Salam Sehat dan Harmonis

-----

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI MENAHUN


ASUHAN KEPERAWATAN

Pada Klien Tn. K dengan Diagnosa Medis Penyakit Paru Obstruktif  Menahun (PPOM) di Ruang Marwah 3C RS. HAJI Surabaya




Disusun Oleh :
Fairudil Anam




FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
LEMBAR PENGESAHAN


Laporan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa Penyakit Paru Obstruktif Menahun di ruang  Marwah 3C RS. Haji Surabaya, telah disahkan pada :
Hari                 :
Tanggal           :
Ruang              : Marwah 3C kamar C3



Mengetahui

Kepala Ruangan
Pembimbing Ruangan













Laporan Pendahuluhan
Oksigenasi

I.                  Pengertian /Definisi :
Ø Pengertian  oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
Ø Oksigenasi adalah memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21 % pada tekanan 1 atmosfir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam tubuh.
Ø Oksigen (O2) adalah salah satu komponen gas/zat dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigen itu gas/zat yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan mudah terbakar sehingga dalam pemakaianya harus hati-hati.
II.               Anatomi Fisiologi :
2.1. Saluran Pernapasan Bagian Atas :
1.   Hidung
µ  Terdiri dari bagian eksternal dan internal
µ  Bagian eksternal menonjol dari wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago
µ  Bagian internal hidung adalah rongga berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kana dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit, yang disebut septum
µ  Rongga hidung dilapisi dengan membrane mukosa yang sangat banyak mengandung vaskuler yang disebut mukosa hidung
µ  Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menurus dan bergerak ke belakang ke nasofaring oleh gerakan silia
µ  Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-paru
µ  Hidung juga berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara yang dihirup ke dalam paru-paru
µ  Hidung juga bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghirup) karena reseptor olfaktori terletak dalam mukosa hidung, dan fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia.
2.   Faring
µ  Faring atau tengorokan merupakan struktur seperti tuba yang menhubungkan hidug  dan rongga mulut ke laring
µ  Faring dibagi menjadi tiga region  : nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring (laringofaring)
µ  Fungsi fring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respirtorius dan digestif
3.   Laring
µ  Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea
µ  Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :
-    Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium kea rah laring selama menelan
-    Glotis : ostium antara pita suara dalam laring
-    Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun (Adam’sapple)
-    Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring (terletak dibwah kartilago tiroid)
-    Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid
-    Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi suara (pita suara melekat pada lumen laring)
-    Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi
-    Laring juga berfungsi melindungi jalan nafas bawah dari obtruksi benda asing dan memudahkan batu   
4.   Trakea
µ  Disebut jaga batang tenggorokan
µ  Ujung trakea bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina
2.2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah :
1.   Bronkus
µ  Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri
µ  Disebut bronkus lobaris kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus)
µ  Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus sengmental dan bronkus lobaris kiri menjadi 9 bronkus segmental
µ  Bronkus sengmentalis ini kemudia terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan saraf
2.   Bronkiolus
µ  Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus
µ  Bonkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas
3.   Bronkiolus Terminalis
µ  Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminal (yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia)
4.   Bronkiolus Respiratori
µ  Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
µ  Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara napas konduksi dan jalan udara pertukaran gas
5.   Duktus alveolar dan Sakus alveolar
µ  Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan alveolar
µ  Dan kemudian menjadi alveoli
6.   Alveoli
µ  Merupakan tempat pertukaran O2 dan CO2
µ  Terdapat sekitar 300 juta yang bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
µ  Terdapat atas 3 tipe :
-     Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk dinding alveoli
-    Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif  secara metabolik dan mensekresikan surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)
-    Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan berkerja sebagai mekanisme pertahanan
7.   Paru
µ  Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut
µ  Terletak dalam rongga dada atau toraks
µ  Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentra yang berisi jantung dan beberapa pembuluh darah besar
µ  Setiap paru mempunyai apeks dan basis
µ  Paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris
µ  Paru kiri lebih kecil dan trbagi menjadi 2 lobus
µ  Lobus-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesui dengan bronkusnya
8.   Pleura
µ  Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis
µ  Terbagi menjadi 2 :
-    Pleura parietalis yaitu yang melapisi rongga dada
-    Pleura viseralis yaitu yang menyelubingi stiap paru-paru
µ Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu selama pernapasan, juga untuk mencegah pemisahaan toraks dengan paru-paru
µ Tekanan dara rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, hal ini utuk mencegah kolop paru-pau
2.3. Proses Oksigenasi :
Bernapas / pernapasan merupakan proses pertukaran udara diantara individu dan lingkugannya dimana O2 yang dihirup (inspirasi) dan CO2 yang dibuang (ekspirasi). Proses bernafas terdiri dari 3 bagian,yaitu :
1.   Ventilasi :
Masuk dan keluarnya udara atmosfer dari alveolus ke paru-paru atau sebaliknya. Proses keluar masuknya udara paru-paru tergantung pada perbedaan tekanan antara udara atmosfer dengan alveoli. Pada inspirasi, dada, mengembang, diafragma turun dan volume paru bertambah sedangkan ekspirasi merupakan gerakan pasif.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi :
a.    Tekanan udara atmosfer
b.   Jalan nafas yang bersih
c.    Pengembangan paru yang adekuat
2.   Difusi :
Pertukaran gas-gas (oksigen dan karbondioksida) antara alveolus dan
kapiler paru-paru . Proses keluar masuknya udara yaitu dari darah yang bertekanan/kosentrasi lebih besar ke darah dengan tekan/kosentrasi yang lebih rendah. Karena dinding alveoli sengat tipis dan dikelilingi oleh jaringan pembulu darah kapiler yang sangat rapat, membrane ini kadang disebut membran respirasi. Perbedan tekanan pada gas-gas yang terdapat pada masing-masing sisi membran respirasi sangat mempengaruhi proses difusi. Secara normal gradient tekanan oksigen antara alveoli dan darah yang memasuki kapiler pulmonal sekitar 40 mmHg.
Faktor-faktor yang mempengaruhi difusi :
a.    Luas permukaan paru
b.   Tebal membran respirasi
c.    Jumlah darah
d.   Keadaan/jumlah kapiler darah
e.    Afinitas
f.    Waktu adanya udara di alveoli 
3.   Transportasi Gas :
Pengangkutan oksigen melalui darah ke sel-sel jaringan tubuh dan sebaliknya karbondioksida dari jaringan tubuh ke kapiler. Oksigen perlu ditraspoyasikan dari paru-paru. Secara normal 97 % oksigen akan berikatan dengan hemoglobin didalam sel darah merah dan dibawa ke jaringan sebagai oksihemoglobin. Sisanya 3% ditasportasikan ke dalam cairan plasma dan sel-sel.
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju trasportasi :
a.    Curah jantung (cardic Output/CO)
b.   Jumlah sel darah merah
c.    Hematrokit darah
d.   Latihan (exercise)
2.4.Masalah Oksigenasi :
a.    Karakteristik/penentuan sifat  Pola pernapasan :
Dispnea, sesak napas, takipnea, fremitus, abnormalitas hasil analisa gas darah, sianosis, batuk, flaring nasal, perubahan kedalaman pernapasan, melakukan three point position,bernpas melalui bibir dan perpanjangan fase ekspirasi, peningkatan diameter anterosposterior, penggunaan otot-otot asesori pernapasan, perubahan pengembangan dada. Irama napas (kusmaul), bunyi pernapasan (wheeze,rhonchi), frekuensi (takipnea).
b.   Karakteristik/penentuan sifat Difusi :
Kebingungan, somnolen, gelisah, mudah teransang, ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi,hiperkapnia, hipoksia.
c.    Karakteristik/penentuan sifat Jalan napas :
Bunyi napas tidak normal-rales (krakles),ronkhi (wheezes), perubahan pada kecepatan dan kedalaman pernapasan, takipnea, batuk, efektif atau tidak efektif, dengan atau tanpa sputum, sianosis, dispnea, demam.
d.   Karakteristik/penentuan sifat Trasportasi gas :
Curah jantung meningkat, sianosis, sesak, Hb, mobilisasi.
III.     Faktor  Yang  Mempengaruhi Oksigenasi :
1.   Tahap Perkembangan
Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan jalan nafas yang pendek. Bentuk dada bulat pada waktu bayi dan masa kanak-kanak, diameter dari depan ke belakang berkurang dengan proporsi terhadap diameter transversal. Pada orang dewasa thorak diasumsikan berbentuk oval. Pada lanjut usia juga terjadi perubahan pada bentuk thorak dan pola napas.
2.   Lingkungan
Ketinggian, panas, dingin dan polusi mempengaruhi oksigenasi. Makin tinggi daratan, makin rendah PaO2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup individu. Sebagai akibatnya individu pada daerah ketinggian memiliki laju pernapasan dan jantung yang meningkat, juga kedalaman pernapasan yang meningkat.Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya
meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan oksigen.
3.    Gaya Hidup
Aktifitas dan latihan fisik meningkatkan laju dan kedalaman pernapasan dan denyut jantung, demikian juga suplay oksigen dalam tubuh. Merokok dan pekerjaan tertentu pada tempat yang berdebu dapat menjadi predisposisi penyakit paru.
4.   Status Kesehatan
Pada orang yang sehat sistem kardiovaskuler dan pernapasan dapat menyediakan oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan tetapi penyakit pada sistem kardiovaskuler kadang berakibat pada terganggunya pengiriman oksigen ke sel-sel tubuh. Selain itu penyakit-penyakit pada sistem pernapasan dapat mempunyai efek sebaliknya terhadap oksigen darah. Salah satu contoh kondisi kardiovaskuler yang mempengaruhi oksigen adalah anemia, karena hemoglobin berfungsi membawa oksigen dan karbondioksida maka anemia dapat mempengaruhi transportasi gas-gas tersebut ke dan dari sel.
5.   Narkotika
Narkotika seperti morfin dan dapat menurunkan laju dan kedalam pernapasan ketika depresi pusat pernapasan dimedula. Oleh karena itu bila memberikan obat-obat narkotik analgetik, perawat harus memantau laju dan kedalaman pernapasan.
6.   Perubahan/gangguan pada fungsi pernapasan
Fungsi pernapasan dapat terganggu oleh kondisi-kondisi yang dapat mempengarhi pernapasan yaitu :
a. Pergerakan udara ke dalam atau keluar paru
b. Difusi oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan kapiler paru
c. Transpor oksigen dan transpor dioksida melalui darah ke dan dari sel jaringan.
Gangguan pada respirasi yaitu hipoksia, perubahan pola napas dan obstruksin sebagian jalan napas.
Hipoksia yaitu suatu kondisi ketika ketidakcukupan oksigen di dalam tubuh yang diinspirasi sampai jaringan. Hal ini dapat berhubungan dengan ventilasi, difusi gas atau transpor gas oleh darah yang dapat disebabkan oleh kondisi yang dapat merubah satu atau lebih bagian-bagian dari proses respirasi. Penyebab lain hipoksia adalah hipoventilasi alveolar yang tidak adekuat sehubungan dengan menurunnya tidal volume, sehingga karbondioksida kadang berakumulasi didalam darah.
Sianosis dapat ditandai dengan warna kebiruan pada kulit, dasar kuku dan membran mukosa yang disebabkan oleh kekurangan kadar oksigen dalam hemoglobin. Oksigenasi yang adekuat sangat penting untuk fungsi serebral.
Korteks serebral dapat mentoleransi hipoksia hanya selama 3 - 5 menit sebelum terjadi kerusakan permanen. Wajah orang hipoksia akut biasanya terlihat cemas, lelah dan pucat.
7.   Perubahan pola nafas
Pernapasan yang normal dilakukan tanpa usaha dan pernapasan ini sama jaraknya dan sedikit perbedaan kedalamannya. Bernapas yang sulit disebut dyspnoe (sesak). Kadang-kadang terdapat napas cuping hidung karena usaha inspirasi yang meningkat, denyut jantung meningkat. Orthopneo yaitu ketidakmampuan untuk bernapas kecuali pada posisi duduk dan berdiri seperti pada penderita asma.
8.   Obstruksi jalan napas
Obstruksi jalan napas lengkap atau sebagaian dapat terjadi di sepanjang saluran pernapasan di sebelah atas atau bawah. Obstruksi jalan napas bagian atas meliputi : hidung, pharing, laring atau trakhea, dapat terjadi karena adanya benda asing seperti makanan, karena lidah yang jatuh kebelakang (otrhopharing) bila individu tidak sadar atau bila sekresi menumpuk disaluran napas.
Obstruksi jalan napas di bagian bawah melibatkan oklusi sebagian atau lengkap dari saluran napas ke bronkhus dan paru-paru. Mempertahankan jalan napas yang terbuka merupakan intervensi keperawatan yang kadang-kadang membutuhkan tindakan yang tepat. Onbstruksi sebagian jalan napas ditandai dengan adanya suara mengorok selama inhalasi (inspirasi).
IV.        Jenis Pernafasan
1.      Pernapasan eksternal :
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli. Lalu oksigen akan menembus membran yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke jantung. Setelah itu, sel darh merah dipompa oleh arteri keseluruh tubuh utuk kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100 mmHg.    
2.      Penapasan internal :
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antarsel jaringan dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses metabolisme tubuh, atau juga dapat dikatakan bahwa proses pernapasan ini diawali dengan darah yang telah menjenuhkan Hb-nya kemudian mengintari seluruh tubuh dan akhirnya mencapai kapiler dan bergarak sangat lambat. Sel jaringan mengambil oksigen dari Hb dan darah menerima sebagai gantinya, dan menhasilkan korbondioksida sebagai sisa buangnnya.
V.            Pemeriksaan Penunjang :
µ Sinar X  Dada
-     Mendatarnya diafragma
-       Peningkatan tanda bronkitis
-       Hasil normal selama periode remisi (asma)  
µ Ter Fungsi Paru
-       Untuk menentukan penyebab dispnea
µ GDA
-       Memperkirakan proses penyakit kronis
µ Sputum
-       Kultur untuk menentukan adanya infeksi
-       Untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi
µ EKG
-       Membantu dalam mengaji derajat disfungsi paru
-       Perencanaan/evaluasi program latihan
VI.        Penatalaksanaan
µ  Pengukuran Fungsi Paru
Ketidakmampuan faal paru dapat dinilai dari kapasitas paru volume paru dibagi menjadi 4 antara lain :
-    Volume pasang surut (tidal volume TV) : 500 CC
-    Volume cadangan hisap (ispiratori reserve volume) : 3000 CC
-    Volume cadangan hmbus (ekspirasi reseve volume) : 1100 CC
-    Volume sisa (residual  volume - RV) : 1200 CC
VII.     Masalah Kebutuhan Oksigenasi
µ  Pada keadaan  -  hipoksemia (keadaan oksigen dalam arteri lebih)
-     Hipoksia (jumlah persidian oksigenasi dalam jaringan tidak mencukupi )
µ  Obstruksi jalan nafas : kondisi pernapasan tidak normal akibat ketidak mampuan batuk secara efektif.
µ   Pertukaran gas (kondisi penurunan gas)
VIII. Asuhan Keperawatan Pada Masalah Oksigenasi
A.    Penkajian :
1.   Riwayat keperawatan
a.    Masalah pernapasan yang pernah dialami
b.   Riwayat penyakit pernapasan
2.   Riwayat kardiovaskuler
3.   Gaya hidup
Penkjian Fisik :
1.   Inspeksi
-     Mentukan tipe jalan napas
-     Penghitungan frekuensi pernapasan 1 menit
-    Pengkajian irama pernapasan
-    Penkajian terhadap dalam dangkalnya pernapasan  
2.   Palpasi
-    Nyeri tekan akibat luka
-    Mendeteksi kelainan
-    Pembengkakan atau  benjolan pada dada
-    Meneliti ekspirasi dan inspirasi
3.   Perkusi
-    Menilai normal tidaknya suara perkusi paru
4.   Auskultasi
-    Pengkajian terhadap suara napas dengan car mendengarkan dengan stestoskop apakah ada suara napas dasar/tambahan
B.     Pemeriksaan diagnostik :
a.       Rontge dada : mendeteksi adanya tumor, lensi pada pasien TBC, penyakit jantung, benda asing.
b.      Fluroskopi : untuk mengetahui mekanisme kerja jantung
c.       Bronkografi : melihat secara visual pada penyakit gangguan bronkus
d.      Radioisotop : melihat lobus paru 
C.     Diagnosa keperawatan :
1.      Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan:
-    Depresi reflek batuk
-    Produksi sekresi yang kental/berlebihan akibat infeksi 
-    Berkurangnya mekanisme pembersihan silia dan respon peradangan
-    Batuk tidak efektif akibat penyakit system saraf
2.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan :
-    Penyakit infeksi pada paru
-    Lemahnya otot pernafasan
-    Depresi pusat pernapasan
-    Turunya ekspasi paru
3.      Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan :
-    Perubahan suplai oksigen
-    Obtruksi saluran pernapasan
-    Adanya edema paru
-    Tindakan pembedahan paru
4.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan :
-    Adanya pendarahan
-    Adanya edema
-    Immobilisasi
-    Hipervolumik
-    Menurunya aliran darah
D.    Intervensi :
1.      Mempertahankan jalan nafas agar efektif
-    Awasi perubahan status jalan nafas dengan memonitor jumlah, bunyi, atau status kebersihan
-    Ajarkan teknik batuk yang efektif
-    Kerja sama dalam tim medis dalam memberikan obat
-    Berikan humidifier
2.      Mempertahankan pola pernapasan kembali efektif
-    Awasi perubahan status pola pernapasan
-    Atur posisi pasien sesui kebutuhan (semifowler)
-    Berikan oksigenasi
-    Ajarkan teknik bernafas dan relaksasi yang benar 
3.      Mempertahankan pertukaran gas
-    Awai perubahan status pernapasan
-    Atur posisi sesuai dengan kebutuhan
-    Berikan oksigensi
-    Lakukan suction bila memungkinkan
4.      Memperbaiki perfusi jaringan
-    Kaji tingkat perubahan perfusi jaringan
-    Berikan oksigenasi
-    Pertahankan asupan dan pengeluaran
-    Cegah adanya pendarahan













Daftar Pustaka


µ  Audrey M. Mclane,Gertrude K. Mcfarland,Mi Ja Kim, 1995, Diagnosa Keperawatan, Edisi 5, Jakarta, EGC,
µ  Alimul Hidayat,A. Azis, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia, Jilid 2, Jakarta: Salemba Medika,
µ  Carpenito-Monyet, Juall, Lynda, 2006, Diagnosa Keperawatan, Edisi 10, Jakarta: EGC,
µ  Syaifuddin,B.Ac, Drs.H, 2002, Anatomi Fisiologi, Edisi 2, Jakarta: EGC,

Previous
Next Post »

Translate