ASUHAN
KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN
ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI
PADA SHIZOPRENIA KATATONIK SUB
STUPOR DI RUANG JIWA C RSUD DR SOETOMO SURABAYA
A. Konsep
Isolasi Sosial.
Isolasi
social adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang
lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Twondsend, 1998).
Menarik
diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Pawlin,
1993). Terjadinya dipengaruhi
oleh factor predisposisi dan antara lain perkembangan dan social budaya. Kegagalan dapat menyebabkan individu tidak
percaya pada diri, dan orang lain, ragi, takut, salah, spesimis, putus asa
terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginana dan merasa tertekan.
Keadaan ini dapat menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan
orang lain, lebih menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain dan
kegiatan sehari-hari terabaikan.
B. Konsep
Shizofrenia Katatonik
Shizofrenia katatonik dapat
dimanifestasikan dalam bentuk stupor (ditandai dengan retardasi psikomotor,
mutisme, kelakuan seperti lilin (postur), negativisme, regiditas atau kegaduhan (legitasi psikomotor yang ekstrim
yang dapat menyebabkan kelelahan atau kemungkinan melukai diri sendiri/orang
lain bila tidak segera ditanggulangi. Shizofrenia katatonik dapat dicetuskan
oleh penyakit otak, gangguan metabolic, alcohol obat-obatan serta dapat juga
terjadi gangguan afektif. Penting untuk
diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk untuk mendiagnosa
shizofrenia.
Timbulnya pertama kali antara umur 15 – 30
tahun biasanya akut serta sering didahului stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau
stupor katatonik.
1. Gaduh gelisah
katatonik :
Terdapat hyperaktifitas motorik tetapi tidak disertai dengan emosi yang
semestinya dan tidak dipengaruhi oleh rangsangan dari luar. Pasien terus
berbicara atau bergerak dan menunjukan steroitipi, manerisme, grimas,Mologisme,
tidak dapat tidur, tidak makan dan minum, sehingga mungkin terjadi dehidrasi
atau kolaps atau kadang-kadang terjadi kematian (kehabisan tenaga dan terlebih
bila terdapat penyakit badaniah : jantung, paru-paru dan sebagainya). Seorang yang mulai membaik pada shizofrenia gaduh gelisah katatonik berulang-ulang minta dipulangkan dari Rumah
Sakit. Pikiran ini diantaranya melalui berbagai macam cara, sehingga sudah
merupakan persevverasi.
2. Supor katatonik :
Pada stupor katatonik penderita tidak
menunjukan perhatian sama sekali terhadap lingkungan. Emosinya seperti dangkal. Gejala yang penting
adalah gejala psikomotor seperti :
- Mutisme kadang-kadang dengan mata tertutup.
- Muka tanpa mimik seperti topeng.
- Sttupor, penderita tidak bergerak sama sekali untuk waktu yang lama, beberapa hari, kadang-kadang sampai beberapa bulan.
- Bila diganti posisinya penderita ditantang : Negativisme.
- Makanan ditolak , air ludah tidak ditelan, sehingga terkumpul didalam mulut dan meleleh keluar, air seni dan faeces ditahan.
- Terdapat grimas dan katalepsi. Secara tiba-tiba atau pelan-pelan penderita keluar dari keadaan stupor ini dan mulai berbicara dan bergerak.
Etiologi Shizofrenia Katatonik sama sebagaimana gejala shizofrenia secara
umum yaitu :
1.
Keturunan
2.
Sistem endokrin
3.
Sistem metabolisme
4.
Susunan saraf pusat
5.
Teori Adolf Meyer
6.
Teori Sigmund Freud
7.
Eugen Bleuler
8.
Shizofrenia sebagai satu sindroma
9.
Shizofrenia suatu gangguan psikosomatik
Prognosis, Secara umum mempertimbangkan hal-hal berikut :
1.
Kepribadian pre psikotik
2.
Timbulnya serangan shizofrenia akut lebih baik
3.
Jenis-jenis shizofrenia : jenis hebefrenik dan simpleks sama
jeleknya, penderita menuju kearah kemunduran mental.
4.
Umur :makin muda prognosis makin jelek
5.
Pengobatan makin cepat makin baik
6.
Fakktor pencetus : adanya factor pencetus lebih baik
7.
