C, kultur sputum negatif, dan kadar leukosit antara 5.000-10.000/mm3.
Intervensi
|
Rasional
|
·
Pantau:
suhu @ 4jam, hasil pemeriksaan SDP, hasil kultur sputum.
·
Berikan
analgetik sesuai dnegan anjuran untuk mengatasi nyeri pleuritik jika perlu
dan evaluasi keefektifannya. Konsul dokter jika analgesik tidak efektif dalam
mnegontrol nyeri.
·
Berikan
antibiotika sesuai dnegan anjuran dan evaluasi keefektifannya. Tinjau kembali
semua obat-obatan yang diberikan. Untuk menghindari efek merugikan akibat
interaksi obat, jadwalkan pemberian obat dalam kadar darah yang konsisiten.
·
Konsultasi
dokter jika demam dan reaksi yang tidak diinginkan (kemerahan,gangguan
saluran pencernaan, menurunnya jumlah urine, menurunnya fungsi pendengaran,
meningkatnya kelelahan).
·
Berikan
tindakan untuk memebrikan rasa nyaman seperti mengelap bagian punggung
pasien, mengganti alat tenun yang kering setelah diaforesis, memberi minum
hangat, lingkungan yang tenang dnegan cahaya yang redup dan sedatif ringan
jika dianjurkan serta memberikan pelembab pada kulit dan bibir.
·
Lakukan
tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti: mandi air dingin, selimut
yang tidak terlalu tebal (mempertahankan selimut cukup untuk mencegah
kedinginan/menggigil), beri antipiretik yang diresepkan, tingkatkan masukan
cairan.
·
Konsul
dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau makin memburuk.
|
·
Mengidentifikasi
kemajuan atau penyimpanagn dari sasaran yang diharapkan.
·
Analgetik
membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsnag nyeri. Nyeri dada
pleuritik yang berat seringkali memerlukan anlgetik narkotik utnuk dapat
mengontrol nyeri dengan efektif. Nyeri yang tidak dapat diatasi dnegan
analgesik memerlukan penyelidikan lebih lanjut dan merupakan tanda awal
adanya komplikasi.
·
Antibiotika
diperlukan untuk mengatasi infeksi, efek terapeutik maksimum yang efektif
dapat dicapai jika kadar obta yang ada dalam darah konsisten dan dapat
dipertahankan. Resiko akibat interaksi obat-obatan yang diberikan menongkat
dnegan adanya farmakoterapi multiple. Efek samping akibat interaksi satu obat
dengan yang lainnya dapat mengurangi keefektifan pengobatan salah satu obat
atau kedua-duanya.
·
Tanda-tanda
tersebut merupakan gejala keracunan antibiotika dan pengobatan tersebut harus
dihentikan.
·
Tindakan
tersebut akan meningkatkan relaksasi. Pelembab membantu mencegah kekeringan
dan pecah-pecah di mulut dan bibir.
·
Mandi
dnegan air dingin dan selimut yang tidak terlalu tebal memungkinkan
terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan).
Antipiretika dapat megontrol demam dengan mempengaruhi pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Cairan dapat membantu mencegah dehidrasi karena mneingkatnya
metabolisme. Menggigil menandakan tubuh memerlukan panas lebih banyak.
·
Hal
etrsebut merupakan tanda berkembangnya komplikasi.
|
e.
Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh b/d peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder
terhadap demam.
Batasan karakteristik: mengatakan anoreksia, makan kurang 40% dari
yang seharusnya, penurunan BB dan mengeluh lemah.
Hasil pasien (kolaboratif): mendemonstrasikan masukan makanan yang
adekuat untuk memnuhi kebuuthan dan metabolisme tubuh.
Kriteria evaluasi: peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan BB
lebih lanjut, menyatakan perasaan sejahtera.
Intervensi
|
Rasional
|
· Pantau: persentase jumlah makanan yang
dikomsumsi setiap kali makan, timbang BB tipa hari, hasil pemeriksaan protein
total, albumin dan osmolalitas.
· Berikan perawatan mulut tiap 4 jam
jika spuutm berbau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan.
