TETANUS
A. TINJAUAN TEORI          
I.  Pengertian
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai
oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai
akibat dari toksin kuman closteridium tetani 
II. Etiologi
Sering kali
tempat masuk kuman sukar dikteahui teteapi suasana anaerob seperti pada luka
tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis media,
dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan
endotoksin.
III.
Patofisiologi
Bentuk spora
dalam suasana anaerob dapat berubah menjadi kuman vegetatif yang menghasilkan
eksotoksin. Toksin ini menjalar intrakasonal sampai ganglin/simpul saraf dan
menyebabkan hilangnya keseimbanngan tonus otot sehingga terjadi kekakuan otot
baik lokal maupun mnyeluruh. Bila toksin banyak, selain otot bergaris, otot
polos dan saraf otak juga terpengaruh.
Sumber
energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2
dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu
lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit
dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion
klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel
neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron
terdapat keadaan sebalikya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan di luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran
diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan
sel.
Keseimbangan
potensial membran ini dapat diubah oleh :
Perubahan
konsentrasi ion di ruang ekstraselular
Rangsangan
yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari
sekitarnya
Perubahan
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan
Pada keadaan
demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan metabolisme
basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada orang dewasa  sirkulasi otak mencapai 15 % dari seluruh
tubuh. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik
ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran
sel sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang
yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur
dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan
mengakibatkan metabolisme otak meningkat. 
IV. Prognosa
Bila
periode”periode of onset” pendek penyakit dengan cepat akan berkembang menjadi
berat
V.
Manifestasi Klinik
-    Keluhan dimulai dengan
kaku otot, disusul dengan kesukaran untuk membuka mulut (trismus)
-  Diikuti gejala risus sardonikus,kekauan otot
dinding perut dan ekstremitas (fleksi pada lengan bawah, ekstensi pada telapak
kaki)
-    Pada keadaan berat, dapat terjadi kejang
spontan yang makin lam makin seinrg dan lama, gangguan saraf otonom seperti
hiperpireksia, hiperhidrosis,kelainan irama jantung dan akhirnya hipoksia yan
gberat
-   Bila 
periode”periode of  onset”
pendek  penyakit  dengan 
cepat     akan berkembang menjadi
berat
Untuk
mudahnya tingkat berat penyakit dibagi :
1.
ringan ; hamya trismus dan kejang lokal
2.
sedang ; mulai terjadi kejang spontan yang semakin sering, trismus yang tampak
nyata, opistotonus dankekauan otot yang menyeluruh.
VI. Penatalaksanaan
Medik
Pada
dasarnya , penatalaksanaan tetanus bertujuan :
a. eliminasi
kuman
1.
debridement
untuk
menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak,
membuang benda asing, merawat luka/infeksi, membersihkan liang telinga/otitis
media, caires gigi.
2.
antibiotika
penisilna
prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari IM, 1-2 hari, minimal 10 hari. Antibiotika
lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.
b.
netralisasi toksin
toksin yang
dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan.
Dapat
diberikan ATS 5000-100.000 KI
c. perawatan
suporatif
perawatan
penderita tetanus harus intensif dan rasional :
1.  nutrisi dan cairan
-
pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita,
seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.
-
beri nutrisi tinggi kalori, bil a perlu dengan nutrisi parenteral
-
bila sounde naso gastrik telah dapat dipasang (tanpa memperberat kejang)
pemberian makanan peroral hendaknya segera dilaksanakan.
2. menjaga
agar nafas tetap efisien
-
pemebrsihan jalan nafas dari lendir
- pemberian
xat asam tambahan
- bila perlu
, lakukan trakeostomi (tetanus  berat)
3.
mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang
-
antikonvulsan diberikan secara tetrasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan respon
klinis.
- pada
penderita yang cepat memburuk (serangan makin sering dan makin lama), pemberian
antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi yaitu mulai lagi dengan
pemberian bolus, dilanjutkan dengan dosis rumatan. 
Pengobatan rumat
Fenobarbital
dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua
diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya
- bila dosis
maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi , harus dilakukan
pelumpuhan obat secara totoal dan dibantu denga pernafasan maknaik (ventilator)
4.
Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1.     
Semua pakaian ketat dibuka
2.     
Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi
isi lambung
3.     
Usahakan agar jalan napas bebas  untuk menjamin  kebutuhan oksigen
4.     
Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan
diberikan oksigen
.
B. KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN  DENGAN
TETANUS
I.
Pengkajian
Pengkajian
adalah pendekatan sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga
dapat diketahui kebutuhan perawatan pasien tersebut. (Santosa. NI, 1989, 154)
Langkah-langkah
dalam pengkajian meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta
perumusan diagnosa keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan
masalah kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial
dan lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman,
team kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode
pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh data
yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru maupun yang
lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah dan surat kabar).
Pengumpulan
data pada kasus tetenus  ini meliputi :
a. Data subyektif
1.     
Biodata/Identitas
Biodata
klien mencakup nama, umur, jenis kelamin.
Biodata
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
2.     
Keluhan utama kejang 
3.     
Riwayat Penyakit (Darto Suharso, 2000)
Riwayat
penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan :
Apakah
disertai demam ?
Dengan
mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah
infeksi infeksi memegang peranan dalam terjadinya bangkitan kejang. Jarak
antara timbulnya kejang dengan demam..
Lama
serangan
Seorang ibu
yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Lama bangkitan
kejang kita dapat mengetahui kemungkinan respon terhadap prognosa dan
pengobatan.
Pola
serangan 
Perlu
diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah
bersifat umum, fokal, tonik, klonik ? 
Apakah
serangan berupa kontraksi sejenak tanpa hilang kesadaran seperti epilepsi
mioklonik ?
Apakah
serangan berupa tonus otot hilang sejenak disertai gangguan kesadaran seperti
epilepsi akinetik ?
Apakah
serangan dengan kepala dan tubuh mengadakan flexi sementara tangan naik
sepanjang kepala, seperti pada spasme infantile ?
Pada kejang
demam sederhana kejang ini bersifat umum. 
Frekuensi
serangan
Apakah
penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang terjadi untuk pertama
kali, dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila
kejang timbul pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering timbul.
Keadaan
sebelum, selama dan sesudah serangan
Sebelum
kejang perlu ditanyakan adakah rangsangan tertentu yang dapat menimbulkan
kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana
kejang dimulai dan bagaimana menjalarnya. Sesudah kejang perlu ditanyakan
apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, dan
sebagainya ?
Riwayat
penyakit sekarang yang menyertai
Apakah
muntah, diare, truma kepala, gagap bicara (khususnya pada penderita epilepsi),
gagal ginjal, kelainan jantung, DHF, ISPA, OMA, Morbili dan lain-lain.
4.     
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelum
penderita mengalami serangan kejang ini ditanyakan apakah penderita pernah
mengalami kejang sebelumnya, umur berapa saat kejang terjadi untuk pertama kali
? 
Apakah ada
riwayat trauma kepala, luka tusuk, lukakotor, adanya benda asing dalam luka
yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya
kuman yang menghasilkan endotoksin.
5.     
Riwayat kesehatan keluarga.
Kebiasaan
perawatan luka dengan menggunakan bahan yang kurang aseptik.
6.     
Riwayat sosial
Hubungan
interaksi dengan keluarga dan pekrjaannya
7.     
Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan
keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana ?
Pola
kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
Pola
persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
Gaya hidup
yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan
kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan medis ?
Bagaimana
pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan,
tindakan apabila ada anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan
pertolongan pertama.
Pola nutrisi
Untuk
mengetahui asupan kebutuhan gizi 
Ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi
oleh klien ?
Makanan apa
saja yang disukai dan yang tidak ? Bagaimana selera makan anak ? Berapa kali
minum, jenis dan jumlahnya per hari ?
Pola
Eliminasi :
BAK   : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara
makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah ? Serta
ditanyakan apakah disertai nyeri saat 
kencing.
BAB   : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak
? Bagaimana konsistensinya lunak,keras,cair atau berlendir ?
Pola
aktivitas dan latihan 
Pola
tidur/istirahat
Berapa jam
sehari tidur ? Berangkat tidur jam berapa ? Bangun tidur jam berapa ? Kebiasaan
sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang ?
b.  Data Obyektif
1.      Pemeriksaan
Umum (Corry S, 2000 hal : 36)
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat
kesadaran, tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu. Pada kejang demam sederhana
akan didapatkan suhu tinggi sedangkan kesadaran setelah kejang akan kembali
normal seperti sebelum kejang tanpa kelainan neurologi.
2.      Pemeriksaan
Fisik
Kepala
Rambut
Dimulai warna,
kelebatan, distribusi serta karakteristik lain rambut. Pasien dengan malnutrisi
energi protein mempunyai rambut yang jarang, kemerahan seperti rambut jagung
dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada pasien.
Muka/ Wajah.
Adakah tanda
rhisus sardonicus, opistotonus, trimus ? Apakah ada gangguan nervus cranial ?
Mata
Saat
serangan kejang terjadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman
penglihatan. Apakah keadaan sklera, konjungtiva ?
Telinga
Periksa
fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya infeksi seperti
pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga,
berkurangnya pendengaran.
Hidung
Apakah ada
pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat jalan napas ? Apakah keluar
sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya ?
Mulut
Adakah
tanda-tanda sardonicus? Adakah cynosis? Bagaimana keadaan lidah? Adakah
stomatitis? Berapa jumlah gigi yang tumbuh? Apakah ada caries gigi ?
Tenggorokan
Adakah
tanda-tanda peradangan tonsil ? Adakah tanda-tanda infeksi faring, cairan
eksudat ?
Leher
Adakah
tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid ? Adakah pembesaran vena
jugulans ?
Thorax
Pada
infeksi, amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernapasan, frekwensinya,
irama, kedalaman, adakah retraksi 
Intercostale
? Pada auskultasi, adakah suara napas tambahan ?
Jantung
Bagaimana
keadaan dan frekwensi jantung serta iramanya ? Adakah bunyi tambahan ? Adakah
bradicardi atau tachycardia ?
Abdomen
Adakah
distensia abdomen serta kekakuan otot pada abdomen ? Bagaimana turgor kulit dan
peristaltik usus ? Adakah tanda meteorismus? Adakah pembesaran lien dan hepar ?
Kulit 
Bagaimana
keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya? Apakah terdapat oedema,
hemangioma ? Bagaimana keadaan turgor kulit ?
Ekstremitas
Apakah
terdapat oedema, atau paralise terutama setelah terjadi kejang? Bagaimana
suhunya pada daerah akral ?
Genetalia
Adakah
kelainan bentuk oedema, tanda-tanda infeksi ? 
c.  Pemeriksaan Penunjang
Tergantung
sarana yang tersedia dimana pasien dirawat, pemeriksaannya meliputi :
1.     
Darah
Glukosa Darah       :  Hipoglikemia merupakan predisposisi
kejang  (N < 200 mq/dl)
BUN                      :  Peningkatan BUN mempunyai potensi kejang dan
merupakan indikasi nepro toksik akibat dari pemberian obat.
Elektrolit                :  K, Na
Ketidakseimbangan elektrolit
merupakan predisposisi kejang
Kalium ( N 3,80 – 5,00
meq/dl )
Natrium ( N 135 – 144
meq/dl )
2.        
Skull Ray                      :    Untuk mengidentifikasi adanya proses desak
ruang dan adanya lesi
3.        
EEG                              :    Teknik untuk menekan aktivitas listrik otak
melalui tengkorak yang utuh untuk mengetahui fokus aktivitas kejang, hasil
biasanya normal.
d. Analisa dan Sintesa Data
Analisa data
merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan mentabulasi, menyeleksi,
mengelompokkan, mengaitkan data, menentukan kesenjangan informasi, melihat pola
data, membandingakan dengan standar, menginterpretasi dan akhirnya membuat
kesimpulan. Hasil analisa data adalah pernyataan masalah keperawatan atau yang
disebut diagnosa keperawatan.   
e. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa
keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti tentang masalah
pasien/klien serta penyebabnya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui
tindakan keperawatan.
Diagnosa
keperawatan yang muncul adalah :
1.        
Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan
serangan kejang berulang.
2.        
Risiko terjadinya ketidakefektifan jalan nafas
berhubungan dengan sekunder dari depresi pernafasan
3.        
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
produksi sekret yang berlebihan pad ajalan nafas atas.
4.        
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan
penyakitnya berhubungan dengan keterbatasan informasi yang ditandai 
5.        
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi
eksotoksin 
II.
Perencanaan 
Perencanaan
merupakan keputusan awal tentang apa yang akan dilakukan, bagaimana, kapan itu
dilakukan, dan siapa yang akan melakukan kegiatan tersebut. Rencana keperawatan
yang memberikan arah pada kegiatan keperawatan. (Santosa. NI, 1989;160)
a. Diagnosa
Keperawatan : Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan kejang berulang
Tujuan                :  Klien tidak mengalami cedera selama perawatan
Kriteria hasil       :  
1.      Klien tidak
ada cedera akibat serangan kejang
2.      klien tidur
dengan tempat tidur pengaman
3.      Tidak
terjadi serangan kejang ulang.
4.      Suhu 36 –
37,5 º C , Nadi 60-80x/menit (bayi), Respirasi 16-20 x/menit 
5.      Kesadaran
composmentis
Rencana Tindakan :
| 
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
 
| 
   
1.     
  Identifikasi dan hindari faktor pencetus 
2.     
  tempatkan klien pada tempat tidur yang memakai
  pengaman di ruang yang tenang dan nyaman 
3.     
  anjurkan klien istirahat 
4.     
  sediakan disamping tempat tidur tongue spatel dan
  gudel untuk mencegah lidah jatuh ke belakng apabila klien kejang 
5.     
  lindungi klien pada saat kejang dengan : 
-         
  longgarakn pakaian 
-         
  posisi miring ke satu sisi 
-         
  jauhkan klien dari alat yang dapat melukainya 
-         
  kencangkan pengaman tempat tidur 
-         
  lakukan suction bila banyak sekret 
6.     
  catat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama,
  adanya sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala
  lainnya yang timbul. 
7.     
  sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan
  obseervasi keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang 
8.     
  observasi efek samping dan keefektifan obat 
9.     
  observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan
  irama jantung 
10. 
  lakukan pemeriksaan neurologis setelah kejang 
11. 
  kerja sama dengan tim : 
-         
  pemberian obat antikonvulsan dosis tinggi 
-         
  pemeberian antikonvulsan (valium, dilantin,
  phenobarbital) 
-         
  pemberian oksigen tambahan 
-         
  pemberian cairan parenteral 
-         
  pembuatan CT scan 
 | 
  
   
1. Penemuan faktor
  pencetus untuk memutuskan rantai penyebaran toksin tetanus. 
2. Tempat yang nyaman
  dan tenang dapat mengurangi stimuli atau rangsangan yang dapat menimbulkan
  kejang 
4. efektivitas energi
  yang dibutuhkan untuk metabolisme. 
5. lidah jatung dapat
  menimbulkan obstruksi jalan nafas. 
5. tindakan untuk
  mengurangi atau mencegah terjadinya cedera fisik. 
6.
  dokumentasi untuk pedoman dalam penaganan berikutnya. 
7.
  tanda-tanda vital indikator terhadap perkembangan penyakitnya dan gambaran
  status umum klien. 
8. efek
  samping dan efektifnya obat diperlukan motitoring untuk tindakan lanjut. 
9 dan 10
  kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama jantung. 
11. untuk
  mengantisipasi kejang, kejang berulang dengan menggunakan obat antikonvulsan
  baik berupa bolus, syringe pump. 
 | 
 
b. Diagnosa
Keperawatan : Kurang pengetahuan klien dan keluarga tentang penanganan
penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan             : Pengetahuan klien dan keluarga tentang
penanganan penyakitnya dapat meningkat.
Kriteria Hasil  : 
1.        
Klien dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan
penanganannya
2.        
klien dapat diajak kerja sama dalam program terapi
3.        
klien dan keluarga dapat menyatakan melaksanakan
penejlasan dna pendidikan kesehatan yang diberikan.
| 
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
 
| 
   
1.
  Identifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga 
2. Hindari
  proteksi yang berlebihan terhadap klien , biarkan klien melakukan aktivitas
  sesuai dengan kemampuannya. 
3. ajarkan
  pada klein dan keluarga tentang peraawatan yang harus dilakukan sema kejang 
4.
  jelaskan pentingnya mempertahankan status kesehatan yang optimal dengan diit,
  istirahat, dan aktivitas yang dapat menimbulkan kelelahan. 
5.
  jelasakan tentang efek samping obat (gangguan penglihatan, nausea, vomiting,
  kemerahan pada kulit, synkope dan konvusion) 
6. jaga
  kebersihan mulut dan gigi secara teratur  
 | 
  
   
1. Tingkat
  pengetahuan penting untuk modifikasi proses pembelajaran orang dewasa. 
2. tidak
  memanipulasi klien sehingga ada proses kemandirian yang terbatas. 
3. kerja
  sama yang baik akanmembantu dalam proses penyembuhannnya 
4. status
  kesehatan yang baik membawa damapak pertahanan tubuh baik sehingga tidak
  timbul penyakit penyerta/penyulit. 
5. efek
  samping yang ditemukan secara dini lebih aman dalam penaganannya. 
6.
  Kebersihan mulut dan gigi yang baik merupakan dasar salah satu pencegahan
  terjadinya infeksi berulang. 
 | 
 
2.3.4       
Pelaksanaan
Pelaksanaan
keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif.
Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan
klien ( Santosa. NI, 1989;162 )
2.3.5       
Evaluasi
Tahap
evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan data subyektif dan
obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan pelayanan keperawatan sudah
dicapai atau belum. Bila perlu langkah evaluasi ini merupakan langkah awal dari
identifikasi dan analisa masalah selanjutnya ( Santosa.NI, 1989;162).
DAFTAR PUSTAKA
Lynda Juall
C, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Penerjemah Monica
Ester, EGC, Jakarta
Marilyn E.
Doenges, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa I Made, EGC,
Jakarta
Santosa NI,
1989, Perawatan I (Dasar-Dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
Suharso
Darto, 1994, Pedoman Diagnosis dan Terapi, F.K. Universitas Airlangga,
Surabaya. 
LANDASAN TEORI 
MASTOIDITIS
Pengertian
Otitis media
adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis media supuratif kronis (OMSK) adalah
Infeksi kronis di telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan sekret
yang keluar dari telinga tengah terus-menerus atau hilang timbul. Sekret
mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah  (Syamsuhidajat, 1997).
Mastoiditis adalah merupakan komplikasi dri
otitis media yang menjalar ke struktur disekitarnya pada jalan pneumatisasi
mastoid. (Efiaty dan Nurbaity,, 1997)
II.
Insiden
Gangguan telinga yang paling sering adalah
infeksi eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang
dewasa  (Soepardi, 1998).
III.
Penyebab 
A       
Streptococcus.
A       

Stapilococcus.
A       
Diplococcus
pneumonie.                                   OMSK              Mastoiditis
A       
Hemopilus
influens.
IV.
Patofisiologi
 
Telinga
Otitis
Media
 
Otitis media supuratif                                                   Otitis
media non Supuratif
                                                                                                    (Otitis media serosa)
 
Otitis media akut (OMA)                                                           Otitis
media serosa akut
                                      (lebih 2 bulan)
  Otitis media supuratip kronis                                     Otitis
media serosa kronis
              (OMSK)                                                                      (Glue
ear)
                                          
Maligna                                                             Benigna
  Degeneratif                                                                                         Metaplastik
A       
Terdapat
perforasi pada marginal/atik.                       Terlihat
kolesteatom pada telinga
A       
Granulasi
di liang telinga luar yang                            tengah
(di epitimpanum).
     
berasal dari dalam telinga tengah.                                         
Sekret berbentuk nanah dan    
A       
Polip                                                                      berbau khas (aroma kolesteatiom)
                         otore
= pus pada MAE 
                         kental/busuk)                 
| 
   
Penyebaran
  hematogen : 
-         
  eksaserbasi
  akut (10 hari pertama) 
-         
  meningitis
  (gejal prodromal) 
-         
  Mastoiditis
  hemoragik 
 | 
  
   
Penyebaran
  (erosi tulang) 
-         
  Infeksi
  lokal (minggu awal) meingitis lokal 
-         
  Lapisan
  tulang rusak (mastoiditis) 
 | 
  
   
Penyebaran
  pada jalan yang ada 
-         
  Labirintis/meningitis
  berulang 
 | 
 
| 
   
Gejala
  subyektif  ; 
-         
  keluar
  cairan pada telinga 
-         
  tidak
  terasa sakit kepala 
-         
  panas,
  lemah, perasaan mengantuk 
-         
  mual
  dan muntah 
-         
  pendengaran
  menurun 
 | 
  
   
Gejala
  obyektif : 
-         
  nyeri
  tekan +/- (pariteal dan oksipital) 
-         
  suhu
  meningkat 
-         
  tanda-tanda
  toksisitas 
-         
  malaise,
  samnolen (drowsiness) 
 | 
 
  
  | 
 
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
![]()  | 
 
| 
   
Konservatif 
(Pengobatan/penyembuhan  primer) 
-         
  Pemberian
  antibiotik berdosis besar 
-         
  Ampicilli,
  chloramphenicol, metronidazol. 
 | 
  
   
Operasi 
- Mastoidectomi
  modifikasi radical (memaparkan dan mengeksploitasi seluruh jaringan jalan
  yang mungkin digunakan jaln invasi infeksi. 
 | 
 
V.
Komplikasi
Shambough (1980) membagi menjadi :
a. Komplikasi meningeal :
1.       abses
ekstradural
2.       Menigitis
3.       Tromboplebitis
sinus lateral
4.       Hidrosefalus
otitis
5.       Otore likuor
serebrospinal
b. Komplikasi non meningeal :
1.       Abses otak
2.       labirintis
3.       petrositis
4.       paresis fasial
VI.
Prognosis
a.     
  Pemeriksaan  dan pengobatan secara dini dapat memnatu dalam
proses penyembuhan primer
b.     
Bila
ada penyebaran pada meningeal maka kemungkinan terjadi infeksi berat dan jatuh
dalam kematian, tuli perseptif prognosanya kurang baik.
VII
Penatalaksanaan
a.      
Pemeriksaan
radiologi CT Scan kepala (mastoditis, abses, ensefalitis), schuller (foto
mastoid tampak adanya kerusakan sel-sel mastoid (rongga empiema))
b.      
Otoskopi
(dinding atas MAE menurun (sagging),perforasi membran tympani (reservoir sign),
sekret mukopurulen dalam waktu 6-8 minggu)
c.      
Terapi
konservatif dengan medikamentosa(amoxicillin 4 x 500/1000) selam 7-10 
d.      
teknik
matoidektomi radikal, radikal rekonstruksi (tanpa meruntuhkan dinding posterior
liang telinga).
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
KLIEN Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM  NEURO
MUSKOLOSKLETAL
(TETANUS
GENERALISATA)
DI
RUANG BEDAH G  RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO
SURABAYA
I.       
PENGKAJIAN (4
Januari 2002)
A.     
Identitas
Nama               : Tn. S
Umur                : 56 tahun
Jenis kelamin    : Laki-laki
Agama              : Islam
Pekerjaan          : Pemulung
Status               : Ayah
Alamat              : Jl. K.B. SBY 
MRS                 : 2-02-2002 
DM                   : Tetanus Generalista
B.     
Keluhan
utama
Kejang
Paliatif, Kejang
Kualitatif
dan kuantitatif, leher
terasa kaku, badan hangat  pada siang
hari jam 12.00 tanggal 2 -2-2002
Region, adanya luka pada
telapak kaki akibat tertusuk paku
Severity, hal ini tidak
disertai adanya mual dan muntah, mulut kaku, untuk mengatasinya langsung di
bawa ke IRD RSDS untuk mendapatkan pengoban dan direncanakan operasi.
Time, Talapak kaki  kena paku sejak 9 hari yang lalu 
C.    
Riwayat
keperawatan :
1.       Riwayat penyakit
sebelumnya
Belum pernah
menderita penyakit serius sehingga perlu opname hanya batuk, pilek dan panas
biasa.
2.       Riwayat penyakit
sekarang
Perawatan luka
tidak diobati sebagaimana mestinya dengan cara aseptic dan antiseptic,
sehubungan dengan pekerjanya sebagai pemulung , sehingga sering kontak dengan
bahan-bahan yang kotor dan mengenai luka bekas tertusuk paku dan timbul kejang
disertai badan terasa hangat.
3.       Riwayat keluarga
Tidak ada riwayat
keluarganya yang menderita penyakit tetanus .
D. Pola Aktifitas Sehari –hari (Activity
Daily Living)
| 
   
NO 
 | 
  
   
Uraian  
 | 
  
   
Aktivitas
  sehari-hari 
 | 
 |
| 
   
rumah 
 | 
  
   
Rumah sakit 
 | 
 ||
| 
   
1 
 | 
  
   
Pola Nutrisi 
 | 
  
   
Makan 1-2 kali perhari
  seadanya (nasi, lauk, pauk dan sayuran) dan tidka pasti jam makannya. 
 | 
  
   
Tidak bisa makan karena
  sulit menelan 
 | 
 
| 
   
2 
 | 
  
   
Pola Eliminasi 
 | 
  
   
BAK spontan , waran
  kuning, BAB  lancar 1 kali perhari,
  konsistensi lembek, kuning 
 | 
  
   
BAK spontan mengotori
  tempat tidur, BAB (-) 
 | 
 
| 
   
3 
 | 
  
   
Pola Istirahat/tidur 
 | 
  
   
Tidak ada masalah (3-4
  jam tidur siang) dan malam (7-8 jam) 
 | 
  
   
Gelisah, dan
  pegal-pegal seluruh tubunya 
 | 
 
| 
   
4 
 | 
  
   
Pola Personal Hygiene 
 | 
  
   
Mandi 2-3 kali perhari
  dengan menggunakan sabun mandi, kuku dipotong tidak menentu,  
 | 
  
   
Personil higyine klien
  kurang, agak bau dari kencing,  muka
  kotor oleh sekret 
 | 
 
| 
   
5 
 | 
  
   
Pola Aktifitas 
 | 
  
   
Kegiatan sehari-hari
  berkerja mencari barang-barnag bekas (pemulung) untuk dijual lagi. 
 | 
  
   
Tidur terlentang di
  tempat tidur dengan tangan difiksasi untuk pengamanan 
 | 
 
| 
   
6 
 | 
  
   
Ketergantungan 
 | 
  
   
Merokok (+), obat(-) 
 | 
  
   
Tidak ada 
 | 
 
e. Data Psikology
Ø 
Status
emosi 
Ø 
Konsep
Diri
1.                 
Body
Image
Badan teras
kaku dan pegal tidak seperti bisanay sebelum sakitnya
2.   Self Ideal
Harapan
keluarga sambil menangis berharap agar penyakit suaminya bisa disembuhkan.
3.  Self esteem
Tanggapan
keluarga terhadap klien dan saudara-saudaranya tidak ada dukungan muril
,materiil dan beberap isterinya(2)/lainnya.
4.  Role
Klien sebagai
peran dalam mencari nafkah darus dirawat dan diperlukan biaya uintuk perawaqtan
dan pengobatan tetapi kurang sesuai dengan kebutuhan.
5.   
Identitas
Status klien
dalam keluarga sebagai ayah dari anakny ayan berumur 9 tahun kelas 4 SD dan
suaminya (isteri 3).
f. Data Sosial
1.   
Pola
komunikasi , menggunakan bahasa jawa,dan indonesia, 
2.   
Pola
Interaksi, tidak lacar, tidak komonikatif 
(nonkooperatif), dukungan keluarga (untuk perawatan dan pengobatan
kurang emmenuhi standard minimal.
3.   
Perilaku,
tak  terkontrol, gelisah, kesadaran
menurun
g.
Data Spiritual
Keluarga dianjurkan
untuk berdoa sesuai denga agam dan kepercayaannya serta tidak usah menangis
h. Observasi dan
pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
Status gizi cukupk,
kesadaran komposmentis, GCS 456, Penampilan tidur terlentang sambil mengaduh
sakit dan tangan dalam keadaan terikat. 
Antopometri  : TB     
: 164   cm       BB       :
54 Kg
Tanda vital      : T = 120/80 mmHg, N = 88 x/mnt,  S = 38 oC, RR = 20 x/mnt
2. Review of system
a. Sistem
pernafasan,
Pernafasan spontan,
Vesikuler, Sbentuk dada simetris, Retraksi -/-, Rh -/-, Wh -/-, RR 20
kali/menit, reguler
b. system vaskuler
Tensi 120/70 mmHg,
Nadi 88 kali/menit, suhu akral hangat, S1S2 tunggal normal, nyeri dada (-)
c. system
persyarafan
Kesadaran komposmentis,
orientasi baik, GCS 456
·     
Kepala
dan leher
ü  Sklera putih, tidak
anemis, tidak ikterus
ü  Conjunctiva pucat
ü  Pupil isokor
ü  Leher kaku kuduk
(+), tidak ada pembesaran getah bening
·     
Persepsi
sensoris
ü  Pendengaran
Dalam batas normal
ü  Penciuman
Pilek (-), epitaksis (-)
ü  Pengecapan
citan rasa ((+) , sulit menelan
ü  Penglihatan
Mata tertutup sulit untuk dibuka
ü  Perabaan 
Dapat merasakan perbedaan stimulasi
terhadap panas, dingin dan tekan, bila kena rangsangan maka timbul kejang.
d. system perkemihan
BAK Lancar spontan
produksi urinetak dapat dievaluasi karena ngompol.
e. system pencernaan
BU (+) Normal,
sakit menelan, mulut dapat dibuka selebar dua jari (3 cm), trismus,
epistotonus(kekakuan otot punggung, rishus sardoikus (otot-otot mika), gigi
(tidak ditemukan radang, tumor dan carang gigi), tonsil (tidak hiperemia),
perut tegang/kaku
f. system muskoloskletal dan
integument
Kemampuan
pergerakan sendi bebas, kekuatan otot (5/5), kulit (turgor cukup), akral
(hangat) kejang + 3 menit dengan frekuensi suit dievalusi, bila
terminipulasi 1-2 menit kejang seluruh tubuh, Luka (vulnus ictus ukuran 0,5 cm,
pus (-). Darah (-). Odema +.
g. system endokrin
Riwayat pertumbuhan
dan perkembangan sesuai dengan usia (20 tahun)
h. Sistem reproduksi
Laki-laki, (penis,
scrotum, testis)
i. Sistem hematopoetik
Limfadenopati (-)
Philips Score
| 
   
A.
  Gradasi penyakit 
 | 
  
   
score 
 | 
 
| 
   
-         
  masa
  inkubasi 
-         
  tempat
  infeksi ekstremitas bawah distal 
-         
  imunisasi 
-         
  penyakit
  penyerta 
 | 
  
   
4 
2 
10 
1 
 | 
 
| 
   
total 
 | 
  
   
17 
 | 
 
Derajat berat (17)
B.
  Prognosis 
 | 
  
   
score 
 | 
 
| 
   
-         
  derajat
  spasme , opistotonus 
-         
  frekuensi
  kurang dari 6 kali/24 jam 
-         
  suhu
  badan 37oC 
-         
  pernafasan
  nomral 
 | 
  
   
5 
1 
8 
0 
 | 
 
| 
   
total 
 | 
  
   
14 
 | 
 
Kesimpulan
prognosisnya jelek
i. Pemeriksaan
penunjang
1.
laboratorium (hasil tidak ada)
2. Radiologi
(tidak ada)       
j. Penatalaksanaan
Saat
msuk ::
-      
Infus
RL : D5% 2:2
-      
Diazepam
10 ampul/drip
-      
PPC
3 x 1,5 juta unit
-      
ATS
I (400.000), II (60.000) dan III (40.000)
-      
O2
maske 6-8 lm
-      
K/p
ekstra valium
-      
Kross
luka dan perawatan luka
Sat
pengkajiani :
-      
Injeksi
PPC 3x1,5 Juta Unit
-      
Diazepam
10 ampul/drip
-      
Flagyl
(metroinidazol) drip 3x500 mg/hari
-      
Infus
RL : D5% = 28 tetes/menit
-      
Observasi
vital sign, aspirasi
-      
Perawatan
luka plantas pedis sinestra
-      
NGT
persounde susu 8 x 200 cc
-      
Diit
lunak TKTP
-      
Analisa data
| 
   
TGL 
 | 
  
   
DATA 
 | 
  
   
ETIOLOGI 
 | 
  
   
MASALAH 
 | 
 |||
| 
   
04-02-2002 
 | 
  
   
DATA
  SUBYEKTIF  
-      
  Keluarga
  mengatakan bahwa tidak tahu saya harus bagaimana untuk membantu suaminya yang
  sedang kejang 
-      
  Keluarga
  mengatakan bagaimana kondisi suaminya apakah bias disembuhkan atau tidak 
-      
  Klien
  pernah diberi penjelasan tentang operasinya di Poli dan ruangan 
-      
  Kelarga
  mengatakan kenapa suami saya sering kejang terus 
-      
  KEluarga
  (isteri) mengatakan suaminya tidak bias makan dan minum hanya bias mengaduh,
  mengerang 
DATA
  OBYEKTIF 
-      
  Keluarga
  tampak menangis dan bingung menghdapai sisuasi suaminya yang sedang sakit dan
  sambil duduk selonjorkan kaki 
-      
  Klien
  dengan tetanus dengan gradasi penyakit 17 (berat; masa inkubasi saat MRS 5
  hari, tempat infeksi ekstremitas bawah distal, imnunisasi (-), dan penyakit
  penyerta (1) 
-      
  Keluarga
  banyak bertanya 
Paska operasi : 
DATA
  SUBYEKTIF 
-    
  Klien
  mengatakan terasa sakit ddan pega-pegal sleuruh utbuh. 
-    
  Klien
  mengatakan tidak bias atau sulit menelan 
DATA
  OBYEKTIF 
-     
  Sekresi
  pada mulut (++) 
-     
  Posisi
  terlentang dengan tangan diikat 
-     
  Pernafasan
  spontan dan agak ngorok 
-     
  Pemeriksaan
  paru Rh -/-, wh -/- 
-     
  RR
  24 kali/menit 
DATA
  SUBYEKTIF 
-     
  KLien
  mengatakan terasa sakit, pegal-pegal seluruh tubuuh, dan kaku.   
DATA
  OBYEKTIF 
-     
  Klien
  gelisah 
-     
  Klien
  selalu menggerakkan kaki sehingga sering kali kaki menggelantung 
-     
  Tangan
  kanan dan kiri terfiksasi, tangan kiri terpasang infus 
-     
  Klien
  tidur terlentang dengan dipasang pengaman pad atempat tidur. 
DATA
  SUBYEKTIF 
-    
    
DATA
  OBYEKTIF 
-      
  Muka
  dan dada berkeringan, suhu akral hangat 
-      
  Suhu
  tubuh 395 oC, nadi 96 kali/mnt/takhikardia 
-      
  Baju
  terbuka  
-      
  Lab.leuskosit
  (tae) 
 | 
  
   
Keluarga kurang
  mendapat informasi dan pengalaman tentang penyakitnya 
Kurang
  pengetahuan 
Mekanisme koping
  tidak adekuat 
cemas 
Invasi kuman ke
  otot bergaris  
Otot pernafasan
  terserang/spasme lairng  
Kekakuan pada
  mulut dan lidak 
Sulit menelan 
Jalan nafas tidak
  efektif 
(aspiksia) 
Bersihan jalan
  nafas 
Tetanus 
Toksin pada Otot
  motoik/sensoris normal 
Peningkatan
  refleks pad anggota gerak yang terkena luka 
Kompresi tulang  
Gelisah 
Cedera fisik 
Eksotoksin 
Pembuluh
  darah/jaringan (neutropil, limposit meningkat) 
Metabolisme
  meningkat 
Hiperpireksia 
 | 
  
   
pengetahuan 
Jalan nafas 
Cedera fisik 
Suhu tubuh 
 | 
 
G.  Diagnosa
keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang muncul adalah :
1.       
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sekret yang berlebihan pad ajalan nafas atas.
2.       
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya
berhubungan dengan keterbatasan informasi 
3.       
Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan serangan kejang
berulang.
4.       
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi eksotoksin 
5.       
Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
sehubungan dengan ketidakmampuan menelan
II. Perencanaan 
1.   
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produksi
sekret yang berlebihan pada jalan nafas atas.
Bersihan Jalan
nafas tidak efektif b.d penumpukan sekret pada jalan nafas
Tujuan : Jalan
nafas bersih
Kriteria ;
-         
pernafasan
spontan (hidung dan mulut)
-         
RR 16-20 kali/mnt
-         
Tidak ada sianosis
| 
   
Rencana
  Tindakan 
 | 
  
   
Rasional 
 | 
 
| 
   
1.
  Monitor tanda-tanda vital; terutama pernafasan  
2.
  Monitor bersihan jalan nafas : sputum, mulut, stridor, ronchii 
3. Atur
  posisi klien : kepala hiperekstensi 
4. Atur
  posisi klien : Trendelenburk 
5.
  Lakukan fibrasi paru dan postural drainage 
6.
  Lakukan penghisapan lendir tiap 3 jam atau bila perlu 
7.
  Evaluasi hasil kegiatan tiap 3 jam atau bila perlu 
 | 
  
   
Pernafasan
  merupakan karakteristik utama yang terpengaruh oleh adanya sumbatan jalan
  nafas 
Pemantauan
  kepatenan jalan nafas penting untuk menentukan tindakan yang perlu diambil 
3.
  Meminimalkan resiko sumbatan jalan nafas oleh lidah dan sputum 
4.
  Merupakan mekanisme postural drainage, memfasilitasi pengeluaran secret paru 
5.
  Rangsangan fisik dapat meningkatkan mobilitas secret dan merangsang
  pengeluaran secret lebih banyak 
6.
  Eliminasi lendir dengan suction sebaiknya dilakukan dalam jangka waktu kurang
  dari 10 menit, dengan pengawasan efek samping suction 
7.
  Memastikan tindakan/prosedur yang dilakukan telah mengurangi masalah pada
  klien 
 | 
 
2.   
Kurangnya pengetahuan keluarga tentang penanganan penyakitnya
berhubungan dengan keterbatasan informasi 
Tujuan           : Pengetahuan klien dan keluarga tentang
penanganan penyakitnya dapat meningkat.
Kriteria Hasil : 
a.   
Klien dan keluarga dapat mengerti proses penyakit dan
penanganannya
b.   
klien dapat diajak kerja sama dalam program terapi
c.   
klien dan keluarga dapat menyatakan melaksanakan penejlasan dna
pendidikan kesehatan yang diberikan.
| 
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
 
| 
   
1. Identifikasi tingkat pengetahuan klien dan keluarga 
2. Hindari proteksi yang berlebihan terhadap klien , biarkan
  klien melakukan aktivitas sesuai dengan kemampuannya. 
3. ajarkan pada klein dan keluarga tentang peraawatan yang harus
  dilakukan sema kejang 
4. jelaskan pentingnya mempertahankan status kesehatan yang
  optimal dengan diit, istirahat, dan aktivitas yang dapat menimbulkan
  kelelahan. 
5. jelasakan tentang efek samping obat (gangguan penglihatan,
  nausea, vomiting, kemerahan pada kulit, synkope dan konvusion) 
6. jaga kebersihan mulut dan gigi secara teratur  
 | 
  
   
1. Tingkat pengetahuan penting untuk modifikasi proses
  pembelajaran orang dewasa. 
2. tidak memanipulasi klien sehingga ada proses kemandirian yang
  terbatas. 
3. kerja sama yang baik akanmembantu dalam proses
  penyembuhannnya 
4. status kesehatan yang baik membawa damapak pertahanan tubuh
  baik sehingga tidak timbul penyakit penyerta/penyulit. 
5. efek samping yang ditemukan secara dini lebih aman dalam
  penaganannya. 
6. Kebersihan mulut dan gigi yang baik merupakan dasar salah
  satu pencegahan terjadinya infeksi berulang. 
 | 
 
3.   
Risiko terjadinya cedera fisik berhubungan dengan serangan kejang
berulang.
Tujuan           :            Klien tidak mengalami cedera selama
perawatan
Kriteria hasil :            
a.   
Klien tidak ada cedera akibat serangan kejang
b.   
klien tidur dengan tempat tidur pengaman
c.   
Tidak terjadi serangan kejang ulang.
d.   
Suhu 36 – 37,5 º C , Nadi 60-80x/menit (bayi), Respirasi 16-20
x/menit 
6.   
Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
| 
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
 
| 
   
1.   
  Identifikasi dan hindari faktor pencetus 
2.   
  Tempatkan klien pada tempat tidur yang memakai pengaman di ruang
  yang tenang dan nyaman 
3.   
  anjurkan klien istirahat 
4.   
  sediakan disamping tempat tidur tongue spatel dan gudel untuk
  mencegah lidah jatuh ke belakng apabila klien kejang 
5.   
  lindungi klien pada saat kejang dengan : 
-         
  longgarakn pakaian 
-         
  posisi miring ke satu sisi 
-         
  jauhkan klien dari alat yang dapat melukainya 
-         
  kencangkan pengaman tempat tidur 
-         
  lakukan suction bila banyak sekret 
6.   
  catat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama, adanya
  sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala lainnya yang
  timbul. 
7.   
  sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan obseervasi
  keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang 
8.   
  observasi efek samping dan keefektifan obat 
9.   
  observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan irama jantung 
10. lakukan
  pemeriksaan neurologis setelah kejang 
11. kerja
  sama dengan tim : 
-         
  pemberian obat antikonvulsan dosis tinggi 
-         
  pemeberian antikonvulsan (valium, dilantin, phenobarbital) 
-         
  pemberian oksigen tambahan 
-         
  pemberian cairan parenteral 
-         
  pembuatan CT scan 
 | 
  
   
1. Penemuan
  faktor pencetus untuk memutuskan rantai penyebaran toksin tetanus. 
2. Tempat
  yang nyaman dan tenang dapat mengurangi stimuli atau rangsangan yang dapat
  menimbulkan kejang 
4.
  efektivitas energi yang dibutuhkan untuk metabolisme. 
5. lidah
  jatung dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas. 
5. tindakan
  untuk mengurangi atau mencegah terjadinya cedera fisik. 
6.
  dokumentasi untuk pedoman dalam penaganan berikutnya. 
7.
  tanda-tanda vital indikator terhadap perkembangan penyakitnya dan gambaran
  status umum klien. 
8.
  efek samping dan efektifnya obat diperlukan motitoring untuk tindakan lanjut. 
9
  dan 10 kompliksi kejang dapat terjadi depresi pernafasan dan kelainan irama
  jantung. 
11.
  untuk mengantisipasi kejang, kejang berulang dengan menggunakan obat
  antikonvulsan baik berupa bolus, syringe pump. 
 | 
 
6.       
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan reaksi eksotoksin 
| 
   
Tujuan
  : suhu tubuh dalam batas normal 
  setelah 2 jam tindakan  
Kriteria
  Hasil : 
-         
  Suhu
  tubuh normal (36-37OC) 
-         
  Keringat
  minimal 
-         
  Tidak
  haus 
-         
  Nadi
  80 x/mnt 
 | 
 |
| 
   
Rencana
  Tindakan 
 | 
  
   
Rasional 
 | 
 
| 
   
1.
  Monitori saat timbulnya demam 
2.Monitor  tanda-tanda vital tiap 3 jam atau lebih
  sering 
3.
  Berikan kebutuhan cairan ekstra 
4.
  Berikan kompres dingin  
5.
  Kenakan pakaian minimal 
6.
  Lanjutkan terapi cairan intravena RL ½ Saline dan pemberian antipiretik  
 | 
  
   
1.
  Observasi hasil untuk mengidentifikasi pola demam 
2. Acuan
  untuk mengetahui keadaan umum klien 
3.
  Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
  diimbangi dengan asupan cairan yang banyak 
4.
  Konduksi suhu membantu menurunkan suhu tubuh 
5.
  Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi penguapan tubuh 
6.
  Pemberian caiaran sangat penting bagi klien dengan suhu tinggi. Pemberian
  caiaran merupakan wewenang dokter sehingga perawat perlu berkolaborasi dalam
  hal ini. 
 | 
 
III.
Pelaksanaan
| 
   
TGL/ 
DX 
 | 
  
   
IMPLEMENTASI 
 | 
  
   
PE- 
LAKSANA 
 | 
 
| 
   
4-02-2002 
Dx. 1 
09.00 
10.00 
12.00 
Dx. 2 
09.00 
10.00 
Dx. 3 
08.00 
09.00 
11.00 
Dx. 4 
Jam 07.00 
11.00 
 | 
  
   
Memonitor  tanda-tanda vital; terutama pernafasan  
(120/80,
  n 88 RR 20 x/mnt) 
mengobservasi  bersihan jalan nafas : sputum, mulut,
  stridor, ronchii (hasil (-), sputum minimal 
Mengatur
  posisi klien : kepala agak erekstensi 
MElakukan
  pembersihan mulut secara berkala tiap 6 jam  
MEngevalusi
  bersihan jalan nafas setelah tindakan 
Memonitor
  TTV (tensi 120/80 RR 16 kali/mnt,  
Mengklarfikasi  tingkat
  pengetahuan  keluarga dlam perwatan
  pada klien dengan tetanus  
Menganjurkan kepada keluarga auntuk menghindari proteksi yang
  berlebihan terhadap klien , biarkan klien melakukan aktivitas sesuai dengan
  kemampuannya. 
Mengajarkan pada keluarga tentang perawatan yang harus dilakukan
  selama kejang terhadap kerusakan fisik/cedera fisik, jatuhnya klien). 
Menjelaskan pentingnya mempertahankan status kesehatan yang
  optimal dengan diit, istirahat, dan aktivitas yang dapat menimbulkan
  kelelahan. 
Menjelaskan dam menganjurkan pada klien untuk menjaga kebersihan
  mulut dan gigi secara teratur 
Mengidentifikasi  dan
  hindari faktor pencetus terjadinya cedera fisik lidah jatuh kebelakang,
  penguat pagar tempat  tidur. 
Menempatkan klien pada tempat tidur yang memakai pengaman di
  ruang yang tenang dan nyaman 
Mnganjurkan klien istirahat dengan tenang 
Melindungi klien pada saat kejang dengan : 
-         
  longgarakn pakaian 
-         
  posisi terlentang
  dengan tangan difikassis 
-         
  menjauhkan klien
  dari alat yang dapat melukainya 
-         
  mengencangkan
  pengaman tempat tidur 
-         
  lmelakukan
  pemebersihan mulut dari secret minimal 
mencatat penyebab mulainya kejang, proses berapa lama, adanya
  sianosis dan inkontinesia, deviasi dari mata dan gejala-hgejala lainnya yang
  timbul. 
sesudah kejang observasi TTV setiap 15-30 menit dan obseervasi
  keadaan klien sampai benar-benar pulih dari kejang 
mengobservasi efek samping dan keefektifan obat 
observasi adanya depresi pernafasan dan gangguan irama jantung,
  lakukan pemeriksaan neurologis setelah kejang 
Melakukan kolaborasi/kerja sama dengan tim : 
-         
  pemberian obat
  antikonvulsan diazepam 10 ampul/hari dalam Rl : D5% 2 : 2 28 tetes/mnt 
-         
  Injeksi ATPS 1,5
  juta unit   
-         
  Infus metronidazole
  500 cc 
-         
  PPC 1,5 juta unit
  per-IM 
Memonitor
  kondisi klien  saat timbulnya demam,
  kejang (frekuensi, lama) 
Melepaskan  pakaian klien 
Mengobservasi
  intake dan out put (panas tubuh, produks kensing, keringat, infuse dan minum) 
memonitor  tanda-tanda vital Tensi 120/80, suhu 38 o
  C  
Melanjutkan
  pemberian kebutuhan cairan ekstra (perparenteral infuse RL 2 ampul diazepam
  28 tetes/mnt) 
Memberikan  kompres dingin yang diletakkan pada ktiak
  klien secara bergantian bila sudah agak kering 
 | 
  
   | 
 
Evaluasi
| 
   
TANGGAL/ 
JAM 
 | 
  
   
DX 
 | 
  
   
EVALUASI 
 | 
 
| 
   
5/2
   
jam
  17.00 
08-02-2002 
jam
  09.00 
 | 
  
   
1 
2 
3 
4 
 | 
  
   
S 
- 
O
   
-
  klien gelisah 
-
  pernafasan vesikuler, Rh +/+, wh-/-, ngogrok minimal 
-
  mulut dan hidung tampak kotor 
A.
   
Masalah
  teratasi sebagian 
P 
Lanjutkan
  intervensi 
I 
MElanjutkan
  intervensi keperawatan 
Membersihkan
  mulut dan hidung 
Mellibatkan
  keluiarga dalam kebersihan diri klien dan ajara minum sedikit-demi sedikit 
S 
Keluarga
  mengatakan suaminya masih seing mengerang kesakitan seluruh  tubuh, sering bergerak 
O 
Klien
  tampak masih gelisah 
Kedua
  tangan terfiksasi, tangan akanan masih terapsang infuse 
Kaki
  jatuh di tepi tempa tidur 
A 
MAalah
  tak terjadi 
P 
Lanjutkan
  intervensi 
I 
Melanjutkan
  intervensi keperawatan seperti yang telah diprogramkan 
Memfiksasi
  kaki kanan supaya tidak jatuh 
Melibatkan
  keluargany untuk menjaga agar kakinya tidak jatuh dan tidak memanipulasi 
Menghentikan
  sementara obat injeksi PPC (TAP) 
Memasang
  kondom kateter 
S 
Kelaurga
  mengatakan sudah membersihkan badan suaminya dengan cara mensponi 
Keluarga
  memberikan minum sedikit tapi suaminya tidak bias menelan dengan baik 
Keluarga
  mengatakan tidak ada uang untuk membeli kondom kateter , obat suntik PPC 
O 
Keluarga
  sudah dapat menerapkan cara perawatan klien dengan tetanus (tidak terlalu
  memanipulasi, memebrikan perawatan seperlunya sesuai dengan anjuran) 
A. 
MAsalah
  tertasi sebagian 
P 
Lanjutkan
  intervensi 
I 
Melanjutkan
  intervensi sesuai dengan program 
Memberi
  motivasi pada kleluarga untuk mengurus JPS dan atau keringannan biaya
  perawatan dan pengobatan 
MEmberi
  bantuan dari klien lain dengan oabt dan alat yang sama untuk memenuhi
  kekurangannya 
S 
-         
  Kleuarga
  mengatakan suaminya masih sering panas 
O 
-         
  suhu
  39 oC, nadi 96 kali/mnt , tensi 120/70 mmHg 
-         
  keringat
  (+), suhu akral hangat, merah,  
-         
  luka
  pada plantar kaki sembuuh 
A.  
Masalah tetap 
P 
 lanjutkan intervensi sesuai dengan program 
I 
Melanjutkan
  program terapi  
PPC 1,5 juta unit
  per-IM 
Flagyl 500 mg
  perinfus 
Mengobservasi TTV
  dan memberikan kompres dingin 
MElibatkan
  keluarga unutk memberikan kompres dingin pada daerah ketiak 
Memberikan trapi
  injeksi Xylodella 2: 1 per-IM 
S 
- 
O
   
-
  klien sedang tidur 
-
  pernafasan vesikuler, Rh +/+, wh-/-, ngogrok minimal 
-
  mulut dan hidung masih tampak kotor 
A.
   
Masalah
  teratasi sebagian 
P 
Lanjutkan
  intervensi 
I 
MElanjutkan
  intervensi keperawatan 
Membersihkan
  mulut dan hidung 
Mellibatkan
  keluiarga dalam kebersihan diri klien dan ajara minum sedikit-demi sedikit 
Memasang
  slang sounde untuk makan diit cair 8 x 200 cc serta melibatkan keluarga dalam
  pemberiaannya 
S 
Keluarga
  mengatakan suaminya sedang tidur, jarang mengerah 
O 
Klien
  sedang tidur 
Kedua
  tangan terfiksasi, tangan akanan masih terapsang infuse 
Kakiklien
  masih sering jatuh di tepi tempa tidur, setelah ikatan kakinya lepas 
A 
MAalah
  tak terjadi 
P 
Lanjutkan
  intervensi 
I 
Melanjutkan
  intervensi keperawatan seperti yang telah diprogramkan 
Memfiksasi
  kaki kanan supaya tidak jatuh 
Melibatkan
  keluargany untuk menjaga agar kakinya tidak jatuh dan tidak memanipulasi 
Melanjutkan
  program terapi  
pemberian obat antikonvulsan diazepam 10 ampul/hari dalam Rl :
  D5% 2 : 2 28 tetes/mnt 
-         
  Injeksi ATPS 1,5
  juta unit   
-         
  Infus metronidazole 500 cc 
-         
  PPC 1,5 juta unit per-IM 
S 
Kelaurga
  mengatakan sudah membersihkan badan suaminya dengan cara mensponi 
Keluarga
  memberikan minum sedikit tapi suaminya tidak bias menelan dengan baik 
Keluarga
  mengatakan tidak ada uang untuk membeli kondom kateter , obat suntik PPC 
O 
Keluarga
  sudah dapat menerapkan cara perawatan klien dengan tetanus (tidak terlalu
  memanipulasi, memebrikan perawatan seperlunya sesuai dengan anjuran) 
A. 
MAsalah
  tertasi sebagian 
P 
Lanjutkan
  intervensi 
I 
Melanjutkan
  intervensi sesuai dengan program 
Memberi
  motivasi pada kleluarga untuk mengurus JPS dan atau keringannan biaya
  perawatan dan pengobatan 
MEmberi
  bantuan dari klien lain dengan oabt dan alat yang sama untuk memenuhi
  kekurangannya 
S 
-         
  Kleuarga
  mengatakan suaminya masih sering panas 
O 
-         
  suhu
  342oC, nadi 9100kali/mnt , tensi 110/70 mmHg 
-         
  keringat
  (+), suhu akral hangat, merah,  
-         
  luka
  pada plantar kaki sembuuh 
A.  
Masalah tetap 
P 
 lanjutkan intervensi sesuai dengan program 
I 
Melanjutkan
  program terapi  
PPC 1,5 juta unit
  per-IM 
Flagyl 500 mg
  perinfus 
Mengobservasi TTV
  dan memberikan kompres dingin 
MElibatkan
  keluarga unutk memberikan kompres dingin pada daerah ketiak 
Memberikan terapi
  injeksi Xylodell 2:1 per-IM 
E 
Suhu 38,5oC, nadi
  96, RR 36 kali/mnt 
Kompres seirng
  diganti bila agak kering oleh keluarganya 
 | 
 
PERENCANAAN
1.               
Praoperasi
:
| 
   
TGL 
 | 
  
   
DIAGNOSA
  KEPERAWATAN DAN TUJUAN 
 | 
  
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
  
   
PELAKSANA 
 | 
 
| 
   
28-01-2002 
JAM
  07.00 
WIB
   
(DP 1)  | 
  
   
Kecemasan
  berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam tentang operasi infomrasi
  (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan dan
  kemungkinan komplikasi), 
Tujuan : Cemas
  berkurang 
Kriteria : 
-       
  KLien
  dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya 
-       
  Klien
  tenang dan tidak gelisah, tidak berkeringan dingin 
-       
  Konsentrasi
  dan orientasi baik 
-       
  Tanda-tanda
  vital dalam batas normal (tensi 120/80 mmHg, nadi 88 kali/menit, RR 18
  kali/mnt) 
 | 
  
   
1.      
  Ciptakan
  saling percaya, komunikasi terapuetik dan tunjukkan rasa empati 
2.      
  Dorong
  pengungkapan masalah atau rasa cemas 
3.      
  jawab
  pertanyaan yang berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan
  medis 
4.      
  Selesaikan
  persiapan pasien sebelum masuk ke kamar operasi 
-         
  informed
  concent, skint test 
-         
  Puasa
  mulai jam 23.00 WIB 
-         
  Lavemen
  jam 04.00 WIB 
-         
  Pencukuran
  rambut di atas telinga kiri kurang lebih berdiameter 10 cm. 
-         
  Kenakan
  Baju operasi 
5.      
  meminimalkan
  keributan di lingkungan 
6.      
  Orientasikan
  pada ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan penyerapan) : 
-         
  orientasi
  ruangan  
-         
  orientasi
  personil operasi 
-         
  oritentasi
  prosedur operasi 
7.      
  Pemantauan
  psikologis klien 
8.      
  Tunjukkan
  perhatian dan sikap mendukung (support sistem keluarga, perawat) 
9.      
  Beri
  penjelasan singkat tentang prosedur operasi 
10.  
  Beri
  reinforcement terhadap pernyataan yang positif dan mendukung 
 | 
  
  
 
 
 
  | 
  
   | 
 
Post operasi :
| 
   
TGL 
 | 
  
   
DIAGNOSA
  KEPERAWATAN DAN TUJUAN 
 | 
  
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
  
   | 
 
| 
   
29-01-2002 
jam
  09.30 WIB 
(DP
  1) 
 | 
  
   
Nyeri berhubungan
  dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf bekas operasi
  stripping 
Tujuan : nyeri
  berkurang 
Kriteria : 
-       
  Klien
  tenang dan tidak menyeringai 
-       
  Klien
  mengerti factor penyebabnya seperti yang telah dijelaskan pada preoperasi 
-       
  Skala
  nyeri ringan (1-3) 
 | 
  
   
1.      
  Observasi  tingkat nyeri 
2.      
  Atur
  posisi yang baik dan mengenakkan (tidur miring pada posisi yang sehat/kanan) 
3.      
  Bantu
  klien dalam membantu mengurangi nyerinya : 
Ø  Anjurkan klien
  nafas panjang dan dalam 
Ø  Destruksi (ajak
  bicara yang paling disenangi) 
Ø  Meditasi (dengan
  memejamkan matanya dan mengingat Allah) 
4.      
  Observasi
  luka paskaoperasi terhadap timbulnya radang  
5.   Terapi 
  farmakologi Antiinflamasi : kaflam 2 x 50 mg (peroral) 
 | 
  
   
1.       Nyeri dapat
  diantisipasi klien secara individualisme dan penanganan yan berbeda 
2.       Posisi kaki lebih
  tinggi dari badan 30o dapat mengurangi peningkatan penekanan pada jaringan
  yang rusak sehingga mengurangi nyeri. 
3.       Proses ini
  seperti (nafas panjang dan dalam merelaksasi otot yang dioperasi dan
  terimobilisasi, destruksi, meditasi, hipnotis) dapat membantu dalam
  mengurangi nyerinya. 
4.       Perhatikan
  stuwing yang meningkat menghambat suplai oksigen sehingga nyeri bertambah. 
5.       Analgetik
  merupakan obat anti nyeri yang bekerja secara sentral atau perifer/local. 
 | 
  
   | 
 
| 
   
TGL 
 | 
  
   
DIAGNOSA
  KEPERAWATAN DAN TUJUAN 
 | 
  
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
  
   | 
 
| 
   
29-01-2002 
jam
  10.00 WIB 
(DP
  2) 
 | 
  
   
Risiko Perubahan
  persepsi/sensoris pendengaran (menurun) berhubungan dengan kurang pengetahuan dan informasi tentang perawatan post
  operasi radikal rekonstruksi (rumah sakit/rumah) 
Tujuan :   Persepsi / sensoris baik. 
Kriteria hasil. 
T  Klien akan
  mengalami peningkatan persepsi /sensoris pendengaran sampai pada tingkat
  fungsional. 
T  Interaksi
  dan komunikasi lancar 
T  Tidak ada
  salah persepsi 
T  Tidak ada
  komplikasi 
T  Klien
  kooperatif dalam menjga keutuhan kondisi telinganya yang dioperasi. 
 | 
  
   
1.      
  Jelaskan
  kemungkinan yang terjadi dampak setelah operasinya : 
ü  Perdarahan 
ü  Fungsi
  pendengaran membaik atau memburuk 
ü  Komplikasi
  (pusing, muntah dna nyeri kepala) 
2.      
  Tingkatkan
  partispasi klien dan keluarga dalam menjaga keutuhan pendengarannya yang
  sehat dan telinga yang telah operasi  
3.      
  Instruksikan
  klien untuk menggunakan teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah
  terjadinya kerusakan telinga kirinya,: 
Ø 
  Hindari
  kekuatan mengedan 
Ø 
  Hindari
  batuk, bunyi yang keras 
Ø 
  Beri
  tahu petugas bila merasa mual/muntah 
4.      
  Observasi
  tanda-tanda perkembangan tingkat pendengaran dan komplikasi intra kranial 
5.      
  Instruksikan
  klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diresepkan (minum obat
  sesuai dengan anjuran) kataflam 2 x 5 0 mg 
 | 
  
   
1.      
  Keefektifan  pendengaran tergantung pada tipe operasi
  dan  perawatannya yang tepat. 
2.      
  Apabila
  penyebab pokok ketulian tidak progresif, maka pendengaran yang tersisa
  sensitif terhadap trauma dan infeksi sehingga harus dilindungi. 
3.      
  Diagnosa
  dini terhadap keadaan  telinga atau
  terhadap masalah-masalah  pendengaran
  rusak secara permanen. 
4.      
  Fungsi
  pendengran baik bila klien dpat mendengarkan stimuli bunyi, pencegahan
  komplikasi dengan observasi dini. 
5.      
  Penghentian
  terapi antibiotika sebelum waktunya dapat menyebabkan organisme sisa
  berkembang biak sehingga infeksi akan berlanjut. 
 | 
  
   | 
 
| 
   
TGL 
 | 
  
   
DIAGNOSA
  KEPERAWATAN DAN TUJUAN 
 | 
  
   
INTERVENSI 
 | 
  
   
RASIONAL 
 | 
  
   | 
 
| 
   | 
  
   
Risiko
  tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan diskontinuitas jaringan sekunder
  terhadap gangguan akibat pembedahan (radikal mastektomi) 
Tujuan
  : 
Infeksi
  tak terjadi selama perawatan 
Kriteria : 
Tanda-tanda
  infeksi tidak ditemukan : 
-        
  kemerahan
  sekitar luka operasi 
-        
  perdarahan
  (-), odema (-), nyeri (-) 
-        
  suhu
  dalam batas normal (36-37oC 
-  nilai laboratorium Sel Darah Putih  normal (8.000-10.000/mm3) 
 | 
  
   
1.      
  Observasi
  terjadinya tanda-tanda infeksi (merah, nyeri, panas, fungsi menurun pada
  lokasi pembedahan) 
2.      
  Monitor
  tingkatkan Penyembuhan luka (primer/sekunder)/fase I, II, III dan IV 
3.        
  Tingkatkan
  daya tahan tubuh klien dengan : 
- diit
  seimbang (TKTP) sesuai dengan porsi yang disediakan oleh RS 
-     
  menjaga
  kebersihan sekitar luka 
-     
  hindari/kurangi
  stress 
-    
  lanjutkan
  pemberian infus RL 20 tts/mnt 
4.      
  Tindakan untuk mencegah regangan pada jahitan,
  perdarahan 
5.      
  Tindakan perawatan luka aseptik dan antiseptik
  (perawatan luka post operasi radikal rekonstruksi dibuka pada hari ke-5,
  jaihtan dilepas separoh dan separohnya pada hari ke-7) 
6.      
  Terapi antibiotika (injeksi ceftriaxon 1 x 1 gram)
  IV/IM 
 | 
  
   
1.       Observasi
  dini dapat mencegah komplikasi dan masalah cepat teratasi) 
2.       Tahap
  penyembuhan luka dapat dilihat dari proses granulasi dan fibrin 
3.       Nutrisi dan
  hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan umum. Mempercepat kesemubuhan
  luka. 
4.       Regangan
  pada jahitan dapat menimbulkan gangguan, membuat jalan masuk mikroorganisme 
5.       Teknik
  aseptik menimimalkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi risiko infeksi. 
6.       Anti kuman
  atau babteri berspektrum luas. 
 | 
  
   | 
 
IMPLEMENTASI
| 
   
TGL/ 
DX 
 | 
  
   
JAM 
 | 
  
   
IMPLEMENTASI 
 | 
  
   
TTD 
 | 
 
| 
   
28-01- 
2002 
Dx.
  1 
Dx.
  2a 
2b 
2c 
 | 
  
   
O7.00 
07.00 
07.15 
09.00 
07.00 
09.00 
07.00 
07.15 
09.00 
11.00 
 | 
  
   
Preoperasi
  : 
1.      
   Menciptakan komunikasi terapeutik antara
  perawat-klien dan hubungan  saling
  percaya, menguatkan kontrak dalam membantu klien selama sebelum, dan setelah
  operasi 
2.      
  Meminimalkan
  keributan di lingkungan (kesalahpahaman dalam waktu operasi) 
3.       Memberi
  kesempatan dan mendorong klien untuk mengungkapkan masalah atau rasa cemas
  sehuungan dengan akan dilakukannya operasi 
4.      
  Memberi
  jawaban atas  pertanyaan yang
  berhubungan dengan penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis dalam
  persiapan preoperasi . 
5.      
  Menyelesaikan
  persiapan pasien sebelum berangkat ke tempat operasi di BGPT : 
-         
  Memeriksa
  kembali Informent concent dan tanda tangan persetujuan (+), cukur rambut,
  skint test 
-         
  Menanyakan
  kembali tentang BAB (tingkat keberhadilan lavemen), puasa 
-         
  Mengganti
  baju dengan baju OK dan menyarankan lien duduk di kursi roda 
6.      
  Melakukan
  penjelasan gambaran di ruang operasi (ulangi informasi untuk memungkinkan
  penyerapan) : 
-         
  orientasi
  ruangan OK GBPT 
-         
  orientasi
  personil operasi (Operator, pembantu operator, dokter anestesi (pembiusan)
  pemegang alat, perlengkapan yang merupakan satu tim) 
-         
  oritentasi
  prosedur operasi (sebelum masuk perlu disuntikkan suntikan praoperasi, masuk
  kamar dibius dan dilakukan operasi seprti yang telah dijelaskan diawal) 
-         
  Pemantauan
  psikologis klien (memantapkan kesiapna klien) 
2.       Melibatkan
  keluarga dalammemberikan dukungan atau support pada klien baik sebagai orang
  tua mampun secara agama.r 
3.       Memberi reward
  atau pujian terhadap pernyataan positif dan kesanggupan dan ketabahan dalam
  menghadapi operasi nantinya. 
1.       Mengobservasi   tingkat nyeri ringan (skala 1-2) 
2.       Memberi saran
  pada klien untuk tidur terlentang atau 
  posisi  miring pada posisi yang
  sehat/kanan) 
3.       Membantu klien
  dalam membantu mengurangi nyerinya : 
Ø  menganjurkan
  klien nafas biasa dan hindari menaham nafas, relaks (tenang dan santai) 
Ø  Mengajak klien
  berbicara tentang sekolah dan teman-temannya) 
Ø  Menganjurkan
  klien untuk konsentrasi dan memohon pada Allah untuk diberi keringanan dalam
  menghdapi sakitnya. 
4.   Melaksanakan kolaborasi dalam memberikan
  terapi  obat antiinflamasi :
  kaflam  50 mg (peroral) 
5.   Mengobservasi luka paskaoperasi pada waktu
  arawat luka terhadap timbulnya radang (pembengkakan minimal <3 cm), merah
  minimal, keluar peradarahan pada selala jahitan/luka, telinga yang ngembes
  pada tampon spangostan) 
1.  MenjeJaskan kemungkinan yang terjadi dampak
  setelah operasinya (seperti adanya perdarahan, perkembangan fungsi
  pendengaran dapat membaik atau memburuk tergantung kondisi dan ketaatan klien
  dalam perawatan dan pengobatan) dan komplikasi (pusing, muntah dna nyeri
  kepala) 
2. Meningkatkan
  partispasi klien dan keluarga dalam menjaga keutuhan pendengarannya yang
  sehat dan telinga yang telah operasi dengan menhindari tekanan, trauma
  terutama pda telinga kiri) 
3.  Memberi tahu klien untuk menggunakan
  teknik-teknik yang aman sehingga dapat mencegah terjadinya kerusakan telinga
  kirinya, : 
Ø 
  Menghindari
  kekuatan mengedan pada saat kencing, BAB, batuk/bersin 
Ø 
  memberi
  tahu petugas bila ada perasaan mual/muntah (baik selama istirahat atau makan) 
4.
  Mengobservasi  tingkat perkembangan
  pendengaran (dengan menutup telinga kanan, klien diajak komunikasi) dan
  komplikasi intra kranial (mengobservasi parese N VII apakah muka menceng) 
5.
  Menganjurkan klien untuk menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang
  diresepkan (minum obat sesuai dengan anjuran) kataflam  5 0 mg peroral dan injeksi Ceftiaxon 1gram
  IV0 
1.      
  Mengobservasi
  terjadinya tanda-tanda infeksi (merah, nyeri, panas, fungsi menurun pada
  lokasi pembedahan) 
2.      
  Mengobservasi
  tanda-tanda vital 120/70 mmHg, suhu 37 oC, nadi 88 x/mnt 
3.      
  Memonitor
  tingkatkan Penyembuhan luka tidak ada infeksi 
4.      
  Meningkatkan
  daya tahan tubuh klien dengan : 
-
  menganjurkan klien untuk menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang
  disediakan oleh RS dan meng-aff infus. 
-     
  menjaga
  kebersihan sekitar luka 
-     
  Menghindari
  /kurangi stress 
5.   Melakukan tindakan perawatan luka aseptik dan
  antiseptik (luka post operasi radikal rekonstruksi terdapat luka sepanjang 5
  cm dengan jahitan 9 , rembesan darah (+) pada luka dan tampon telinga. 
6.  Melakukan kolaborasi dalam pemberian terapi antibiotika
  (injeksi ceftriaxon  1 gram IV, kaflam
  50 mg peroral. 
7. Memberi
  penjelasan dan penyuluhan pada klien dalam menghindari tindakan yang dapat
  menimbulkan peningkatan  regangan pada
  jahitan, perdarahan sehingga mudah terjadinya infeksi. 
 | 
  
   | 
 
IV
EVALUASI 
| 
   
TANGGAL/ 
JAM 
 | 
  
   
DX 
 | 
  
   
EVALUASI 
 | 
 
| 
   
28-O1-02 
jam
  07.20 
30-02-2002 
Jam
  80.20 
Jam
  08.45 
09.15 
31-02-2002 
jam
  09.15 
 | 
  
   
1 
2a 
2b 
2c 
2a 
2b 
2c 
 | 
  
   
S 
-       
  KLien
  dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya sehingga pasrah dan tawakkal dalam
  menjalani operasi nantinya. 
-       
  Klien
  mengatakan sudah berdoa dan mendapatkan support dari bapaknya 
-       
  Klien
  mengatakan apa yang akan dilakukan selama operasi saya pasrah dan percaya
  akan kerja dari tim operasinya, yang penting cepat sembuh 
O 
Klien
  dengan tenang mengatakan pernyataan tersebut 
-       
  Klien
  tenang dan tidak gelisah, berkeringan dingin 
-       
  Konsentrasi
  dan orientasi baik 
-       
  Tanda-tanda
  vital dalam batas normal (tensi 120/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, RR 18
  kali/mnt) 
A 
Masalah
  sudah teratasi (kecemasan berkurang) 
P 
Tingkatkan
  mekanisme koping dengan memberikan support dan harapan yang realistis 
I 
Memberikan
  dorongan dan sugesti bahwa Tim operasi berusaha sebaik mungkin sesuai dengan
  prosedur tetapi yang menentukan adalah yang di ats sana 
Memberikan
  ucapan selamat menjalani operasi semoga sukses dan berhasil 
S 
Nyeri
  luka operasi berkurang, hanya tersa kemeng 
O 
Luka
  tertutup verban, 
Suhu
  akral masih hangat,  tensi 110/70 mmHg,
  nadi 80 x/mnt, RR 16 kali/menit 
Perdarahan
  ngremebs pada verban (+), odema berkurang, nyeri tekan (-) 
Paska
  operasi radikal rekonstruksi ke-tiga 
A.
   
Masalah
  tertasi sebagian 
P 
Lanjutkan
  intervensi 
I 
Menganjurkan
  klien untuk tetap melakukan aktivitas seperti biasanya hanya diingatkan untuk
  menghindari tekanan pada kepala yang berlebihan (merunduk, mengedan) 
Menyiapkan
  dan menganjurkan klien untuk minum obat kaflam 50 mg  
Mengingatkan
  kembali kalau ada keluahan nyeri segera lapora  ke petugas  
S 
Klien
  mengatakan kondisi telinga kiri merasa lebih baik, ada reflek dengar bila ada
  sumber bunyi atau diajak komunikasi 
Klien
  merasa senang dengan perkembangannya saat ini dan mudah-mudahan dapat
  mendengar dengan baik 
O 
T  Interaksi
  dan komunikasi lancar walaupun telingan kanan ditutup/ telinga kiri tertutup
  verban 
T  Tidak ada
  salah persepsi 
T  Klien
  kooperatif dalam menjga keutuhan kondisi telinganya yang dioperasi. 
A.  
Masalah teratasi
  sebagian 
P 
Lanjutkan
  intervensi 
Tingkatkan
  partisipasi klien dan keluarga 
I 
Stumulasikan
  klien dengan beberapa rangsangan suara dankomunikasi 
Mempertahankan
  ketaatan klien dalam menjaga keutuhan telinga pendengrannya 
S 
Klien
  mengatakan rasa nyeri jarang dirasakan, bahkan tidak nyeri 
Nyeri
  tekan + 
O 
-
  kemerahan sekitar luka operasi (-) 
-        
  perdarahan
  (-), odema (-), nyeri (-) 
-        
  suhu
  dalam batas normal (36,5oC) 
A.
   
Masalah
  tak terjadi 
P 
Lanjutkan
  pemberian antibotika 
I 
Melakukan
  kolaborasi dalam pemberian antibiotika oral (Albiotin 300 mg peroral) 
S 
Klien
  mengatakan bekas operasinya tidak dirasakan nyeri 
O 
Luka
  baik kering, jahitan dibuka separoh 
Tanda-tanda
  infeksi (-) 
A 
Masalah
  tak terjadi 
P 
Observasi
  lanjut 
S 
Klien
  mersa senang dengan keadaan telinganya dapat mendengarkan bunyi atau suara 
O 
Respon
  verbal komunikasi baik 
A 
Maslah
  teratasi 
P 
Pertahankan
  kooperatif klien dalam nmejaga keutuhan fungsi telinganya 
Mengengingatkan
  kembali faktor/hal yang tidak boleh dilakukan untuk menjaga kondidinya
  telingnaya yang mulai mmembaik. 
Menjelaskan
  bahwa tindkan operasinya akan membwa dampak positif dalm fungsi pendengran
  yang lebih baik. 
S 
Klien
  mengatakan tak merasa nyeri, hanya nganjel 
O 
Tidak
  ada tanda infeksi 
Suhu
  36, 7 oC, nadi 84 x/mnt,  
A 
Masalah
  tek terjadi 
P 
Pertahankan
  teknik aspetik dan antiseptik dalam perawatan luka 
Tingkatkan
  daya tahan tubuh klien  
Menjaga
  kebersihan 
 | 
 
| 
   | 
  
   | 
  
   | 
 

ConversionConversion EmoticonEmoticon