ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN STROKE
DEFINISI
Cedera serebrovaskular atau stroke meliputi
awitan tiba-tiba defisit neurologis karena insufisiensi suplai darah ke suatu
bagian dari otak. Insufisiensi suplai darah disebabkan oleh trombus, biasanya
sekunder terhadap arterisklerosis, terhadap embolisme berasal dari tempat lain
dalam tubuh, atau terhadap perdarahan akibat ruptur arteri (aneurisma)(Lynda
Juall Carpenito, 1995).
Menurut
WHO. (1989) Stroke adalah disfungsi neurologi akut
yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan
tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.
Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat
menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah
yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa
menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena
penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan
iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam
sete;ah thrombosis.
Beberapa keadaandibawah ini dapat menyebabkan
thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi
klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut :
- Lumen arteri
menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
- Oklusi mendadak pembuluh darah
karena terjadi thrombosis.
-.Merupakan tempat terbentuknya thrombus,
kemudian melepaskan kepingan thrombus (embolus)
- Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek
dan terjadi perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental , peningkatan
viskositas /hematokrit meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
2. Emboli
Emboli serebral
merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara.
Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala
timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan
emboli :
a. Katup-katup
jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan
terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.
3. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral
termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak
sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi.
Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam
parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak
tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a.
Aneurisma Berry,biasanya defek
kongenital.
b.
Aneurisma fusiformis dari
atherosklerosis.
c.
Aneurisma myocotik dari
vaskulitis nekrose dan emboli septis.
d.
Malformasi arteriovenous,
terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri
langsung masuk vena.
e.
Ruptur arteriol serebral,
akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.
4.
Hypoksia Umum
a.
Hipertensi yang parah.
b.
Cardiac Pulmonary Arrest
c.
Cardiac output turun akibat
aritmia
5.
Hipoksia setempat
a.
Spasme arteri serebral , yang
disertai perdarahan subarachnoid.
b.
Vasokontriksi arteri otak
disertai sakit kepala migrain.
FAKTOR RESIKO
Faktor-faktor resiko stroke dapat
dikelompokan sebagai berikut ::
1.
Akibat adanya kerusakan pada
arteri, yairtu usia, hipertensi dan DM.
2.
Penyebab timbulnya thrombosis,
polisitemia.
3.
Penyebab emboli MCI. Kelainan
katup, heart tidak teratur atau jenis penyakit jantung lainnya.
4.
Penyebab haemorhagic, tekanan
darah terlalu tinggi, aneurisma pada arteri dan penurunan faktor pembekuan
darah (leukemia, pengobatan dengan anti koagulan )
5.
Bukti-bukti yang menyatakan
telah terjadi kerusakan pembuluh darah
arteri sebelumnya : penyakit jantung angina, TIA., suplai darah menurun pada ektremitas.
Dari hasil data penelitian di
Oxford,Inggris bahwa penduduk yang mengalami stroke disebabkan kondisi-kondisi
sebagai berikut :
1.
Tekanan darah tinggi tetapi
tidak diketahui 50-60%
2.
Iskemik Heart Attack 30%
3.
TIA 24%
4.
Penyakit arteri lain 23%
5.
Heart Beat tidak teratur 14%
6.
DM 9%
Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang
selama ini dianggap berperan dalam meningkatkan prevalensi stroke ternyata tidak ditemukan pada
penelitian tersebut diantaranya, adalah:
1.
Merokok, memang merokok dapat
merusak arteri tetapi tidak ada bukti kaitan antara keduanya itu.
2.
Latihan, orang mengatakan bahwa
latihan dapat mengurangi resiko terjadinya stroke. Namun dalam penelitian
tersebut tidak ada bukti yang menyatakan hal tersebut berkaitan secara langsung. Walaupun memang latihan yang
terlalu berat dapat menimbulkan MCI.
3.
Seks dan seksual intercouse,
pria dan wanita mempunyai resiko yang sama terkena serangan stroke tetapi untuk
MCI jelas pria lebih banyak daripada wanita.
4.
Obesitas. Dinyatakan kegemukan
menimbulkan resiko yang lebih besar, namun tidak ada bukti secara medis yang
menyatakan hal ini.
5.
Riwayat keluarga.
Klasifikasi:
a. 1.Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :
a.
Stroke Haemorhagi,
Merupakan
perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya
saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.
b.
Stroke Non Haemorhagic
Dapat berupa
iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama
beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari. Tidak terjadi perdarahan
namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul
edema sekunder . Kesadaran umummnya baik.
2.
Menurut perjalanan penyakit atau stadiumnya:
a.
TIA ( Trans Iskemik Attack)
gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa
jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam
waktu kurang dari 24 jam.
b.
Stroke involusi: stroke yang
terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin
berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.
c.
Stroke komplit: dimana gangguan
neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen . Sesuai dengan istilahnya
stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang.
Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai
darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor
seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral
terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah
(makin lmbat atau cepat) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan
spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru
dan jantung). Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap
ortak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku
pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi
turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai
emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ;
1.
Iskemia jaringan otak yang
disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan.
2.
Edema dan kongesti disekitar
area.