· Rujuk kepada ahli diet untuk membantu
memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit panas.
· Dorong pasien untuk mengkomsumsi
makanan tinggi kalori tinggi protein.
· Berikan makanan dnegna porsi sedikit
tapi sering yang mudah dikunyah jika ada sesak nafas berat.
|
· Mengidentifikasi kemajuan atau
penyimpanagn dari sasaran yang diharapkan.
· Bau yang tidak menyenangkan dapat
mempengaruhi nafsu makan.
· Ahli diet ialah spesialisasi dalam hal
nutrisi yang dapat membantu paisen memilih makanan yang memenuhi kebutuhan
kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dnegna keadaan sakitnya, usia, tinggi dan
Bbnya.
· Peningkatan suhu tubuh meningkatkan
metabolisme, masukan protein yang adekuat, vitamin, mineral dan kalori untuk
aktifitas anabolik dan sintesis antibodi.
· Makanan porsi sedikit tapi sering
memerlukan lebih sedikit energi.
|
DAFTAR PUSTAKA
- Barbara Engram (1998), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal – Bedah Jilid I, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
- Barbara C. Long (1996), Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan, The C.V Mosby Company St. Louis, USA.
- Hudak & Gallo (1997), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik Volume I, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
- Jan Tambayonmg (2000), Patofisiologi Unutk Keperawatan, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
- Marylin E. Doenges (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta.
- Sylvia A. Price (1995), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit Edisi 4 Buku 2, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
- Guyton & Hall (1997), Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedoketran EGC, Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN TN. IK. DENGAN PNEUMONIA +
STATUS ASMATIKUS
DI RUANG PENYAKIT PARU LAKI RSUD DR.
SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 4 – 7 FEBRUARI 2002
(1)
PENGKAJIAN
Pengakajian dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2002
pada pukul 10.00 WIB.
1. Identitas
Nama :
Tn. Ik. Tgl MRS : 31 – 1 - 2002
Umur :
78 tahun Register :
Jenis kelamin : Laki-laki Diagnose : Pneumonia + Status asmatikus
Suku Bangsa : Jawa
Agama :
Islam
Pekerjaan : Pensiunan pegawai PJKA
Pendidikan : SMP
Alamat :Jl.Dinoyo
III/7 surabaya
Keluhan utama :
sesak nafas.
sebelumnya :
Klien datang dengan keluhan sesak
nafas hilang timbul sejak 2 bulan yll dan sesak meningkat sejak 5 hari yll.
Sesak dirasakan bila habis berjalan jauh. Riwayat asma (+) sejak lk. 10 tahun
yll. Keluhan istirahat tidur sulit, klien dapat tidur dengan berbaring pada 2
bantal. Batuk (+), dahak (+) putih kental. Sebelum dirawat di Ruang Paru Laki,
klien dirawat di ruang interne karena gastritis yang diderita kambuh, setelah
dinyatakan sembuh dari gastritis, sesak klien bertambah parah dan mulai
batu-batuk berdahak sehingga klien dipindah rawat ke ruang Paru Laki.
Upaya yang telah dilakukan : Berobat
ke klinik swasta à tidak ada perubahan.
Therapi/operasi
yang pernah dilakukan : Operasi hernia 3 kali à
dinyatakan sembuh.
II Riwayat Keperawatan
2.1 Riwayat penyakit sebelumnya: Sesak sejak 10 tahun yll hilang timbul, HT (-), DM (-), gastritis (+).
2.2 Riwayat penyakit sekarang :
Saat pengkajian, kleuhan sesak masih ada, nyeri dada (-), pusing (+), mual muntah (-)
2.3 Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat penyakit yang sama pada
keluarga tidak ada, HT (-), DM (-).
Genogram:
Keterangan:
=
laki-laki =
meninggal = tinggal
dalam satu rumah.
= perempuan = klien Tn. Ik
2.4 Keadaan kesehatan lingkungan : Menurut keluarga, lingkunagn rumah
cukup bersih karena kebiasaan keluarga dan masyarakat sekitar membersihkan
rumah dan lingkunagn sekitar setiap minggu sekali.
