LAPORAN PENDAHULUAN
(LP)
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PNEUMONIA
A.
KONSEP DASAR
I.
Pengertian
Pneumonia
adalah peradangan paru di mana asinus tensi dengan cairan, dengan atau tanpa
disertai infiltrasi sel radang kedalam dinding alveol dan rongga interstisium.
(Hood Alsegof, 1995, 20).
II.
Klasifikasi
1.
Berdasarkan klinis dan
epidemiologi.
-
Pneumonia yang di dapat di
masyarakat (CAP) disebabkan pneumokokus.
-
Pneumonia yang dapat di RS
(Hospital Acquaired Pneumonia / Nosokomial Pneumonia) biasanya disebabkan
bakteri gram negatif dan angka kematian lebih tinggi.
-
Pneumonia aspirasi, sering pada
bayi dan anak.
-
Pneumonia berulang, terjadi
bila punya penyakit penyerta.
2.
Berdasarkan kuman penyebab.
-
Pneumonia bakterialis /
topikal, dapat terjadi pasa semua usia, beberapa kuman tendensi menyerang
seseorang yang peka, misal :
*
Klebsiela pada orang alkoholik.
*
Stapilokokus pada infuenza.
-
Pneumonia atipikal, sering
mengenai anak dan dewasa muda dan disebabkan oleh mycoplasma, clamidia dan
coxlella.
-
Pneumonia karena virus, sering
pada bayi dan anak.
-
Pneumonia karena jamur, sering
disertai infeksi sekunder terutama pada orang dengan daya tahan lemah dan
pengobatannya lebih sulit.
3.
Berdasarkan prediksi infeksi.
-
Pneumonia lobaris mengenal satu
lobus atau lebih, disebabkan karena obstruksi bronkus, misalnya aspirasi benda
asing, proses keganasan.
-
Bronkopneumonia, adanya
bercak-bercak infiltrat pada paru dan disebabkan oleh virus atau bakteri.
III.
Gejala klinis
1.
Gejala klinik tergantung dari
penyebab pneumonia.
2.
Keluhan utama berupa batuk
(80%).
3.
Nyeri dada (tampak sangat sakit
dan berkeringat).
4.
Demam tinggi pada 5 – 10 hari
pertama.
5.
Sesak nafas (lebih – lebih bila
ada komplikasi).
6.
Produksi sputum mukoid,
purulen, warna seperti karat.
7.
Pusing, anoreksia, malaise,
mual sampai muntah.
IV.
WOC
Silvia Anderson, 1995
V.
Etiologi
Penyebab dari pneumonia adalah :
-
Bakteri.
Pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, H. influenza,
klebsiela mycoplasma pneumonia.
-
Virus.
Virus adena, virus para influenza, virus influenza.
-
Jamur/fungi.
Kandida abicang, histoplasma, capsulatum, koksidiodes.
-
Protozoa.
Pneumokistis karinti.
-
Bahan kimia.
Aspirasi makan / susu / isi lambung.
Keracunan hidrokargon (minyak tanah, bensin, dll).
VI.
Pemeriksaan diagnostik dan
laboratorium.
1.
Pemeriksaan sputum gram dan
kultur sputum dengan sampel adekuat.
2.
Pemeriksaan darah,
leukositosis, led, kultur darah.
3.
Radiologi, abnormalitas yang
disebabkan adanya radang atau cairan ditandai dengan adanya konsolidasi dan
kelainan bisa satu lobus atau lebih dan atau sebagai dari lobus.
VII.
Penatalaksanaan
1.
Antibiotika diberikan sesuai
penyebabnya.
2.
Ekspektoron yang dapat dibantu
dengan postural drainase.
3.
Rehidrasi yang cukup dan
adekuat.
4.
Latihan nafas dalam dan batuk
efektif sangat membantu.
5.
Oksigenasi sesuai dengan
kebutuhan dan yang adekuat.
6.
Isolasi pernafasan sesuai
dengan kebutuhan.
7.
Diet tinggi kalori dan tinggi
protein.
8.
Terapi lain sesuai dengan
komplikasi.
VIII.
Komplikasi
-
Efusi pleura dan emfiema.
-
Komplikasi sistemik.
-
Hipoksemia.
-
Pneumonia kronik.
-
Bronkietasis.
B.
KONSEP KEPERAWATAN
Proses keperawatan adalah
penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk
mengidentifikasi masalah-masalah klien. Merencanakan secara sistematis dan
melaksanakannya serta mengevaluasi hasil tidakan keperawatan yang telah
dilaksanakan (Nasrul Efendi, 1995 : 2 – 3).
I.
Pengkajian.
a.
Pengumpulan data.
1.
Identitas klien.
Pneumonia dapat menyerang semua usia tergantung kuman
penyebabnya diantaranya adalah pneumonia bakterialis dapat terjadi pada semua
usia, pneumonia atipikal sering pada anak dan dewasa muda, dan pneumonia virus
sering pada bayi dan anak.
2.
Keluhan utama.
Keluhan didahului dengan infeksi saluran pernafasan,
kemudian mendadak panas tinggi disertai batuk yang hebat, nyeri dada dan nafas
ngos.
3.
Riwayat kesehatan sekarang.
Pada klien pneumonia yang sering dijumpai pada waktu anamnese adalah klien mengeluh mendadak panas
tinggi (38°C – 41°C) disertai menggigil, kadang-kadang muntah, nyeri pleura dan batuk
pernafasan terganggu (takipnea), batuk yang kering akan menghasilkan sputum
seperti karat dan purulen.
4.
Riwayat penyakit dahulu.
Pneumonia sering diikuti oleh suatu infeksi saluran
pernafasan atas, pada penyakit PPOM, tuberkulosis, DM, pasca influenza dapat
mendasari timbulnya pneumonia.
5.
Riwayat penyakit keluarga.
Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan klien atau asma bronkiale, tuberkulosis, DM, atau penyakit ISPA
lainnya.
6.
Pola-pola kesehatan.
*
Aktifitas/istirahat.
Gejala
|
:
|
-
Kelemahan, kelelahan.
-
Insomnia.
|
Tanda
|
:
|
-
Letargi.
-
Penurunan toleransi terhadap
aktifitas.
|
*
Sirkulasi.
Gejala
|
:
|
-
Riwayat adanya gejala kronis.
|
Tanda
|
:
|
-
Takikardi.
-
Penampilan kemerahan/pucat.
|
*
Intergritas ego.
Gejala
|
:
|
-
Banyaknya stressor.
-
Masalah finanssial.
|
*
Makanan/cairan.
Gejala
|
:
|
-
Kehilangan nafsu makan,
mual/muntah.
-
Riwayat diabetes militus.
|
Tanda
|
:
|
-
Distensi abdomen.
-
Hiperaktif bunyi usus.
-
Kulit kering dengan turgor
buruk.
-
Penampilan kakeksia (mal
nutrisi).
|
*
Neurosensori.
Gejala
|
:
|
-
Sakit kepala daerah
(influenza).
|
Tanda
|
:
|
-
Perubahan mental (bingung,
somnolen).
|
*
Kenyamanan.
Gejala
|
:
|
-
Sakit kepala.
-
Nyeri dada (pleuritik),
meningkat oleh batuk, nyeri dada substernal (influenza).
- Mialgia, atralgia.
|
Tanda
|
:
|
-
Melindungi area yang sakit
(pasien umumnya tidur pada sisi yang sakit untuk membatasi gerakan).
|
*
Pernafasan.
Gejala
|
:
|
-
Takipnea, dispnea progresif,
pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, pelebaran nasal.
-
Riwayat adanya isk kronis,
PPOM, merokok sigaret.
|
Tanda
|
:
|
-
Sputum : merah muda,
berkarat, atau purulen.
-
Perkusi : pekak diatas area
yang konsolidasi.
-
Fremitus : taktil dan vokal
bertahap meningkat dengan konsolidasi.
-
Gesekan friksi pleural.
-
Bunyi nafas : menurun atau
tak ada diatas area yang terlibat atau nafas bronchial.
-
Warna : pucat, atau sianosis
bibir/kuku.
|
*
Keamanan.
Gejala
|
:
|
-
Riwayat gangguan sistem imun,
mis SLE, AIDS, penggunaan steroid atau kemoterapi stitusionalisasi,
ketidakmampuan umum, demam.
|
Tanda
|
:
|
-
Berkeringat.
-
Menggigil berulang, gemetar,
kemerahan mungkin ada pada ksusu rebula atau varisela.
|
7.
Pemeriksaan fisik.
*
Keadaan umum.
Klien pneumonia kondisi umumnya lemah, expresi muka
menahan rasa sakit karena nyeri dada yang menusuk-nusuk.
*
Sistem integumen.
Pada inspeksi adanya sianisis dan tanda-tanda penurunan turgor kulit.
*
Sistem respirasi.
Pada pemeriksaan fisik sistem pernafasan akan dijumpai
tanda dan gejala sebagai berikut :
Inseksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
|
:
:
:
:
|
-
Nafas sesak dan cepat lelah.
-
Batuk yang mula-mula non
produktif menjadi produktif.
-
Pergerakan pada thorax pada
bagian yang sakit tertinggal.
-
Timbul sianosis terutama jika
bagian yang terkena radang cukup luas.
Fremitus vokal (getaran suara) akan meningkat
intensitasnya pada sisi yang sakit (lebih padat).
Pada bagian yang sehat akan terdengar sonor dan bagian
yang sakit akan terdengar redup (nada lebih tinggi dengan waktu terdengarnya
suara lebih singkat).
Didapatkan suara bronkial, suara bisik jelas,
kadang-kadang terdengar suara gesek pleura.
|
*
Sistem gastro intestinal.
Pada klien Pneumonia dijumpai adanya konsolidasi
abdomen.
*
Sistem musculus celetal.
Pada klien Pneumoniasering terjadi kelemahan otot yang
dapat mengganggu sistem pernafasan.
8.
Pemeriksaan penunjang.
* Pemeriksaan laboratorium.
-
Analisa darah
-
Analisa urine
|
:
:
|
Untuk mengetahui jumlah darah seluruhnya dan jumlah
leukosit.
Untuk mengetahui peningkatan bilirubin / penurunan
kadar natrium.
|
* Pemeriksaan lain.
-
Foto thoraks.
-
Pemeriksaan ECG.
-
Pemeriksaan gram / kultur
sputum.
-
Pemeriksaan serogi : kultur
virus.
b.
Analisa data
Data yang terkumpul pada anamnesa
dinalisa atau dikelompok untuk menentukan masalah klien. Analisa merupakan
kegiatan yang meliputi pengesahan data, pengelompokan data, membandingkan
dengan standart / nilai moral, menentukan kesenjangan, menginterpretasi
kesenjangan dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasilnya merupakan, masalah
keperawatan (Nasrul Effendi, 1995 : 25).
II.
Diagnosa keperawatan
-
Ketidak efektifan jalan nafas
berhubungan dengan pemupukan sekret.
-
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolar (efek inflamasi).
-
Gangguan rasa nyaman (nyeri
otot) berhubungan dengan peradangan parenkim paru, akibat batuk yang menetap.
-
Gangguan rasa nyaman
(peningkatan suhu tubuh) berhubungan dengan peradangan parenkim paru.
-
Kurangnya pengetahuan tentang
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
(Susan
Martin, 1995; 247-251)
III.
Perencanaan.
Setelah pengumpulan data,
menganalisa data, dan menetapkan diagnosa keperawatan, maka tahap berikutnya
adalah perencanaan pada tahap ini terdiri dan penetapan prioritas masalah.
Menentukan tujuan dan kriteria hasil serta merumuskan rencana tindakan keperawatan.
(Lismidar, 1990; 21)
1.
Ketidak efektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret pada jalan nafas.
Tujuan
|
:
|
Jalan nafas kembali efektif dalam waktu 2 x 24 jam
|
KH
|
:
|
-
Klien menunjukkan perilaku
mencapai bersihan jalan nafas (mis : batuk efektif dan mengeluarkan sekret).
-
Frekuensi pernafasan 16 – 24
x/menit.
-
Tidak ada suara tambahan
paru.
|
Rencana tindakan.
a.
Kaji status pernafasan
(kecepatan, kedalaman, serta pergerakan dada).
b.
Auskultasi adanya suara nafas
tambahan (mis : mengi, krekels)
c.
Ajarkan pada klien untuk b
erlatih nafas tambahan dalam dan batuk efektif.
d.
Berikan klien minuman hangat
sedikitnya 2500 cc/hari.
e.
Lakukan vibrasi dan dopping
pada punggung.
f.
Kolaborasi dengan tim dokter
dalam pemberian, terapi oksigen, nebulizer, suction juga pemberian expectorant
dan broncodilatos.
Rasional.
a.
Dengan mengkaji status
pernafasan maka akan diketahui tingkat pernafasan dan adanya kelainan pada
sistem pernafasan.
b.
Bunyi nafas bertambah sering
terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi pada respon terhadap pengumpulan
cairan, sekret kental dan spasme jalan nafas obstruksi.
c.
Pernafasan dalam membatu
expansi paru maximal dan batuk efektif merupakan mekanisme pembersihan silla.
d.
Cairan terutama yang hangat
membantu di dalam mengencerkan sekret (bronkadilator).
e.
Untuk membantu mengeluarkan
sekret pada jalan nafas.
f.
Terapi O2 diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan oksigen pada klien dan bronchadilator dan expectorani
membantu mengurangi spasme pada bronchus sehingga pengeluaran sekret menjadi
lancar.
2.
Gangguan rasa nyaman (nyeri)
berhubungan dengan paradangan parenkim paru.
Tujuan
|
:
|
Nyeri berkurang, hilang dalam waktu 1 x 24 jam.
|
KH
|
:
|
-
Klien mengatakan nyeri
berkurang.
-
Ekspresi wajah dan gerakan
tubuh relaks.
-
Klien dapat mendemonstrasikan
teknik relaksasi.
-
Pola pernafasan mengalami
peningkatan.
|
a.
Kaji status nyeri (tipe,
lokasi, skala serta perubahan intensitasnya).
b.
Jelaskan sebab terjadinya
nyeri.
c.
Anjurkan pada klien untuk
menahan dada saat batuk.
d.
Berikan tindakan rutin untuk
memberikan rasa nyaman, misalnya dengan distraksi, stimulasi dan latihan
relaksasi otot pernafasan, musik yang disukai atau bercakap-cakap.
e.
Monitor tanda-tanda vital
(tensi, suhu, nadi dan pernafasan).
f.
Berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang, misalnya dengan pencahayaan temaram, batasi pengunjung.
g.
Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian analgesik dan atutusif jika diperlukan.
Rasional.
a.
Dengan mengkaji dapat
mengidentifikasikan masala yang timbul untuk menentukan intervensi selanjutnya.
b.
Nyeri disebabkan peradangan
pada paru.
c.
Untuk membantu mengurangi
gangguan dada serta untuk mengetahui keefektifan batuk.
d.
Teknik relaksasi dapat menekan
sistem pusat syaraf, sehingga nyeri dapat dikurangi.
e.
Perubahan pada nadi dan tensi
mungkin menunjukkan klien mengalami nyeri.
f.
Lingkungan yang nyaman
diharapkan klien lebih tenang sehingga dapat mengurangi nyeri.
g.
Alternatif untuk mengurangi
batuk dan memberikan rasa nyaman karena nyeri dapat berkurang.
IV.
Pelaksanaan (implementasi).
Pelaksanaan merupakan pengolahan dan
perwujudan rencana tindakan meliputi beberapa kegiatan yaitu validasi
(pengesahan), rencana keperawatan, menulis dan mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
(Lismidar, 1993 : 60).
V.
Evaluasi.
Evaluasi merupakan langka terakhir dalam proses
keperawatan dan merupakan kegiatan yang sengaja dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan klien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan
evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai
atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang.
(Lismidar, 1990 : 67).
DAFTAR PUSTAKA
-
Alsagaff Hood. (1995), Dasar-Dasar
Ilmu Penyakit Paru. Airlangga University Press, Surabaya.
-
Engran Barbara (1999), Rencana
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
-
Lab / UPF (1994), Ilmu Penyakit Paru, Pedoman Diagnosa dan Terapi,
RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
-
Lismidar H, dkk, (1993), Proses
Keperawatan, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
-
Marllyn E. Doengoes, dkk,
(1991), Nursing Diagnosa in Planning Patient Care Isecond Edition,
Philadelphia.
-
Nasrul Effendy, (1995), Proses
Keperawatan. EGC, Jakarta.
-
Soeparman, (1990), Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid II, edisi 3, Balai Pustaka FKUI, Jakarta.
-
Susan Martin Tuker, (1996), Proses
Keperawatan, Diagnosa dan Evaluasi, EGC, Jakarta.
-
Sylvia Anderson (1995), Patofisiologi
Konsep Klinik Proses Penyakit, Edisi II, EGC, Jakarta.
LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny. S
DENGAN
DIAGNOSA MEDIS PNEUMONIA
DI
RUANG PARU WANITA RSUD. Dr. SOETOMO
SURABAYA
OLEH :
LUVITA SARI
02.110.045
AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2005
LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS MORBUS HANSEN DI RUANG
KULIT DAN KELAMIN LAKI RSUD. Dr. SOETOMO
SURABAYA
OLEH :
MUHAMMAD ASRORI
02.110.045
AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2005
LAPORAN
PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Ny. R DENGAN
DIAGNOSA
MEDIS CVA BLEEDING DI RUANG
SARAF
A RSUD. Dr. SOETOMO SURABAYA
OLEH :
MUHAMMAD ASRORI
02.110.045
AKADEMI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH SURABAYA
2005
ConversionConversion EmoticonEmoticon