Salam Sehat dan Harmonis

-----

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN (TODDLER)




LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN (TODDLER)










OLEH:
Subhan, S Kep.
NIM 010030170B





PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2002


ASUHAN KEPERAWATAN DIARE
PADA ANAK USIA 1-3 TAHUN (TODDLER)


KONSEP MEDIS

1.                  Pengertian

Beberapa pengertian diare:
1.      Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999).
2.      Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
3.      Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997).
Anak usia TODDLER adalah anak usia antara 1 sampai 3 tahun (Donna L. Wong)

2.                  Penyebab

4.      Faktor infeksi
a.       Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans).
b.      Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
5.      Faktor Malabsorbsi
-          Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.
6.      Faktor Makanan:
-          Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.
7.      Faktor Psikologis
-          Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas), jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

3.                  Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
8.      Gangguan osmotik
Adanya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
9.      Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningklatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan isi lumen usus.
10.  Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
Secara skematis, patofisiologi diare dapat digambarkan sebagai berikut:



 


           
            Infeksi                                              Makanan             Psikologis          Malabsorbsi         
                                                                                                                       
                                                                                                                     Makanan tdk diserap  
   Enteral          Parenteral                                                                              
                (Infeksi di luar sis-     Racun / alergen     Aktivasi saraf       Tek. osmotik ↑     
                               tem pencernaan)                                          otonom                                  
                                                                                            (Respon impuls    Pergeseran air dan
   Infeksi sal. cerna                                                         kolinergik)         elektrolit ke dlm
                                                      Peradangan sal. cerna                              lumen usus
                
                Toksin                                                        Hiperperistaltik         Isi usus ↑                                                                       
                                                                                                   
- Mual / muntah
- Nyeri abdomen
- Cemas
- Reabsorbsi nutrien ↓ →
Kekurangan nutrisi

 
                                                                                   Frek. Defekasi ↑
                Hipersekresi mukosa saluran cerna                                           
                                                                                                                     
                        Lambung                                 Usus






 
                         Muntah                                   Diare
                                                                                                         Area sekitar anus lecet
                        Kehilangan cairan & elektrolit                                           (Ggn integritas kulit)
                                                                                          
                                                        Anak MRS (hospitalisasi)           Terapi invasif (infus)
-   Protes
                                                                   - Putus asa                              Risiko infeksi
                                                                   - Pasrah
                                               
                                                Gangguan peran (bermain)
                                   Gangguan pertumbuhan danperkembangan

4.                  Manifestasi Klinis

Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu makan berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa penggantian yang memadai, gejala dehidrasi mulai tampak yaitu: berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit kering.
Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah bahkan tidak teraba, tekanan darah menurun, klien tampak lemah dengan kesadaran menurun. Karena kekurangan cairan, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat, pernapasan cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul).

5.                  Prinsip Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare akut pada anak:
1.         Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
2.         Dietetik
3.         Obat-obatan

1.         Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi yang cepat dan akurat, yaitu:
1)      Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah kaliumnya rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan segala akibatnya.
2)      Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
-          Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
           0,001

-          Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni: 
* diare ringan, kebutuhan cairan      = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan     = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan      = 10% x kg BB

-          Metode Perbandingan BB dan Umur
BB (kg)
Umur
PWL
NWL
CWL
Total Kehilangan Cairan
     < 3
    3-10
    10-15
    15-25
 < 1 bln
 1 bln-2 thn
 2-5 thn
 5-10 thn
150
125
100
080
125
100
080
025
25
25
25
25
300
250
205
130
Sumber: Ngastiyah (1997)
Keterangan:
PWL   : Previus Water Lose (ml/kgBB)                       = cairan muntah
NWL  : Normal Water Lose (ml/kgBB)                      = cairan diuresis, penguapan, pernapasan
CWL  : Concomitant Water Lose (ml/KgBB)           = cairan diare dan muntah yang terus menerus


2.         Dietetik
Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus tetap dipertahankan yang meliputi:
1)         Susu (ASI atau PASI rendah laktosa)
2)         Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim)

3.         Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:
1)         Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)
2)         Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)
3)         Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)


KONSEP KEPERAWATAN

Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:

·         Riwayat Keperawatan Sekarang

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.

·         Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.

·         Riwayat Kesehatan Keluarga

Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.

·         Pengkajian Fisik

Pengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.

Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-tanda yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung, mukosa bibir dan mulut kering, kulit kering dengan turgor berkurang. Dapat  ditemukan peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltik usus dan adanya luka lecet sekitar anus.


Diagnosa Keperawatan
1.      Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual).
2.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
3.      Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
4.      Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya
5.      Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.

Rencana Keperawatan

(1)               Dx.1  Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah serta intake terbatas (mual)
Intervensi dan Rasional:
1.      Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
-          Sebagai upaya rehidrasi untuk mengganti cairan yang keluar bersama feses.
2.      Pantau intake dan output.
-          Memberikan informasi status keseimbangan cairan untuk menetapkan kebutuhan cairan pengganti.
3.      Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan laboratorium
-          Menilai status hidrasi, elektrolit dan keseimbangan asam basa.
4.      Kolaborasi pelaksanaan terapi definitif.
-          Pemberian obat-obatan secara kausal penting setelah penyebab diare diketahui.

(2)               Dx.2  Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.
Intervensi dan Rasional:
1.      Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
-          Menurunkan kebutuhan metabolik.
2.      Pertahankan status NPO (puasa) selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
-          Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
3.      Bantu pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet
-          Memenuhi kebutuhan nutrisi klien
4.      Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi.
-          Mengistirahatkan kerja gastrointestinal dan mengatasi/mencegah kekurangan nutrisi lebih lanjut.

(3)               Dx.3       Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Intervensi dan Rasional:
1.      Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
-          Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan mengurangi nyeri.
2.      Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti masase punggung dan kompres hangat abdomen
-          Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian kliendan meningkatkan kemampuan koping.
3.      Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan berikan perawatan kulit
-          Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
4.      Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai indikasi
-          Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
5.      Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
-          Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan intervensi selanjutnya.

(4)               Dx.4       Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya.
Intervensi dan Rasional:
1.      Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat.
-          Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan alternatif pemecahan masalah.
2.      Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama.
-          Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang demikian.
3.      Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan tulus dalam membantu klien.
-          Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu peningkatan kecamasan.

(5)               Dx.5       Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Intervensi dan Rasional:
1.      Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
-          Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
2.      Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas sehari-hari.
-          Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses perawatan klien.
3.      Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara pemberian serta efek samping yang mungkin timbul.
-          Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien dalam pengobatan.
4.      Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
-          Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta

Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4, EGC, Jakarta

Soetjiningsih (1998), Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta

Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Previous
Next Post »

1 komentar:

Click here for komentar
25 October 2012 at 02:49 ×

makasih genz infonya'
ditunggu silaturahminya di
http://yuudi.blogspot.com/

Congrats bro SEHATKAN INDONESIA MULAI DARI PROMOSI KESEHATAN you got PERTAMAX...! hehehehe...
Reply
avatar

Translate