2.5 Riwayat kesehatan lainnya :
taa
2.6 Alat bantu yang dipakai
Gigi palsu : ya
Kaca mata :--
Pendengaran :taa
Lain-lain :taa
III. Observasi dan Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : sadar CM, terbaring di tt, kondisi umum
terlihat lemah.
2. Tanda vital :S:
36,8 0C, N: 80 x/mnt, TD: 110/70 mmHg, RR: 24 x/mnt.
3. Body System
3.1 Pernafasan
Hidung : sekret (+), terpasang O2 2
lt/mnt.
Trachea : taa
Dada :
- Bentuk : simetris
- Gerakan : simetris, nyeri dada (-).
Suara nafas dan lokasi : mengii (+), krekels minimal.
ronchi kasar (minimal) hampir di sebagian besar lapang paru.
Jenis nafas : hidung
Batuk : ya, sering
Sputum : Ya , putih kental
Cyanosis : taa
Frekwensi nafas : 24 x/mnt.
3.2 Kardiovaskuler
Nyeri dada : taa
Pusing : ++ bila berubah posisi ke duduk.
Kram kaki :--
Sakit kepala : --
Palpitasi : --
Clubing finger :--
Suara jantung : S1 S2 tunggal.
Edema :
taa
Kapilari refill : 2 dtk.
Lainnya : --
3.3 Persarafan
Kesadaran : CM
GCS :
E4V5M6
Kepala dan wajah : dbn
Mata :
anemis (-), sianosis (-).
Sklera :
putih
Konjunctiva : merah muda.
Pupil :
isokor
Leher :
DVJ (-).
Reflek fisiologis : dbn
Reflek patologis : taa
Pendengaran : dbn
Penciuman : dbn
Pengecapan : dbn
Penglihatan : dbn
Perabaan : dbn
Lainnya :
--
3.4 Perkemihan –Eliminasi Urine
Produksi urine : 600 – 800
cc /hari, klien Bak/bab di kamar mandi diantar keluarga.
Warna urine : kuning pekat.
Gangguan saat kencing : taa.
. Lainnya :
--
3.5 Pencernaan - Eliminasi Alvi
Mulut :
bersih, gigi sdh tidak lengkap (klien pakai gigi palsu), mukosa bibir lembab.
Tenggorokan : sakit menelan (-).
Abdomen : distensi (-), peristaltik usus baik.
Rectum : dbn
Bab : --
Obat pencahar : --
Lavement : --
Lain-lain : --
3.6 Tulang – Otot – Integumen
Kemampuan
pergerakan sendi: 5
5
5 5
Extremitas :
- Atas : pergerakan baik, kekuatan otot baik.
- Bawah : pergerakan baik, kekuatan otot baik.
- Tulang belakang :dbn
Kulit:
- Warna kulit :sawo matang, kulit keriput.
- Akral :hangat, oedem (--)
- Turgor : baik
3.7 Sistem Endokrin
Terapi hormon : --
Karakteristik seks sekunder: dbn
Riwayat pertumbuhan dan perkembnagan
fisik: taa
3.8 Sistem Hematopoietik
Diagnosis penyakit hematopoietik yang
lalu: --
Type darah: O
3.9 Reproduksi
Laki – laki: klien menduda setelah ditinggal meninggal oleh istri 2
tahun yll, fungsi seksual tidak dikaji.
4.0 Psikososial
Konsep diri: --
Citra diri:
-
Tanggapan
tentang tubuh: taa
-
Bagian
tubuh yang disukai: taa
-
Bagian
tubuh yang tidak disukai: taa
-
Persepsi
thd kehilangan bagian tubuh: taa
-
Lainnya,
sebutkan: taa
Identitas:
-
Status
klien dalam keluarga: ayah, seorang kakek, kepala rumah tangga
-
Kepuasan
klien thd status dan posisi dlm keluarga: puas
-
Kepuasan
klie thd jenis kelamin: puas
-
Lainnya,
sebutkan: taa
Peran:
-
tanggapan
klien thd perannya: cukup puas.