Keturunan : dalam keluarga ada penderita lebih jelek.
Pengobatan :
Prinsip pengobatan
shizofrenia katatonik sama pengobatan shizzofrenia secara umum
yaitu :
1.
Farmakoterapi
2.
Terapi elektorkonvulsi
3.
Psikoterapi dan rehabilitasi
4.
Hobotomi pre frontal.
ASUHAN KEPERAWATAN
TN. S DENGAN ISOLASI SOSIAL :
MENARIK DIRI PADA SHIZOPRENIA KATATONIK SUB STUPOR DI RUANG JIWA C RSUD
DR SOETOMO SURABAYA.
A.
Pengkajian Kasus.
I. Identitas
N
a m a
: TN. S No. Reg. 10166130
U
m u r
: 25 tahun Tgl. MRS : 24-5-2002
Jenis kelamin :
Laki-laki Tgl
Pengkjian : 31—5-2002
Agama : Islam
Informasi : Ny. R
A l a m a t : Wonosari Lor 116 B Surabaya.
2. Alasan
MRS : Sejak 1 minggu sebelum pasien MRS,
pasien tidak mau bicara, sulit tidur, makan/minum hanya sedikit, pasien tidak
mau keluar rumah, sering menyendiri dikamar, tidak mau kerja dan tidak mau
Bantu orang tua.
3. Faktor
predisposisi. Pernah mengalami sakit jiwa 1 tahun yang lalu sepulang dari Bali
(diajak teman-teman hanya satu hari saja).
Sejak saat itu pasien lebih banyak diam, tidak mau keluar rumah. Saat
sakit tidak berobat ke Pelkes(RS) hanya berobat kedukun (para normal) dengan
harapan agar dapat sembuh. Klien saat ini dirawat pertama kali di ruang jiwa C
RSUD Dr Soetomo Surabaya oleh karena tidak manpan berobat pada dukun
(paranormal). Anggota keluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa.
4. Faktor
Presipitasi : Keterangan dari ibu klien
pernah mendapatkan pekerjaan yaitu pelayaran antar pulau, tapi tidak sesuai
dengan keinginannya yaitu ingin kerja dikantor, tapi tidak tercapai. Akhirnya
pasien lebih banyak waktu luangnya dirumah, sejak itu klien lebih banyak
mengeluh tentang keadaanya.
5. Pemeriksaan fisik :
Tanda vital : T : 120/80
mmhg N : 80x/mt
S : 36,50 C R
: 18x/mt
6. Psikososial
GENOGRAM :
Keterangan : : laki-laki
: perempuan
: klien
: meninggal
7. Konsep diri.
a. Citra tubuh : Klien mengatakan badanya
kurus dan tak tahu tentang keadaanya.
B.Identitas diri : Klien belum jelas menyebutkan nama,
menyatakan sudah tidak bekerja.
c. Peran : Anak ke 7 dari 7 bersaudara,
karena terakhir maka sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya.
d. Ideal diri : Klien mengatakan ingin pulang kerumah
ingin kumpul lagi bersama keluarga.
e. Harga diri : Klien tidak suka bergaul
dengan teman-teman sebayanya atau dengan tetangganya.
8. Hubungan social : Orang
terdekat adalah ayah/ibu, klien tidak pernah terlibat dalam kegiatan social.
Klien akhir-akhir ini lebih banyak diam dirumah dan menyendiri dikamar.
9. Spiritual : Klien beragama Islam dan percaya bahwa
Tuhan itu ada. Kegiatan ibadah akhir-akhir ini jarang dilaksanakan, hanya
sering memakai penutup kepala.
10.Status mental.
a. Penampilan sehari-hari : klien
penampilan sehari-hari rapih dan postur tubuh agak kurus, mandi kadang bila
dibantu, rambut tersisir rapih, berpakaian sesuai.
b. Pembicaraan : Nada bicara
lambat, klien menjawab pertanyaan dengan singkat.
c. Aktifitas motorik : Klien tampak lemah dan
sering duduk sendirian
kadang-kadang duduk ditempat
tidur, psikomotor menurun (Negativisme +).
d. Alam perasaan : Sedih,
pandangan kosong, berdiam diri dan tampak ekspresi wajah lemah.
e. Afek/Emosi :
dangkal.
f.
