TETANUS
A. TINJAUAN TEORI
I. Pengertian
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai
oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai
akibat dari toksin kuman closteridium tetani
II. Etiologi
Sering kali
tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka
tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis media,
dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan
endotoksin.
III.
Patofisiologi
Bentuk spora
dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif yang menghasilkan
eksotoksin. Toksin ini menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan
menyebabkan hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot
baik lokal maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot
polos dan saraf otak juga terpengaruh.
Sumber
energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel.
Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh :
Perubahan
konsentrasi ion di ruang ekstraselular
Rangsangan
yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
Perubahan
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan
demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada orang dewasa sirkulasi otak mencapai 15 % dari seluruh
tubuh. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang
yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur
dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat.
IV. Prognosa
Bila
periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan berkembang menjadi
berat
V.
Manifestasi Klinik
- Keluhan dimulai dengan
kaku otot, disusul dengan kesukaran untuk membuka mulut (trismus)
- Diikuti gejala risus sardonikus,kekauan otot
dinding perut dan ekstremitas (fleksi pada lengan bawah, ekstensi pada telapak
kaki)
- Pada keadaan berat, dapat terjadi kejang
spontan yang makin lam makin seinrg dan lama, gangguan saraf otonom seperti
hiperpireksia, hiperhidrosis,kelainan irama jantung dan akhirnya hipoksia yan
gberat
- Bila
periode”periode of onset”
pendek penyakit dengan
cepat akan berkembang menjadi
berat
Untuk
mudahnya tingkat berat penyakit dibagi :
1.
ringan ; hamya trismus dan kejang lokal
2.
sedang ; mulai terjadi kejang spontan yang semakin sering, trismus yang tampak
nyata, opistotonus dankekauan otot yang menyeluruh.
VI. Penatalaksanaan
Medik
Pada
dasarnya , penatalaksanaan tetanus bertujuan :
a. eliminasi
kuman
1.
debridement
untuk
menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak,
membuang benda asing, merawat luka/infeksi, membersihkan liang telinga/otitis
media, caires gigi.
2.
antibiotika
penisilna
prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari IM, 1-2 hari, minimal 10 hari. Antibiotika
lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.
b.
netralisasi toksin
toksin yang
dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan.
Dapat
diberikan ATS 5000-100.000 KI
c. perawatan
suporatif
perawatan
penderita tetanus harus intensif dan rasional :
1. nutrisi dan cairan
-
pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita,
seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.
-
beri nutrisi tinggi kalori, bil a perlu dengan nutrisi parenteral
-
bila sounde naso gastrik telah dapat dipasang (tanpa memperberat kejang)
pemberian makanan peroral hendaknya segera dilaksanakan.
2. menjaga
agar nafas tetap efisien
-
pemebrsihan jalan nafas dari lendir
- pemberian
xat asam tambahan
- bila perlu
, lakukan trakeostomi (tetanus berat)
3.
mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang
-
antikonvulsan diberikan secara tetrasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan respon
klinis.
- pada
penderita yang cepat memburuk (serangan makin sering dan makin lama), pemberian
antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi yaitu mulai lagi dengan
pemberian bolus, dilanjutkan dengan dosis rumatan.
Pengobatan rumat
Fenobarbital
dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua
diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya
- bila dosis
maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi , harus dilakukan
pelumpuhan obat secara totoal dan dibantu denga pernafasan maknaik (ventilator)
4.
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1.
Semua pakaian ketat dibuka
2.
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi
isi lambung
3.
Usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
4.
Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan
diberikan oksigen
.
B. KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
TETANUS
I.
Pengkajian
Pengkajian
adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga
dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. (Santosa. NI, 1989, 154)
Langkah-langkah
dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta
perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan
masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial
dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman,
team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode
pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data
yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang
lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat kabar).
Pengumpulan
data pada kasus tetenus ini meliputi :
a. Data subyektif
1.
Biodata/Identitas
Biodata
klien mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2.
Keluhan utama kejang
3.
Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)
Riwayat
penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :
Apakah
disertai demam ?
Dengan
mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah
infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak
antara timbulnya kejang dengan demam..
Lama
serangan
Seorang ibu
yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama bangkitan
kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan
pengobatan.
Pola
serangan
Perlu
diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah
bersifat umum, fokal, tonik, klonik ?
Apakah
serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi
mioklonik ?
Apakah
serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran seperti
epilepsi akinetik ?
Apakah
serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik
sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
Pada kejang
demam sederhana kejang ini bersifat umum.
Frekuensi
serangan
Apakah
penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama
kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila
kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
Keadaan
sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum
kejang perlu ditanyakan adakah rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan
kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana
kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan
apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, dan
sebagainya ?
Riwayat
penyakit sekarang yang menyertai
Apakah
muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi),
gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
4.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum
penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah
mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali
?
Apakah ada
riwayat trauma kepala, luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka
yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya
kuman yang menghasilkan endotoksin.
5.
Riwayat kesehatan keluarga.
Kebiasaan
perawatan luka dengan menggunakan bahan yang kurang aseptik.
6.
Riwayat sosial
Hubungan
interaksi dengan keluarga dan pekrjaannya
7.
Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan
keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
Pola
kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola
persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup
yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan
kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis ?
Bagaimana
pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan,
tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan
pertolongan pertama.
Pola nutrisi
Untuk
mengetahui asupan kebutuhan gizi
Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi
oleh klien ?
Makanan apa
saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali
minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
Pola
Eliminasi :
BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara
makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta
ditanyakan apakah disertai nyeri saat
kencing.
BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak
? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?
Pola
aktivitas dan latihan
Pola
tidur/istirahat
Berapa jam
sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ? Kebiasaan
sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan
Umum (Corry S, 2000 hal : 36)
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat
kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana
akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali
normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
2. Pemeriksaan
Fisik
Kepala
Rambut
Dimulai warna,
kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi
energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung
dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Adakah tanda
rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat
serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman
penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
Periksa
fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti
pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada
pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah keluar
sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
Mulut
Adakah
tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah
stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah
tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan
eksudat ?
Leher
Adakah
tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena
jugulans ?
Thorax
Pada
infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya,
irama, kedalaman, adakah retraksi
Intercostale
? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana
keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah
bradicardi atau tachycardia ?
Abdomen
Adakah
distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan
peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
Kulit
Bagaimana
keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema,
hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Ekstremitas
Apakah
terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana
suhunya pada daerah akral ?
Genetalia
Adakah
kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi ?
c. Pemeriksaan Penunjang
Tergantung
sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :
1.
Darah
Glukosa Darah : Hipoglikemia merupakan predisposisi
kejang (N < 200 mq/dl)
BUN : Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit : K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit
merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00
meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144
meq/dl )
2.
Skull Ray : Untuk mengidentifikasi adanya proses desak
ruang dan adanya lesi
3.
EEG : Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak
melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil
biasanya normal.
d. Analisa dan Sintesa Data
Analisa data
merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi,
mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola
data, membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat
kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang
disebut diagnosa keperawatan.
e. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang masalah
pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui
tindakan keperawatan.
Diagnosa
keperawatan yang muncul adalah :
1.
Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan
serangan kejang berulang.
2.
Risiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas
berhubungan dengan sekunder dari depresi pernafasan
3.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
produksi sekret yang berlebihan pad ajalan nafas atas.
4.
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan
penyakitnya berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai
5.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi
eksotoksin
II.
