Salam Sehat dan Harmonis

-----

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA MASYARAKAT



ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS
PADA MASYARAKAT DESA TANGGUL  
KECAMATAN WONOAYU
KABUPATEN SIDOARJO


BAB 1
PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Pembangunan nasional yang berwawasan kesehatan bertujuan untuk mencapai masyarakat sehat atau Indonesia sehat 2010 dimana diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
Perawatan kesehatan masyarakat diperlukan untuk dapat melatih kemandirian diantaranya melalui pembangunan dan pengorganisasian masyarakat, pendekatan edukatif dan pendekatan perubahan perilaku ke arah positif dalam memelihara kesehatannya.
Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, maka keberadaan petugas kesehatan masyarakat bersama team kesehatan lainnya sangat diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat dalam rangka meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal. Dalam memberikan asuhan kesehatan masyarakat, bidan melihat masyarakat sebagai kumpulan individu dalam suatu hubungan yang saling ketergantungan untuk memperoleh kebutuhan hidupnya secara terorganisir. Masyarakat merupakan suatu bentuk system social dalam hubungan dengan lingkungannya, akan berusaha mencapai tingkat pemenuhan kebutuhan seperti yang dikemukakan oleh Maslow maupun A. Khalish, termasuk didalamnya untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
Perawatan kesehatan masyarakat ditujukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, serta memberikan bantuan melalui intervensi sebagai dasar keahliannya dalam membantu individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Bidan sebagai orang pertama dalam tatanan pelayanan kesehatan, melaksanakan fungsi-fungsi yang sangat relevan dengan kebutuhan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pelayanan kesehatan utama (Primary Health Care) merupakan pendekatan yang praktis untuk melaksanakan asuhan kebidanan kesehatan masyarakat di tingkat individu, keluarga dan masyarakat/komuniti, dalam bentuk yang dapat diterima dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya, dengan melibatkan partisipasi sepenuhnya dari masyarakat dalam bentuk Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa, dengan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat melalui Posyandu.  
Pencapaian target/cakupan pelayanan ibu dan anak melalui PWS-KIA adalah salah satu indikator Indonesia Sehat 2010 yaitu K1 95%, K4 95%. Dan pada tahun 2006 target yang tercapai adalah 19,74%.

1.2              Tujuan
1.2.1        Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa Akademi Kebidanan mampu melaksanakan manajemen kebidanan secara nyata pada masyarakat.binaan dengan rendahnya cakupan pelayanan K4.
1.2.2        Tujuan Khusus
Diharapkan mahasiswa mampu:
a)        Mengkaji gambaran umum masyarakat untuk memperoleh data mengenai pemeriksaan kehamilan.
b)        Merumuskan masalah yang terjadi pada masyarakat.
c)        Merencanakan tindakan asuhan kebidanan pada masyarakat.
d)       Melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif.
e)        Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah diberikan.





BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA


2.1    Konsep Masyarakat
2.1.1 Pengertian
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan proses keperawatan, antara lain:
a.       Masyarakat/komunitas adalah menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografi) dengan batas-batas tertentu, dimana yang menjadi dasarnya adalah interaksi yang lebih besar dari anggota-anggotanya, dibanding penduduk di luar batas wilayahnya (Soerdjono Soekanto, 1982).
b.      Masyarakat adalah sekelompok manusia yang diamati teritorial tertentu dan adanya sifat-sifat yang saling tergantung, adanya pembagian kerja dan kebudayaan bersama (Moc. Lever, 1957).
c.       Masyarakat adalah sekelompok manusia yang cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga dapat mengorganisasikan diri dan berpikir tentang dirinya sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. (Linton, 1936)
d.      Hasil rapat kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat (1990). Disebutkan bahwa perawat kesehatan masyarakat adalah suatu bidang Keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif serta menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan secara optimal sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. (Effendy, 1998, 13)

2.1.2         Ciri-Ciri Masyarakat
Dari berbagai pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa masyarakat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Interaksi
Interaksi sosial diantara anggota masyarakat yang meliputi kontak sosial dan komunikasi.
b.      Wilayah Tertentu
Suatu kelompok masyarakat menempati suatu wilayah tertentu dengan batas-batas tertentu (geografis).
c.       Saling Ketergantungan
Anggota masyarakat yang hidup di suatu wilayah tertentu saling tergantung satu dengan yang lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidup.
d.      Adat-Istiadat dan Kebiasaan
Adat istiadat diciptakan untuk mengatur tatanan hidup bermasyarakat.
f.       Identitas
Suatu kelompok masyarakat memiliki identitas yang dapat dikenali oleh anggota masyarakat yang lainnya.