Area edema ini menyebabkan disfungsi yang
lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam
beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya
edema pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak
fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral
oleh embolus menyebabkan edema dan
nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada
dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika
sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi
aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan me yebabkan perdarahan cerebral, jika
aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur
arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.. Perdarahanintraserebral yang
sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit
cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
cerebral. Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk
jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10
menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi
salah satunya cardiac arrest.
Pathofisiologi Stroke
Oklusi
Penurunan perfusi jaringan cerebral
Iskemia
Hipoksia
Metebolisme anaerob Nekrosis jaringan otak aktifitas elektrolit
terganggu
Volume Cairan bertambah
Asam laktat Pompa
Na dan K gagal
meningkat
Na
dan K influk
Edema cerebral Retensi air
TIK
meningkat
Perbedaan antara infark dan perdarahan otak
sebagai berikut :
Gejala(anamnesa)
|
Infark
|
Perdarahan
|
Permulaan
Waktu
Peringatan
Nyeri Kepala
Kejang
Kesadaran
menurun
|
Sub akut
Bangun pagi
+ 50% TIA
-
-
Kadang sedikit
|
Sangat akut
Lagi aktifitas
-
+
++
+++
|
Gejala
Objektif
Koma
Kaku kuduk
Kernig
pupil edema
Perdarahan
Retina
Pemeriksaan
Laboratorium
Darah pada LP
X foto Skedel
Angiografi
CT Scan.
|
Infark
+/-
-
-
-
-
-
+
Oklusi,
stenosis
Densitas
berkurang
|
Perdarahan
++
++
+
+
+
+
Kemungkinan
pergeseran glandula pineal
Aneurisma
AVM. massa
intra hemisfer/vasospasme.
Massa
intrakranial densitas bertambah.
|
Perbedaan perdarahan Intra Serebral(PIS)
dan Perdarahan Sub Arachnoid (PSA)
Gejala
|
PIS
|
PSA
|
Timbulnya
Nyeri Kepala
Kesadaran
Kejang
Tanda rangsangan Meningeal.
Hemiparese
Gangguan saraf otak
|
Dalam 1 jam
Hebat
Menurun
Umum
+/-
++
+
|
1-2 menit
Sangat hebat
Menurun sementara
Sering fokal
+++
+/-
+++
|
Jika dilihat bagian hemisfer yang terkena
tanda dan gejala dapat berupa:
1.
Stroke hemisfer Kanan
a.Hemiparese sebelah kiri
tubuh.
b.Penilaian buruk
c.Mempunyai
kerentanan terhadap sisi kolateral sehingga kemungkinan terjatuh ke sisi yang
berlawanan tersebut.
2.
Stroke yang Hemifer kiri
- Mengalami hemiparese kanan
- Perilaku lambat dan sangat hati-hati
- Kelainan bidang pandang sebelah kanan.
- Disfagia global
- Afasia
- Mudah frustasi
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Rontgen kepala dan medula
spinalis
2.
Elektro encephalografi
3.
Punksi lumbal
4.
Angiografi
5.
Computerized Tomografi Scanning
( CT. Scan)
6.
Magnetic Resonance Imaging
Penatalaksanaan Stroke
Untuk mengobati keadaan akut perlu
diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut 1. Berusaha menstabilkan
tanda-tanda vital dengan :
a.
Mempertahankan saluran nafas
yang paten yaitu lakukan pengisapan lendiryang sering, oksigenasi, kalau perlu
lakukan trakeostomi, membantu pernafasan.
b.
Mengontrol tekanan darah
berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha memperbaiki hipotensi dan
hipertensi.
1.
Berusaha menemukan dan
memperbaiki aritmia jantung.
2.
Merawat kandung kemih, sedapat
mungkin jangan memakai kateter.
3.
Menempatkan pasien dalam posisi
yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2
jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
Pengobatan Konservatif
1.
Vasodilator meningkatkan aliran
darah serebral ( ADS ) secara percobaan, tetapi maknanya :pada tubuh manusia
belum dapat dibuktikan.
2.
Dapat diberikan histamin,
aminophilin, asetazolamid, papaverin intra arterial.
3.
Anti agregasi thrombosis
seperti aspirin digunakan untuk menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis
yang terjadi sesudah ulserasi alteroma.
Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran
darah serebral :
1.
Endosterektomi karotis
membentuk kembali arteri karotis , yaitu dengan membuka arteri karotis di
leher.
2.
Revaskularisasi terutama
merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3.
Evaluasi bekuan darah dilakukan
pada stroke akut
4.
Ugasi arteri karotis komunis di
leher khususnya pada aneurisma.
Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin
akan mengalmi komplikasi , komplikasi ini dapat dikelompokan berdasarkan:
1.
Berhubungan dengan immobilisasi
; infeksi pernafasan, nyeri pada daerah tertekan, konstipasi dan
thromboflebitis.
2.
Berhubungan dengan paralisis:
nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi, deformitas dan terjatuh
3.
Berhubungan dengan kerusakan
otak : epilepsi dansakit kepala.
4.
Hidrocephalus
Pengkajian Data Dasar
1.
Aktivitas/istirahat :
Klien akan
mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya rasa, paralisis,
hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
2.
