Salam Sehat dan Harmonis

-----

STUDY KASUS TINGKAH LAKU AGRESI untuk tugas Psikologi Sosial 2




STUDY KASUS TINGKAH LAKU AGRESI
untuk tugas Psikologi Sosial 2




















Oleh :
Deni Ratnasari (2010 166 3001)
Juang NurAni (2010 166 3012)
Fahri Ardiansyah (2010 166 3013)





PROGRAM STUDI S1 PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2011


Agresifitas pada Anak Kecil: Aan dan Ulil
Posted on Psychology.
Permasalahan:
Aan, Anak tetangga saya yang masih berumur 7 tahun sedang bermain mobil-mobilan dengan Ulil, anak tetangga saya yang lain yang berumur 9 tahun. Tanpa sengaja si Ulil menjatuhkan mainan punyanya si Aan hingga rusak. Pada awalnya si Aan menangis, namun sesaat kemudian dia berlari menuju si Ulil dengan mulut terbuka dan dengan cepat si Aan mengigit tangan si Ulil. Kejadian berikutnya si Ulil ganti memukul perut si Aan hingga gigitan si Aan lepas dan si Aan menangis dengan keras sehingga ibunya datang. Si Ulil pun segera lari masuk ke rumahnya.
Pembahasan :      
Perilaku si Aan dan si Ulil memperlihatkan bahwa perilaku agresi sudah berkembang pada masa anak – anak. Pada anak – anak perilaku agresi masih tampak murni belum terpengaruh oleh banyak faktor lingkungan. Pendorong dari agresi pada anak – anak yaitu berkisar pada masalah marah, jengkel, iri, tamak, dengan tujuan untuk kemenangan, menuntut keadilan, membenarkan diri, dan memuaskan perasaan. Seperti kasus diatas adalah karena kemarahan Aan pada Ulil yang menjatuhkan mobil-mobilannya hingga rusak dan kemudian Aan menangis dan berlari menuju si Ulil dengan mulut terbuka dan kemudian si Aan mengigit si Ulil yang dilanjutkan dengan kejadian berikutnya si Ulil memukul perut si Aan hingga gigitan Aan lepas, hal ini terjadi karena si Ulil merasa tidak adil terhadap apa yang di dapatnya.
Kemudian perilaku agresi pada anak – anak, yaitu Perilaku si Aan yang menggigit si Ulil merupakan perilaku yang masih murni dimana  Aan belum mengetahui bahwa pukulan lebih efektif daripada gigitan. Bisa dimengerti bahwa si Aan mengandalkan giginya karena pada usianya gigi mengalami pertumbuhan yang pesat dan tumbuhnya taring. Oleh karena itu secara tak sadar tertanam dalam pikiran si Aan bahwa gigi adalah senjata yang baik karena ia telah biasa menghancurkan makanan dan daging di dalam mulutnya, jika dibandingkan dengan ketika dia bayi yang hanya dapat memakan makanan lunak karena giginya belum tumbuh.
Berbeda dengan si Aan, Ulil adalah anak yang berumur lebih tua, setidaknya banyak hal yang sudah diketahuinya dari lingkungan. Ia juga lebih banyak mendapat respon lingkungan daripada si Aan, Ia sudah sering melihat macam-macam film kartun atau bacaan yang mempertunjukkan perilaku agresi. Maka tidak heran jika si Ulil tidak membalas si Aan dengan gigitan, namun ia membalasnya dengan pukulan seperti yang didapat dari film atau bacaan. Perilaku si Ulil yang mencontoh dari lingkungan bisa disebut sebagai social modelling yang diperoleh dari hasil pembelajaran.
Bentuk atau ekspresi agresi dapat berupa fisik maupun verbal. Agresi yang berbentuk fisik seperti memukul, menendang, melempar, merusak yang dapat mengakibatkan sakit atau luka pada sumber frustasi. Sedangkan bentuk agresi yang berupa verbal seperti berteriak, mencaci-maki, mengeluarkan kata-kata kotor dan bentuk-bentuk lain yang bersifat lisan atau verbal. Dari kasus di atas bentuk agresinya berupa fisik yaitu dengan menggigit, dan memukul perut.
Dengan demikian ada 4 unsur dalam agresi, yaitu :  
1. Adanya tujuan untuk mencelakakan
, yaitu:
Ø  Tercermin dari perilaku si Aan yang menggigit si Ulil karena mobil-mobilannya dirusak dan dengan menggigit itu Aan bisa memuaskan emosi kemarahanya. Sedangkan si Ulil memukul perut si Aan karena merasa di sakiti dan merasa tidak mendapat keadilan.
2. Ada individu yang menjadi pelaku, yaitu:
Ø  Si Aan vs Si Ulil
3. Ada individu yang menjadi korban
Ø  Si Ulil
4. Ketidakinginan si korban menerimal tingkah laku si pelaku
Ø  Ini tercemin yaitu dengan perilaku si Ulil yang membalas gigitan Aan dengan dipukul perutnya.
Perilaku agresi dimiliki oleh setiap orang karena hal itu merupakan bagian dari insting. Ada teori yang dapat dijadikan referensi untuk menerangkan permasalahan diatas :
Teori Instink Psikoanalisa
            Freud berpendapat bahwa dalam diri setiap manusia ada 2 jenis instink yaitu instink untuk mempertahankan kehidupan yang dikenal dengan eros dan instink untuk mati atau menghilangkan kehidupan yang disebut sebagai tanathos. Oleh karena itu agresi menurut Freud dapat dimasukkan ke golongan instink mati (thanatos) yang merupakan ekspresi dari hasrat kematian yang berada pada taraf tak sadar.
Menurut Mc Dougall dalam diri setiap orang terdapat instink untuk menyerang dan berkelahi. Dorongan dari naluri ini yaitu rasa marah karena suatu hal terutama karena merasa terancam atau kebutuhannya tidak terpenuhi. Dalam kasus ini Aan merasa apa yang menjadi miliknya telah dirusak sedangkan Ulil untuk mempertahankan dirinya.
Selain berasal dari dirinya sendiri, sifat agresi juga berasal dari hasil belajar sosial. Teori Belajar Sosial (Social Learning) yang dimotori oleh Bandura menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat memberikan dan memelihara respon-respon agresif pada diri seseorang. Asumsi dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu – individu lain yang menjadi model. Anak – anak yang melihat model orang dewasa agresif secara kosisten akan lebih agresif bila dibandingkan dengan anak-anak yang melihat model orang dewasa non agresif. Ini tercermin dari perilaku Ulil Ia lebih banyak mendapat respon lingkungan daripada si Aan, Ia sudah sering melihat macam-macam film kartun atau bacaan yang mempertunjukkan perilaku agresi. Maka tidak heran jika si Ulil tidak membalas si Aan dengan gigitan, namun ia membalasnya dengan pukulan seperti yang didapat dari film atau bacaan. Perilaku si Ulil yang mencontoh dari lingkungan bisa disebut sebagai social modelling yang diperoleh dari hasil pembelajaran.


















Previous
Next Post »

Translate