Perencanaan
Perencanaan
merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana, kapan itu
dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan
yang memberikan arah pada kegiatan keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)
a. Diagnosa
Keperawatan : Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan kejang berulang
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera selama perawatan
Kriteria hasil :
1. Klien tidak
ada cedera akibat serangan kejang
2. klien tidur
dengan tempat tidur pengaman
3. Tidak
terjadi serangan kejang ulang.
4. Suhu 36 –
37,5 º C , Nadi 60-80x/menit (bayi), Respirasi 16-20 x/menit
5. Kesadaran
composmentis
Rencana Tindakan :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Identifikasi dan hindari faktor pencetus
2.
tempatkan klien pada tempat tidur yang memakai
pengaman di ruang yang tenang dan nyaman
3.
anjurkan klien istirahat
4.
sediakan disamping tempat tidur tongue spatel dan
gudel untuk mencegah lidah jatuh ke belakng apabila klien kejang
5.
lindungi klien pada saat kejang dengan :
-
longgarakn pakaian
-
posisi miring ke satu sisi
-
jauhkan klien dari alat yang dapat melukainya
-
kencangkan pengaman tempat tidur
-
lakukan suction bila banyak sekret
6.
catat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama,
adanya sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala
lainnya yang timbul.
7.
sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan
obseervasi keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang
8.
observasi efek samping dan keefektifan obat
9.
observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan
irama jantung
10.
lakukan pemeriksaan neurologis setelah kejang
11.
kerja sama dengan tim :
-
pemberian obat antikonvulsan dosis tinggi
-
pemeberian antikonvulsan (valium, dilantin,
phenobarbital)
-
pemberian oksigen tambahan
-
pemberian cairan parenteral
-
pembuatan CT scan
|
1. Penemuan faktor
pencetus untuk memutuskan rantai penyebaran toksin tetanus.
2. Tempat yang nyaman
dan tenang dapat mengurangi stimuli atau rangsangan yang dapat menimbulkan
kejang
4. efektivitas energi
yang dibutuhkan untuk metabolisme.
5. lidah jatung dapat
menimbulkan obstruksi jalan nafas.
5. tindakan untuk
mengurangi atau mencegah terjadinya cedera fisik.
6.
dokumentasi untuk pedoman dalam penaganan berikutnya.
7.
tanda-tanda vital indikator terhadap perkembangan penyakitnya dan gambaran
status umum klien.
8. efek
samping dan efektifnya obat diperlukan motitoring untuk tindakan lanjut.
9 dan 10
kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama jantung.
11. untuk
mengantisipasi kejang, kejang berulang dengan menggunakan obat antikonvulsan
baik berupa bolus, syringe pump.
|
b. Diagnosa
Keperawatan : Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga tentang
penanganan penyakitnya dapat meningkat.
Kriteria Hasil :
1.
Klien dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan
penanganannya
2.
klien dapat diajak kerja sama dalam program terapi
3.
klien dan keluarga dapat menyatakan melaksanakan
penejlasan dna pendidikan kesehatan yang diberikan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Identifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga
2. Hindari
proteksi yang berlebihan terhadap klien , biarkan klien melakukan aktivitas
sesuai dengan kemampuannya.
3. ajarkan
pada klein dan keluarga tentang peraawatan yang harus dilakukan sema kejang
4.
jelaskan pentingnya mempertahankan status kesehatan yang optimal dengan diit,
istirahat, dan aktivitas yang dapat menimbulkan kelelahan.
5.
jelasakan tentang efek samping obat (gangguan penglihatan, nausea, vomiting,
kemerahan pada kulit, synkope dan konvusion)
6. jaga
kebersihan mulut dan gigi secara teratur
|
1. Tingkat
pengetahuan penting untuk modifikasi proses pembelajaran orang dewasa.
2. tidak
memanipulasi klien sehingga ada proses kemandirian yang terbatas.
3. kerja
sama yang baik akanmembantu dalam proses penyembuhannnya
4. status
kesehatan yang baik membawa damapak pertahanan tubuh baik sehingga tidak
timbul penyakit penyerta/penyulit.
5. efek
samping yang ditemukan secara dini lebih aman dalam penaganannya.
6.
Kebersihan mulut dan gigi yang baik merupakan dasar salah satu pencegahan
terjadinya infeksi berulang.
|
2.3.4
Pelaksanaan
Pelaksanaan
keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan
klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
2.3.5
Evaluasi
Tahap
evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah
dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall
C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica
Ester, EGC, Jakarta
Marilyn E.
Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC,
Jakarta
Santosa NI,
1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
Suharso
Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga,
Surabaya.
LANDASAN TEORI
MASTOIDITIS
Pengertian
Otitis media
adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah
Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah (Syamsuhidajat, 1997).
Mastoiditis adalah merupakan komplikasi dri
otitis media yang menjalar ke struktur disekitarnya pada jalan pneumatisasi
mastoid. (Efiaty dan Nurbaity,, 1997)
II.
Insiden
Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang
dewasa (Soepardi, 1998).
III.
Penyebab
A
Streptococcus.
A
Stapilococcus.
A
Diplococcus
pneumonie. OMSK Mastoiditis
A
Hemopilus
influens.
IV.
Patofisiologi
Telinga
Otitis
Media
Otitis media supuratif Otitis
media non Supuratif
(Otitis media serosa)
Otitis media akut (OMA) Otitis
media serosa akut
(lebih 2 bulan)
Otitis media supuratip kronis Otitis
media serosa kronis
(OMSK) (Glue
ear)
Maligna Benigna
Degeneratif Metaplastik
A
Terdapat
perforasi pada marginal/atik. Terlihat
kolesteatom pada telinga
A
Granulasi
di liang telinga luar yang tengah
(di epitimpanum).
berasal dari dalam telinga tengah.
Sekret berbentuk nanah dan
A
Polip berbau khas (aroma kolesteatiom)
otore
= pus pada MAE
kental/busuk)
Penyebaran
hematogen :
-
eksaserbasi
akut (10 hari pertama)
-
meningitis
(gejal prodromal)
-
Mastoiditis
hemoragik
|
Penyebaran
(erosi tulang)
-
Infeksi
lokal (minggu awal) meingitis lokal
-
Lapisan
tulang rusak (mastoiditis)
|
Penyebaran
pada jalan yang ada
-
Labirintis/meningitis
berulang
|
Gejala
subyektif ;
-
keluar
cairan pada telinga
-
tidak
terasa sakit kepala
-
panas,
lemah, perasaan mengantuk
-
mual
dan muntah
-
pendengaran
menurun
|
Gejala
obyektif :
-
nyeri
tekan +/- (pariteal dan oksipital)
-
suhu
meningkat
-
tanda-tanda
toksisitas
-
malaise,
samnolen (drowsiness)
|
|
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Konservatif
(Pengobatan/penyembuhan primer)
-
Pemberian
antibiotik berdosis besar
-
Ampicilli,
chloramphenicol, metronidazol.
|
Operasi
- Mastoidectomi
modifikasi radical (memaparkan dan mengeksploitasi seluruh jaringan jalan
yang mungkin digunakan jaln invasi infeksi.
|
V.
Komplikasi
Shambough (1980) membagi menjadi :
a. Komplikasi meningeal :
1. abses
ekstradural
2. Menigitis
3. Tromboplebitis
sinus lateral
4. Hidrosefalus
otitis
5. Otore likuor
serebrospinal
b. Komplikasi non meningeal :
1. Abses otak
2. labirintis
3. petrositis
4. paresis fasial
VI.
Prognosis
a.
Pemeriksaan dan pengobatan secara dini dapat memnatu dalam
proses penyembuhan primer
b.
Bila
ada penyebaran pada meningeal maka kemungkinan terjadi infeksi berat dan jatuh
dalam kematian, tuli perseptif prognosanya kurang baik.
VII
Penatalaksanaan
a.