2.1.3        Tipe-Tipe Masyarakat
Menurut Gilin dan Gilin lembaga masyarakat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.      Dilihat dari sudut perkembangannya
1.      Cresive Institution
Lembaga masyarakat yang paling primer, merupakan lembaga yang secara tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.
2.      Enacted Institution
Lembaga masyarakat yang secara sengaja dibentuk untuk memenuhi tujuan tertentu.


2.      Dari sudut sistem nilai yang diterima oleh masyarakat
1.      Basic Institution
Lembaga masyarakat yang sangat penting untuk memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat.
2.      Subsidiary Institution
Lembaga masyarakat yang muncul tapi dianggap kurang penting.
3.      Dari sudut penerimaan masyarakat
1.      Aproved atau sosial sactional Institution
Lembaga yang diterima masyarakat yang didasarkan atas dasar penyebarannya.
2.      Unsanctioned Institution
Lembaga agama yang dianut oleh masyarakat tertentu saja.
4.      Dari sudut penyebaran
1.      General Institution
Lembaga masyarakat yang didasarkan atas dasar penyebarannya.
2.      Restrided Institution
Lembaga agama yang dianut oleh masyarakat tertentu saja.
5.      Dari sudut fungsi
1.       Lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola atau tata cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
2.       Regulatif Institution
Lembaga yang bertujuan mengawasi adat istiadat/tata kelakuan yang tidak menjadi bagian yang mutlak dari lembaga itu.

                                                            Ciri Masyarakat Indonesia
Dilihat dari struktur sosial dan kebudayaan Indonesia dibagi dalam tiga kategori:
a.    Masyarakat Desa
1.      Hubungan keluarga dalam masyarakat sangat kuat
2.      Hubungan didasarkan adat istiadat yang kuat sebagai organisasi sosial.
3.      Percaya pada kekuatan gaib.
4.      Tingkat buta huruf relatif tinggi.
5.      Berlaku hukum tidak tertulis yang intinya diketahui dan dipahami oleh setiap orang.
6.      Tidak ada lembaga pendidikan khusus di bidang teknologi dan ketrampilan diwariskan oleh orang tua langsung kepada keturunannya.
7.      Sistem ekonomi sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
8.      Semangat gotong royong dalam bidang sosial dan ekonomi sangat kuat.
b.      Masyarakat Madya
1.      Hubungan keluarga masih tetap kuat dan hubungan kemasyarakatan mulai mengendor.
2.      Adat istiadat masih dihormati dan sikap masyarakat mulai terbuka dari pengaruh luar.
3.      Timbul rasionalitas pada cara berpikir.
4.      Timbul lembaga pendidikan formal dalam masyarakat terutama pendidikan dasar dan menengah.
5.      Tingkat buta huruf sudah mulai menurun.
6.      Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.
7.      Ekonomi masyarakat lebih banyak mengarah kepada produksi pasaran.
8.      Gotong royong tradisional tinggal untuk keperluan sosial dikalangan keluarga dan tetangga.
c.       Masyarakat Modern
1.      Hubungan antara manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi.
2.      Hubungan antar masyarakat dilakukan secara terbuka dalam suasana saling pengaruh mempengaruhi.
3.      Kepercayaan masyarakat yang kuat terhadap manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan.
4.      Strata masyarakat digolongkan menurut profesi dan keahlian.
5.      Tingkat pendidikan formal tinggi dan merata.
6.      Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis yang kompleks.
7.      Ekonomi hampir seluruhnya ekonomi kasar yang didasarkan atas penggunaan uang dan alat pembayaran lainnya.

                                                            Ciri Masyarakat Sehat
1.      Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
2.      Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan penulisan kesehatan terutama untuk ibu dan anak.
3.      Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup.
4.     Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status ekonomi masyarakat.
5.      Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit.

                                                     Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi/keadaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan optimal pula, ruang lingkup kesehatan dilingkungan tersebut mencakup perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air limbah, rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya.
Yang dimaksud dengan usaha kesehatan lingkungan adalah usaha untuk   memperbaiki/mengoptimalkan lingkungan hidup manusia agar merupakan media yang baik untuk mewujudkan kesehatan yang optimum bagi manusia yang hidup di dalamnya.

            Sampah dan Pencegahannya
Sampah adalah suatu bahan/benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia.
Sampah-sampah mengandung prinsip-prinsip:
-  Adanya suatu benda/bahan padat.
-  Adanya hubungan langsung/tidak langsung dengan kegiatan manusia.
                                                            Sumber-sumber sampah antara lain:
1.                              Sampah yang berasal dari pemukiman (domestik wastes)
2.      Sampah yang berasal dari tempat umum
3.      Sampah yang dari tempat perkantoran
4.      Sampah yang berasal dari jalan raya
5.      Sampah yang berasal dari industri
6.      Sampah yang berasal dari pertanian
7.      Sampah yang berasal dari pertambangan
8.      Sampah yang berasal dari pertambangan/perkiraan
9.      Sampah yang berasal dari rumah-rumah sakit.
                                                            Jenis-jenis sampah
a.   Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya
1.      Sampah-sampah organik   :  sampah dapat membusuk
2.      Sampah non organik         :  sampah tidak dapat membusuk
b.      Berdasarkan dapat tidaknya terbakar
1.   Sampah yang mudah terbakar : kertas, karet, kayu, plastik, dsb.
2.   Sampah yang tidak dapat terbakar :   kaleng bekas, pecahan kaca dan sebagainya.
                                                            Pengelolaan sampah
Cara pengelolaan sampah
1.                              Pengumpulan dan pengangkatan sampah
2.      Pemusnahan dan pengelolaan sampah
·         Ditanam (land fill)
·         Dibakar (incemerator)
·         Dijadikan pupuk (composting)

            Air Limbah dan Pengelolaannya
Air limbah/air buangan adalah sisa yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan/zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu kesehatan lingkungan hidup. Air limbah ada kombinasi dari cairan dan sampah cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri sama-sama dengan air tanah, air pemukiman dan air hujan yang mungkin ada.
(Hartoyo Kusno Putranto, 1985)
Air limbah berasal dari dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi:
·         Air buangan yang bersumber dari rumah tangga.
·         Air buangan industri.
·         Air buangan kota projo.
2.4.1    Karakteristik air limbah
Perlu dikenal karena akan menentukan cara pengolahan yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup.
a.       Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian dari bahan-bahan padat dan suspensi.
b.      Karakteristik kimiawi
Mengandung campuran zat-zat kimia organik yang berasal dari air bersih serta macam-macam zat  organik  berasal   dari    penguraian
tinja, urine dan sampah lain.
c.       Karakteristik bakteriologis


2.4.2    Cara pengelolaan air limbah secara sederhana
Beberapa cara sederhana pengelolaan air limbah
a.   Pengencer (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah kemudian baru dibuang kebadan-badan air.
b.   Kolor oksidasi (oxidation ponds)
Prinsip cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae) bakteri dan oksigen dalam.
c.                                                                               Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit yang digadai dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit (Notoadmodjo Soekidjo, 1997).

2.5       Konsep Dasar K1- K4
Kunjungan ibu hamil
Adalah upaya ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan pedoman yang telah ditentukan selama masa kehamilannya.
K1
Adalah kontak pertama kali ibu dengan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar.
K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat (lebih) untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat:
-          Minimal 1 kali kontak pada trimester I
-          Minimal 1 kali kontak pada trimester II
-          Minimal 2 kali kontak pada trimester III



2.6       PWS – KIA (Pemantauan Wilayah Setempat)
2.6.1    Pengertian
Pemantauan wilayah setempat KIA (PWS-KIA) adalah alat manajemen program KIA di suatu wilayah (Puskesmas/Kecamatan) secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan pelayanan KIAnya masih rendah. (Dep.Kes.RI, 1996)

2.6.2    Tujuan
Tujuan Umum PWS-KIA adalah:
Meningkatkan jangkauan data mutu pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa terus menerus.
Tujuan Khusus PWS-KIA adalah:
1.      Memantau cakupan pelayanan KIA yang dipilih sebagai indikator secara teratur (bulanan) dan terus menerus untuk tiap desa.
2.      Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dan pencapaiannya sebenarnya untuk tiap desa.
3.      Menentukan urutan desa prioritas yang akan ditangani secara intensif berdasarkan besarnya kesenjangan antara target dan pencapaiannya.
4.      Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan yang dapat digali.
5.      Membangkitkan peran pamong setempat dalam penggerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya.

2.6.3    Prinsip Pengelolaan Program KIA
Prinsip program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA, secara efektif dan efisien. Pemantauan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
a.       Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang dalam penerapan operasionalnya dikenal sebagai standar “7 T” yang terdiri atas :
1.      Timbang berat badan
2.      (Ukur) Tekanan darah
3.      (Ukur) Tinggi Fundus uteri
4.       Imunisasi TT
5.      (Pemberian) Tablet tambah darah  minimal 90 tablet selama kehamilan
6.      Temu wicara
7.      Test PMS
Secara operasional, pelayanan antenatal yang tidak memenuhi standart minimal “7 T” tersebut belum dianggap suatu pelayanan antenatal. Selain itu, pelayanan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga professional dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi. Frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:
·         Minimal 1 kali pada triwulan pertama
·         Minimal 1 kali pada triwulan kedua
·         Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani kasus resiko tinggi yang ditemukan.

b.      Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan tenaga profesional secara berangsur.
Beberapa jenis tenaga kesehatan yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat adalah:
Tenaga professional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan (PKE) dan perawat bidan.
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
-          Sterilitas
-          Metode pertolongan persalinan yang memenuhi persyaratan tekhnis medis
-          Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Dengan penempatan bidan di desa, diharapkan secara bertahap jangkauan persalinan oleh tenaga professional terus meningkat dan masyarakat semakin menyadari pentingnya persalianan yang bersih dan aman.   

c.       Peningkatan seleksi dini resiko tinggi ibu hamil, baik oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat oleh kader dan dukun bayi, serta penanganan dan pengamatannya secara terus menerus.
Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini ibu hamil beresiko perlu lebih digalakkan baik di fasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Dalam rangka itulah deteksi ibu hamil beresiko perlu di fokuskan kepada keadaan yang menyebabkan kematian ibu bersalin di rumah dengan pertolongan oleh dukun bayi.
Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal, tetapi perlu perawatan diri yang khusus agar ibu dan janin dalam keadaan sehat. Karena itu kehamilan yang normal pun mempunyai resiko, walaupun ringan. Ada beberapa keadaan yang menambah resiko kehamilan, namun tidak secara langsung meningkatkan resiko kematian ibu. Keadaan-keadaan tersebut dinamakan factor resiko.
Faktor resiko pada ibu hamil diantaranya adalah :
1.      Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2.      Anak lebih dari 4
3.      Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun.
4.      Tinggi badan kurang dari 145 cm.
5.      Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm.
6.      Riwayat keluarga yang menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat congenital
7.      Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul.
Semakin banyak ditemukan factor resiko pada seorang ibu hamil, maka semakin tinggi resiko kehamilannya.
Resiko tinggi kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Resiko tinggi pada kehamilan meliputi:
1.                                                            Hb kurang dari 11 gr %
2.                                                            Tekanan darah tinggi (systole > 140 mmHg, diastole > 90 mmHg)
3.                                                            Oedema yang nyata
4.                                                            Eklampsia
5.                                                            Perdarahan pervaginam
6.                                                            Ketuban pecah dini
7.                                                            Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu
8.                                                            Letak sungsang pada primigravida
9.                                                            Infeksi berat/sepsis
10.                                                        Persalinan premature
11.                                                        Kehamilan ganda
12.                                                        Janin yang besar
13.                                                        Penyakit kronis pada ibu: jantung, paru, ginjal, dll
14.  Riwayat obstetric buruk, riwayat bedah Caesar dan komplikasi kehamilan.
Tingginya AKI di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh timbulnya penyulit persalinan yang tidak dapat segera di rujuk kefasilitas pelayanan kesehatan yang lebih mampu. Faktor waktu dan transportasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam merujuk kasus resiko tinggi. 

d.      Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari 1 bulan) dengan mutu yang baik dan jangkauan yang setinggi-tingginya.
Dewasa ini 45% kematian bayi terjadi pada usia kurang dari 1 bulan. Penyebab utama kematian neonatal adalah tetanus neonatorum, gangguan yang timbul pad abayi berat lahir rendah (BBLR) dan asfiksia. Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatal diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan persalinan “3 bersih” (bersih tangan penolong, alat pemotong tali pusat, dan alas tempat tidur ibu) dan perawatan bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis.
Selain hal tersebut diatas, dilakukan pula upaya deteksi dini neonatal resiko tinggi agar segera dapat diberikan pelayanan yang diperlukan.
Resiko tinggi pada neonatal meliputi:
1.      BBLR (berat lahir kurang dari 2500 gram)
2.      Bayi dengna tetanus neonatorum
3.      Bayi baru lahir dengan asfiksia
4.      Bayi dengan ikterus neonatorum  (ikterus > 10 hari setelah lahir)
5.      Bayi baru lahir dengan sepsis
6.      Bayi lahir dengan berat > 4000 gram
7.      Bayi preterm dan post term
8.      Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
9.      Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan.


2.6.4    Batasan dan Indikator Pemantauan
Dalam penerapan PWS-KIA dipakai batasan operasional dan indikator pemantauan seperti diuraikan berikut ini :
            a.    Batasan
1.      Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama masa kehamilannya, yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Standar operasional yang ditetapkan untuk pelayanan antenatal adalah “7 T” 
2.      Penjaringan (deteksi) dini kehamilan berisiko
Kegiatan ini bertujuan menemukan ibu hamil beresiko, yang dapat dilakukan oleh kader dan tenaga kesehatan.
3.      Kunjungan ibu hamil
Kontak ibu hamil dengan tenaga professional untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan. Istilah kunjungan disini tidak mengandung arti bahwa ibu hamil yang berkunjung ke fasilitas pelayanan, tetapi setiap kontak tenaga kesehatan (di posyandu, polindes, kunjungan rumah) dengan ibu hamil untuk memberikan pelayanan antenatal sesuai standar dapat dianggap sebagai kunjungan ibu hamil.
4.      Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Adalah kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa kehamilan.
5.      Kunjungan ulang
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang kedua dan seterusnya, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama satu periode kehamilan berlangsung.



6.      K4
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang keempat atau lebih, untuk mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat:
-          Minimal satu kali kontak pada triwulan I
-          Minimal satu kali kontak pada triwulan II
-          Minimal satu kali kontak pada triwulan III
7.      Kunjungan Neonatal (KN)
Adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal 2 kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan neonatal, baikdi dalam gedung puskesmas maupun di luar gedung puskesmas (termasuk bidan di desa, polindes dan  kunjungan rumah).
           KN1 = kontak neonatal dengan tenaga professional pada umur 0-7    hari.
   KN2 = kontak neonatal dengan tenaga professional pada umur 8-28 hari.
8.      Cakupan Akses
Adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang pernah mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit satu kali selama selama kehamilan. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut  :
(jumlah kunjungan baru ibu hamil dibagi dengan jumlah sasaran ibu hamil yang ada di suatu wilayah kerja dalam kurun waktu satu tahun) dikalikan 100%.
9.      Cakupan Ibu Hamil (cakupan k4)
Adalah persentase ibu hamil di suatu wilayah, dalam kurun waktu tertentu, yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit 4 kali, dengan distribusi pemberian pelayanan minimal 1 kali pada triwulan pertama, 1 kali pada triwulan kedua dan 2 kali pada triwulan ketiga. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut :
(jumlah ibu hamil yang telah menerima K4 dibagi jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu tahun) dikalikan 100%.
10.  Sasaran ibu hamil
Sasaran ibu hamil adalah jumlah semua ibu hamildi suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun. Angka ini dapat diperoleh dengan berbagai cara yaitu:
-          angka sebenarnya yang diperoleh berdasarkan cacah jiwa
-          angka perkiraan, yaitu memakai rumus:
=   angka kelahiran kasar (CBR) x 1,1 x jumlah penduduk setempat, dengan pengambialn angka CBR dari propinsi atau bila ada dari kabupaten setempat.
=   3% x jumlah penduduk setempat
11.  Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Adalah persentase ibu bersalin di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, yang ditolong persalinannya oleh tenaga kesehatan. Cara menghitungnya adalah sebagai berikut :
(jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (tidak tergantung pada tempat pelayanan) dibagi dengan jumlah seluruh persalinan yang ada di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun) dikalikan 100%.
Jumlah seluruh persalinan di suatu wilayah dalam kurun waktu satu tahun dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut :









b. Indikator Pemantauan
Indikator pemantauan program KIA yang dipakai PWS-KIA meliputi indikator yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA, seperti yang diuraikan dalam Bab II. Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA yaitu:
1.      Akses pelayanan antenatal (cakupan K1)
Indikator akses ini digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah:
-          jumlah sasarn ibu hamil dalam 1 tahun dihitung dengan rumus :
CBR Propinsi x 1,1 x jumlah penduduk setempat
-          Bila propinsi tidak mempunyai data CBR, dapat digunakan angka nasional, sehingga rumus perhitungannya sebagai berikut :
3% x jumlah penduduk setempat
2.      Cakupan ibu hamil (cakupan K4)
Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati yang ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil disuatu wilayah. Di samping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Rumusnya adalah:
3.      Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
Dengan indicator ini dapat diperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan ,dan ini menggambarkan kemampuan manejemen program KIA dalam pertolongan persalinan secara professional
Rumus yang dipergunakan sebagai berikut:
      Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan                       
      Jumlah seluruh sasaran persalinan dalam satu tahun



4.      Penjaringan (deteksi) ibu hamil beresiko


5.      Penjaringan (deteksi) ibu hamil beresiko



6.      Penjaringan (deteksi) ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan


7.      Cakupan pelayanan neonatal (KN) oleh tenaga kesehatan
Keenam indikator pemantauan program KIA tersebut merupakan indikator yang digunakan oleh para pengelola program KIA, sehingga disesuaikan dengan kebutuhan program. Karena itu, keenam indikator itu disebut sebagai indikator pemantauan teknis.








BAB 3
TINJAUAN KASUS


3.1    Pengkajian
3.1.1        Pengumpulan Data
  1. Data Umum
Data Geografis
1.      Nama desa               :  Tanggul
2.      Kelurahan                 :  Tanggul
3.      Kecamatan               :  Wonoayu
4.      Batas-batas wilayah : 
-          Sebelah utara      :  Desa Gamping Wetan (Krian)
-          Sebelah selatan   :  Desa Simogirang (Prambon)
-          Sebelah barat      :  Desa Sedenganmijen (Krian)
-          Sebelah timur     :  Desa Simo Angin-angin
5.      Luas wilayah            :  198.845 Ha
6.      a.   Keadaan geografis   :          
- Ketinggian tanah dari permukaan laut  :   13 Meter      
- Banyaknya curah hujan                         :   1800-2200 mm/th    
- Tofografi                                                :   Dataran rendah
- Suhu udara rata-rata                              :   23-33°C
      b.   Status pertanahan  : 
- Jalan                                                       :   2.220 Ha     
- Sawah dan ladang                                  :  111.215 Ha 
- Pemukiman/perumahan                           :   74.296 Ha
- Pekuburan                                               :   0,434 Ha
- Pekarangan                                             :   92.579 Ha
- Kas desa                                                 :   11.850 Ha
- Lapangan                                                :   0.925 Ha

c.   Jumlah RT   : 14
d.   Jumlah RW  :  3
7.      Pola Demografi
   a. Jumlah penduduk :  3.961 orang

19 - 24
 
> 24
 
2712
277

 
                                               142
146
299
113
138
121

Sumber: Buku Pendataan Desa Tanggul  Tahun 2006
Data Demografi Berdasarkan Golongan Umur
Pada tabel distribusi penduduk menurut golongan umur dapat diketahui bahwa di desa Tanggul jumlah usia > 21-55 th tertinggi yaitu    %.
b. Jumlah KK     : 978 KK
c. Data sasaran   :
·         Bumil     : 93 orang
·         Bulin      : 86 orang
·         Bayi        : 85 orang
     d. Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah
Presentasi
1
2
Laki-laki
Perempuan
1.848
2.113
46,7%
53,3%

Jumlah
3.961
100%
       Sumber: Buku Pendataan Desa Tanggul Tahun 2006

Dari data distribusi penduduk menurut jenis kelamin dapat diketahui bahwa di desa Tanggul jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki.
8.      Fasilitas
A.    Fasilitas Pendidikan
·         TK       :  2
·         SD       :  2
·         SMP    :  -
·         Ponpes :  3
B.     Fasilitas Kesehatan
·         Pustu                                    : -        
·         Perawat                                : 3       
·         Posyandu                             : 3       
·         Bidan praktek swasta           : 3
·         Dukun terlatih                      : 1
C.     Fasilitas Komunikasi
Ada 2 wartel di desa Tanggul
D.    Fasilitas Transportasi Umum
·         Roda 4:   Mikrolet                :   1
                      Truk                      :   2
·         Roda 2         :   Ada
·         Becak  :   17
Fasilitas transportasi pribadi
·         Mobil   :  16
·         Motor   :  91
·         Sepeda :  521
E.     Fasilitas Tempat Ibadah
·         Masjid          :  1
·         Musholla      :   19

  1. Data Khusus
A.    Data Kultural
    1. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan desa Tanggul tahun    2006


              

Keterangan:
            = Yang tidak tamat SD     49    orang                   1,7%
 

            = Buta huruf                      60     orang                   2,1%
 

            = SD                                  577   orang                  19,9%
 

            = SMP                               1231 orang                  42,7%
 

            = SLTA                             882   orang                  30,6%
 

            = Akademi                        27     orang                  0,9%
 

            = Sarjana                           58     orang                  2%

               S2                                   2       orang                  0,1%


2.      Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Tanggul
No
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
PNS
Wiraswasta/pedagang
Tani
Pengrajin
Buruh tani
Pensiunan
TNI/Polri
Peternak
Industri/karyawan swasta
Pertukangan kayu
Pertukangan batu
Lain-lain
32
101
135
11
62
21
24
2
284
12
8
67
4,32%
13,7%
18,3%
1,5%
8,4%
3,5%
3,3%
0,3%
38,5%
1,6%
1,1%
9,1%
Jumlah
738
100%
Sumber: Buku Pendataan Desa Tanggul Tahun 2006

Dari distribusi penduduk menurut mata pencaharian maka mayoritas penduduk desa Tanggul bermata pencaharian sebagai karyawan swasta/industri yaitu 38,5% dari jumlah penduduk yang bekerja.

3.      Distribusi Penduduk Menurut Agama Desa Tanggul Tahun 2006
No
Agama
Jumlah
Persentase
1
2
3
Islam
Kristen
Budha
3952
      5
      4
99,77%
0,13%
0,10%

Jumlah
3961
100%

Dari data distribusi penduduk menurut agama di desa Tanggul mayoritas penduduknya beragama Islam yaitu 99,77%.

4.      Tingkat Sosial Ekonomi
Dari data distribusi penduduk menurut sosial ekonomi desa Tanggul mayoritas penduduknya karyawan swasta/industri.

5.      Kebudayaan dan Kebiasaan
Di desa Tanggul tidak pernah mengadakan kebudayaan selamatan desa 1 tahun sekali/suroan .

B.     Keadaan Kesehatan Lingkungan
1.      Perumahan
No
Perumahan
Jumlah
Presentase
1
2
Permanen
Non Permanen
802
  18
97,8%
2,2%
Jumlah
 820
100%
Sumber: Data Penyehatan Lingkungan Puskesmas Wonoayu Tahun 2006

Dari data distribusi keadaan kesehatan lingkungan menurut perumahan dapat diketahui bahwa desa Tanggul jumlah perumahan permanen lebih banyak yaitu 97,8% daripada non permanen 2,2%.

2.      Sumber Air Bersih
No
Sarana
Jumlah
Presentase
1
2
Sumur gali
Sumur pompa
  79
876
8,3%
91,7%
Jumlah
955
100%
Sumber: Data Penyehatan Lingkungan Puskesmas Wonoayu  Tahun 2006

Untuk mendapatkan sumber air bersih penduduk desa Tanggul mendapatkannya dari sumber sumur pompa yaitu 91,7% yang memiliki sumber air bersih tersebut.

3.      Pembuangan Sampah
Semua masyarakat desa Tanggul membuang sampah di belakang rumah dengan cara ditimbun lalu dibakar.
4.      Tempat Pembuangan Jamban
No
Jamban
Σ Rumah
Σ Jamban
Presentase
1
2

Leher angsa
Kali

656
164
80%
20%

Jumlah
820
820
100%
Sumber: Data Penyehatan Lingkungan Puskesmas Wonoayu Tahun 2006

Mayoritas penduduk desa Tanggul menggunakan leher angsa (septic tank) yaitu 656 dari 820 rumah (80%) dan sebagian penduduk lainnya masih di kali 164 rumah.

C.    Peran Serta Masyarakat Dalam Upaya Kesehatan yang Dijalankan
1.      Posyandu.
2.      Menghadiri pertemuan kader.
3.      Berperan serta aktif dalam kegiatan penyuluhan.
4.      Kooperatif dengan petugas kesehatan dalam waktu kunjungan rumah.
5.      Memeriksakan kesehatan di Polindes.

D.    Sumber Daya Masyarakat
1.      Koperasi : 1
2.      Home Industri :
·   Kerupuk
·   Konveksi
·   Sepatu
·   Tahu
·   Tempe
·   Saos tomat
E.     Data Kesehatan
1.      Keluarga Berencana Desa Tanggul Tahun 2006
Jumlah PUS : 881 orang.
No
Jenis KB
Jumlah
Presentase
1
2
3
4
5
6
IUD
Suntik
Pil
Implant
MOW
Tidak KB
  46
396
204
  57
  83
95
5,2%
44,9%
23,2%
6,5%
9,4%
10,8%

Jumlah
881
100%

Dari data di atas diketahui bahwa PUS di desa Tanggul lebih banyak menggunakan KB Suntik (44,9%) kemudian Pil (23,2%).

2.      Imunisasi Desa Tanggul Tahun 2006
No
Imunisasi
Sasaran
Target 1 Tahun
Jumlah
Persentase
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

BCG
Campak
Combo 1
Combo 2
Combo 3
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
TT1 + Boster
TT2 + Boster
85
85
85
85
85
85
85
85
85
93
93
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%
100%

86
86
80
79
79
86
86
86
86
80
79
101,2%
101,2%
96,5 %
91,8%
91,8%
101,2%
101,2%
101,2%
101,2%
86,0%
85,0%


Analisa:
Dari data di atas diketahui bahwa cakupan imunisasi di desa Tanggul  sudah mencapai target.

3.      Penyakit yang Sering Terjadi Tahun 2006
No
Jenis Penyakit
Jumlah
Presentase
1
2
3
4
ISPA
Myalgia
Diare
Hipertensi
168
  67
  61
  30
51,5%
20,6%
18,7%
9,2%

Jumlah
 326
100%
Data diambil dari data Polindes Tanggul

Dari data di atas diketahui bahwa penyakit yang terbanyak di desa Tanggul adalah ISPA (51,5%) kemudian Myalgia (20,6%).

4.      Kesehatan Ibu dan Anak Tahun 2006 Tanggul
Menurut Bidan, cakupan K4 di desa Tanggul masih belum memenuhi target yaitu
No
Variabel
Target
Pencapaian
Absolut
Prosentase
1
2
3
4
5
6
7
K1
K4
DRT Nakes
DRT Masyarakat
Lin Nakes
KN1
KN2
95%
90%
20%
10%
87%
87%
87%
82
65
19
  4
85
85
71
88,17%
69,89%
   20,4%
  4,3%
98,84%
98,84%
82,56%
Data diambil dari data Polindes Tanggul




Dari data di atas diketahui bahwa:

·         Hasil cakupan K1 oleh pelaksana Polindes Tanggul pada bulan Januari sampai Desember 2006 mencapai 88,17% dari target 95%.
·         Hasil cakupan K4 oleh pelaksana Polindes Tanggul pada bulan Januari sampai Desember 2006 mencapai 69,89% dari target 90%.
·         Hasil cakupan DRT Nakes oleh pelaksana Polindes Tanggul pada bulan Januari sampai Desember 2006 mencapai 20,4% dari target 20%.
·         Hasil cakupan DRT masyarakat oleh pelaksana Polindes Tanggul pada bulan Januari sampai Desember 2006 mencapai 4,3% dari target 10%.
·         Hasil cakupan Lin Nakes oleh pelaksana Polindes Tanggul pada bulan Januari sampai Desember 2006 mencapai 98,84% dari target 87%.
·         Hasil cakupan KN1 oleh pelaksana Polindes Tanggul pada bulan Januari sampai Desember 2006 mencapai 98,84% dari target 87%.
·         Hasil cakupan KN2 oleh pelaksana Polindes Tanggul pada bulan Januari sampai Desember 2006 mencapai 82,56% dari target 87%.







5.      Gizi
Hasil penimbangan di Posyandu (target 1 tahun 2006)
No
SKDN
Jumlah Sasaran (Bulan)
0-12
13-36
37-60
Total
1
2

3
4
5

6

7
8
9
10
Jumlah balita di wilayah Posyandu (S)
Jumlah balita yang didaftarkan dan mempunyai KMS (K)
Jumlah balita yang ditimbang bulan ini (D)
Jumlah balita yang naik berat badannya (N)
Jumlah balita yang tidak naik berat badan bulan ini (T)
Jumlah balita yang berat badannya dibawah garis merah KMS (BGM)
Jumlah Balita Gizi Lebih (GL)
Jumlah Balita Gizi Baik (GB)
Jumlah Balita Gizi Kurang (GK)
Jumlah Balita Gizi Buruk (GBr)
50

50
40
35

3

-
-
40
-
-
108

108
80
63

9

4
-
71
5
-
109

109
83
65

11

-
-
81
2
-
267

267
203
163

23

4
-
192
7
-

Menurut bidan masih ditemukannya Balita gizi kurang dan BGM.
BGM            :  4/203 x 100%     =    1,97%
Gizi baik       :  192/203 x 100% =    94,6%
+
 
Gizi kurang  :  7/203 x 100%     =    3,44%
                                                               100%

         K/S            :  267/267 x 100% =   100%
         D/S            :  203/267 x 100% =   76,03%
         N/D           :  163/203 x 100% =   80,30%
         N/S            : 163/267 x 100% =    61,04%
         D/K           :  203/267 x 100% =   76,03%




3.2       Prioritas Masalah
No
Masalah
Perhatian Masyarakat
Prevalensi
Tingkat Bahaya
Kemungkinan Untuk Dikelola
Nilai Total
1
2

3
4
Kurangnya cakupan K4
Ditemukannya Balita gizi kurang dan BGM.
KB
KN2
++ (2)
+++ (3)

+++(3)
+++ (3)
+++ (3)
+++ (3)

++ (2)
+ (1)
++++ (4)
+++ (3)

++++ (4)
++ (2)
++++ (4)
+++ (3)

+++ (3)
++++ (4)
96
81

72
24
Keterangan:
++++   =    Sangat tinggi
+++     =    Tinggi
++        =    Kurang
+          =    Rendah

3.3    Diagnosa atau Masalah
Tanggal
Diagnosa
Data Dasar

Kurangnya cakupan K4





Ditemukan Balita gizi kurang dan BGM.
DS:
·   Bidan mengatakan cakupan K4 di desa Tanggul kurang 20,11% (28 orang).
DO:
·   Dari hasil PWS KIA selama 1 tahun K4 belum mencapai target 1 tahun yaitu 69,89%.
DS:
·   Bidan mengatakan masih ditemukan-nya balita gizi kurang dan BGM.
DO:
·   Waktu dilakukan Posyandu terdapat:
·   Gizi kurang 7 orang (3,44%)
·   BGM 4 orang (1,97%)


3.4       Perumusan Masalah
Dari data-data di atas dan hasil dari analisa dari masyarakat Desa Tanggul, muncul masalah-masalah sesuai dengan prioritas masalah adalah:
1.      Kurangnya cakupan K4.
2.      Ditemukannya balita gizi kurang dan BGM.

























DAFTAR PUSTAKA


Ballon, S., 1978. Perawatan Kesehatan Keluarga. Jakarta, Depkes RI.

Effendy, N. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2, Jakarta : EGC.

Pardoko, 1997, Perawatan Ibu dan Anak di RS dan Puskesmas. Jakarta : CV Tri Perdana.

Syahlan. 1996. Kebidanan Komunitas. Jakarta : Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.

Untoro, Rachmi. 1996. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA). Jakarta : Bakti Husada.





Previous
Next Post »

Translate