Sirkulasi
Adanya riwayat
penyakit jantung, MCI, katup jantung, disritmia, CHF, polisitemia. Dan
hipertensi arterial.
3.
Integritas Ego.
Emosi labil,
respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk mengekspresikan diri.
4.
Eliminasi
Perubahan
kebiasaan Bab. dan Bak. Misalnya inkoontinentia urine, anuria, distensi kandung
kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
5.
Makanan/caitan :
Nausea,
vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan, dysfagia
6.
Neuro Sensori
Pusing, sinkope,
sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan intrakranial.
Kelemahan dengan
berbagai tingkatan, gangguan penglihatan, kabur, dyspalopia, lapang pandang
menyempit.
Hilangnya daya
sensori pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang pada
sisi yang sama di muka.
7.
Nyaman/nyeri
Sakit kepala,
perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka
8.
Respirasi
Ketidakmampuan
menelan, batuk, melindungi jalan nafas.
Aspirasi
irreguler, suara nafas, whezing,ronchi.
9.
Keamanan
Sensorik motorik
menurun atau hilang mudah terjadi injury.
Perubahan persepsi
dan orientasi
Tidak mampu
menelan sampai ketidakmampuan mengatur kebutuhan nutrisi
Tidak mampu
mengambil keputusan.
10. Interaksi sosial
Gangguan dalam
bicara
Ketidakmampuan
berkomunikasi
11.Belajar mengajar
a) Pergunakan alat kontrasepsi
Pengaturan
makanan
Latihan untuk
pekerjaan rumah.
Prioritas Keperawatan
1.
Meningkatkan perfusi serebri
dan oksigenasi yang adekuat.
2.
Mencegah dan meminimalkan
komplikasi dan kelumpuhan permanen.
3.
Membantu pasien untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
4.
Memberikan dukungan terhadap proses
mekanisme jkoping dan mengintegrasikan perubahan konsep diri.
5.
Memberikan informasi tentang
proses penyakit, prognosis, pengobatan dan kebutuhan rehabilitasi.
Tujuan Akhir keperawatan
1.
Meningkatnya fungsi serebral
dan menurunnya defisit neurologis.
2.
Mencegah/meminimalkan
komplikasi.
3.
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
baik oleh dirinya maupun orang lain.
4.
Mekanisme koping positip dan
mampu merencanakan keadaan setelah sakit
5.
Mengerti terhadap proses
penyakit dan prognosis.
Diagnosa
Keperawatan da Intervensi
Dx.1. Gangguan ferfusi jaringan otak berhubungan dengan oklusi otak,
perdarahan, vasospasme dan edema otak
b. Tujuan
a.
Mempertahankan/meningkatkan
tingkat kesadaran, kognitif, dan fungsi motorik sensorik
b.
Menunjukan kestabilan
tanda-tanda vital dan tidak adanya peningkatan TIK.
c.
Menunjukan berkurangnya
kerusakan/defisit.
c. Intervensi
a.Tentukan faktor penyebab gangguan yang berhubungan
dengan situasi individu, penyebab koma, penurunan perfusi serebral dan
potensial peningkatan TIK.
Penyebab menentukan intervensi yang akan
dilaksanakan. Perubahan tanda-tanda neurologis atau kegagalan setelah serangan
mungkin memerlukan tindakan pembedahan
serta memerlukan perawatan kritis untuk memonitor TIK.
b.Monitor status neurologi dan bandingkan
dengan standar
Kaji
perubahan status kesadaran dan potensial terjadinya peningkatan TIK berguna
untuk menentukan lokasi, penyebaran dan kerusakan syaraf kranial. Dapat pula
memperkirakan peningkatan TIK yang mungkin berhubungan dengan thrombosis CVA.
c. Monitor vital sign: hipertensi atau
hipotensi, bandingkan tekanan antara kedua lengan.
Gejala yang bervariasi dapat terjadi karena
penekanan cerebral atau adanya cedera pada area vasomotor otak. Hipertensi atau
hipotensi dapat merupakan faktor pencetus,. Hipotensi dapat terjadi karena syok
atau kolapsnya sirkulasi. Peningkatan TIK terjadi karena edema jaringan, atau
formasi bekuan. Bendungan pada arteri subklavialdapat tejadi karena perbedaan
tekanan pada kedua lengan.
d.Auskultasi denyut jantung dan irama,serta
adnya murmur
Perubahan
denyut jantung terutama bradikardi dapat terjadi karena kerusakan otak.
Disritmia dan mur-mur karena penyakitjantung sebagai pencetus CVA (seperti
stroke setelah MI atau dari disfungsi katup).
e.Amati respirasi, bentuk dan irama seperti cheyne stokes.
Ketidakaturan dapat menunjukan lokasi
peningkatan TIK dan membutuhkan intervensi lebih lanjut meliputi support
pernafasan.
f.Evaluasi pupil, amati ukuran, ketajaman dan reaksi terhadap
cahaya.