-
Kemampuan/kesanggupan
klien melaksanakan perannya: sanggup melaksanakan peran.
-
Kepuasan
klien melaksanakan perannya: puas.
Ideal diri/harapan:
-
harapan
klien thd:
= Tubuh: suapaya cepat sembuh.
= Posisi (dlm pekerjaan): taa
= Status dlm keluarga: taa
= Tugas/pekerjaan:taa.
-
Harapan
klien thd lingkungan: taa
-
Harapan
klien thd penyakit yg diderita: penyakitnya dapat segera disembuhkan.
Harga diri:
-
Tanggapan
klien thd harga dirinya: taa
-
Lainnya,
sebutkan: taa
Sosial/interaksi:
-
Hubungan
dengan klien: ayah dan mertua.
-
Dukungan
keluarga: baik
-
Dukungan
kelompok/teman/masyarakat: baik
-
Reaksi
saat interaksi: kooperatif, komunikasi lancar dan jelas.
-
Konflik
yang terjadi terhadap: taa
3.11 Spiritual:
-
Konsep
tentang penguasa kehidupan: Allah SWT.
-
Sumber
kekuatan/harapan saat sakit: Allah SWT, tenaga dokter dan perawat serta
dukungan keluarga.
-
Ritual
agama yg berarti/diharapkan saat ini: dapat melaksanakan sholat dengan baik
(selama dirawat klien sholat di TT).
-
Sarana/peralatan/orang
yg diperlukan dlm melaksanakan ritual agama yg diharapkan saat ini: taa
-
Upaya
kesehatan yang bertentangan dgn keyakinan agama: taa
-
Keyakinan/kepercayaan
bahwa Tuhan akan menolong dlm menghadapi situasi sakit saat ini: sangat yakin
Tuhan akan membantu kesembuhan.
-
Keyakinan/kepercayaan
bahwa penyakit dapat disembuhkan: sangat yakin.
-
Persepsi
thd penyebab penyakit: .
Pemeriksaan penunjang:
1.
Tanggal
31 – 1- 2002
a.
Pemeriksaan
DL:
1) Hb: 13,3 g/dl; leko: 21,7x 109
g/dl; trombo: 181x109g/dl; PCV: 0,39.
b.
Pemeriksaan
radiologi:
Terdapat gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah paru
kanan.
c.
Pemeriksaan
AGD:
PH: 7,342; PCO2: 44,0 mmHg; PO2: 71,2 mmHg; HCO3:
23,3mmol/l; BE: - 2,4 mmol/l dengan O2 saturasi: 93,4%.
Kesimpulan:asidosis respiratorik dengan kompensasi.
2.
Tanggal
1 – 2 - 2002
a. Pemeriksaan sedimen urine:
Protein urine (-), glukosa
hijau, bilirubin (-), urobilin (-), sel darah merah: 0-1/lp; sel darah putih:
1-2 /lp; sel epitel: 1-2/lp.
b.
Pemeriksaan
sputum: basil tahan asam, BTA (-).
Terapi:
Tanggal 4 Februari
2002:
Diet TKTP, O2
2lt/mnt, IFVD RL:D5% (1:1) + Aminopilin 1 amp 14 tts/mnt; Cefo. inj 3x1 gr;
ciprofloxacin 2x500 mg; nebulizer: bisolvon 20 tts + ventolin 1 amp tiap 8 jam.
Analisa Data:
Data
|
Etiologi
|
Patofisiologi
|
Masalah
|
|||
S: Klien mengeluh nafas rterasa sesak,
badan lemah, sesak dirasa terutama pada malam hari dan bila klien berubah
posisi.
O: S: 36,8; N: 80; RR: 24; TD: 110/70,
nafas klien tampak tersengal-sengal, batuk (+), sputum (+) putih kental,
ronchi kasar (+), krekels minimal, mengii (+).leko: 21,7x 109
g/dl, pemeriksaan radiologi:Terdapat gambaran infiltrat pada bagian
lobus bawah paru kanan, AGD: asidosis respiratorik dengan kompensasi
|
Pneumonia
|
Proses
peradangan pada parenkhim paru
Meluas
hingga satu lobus
Terjadi
pemadatan/konsolidasi paru
Penurunan
pengembangan paru
Suplay
O2 menurun, demand O2 meningkat
Usaha
untuk meningkatkan RR
Sesak nafas
|
Kerusakan pertukaran gas
|
|||
S:Klien mengeluh sesak bila berubah
posisi, sesak dirasa berkurang dalam posisi setengah duduk, klein mengatakan
sulit berjalan sendiri ke kamar mandi.
O: TD: 110/70; RR:24; N: 80, nafas
terlihat tersengal-sengal, KU tampak lemah.
|
Ketidakseimbangan suplay O2 dengan
kebutuhan tubuh.
|
Proses
peradangan paru
Suplay O2 tidak seimbang dnegan demand
Usaha
peningkatan nafas
Sesak,
nafas tersengal-sengal.
Perfusi jaringan menurun
Metabolisme
menurun
Kelemahan
fisik
Defisit pemenuhan ADL.
|
Defisit pemenuhan ADL
|
|||
S: Klien mengluh sesak nafas, sesak
dirasa bila klien berubah posisi, badan tersaa lemah.
O: TD: 110/70; RR: 24; N: 80, nafas
klien tampak tersengal-sengal, keadaan umum tampak lemah, ronchi (+), mengi
(+), krekels minimal, leko: 21,7x 109 g/dl, Pemeriksaan
radiologi:Terdapat gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah paru kanan,
AGD: asidosis respiratorik dengan kompensasi
|
Ketidakseimbangan suplay O2 dengan demand.
|
Proses
peradangan pada parenkhim paru
Meluas
hingga satu lobus
Terjadi
pemadatan/konsolidasi paru
Penurunan
pengembangan paru
Suplay
O2 menurun, demand O2 meningkat
Usaha
untuk meningkatkan RR
Sesak
nafas
O2
jaringan menurun
Perfusi jaringan menurun
|
Resiko gangguan perfusi jaringan
|
Rumusan
Diagnosa Keperawatan Berdasarkan prioritas
1.
Kerusakan
pertukaran gas b/d pneumonia.
Data penunjang:
S: Klien mengeluh nafas rterasa sesak, badan
lemah, sesak dirasa terutama pada malam hari dan bila klien berubah posisi.
O: S: 36,8; N: 80; RR: 24; TD: 110/70, nafas
klien tampak tersengal-sengal, batuk, sputum (+) putih kental, ronchi kasar
(+), krekels minimal, mengii (+).leko: 21,7x 109 g/dl, pemeriksaan
radiologi:Terdapat gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah paru kanan,
AGD: asidosis respiratorik dengan kompensasi
Tujuan
jangka pendek: klien dapat
mengontrol sesak dan memilih alternatif mengurangi sesak.
Tujuan
jangka penjang: Setelah diberikan
askep selama 3 hari, sesak berkurang.
Kriterai
hasil: Klien mengatakan
sesak berkurang, klien tidak tersengal-sengal, N: 60-80 x/mnt; RR: 16-20 x/mnt;
batuk berkurang, sputum berkurang, pemeriksaan AGD membaik ke normal,
suara-suara nafa stambahan (ronchi, krekels, mengi) berkurang.
Rencana
intervensi:
a. Pantau:status pernafasan @ 8 jam, tanda
vital@4 jam, hasil analisa gas darah, foto rontgen, pemeriksaan fungsi
paru-paru.
b. Berikan ekspektoran sesuai dnegan anjuran dan
evaluasi keefektifannya.
c. Doorng pasien untuk minum minimal 2-3 liter
cairan per hari.
d. Lkaukan penghisapan jika pasien menderita
kongesti paru tetapi refleks batuk tidak baik atau terjadi penurunan kesadaran.
e. Doorng pasien untuk berhenti merokok.
f. Pertahankan posisi fowler atau semi fowler.
g. Berikan oksigen tambahan sesuai dnegna
anjuran, sesuaikan kecepatan aliran dengan hasil analisa gas darah.
h. Ikuit prosedur pencegahan secara umum atau
pencegahan khusus (menggunakan masker untuk penceghaan penularan melalui
pernafasan, menggunakna sarung tangan bila menangani sekresi tubuh/darah).
i. Pertahankan kontrol nyeri yang adekuat, jika
pasien secara verbal menyatakan sakit pada pleura (nyeri pleuritik) khususnya
sebelum latihan tarik nafas dalam.
j. Doorng paisen untuk melakukan nafas dalam
tiap 2 jam seklai dengan menggunakan spirometer
2. Resiko gangguan perfusi jaringan b/d
ketidakseimbangan suplay O2 dengan demand.
Data penunjang:
S: Klien mengluh sesak nafas, sesak dirasa
bila klien berubah posisi, badan tersaa lemah.
O: TD: 110/70; RR: 24; N: 80, nafas klien
tampak tersengal-sengal, keadaan umum tampak lemah, ronchi (+), mengi (+),
krekels minimal, leko: 21,7x 109 g/dl, Pemeriksaan radiologi:Terdapat
gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah paru kanan, AGD: asidosis
respiratorik dengan kompensasi
Tujuan
jangka pendek: kebutuhan O2 klien
terpenuhi.
Tujuan
jangka panjang: setelah diberikan
askep selama 3 hari, Gangguan perfusi jaringan tidak terjadi.
Kriteria
hasil: N: 60-80 x/mnt; RR:
16-20 x/mnt, akral hangat dan kering, klien tidak sesak, sura nafa stambahan
(-), oedem (-).
Rencana
intervensi:
a. Monitor adanya perubahan vital sign yang
tiba-tiba, gangguan mental kontinu (letargi, pinsan).
b. Observasi adanya pucat, sianosis, kulit
dingin/lembab, catat kekuatan nadi perifer.
c. Dorong latihan kaki pasif/aktf.
d. Kaji adanya tanda Homan (nyeri pada betis).
e. Pantau pernafasan.
f. Pantau intake output dalam 24 jam.
3. Defisit pemenuhan ADL b/d ketidakseimbangan
suplay O2 dengan demand.
Data
penunjang:
S:Klien mengeluh sesak bila berubah posisi,
sesak dirasa berkurang dalam posisi setengah duduk, klein mengatakan sulit
berjalan sendiri ke kamar mandi.
O: TD: 110/70; RR:24; N: 80, nafas terlihat tersengal-sengal,
KU tampak lemah.
Tujuan
jnagka pendek: kebuthhan ADL klien
trepenuhi (makan, minum, mandi, berpakaian, eleminasi).
Tujuan
jangka penjang: setelah diberikan
askep selama 3 hari, tidak terjadi gangguan pemenuhan ADL yang berdampak
terhadap defisit perawatan diri.
Kriteria
hasil: Kebutuhan klien
dapat dipenuhi secara mandiri, sesak berkurang, klien merasa nyaman.
Rencana
intervensi:
a. Monitor frekuensi nadi dan frekuensi nafas
sebelum dan sesudah aktifitas.
b. Tunda aktifitas jika frekuensi nadi dan
frekuensi nafas meningkat secara cepat dan apsien mengeluh sesak nafas dan
kelelahan, tingkatkan aktifitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi.
c. Bnatu paisen dalam melaksanakan AKS sesuai
dnegan kebutuhannya. Beri pasien istirahat tanpa diganggu diantara berbagai
aktfiitas.
d. Pertahankan terapi oksigen selama
aktifitas, lakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi akibat imobilisasi,
jika paisen dianjurkan tirah baring lama.
e. Konsul dokter jika sesak nafas tetap ada
atau bertambah berat saat istirahat.
Implementasi
keperawatan:
Dilaksanakan mulai
tgl 4 s/d 7 Februari 2002.
Tgl/jam
|
No
Dx.
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
4-2-2002
08.00
08.30
08.45
09.00
10.00
10.10
11.00
12.30
|
|
·
Memperkenalkan
diri pada klien dan keluarga.
·
Mengukur
vital sign.
·
Memberi
obat per inhalasi: Ventolin 1 amp dan bisolvon 20 tts.
·
Memberi
inj: Cefo 1 gr
·
Mengobservais
klien.
·
Memasang
cairan cipro 500 mg.
·
Memberi
penjelasan kepada klien dan keluarga tentang;
-
Meningkatkan
intake minum hangat unutk mengencerkan dahak.
-
Menghabiskan
asupan makanan yang diberikan dari dapur.
-
Merubah
jam tidur bila memungkinkan.
-
Perlunya
membatasi pengunjung.
·
Membantu
klien Bab dan bak.
|
Klien dan keluarga
kooperatif.
TD: 110/70; S:
36,8; N: 80; RR: 24, kesadran CM, KU lemah.
Obat sudah masuk,
sesak dirasa berkurang, sekret (+) banyak, putih kental.
Reaksi alergi (-).
Klien tidur, nafas
reguler.
Infus sudah
terpasang.
Klien dan keluarga
mengatakan mengerti dan berjajnji untuk melaksankan anjuran petugas.
Bab 1x, konsistensi
lembek, lendir (-), Bak lk 200 cc.
|
5-2-2002
07.30
08.30
08.45
09.00
09.15
09.30
12.30
13.30
14.00
|
|
·
Merapikan
meja, tt dan lingkungan apsien.
·
Mengukur
vital sign.
·
Membantu
klien ma/mi.
·
Memberi
obat inhalasi: bisolvon 20 tts + ventolin 1 amp.
·
Memberi
obnat inj: cefo 1 gr.
·
Memasang
Cipro infusion 500 mg.
·
Membantu
makan siang.
·
Membantu
klien bak.
·
Mengobservasi
klien.
|
Meja, tt dan
lingkungan klien rapi dan bersih.
TD: 120/70; RR; 24;
N: 76; S: 36,4.
Ma hbs ½ porsi, mi
200 cc, mual (-).
Sesak dirasa
berkurang, RR: 24 x/mnt.
Reaksi alergi (-),
obat sudah masuk.
Cipro sudah masuk.
Ma hbs ½ porsi, mi
150 cc.
Bak kuning jernih,
200 cc.
Klien tennag,
gelisah (-), sesak (-).
|
6-2-2002
14.30
15.00
15.30
16.00
16,30
17.00
18.00
19.00
19.30
|
|
· Mengobservasi klien.
· Mnegukur vital sign
· Memberi obat inhalasi: bisolvon 20 tts
+ ventolin 1 amp.
· Memberi inj: cefo 1 gr.
· Menjelaskan pentingnya lingkungan yang
tenang bagi klien.
· Membatasi pengunjung yang besuk.
· Membantu klien berpakaian.
· Memasang cairan infus D5% + 1 amp
Aminopilin 14 tts/mnt.
· Membantu klien Bak.
|
Klien sedang duduk
di tt, sesak (-).
TD: 110/70; RR: 24;
S: 36,2; N: 84.
Obta sudah masuk,
sesak (-), sputum (+) putih kental.
Reaksi alergi (-).
Kleuarga maklum.
Pengunjung maklum.
Klien rapi.
Infus netes lancar
14 tts/mnt.
Bak kuning jernih,
150 cc.
|
7-2-2002
07.30
08.00
08.15
08.30
08.45
09.00
09.15
10.00
11.00
12.00
|
|
· Menanaykan keadaan istirahat tidur
klien semalam.
· Membantu klien ma/mi
· Membersihkan meja, tt dan lingkungan
pasien.
· Memberi penjelasan tentang pentingnya
melatih nafas dalam dan menggerak-gerakkan kaki sesering mungkin.
· Melatih klien nafas dalam dan batuk
yang efektif.
· Memberi obat inhalasi: bisolvon 20 tts
+ ventolin 1 amp.
· Member inj: cefo 1 gr.
· Membantu klien merubah posisi.
· Membantu klien Bak.
· Mengobservais klien.
|
Klien mnegatkan
sulit tidur karena sesak sering timbul malam hari.
Ma hbs 2/3 porsi,
ditambah 1 buah pisang, mi 200 cc.
Meja, tt,
lingkungan klien rapi dan bersih.
Klien mau mnegikuti
petunjuk petugas.
Klien aktif mencoba
melatih perawatan nafas yang diajarkan petugas.
Obat sudah masuk,
sesak dirasa berkurang, klien melepas O2 yang dipakai.
Reaksi alergi (-).
Posisi semi fowler
tinggi.
Bak kuning jernih,
200 cc.
Klien tidur,
gelisah (-), sesak (-), ronchi minimal, menggi (+), krekels minimal, sputum
(++) banyak putih kental.
|
Evaluasi
keperawatan:
Diagnosa
keperawatan
|
Evaluasi
|
Tanggal 7-2-2002, pk. 11.00 WIB.
1. Kerusakan pertukaran gas b/d
pneumonia.
Data penunjang:
S: Klien mengeluh nafas rterasa sesak,
badan lemah, sesak dirasa terutama pada malam hari dan bila klien berubah
posisi.
O: S: 36,8; N: 80; RR: 24; TD: 110/70,
nafas klien tampak tersengal-sengal, batuk, sputum (+) putih kental, ronchi
kasar (+), krekels minimal, mengii (+).leko: 21,7x 109 g/dl, pemeriksaan
radiologi:Terdapat gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah paru kanan,
AGD: asidosis
|
S: Klien mengatakan sesak berkurang,
nafas sudah tidak tersengal-sengal lagi, malam sudah dapat tidur dengan baik,
bila berubah posisi tidak tersaa sesak lagi.
O: S: 36,2; RR: 20; N: 84; TD: 110/70
mmHg. Klien tampak tenag, duduk di tepi tt sambil mneggoyang-goyangkan kaki,
batuk (+) sudah agak berkurang, sputum berkurang lk 25 cc, ronchi menurun,
krekels minimal, mengi (+/-).
A: masalah teratasi.
P: pertahankan status umum klien.
|
Tanggal 7-2-2002, pk. 11.30 WIB.
2.
Resiko
gangguan perfusi jaringan b/d ketidakseimbangan suplay O2 dengan demand.
Data penunjang:
S: Klien mengluh sesak nafas, sesak
dirasa bila klien berubah posisi, badan tersaa lemah.
O: TD: 110/70; RR: 24; N: 80, nafas
klien tampak tersengal-sengal, keadaan umum tampak lemah, ronchi (+), mengi
(+), krekels minimal, leko: 21,7x 109 g/dl, Pemeriksaan
radiologi:Terdapat gambaran infiltrat pada bagian lobus bawah paru kanan,
AGD: asidosis respiratorik dengan kompensasi
|
S: Klien mengatkan sesaknya sudah
berkurang, batuk menurun, dahak juga sudah berkurang, klien mnegatkan makan
habis 2/3 porsi ditambah 1 buah pisang.
O: TD: 110/70 ; N: 84; RR; 20; S:
36,2, ronchi minimal, krekels minimal, mengi (+/-), akral hangat dan kering,
sianosis (-). Oedem (-).
A: Masalh teratasi
P: Pertahankan agar gangguan perfusi
jaringan tidak terjadi.
|
Tanggal 7-2-2002, pk. 10.00 WIB.
3.
Defisit
pemenuhan ADL b/d ketidakseimbangan suplay O2 dengan demand.
Data
penunjang:
S:Klien mengeluh sesak bila berubah
posisi, sesak dirasa berkurang dalam posisi setengah duduk, klein mengatakan
sulit berjalan sendiri ke kamar mandi.
O: TD: 110/70; RR:24; N: 80, nafas
terlihat tersengal-sengal, KU tampak lemah.
|
S: Klien mengatakan sudah dapat ke
kamar sendiri dengan jalan kaki, pusing (-), sesak dirasa berkurang.
O: TD: 110/70; RR; 20; N: 84; klien
dapat ma/mi sendiri tanpa dibantu, klien dapat ke kamar mandi sendiri tanpa
dipapah, nafas tersengal (-), pucat (-).
A: Masalh teratasi
P: Pertahankan status umum klien
sampai pasien pulang.
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon