ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn. V DENGAN
STATUS ASMATIKUS DI RUANG PAVILIUN SHOFA
RUMAH SAKIT SITI KHODIJAH SEPANJANG
Disusun oleh :
Merry Yuni Anggraini
Nim
: 200135
AKADEMI
KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2004/2005
LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan keperawatan pada Nn “V” dengan
diagnosa medis status asmatikus di ruang Shofa Rumah Sakit Siti Khodijah
Sepanjang, telah diperiksa dan disetujui untuk disahkan sebagai laporan praktek
klinik keperawatan yang dilaksanakan mulai tanggal 02 Februari 2004 sampai 15
Februari 2004.
Surabaya, 15 Februari 2004
Mahasiswa praktek,
Merry Yuni
Anggraini
NIM : 200135
Mengetahui,
Kepala Ruangan Interne (Pav. Shofa) Rumah Sakit Siti
Khodijah
Sepanjang
|
Pembimbing Ruangan Interne (Pav. Shofa) Rumah Sakit
Siti Khodijah Sepanjang
|
Ida
Yuliastutik
|
Nining K,
Amd
|
NIP.
|
NIP.
|
Pembimbing
Pendidikan
Akper
UNMUH Surabaya
Nur Mukarromah, M. Kes.
NIP.
Konsep Dasar
Konsep Dasar
1.
Pengertian
Status asmatikus adalah suatu asma yang
sukar disembuhkan dengan obat-obatan yang konvensial (Dr. H. Tabrani Rab, 1996
: 170). Status asmatikus adalah kedaruratan yang mengancam kehidupan, merupakan
serangan asma yang berat dan berlangsung lebih lama dari pada biasanya serta tidak
memberikan respons terhadap terapi yang diberikan (Lorenz, 1991).
2.
Etiologi
Sebagai faktor pencetusnya adalah :
a.
Alergi
b.
Infeksi dan iritasi
c.
Ketidakseimbangan saraf otonom.
d.
Perubahan lingkungan dan suhu
Asma dianggap suatu reaksi atopik, maka
timbulnya asma dapat merupakan immediate asmatic reaction allergi dimana IgE
memegang peranan penting. Pada reaksi atopik maka yang memegang peranan penting
adalah IgE, nel mast yang terdapat di mukosa dan sub mukosa, dan basofil yang
terdapat di dalam darah. Pada reaksi anafilaksis maka yang memegang peranan
penting adalah IgE, disamping IgE. Reaksi ini termasuk kedalam reaksi tipe I
(Voorhort, 1969) (Dr. H. Tabrani Rab, 1996 : 173).
3.
Patofisiologi
Reaksi
hipersensitivitas jalan nafas
¯
Reaksi
inflamasi jalan nafas
¯
Bronkokonstriksi
¯
Pembengkakan
diding jalan nafas
¯
Sumbatan
mukus (mucosa plug)
¯
Batuk
/ sesak nafas
¯
Bersin jalan nafas tidak teratur
Gangguan
pertukaran gas Pola
nafas tidak efektif
4.
Anatomi Fisiologi
Respirasi adalah peristiwa menghirup udara
dari luar yang mengandung oksigen kedalam tubuh serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Saluran pernafasan dibagi menjadi 2 zona
yaitu :
1)
Zona konduksi
Terdiri dari hidung, faring, trakea, bronkus dan bronkus terminalis.
2)
Zona respiratorik
Terdiri dari bronkiali respiratorik, duktus alveoli dan sakus
alveoli.
Mekanisme pernafasan yaitu :
1)
Ventilasi
-
Proses inspirasi
-
Proses ekspirasi
2)
Difusi
Yaitu perpindahan O2 dan CO2
melalui membran alveoli dan pertukaran O2 dan CO2 dari
alveoli dan kapiler.
3)
Transportasi
Yaitu Peredaran O2 ke seluruh
tubuh ke dalam darah perifer, udara yang masuk melalui rongga hidung akan
disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel yang halus
disaring dalam lapisan mukosa.
Trakea panjangnya kira-kira 9cm berjalan
dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrata torak jalis kelima dan
bercabang menjadi dua bronkus dan trakea yang tersusun 16-20 lingkaran berupa
tulang rawan yang diikat jaringan fibrosa ke atas laring. Maka dengan gerakan
ini debu dan butir halus lainnya turut masuk bersama pernafasan dapat
dikeluarkan tulang rawan yang digunakan untuk mempertahankan agar trakea tetap
terbuka disebelah belakang tidak tersambung.
Bronkus terbentuk dari dua belahan trakea
pada ketinggian kira-kira vertebrata torakalis mempunyai serupa dengan trakea
dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan pendek
dari pada bronkus kiri yang sedikit lebih tinggi dari arteri pulkonalis dan
mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkus lobus atas. Cabang kedua timbul
setelah cabang utama lewat ke bawah arteri bronkus lobus bawah (evelyn, 1997 :
211 – 214).
5.
Gejala-Gejala Asma
Faktor-faktor
yang mengaktifkan asma adalah :
a. Infeksi saluran pernafasan
b. Alergen : - inhalasi
- pencernaan
c. Olahraga
d. Udara buruk
e. Emosional : - Tersinggung
- Marah
- Takut
- Tertawa
- Menangis
f. Konflik rumah tangga
g. Udara yang berubah sewaktu-waktu
h. Berbagai obat : - Aspirin
- Antiobiotik
(Dr. H. Tabrani Rab, 1996 : 168 – 169)
6.
Diagnosis
Diagnosis asma berdasarkan
a. Anamnesis : riwayat perjalanan
penyakit, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap asma, riwayat keluarga dan
riwayat adanya alergi serta gejala klinis.
b. Pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan laboratorium : darah
(terutama eosinofil, IgE total, IgE spesifik), sputum (eosinofil, spiral
cursman, kristal cha-cha leyden).
d. Tes fungsi paru dingin spirometri
atau peak flow meter untuk menentukan adanya obstruksi jalan nafas.
(Arif Mansjoer dkk, 2001 : 477)
7.
Komplikasi
a. Pneumotoraks
b. Pneumomediastinum
c. Emfisema subkutis
d. Atelektasis
e. Aspergilasis
f. Bronkopulmonar alergik
g. Gagal nafas
h. Bronkitis
i.
Fraktur iga
(Arif Mansjoer dkk, 2001 : 477)
8.
Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah :
a.
Menyembuhkan dan mengendalikan
gejala asma
b.
Mencegah kekambuhan
c.
Mengupayakan fungsi paru
senormal mungkin serta mempertahankannya.
d.
Mengupayakan aktivitas harian
pada tingkat normal termasuk melakukan exercise.
e.
Menghindari efek samping obat
asma.
f.
Mencegah obstruksi jalan nafas
yang ireversibel
(Arif Mansjoer dkk, 2001 : 477 – 478)
B.
Konsep Asuhan
keperawatan
I.
Pengakajian
A.
Pengumpulan Data
1.
Identitas klien
Meliputi nama, alamat, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
pendidikan, pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis, nomor register.
2.
Keluhan utama
Orang yang terkena asma biasanya mengeluh sesak nafas setelah
terpapar oleh faktor pencetus asma, nafas / dada terasa seperti tertekan.
3.
Riwayat penyakit sekarang
Klien mengeluh sesak nafas, dada seperti tertekan, batuk terdengar
whiizing.
4.
Riwayat penyakit dahulu
Klien biasanya pernah mengalami penyakit asma sebelumnya atau
penyakit lain yang berhubungan dengan asma misal alergi terhadap suaca,
rhinitis alergika.
5.
Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit
seperti ini.
6.
Pola fungsi kesehatan
a.
Pola pesepsi dan tata laksana
hidup sehat
Kurangnya aktivitas fisik / beban fisik yang berlebihan dapat
menyebabkan kekambukan penyakit asma, selain itu ketepaparan terhadap faktor
pencetus asma juga menyebabkan kekambuhan asma.
b.
Pola nutrisi dan metabolisme
Konsumsi makanan perlu diperhatikan karena penyakit asma juga dapat
disebabkan oleh makanan yang menyebabkan alergi.
c.
Pola eliminasi
Padaklien dengan penyakit asma tidak ada perubahan pada pola
eliminasi, buang air kecil 4 x/hari, warna urin kuning jernih, bau aroma khas,
konsistensi cair jernih, buang air besar 1-3 x/hari, warna coklat, konsistensi
lunak, dan berbentuk bau aromatik (dipengaruhi oleh makanan yang dimakan).
d.
Pola istirahat tidur
Pada klien asma mengalami gangguan (< 8 jam/hari) karena sesak
dan batuk yang dialami.
e.
Pola aktivitas dan latihan
Pola aktivitas dan latihan mengalami kelemahan akibat dari sesak dan
batuk.
f.
Pola persepsi dan konsep diri
Klien merasa cemas dengan keadaan yang dialami dan juga resiko yang
terjadi bila timbul kekambuhan.
g.
Pola sensori dan kognitif
Adanya keluhan sesak, kelemahan pada klien dengan penyakit asma.
h.
Pola reproduksi seksual
Bila klien sudah berkeluarga dan mempunyai anak maka akan mengalami
gangguan, jika klien belum berkeluarga maka tidak akan mengalami gangguan dalam
pola reproduksi seksual.
i.
Pola hubungan dan peran
Perlu ditanyakan bagaimana hubungan klien dengan orang lain,
interaksi klien dengan orang lain.
j.
Pola penanggulangan stress
Perlu ditanyakan apa yang membuat klien stres dan bagaimana cara
mengatasinya.
k.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Perlu ditanyakan apakah klien masih menjalankan ibadah seperti
biasanya.
7.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum
Sesak nafas setelah terpapar oleh faktor pencetus serangan asma,
nafas atau dada seperti tertekan batuk.
b.
Kepala
Rambut normal, wajah menyeringai tidak ditemukan pembesaran pada
leher.
c.
Sistem integumen
Turgor kulit normal, akral dingin, keringat dingin
d.
Sistem respirasi
Ditemukan adanya wheezing dan nafas cuping hidung, sesak penggunaan
otot-otot bantu nafas, peningkatan frekuensi pernafasan perpanjangan ekspirasi.
e.
Sistem kardiovaskuler
Jika terjadi serangan dapat terjadi takikardi, perubahan tekanan
darah (tensi meningkat).
f.
Sistem gastrointestinal.
Tidak terdapat mual, muntah, BAB 1-3 x/hari peristaltik usus normal.
g.
Sistem genitourinaria
BAK 4 x/hari, tidak ditemukan disuria, retensi urin dan infotinensia
urine.
h.
Sistem muskuloskeletal
Ada tidaknya kekakuan sendi, kelemahan otot, keterbatasan gerak dan
ada tidaknya atropi.
i.
Sistem endokrin
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid, pembesaran kelenjar limfe
j.
Sistem persyarafan
Tidak terjadi gangguan penglihatan, pemicu, pembesaran, perasa.
8.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Laboratorium
·
BGA menunjukkan hipoknia (PaCO2
kurang dari 35 mmHg) disebabkan menurunnya perfusi ventilasi. Selanjutnya PaCO2
meningkat diatas normal sesuai dengan meningkatnya tahanan jalan nafas.
·
Jumlah sel darah (JSD)
menunjukkan adanya peningkatan kadar eosinofil.
·
Pemeriksaan fungsi paru-paru
menunjukkan kultur dan tes sensitivitas untuk menentukan infeksi dan
mengidentifikasi antimikroba yang cocok dalam mengobati infeksi yang terjadi.
·
Sinar X paru memperlihatkan
distensi alveoli.
b.
Radiologik : foto thorax.
II.
Analisa Data
a.
Data I
Data subyektif : Klien mengatakan sulit bernafas, ortopnea, batuk dan terdapat
sekret.
Data obyektif : - Wheezing ada saat
ekspirasi
-
BB > 20 x/menit, tanda-tanda
vital normal.
-
BGA normal (PaO2
< 60 mg, PaCO > 45 mmHg).
Masalah : Ketidakefektifan bersin dalan nafas.
Kemungkinan penyebab : Peningkatan
produksi sekret.
b.
Data II
Data subyektif : Klien mengatakan sesak, kepala pusing.
Data obyektif : - Wheezing ada saat
ekspirasi
-
Gelisah
-
Cyanosis
Masalah : Gangguan pertukaran gas
Kemungkinan penyebab : Kurangnya
suplai oksigen
c.
Data III
Data subyektif : Klien mengatakan sesak
Data obyektif : - Cyanosis
-
Pengengkatan bahu sewaktu
bernafas.
-
Ortopnea
-
BGA normal (PaO2
<60 mg, PaCO2 > 45 mmHg).
Masalah : Ketidakefektifan pola nafas
Kemungkinan penyebab : Peningkatan
produksi sekret
d.
Data IV
Data subyektif : Klien mengatakan khawatir tetang penyakitnya.
Data obyektif : - Gelisah
-
Ekspresi wajah murung
-
Tanda-tanda vital menurun
Masalah : Ansietas
Kemungkinan penyebab : Sesak
nafas
III. Diagnosa keperawatan
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan
nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen.
3.
Ketidakefektifan pola nafas
berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
4.
Ansietas berhubungan dengan
sesak nafas.
IV. Perencanaan
1.
Diagnosa keperawatan I
Tujuan : Menunjukkan
keefektifan jalan nafas dan mampu mempertahankan jalan nafas yang adekuat dalam
waktu 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-
Penurunan wheezing
-
Kecepatan dan kedalaman
pernafasan normal
-
Tidak terjadi ortopnea,
syanosis
-
Penurunan batuk
-
Analisa gas darah dalam batas
normal
Rencana tindakan
a.
Auskultasi irama nafas, catat
adanya wheezing.
b.
Observasi tanda-tanda vital.
c.
Pertahankan polusi lingkungan
minimal, misal debu, bulu ?????
d.
Berikan posisi semi fowler.
e.
Bantu klien untuk merubah
posisi, nafas dalam, batuk yang adekuat, postural drainase sesuai instruksi
setiap 2 jam.
f.
Berikan O2 sesuai
dengan kebutuhan.
g.
Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi.
Rasional :
a.
Melihat obstruksi penyebab asma
dan menilai derajat keparahan pernafasan.
b.
Mengetahui perkembangan
penyakit dan menentukan tindakan selanjutnya.
c.
Mencegah pencetus dari
timbulnya serangan asma.
d.
Mempermudah fungsi pernafasan
dan membantu dalam meningkatkan ekspansi paru.
e.
Memudahkan pengeluaran sekret.
f.
Memenuhi kebutuhan oksigenasi
dan mengurangi beban otot-otot pernafasan.
g.
Mempercepat proses penyembuhan.
2.
Diagnosa keperawatan II
Tujuan : Adanya pertukaran
gas yang adekuat 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
-
Penurunan wheezing saat
eksprirasi / inspirasi
-
Tidak ada sesak dan tidak
pusing
-
Tidak ada cyanosis
-
BGA normal (PaO2
< 60 mmHg PaCO2 > 45 mmHg)
-
Tidak gelisah
Rencana tindakan
a.
Kaji suara nafas tiap jam
selama perode akut
b.
Kaji warna membran mukosa
c.
Observasi tanda-tanda vital
d.
Berikan posisi semi fowler
e.
Anjurkan pada klien untuk
menggunakan teknik pernafasan diafragma, relaksasi, nafas dalam.
f.
Kolaborasi dengan tim medis.
Rasional
a.
Menentukan keadekuatan
pertukaran gas.
b.
Mengetahui adanya cyanosis.
c.
Mengetahui keadaan umum dan
menentukan tindakan selanjutnya.
d.
Mempermudah fungsi pernafasan
dan membantu dalam ekspansi paru.
e.
Teknik bernafas dapat
mengurangi stragnasi ekshalasi udara yang tidak mengalir dan bermanfaat pada
periode dyspnel.
f.
Mempercepat proses penyembuhan.
3.
Diagnosa keperawatan III
Tujuan : Pola nafas menjadi
efektif dalam waktu 2 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-
Frekuensi, irama dan kedalaman
nafas normal.
-
Tidak sesak
-
Tidak cyanosis
-
BGA normal (PaO2
< 60 mmHg, PaCO2 > 45 mmHg).
-
Tidak ada nafas cuping hidung
dan tidak menggunakan otot bantu nafas.
Rencana tindakan
a.
Kaji dan observasi frekuensi
pernafasan, kedalaman pernafasan dan adanya tanda-tanda sesak nafas.
b.
Observasi tanda-tanda vital.
c.
Berikan posisi semi fowler.
d.
Berikan minum hangat.
e.
Ajarkan pada klien cara nafas
dan batuk efektif.
f.
Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi.
Rasional
a.
Pernafasan yang tidak teratur
dan dangkal menunjukkan pola nafas yang tidak efektif.
b.
Mengetahui keadaan umum klien
dan menentukan tindakan selanjutnya.
c.
Membantu dalam ekspansi paru.
d.
Mengencerkan sputum dan
memudahkan pengeluaran.
e.
Memudahkan pengeluaran sekret.
f.
Mempercepat proses penyembuhan.
4.
Diagnosa keperawatan IV
Tujuan : Ansietas berkurang
dan rasa takut hilang 1 x 24 jam.
Kriteria hasil :
-
Ekspresi wajah rileks.
-
Mengungkapkan perasaan cemas
berkurang.
-
Tanda vital dalam batas normal.
Rencana tindakan
a.
Kaji tingkat ansietas klien
(ringan, sedang, berat)
b.
Kaji kebiasaan ketrampilan
koping.
c.
Berikan dukungan emosional.
d.
Anjurkan penggunaan teknik
relaksasi.
e.
Observasi tanda-tanda vital.
f.
Pertahankan lingkungan yang
terang.
g.
Kolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian terapi.
Rasional
a.
Mengetahui tingkat kecemasan
untuk memudahkan dalam perencanaan tindakan selanjutnya.
b.
Menilai mekanisme koping yang
telah dilakukan serta menawarkan koping yang biasa digunakan.
c.
Membantu kebutuhan klien dan
mendapat keyakinan yang menenangkan.
d.
Relaksasi dapat menurnkan dan
menghilangkan kecemasan.
e.
Kecemasan biasanya diikuti oleh
peningkatan tensi darah, nadi, respirasi rate.
f.
Lingkungan yang tenang dapat
menurunkan tingkat kecemasan.
g.
Mempercepat proses penyembuhan.
V.
Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan pengolahan dari
perwujudan rencana tindakan yang meliputi beberapa kegiatan yaitu validasi
rencana keperawatan, menulis atau mendokumentasikan rencana keperawatan dan
pengumpulan data (Lismidar, 1990 : 60).
VI. Evaluasi
Perbandingan yang sistemik dari rencana
tindakan, masalah kesehatan dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lain
(Nasrul Effendi, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
Dr. H. Tabrani Rab, (1996). Ilmu
Penyakit Paru. Jakarta, Hipokrates
Marllyn E. Doenges, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi
3, Alih Bahasa. EGC, Jakarta.
Arif Mansjoer dkk, (2001). Kapita
Selekta Kedokteran. Jilid I Edisi Ketiga, Jakarta. Media Ausculapius. FKUI.
Nasrul Effendi, (1995). Pengantar
Proses Keperawatan, Jakarta. EGC.
Lismidar dkk, (1990). Proes
Keperawatan, Jakarta UI Press.
C. Pearce Evelyn, (1997). Anatomi
dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Lorent A., (1991)
ConversionConversion EmoticonEmoticon