Reaksi pupil diatur oleh syaraf ke tiga
kranial (okulomorik) yang menunjukan keutuhan batang otak.ukuran pypil
menunjukan keseimbangan antara parasimpatis dan simpatis. Respon terhadap
cahaya merupakan kombinasi fungsi dari sayaraf ke dua dan ketiga kranial.
g.catat perubahan pandangan seperti pandangan kabur, gangguan lapang
pandang dan persepsi pandang
Gangguan spesifik pada penglihatan
dipengaruhi oleh gangguan area otak, prerasaan aman dan dampak dari intervensi.
h.Posisi kepala ditinggikan sedikit dengan posisi netral ( hanya
tempat tidurnya saja yang ditinggikan )
Menurunkan tekanan artrial dengan membantu
drainase vena dan dapat peningkatkan sirkulasi ferfusi cerebral.
i.Pertahankan istirahat di tempat tidur, beri lingkungan yang
tenang, batasai pengunjung dan aktivitas sesuai dengan indikasi. Berikan
latihan diantara periode istirahat batasi durasi pelaksanaan prosedur.
Stimulasi yang terus menerus akan
meningkatkan TIK. Istirahat mutlak dan ketenangan dibutuhkan untuk mencegah
perdarahan kembali pada kasus haemorrhagic.
j.Cegah mengedan yang terlalu kuat, bantu dengan latihan nafas.
Valvasa manuver akan meningkatkan TIK dan
berisiko terjadinya perdarahan kembali.
k.Kaji adanya kaku kuduk, twitching,
kelelahan, iritabilitas dan onset kejang
Merupakan indikasi iritasi
meningen terutama pada perdarahan. Kejang merupakan akibat dari peningkatan TIK.
Kolaborasi :
a.
Berikan oksigen bila ada
indikasi
Menurunkan hipoksemia, yang dapat menyebabkan
vasodilatasi cerebral dan peningkatan tekanan formasi edema.
b.
Berikan pengobatan sesuai
dengan indikasi
Antikoagulan
seperti, warfarin sodium, heparin, antiplatelets agen atau dypridamole.
Biasa digunakan untuk meningkatkan aliran
darah otak dan mencegah terjadinya embolus, kontra indikasi meliputi hipertensi
karena akan meningkatkan resiko perdarahan
c.
Berikan antibiotika seperti
Aminocaproic acid ( amicar )
Digunakan pada kasus haemorhagic, untuk
mencegah lisis bekuan darah dan perdarahan kembali.
d.
Antihypertensi
Digunakan pada hyperteni kronis, karena
managemen secara berlebihan akan meningkatkan perluasan kerusakan jaringan.
e.
Peripheral vasodilator
seperti cyclandilate, papverin, isoxsuprine
Digunakan untuk meningkatkan sirkulasi
kolteral atau menurunkan vasopasme
f.
Steroid, dexamethazone (
Decadon )
Digunakan untuk mengontrol edema cerebral
g.
Berikan penitoin, Dilantin,
Phenobarbital,
Dapat digunakan untuk mengontrol kejang atau
sebagai sedative action.
h.
Monitor hasil laboratorium
sesuai dengan indikasi seperti prothrombin, LED.
Membantu memberikan informasi tentang
fektivitas pemberian obat.
DX. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan keadaan neurologi
muskuler kelemahan , paraestesia, flaciad, paralisis.
Tujuan :
1.
Mempertahankan posisi dan
fungsi optimal dengan tidak adanya kontraktur dan footdrop.
2.
Mempertahankan kekuatan dan
fungsi area yang sakit serta kompensasi bagian tubuh yang lain.
3.
Menunjukan perilaku aktivitas
yang lebih baik.
4.
Mempertahankan integritas
kulit.
Intervensi
a.
Kaji kemampuan fungsional otot,
Klasifikasi dengan skala 0-4
Mengidentifikasi kekuatan /kelemahan dapat
membantu memberi informasi yang diperlukan untuk membantu pemilihan intervensi
karena tehnik yang berbeda digunakan untuk flacid dan spastis paralisis.
b.
Rubah posisi tiap 2 jam, (
supinasi, sidelying ) terutama pada bagian yang sakit
Dapat menurunkan resiko iskemia jaringan
injury. Sisi yang sakit biasanya kekurangan sirkulasi dan sensasi yang buruk
serta lebih mudah terjadi kerusakan kulit/dekubitus.
c.
Berikan posisi prone satu atau
dua kali sehari jika pasien dapat mentolerir.
Memmbantu memelihara fungsi ekstensi panggul
sdan membantu bernafas.
d.
Mulai ROM. Aktif/pasif untuk
semua ekstremitas . Snjurkan latihan meliputi latihan otot quadriceps/gluteal
ekstensi, jari dan telapak tangan serta kali.
Meminimalkan atropi otot, meningkatkan
sirkulasi, membantu mencegah kontraktur, menurunkan resiko hiperkalsiurea dan
osteoporosis pada pasien dengan haemorhagic.
e.
Sangga ekstremitas pada posisi
fungsional, gunakan footboard selama periode placid paralisis, pertahankan
posisi kepala netral.
Dapat mencegah kontraktur atau footdrop dan
memfasilitasi pengembalian fungsi. Flaccid paralisis dapat dikurangi dengan
menyangga kepala, dimana spastis
f.
Gunakan segitiga penyangga
lengan pada pasien dengan posisi tegak
Penggunaan segitiga penyangga lengan selama
masa flaccid paralisis akan menurunkan resiko subluksasi.
g.
Evaluasi penggunaan dan
kebutuhan terhadap bantuan posisi dan atau pembatas selama fase spastic
paralisis
Kontraktur fleksi terjadi karena otot fleksor
lebih kuat dari otot ekstensor.
h.
Tempatkan bantal di bawah
aksila sampai lengan bawah
Mencegah abduksi bahu dan fleksi siku
i.
Elevasi lengan dan tangan
Dapat meningkatkan aliran balik vena dan
mencegah terjadinya formasi edema.
j.
Letakan gulungan padat pada
telapak tangan dengan jari-jari menggengam.
Menurunkan stimulasi fleksi jari-jari dan
memelihara jari dan jempol pada posisi fungsional.
k.
Pertahankan kaki pada posisi
netral dengan trochanter.
Mencegah terjadinya rotasi eksternal pinggul.
l.
Bantu pasien duduk jika
tanda-tanda vital stabil, kecuali pada stroke haemorhagic.
Membantu menstabilkan tekanan
darah, membantu memelihara ekstremitas pada posisi fungsional dan mengosongkan
kandung kemih yang mengurangi terjadinya batu buli-buli dan resiko infeksi
karena stasis urine
m.
Observasi sisi yang sakit
seperti warna, edema, atau tanda lain seperti perubahan sirkulasi.
Jaringan yang edema sangat mudah mengalami
trauma, dan sembuh dengan lama.
n.
Anjurkan pasien untuk membantu
melatih sisi yang sakit dengan ektremitas yang sehat.
Dapat merangsang bagian yang sakit dan
mengoptimalkan bagian yang sehat.
Kolaborasi
1.
Konsul dengan ahli therapi
fisik, untuk latihan aktif, latihan dengan alat bantu dan ambulasi pasien.
Program secara individual akan sesuai dengan
kebutuhan pasien baik dalam perbaikan deficit keseimbangan , koordinasi dan
kekuatan
2.
Bantu dengan stimulasi elektrik
seperti TENS unit sesuai dengan indikasi.
Dapat membantu pengem,balian kekuatan otot
dan peningkatan kontrol otot volunter.
3.
Berikan relaksasi otot,
antispasmodik sesuai dengan indikasi seperti baclopen, dantrolene.
Memperbaiki spastisitas pada sisi yang sakit.
Dx.3. Gangguan komunikasi verbal atau tulis berhubungan dengan
gangguan sirkulasi cerebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan kontrol tonus
otot facial atau oral dan kelemahan secara umum.
Ditandai dengan
a.
gangguan sirkulasi tidak dapat
berbicara disatria, tidak mampu mengucapkan kata-kata, menyebutkan nama, tidak
mampu mengidentifikasi obyek, menulis atau
mengartikan bahasa.
b.
Tidak mampu berkomunikasi
dengan tulisan.
1.
Tujuan
a. Pasien dapat
menunjukan pengertian terhadap masalah komunikasi
b. Mampu
mengekspresikan perasaannya.
c. Mampu
menggunakan bahasa isyarat.
2. Intervensi
Independen
a. Kaji tipe disfungsi misalnya : pasien tidak mengerti tentang
kata-kata atau masalah berbicara atau tidak mengeti bahasa sendiri.
Membantu
menentukan kerusakan area pada otak dan menentukan kesulitan pasien dengan
sebagian atau seluruh proses komunikasi, pasien mungkin mempunyaimasalah dalam
mengartikan kata-kata 9 afasia, wernicke, area dan kerusakan pada area broca )
b.Bedakan afasia dengan dsiatria
Dapatmenentukan pilihan intervensi
pada tipe gangguan.
c. Dengan percakapan yang salah dan
lengkap
Pasien
dapat kehilangan kemampuan untuk memonitor ucapannya, komunikasinya secara
tidak sadar, dengan melengkapi dapat merealisasikan pengertian pasien
mengklarifikasikan asi/arti
d.Katakan untuk mengikuti perintah secara sederhana seperti tutup
matamu dan lihat ke pintu
Untuk menguji afasia reseptif.
d.
Perintahkan pasien untuk
menyebutkan nama suatu benda yang diperlihatkan.
Menguji afasia, ekspresif, misalnya pasien dapat mengenal benda tersebut
tetapi tidak mampu menyebutkan namanya.
e.
Perdengarkan bunyi yang sederhana
seperti “sh……cat”
Mengidentifikasi disatria komponen berbicara ( lidah, gerakan bibir,
kontrol pernafasandapat mempengaruhi artikulasi dan mungkin tidak terjadinya
afasia ekspresif ).
f.
Suruh pasien untuk menulis nama
atau kalimat pendek, bila tidak mampu untuk menulis suruh pasien untuk membaca
kalimat pendek.
Menguji ketidakmampuan menulis ( agrafia )
dan deficit membaca (alexia ) yang juga merup[akan bagian dari afasia reseptif dan
ekspresif.
g. Beri peringatan bahwa pasien di ruang ini mengalami gangguan
berbicara, sediakan bel khusus bila perlu.
Untuk kenyamanan berhubungan
dengan ketidakmampuan berkomunikasi.
h. Memilih metode komunikasi alternatif misalnya menulis pada papan
tulis, menggam,bar dan mendemonstrasikan secara visual gerakan tangan.
Memberikan komunikasi dasar sesuai
dengan situasi individu.
i. Antisipasi dan bantu kebutuhan klien
Membantu menurunkan frustasi oleh
karena ketergantungan atau ketidakmampuan berkomunikasi.
i.
Ucapkan langsung kepada
klien berbicara pelan dan tenang, gunakan pertanyaan dengan jawaban ya atau
tidak dan perhatikan respon klien
Mengurangi kebingungan atau
kecemasan terhadap banyaknya informasi. Memajukan stimulasi komunikasi ingatan
dan kata-kata.
j.
Berbicara dengan nada
normal dan hindari ucapan yang terlalu cepat. Berikan waktu pasien untuk
berespon.
Pasien tidak dipaksa untuk
mendengar, tidak menyebabkan pasien marah dan tidak menyebabkan rasa frustasi.
k. Menganjurkan pengunjung untuk
berkomunikasi dengan pasien misalnya membaca surat, membicarakan keluarga.
Menurunkan isolasi sosial dan
mengefektifkan komunikasi.
l.
Membicarakan topik-topik
tentang keluarga pekerjaan dan hobi.
Meningkatkan pengertian percakapan
dan kesempatan.untuk mempraktekan ketrampilan praktis dalam berkomunikasi..
m.
Perhatikan percakapan pasien
dan hindari berbicara secara sepihak
Memungkinkan pasiendihargaikarena
kemampuan intelektuialnya masih baik.
Kolaborasi :
Konsul ke ahli therapi bicara.
Mengkajhi kemampuan verbal individual dan sensori motorik dan fungsi
kognitif untuk mengidentifikasi deficit dan kebutuhan therapi.
DX..4. Defiicit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan
neuromuskuler, menurunnya kekuatan dan kesadaran, kehilangan kontrol
otot/koordinasi ditandai oleh kelemahan untuk ADL. Seperti makan, mandi,
mengatur suhu air, melipat atau memakai pakaian.
Tujuan :
1.
Pasien dapat menunjukan
perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri.
2.
Pasien mampu melakukan
aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.
3.
Mengidentifikasi
personal/masyarakat yang dapat membantu.
Intervensi
Independen
a.
Kaji kemampuan dan tingkat
penurunan dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL.
Membantu dalam mengantisipasi dan
merencanakan pertemuan kebutuhan individual.
b.
Hindari apa yang tidak dapat
dilakukan pasien dan bantu bila perlu.
Pasien dalam keadaan cemas dan tergantung hal
ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien.
c.
Menyadarkan tingkah
laku/sugesti tindakan pada perlindungan kelemahan. Pertahankan suport pola
pikir ijinkan pasien melakukan tugas, beri feedback, positip untuk usahanya.
Pasien memerlukan empati, tetapi perlu
mengetahui perawatan yang konsisten dalam menangani pasien. Sekaligus
meningkatkan harga diri, memandirikan pasien dan menganjurkan pasien untuk terus
mencoba.
d.
Rencanakan tindakan untuk
deficit penglihatan seperti tempatkan makanan dan peralatan dalam suatu tempat,
dekatkan tempat tidur ke dinding.
Pasien akan mampu melihat dan memakan
makanan, akan mampu melihat keluar masuknya orang ke ruangan. .
e.
Tempatkan perabotan ke dinding,
jauhkan dari jalan
Menjaga keamanan pasien bergerak di sekitar
tempat tidur dan menurunkan resiko tertimpa perabotan.
f.
Beri kesempatan untuk menolong
diri seperti menggunakan kombinasi pisau garpu, sikat dengan pegangan panjang,
ekstensi untuk berpijak pada lantai atau ke toilet, kursi untuk mandi.
Mengurangi ketergantungan.
g.
Kaji kemmampuan komunikasi
untuk Bak. Kemampuan mengunakan urinal, pispot. Antarkanke kamar mandi bila
kondidisi memungkinkan.
Ketidakmampuan berkomunikasi dengan perawat
dapat menimbulkan masalah pengosongan kandung kemih oleh karena masalah
neurogenik.
h.
Identifikasi kebiasaan Bab.
anjurkan minum dan meningkatkan aktivitas
Meningkatkan latihan dan menol;ong mencegah
konstipasi
Kolaboratif
:
1.
Pemberian supositoria dan
pelumas feses/pencahar
Pertolongan utama terhadap fungsi bowell atau Bab.
2. .Konsul ke dokter therapi okupasi
Untuk mengembangkan therapi dan melelngkapi kebutuhan
khusus.
DX. 5. Gangguan harga diri, berhubungan
dengan biophysical, psikososial, perubahan persepsi kognitif ditandai dengan :
1.
Perubahan aktual dalam struktur dan fungsi.
2.
Perubahan penerimaan respon verbal dan non verbal.
3.
Penilaian negatif terhadap tubuh, ketidak berdayaan dan merasa tidak
ada harapan.
4.
Berfokus pada penampilan, kekuatan dan fungsi masa lalu.
5.
Kehilangan/ perubahan dalam pekerjaan
6.
Tidak dapat menyentuh atau melihat bagian-bagian tubuh.
Tujuan :
1.
Mampu menyatakan atau
mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang
sedang terjadi.
2.
Mampu menyatakan penerimaan
diri terhadap situasi.
3.
Mengakui dan menggabungkan
perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa harga diri yang
negatif.
Intervensi :
Independen.:
a.
Kaji perubahan dari gangguan
persepsi dan hubungan dengan derajat ketidakmampuan.
Menentukan bantuan individual
dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
b.
Identifikasi arti dari
kehilangan atau disfungsi pada pasien.
Beberapa pasien dapat menerima dan mengatur
perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit penyesuaian diri, sedangkan yang
lain mempunyai kesulitan membandungkan mengenal dan mengatur kekurangan.
c.
Anjurkan pasien untuk
mengekspresikan perasaan termasuk hostility dan kemarahan.
Menunjukan penerimaan, membantu pasien untuk
mengenaL dan mulai mmenyesuaikan dengan perasaan tersebut.
d.
Catat ketika pasien menyatakan
terpengaruh seperti sekarat atau mengingkari dan menyatakan inilah kematian.
Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh
atau perasaan negatif terhadap gambaran tubuh dan kemampuan yang menunjukan
kebutuhan dan intervensi serta dukungan emosional.
e.
Pernyataan pengakuan terhadap
penolakan tubuh, mengingatkan kembali fakta kejadian tentang realitas bahwa
masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.
Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat
menerima kedua bagian sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengijinkan pasien
untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.
f.
Bantu dan anjurkan perawatan
yang baik dan memperbaiki kebiasaan
Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan
mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
g.
Anjurkan orang yang terdekat
untuk mengijinkan pasien melakukan sebanyak-banyaknya hal-hal untuk dirinya.
Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan
membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.
h.
Dukung perilaku atau usaha seperti peningkatan minat atau
partisipasi dalam aktivitas rehabilitasi.
Klien daspat beradaptasi terhadap perubahan
dan pengertian tentang peran individu masa mendatang.
i.
Dukung penggunaan alat-alat yang dapat mengadaptasikan pasien, tongkat,
alat bantu jalan, tas panjang untuk kateter.
Meningkatkan kemandirian untuk membantu
pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukan posisi untuk lebih aktif dalam
kegiatan sosial.
j.
Monitor gangguan tidur
peningkatan kesulitan konsentrasi, lethargi, dan widhrawal.
Dapat mengindikasikan terjadinya depresi
umunnya terjadi sebagai pengaruh dari stroke dimana memerlukan intervensi dan
evaluasi lebih lanjut.
Kolaborasi
Rujuk pada ahli neuro psikologi dan
konseling bila ada indikasi.
Dapat
memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembamgan perasaan.
Daftar Pustaka
Doengoes M. 2000, Rencana
Asuhan Keperawatan “Pedoman untuk perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Hudak & Gallo, 1987, Keperawatan
Kritis Pendekatan Holistik ( terjemahan ), Edisi VI, Volume II.
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Made Kariasa 1997.
Patofisiologi Beberapa Gangguan Neurologi,,
Hand Out Kursus
Keperawatan Neurologi, Fakultas Ilmu Keperawatan UI. Jakarta.
Linda Juall Carpenito, 1995, Rencana
Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, EGC, Jakarta.
Sylvia A. Price, 1995. Patofiologi
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.Edisi 4.Buku 1. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Analisa Data
Tanggal
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
2-04-02
|
S.: Klien merasakan kesemutan dan baal pada kaki dan tangan
sebelah kiri 7 hari yl. kemudian tidak dapat digerakan lagi, periksa ke
dokter, klien diminta masuk rumah Sakit karena menderita hypertensi dan DM.
O.GCS 456, Tekanan Darah waktu masuk 210/120, tekanan darah
sekarang pagi, 160/100, siang 160/90, hasil ST. Scan. (27/302 tidak tanpak
kelainan.
|
Oklusi pemb.drh
Deposit plak kekuningan (ateroma)
Suplai darah otak menurun
|
ResikoGangguan ferfusi jaringan otak.
|
|
S.: - Keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan / kontrol
otot.
O.: Jalan kekamar mandi dibantu secukupnya,/dituntun.
|
Neuropati hemisfer
Kelemahan
|
Kerusakan mobilitas fisik.
|
|
|
|
|
Diagnosa Keperawatan dan Prioritas .
1.
Resiko gangguan ferfusi
jaringan otak. b/d Suplai aliran darak otak menurun/defisit.
2.
Kerusakan mobilitas fisik b/d
kelemahan.
Perencanaan Asuhan Keperawatan
Nama Klien : Tn.Dd.
Ruang: Unit Stroke
DX.
Keprwt.
|
Tujuan
& Kriteria
|
Intervensi
Keperawatan
|
Rasional
|
Resiko gangguan ferfusi jaringan otak.
B/d adanya suplai darak otak berkurang.
|
Setelah dilakukan tidakan keperawatan
selama 5 hari resiko gangguan ferfusi otak tidak tejadi.
Kriteria Hasil :
Mempertahan
kan tingkat kesadaran.
Mempertahan
kan fungsi motorik dan sensorik.
Tanda-tanda vital, khususnya tekanan
darah menunjukan kestabilan.
|
Monitor Vital sign. Terutama tekanan
darah dan bandingkan tekanan antara ke dua lengan.
Monitor status neurologi
Atur posisi kepala, tinggikan 30 cm
dengan posisi netral.
Pertahankan istirahat di tempat tidur,
beri lingkungan yang tenang batasi pengunjung , dan batasi durasi
pelaksanaan prosedur keperawatan
Cegah mengedan yang terlalu kuat, bantu
dengan latihan nafas.
Kolaborasi :
Berikan obat-obat an sesuai dengan
program terapi dokter.
Nicholin 1 amp.iv
Copaten 3X 12,5 mg.
|
Hipertensi atau hipotensi merupakan
faktor pencetus . Gejala yang bervariasi dapat terjadi karena penekanan
cerebral atau adanya cedera pada area
vasomotor otak.
Antisipasi terhadap potensial terjadinya
peningkatan TIK
Menurunkan tekanan arterial dengan
membantu drainase vena, meningkatkan sirkulasi ferfusi cerebral.
Stimulasi yang terus menerus akan
meningkatkan TIK
Valvasa manuver akan meningkatkan TIK.
Antihipertensi.
|
Kerusakan mobilitas fisik b/d kelemahan.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 5 hari kelemahan fisik berkurang
|
Kaji derajat ketidakmampuan dalam
melakukan aktivitas.
Bantu menuntun klien memenuhi kebutuhan
toileting.
Lakukan perawatan kulit, lihat
bagian-bagian tubuh terutama bgian diatas tulang yang menonjol.
Anjurkan klien untuk miring kanan atau
kiri secara teratur.
|
Derajat ketidakmampuan menjadi dasar
besarnya bantuan yang diberikan perawat
Dapat meningktakan kenyamanan dan
ketenangan pasien
Tirah baring lama berisiko terhadap
terjadinya dekubitus
|
Tindakan Keperawatan
Nama Klien :.Tn.Dd.
Ruangan
: Unit Stroke
DX./Hari,
tanggal,jam
|
Tindakan
Keperawatan
|
Perawat
|
Senin,
1
April’02
10.00
12.00
12.30
|
Mengkaji keadaan klien
Melaksanakan pemeriksaaan fisik dan
tanda-tanda vital
Mengobservasi vital sign : Tekanan darah
160/90mmHg.Nadi: 76x/menit, Suhu, 36,8C, RR.: 16x/menit GCS.456
Membantu memberikan obat oral copaten
12,5 satu tablet
|
Dahlan D.Ahmad.
|
Selasa
2
April 02
08.00
10.00
10.30
12.00
12.30
13.00
|
Merapikan tempat tidur, Mengobservasi
vital sign, Tekanan darah 160/100mmHg, Nadi:76/menit, Suhu:36.3C. RR,
16X/menit, GCS 456.
Mengikuti fisioterapi exercise memberikan
latihan gerak pada ektrimitas atas dan bawah yang mengalami kelemahan.
Mengambil darah vena u/BSN 2 jam PP
Observasi tanda vital Tekanan darah :
150/100 mmHg. Nadi, 80X/menit, Suhu, 36.5C, RR.:16x/menit GCS. 456
Mengganti infus asering flc.II dengan 14
tts/menit
Mengecek obat yang diminum klien
|
|
Rabu
3-4-02
07.30
08.00
09.00
09.30.
12.00
13.00
|
Merapikan tempat tidur klien
Melakukan observasi vital sign. Tekanan
Darah : 160/90 mmHg. Nadi, 70x/menit, RR. 16x/menit suhu, 37.1 C. GCS. 456.
Memasukan obat Nicholin inj. 1 amp iv.
Infus di af
Mengikuti latihan gerak fisik Fisioterapi
pasif aktif pada ektrimitas atas dan bawah bgn kiri.
Melakukan observasi vital sign. Tekanan
Darah. 160/90 mmHg. Nadi 70x/menit. RR. 16x/menit, Suhu. 36.7C.
Memberikan minum obat copaten 12,5 1 tab.
|
|
Evaluasi
Nama Klien : Tn.Dd.
Ruang : Unit Stroke
Hari,
Tanggal Jam
|
Diagnose
Keperawatan Dan Evaluasi
|
Nama
Perawat
|
Jum’at 01-02
09.00
|
DX. Keperawatan 1
S.: -Pusing, mual-mual tidak lagi.
O.: Tekanan Darah 160/90 mmHg.Nadi.x/menit, RR.; 16x/menit, Suhu,.
36.7 C. GCS.: 456.obat-obatan sudah diberikan,
A.: Tanda-tanda gangguan ferfusi jaringan otak tidak terjadi.,
tapi tetap harus diwaspadai.
P. : Intervensi dilanjutkan.
DX. Keperawatan 2
S. _ceriah, mau ketawa
O.: Klien masih dalam keadaan tirah baring, segala kebutuhan
aktivitas hidup sehari-hari masih dibantu.
A.: gangguan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari masih harius
dibantu.
P : Intervensi dilanjutkan.
|
Dahlan D.Ahmad
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon