Salam Sehat dan Harmonis

-----

MAKALAH APENDISITIS DENGAN USUS BUNTU


BAB I
PENDAHULUAN

1.1         LATAR BELAKANG
Masyrakat luas mengenal Appendiks dengan usus buntu. Pandangan  masyrakat tentang penyebab dari usus buntu adalah makanan yang pedas dan biji – bijian, yang kemudian terkumpul di perut ( abdomen ) dan untuk mengatasinya hanya dengan jalan operasi / pembedahan. Anggapan inilah yang menyebabkan masyarakat tidak mau memeriksaan dirinya ke dokter karena takut untuk di operasi. Sehingga pada umumnya pasien yang memeriksakan dirinya sudah dalam keadaan yang parah. Walaupun keadaan yang seperti di gambarkan di atas tidak selalu mengarah ke apendiksitis.
Apendiksitis merupakan peradangan pada apendiks periformis.  Apendiks periformis merupakan saluran kecil dengan diameter kurang lebih sebesar pensil dengan panjang 2 – 6 Inci. Lokasi apendiks pada daerah iliakal, tepatnya pada dinding abdomen di bawah titik MC Burney. ( Dorothy B. Daughty,1993 )
Apabila di deteksi secara dini, maka apendiksitis ini bukanlah merupakan suatu keadaan yang membahayakan. Gejala awal dari apendiksitis ini adalah nyeri, mual, muntah, tidak enak badan, demam, kadang – kadang konstipasi atau diare. Keadaan ini akan menjadi parah apabila apendiksitis tidak di deteksi secara dini, karena dapat menyebabkan perforasi yang selanjutnya dapat menyebabkan kematian. Hal ini pula yang membuat masyrakat mengangap bahwa apendiksitis merupakan penyakit yang berbahaya.
Secara klinis penyakit ini di bedakan secara akut dan kronik. Apendiksitis akut apabila nyeri tidak hebat dan menjadi apendiksitis kronik. Sedangkan apendiksitis kronik nyeri hebat atau tidak teratasi dan penanganannya harus dengan pembedahan atau apendiktomy. Apendiktomy adalah pemotongan saluran apendiks yang terinfeksi.
Asuhan keperawatan yang di berikan pada pasien apendiksitis melputi asuhan keperawatan pre dan post operasi dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan yang di mulai dari pengkajian, penegakkan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan, serta melaksanakan tindakkan sesuai rencana yang di buat dan mampu mengevaluasi hasil dari tindakkan yang di lakukan pada pasien.
Diagnosa keperawatan yang sering di temukan pada fase pre operasi adalah Nyeri Abdomen berhubungan dengan  Obstruksi dan peradangan apendiks, Potensial kekurangan volume cairan berhubungan dengan  mual, muntah,anoreksia dan diare, Resiko tinggi terjadi komplikasi peritonitis berhubungan dengan  perforasi/ruptur apendik, cemas ringan, sedang, berat, atau panik ; berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang tindakkan pembedahan ( proses keperawatan ). Kurang pengetahuan tentang prosedur preop dan post op berhubungan dengan  kurang terpapar terhadap informasi
Perencanaan di buat berdasarkan prioritas perdiagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan I  Nyeri abdomen berhubungan dengan  obstruksi dan peradangan apendiks.  Tujuan : Pasien akan mempertahankan kenyamananya selama perawatan.   Diagnosa Keperawatan II Potensial kekurangan volume cairan berhubungan dengan  mual, muntah, anoreksia dan diare. Tujuan  : Pasien akan mempertahan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal selama perawatan.  Diagnosa keperawatan III  Potensial terjadi komplikasi peritonitis berhubungan dengan  perforasi/ruptur apendiks.  Tujuan  : Pasien akan bebas dari infeksi (komplikasi) .  Diagnosa Keperawatan IV Kurang pengetahuan tentang prosedur preop dan post op berhubungan dengan  kurang terpapar terhadap informasi . Tujuan : Pasien akan meningkatkan pengetahuanya .
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan / Implementasi pada fase pre operasi ditujuhkan : Untuk mengatasi nyeri : Tindakan yang dilakukan anatara lain, mengajarkan klien tekhnik relaksasi untuk mengatasi nyeri, Memberikan kompres dan kolaborasi therapi untuk pemberian analgesik. Untuk Mengatasi kurang volume cairan ; Mengukur intake dan output, mengkaji tanda – tanda dini kurang volume cairan, mengatur pemberian cairan perparenteral sesuai program. Tindakan untuk mencegah komplikasi : peritonitis adalah ; Bed restkan  pasien, monitor tanda – tanda dini terjadinya peritonitis serta pemberian antibiotika sesuai program. Untuk mengatasi masalah kurang pengetahuan, maka pada pasien dan keluarganya diberikan pendidikan kesehatan tentang, penyakit, prosedur perawatan, pembedahan yang akan dilakukan serta komplikasi yang mungkin timbul.
Evaluasi dilakukan dengan mengacuh pada tujuan dan kriteia evaluasi yang telah ditentukan yaitu :  Diagnosa keperawatan I  Nyeri abdomen berhubungan dengan  obstruksi dan peradangan apendiks. Kriteria Evaluasi : Dalam 1-2 jam intervensi penghilangan nyeri, persepsi subjektif pasien tentang nyeri menurun, dibuktikan dengan skala nyeri, indikator-indikator obyektif, seperti meringis, wajah dan posisi tubuh relaks (tidak ada/menurun) Diagnosa Keperawatan II Potensial kekurangan volume cairan berhubungan dengan  mual, muntah, anoreksia dan diare.   Kriteria Evaluasi Dalam jangka 1-2 jam intervensi diberikan  dapat lihat tanda sebagai berikut : bibir tidak kering, mukosa membran lembab, turgor kulit baik, tidak kering. Diagnosa keperawatan III  Potensial terjadi komplikasi peritonitis berhubungan dengan  perforasi/ruptur apendiks.  Kriteria Evaluasi : Nyeri abdomen tidak bertambah hebat, tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda gelisah, dehidrasi dan akral tidak dingin.  Diagnosa Keperawatan IV Kurang pengetahuan tentang prosedur preop dan post op berhubungan dengan  kurang terpapar terhadap informasi . Kriteria Evaluasi :  Pasien mengungkapkan pengetahuan tentang prosedur pembedahan termasuk persiapan preoprasi dan sensasi dan perawatan operasi dan sensasi, dan mendemostrasikan latihan pascaoprasi dan menggunakan alat  sebelum preosedur pembedahan atau pada kedaruratan selama periode pascaoperasi segera.
Pengkajian pada post operasi di lakuakan oleh perawat unrtuk menentukan diagnosa keperawatan. Hal – hal yang perlu di kaji data subyektif : nyeri daerah pusat menjalar ke daerah perut kanan bawah, mual, muntah, kembung, tidak nafsu makan, demam, tungkai kanan tidak dapat di luruskan, diare, atau konstipasi. Dan data obyektif : nyeri tekan di titik MC Burney, spasme otot, takhicardi, takipnea pucat, gelisah, bisisng usus berkuran atau tidak ada, demam 38 0 C  – 38,5 0 C.
Diagnosa keperawatan yang sering ditemukan setelah klien menjalani apendictomy adalah : Nyeri  berhubungan dengan  Luka pembedahan, Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan   luka operasi, Kurang pengetahuan berhubungan dengan  kurang informasi  tentang perawatan di rumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan,  Potensial kekurangan cairan dan elektolit berhubungan dengan  demam dan pemasukan cairan yang tidak memadai,  Potensial tidak efektifnya pola napas berhubungan dengan  efek anastesi dan mobilisasi.
Perencanaan. Pada perencanaan ditetapkan prioritas diagnosa keperawatan serta tujuan perawatan dari masing – masing diagnosa yang telah ditentukan. Diagnosa Keperawatan 1  : Nyeri berhubungan dengan Luka pembedahan . Tujuan :  Pasien akan mempertahankan kenyamananya selama perawatan . Diagnosa Keperawatan 2  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan   luka pembedahan. Tujuan  : Pasien akan mempertahankan integritas kulit yang normal selama perawatan . Diagnosa Keperawatan 3 : Potensial kekurangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan  demam dan pemasukan cairan yang tidak memadai. Tujuan  : Pasien akan mempertahankan cairan dan elektrolit yang seimbang selama perawatan Diagnosa Keperawatan 4 : Kurang pengetahuan tentang perawatan dirumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan  berhubungan dengan  kurang terpapar terhadap informasi. Tujuan : Pasien akan meningkatkan pengetahuanya tentang perawatan dirumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan.
Implementasi keperawatan yang di berikan pada pasien post operasi Untuk mengatasi nyeri : Ajarkan tekhnik relaksasi untuk mengatasi nyeri, kolaborasi untuk pemberian analgesik. Untuk mencegah kerusakan integritas kulit : Mengubah posisi klien tiap 2 jam, memandikan pasien, merawat luka dengan tekhnik steril. Untuk mengatasi  masalah resiko tinggi kurang cairan : Mengukur intake dan output, memonitor pemberian cairan secara intravena, mengkaji tanda- tanda dini kekurangan volume cairan.
 Evaluasi :  Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri b.d Luka pembedahan. Kriteria Evaluasi : Dalam 1-2 jam intervensi penghilangan nyeri, persepsi subjektif pasien tentang nyeri menurun, dibuktikan dengan skala nyeri, indikator-indikator obyektif, seperti tidak meringis, wajah dan posisi tubuh relaks, luka operasi, tidak ada tanda –tanda infeksi . Diagnosa Keperawatan 2 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan  Kriteria Evaluasi  : Luka insisi sembuh tanpa ada tanda-tanda infeksi. Diagnosa Keperawatan 3  Potensial kekurangan cairan dan elektrolit b.d demam dan pemasukan cairan yang tidak memadai.  Kriteria Evaluasi : Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (bibir tidak kering, mukosa membran lembab, tidak sering kehausan, pemasukan cairan mencukupi. Diagnosa Keperawatan 3  Kurang pengetahuan tentang perawatan dirumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan  b.d kurang terpapar terhadap informasi Kriteria Evaluasi : Pasien mengungkapkan pengertianya tentang perawatan di rumah dan tindak lanjutnya.
Angka kejadian penderita apendiksitis di ruang II    (dua ) wanita RSUD. Prof. Dr. W. Z. Yohanes Kupang tahun 2001 sebanyak 23,7 % dan pada tahun 2002 sebanyak 25,9 % kasus.
Melihat teori apendiks lalu membandingkan dengan pengamatan rumah sakit maka penulis tertarik memperdalam cara pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medik apendiktomy baik mulai dari pengkajian sampai evaluasi

1.2         TUJUAN PENULISAN
1.2.1         TUJUAN UMUM :
Peserta ujian akhir program mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien apendiktomy
1.2.2         TUJUAN KHUSUS
Peserta ujian akhir program mampu melakukan pengkajian, merumuskan masalah dan diagnosa keperawatan, membuat perencanaan sesuai dengan diagnosa yang di tegakan, melakukan tindakkan / implementasi, serta membuat evaluasi terhadap hasil dari tindakkan tersebut, di sertai pendokumentasian perkembangan keperawatan secara tepat

1.3         METODE PENULISAN.
Penulisan ilmiah ini mengunakan metode diskritif melalui studi kasus yang di lakukan pada NY. S Di ruang II ( dua ) wanita RSUD Prof. Dr. W. Z. Yohanes kupang yang di rawat dari tanggal 2123 agustus 2002,  dengan diagnosa medik post apendiktomi hari ke dua.
Pengumpulan data di peroleh dengan wawancara observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi. Kemudian data dianalisa dan di buat tulisan dalam bentuk narasi.

1.4         SISTEMATIKA PENULISAN
Tulisan ilmiah ini berdasarkan sistimatika yaitu :
BAB I PENDAHULUAN yang berisi latar belakang dan tujuan penulisan, BAB II ASUHAN KEPERAWATAN meliputi gambaran kasus dan pembahasan, BAB III PENUTUP yang berisi kesimpulan dan saran    





















BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1         STUDI KASUS
 Aplikasi pada kasus pasien dengan apendiksitis telah di lakukan asuhan keperawatan dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan pada NY. S, dengan post apendiktomy hari ke II ( dua ) yang di rawat pada ruang II ( dua ) wanita RSUD Prof. Dr. W. Z. Yohanes kupang.
2.1.1             PENGKAJIAN
  1. Pengumpulan data
Data di peroleh dari pasien, keluarga, catatan medik dan catatan keperawatan. Pasien yang di rawat berinisial NY. S. Berusia 39 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan ibu rumah tangga, sudah menikah dan mempunyai 3 ( tiga ) orang anak pasien beragam islam berasal dari sumbawa .
Pasien masuk rumah sakit tanggal 19 agustus 2002 saat di kaji pasien sadar penuh ( composmentis ). Keadaan umum pasien nampak sakit sedang wajah tampak meringis tidak mau bangun dari tempat tidur karena takut lukanya bertambah besar dan sakit sehingga ADLnya di bantu oleh keluarga, pasien muntah, badan pasien kotor, bau saat di kaji pasien sedang haid sehingga terdapat ceceran darah pada daerah sekitar operasi pangkal paha dan alat tenun.
Keluhan utama saat ini pasien mengeluh nyeri, terdapat luka operasi, pusing, muntah , belum flaktus. Pasien dan keluarga mengatakan mereka tidak tahu tentang perawatan luka operasi riwayat kesehatan masa lalu, klien tidak pernah menderita tekanan darah tinggi, sakit maag, tetapi klien hanya menderita batuk pilek.
Hasil pemeriksaan fisik yang di dapatkan konjungtiva tidak anemik, mata tidak cekung, kulit tidak pucat, turgor kulit elastis, terpasang infus RL pada lengan tangan kanan, tekanan darah 150 / 100 MMhg nadi 98X/menit, respirasi 20 x/ menit suhu  37,2o C dan terdapat nyeri tekan pada daerah abdomen.
Kondisi sosial pasien mempunyai hubungan yang baik dengan lingkunganya di tandai dengan banyaknya keluarga atau kerabat yang datang mengunjungi klien di rumah sakit .
Pemeriksaan penunjang yang di lakukan terhadap NY. S adalah pemeriksaan darah pada tanggal 22 agustus 2002 dengan hasil leokosit : 10,4 103 / MM3  ( 3, 5 – 10, 0 103 / MM3 ) pemeriksaan urine pada tanggal 12 agustus 2002 dengan hasil urine rutin : berat jenis : 1. 010, PH : 6  leokosit dalam urine : (+) 2, darah rutin : cloting time : 3’ 00,” bleding time :1’ 10”.
Managament medik RL 20 tetes x/ menit, ampicilin 3 x 1 gram, Gentamicin 2 x 80 gram, tradosik 3 x 2 Ml
     Analisa Data  
Berdasarkan hasil pengkajian dapat di temukan dan di kelompokan masalah – masalah yang terjadi pada NY. S. Berdasarkan kebutuhan pasien Data subyektif : klien mengeluh nyeri pada luka operasi ( khususnya pada saaat muntah dan merubah posisi. Data obyektifnya adalah terdapat luka operasi pada daerah abdomen,  klien kelihatan meringis kesakitan setiap kali kalau ada refleks muntah, duduk atau berjalan, scala nyeri 2 ( nyeri sedang ), tanda – tanda vital tekanan darah 150/100 MMhg, nadi 98 x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 37oC. Masalah : Nyeri akut di sebabkan karena adanya luka pembedahan .
Data subyektif : Klien mengatakan sedang haid sehingga darah tercecer ke daerah operasi, pangkal paha dan alat tenun. Data obyektit : terdapat luka operasi tidak ada tanda – tanda infeksi ( panas, kemerahan, oedema, dan drainase ), dan terdapat darah haid di sekirtar daerah luka operasi,  pangkal paha dan alat tenun, suhu 37 oC. Masalah resiko tinggi infeksi pada daerah insisi yang di sebabkan karena terpapar terhadap infasi kuman .
Data subyektif pasien tidak tahu tentang perawatan luka,aktifitas apa saja yang harus di lakukan serta cara menganti balutan. Data obyektif pasien nampak bingung dan takut mobilisasi dan pasien sering bertanya tentang perawatan pre operasi. Masalah kurang pengetahuan keluarga tentang perawatandi rumah dan tindak lanjut yang di butuhkan yang di sebabkan  karena kurang terpapar terhadap informasi .
  1. Diagnosa Keperawatan  
Diagnosa dapat di tegakkan adalah nyeri berhubungan dengan Luka Pembedahan ,  resiko tinggi infeksi pada daerah insisi berhubungan dengan terpapar terhadap invasi kuman, dan kurang pengetahuan keluarga tentang perawatan rumah dan tindak lanjut berhubungan dengan kurang terpapar terhadap informasi
  1.  Perencanaan
Perencanaan di buat berdasarkan prioritas perdiagnosa keperawatan. Diagnosa  Nyeri berhubungan dengan  Luka pembedahan
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan mempertahankan kenyamananya selama perawatan
Kriteria Evaluasi :
Dalam 1-2 jam intervensi nyeri hilang, persepsi subjektif pasien tentang nyeri menurun, dibuktikan dengan skala nyeri, indikator-indikator obyektif, seperti tidak meringis, wajah dan posisi tubuh relaks, luka operasi, tidak ada tanda –tanda infeksi
Intervensi Keperawatan
1     Kaji dan catat kualitas, lokasi dan durasi nyeri. Gunakan skala nyeri dengan pasien dari 0 (tidak ada  nyeri_ - 10 (nyeri paling buruk). Beri
2     Beri posisi  tidur nyaman
3     Kolaborasi therapi analgesik sesuai program.
4     Ajarkan cara menanggulangi nyeri :
-          Napas dalam dan batuk efektif
-          Tidur terlentang, kedua telapak tangan menekan daerah luka operasi dengan bantal kecil
-          Relaksasi
5     Mobilisasi bertahap
6     Lakukan program medik
7     Kompres es pada daerah yang sakit untuk mengurangi nyeri
8     Ciptakan lingkungan yang tenang
Diagnosa Keperawatan II : resiko Tinggi Infeksi berhubungan dengan terpapar terhadap invasi kuman .
Hasil yang di harapkan : Pasien akan meningkatkan usaha – usaha mencegah infeksi
Kriteria evaluasi
Selama perawatan pasien tidak menunjukan adanya tanda – tanda infeksi luka kering dan bersih suhu tubuh dalam batas normal,  
Intervensi Keperawatan
1.    Kaji karakteristik luka.
2.    Kaji tanda – tanda infeksi (panas, kemerahan, pembengkakan dan drainase ).
3.    Rawat luka dengan teknik steril.
4.    Menjaga kebersihan klien.
5.    Anjurkan pada klien agar menjaga daerah luka tetap kering.
6.    Anjurkan klien untuk intake makanan tinggi kalori dan protein

DIAGNOSA KEPERAWATAN III
Kurang pengetahuan tentang perawatan dirumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan  b.d kurang terpapar terhadap informasi
Hasil yang diharapkan :
Pasien akan meningkatkan pengetahuanya tentang perawatan dirumah dan tindak lanjut yang dibutuhkan.
Kriteria Evaluasi :
Pasien mengungkapkan pengertianya tentang perawatan di rumah dan tindak lanjutnya..
Intervensi keperawatan    

1     Ajarkan perawatan luka secara bersih dan kering

2     Diskusikan tanda gejala infeksi luka, laporkan pada dokter bila terjadi

3     Diskusikan tentang diit yang tidak merangsang peristaltik usus dan anjurkan nutrisi yang memadai
4     Jelaskan kebutuhan latihan dan istirahat yang seimbang
5     Berutahukan pasien untuk menghindari latihan fisik  yang berat untuk beberapa minggu.
6     Kontrol kembali ke dokter sesuai  tanggal yang ditentukan.

  1. Implementasi  
implementasi yang di lakukan pada tanggal 21 agustus 2002 sebagai berikut.
Diagnosa I
-          Membina hubungan saling percaya dengan pasien dan keluarga. R/ dengan adanya hubungan saling percaya keluarga tidak ada keraguan terhadap perawat
-          Mengkaji karakteristik nyeri.R/ Sebagai data dasar untuk tindakan selanjutnya.
-           Mengkaji muntah dan menganjurkan untuk menahan abdomen agar tidak nyeri saat muntah. R/ Muntah terjadi karena penurunan fungsi refleks osefgus dan pada saat muntah terjadi kontraksi dinding abdomen yang dapat menyebabkan nyeri.
-          Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam. R/ mengurangi rasa nyeri
-          Memberikan periode istirahat berencana ( membatasi pengunjung pada jam istirahat. R/ Mengurangi kelelahan pasien
-          Memberikan injeksi tradosik 3 x I gram. R/ mengurangi rasa nyeri
Diagnosa II
-          Mengkaji karakteristik luka. R/ sebagai data dasar untuk tindakkan selanjutnya.
-          Mengkaji tanda – tanda infeksi (tidak terdapat pembengkakkan, kemerahan, drinase dan panas pada daerah luka. R/ adanya luka operasi yang dapat mencetuskan infeksi.
-          Menganjurkan pada klien agar menjaga daerah luka tetap kering dan bersih. R/ Mencegah terjadinya infeksi
-          Memandikan klien dengan posisis tidur, mengunakan sabun mandi dan air hangat,serta menganti pakaian dan alat tenun. R/ menjaga kebersihan klien agar tidak terpapar terhadap invasi kuman
-           Menganjurkan pada klien untuk intake makanan tinggi kalori dan protein. R/ Makanan yang tinggi kalori dan protein dapat mempercepat
penyembuhan luka

Diagnosa III 
-          Mengajarkan perawatan luka secara bersih dan kering R/ Meningkatakan pengetahuan klien.
-          Mendiskusikan dengan pasien tanda gejala infeksi luka, laporkan pada dokter bila terjadi R/ Mencegah terjadinya komplikasi
-          Mengajarkan  tentang diit yang tidak merangsang peristaltik usus dan anjurkan nutrisi yang memadai R/ Dengan intake nutrisi yang ade kuat dapat mempercepat proses penyembuhan.
-          Menjaskan kebutuhan latihan dan istirahat yang seimbang R/ Mencegah adanya kontraktur pada otot
-          Beritahukan pasien untuk menghindari latihan fisik  yang berat untuk beberapa minggu. R/ Mencegah adanya injury pada daerah oprerasi
-          Kontrol kembali ke dokter sesuai  tanggal yang ditentukan.

  1. Evaluasi  
Evaluasi selanjutnya di buat pada lampiran II ( dua ).

2.2 PEMBAHASAN
Pada kasus yang di ambil, di ruang II ( dua ) wanita RSUD Prof. Dr. W. Z. Yohanes kupang di temukan kesenjangan antara teori dan praktek. Pada teori di bahas pre dan post operasi, namun pada kasus di bahas pasien di rawat dengan post appendiktomy hari ke II ( dua ). Sebaiknya perawatan di lakukan dari pre sampai post operasi agar di ketahui perkembangan pasien, saat menerima pasien, perawat seharusnya mengkaji secara akurat, seperti : Tanggal haid dan perkiraan haid, agar pada masa post operasi pasien tidak mengalami keadaan di mana tubuhnya nampak kotor dan terdapat ceceran darah haid pada daerah operasi, pangkal paha dan alat tenun. Dan jika dokter meberikan instruksi sebaiknya perawat mengkaji kembali keadaan klien, Sehingga perawat  tidak hanya menerima instruksi dari dokter.          
Secara teoritis pasien post operasi hari ke II ( dua ) sudah dapat melakukan mobilisasi seperti ;  duduk di atas tempat tidur, bisa berjalan dan mampu melakukan ADL dengan bantuan keluarga, namun pada kasus yang di rawat pasien belum melakukan mobilisasi hal ini bisa terjadi karena tidak di berikan pendidikkan kesehatan pada saat pre operasi atau tidak di motivasi oleh perawat, atau di motivasi tetapi pasien takut karena ada luka operasi dan kalau bergerak menimbulkan nyeri. Untuk mengatasi keadaan ini tindakkan yang di lakukan adalah memberikan pendidikan kesehatan dengan cara memotivasi klien untuk mobilisasi, misalnya duduk, berjalan, mandi dengan bantuan keluarga.  Disamping itu perawat juga melakukan intervensi langsung pada klien dengan mengajak pasien untuk duduk dan berjalan didalam ruangan.
Data lain yang juga di temukan adalah pasien masih mengeluh pusing dan saat di observasi tekanan darah klien meningkat, pasien tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi,  namun saat ini klien sedang haid dan baru aff susuk. Kemungkinan keadaan ini di akibatkan oleh efek anastesi dan perubahan hormon karena pelepasan susuk tersebut.
Serta pada saat di kaji klien mengeluh muntah pada post operasi hari ke II ( dua ), hal ini akibat dari   efek anasthesi yang menyebabkan terjadi penurunan refleks esofagus.  Atau juga karena pasien belum mengkonsumsi makanan sehingga terjadi sekresi lambung yang menimbulkan refleks muntah. Dengan adanya muntah maka akan meningkatakan rasa nyeri, karena pada saat muntah terjadi penarikkan dinding abdomen.        












BAB  111
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Apendiksitis merupakan peradangan pada apendiks periformis. .Penangan apendiksitis pada umumnya dilakukan adalah pembedahan atau apendiktomy. Apendiktomy adalah pemotongan saluran apendiks yang terinfeksi.Perawatan pasien apendiktomi ini membutuhkan peran perawat untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah diperolehnya.  Pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendiksitis kronik  yang menjalani pembedahan meliputi : mengatasi nyeri, Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, mencegah infeksi dan memberikan pendidikan kesehatan pada klien.
Masalah keperawatan yang ditemukan pada kasus adalah : Nyeri, Resiko tinggi infeksi dan kurang pengetahuan. Tindakan yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah resiko tinggi infeksi adalah : Menjaga kebersihan diri, mengkaji tanda- tanda infeksi, menganjurkan pasien agar jangan menyentuh lukanya dan menjaga agar luka tetap kering serta mengkonsumsi makanan tinggi protein dan kalori. Untuk mengatasi masalah nyeri tindakan yang telah dilakukan adalah ; Mengajarkan klien tekhnik relaksasi. Untuk masalah kurang pengetahuan, telah dioberikan pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga.
Evaluasi dilakukan  dengan mengacuh pada tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.  Setelah 3 hari perawatan evaluasi akhir yang diperoleh adalah : Pasien bebas dari rasa nyeri, tidak terjadi infeksi dan pengetahuan pengetahuan serta keluarga meningkat. Selanjutnya pasien dipulangkan.


3.2  Saran
  1. Untuk perawat , selama fase pre operasi hendaknya mempersiapkan pasien untuk menghadapi pembedahan secara holistik menyangkut aspek biopsikososial dan spiritual secara mandiri tanpa menunggu instruksi dari dokter. Bagi perawat di ruang operasi ; sebelum mengirim pasien kembali ke ruang rawat inap agar memperhatikan keadaan pasien sestabil mungkin sehingga tidak menumbulkan masalah baru di ruang rawat inap. Perlu adanya kerjasama yang baik antara perawat ruangan dan perawat ruang operasi.  Pendidikan pasien tentang  mobilisasi post operasi perlu diberikan sebelum dan setelah operasi agar pasien tidak takut untuk melakukannya.
  2. Bagi pasien ; Mengikuti semua anjuran yang diberikan oleh petugas kesehatan, khususnya perawat  dan perlu didukung oleh keluarga.
  3. Bagi Rumah sakit ; Memberikan pelatihan pada para perawat tentang penanganan pasien post operasi, khususnya post operasi apendiksitis. 
















Lampiran I
ANALISA DATA
No
Data Penunjang
Masalah
Penyebab
1
DS : Klien mengeluh nyeri pada daerah operasi ( khususnya pada saat muntah dan merubah posisi )
DO : - Terdapat luka operasi pada daerah abdomen.
-          Klien kelihatan meringis kesakitan setiap kali muntah, duduk, atau berjalan 
-          Scala nyeri 2 ( MC Gil, nyeri sedang )
-          Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 150 / 100 MMhg
Nadi : 98 x/ menit
Suhu 37 oC
Respirasi 20 x/ menit
Gangguan rasa nyaman ; nyeri
Adanya luka pembedahan
2
DS : Klien mengatakan sedang haid sehingga darah tercecer ke daerah operasi, pangkal paha, dan alat tenun.
Do : - terdapat luka operasi
Tidak ada tanda – tanda infeksi ( panas, kemerahan, oedema, dan drainase )
-          Terdapat darah haid di daerah luka operasi, pangkal paha, dan alat tenun.
-          Suhu 37 oC
Resiko tinggi infeksi pada daerah insisi
Terpapar terhadap invasi kuman
3
DS : klien mengatakan tidak tahu tentang perawatan luka, dan aktivitas apa saja yang harus di lakukan
DO : - Pasien nampak bingung dan takut untuk mobilisasi
- Pasien sering bertanya tentang cara perawatan di rumah 
Kurang pengetahuan keluarga tetang perawatan di rumah dan tindak lanjut 
Kurang terpapar terhadap informasi

































Previous
Next Post »

Translate