Salam Sehat dan Harmonis

-----

MENINGKATKAN KETERATURAN BEROBAT PASIEN TBC PARU



MENINGKATKAN KETERATURAN
BEROBAT PASIEN TBC PARU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEMINDUNG KECAMATAN SAMARINDA UTARA
KOTAMADYA SAMARINDA KALIMANTAN TIMUR

BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Penyakit TBC di Indonesia menurut survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995, menyebutkan bahwa penyakit TBC di Indoensia adalah penyebab kematian terbesar ke –3 sesudah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernapasan, bahkan kasus TBC di indonesia adalah menduduki peringkat ke – 3 terbesar didunia sesudah Cina dan India.(Dye, 1999). WHO memperkirakan bahwa di Indonesia setiap tahunnya terjadi 175.000 kematian akibat TBC dan terdapat 445.000 kasus tuberkulosis setiap tahunnya. Tingginya angka penderita TBC di Indonesia salah satunya disebabkan karena penderita TBC tidak menyelesaikan  program pengobatan dengan baik serta lalai dalam mengikuti pengobatan yang telah ditentukan sehingga menyebabkan terjadinya resistensi kuman tuberkulosis terhadap obat yang diberikan .(Azhar, 1996).
      Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi virulensi dan menekan jumlah penderita tuberkulosis, diantaranya dengan dicanangkannya Gerakan Terpadu Nasional (Gardunas TB) oleh Menkes RI pada tanggal 24 Maret 1999, penanggulangan TBC diangkat menjadi suatu gerakan yang bukan saja menjadi tanggung jawab pemerintah, swasta tetapi juga masyarakat pada umumnya. Salah satu kegiatan dalam Gardunas TB adalah pelaksanaan Strategi DOTS (Directly Observed Treatmant Shortcourse) dengan tujuan untuk menjamin dan mencegah resistensi, keteraturan pengobatan dan mencegah drop out penderita TBC dengan cara melakukan pengawasan dan pengendalian pengobatan penderita tuberkulosis. Walaupun pelaksanaan strategi DOTS sudah dilaksanakan tetapi sampai ini  penderita tuberkulosis di Indonesia masih tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu modifikasi strategi untuk meningkatkan keteraturan berobat penderita TBC khususnya di wilayah kerja Puskesmas Temindung kecamatan Samarinda Utara Kotamadya Samarinda Kalimantan Timur.

2.      TUJUAN PROYEK
Tujuan dari proyek ini adalah “apakah dengan melakukan penyuluhan kesehatan pada pasien /keluarga terdekat tentang cara program pengobatan  1 kali pada pertemuan I, monitoring setiap kali minum obat oleh keluarga/ orang terdekat dalam 2 bulan serta monitoring kunjungan berobat ke Puskesmas sesuai program (2 bulan),  Pendokumentasian keteraturan minum obat oleh keluarga terdekat, dokumentasi kunjungan berobat ke Puskesmas untuk 15 orang penderita TBC dengan kasus  lama di Puskesmas Pelita Samarinda dalam 2 bulan akan meningkatkan keteraturan berobat penderita TBC sebanyak 75 % ?.

3.      LANGKAH-LANGKAH
Dalam melakukan kegiatan proyek ini maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a.       Persiapan /pembuatan instrumen lembar monitoring.
b.      Perijinan pada instansi yang terkait.
c.       Identifikasi pasien sebanyak 15 orang penderita TBC (inklusi dan ekslusi).
d.      Pembentukan kontak person dari keluarga terdekat pasien untuk memonitor pasien  dalam minum obat dan memonitor ketepatan kontrol ulang penderita TBC ke Puskesmas.
e.       Penyuluhan kesehatan tentang program pengobatan TBC.
f.       Pengumpulan data dan monitoring keteraturan minum obat dan kungjungan berobat ke Puskesmas.
g.      Evaluasi
h.      Pelaporan.

4.      EVALUASI
Untuk mengetahui perkembangan dari kegiatan maka, dilakukan evaluasi baik evaluasi jangka pendek maupun jangka panjang dengnan menggunakan metode observasi frekuensi, yaitu
a.       Evaluasi harian pasien TBC untuk keteraturan dan ketepatan minum obat yang dilakukan oleh keluarga terdekat (kontak person) selama 2 bulan.
b.      Evaluasi mingguan /bulanan  terhadap keteraturan dan ketepatan minum obat serta kunjungan berobat ke Puskesmas yang dilakukan oleh observer selama 2 bulan.


BAB 2
METODOLOGI PENELITIAN

1.      Definisi Operesional
a.       Peningkatan Keteraturan berobat pasien TBC paru adalah suatu keteraturan /kepatuhan pasien TBC paru dalam mengikuti program pengobatan TBC baik keteraturan minum obat, ketepatan dosis obat TBC yang diminum, keteraturan melakukan kontrol dan mengikuti lama pengobatan  sesuai dengan ketentuan yang  dianjurkan petugas
b.      Pasien TBC adalah orang yang menderita penyakit Tuberkulosis berusia dewasa dan tidak lanjut usia, tidak terganggu jiwa /ingatan.
2.      Desain Penelitian
a.       Populasi
Yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah masyarakat yang berada diwilayah kerja Puskesmas Temindung.
b.      Sampel           
Yang menjadi sampel penelitian ini adalah masyarakat yang menderita penyakit TBC, yaitu sebanyak 15 orang.
c.       Tekhnik Sampel
Dalam pengambilan sampel maka tekhnik yang digunakan adalah Pupusive Sampling Yaitu anggota sampel dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitian dan pertimbangan peneliti serta sesuai dengan ketentuan yang diharapkan dari peneliti, agar dapat mencapai sampel yang representative.
d.      Alat dan Bahan
1)      Angket, yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan tertutup yang ditujuan kepada responden.
2)      Format observasi/evaluasi, yaitu berupa  cek lis yang digunakan untuk mengevaluasi perkembangan kepatuhan pasien mengikuti program pengobatan.
e.       Tekhnik Pengumpulan Data
1)      Data primer didapat dari penyebaran angket pada  responden dan chek list dari kepatuhan  pasien dalam mengikuti program pengobatan, chek list didapat dengan melakukan observasi (cek lis) baik secara langsung ataupun tidak langsung (dari kontak person) dilakukan secara berkala dan terus menerus selama 2 bulan.
2)      Data sekunder didapat dari dokumentasi instansi puskesmas/ di 3 Puskesmas pembantu.
f.       Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian  Studi Deskriptif yaitu menggambarkan Strategi  Meningkatkan Keteraturan Berobat Pasien TBC.
g.      Tekhnik Analisa  Data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan tekhnik prosentasi dari format evaluasi/cek lis dan jawaban dari angket.

BAB 3
HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

  1. Gambaran Umum  Lokasi Penelitian
Puskesmas Temindung terletak di jalan Pelita kelurahan Sungai Pinang Dalam Kecamatan Samarinda Utara Kotamadya Samarinda, berdiri tahun 1974 dengan membawahi 3 puskesmas pembantu, yaitu :
§  Puskesmas Pembantu Sungai pinang Luar yang terletak di jalan Danau Jempang Samarinda
§  Puskesmas Pembantu Solong yang terletak di jalan Gerilya Samarinda.
§  Puskesmas Pembantu Lestari yang terletak di jalan Subulus Salam Samarinda.
Jumlah Karyawan  sebanyak 32 orang, terdiri dari :
§  Dokter umum        : 3 orang
§  Dokter gigi            : 1 orang
§  Perawat gigi          : 2 orang
§  Perawa                  : 6 orang
§  Bidan                    : 10 orang
§  Petugas Kesling    : 2 orang
§  Administrasi          : 3 orang
§  Pekarya                 : 3 orang
§  Petugas Sanitasi    : 2 orang

  1. Hasil Penelitian
Data yang didapat dari 15 orang responden di wilayah kerja Puskesmas Temindung Samarinda yang dikumpulkan dari tanggal 25 Pebruarit -  20 April 2002, maka  didapatkan data sebagai berikut :
1)      Umur Responden
No
Klasifikasi Umur
Jumlah
%
1
2
3
4
5
10 – 20 tahun
21 – 30 tahun
31 – 40 tahun
41 – 50 tahun
> 50 tahun
-
5
8
2
-
-
33,33 %
53,33 %
13,33 %
-

Jumlah
15 orang
100 %
Dari 15 orang  responden (penderita TBC) ternyata  sebagian besar berusia antara 31 – 40 tahun yaitu 8 orang (53,33 %), 5 orang berusia ntara 21 –30 tahun (33,33 %) dan paling sedikit berusia antara 41 – 50 tahun (13,33 %) sedangkan yang berusia 10 – 20 tahun dan diatas 50 tahun tidak ada.

2)      Jenis Kelamin
No
Jenis Kelamin
Jumlah
%
1
2
Laki-laki
Perempuan
9
6
60 %
40 %

Jumlah
15 orang
100 %
Dari 15 orang responden yang menderita TBC  mayoritas adalah laki-laki yaitu 9 orang (60 %) dan sisanya adalah wanita (40 %).


3)      Pendidikan
No
Klasifikasi Tingkat Pendidikan
Jumlah
%
1
2
3
4
5
Tidak Tamat SD
SD/Sederajat
SLTP/ Sederajat
SMU /Sederajat
Pergurauan Tinggi
2
5
6
2
-
13,33 %
33,33 %
40,00 %
13,33 %
-

Jumlah
15 orang
100 %
Mayoritas dari responden yang menderita  TBC tingkat pendidikannya adalah SLTP/ sederajat (40 %), dan tingkat pendidikan tidak tamat SD dan SMU/sederajat adalah  berimbang yaitu sama-sama 2 orang atau (13,33 %) dan sisanya tingkat pendidikan SD/Sedejarat  adalah 5 orang ( 33,33 %).

4)      Pekerjaan
No
Klasifikasi Pekerjaan
Jumlah
%
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Tidak Bekerja
Petani
Buruh
Karyawan Swasta
Wiraswasta
ABRI
PNS
Pensiunan
Lain-lain
1
2
5
3
-
-
-
-
4
 6,67 %
13,33 %
33,33 %
20,00 %
-
-
-
-
26,67 %

Jumlah
15 orang
100 %
Dari 15 orang responden mayoritas  adalah bekerja sebagai buruh  5 orang (33,33 %), 1 orang  tidak bekerja  (6,67 %), 2 orang petani (13,33 %), 3 orang karyawan swasta (20 %), lain-lian adalah 4 orang (26,67 %).

5)      Mulai Sakit TBC
No
Klasifikasi Mulai Sakit TBC
Jumlah
%
1
2
3
4

1 -  6 bulan
6 bln – 1 tahun
1 – 2 tahun
> 2 tahun
4
6
3
2
26,67 %
40,00 %
20,00 %
13,33 %

Jumlah
15 orang
100 %
Dari 15 orang responden sebagian besar lama menderita penyakit   TBC  antara 6 bulan – 1 tahun yaitu 6 orang (40 %), 4 orang antara 1 – 6 bulan (26,67 %), 3 orang (20 %) antara 1 – 2 tahun dan 2 orang (13,33 %) yang menderita lebih dari 2 tahun.









6)      Keteraturan Waktu Minum Obat
No
Ketepatan Waktu Minum Obat
Jumlah
%
1
2

Pernah Tidak Tepat Waktu
Selalu Tepat Waktu
3
12
20,00 %
80,00 %


Jumlah
15 orang
100 %
Dari 15 responden hanya 3 orang (20 %) yang masih tidak tepat waktu minum obat TBC dan 12 orang (80 %) selalu tepat waktu minum obat TBCT.


7)      Keteraturan Kontrol Ke Puskesmas/RS
No
Waktu Kontrol
Jumlah
%
1
2

Pernah Lalai
Tepat Waktu

1
14
  6,66 %
93,33 %

Jumlah
15 orang
100 %
Dari 15 orang responden 1 orang ( 6,66 %) pernah lalai kontrol ke Puskesmas dan 14 orang (93,33 %) tepat waktu.


8)      Kepatuhan  Mengikuti Lama Pengobatan (2 bulan Pertama)
No
Lama Pengobatan
Jumlah
%
1
2

Drop Out
Tepat Waktu

-
15
-
100 %

Jumlah
15 orang
100 %
Dari 15 orang responden semuanya mengikuti lama program pengobatan sesuai  yang ditentukan petugas (100 %).

C. Analisa Data
1).  Umur
      Berdasarkan data yang didapat ternyata sebagian besar responden berada pada masa kerja produktif  yaitu 5 orang (33,33 %) berusia antara 21 – 30 tahun, 8 orang (53, 33 %) berusia antara 31- 40 tahun dan 2 orang (13,33 %) berusia antara 41 –50 tahun dimana hal ini menunjukkan  apabila tidak ditanggulangi dikhawatirkan akan  bisa menggangu stabilitas perekonomian keluarga, karena mereka pada usia ini diharapkan menjadi  salah satu pencari nafkah bagi keluarga tetapi dengan gangguan kesehatan yang mereka alami akan menghalangi mereka dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan/keperluan keluarga.
2).  Jenis Kelamin
Dari hasil data ternyata sebagian besar yang menderita penyakit TBC adalah laki-laki yaitu 60 % dan 40 % adalah wanita dimana hal ini seperti yang diuraikan diatas, dimana laki-laki merupakan kepala rumah tangga yang berkewajiban memenuhi mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan keluarga apabila bila mereka sakit (kronis) maka akan menghambat perannya di dalam keluarga.
3).  Tingkat Pendidikan
Dari 15 orang responden ternyata yang menderita penyakit TBC  adalah  memiliki tingkat SLTP/sederajat adalah 6 orang (40 %), SD adalah 5 orang (33,33 %) dan tidak tamat SD masing-masing berimbang dengan tingkat pendidikan SMU yaitu sebanyak 2 orang (13,33 %), untuk Perguruan tinggi tidak ada. Hal ini menunjukkan bahwa ketidak patuhan mereka dalam mengikuti program pengobatan TBC bisa disebabkan karena kurangnya informasi /pengetahuan yang mereka miliki tentang penyakit TBC tersebut, untuk itu maka perlunya pemberian informasi yang optimal kepada penderita TBC agar mereka dapat petuh mengikuti program pengobatan yang diberikan sehingga mereka bisa sembuh seperti semula.
4).  Pekerjaan
      Sebagian besar responden penderita TBC adalah dengan latar belakang buruh yaitu 5 orang (33,33 %), lain-lain 4 orang (26,67 %), 3 orang (20 %) karyawan swasta, 2 orang petani (13,33 %) dan tidak bekerja 1 orang (6,67 %), dimana hal ini menunjukkan bahwa status sosial ekonomi dari responden adalah lemah sehingga  kebutuhan akan makanan yang dikonsumsi  cenderung kurang memenuhi standar  gizi dan hal ini salah satu faktor yang  membuat menghambat  dalam proses penyembuhan dan pengobatan penyakit TBC yang mereka alami.
5).  Lama Sakit
      Lama sakit TBC dari responden antara 6 bulan 1 tahun adalah 6 orang (40 %), 4 orang (26,76 %) antara 1 – 6 bulan, 3 orang (20 %) antara 1 – 2 tahun dan 2 orang (13,33 %) lebih 2 tahun, hal ini menunjukkan  sebagian besar responden lama sakit TBC tidak begitu terlalu lama sehingga dapat mempermudah proses penyembuhan dari penyakitnya tingkat keparahan penyakit yang dialami, karena semakin lama sakit maka semakin mempersulit proses penyembuhannya.
6).  Keteraturan Minum Obat
      Setelah dilakukan penyuluhan, bimbingan dan pengawasan terhadap penderita TBC yang melakukan program pengobatan maka  keteraturan  dari penderita minum obat anti TBC lebih baik, hal ini dibuktikan dari 15 orang responden 12 orang (80 %) selalu tepat waktu  /dosis, dan cuma 3 orang (20 %) yang pernah lupa /tidak tepat waktu meminum obat anti TBC. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor kelalaian baik dari pasien itu sendiri ataupun dari pengawas minum obat (PMO) sehingga peran dari PMO/ pengawas perlu ditingkatkan lebih optimal agi.
7).  Keteraturan Kontrol
      Setelah dilakukan penyuluhan, bimbingan dan pengawasan terhadap penderita TBC yang melakukan program pengobatan maka  keteraturan  kontrol ke Puskesmas menjadi lebih baik, hal ini dibuktikan dari 15 orang responden 14 orang (93,33 %) selalu tepat waktu, dan cuma 1 orang (6,66 %) yang pernah tidak tepat waktu melakukan kontrol ke Puskesmas/Puskesmas Pembantu.
8).  Kepatuhan Mengikuti Lama Pengobatan
Setelah dilakukannya penyuluhan, bimbingan dan pengawasan maka tingkat kepatuhan penderita TBC dalam mengikuti lama program pengobatan (sampai bulan 2) sangat efektif dengnan terbukti 15 orang dari responden tidak ada yang drop out dari program pengobatan yang dijalani.
BAB 4
PENUTUP
1.      KESIMPULAN
Setelah dilakukan penyuluhan, bimbingan dan pengawasan terhadap penderita TBC, maka dapat disimpulkan :
a.       Penderita TBC yang melakukan program pengobatan maka  keteraturan  dari penderita minum obat anti TBC  80 % selalu tepat waktu  /dosis, dan 20 % yang pernah lupa /tidak tepat waktu meminum obat anti TBC.
b.      Keteraturan  kontrol ke Puskesmas menjadi  93,33 % selalu tepat waktu, dan cuma 6,66 % yang pernah tidak tepat waktu melakukan kontrol ke Puskesmas/Puskesmas Pembantu.
c.       Kepatuhan penderita TBC dalam mengikuti lama program pengobatan 500 % tidak ada yang drop out dari program pengobatan yang dijalani.

2.      SARAN-SARAN
a.       Untuk meningkatkan kepatuhan penderita TBC paru dalam mengikuti program pengobatan maka perlu ditingkatkan penyuluhan baik “dor to dor” atau pun secara kolektif  kepada penderita TBC.
b.      Untuk meningkatkan kepatuhan penderita TBC paru dalam mengikuti program pengobatan maka perlu kiranya petugas kesehatan  perlu ditingkatkan intensitas dalam melakukan bimbingan, pengawasan  terhadap penderita (seperti istilah menjemput bola bukan menunggu bola) secara rutin dan kontinu.
c.       Pembentukan, pelatihan dan bimbingan terhadap kontak  person (PMO terus dipertahankan dan jika perlu tingkatkan.
Previous
Next Post »

Translate