Pemeriksaan
radiologi CT Scan kepala (mastoditis, abses, ensefalitis), schuller (foto
mastoid tampak adanya kerusakan sel-sel mastoid (rongga empiema))
b.
Otoskopi
(dinding atas MAE menurun (sagging),perforasi membran tympani (reservoir sign),
sekret mukopurulen dalam waktu 6-8 minggu)
c.
Terapi
konservatif dengan medikamentosa(amoxicillin 4 x 500/1000) selam 7-10
d.
teknik
matoidektomi radikal, radikal rekonstruksi (tanpa meruntuhkan dinding posterior
liang telinga).
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
KLIEN Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM NEURO
MUSKOLOSKLETAL
(TETANUS
GENERALISATA)
DI
RUANG BEDAH G RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO
SURABAYA
I.
PENGKAJIAN (4
Januari 2002)
A.
Identitas
Nama : Tn. S
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Pemulung
Status : Ayah
Alamat : Jl. K.B. SBY
MRS : 2-02-2002
DM : Tetanus Generalista
B.
Keluhan
utama
Kejang
Paliatif, Kejang
Kualitatif
dan kuantitatif, leher
terasa kaku, badan hangat pada siang
hari jam 12.00 tanggal 2 -2-2002
Region, adanya luka pada
telapak kaki akibat tertusuk paku
Severity, hal ini tidak
disertai adanya mual dan muntah, mulut kaku, untuk mengatasinya langsung di
bawa ke IRD RSDS untuk mendapatkan pengoban dan direncanakan operasi.
Time, Talapak kaki kena paku sejak 9 hari yang lalu
C.
Riwayat
keperawatan :
1. Riwayat penyakit
sebelumnya
Belum pernah
menderita penyakit serius sehingga perlu opname hanya batuk, pilek dan panas
biasa.
2. Riwayat penyakit
sekarang
Perawatan luka
tidak diobati sebagaimana mestinya dengan cara aseptic dan antiseptic,
sehubungan dengan pekerjanya sebagai pemulung , sehingga sering kontak dengan
bahan-bahan yang kotor dan mengenai luka bekas tertusuk paku dan timbul kejang
disertai badan terasa hangat.
3. Riwayat keluarga
Tidak ada riwayat
keluarganya yang menderita penyakit tetanus .
D. Pola Aktifitas Sehari –hari (Activity
Daily Living)
NO
|
Uraian
|
Aktivitas
sehari-hari
|
|
rumah
|
Rumah sakit
|
||
1
|
Pola Nutrisi
|
Makan 1-2 kali perhari
seadanya (nasi, lauk, pauk dan sayuran) dan tidka pasti jam makannya.
|
Tidak bisa makan karena
sulit menelan
|
2
|
Pola Eliminasi
|
BAK spontan , waran
kuning, BAB lancar 1 kali perhari,
konsistensi lembek, kuning
|
BAK spontan mengotori
tempat tidur, BAB (-)
|
3
|
Pola Istirahat/tidur
|
Tidak ada masalah (3-4
jam tidur siang) dan malam (7-8 jam)
|
Gelisah, dan
pegal-pegal seluruh tubunya
|
4
|
Pola Personal Hygiene
|
Mandi 2-3 kali perhari
dengan menggunakan sabun mandi, kuku dipotong tidak menentu,
|
Personil higyine klien
kurang, agak bau dari kencing, muka
kotor oleh sekret
|
5
|
Pola Aktifitas
|
Kegiatan sehari-hari
berkerja mencari barang-barnag bekas (pemulung) untuk dijual lagi.
|
Tidur terlentang di
tempat tidur dengan tangan difiksasi untuk pengamanan
|
6
|
Ketergantungan
|
Merokok (+), obat(-)
|
Tidak ada
|
e. Data Psikology
Ø
Status
emosi
Ø
Konsep
Diri
1.
Body
Image
Badan teras
kaku dan pegal tidak seperti bisanay sebelum sakitnya
2. Self Ideal
Harapan
keluarga sambil menangis berharap agar penyakit suaminya bisa disembuhkan.
3. Self esteem
Tanggapan
keluarga terhadap klien dan saudara-saudaranya tidak ada dukungan muril
,materiil dan beberap isterinya(2)/lainnya.
4. Role
Klien sebagai
peran dalam mencari nafkah darus dirawat dan diperlukan biaya uintuk perawaqtan
dan pengobatan tetapi kurang sesuai dengan kebutuhan.
5.
Identitas
Status klien
dalam keluarga sebagai ayah dari anakny ayan berumur 9 tahun kelas 4 SD dan
suaminya (isteri 3).
f. Data Sosial
1.
Pola
komunikasi , menggunakan bahasa jawa,dan indonesia,
2.
Pola
Interaksi, tidak lacar, tidak komonikatif
(nonkooperatif), dukungan keluarga (untuk perawatan dan pengobatan
kurang emmenuhi standard minimal.
3.
Perilaku,
tak terkontrol, gelisah, kesadaran
menurun
g.
Data Spiritual
Keluarga dianjurkan
untuk berdoa sesuai denga agam dan kepercayaannya serta tidak usah menangis
h. Observasi dan
pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Status gizi cukupk,
kesadaran komposmentis, GCS 456, Penampilan tidur terlentang sambil mengaduh
sakit dan tangan dalam keadaan terikat.
Antopometri : TB
: 164 cm BB :
54 Kg
Tanda vital : T = 120/80 mmHg, N = 88 x/mnt, S = 38 oC, RR = 20 x/mnt
2. Review of system
a. Sistem
pernafasan,
Pernafasan spontan,
Vesikuler, Sbentuk dada simetris, Retraksi -/-, Rh -/-, Wh -/-, RR 20
kali/menit, reguler
b. system vaskuler
Tensi 120/70 mmHg,
Nadi 88 kali/menit, suhu akral hangat, S1S2 tunggal normal, nyeri dada (-)
c. system
persyarafan
Kesadaran komposmentis,
orientasi baik, GCS 456
·
Kepala
dan leher
ü Sklera putih, tidak
anemis, tidak ikterus
ü Conjunctiva pucat
ü Pupil isokor
ü Leher kaku kuduk
(+), tidak ada pembesaran getah bening
·
Persepsi
sensoris
ü Pendengaran
Dalam batas normal
ü Penciuman
Pilek (-), epitaksis (-)
ü Pengecapan
citan rasa ((+) , sulit menelan
ü Penglihatan
Mata tertutup sulit untuk dibuka
ü Perabaan
Dapat merasakan perbedaan stimulasi
terhadap panas, dingin dan tekan, bila kena rangsangan maka timbul kejang.
d. system perkemihan
BAK Lancar spontan
produksi urinetak dapat dievaluasi karena ngompol.
e. system pencernaan
BU (+) Normal,
sakit menelan, mulut dapat dibuka selebar dua jari (3 cm), trismus,
epistotonus(kekakuan otot punggung, rishus sardoikus (otot-otot mika), gigi
(tidak ditemukan radang, tumor dan carang gigi), tonsil (tidak hiperemia),
perut tegang/kaku
f. system muskoloskletal dan
integument
Kemampuan
pergerakan sendi bebas, kekuatan otot (5/5), kulit (turgor cukup), akral
(hangat) kejang + 3 menit dengan frekuensi suit dievalusi, bila
terminipulasi 1-2 menit kejang seluruh tubuh, Luka (vulnus ictus ukuran 0,5 cm,
pus (-). Darah (-). Odema +.
g. system endokrin
Riwayat pertumbuhan
dan perkembangan sesuai dengan usia (20 tahun)
h. Sistem reproduksi
Laki-laki, (penis,
scrotum, testis)
i. Sistem hematopoetik
Limfadenopati (-)
Philips Score
A.