Interaksi Selama wawancara : Saat
diajak bicara kontak mata tidak ada, sering menunduk, jawabanya singkat hanya
sesuai apa yang ditanyakan, komunikasi verbal sangat minimal & tak lancar.
g. Persepsi sulit dievaluasi
oleh karena mutisme.
h.Arus pikir :
daya ingat klien masih baik, mampu jawab pertanyaan walaupun terbatas/tidak
lancar.
i. Isi pikir :
Tidak terjadi waham, hanya saja mengeluh badannya lemah dan tak bertenaga,
ludah keluar terus sampai terasa mual.
j. Tingkat
kesadaran berubah, orientasi daya ingat sulit dievaluasi oleh karena mutisme.
k. Memori/daya
ingat baik, klien ingin pulang karena rindu keluarga dirumah.
l. Kemampuan
penilaian masih bias membedakan antara hal yang bersih dan kotor.
m. Intelegensia
sulit dievaluasi oleh karena mutisme
n. Kemauan sulit
dievaluasi oleh karena mutisme.
11. Pemeriksaan
lain :
a.
Pemeriksaan dalam : dalam batas normal
b.
Pemeriksaan saraf : dalam batas normal.
12. Kebutuhan
persiapan pulang.
a. Kebutuhan makan/minum klien tidak dibantu, untuk ADL sudah mampu
kerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain.
b.
Istirahat dan tidur sudah sesuai dengan kebiasaan dirumah.
c.
Penggunaan obat-obatan masih perlu bantuan yaitu mengingatkan.
d.
Pemeriksaan kesehatan lanjutan keluarga mendukung.
e. Aktifitas saat ini mengikuti
kegiatan olahraga dengan aktif (tenis meja, bulutangkis).
13. Mekanisme koping :
Klien sudah mau melakukan olah
raga bersama, tapi kadang berdiam dan menyendiri.
14. Masalah Psikososial dan
lingkungan :
a.
Masalah dukungan kelompok keluarga sangat mendukung.
b.
Masalah yang berhubungan lingkungan : klien jarang kontak social
dengan masyarakat disekitarnya karena tak ada yang cocok.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien sudah lulus SMA dan pernah ikut pelatihan Ilmu Pelayaran.
d.
Masalaah dengan pekerjaan : Klien sudah tidak bekerja lagi.
e. Masalah dengan perumahan
: tinggal bersama kedua orang tuanya.
f. Masalah dengan ekonomi biaya
RS ditanggung orang tua dan keluarga.
g. Masalah Pelayanan
Kesehatan masih percaya/yakin terhadap dukun
(paranormal) untuk pengobatan penyakitnya.
15. Pengetahuan kurang
tentang :
- Penyakit jiwa keluarga belum sepenuhnya
mengerti.
-
Faktor presipitasi keluarga belum mengerti, apa yang menjadi pencetus
penyakitnya.
-
Mekanisme koping keluarga belum memahami pentingnya
dukungan untuk klien pada proses
kesembuhan.
16. Aspek medis : Shizofrenia Katatonik Sub stupor.
17. Therapi
medis : - Largactil 50
mg IM
-
Trifluofenazine 2x 2,5 mg
- Promactil 2 x 100 mg
18. POHON MASALAH:
Gangguan Interaksi Sosial Resti
tindakan kekerasan
Kerusakan komunikasi Perubahan persepsi
verbal Sensori
(Halusinasi
Pendengaran)
Akibat
: Perubahan P
/ B Penampilan diri tergg.
Msllh Utama : Isolasi social : Menarik Diri Syndrom Perw.diri
Penyebab
: Harga Diri Rendah Kemauan menurun
Koping Kel. Tidak
efektif Kegagalan
pekerjaan tak sesuai keinginan.
19. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Isolasi social : menarik
diri berhubungan dengan harga diri rendah
DS : Keluarga klien
mengatakan 1 minggu sebelum pasien MRS tidak mau keluar rumah, menyendiri
dikamar, tidak mau bekerja, makan dan minum sedikit.
DO : Klien selalu
menghindar pada orang lain, bila diajak bicara tidak ada kontak mata dan sering
menunduk.