Gradasi penyakit
|
score
|
-
masa
inkubasi
-
tempat
infeksi ekstremitas bawah distal
-
imunisasi
-
penyakit
penyerta
|
4
2
10
1
|
total
|
17
|
Derajat berat (17)
B.
Prognosis
|
score
|
-
derajat
spasme , opistotonus
-
frekuensi
kurang dari 6 kali/24 jam
-
suhu
badan 37oC
-
pernafasan
nomral
|
5
1
8
0
|
total
|
14
|
Kesimpulan
prognosisnya jelek
i. Pemeriksaan
penunjang
1.
laboratorium (hasil tidak ada)
2. Radiologi
(tidak ada)
j. Penatalaksanaan
Saat
msuk ::
-
Infus
RL : D5% 2:2
-
Diazepam
10 ampul/drip
-
PPC
3 x 1,5 juta unit
-
ATS
I (400.000), II (60.000) dan III (40.000)
-
O2
maske 6-8 lm
-
K/p
ekstra valium
-
Kross
luka dan perawatan luka
Sat
pengkajiani :
-
Injeksi
PPC 3x1,5 Juta Unit
-
Diazepam
10 ampul/drip
-
Flagyl
(metroinidazol) drip 3x500 mg/hari
-
Infus
RL : D5% = 28 tetes/menit
-
Observasi
vital sign, aspirasi
-
Perawatan
luka plantas pedis sinestra
-
NGT
persounde susu 8 x 200 cc
-
Diit
lunak TKTP
-
Analisa data
TGL
|
DATA
|
ETIOLOGI
|
MASALAH
|
|||
04-02-2002
|
DATA
SUBYEKTIF
-
Keluarga
mengatakan bahwa tidak tahu saya harus bagaimana untuk membantu suaminya yang
sedang kejang
-
Keluarga
mengatakan bagaimana kondisi suaminya apakah bias disembuhkan atau tidak
-
Klien
pernah diberi penjelasan tentang operasinya di Poli dan ruangan
-
Kelarga
mengatakan kenapa suami saya sering kejang terus
-
KEluarga
(isteri) mengatakan suaminya tidak bias makan dan minum hanya bias mengaduh,
mengerang
DATA
OBYEKTIF
-
Keluarga
tampak menangis dan bingung menghdapai sisuasi suaminya yang sedang sakit dan
sambil duduk selonjorkan kaki
-
Klien
dengan tetanus dengan gradasi penyakit 17 (berat; masa inkubasi saat MRS 5
hari, tempat infeksi ekstremitas bawah distal, imnunisasi (-), dan penyakit
penyerta (1)
-
Keluarga
banyak bertanya
Paska operasi :
DATA
SUBYEKTIF
-
Klien
mengatakan terasa sakit ddan pega-pegal sleuruh utbuh.
-
Klien
mengatakan tidak bias atau sulit menelan
DATA
OBYEKTIF
-
Sekresi
pada mulut (++)
-
Posisi
terlentang dengan tangan diikat
-
Pernafasan
spontan dan agak ngorok
-
Pemeriksaan
paru Rh -/-, wh -/-
-
RR
24 kali/menit
DATA
SUBYEKTIF
-
KLien
mengatakan terasa sakit, pegal-pegal seluruh tubuuh, dan kaku.
DATA
OBYEKTIF
-
Klien
gelisah
-
Klien
selalu menggerakkan kaki sehingga sering kali kaki menggelantung
-
Tangan
kanan dan kiri terfiksasi, tangan kiri terpasang infus
-
Klien
tidur terlentang dengan dipasang pengaman pad atempat tidur.
DATA
SUBYEKTIF
-
DATA
OBYEKTIF
-
Muka
dan dada berkeringan, suhu akral hangat
-
Suhu
tubuh 395 oC, nadi 96 kali/mnt/takhikardia
-
Baju
terbuka
-
Lab.leuskosit
(tae)
|
Situasi kritis
penyakit tetanus
Keluarga kurang
mendapat informasi dan pengalaman tentang penyakitnya
Kurang
pengetahuan
Mekanisme koping
tidak adekuat
cemas
Invasi kuman ke
otot bergaris
Otot pernafasan
terserang/spasme lairng
Rangsangan air liur/sekresi ++
Kekakuan pada
mulut dan lidak
Sulit menelan
Jalan nafas tidak
efektif
(aspiksia)
Bersihan jalan
nafas
Tetanus
Toksin pada Otot
motoik/sensoris normal
Peningkatan
refleks pad anggota gerak yang terkena luka
Kompresi tulang
Gelisah
Cedera fisik
Eksotoksin
Pembuluh
darah/jaringan (neutropil, limposit meningkat)
Metabolisme
meningkat
Hiperpireksia
|
pengetahuan
Jalan nafas
Cedera fisik
Suhu tubuh
|
G. Diagnosa
keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang muncul adalah :
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sekret yang berlebihan pad ajalan nafas atas.
2.
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya
berhubungan dengan keterbatasan informasi
3.
Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan serangan kejang
berulang.
4.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi eksotoksin
5.
Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
sehubungan dengan ketidakmampuan menelan
II. Perencanaan
1.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sekret yang berlebihan pada jalan nafas atas.
Bersihan Jalan
nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret pada jalan nafas
Tujuan : Jalan
nafas bersih
Kriteria ;
-
pernafasan
spontan (hidung dan mulut)
-
RR 16-20 kali/mnt
-
Tidak ada sianosis
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
1.
Monitor tanda-tanda vital; terutama pernafasan
2.
Monitor bersihan jalan nafas : sputum, mulut, stridor, ronchii
3. Atur
posisi klien : kepala hiperekstensi
4. Atur
posisi klien : Trendelenburk
5.
Lakukan fibrasi paru dan postural drainage
6.
Lakukan penghisapan lendir tiap 3 jam atau bila perlu
7.
Evaluasi hasil kegiatan tiap 3 jam atau bila perlu
|
Pernafasan
merupakan karakteristik utama yang terpengaruh oleh adanya sumbatan jalan
nafas
Pemantauan
kepatenan jalan nafas penting untuk menentukan tindakan yang perlu diambil
3.
Meminimalkan resiko sumbatan jalan nafas oleh lidah dan sputum
4.
Merupakan mekanisme postural drainage, memfasilitasi pengeluaran secret paru
5.
Rangsangan fisik dapat meningkatkan mobilitas secret dan merangsang
pengeluaran secret lebih banyak
6.
Eliminasi lendir dengan suction sebaiknya dilakukan dalam jangka waktu kurang
dari 10 menit, dengan pengawasan efek samping suction
7.
Memastikan tindakan/prosedur yang dilakukan telah mengurangi masalah pada
klien
|
2.
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya
berhubungan dengan keterbatasan informasi
Tujuan : Pengetahuan klien dan keluarga tentang
penanganan penyakitnya dapat meningkat.
Kriteria Hasil :
a.
Klien dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan
penanganannya
b.
klien dapat diajak kerja sama dalam program terapi
c.
klien dan keluarga dapat menyatakan melaksanakan penejlasan dna
pendidikan kesehatan yang diberikan.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Identifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga
2. Hindari proteksi yang berlebihan terhadap klien , biarkan
klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya.
3. ajarkan pada klein dan keluarga tentang peraawatan yang harus
dilakukan sema kejang
4. jelaskan pentingnya mempertahankan status kesehatan yang
optimal dengan diit, istirahat, dan aktivitas yang dapat menimbulkan
kelelahan.
5. jelasakan tentang efek samping obat (gangguan penglihatan,
nausea, vomiting, kemerahan pada kulit, synkope dan konvusion)
6. jaga kebersihan mulut dan gigi secara teratur
|
1. Tingkat pengetahuan penting untuk modifikasi proses
pembelajaran orang dewasa.
2. tidak memanipulasi klien sehingga ada proses kemandirian yang
terbatas.
3. kerja sama yang baik akanmembantu dalam proses
penyembuhannnya
4. status kesehatan yang baik membawa damapak pertahanan tubuh
baik sehingga tidak timbul penyakit penyerta/penyulit.
5. efek samping yang ditemukan secara dini lebih aman dalam
penaganannya.
6. Kebersihan mulut dan gigi yang baik merupakan dasar salah
satu pencegahan terjadinya infeksi berulang.
|
3.
Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan serangan kejang
berulang.
Tujuan : Klien tidak mengalami cedera selama
perawatan
Kriteria hasil :
a.
Klien tidak ada cedera akibat serangan kejang
b.
klien tidur dengan tempat tidur pengaman
c.
Tidak terjadi serangan kejang ulang.
d.
Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi 60-80x/menit (bayi), Respirasi 16-20
x/menit
6.
Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Identifikasi dan hindari faktor pencetus
2.
Tempatkan klien pada tempat tidur yang memakai pengaman di ruang
yang tenang dan nyaman
3.
anjurkan klien istirahat
4.
sediakan disamping tempat tidur tongue spatel dan gudel untuk
mencegah lidah jatuh ke belakng apabila klien kejang
5.
lindungi klien pada saat kejang dengan :
-
longgarakn pakaian
-
posisi miring ke satu sisi
-
jauhkan klien dari alat yang dapat melukainya
-
kencangkan pengaman tempat tidur
-
lakukan suction bila banyak sekret
6.
catat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama, adanya
sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala lainnya yang
timbul.
7.
sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan obseervasi
keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang
8.
observasi efek samping dan keefektifan obat
9.
observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan irama jantung
10. lakukan
pemeriksaan neurologis setelah kejang
11. kerja
sama dengan tim :
-
pemberian obat antikonvulsan dosis tinggi
-
pemeberian antikonvulsan (valium, dilantin, phenobarbital)
-
pemberian oksigen tambahan
-
pemberian cairan parenteral
-
pembuatan CT scan
|
1. Penemuan
faktor pencetus untuk memutuskan rantai penyebaran toksin tetanus.
2. Tempat
yang nyaman dan tenang dapat mengurangi stimuli atau rangsangan yang dapat
menimbulkan kejang
4.
efektivitas energi yang dibutuhkan untuk metabolisme.
5. lidah
jatung dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas.
5. tindakan
untuk mengurangi atau mencegah terjadinya cedera fisik.
6.
dokumentasi untuk pedoman dalam penaganan berikutnya.
7.
tanda-tanda vital indikator terhadap perkembangan penyakitnya dan gambaran
status umum klien.
8.
efek samping dan efektifnya obat diperlukan motitoring untuk tindakan lanjut.
9
dan 10 kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama
jantung.
11.
untuk mengantisipasi kejang, kejang berulang dengan menggunakan obat
antikonvulsan baik berupa bolus, syringe pump.
|
6.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi eksotoksin
Tujuan
: suhu tubuh dalam batas normal
setelah 2 jam tindakan
Kriteria
Hasil :
-
Suhu
tubuh normal (36-37OC)
-
Keringat
minimal
-
Tidak
haus
-
Nadi
80 x/mnt
|
|
Rencana
Tindakan
|
Rasional
|
1.
Monitori saat timbulnya demam
2.Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam atau lebih
sering
3.
Berikan kebutuhan cairan ekstra
4.
Berikan kompres dingin
5.
Kenakan pakaian minimal
6.
Lanjutkan terapi cairan intravena RL ½ Saline dan pemberian antipiretik
|
1.
Observasi hasil untuk mengidentifikasi pola demam
2. Acuan
untuk mengetahui keadaan umum klien
3.
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan cairan yang banyak
4.
Konduksi suhu membantu menurunkan suhu tubuh
5.
Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh
6.
Pemberian caiaran sangat penting bagi klien dengan suhu tinggi. Pemberian
caiaran merupakan wewenang dokter sehingga perawat perlu berkolaborasi dalam
hal ini.
|
III.
Pelaksanaan
TGL/
DX
|
IMPLEMENTASI
|
PE-
LAKSANA
|
4-02-2002
Dx. 1
09.00
10.00
12.00
Dx. 2
09.00
10.00
Dx. 3
08.00
09.00
11.00
Dx. 4
Jam 07.00
11.00
|
Memonitor tanda-tanda vital; terutama pernafasan
(120/80,
n 88 RR 20 x/mnt)
mengobservasi bersihan jalan nafas : sputum, mulut,
stridor, ronchii (hasil (-), sputum minimal
Mengatur
posisi klien : kepala agak erekstensi
MElakukan
pembersihan mulut secara berkala tiap 6 jam
MEngevalusi
bersihan jalan nafas setelah tindakan
Memonitor
TTV (tensi 120/80 RR 16 kali/mnt,
Mengklarfikasi tingkat
pengetahuan keluarga dlam perwatan
pada klien dengan tetanus
Menganjurkan kepada keluarga auntuk menghindari proteksi yang
berlebihan terhadap klien , biarkan klien melakukan aktivitas sesuai dengan
kemampuannya.
Mengajarkan pada keluarga tentang perawatan yang harus dilakukan
selama kejang terhadap kerusakan fisik/cedera fisik, jatuhnya klien).
Menjelaskan pentingnya mempertahankan status kesehatan yang
optimal dengan diit, istirahat, dan aktivitas yang dapat menimbulkan
kelelahan.
Menjelaskan dam menganjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan
mulut dan gigi secara teratur
Mengidentifikasi dan
hindari faktor pencetus terjadinya cedera fisik lidah jatuh kebelakang,
penguat pagar tempat tidur.
Menempatkan klien pada tempat tidur yang memakai pengaman di
ruang yang tenang dan nyaman
Mnganjurkan klien istirahat dengan tenang
Melindungi klien pada saat kejang dengan :
-
longgarakn pakaian
-
posisi terlentang
dengan tangan difikassis
-
menjauhkan klien
dari alat yang dapat melukainya
-
mengencangkan
pengaman tempat tidur
-
lmelakukan
pemebersihan mulut dari secret minimal
mencatat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama, adanya
sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala lainnya yang
timbul.
sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan obseervasi
keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang
mengobservasi efek samping dan keefektifan obat
observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan irama jantung,
lakukan pemeriksaan neurologis setelah kejang
Melakukan kolaborasi/kerja sama dengan tim :
-
pemberian obat
antikonvulsan diazepam 10 ampul/hari dalam Rl : D5% 2 : 2 28 tetes/mnt
-
Injeksi ATPS 1,5
juta unit
-
Infus metronidazole
500 cc
-
PPC 1,5 juta unit
per-IM
Memonitor
kondisi klien saat timbulnya demam,
kejang (frekuensi, lama)
Melepaskan pakaian klien
Mengobservasi
intake dan out put (panas tubuh, produks kensing, keringat, infuse dan minum)
memonitor tanda-tanda vital Tensi 120/80, suhu 38 o
C
Melanjutkan
pemberian kebutuhan cairan ekstra (perparenteral infuse RL 2 ampul diazepam
28 tetes/mnt)
Memberikan kompres dingin yang diletakkan pada ktiak
klien secara bergantian bila sudah agak kering
|
|
Evaluasi
TANGGAL/
JAM
|
DX
|
EVALUASI
|
5/2
jam
17.00
08-02-2002
jam
09.00
|
1
2
3
4
|
S
-
O
-
klien gelisah
-
pernafasan vesikuler, Rh +/+, wh-/-, ngogrok minimal
-
mulut dan hidung tampak kotor
A.
Masalah
teratasi sebagian
P
Lanjutkan
intervensi
I
MElanjutkan
intervensi keperawatan
Membersihkan
mulut dan hidung
Mellibatkan
keluiarga dalam kebersihan diri klien dan ajara minum sedikit-demi sedikit
S
Keluarga
mengatakan suaminya masih seing mengerang kesakitan seluruh tubuh, sering bergerak
O
Klien
tampak masih gelisah
Kedua
tangan terfiksasi, tangan akanan masih terapsang infuse
Kaki
jatuh di tepi tempa tidur
A
MAalah
tak terjadi
P
Lanjutkan
intervensi
I
Melanjutkan
intervensi keperawatan seperti yang telah diprogramkan
Memfiksasi
kaki kanan supaya tidak jatuh
Melibatkan
keluargany untuk menjaga agar kakinya tidak jatuh dan tidak memanipulasi
Menghentikan
sementara obat injeksi PPC (TAP)
Memasang
kondom kateter
S
Kelaurga
mengatakan sudah membersihkan badan suaminya dengan cara mensponi
Keluarga
memberikan minum sedikit tapi suaminya tidak bias menelan dengan baik
Keluarga
mengatakan tidak ada uang untuk membeli kondom kateter , obat suntik PPC
O
Keluarga
sudah dapat menerapkan cara perawatan klien dengan tetanus (tidak terlalu
memanipulasi, memebrikan perawatan seperlunya sesuai dengan anjuran)
A.
MAsalah
tertasi sebagian
P
Lanjutkan
intervensi
I
Melanjutkan
intervensi sesuai dengan program
Memberi
motivasi pada kleluarga untuk mengurus JPS dan atau keringannan biaya
perawatan dan pengobatan
MEmberi
bantuan dari klien lain dengan oabt dan alat yang sama untuk memenuhi
kekurangannya
S
-
Kleuarga
mengatakan suaminya masih sering panas
O
-
suhu
39 oC, nadi 96 kali/mnt , tensi 120/70 mmHg
-
keringat
(+), suhu akral hangat, merah,
-
luka
pada plantar kaki sembuuh
A.
Masalah tetap
P
lanjutkan intervensi sesuai dengan program
I
Melanjutkan
program terapi
PPC 1,5 juta unit
per-IM
Flagyl 500 mg
perinfus
Mengobservasi TTV
dan memberikan kompres dingin
MElibatkan
keluarga unutk memberikan kompres dingin pada daerah ketiak
Memberikan trapi
injeksi Xylodella 2: 1 per-IM
S
-
O
-
klien sedang tidur
-
pernafasan vesikuler, Rh +/+, wh-/-, ngogrok minimal
-
mulut dan hidung masih tampak kotor
A.
Masalah
teratasi sebagian
P
Lanjutkan
intervensi
I
MElanjutkan
intervensi keperawatan
Membersihkan
mulut dan hidung
Mellibatkan
keluiarga dalam kebersihan diri klien dan ajara minum sedikit-demi sedikit
Memasang
slang sounde untuk makan diit cair 8 x 200 cc serta melibatkan keluarga dalam
pemberiaannya
S
Keluarga
mengatakan suaminya sedang tidur, jarang mengerah
O
Klien
sedang tidur
Kedua
tangan terfiksasi, tangan akanan masih terapsang infuse
Kakiklien
masih sering jatuh di tepi tempa tidur, setelah ikatan kakinya lepas
A
MAalah
tak terjadi
P
Lanjutkan
intervensi
I
Melanjutkan
intervensi keperawatan seperti yang telah diprogramkan
Memfiksasi
kaki kanan supaya tidak jatuh
Melibatkan
keluargany untuk menjaga agar kakinya tidak jatuh dan tidak memanipulasi
Melanjutkan
program terapi
pemberian obat antikonvulsan diazepam 10 ampul/hari dalam Rl :
D5% 2 : 2 28 tetes/mnt
-
Injeksi ATPS 1,5
juta unit
-
Infus metronidazole 500 cc
-
PPC 1,5 juta unit per-IM
S
Kelaurga
mengatakan sudah membersihkan badan suaminya dengan cara mensponi
Keluarga
memberikan minum sedikit tapi suaminya tidak bias menelan dengan baik
Keluarga
mengatakan tidak ada uang untuk membeli kondom kateter , obat suntik PPC
O
Keluarga
sudah dapat menerapkan cara perawatan klien dengan tetanus (tidak terlalu
memanipulasi, memebrikan perawatan seperlunya sesuai dengan anjuran)
A.
MAsalah
tertasi sebagian
P
Lanjutkan
intervensi
I
Melanjutkan
intervensi sesuai dengan program
Memberi
motivasi pada kleluarga untuk mengurus JPS dan atau keringannan biaya
perawatan dan pengobatan
MEmberi
bantuan dari klien lain dengan oabt dan alat yang sama untuk memenuhi
kekurangannya
S
-
Kleuarga
mengatakan suaminya masih sering panas
O
-
suhu
342oC, nadi 9100kali/mnt , tensi 110/70 mmHg
-
keringat
(+), suhu akral hangat, merah,
-
luka
pada plantar kaki sembuuh
A.
Masalah tetap
P
lanjutkan intervensi sesuai dengan program
I
Melanjutkan
program terapi
PPC 1,5 juta unit
per-IM
Flagyl 500 mg
perinfus
Mengobservasi TTV
dan memberikan kompres dingin
MElibatkan
keluarga unutk memberikan kompres dingin pada daerah ketiak
Memberikan terapi
injeksi Xylodell 2:1 per-IM
E
Suhu 38,5oC, nadi
96, RR 36 kali/mnt
Kompres seirng
diganti bila agak kering oleh keluarganya
|
PERENCANAAN
1.
Praoperasi
:
TGL
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
PELAKSANA
|
28-01-2002
JAM
07.00
WIB
(DP 1) |
Kecemasan
berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam tentang operasi infomrasi
(sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan
kemungkinan komplikasi),
Tujuan : Cemas
berkurang
Kriteria :
-
KLien
dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya
-
Klien
tenang dan tidak gelisah, tidak berkeringan dingin
-
Konsentrasi
dan orientasi baik
-
Tanda-tanda
vital dalam batas normal (tensi 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, RR 18
kali/mnt)
|
1.
Ciptakan
saling percaya, komunikasi terapuetik dan tunjukkan rasa empati
2.
Dorong
pengungkapan masalah atau rasa cemas
3.
jawab
pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan
medis
4.
Selesaikan
persiapan pasien sebelum masuk ke kamar operasi
-
informed
concent, skint test
-
Puasa
mulai jam 23.00 WIB
-
Lavemen
jam 04.00 WIB
-
Pencukuran
rambut di atas telinga kiri kurang lebih berdiameter 10 cm.
-
Kenakan
Baju operasi
5.
meminimalkan
keributan di lingkungan
6.
Orientasikan
pada ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan penyerapan) :
-
orientasi
ruangan
-
orientasi
personil operasi
-
oritentasi
prosedur operasi
7.
Pemantauan
psikologis klien
8.
Tunjukkan
perhatian dan sikap mendukung (support sistem keluarga, perawat)
9.
Beri
penjelasan singkat tentang prosedur operasi
10.
Beri
reinforcement terhadap pernyataan yang positif dan mendukung
|
|
|
Post operasi :
TGL
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
29-01-2002
jam
09.30 WIB
(DP
1)
|
Nyeri berhubungan
dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf bekas operasi
stripping
Tujuan : nyeri
berkurang
Kriteria :
-
Klien
tenang dan tidak menyeringai
-
Klien
mengerti factor penyebabnya seperti yang telah dijelaskan pada preoperasi
-
Skala
nyeri ringan (1-3)
|
1.
Observasi tingkat nyeri
2.
Atur
posisi yang baik dan mengenakkan (tidur miring pada posisi yang sehat/kanan)
3.
Bantu
klien dalam membantu mengurangi nyerinya :
Ø Anjurkan klien
nafas panjang dan dalam
Ø Destruksi (ajak
bicara yang paling disenangi)
Ø Meditasi (dengan
memejamkan matanya dan mengingat Allah)
4.
Observasi
luka paskaoperasi terhadap timbulnya radang
5. Terapi
farmakologi Antiinflamasi : kaflam 2 x 50 mg (peroral)
|
1. Nyeri dapat
diantisipasi klien secara individualisme dan penanganan yan berbeda
2. Posisi kaki lebih
tinggi dari badan 30o dapat mengurangi peningkatan penekanan pada jaringan
yang rusak sehingga mengurangi nyeri.
3. Proses ini
seperti (nafas panjang dan dalam merelaksasi otot yang dioperasi dan
terimobilisasi, destruksi, meditasi, hipnotis) dapat membantu dalam
mengurangi nyerinya.
4. Perhatikan
stuwing yang meningkat menghambat suplai oksigen sehingga nyeri bertambah.
5. Analgetik
merupakan obat anti nyeri yang bekerja secara sentral atau perifer/local.
|
|
TGL
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
29-01-2002
jam
10.00 WIB
(DP
2)
|
Risiko Perubahan
persepsi/sensoris pendengaran (menurun) berhubungan dengan kurang pengetahuan dan informasi tentang perawatan post
operasi radikal rekonstruksi (rumah sakit/rumah)
Tujuan : Persepsi / sensoris baik.
Kriteria hasil.
T Klien akan
mengalami peningkatan persepsi /sensoris pendengaran sampai pada tingkat
fungsional.
T Interaksi
dan komunikasi lancar
T Tidak ada
salah persepsi
T Tidak ada
komplikasi
T Klien
kooperatif dalam menjga keutuhan kondisi telinganya yang dioperasi.
|
1.
Jelaskan
kemungkinan yang terjadi dampak setelah operasinya :
ü Perdarahan
ü Fungsi
pendengaran membaik atau memburuk
ü Komplikasi
(pusing, muntah dna nyeri kepala)
2.
Tingkatkan
partispasi klien dan keluarga dalam menjaga keutuhan pendengarannya yang
sehat dan telinga yang telah operasi
3.
Instruksikan
klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah
terjadinya kerusakan telinga kirinya,:
Ø
Hindari
kekuatan mengedan
Ø
Hindari
batuk, bunyi yang keras
Ø
Beri
tahu petugas bila merasa mual/muntah
4.
Observasi
tanda-tanda perkembangan tingkat pendengaran dan komplikasi intra kranial
5.
Instruksikan
klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (minum obat
sesuai dengan anjuran) kataflam 2 x 5 0 mg
|
1.
Keefektifan pendengaran tergantung pada tipe operasi
dan perawatannya yang tepat.
2.
Apabila
penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa
sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi.
3.
Diagnosa
dini terhadap keadaan telinga atau
terhadap masalah-masalah pendengaran
rusak secara permanen.
4.
Fungsi
pendengran baik bila klien dpat mendengarkan stimuli bunyi, pencegahan
komplikasi dengan observasi dini.
5.
Penghentian
terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa
berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut.
|
|
TGL
|
DIAGNOSA
KEPERAWATAN DAN TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
|
Risiko
tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan diskontinuitas jaringan sekunder
terhadap gangguan akibat pembedahan (radikal mastektomi)
Tujuan
:
Infeksi
tak terjadi selama perawatan
Kriteria :
Tanda-tanda
infeksi tidak ditemukan :
-
kemerahan
sekitar luka operasi
-
perdarahan
(-), odema (-), nyeri (-)
-
suhu
dalam batas normal (36-37oC
- nilai laboratorium Sel Darah Putih normal (8.000-10.000/mm3)
|
1.
Observasi
terjadinya tanda-tanda infeksi (merah, nyeri, panas, fungsi menurun pada
lokasi pembedahan)
2.
Monitor
tingkatkan Penyembuhan luka (primer/sekunder)/fase I, II, III dan IV
3.
Tingkatkan
daya tahan tubuh klien dengan :
- diit
seimbang (TKTP) sesuai dengan porsi yang disediakan oleh RS
-
menjaga
kebersihan sekitar luka
-
hindari/kurangi
stress
-
lanjutkan
pemberian infus RL 20 tts/mnt
4.
Tindakan untuk mencegah regangan pada jahitan,
perdarahan
5.
Tindakan perawatan luka aseptik dan antiseptik
(perawatan luka post operasi radikal rekonstruksi dibuka pada hari ke-5,
jaihtan dilepas separoh dan separohnya pada hari ke-7)
6.
Terapi antibiotika (injeksi ceftriaxon 1 x 1 gram)
IV/IM
|
1. Observasi
dini dapat mencegah komplikasi dan masalah cepat teratasi)
2. Tahap
penyembuhan luka dapat dilihat dari proses granulasi dan fibrin
3. Nutrisi dan
hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan umum. Mempercepat kesemubuhan
luka.
4. Regangan
pada jahitan dapat menimbulkan gangguan, membuat jalan masuk mikroorganisme
5. Teknik
aseptik menimimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko infeksi.
6. Anti kuman
atau babteri berspektrum luas.
|
|
IMPLEMENTASI
TGL/
DX
|
JAM
|
IMPLEMENTASI
|
TTD
|
28-01-
2002
Dx.
1
Dx.
2a
2b
2c
|
O7.00
07.00
07.15
09.00
07.00
09.00
07.00
07.15
09.00
11.00
|
Preoperasi
:
1.
Menciptakan komunikasi terapeutik antara
perawat-klien dan hubungan saling
percaya, menguatkan kontrak dalam membantu klien selama sebelum, dan setelah
operasi
2.
Meminimalkan
keributan di lingkungan (kesalahpahaman dalam waktu operasi)
3. Memberi
kesempatan dan mendorong klien untuk mengungkapkan masalah atau rasa cemas
sehuungan dengan akan dilakukannya operasi
4.
Memberi
jawaban atas pertanyaan yang
berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis dalam
persiapan preoperasi .
5.
Menyelesaikan
persiapan pasien sebelum berangkat ke tempat operasi di BGPT :
-
Memeriksa
kembali Informent concent dan tanda tangan persetujuan (+), cukur rambut,
skint test
-
Menanyakan
kembali tentang BAB (tingkat keberhadilan lavemen), puasa
-
Mengganti
baju dengan baju OK dan menyarankan lien duduk di kursi roda
6.
Melakukan
penjelasan gambaran di ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan
penyerapan) :
-
orientasi
ruangan OK GBPT
-
orientasi
personil operasi (Operator, pembantu operator, dokter anestesi (pembiusan)
pemegang alat, perlengkapan yang merupakan satu tim)
-
oritentasi
prosedur operasi (sebelum masuk perlu disuntikkan suntikan praoperasi, masuk
kamar dibius dan dilakukan operasi seprti yang telah dijelaskan diawal)
-
Pemantauan
psikologis klien (memantapkan kesiapna klien)
2. Melibatkan
keluarga dalammemberikan dukungan atau support pada klien baik sebagai orang
tua mampun secara agama.r
3. Memberi reward
atau pujian terhadap pernyataan positif dan kesanggupan dan ketabahan dalam
menghadapi operasi nantinya.
1. Mengobservasi tingkat nyeri ringan (skala 1-2)
2. Memberi saran
pada klien untuk tidur terlentang atau
posisi miring pada posisi yang
sehat/kanan)
3. Membantu klien
dalam membantu mengurangi nyerinya :
Ø menganjurkan
klien nafas biasa dan hindari menaham nafas, relaks (tenang dan santai)
Ø Mengajak klien
berbicara tentang sekolah dan teman-temannya)
Ø Menganjurkan
klien untuk konsentrasi dan memohon pada Allah untuk diberi keringanan dalam
menghdapi sakitnya.
4. Melaksanakan kolaborasi dalam memberikan
terapi obat antiinflamasi :
kaflam 50 mg (peroral)
5. Mengobservasi luka paskaoperasi pada waktu
arawat luka terhadap timbulnya radang (pembengkakan minimal <3 cm), merah
minimal, keluar peradarahan pada selala jahitan/luka, telinga yang ngembes
pada tampon spangostan)
1. MenjeJaskan kemungkinan yang terjadi dampak
setelah operasinya (seperti adanya perdarahan, perkembangan fungsi
pendengaran dapat membaik atau memburuk tergantung kondisi dan ketaatan klien
dalam perawatan dan pengobatan) dan komplikasi (pusing, muntah dna nyeri
kepala)
2. Meningkatkan
partispasi klien dan keluarga dalam menjaga keutuhan pendengarannya yang
sehat dan telinga yang telah operasi dengan menhindari tekanan, trauma
terutama pda telinga kiri)
3. Memberi tahu klien untuk menggunakan
teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan telinga
kirinya, :
Ø
Menghindari
kekuatan mengedan pada saat kencing, BAB, batuk/bersin
Ø
memberi
tahu petugas bila ada perasaan mual/muntah (baik selama istirahat atau makan)
4.
Mengobservasi tingkat perkembangan
pendengaran (dengan menutup telinga kanan, klien diajak komunikasi) dan
komplikasi intra kranial (mengobservasi parese N VII apakah muka menceng)
5.
Menganjurkan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang
diresepkan (minum obat sesuai dengan anjuran) kataflam 5 0 mg peroral dan injeksi Ceftiaxon 1gram
IV0
1.
Mengobservasi
terjadinya tanda-tanda infeksi (merah, nyeri, panas, fungsi menurun pada
lokasi pembedahan)
2.
Mengobservasi
tanda-tanda vital 120/70 mmHg, suhu 37 oC, nadi 88 x/mnt
3.
Memonitor
tingkatkan Penyembuhan luka tidak ada infeksi
4.
Meningkatkan
daya tahan tubuh klien dengan :
-
menganjurkan klien untuk menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
disediakan oleh RS dan meng-aff infus.
-
menjaga
kebersihan sekitar luka
-
Menghindari
/kurangi stress
5. Melakukan tindakan perawatan luka aseptik dan
antiseptik (luka post operasi radikal rekonstruksi terdapat luka sepanjang 5
cm dengan jahitan 9 , rembesan darah (+) pada luka dan tampon telinga.
6. Melakukan kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotika
(injeksi ceftriaxon 1 gram IV, kaflam
50 mg peroral.
7. Memberi
penjelasan dan penyuluhan pada klien dalam menghindari tindakan yang dapat
menimbulkan peningkatan regangan pada
jahitan, perdarahan sehingga mudah terjadinya infeksi.
|
|
IV
EVALUASI
TANGGAL/
JAM
|
DX
|
EVALUASI
|
28-O1-02
jam
07.20
30-02-2002
Jam
80.20
Jam
08.45
09.15
31-02-2002
jam
09.15
|
1
2a
2b
2c
2a
2b
2c
|
S
-
KLien
dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya sehingga pasrah dan tawakkal dalam
menjalani operasi nantinya.
-
Klien
mengatakan sudah berdoa dan mendapatkan support dari bapaknya
-
Klien
mengatakan apa yang akan dilakukan selama operasi saya pasrah dan percaya
akan kerja dari tim operasinya, yang penting cepat sembuh
O
Klien
dengan tenang mengatakan pernyataan tersebut
-
Klien
tenang dan tidak gelisah, berkeringan dingin
-
Konsentrasi
dan orientasi baik
-
Tanda-tanda
vital dalam batas normal (tensi 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, RR 18
kali/mnt)
A
Masalah
sudah teratasi (kecemasan berkurang)
P
Tingkatkan
mekanisme koping dengan memberikan support dan harapan yang realistis
I
Memberikan
dorongan dan sugesti bahwa Tim operasi berusaha sebaik mungkin sesuai dengan
prosedur tetapi yang menentukan adalah yang di ats sana
Memberikan
ucapan selamat menjalani operasi semoga sukses dan berhasil
S
Nyeri
luka operasi berkurang, hanya tersa kemeng
O
Luka
tertutup verban,
Suhu
akral masih hangat, tensi 110/70 mmHg,
nadi 80 x/mnt, RR 16 kali/menit
Perdarahan
ngremebs pada verban (+), odema berkurang, nyeri tekan (-)
Paska
operasi radikal rekonstruksi ke-tiga
A.
Masalah
tertasi sebagian
P
Lanjutkan
intervensi
I
Menganjurkan
klien untuk tetap melakukan aktivitas seperti biasanya hanya diingatkan untuk
menghindari tekanan pada kepala yang berlebihan (merunduk, mengedan)
Menyiapkan
dan menganjurkan klien untuk minum obat kaflam 50 mg
Mengingatkan
kembali kalau ada keluahan nyeri segera lapora ke petugas
S
Klien
mengatakan kondisi telinga kiri merasa lebih baik, ada reflek dengar bila ada
sumber bunyi atau diajak komunikasi
Klien
merasa senang dengan perkembangannya saat ini dan mudah-mudahan dapat
mendengar dengan baik
O
T Interaksi
dan komunikasi lancar walaupun telingan kanan ditutup/ telinga kiri tertutup
verban
T Tidak ada
salah persepsi
T Klien
kooperatif dalam menjga keutuhan kondisi telinganya yang dioperasi.
A.
Masalah teratasi
sebagian
P
Lanjutkan
intervensi
Tingkatkan
partisipasi klien dan keluarga
I
Stumulasikan
klien dengan beberapa rangsangan suara dankomunikasi
Mempertahankan
ketaatan klien dalam menjaga keutuhan telinga pendengrannya
S
Klien
mengatakan rasa nyeri jarang dirasakan, bahkan tidak nyeri
Nyeri
tekan +
O
-
kemerahan sekitar luka operasi (-)
-
perdarahan
(-), odema (-), nyeri (-)
-
suhu
dalam batas normal (36,5oC)
A.
Masalah
tak terjadi
P
Lanjutkan
pemberian antibotika
I
Melakukan
kolaborasi dalam pemberian antibiotika oral (Albiotin 300 mg peroral)
S
Klien
mengatakan bekas operasinya tidak dirasakan nyeri
O
Luka
baik kering, jahitan dibuka separoh
Tanda-tanda
infeksi (-)
A
Masalah
tak terjadi
P
Observasi
lanjut
S
Klien
mersa senang dengan keadaan telinganya dapat mendengarkan bunyi atau suara
O
Respon
verbal komunikasi baik
A
Maslah
teratasi
P
Pertahankan
kooperatif klien dalam nmejaga keutuhan fungsi telinganya
Mengengingatkan
kembali faktor/hal yang tidak boleh dilakukan untuk menjaga kondidinya
telingnaya yang mulai mmembaik.
Menjelaskan
bahwa tindkan operasinya akan membwa dampak positif dalm fungsi pendengran
yang lebih baik.
S
Klien
mengatakan tak merasa nyeri, hanya nganjel
O
Tidak
ada tanda infeksi
Suhu
36, 7 oC, nadi 84 x/mnt,
A
Masalah
tek terjadi
P
Pertahankan
teknik aspetik dan antiseptik dalam perawatan luka
Tingkatkan
daya tahan tubuh klien
Menjaga
kebersihan
|
|
|
|
ConversionConversion EmoticonEmoticon