2. Kerussakan komunikasi
verbal berhubungan dengan isolasi social
DS : Klien hanya menjawab singkat
bila ditanya
DO : Klien selama kontak mata
tidak ada, komunikasi verbal minimal dan tidak lancar.
3. Sindrom defisit
perawatan diri berhubungan dengan penurunan kemauan dan
minat.
DS : Ibunya mengatakan
klien kadang makan dan minum dirumah harus dibantu, selalu menyendiri dikamar.
DO : Klien kadang mandi
bila diperintah/diingatkan, klien tampak lemah, untuk makan harus dibujuk.
Tanggal
|
DX. Kep
|
Tujuan
|
Kriteria Evaluasi
|
Intervensi
|
3-Juni 2002
|
NO. 2
|
Umum :
Pasien dapat dengan orang
lain secara optimal.
Khusus :
1.Klien dapat membina
hubungan saling percaya
2.
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki
3. Klien dapat menilai
kemampuan yang digunakan
4.Klien dapat melakukan
komunikasi sesuai dengan kondisnya.
|
Ekspresi
wajah bersahabat
Menunjukan rasa sayang,
senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menjawab pertanyaan, duduk
berdampingan atau berhadapan
Klien dapat mengidentifikasi kemampua dan aspek positif yang dimiliki
Klien dapat mampu menilai
kemampuan yang dapat digunakan
Klien
mampu melakukan komunikasi sesuai dengan kondisinya
|
Bina hubungan saling
percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terapeutik:
1. Sapa klien dengan ramah
2.Perkenalkan diri dengan
sopan
3.Tanyakan nama lengkap
klien dan nama panggilan
4.Jelaskan tujuan
5. Berikan perhatian pada
kebutuhanya
1.
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
2.
Berikan pujian bila benar
3.
Benarkan dengan baik bila salah
4.
Hindari mecoba/menilai negatif
5.
Ajak diskusi tentang kemampuan yang dimiliki
klien.
1. Beri kesempatan klien
untuk mencoba kegiatan yang telah dikemukakan
2. Beri pujian atas keberhasilanya
3. Diskusikan kemungkinan
pelaksanaan dirumah
1.
Berikan klien kesempatan mengemukakan pendapatnya
2.
Dorong klien untuk bercerita tentang dirinya
3.
Berikan pujian bila komunikasi baik
4.
Diskusikan dengan keluarga bila klien sudah pulang
|
RENCANA KEPERAWATAN
Tanggal
|
DX. Kep
|
Tujuan
|
Kriteria Evaluasi
|
Intervensi
|
3-Juni 2002
|
NO. 1
|
Umum :
Pasien dapat berhubungan
dengan orang lain secara optimal.
Khusus :
1. Klien dapat membina
hubungan saling percaya
2. Klien dapat
mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
3. Klien dapat menilai
kemampuan yang digunakan
4. Klien dapat menetapkan
rencana kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
5. Klien dapat melakukan
kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya.
|
Setelah dilakukan pertemuan 3 X klien dapat menunjukan espresi wajah
bersahabat, rasa senang,ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menjawab
pertanyaan, mau duduk berhadapan dengan perawat dan mau mengutamakan masalah
yang dihadapi.
Setelah 2x pertemuan klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki : Intelektual, social budaya, fisik, emosi yang dimiliki.
Setelah 4x pertemuan klien dapat menyebutkan kemampuan yang dapat
digunakan
Setelah 5x pertemuan klien dapat membuat rencana kegiatan harian
Setelah 6x pertemuan klien
dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuanya
|
Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan
prinsip komunikasi terapeutik:
1. Sapa klien dengan ramah
2. Perkenalkan diri dengan sopan
3. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan
4.Jelaskan tujuan
5. Jujur dan menepati janji
6. Tunjukan sikap empati
dan menerima apa adanya
7. Beri perhatian
1. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki klien
2. Setiap ketemu klien jangan menilai negatif
3. Utamakan memberi pujian yang realistik
1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang digunakan
selama sakit
2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
penggunaanya.
1. Rencanakan bersama klien aktifitas
yang
dapat dilakukan
2. Tingkatkan
kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi pasien
3. Berikan
contoh kegiatan yang boleh dilakukan klien
1. Beri kesempatan klien untuk mencoba kegiatan yang
telah dikemukakan
2. Beri pujian
atas keberhasilanya
2.
3.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon